• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN

PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG

Disusun oleh :

Rensius ART 41307110023

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA

(2)

PERANCANGAN ULANG INSTALASI PIPA SISTEM PEMADAM KEBAKARAN PADA GEDUNG CCV DAN PERKANTORAN

PT SUMI INDO KABEL TBK TANGERANG

Diajukan Oleh : Nama : Rensius ART

NIM : 41307110023

Telah disetujui untuk dijadikan Tugas Akhir

Dosen Pembimbing, Koordinator Tugas Akhir,

Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc Dr. H. Abdul Hamid M.Eng

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat dan karunia-Nya maka pada akhirnya dapat terselesaikan juga penulisan Tugas Akhir ini dengan baik.

Penyusunan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu persyaratan akademis untuk mencapai gelar Sarjana Teknik Mesin (Strata Satu), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Mercubuana, Jakarta.

Topik Tugas Akhir ini adalah merencanakan ulang Sistem Penanggulangan dan Pencegahan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tbk di Tangerang.

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu didalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Ucapan ini secara khusus saya sampaikan kepada :

1. Keluarga yang tercinta , yaitu Marshinta istri yang tersayang dan ketiga putriku yang telah banyak memberikan dukungan dan dorongan yang sangat berarti dan selalu mendampingi sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc, selaku dosen pembimbing atas segala saran, koreksi serta bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir Ini.

(4)

iii

Universitas Mercubuana, beserta seluruh dosen dan staf Jurusan Teknik Mesin.

4. Bapak Ir. Nanang Rukhyat M.T selaku Sekretaris Kaprodi , Pembimbing Akademik dan Kordinator Tugas Akhir.

5. Seluruh staff dan karyawan PT Sumi Indo Kabel yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam pengumpulan data dan penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Seluruh keluarga besar Aritonang dan Simanjuntak yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam penulisan Tugas Akhir ini.

7. Segenap teman teman seperjuangan angkatan XI jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Industri Mercubuana Jakarta.

8. Semua pihak pelaksana proyek dan konsultan yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data, perhitungan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

9. Semua pihak, teman, relasi, rekan, keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan secara satu persatu yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Mudah mudahan semua kebaikan yang telah diberikan dapat memperoleh balasan berkat, rahmat serta anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

(5)

iv

ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih sekali lagi kepada semua pihak atas selesainya Tugas Akhir Ini.

Jakarta, Juni 2009 Penulis

(6)

v A. Nama : Rensius Art B. NIM : 41307110023

C. Judul : Perencanaan Ulang Sistem Instalasi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel. D. 111 halaman; 15 tabel; 27 gambar

E. Kata Kunci : Instalasi Pipa F. Abstrak

Tugas Akhir ini bertujuan untuk merencanakan instalasi yang mengikuti standar National Fire Protection Association (NPFA) dan persyaratan yang ditetapkan oleh Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta sehingga system dapat diandalkan dan bekerja efektif.

Pemilihan jenis pompa, diameter pipa harus menggunakan peraturan dari NPFA karena hal tersebut sangat penting dalam menanggulangi masalah seperti: kerugian akibat tekanan tinggi, kecepatan air, dan sebagainya. Dengan instalasi yang memenuhi syarat dan perawatan yang intensif, maka kualitas dari system akan terjaga.

Tugas Akhir ini menggunakan teori dan perhitungan data yang ada untuk memilih jenis pompa, diameter pipa, tekanan air di dalam pipa dengan menggunakan data di lapangan sehingga dapat digunakan untuk instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkantoran PT Sumi Indo Kabel.

G. Daftar Pustaka : : 9 buku

(7)

vi A. Name : Rensius Art B. NIM : 4137110023

C. Title : Redesign of Piping Installation System for Fire Protection at Sumi Indo Cable Administration and Office Building.

D. 130 pages; 15 tables ; 27 figures

E. Key word : Piping Installation F. Abstract

The objective of the design at the final assignment is to apply the National Protection Fire Association Codes (NPFA), and the Jakarta Fire Codes at pipe installation for fire protection so that system is reliable and can work effectively.

The selection of pumps, pipe diameter, and plumbing fixture must be according to NFPA codes. It is very important to overcome problems such as high pressure losses, water velocity, etc. Careful installation and an intensive of maintenance will keep the quality of the whole system.

This final assignment uses theory and empiric calculation method to choose the pump type, pipe diameter, water pressures inside the pipe which according to data at the field. So it can be used for the fire protection pipe for Sumi Indo Kabel Building.

G. Literatures : 9 books

H. Lecturer : Ir. Yuriadi Kusuma M.Sc.

(8)

vii

halaman

LEMBAR PENGESAHAN ……… i

KATA PENGANTAR ……… ii

ABSTRAK ……….. iv

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ……… xiii

DAFTAR DIAGRAM ………. xiv

DAFTAR NOTASI ……….. xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………..……….… 1

1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan ………..……….…… 2

1.3. Ruang Lingkup Permasalahan ………..……….….……… 2

1.4. Pembatasan Masalah ………..………... 3

1.5. Metodologi Penelitian ……… 4

1.6. Sistematika Penulisan ………. 4

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kebakaran ……… 6

2.1.1 Teori Terjadinya Api ……… 6

2.1.2 Penyebab Kebakaran ……… 8

2.1.3 Klasifikasi kebakaran ……….. 11

2.2 Prinsip Dasar Pengamanan Kebakaran ……… 12

2.3 Metode Pemadaman ………. 13

(9)

viii

2.4.2 Tangki Gravitasi ……… 15

2.5 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa dan Sistem pemipaan ……….. 15

2.5.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa ……….. 15

2.5.1.1 Diluar Gedung ………. 16 2.5.2.2 Didalam Gedung ………. 16 2.5.2 Sistem Pemipaan ……….. 16 2.5.2.1 Pipa ……….. 16 2.5.2.2 Pompa ……….. 18 2.5.2.3 Katup ………...……… 18

2.5.2.4 Penyambungan Pipa (fitting) ………... 21

2.5.2.5 Peralatan Bantu Utama ……… 23

2.6 Perencanaan Instalasi Fire Protection System ………. 25

2.6.1 Sprinkler System ……….. 25

2.6.2 Hydrant System ……….... 31

2.6.3 Siamese Connection ………. 33

2.7 Rumus-rumus yang digunakan ……… 35

2.8 Pengujian Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran ……… 39

2.9 Pemeliharaan Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran ……….. 40

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1 Objek Perencanaan ………... 43

3.2 Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pemadam Kebakaran Pada Bangunan Tinggi ………. 43

(10)

ix

3.4.1 Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Sprinkler ……….. 48

3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Hydrant ……… 49

3.4.3 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa ……… 49

3.4.4 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer ……….. 50

3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Dalam Pipa ………. 50

3.4.6 Diagram Alir Perhitungan Kerugian Gesek dalam Pipa ………….... 51

3.4.7 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Tekan ………51

3.4.8 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Hisap ……… 52

3.4.9 Diagram Alir Perhitungan Head Total Pompa ………... 52

3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa ………. 54

3.4.11 Diagram Alir Perhitungan Tekanan ………. 54

3.4.12 Diagram Alir Perhitungan Daya Pompa ……….. 55

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA PERENCANAAN 4.1 Pengamatan Pendahuluan ……… 56

4.2 Perencanaan Pendahuluan ………... 58

4.3 Penentuan dan Peletakan Sistem Instalasi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran ……….……… 58

3.4.1 Pengaturan dan Peletakan Sprinkler Head………. 58

3.4.2 Penempatan dan Jumlah Outdoor Hydrant Box ……… 59

3.4.3 Penempatan dan Jumlah Hydrant Pillar ……… 59

3.4.4 Penempatan dan Jumlah Siamese Connection ……….. 59

(11)

x

4.4.1 Perhitungan Diameter Pipa Sprinkler ……… 60

4.4.2 Perhitungan Diameter Pipa Outdoor Hydrant Box ……… 70

4.4.3 Perhitungan Kerugian Head ………76

4.4.3.1 Perhitungan Kerugian Head pada Pipa Tekan ……… 76

4.4.3.2 Perhitungan Kerugian Head pada Pipa Hisap ………. 85

4.4.4 Perhitungan Head Total Pompa ………. 86

4.4.4.1 Perhitungan Head Pompa pada Sprinkler ………... 87

4.4.4.2 Perhitungan Head Pompa pada Hydrant ……… 89

4.4.5 Perhitungan Tekanan ……… 90

4.4.5.1 Perhitungan Tekanan untuk Sprinkler Head ………. 90

4.4.5.2 Perhitungan Tekanan untuk Outdoor Hydrant ……….. 93

4.4.6 Pemilihan Jenis Pompa dan Perhitungan Daya Pompa ……… 94

4.4.6.1 Perhitungan Electric Pump ………. 94

4.4.6.2 Perhitungan Jockey Pump ……….. 97

4.4.7 Perhitungan Reservoir ……… 97

4.5 Perhitungan Biaya Pemasangan dan Titik Balik Modal ……… 98

4.5.1 Perencanaan Biaya Pekerjaan ………. 98

4.5.2 Perhitungan Titik Kembali Modal ……… 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 100

5.2 Saran ………. 103

DAFTAR PUSTAKA ………...……… 104

(12)

xi

halaman

Gambar 2.1 Segitiga Api ……….. 7

Gambar 2.2 Pipa ……….. 17

Gambar 2.3 Gate Valve ... 19

Gambar 2.4 Globe Valve ... 19

Gambar 2.5 Check Valve ... 20

Gambar 2.6 Foot Valve ... 20

Gambar 2.7 Pressure Reducer Valve ... 21

Gambar 2.8 Shocked ... 21

Gambar 2.9 Standar Ukuran Knee ... 22

Gambar 2.10 Tee Jenis Standar ... 22

Gambar 2.11 Tee Jenis Y ... 23

Gambar 2.12 Reducer ... 23

Gambar 2.13 Flens ... 23

Gambar 2.14 Flexible Joint ... 24

Gambar 2.15 Strainer ... 24

Gambar 2.16 Penyangga Pipa ... 25

Gambar 2.17 Penggantung Pipa ... 25

Gambar 2.18 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Atas ... 28

Gambar 2.19 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Bawah ... 28

Gambar 2.20 Kepala Sprinkler Arah Pancaran Samping ... 28

Gambar 2.21 Metode ½ S dan ½ D ... 29

(13)

xii

halaman

Gambar 2.23 (a), (b), (c) Metode Distribusi Untuk Sprinkler ... 30

Gambar 4.1 Lay Out Sprinkler Lantai 4 Gedung B CCV SIK ... 61

Gambar 4.2 Lay Out Lantai 1 Gedung Administrasi & CCV ... 71

Gambar 4.3 Pemilihan Jenis Pompa ... 95

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Ukuran Diameter Pipa yang Umum Digunakan ... 17

Tabel 2.2 Macam Kepala Sprinkler berdasarkan kepekaan terhadap Suhu ... 27

Tabel 2.3 Kapasitas Aliran Air pada Sprinkler ... 30

Tabel 2.4 Persyaratan Teknis Hydrant pada Gedung ... 32

Tabel 2.5 Simbol peralatan Instalasi Pemadam Kebakaran ... 34

Tabel 3.1 Lambang Lambang yang Digunakan dalam Diagram Alir ... 41

Tabel 4.1 Ukuran Pipa Sprinkler untuk Bahaya Kebakaran Sedang ... 60

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Diameter Sprinkler Gedung B CCV Lantai 4 ... 70

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Diameter Hydrant ... 76

Tabel 4.4 Koefisien Penyempitan Cc untuk Air ... 77

Tabel 4.5 Kerugian Head Reducer Hc pada Pipa Sprinkler ... 79

Tabel 4.6 Koefisien Kerugian Tinggi Tekan Peralatan Bantu ... 80

Tabel 4.7 Koefisien Head Gesekan Hf pada Sprinkler ... 84

Tabel 4.8 Kerugian head Gesekan Hf pada Hydrant ... 85

(15)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

halaman

Diagram 3.4.1 Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Sprinkler ... 48

Diagram 3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Hydrant ... 49

Diagram 3.4.3 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa ... 49

Diagram 3.4.4 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer ... 50

Diagram 3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Jalur Pipa ... 50

Diagram 3.4.6 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Gesek Pipa ... 51

Diagram 3.4.7 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Tekan ... 51

Diagram 3.4.8 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total Pipa Hisap ... 52

Diagram 3.4.9 Diagram Alir Perhitungan Head Total Pompa ... 52

Diagram 3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa ... 54

Diagram 3.4.11 Diagram Alir Perhitungan Tekanan ... 54

(16)

xv

DAFTAR NOTASI

SIMBOL KETERANGAN SATUAN

Q Kapasitas Aliran fluida m3/s

V Kecepatan Aliran m/s

A Luas penampang pipa m2

hc Head kerugian reducer m

Cc Koefisien penyempitan untuk air

g Percepatan Gravitasi m2/s

he Head kerugian dalam jalur pipa m

K Faktor untuk sambungan dan belokan Re Bilangan Reynolds

D Diameter dalam pipa m

µ Viskositas kinematik air m2/s

hf Kerugian gesek dalam jalur pipa m

f Koefisien gesekan dalam pipa distribusi

L Panjang total pipa m

Hpompa Head total pompa m

ha Head Statis total m

∆hp Head Perbedaan tekanan m

hl Head Loses m

hp Head Tekanan m

p Tekanan N/m2

ρ Rapat massa kg/m3

hv Head kecepatan m

Z1 Tinggi permukaan air m

Z2 Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang

dihitung headnya

m

hld Head Loses Discharge m

hls Head loses suction m

n s Putaran spesifik pompa rpm

n Putaran pompa rpm

H Head total pompa m

Pp Daya pompa watt

Ph Daya hidrolik Watt

p

(17)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya laju pembangunan di Indonesia, kebakaran yang terjadi pada bangunan gedung cenderung meningkat. Kebakaran yang tidak dikehendaki oleh manusia, tidak memilih waktu dan tempat, mulai dari daerah pemukiman sampai bangunan – bangunan tinggi dan megah, seperti pusat perbelanjaan, hotel, perkantoran, apartemen, gedung pabrik, dll tidak luput dari ancaman bahaya kebakaran. Pada umumnya bangunan tersebut kurang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pencegah kebakaran, padahal bahaya kebakaran merupakan suatu gangguan keamanan dan keselamatan yang dapat menimbulkan kerugian baik materi maupun jiwa bagi penghuninya.

Penyebab kebakaran tertinggi disebabkan oleh kelalaian manusia seperti kurang diperhatikannya sistem instalasi listrik yang baik, kompor, membuang puntung rokok sembarangan, umur gedung yang sudah tua dan lain lain. Faktor yang menjadi penyebab lambatnya kebakaran ditanggulangi adalah jauhnya jarak antara petugas kebakaran dan lokasi yang terbakar, kurangnya peralatan pemadam kebakaran, macetnya jalan yang menuju lokasi kebakaran, komunikasi dan informasi yang terlambat pada dinas kebakaran, posisi gedung yang terbakar dan lain lain.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu adanya upaya pencegahan dan penyiapan penanggulangan bahaya kebakaran oleh semua pihak, salah satunya adalah perencanaan sistem instalasi pipa pemadam kebakaran pada gedung.

(18)

1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini tujuan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis yaitu : a. Merencanakan ulang sistem penanggulangan kebakaran pada

gedung perkantoran 2 lantai dan gedung proses kabel CCV 4 lantai yang belum mempunyai sistem pemadam kebakaran yang memadai.

b. Membuat suatu sistem pencegahan kebakaran (fire protection) agar dapat menghindari kerugian baik materi maupun jiwa penghuninya.

c. Merencanakan suatu sistem pemadam kebakaran yang baik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan mengacu pada ketentuan yang dikeluarkan oleh National Protection Fire Association (NPFA).

d. Mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk membayar asuransi kebakaran, pengisian tabung Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan lain lain.

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan

Dalam merancang ulang sistem pemadam kebakaran ini, hal hal yang akan dibahas antara lain adalah :

a. Perencanaan instalasi pipa pemadam kebakaran termasuk peletakan posisi pipa sprinkler, jenis sprinkle, menentukan peletakan hydrant box, pillar hydrant, siamese connection, perhitungan diameter

(19)

pipa-pipa, menentukan spesifikasi jenis pompa yang yang digunakan, perhitungan volume air yang dibutuhkan dan reservoar tank.

b. Perhitungan biaya yang diperlukan dalam investasi sistem pemadam gedung, perbandingan biaya investasi dengan biaya asuransi kebakaran serta perhitungan titik kembali modal ( Break Even Point ).

1.4 Pembatasan Masalah

Dalam perencanaan tugas akhir ini, perlu dilakukan pembatasan masalah yang bertujuan untuk memperjelas dan sesuai dengan tujuan penulisan. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan instalasi system pemadan kebakaran hanya di titik beratkan pada gedung CCV 4 lantai dengan tinggi 22meter dan gedung administrasi perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tangerang . b. Perencanaan instalasi pipa untuk sprinkler system dan outdoor

hydrant system, perhitungan diameter pipa, perhitungan tekanan, pemilihan jenis pompa, pemilihan material pipa dan spesifikasi pipa berdasarkan data yang tersedia.

c. Pembahasan hanya dibatasi pada ruang lingkup tehnik mesin saja dan tidak menyinggung masalah listrik dan sistem control dan mengabaikan hal hal yang tidak begitu mempengaruhi perhitungan perencanaan instalasi pipa.

d. Pemilihan dan penentuan fitting, katup penyangga, kapasitas dan tekanan yang telah disesuaikan dengan standar Dinas Pemadam Kebakaran.

(20)

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan metode penyusunan yaitu :

a Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari dan menggunakan literatur, buku-buku referensi, jurnal ilmiah, majalah , berbagai sumber dari media maya serta modul yang didapat dari perkuliahan sebagai landasan teori.

b Penelitian Lapangan, yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dilapangan, mencocokkan data gambar dengan data actual, serta melakukan wawancara secara langsung dengan pihak pihak yang terkait, seperti staff Dinas Pemadam Kebakaran Tangerang, Suplier dan beberapa karyawan sebagai nara sumber.

1.6 Sistematika Penulisan

Secara menyeluruh, sistematika penulisan tugas akhir Perancangan Instalasi Sistem Pemadam Kebakaran ini dituangkan dalam lima bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, ruang lingkup permasalahan, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan teori dasar tentang terjadinya kebakaran secara umum, jenis-jenis peralatan dan komponen yang digunakan dalam

(21)

instalasi pipa dan pemadam kebakaran, sistem penyediaan air, dan sistem pemeliharaan nya.

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

Bab ini berisikan pengumpulan data data yang diperlukan dalam merancang instalasi pipa pada gedung dan sistematika perhitungan data.

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Bab ini menguraikan perhitungan perhitungan yang digunakan untuk merancang instalasi pipa pemadam kebakaran, perhitungan biaya investasi yang dikeluarkan serta perhitungan titik kembali modal. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan tentang kesimpulan akhir dari penjelasan yang diberikan pada bab bab sebelumnya.

(22)

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kebakaran

Dalam suatu batasan tertentu, api merupakan teman manusia. Api dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, antara lain dapat digunakan untuk memasak, menghangatkan ruangan pada daerah yang temperatur udaranya rendah, untuk peleburan logam dan lain lain. Tetapi api juga dapat merupakan ancaman yang sangat berbahaya, jika dalam penggunaannya, api tidak dapat dikendalikan lagi dan dalam hal ini disebut dengan kebakaran.

2.1.1 Teori Dasar Terjadinya Api

Api merupakan sebuah reaksi kimia (reaksi Oksidasi) yang bersifat eksothermis yang di ikuti oleh evaluasi pengeluaran cahaya dan panas serta dapat menghasilkan nyala, asap dan bara. Untuk memulai suatu proses terjadinya api diperlukan tiga unsur yaitu : bahan / benda, oksigen dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam suatu konsentrasi tertentu yang memenuhi syarat, timbullah reaksi oksidasi yang dikenal dengan sebagai proses kebakaran. Kehadiran ketiga unsur tadi (dalam konsentrasi yang seimbang), mengakibatkan reaksi reaksi kimia sebagai proses pembakaran yang menimbulkan terjadinya api awal. Sebagian panas akan diserap oleh bahan yang kemudian melepaskan uap dan gas yang dapat menyala berganti ganti bercampur dengan oksigen di udara. Nyala ini akan terus berlangsung selama ketiga unsur itu ada dalam suatu konsentrasi yang seimbang.

(23)

Ketiga unsur yang sangat berpengaruh dalam proses pembakaran adalah : a. Oksigen , merupakan suatu unsur / zat yang sangat dibutuhkan bagi

kehidupan manusia, binatang dan tumbuh tumbuhan, tanpa kehadiran oksigen, api tidak akan terjadi. Dalam proses pembakaran, oksigen merupakan alat oksidasi.

b. Benda / Bahan Bakar , Benda yang mudah terbakar adalah benda yang mempunyai suhu penyalaan rendah. Sebaliknya benda benda yang mempunyai suhu penyalaan tinggi akan sulit terbakar.

c. Panas , Sumber sumber panas yang dapat menimbulkan api antara lain adalah : api terbuka, sinar matahari, energi mekanis (gesekan), kompresi udara /gas, listrik, proses kimia.

Bilamana keadaan suhu telah sampai pada titik nyala suatu bahan, maka ketiga unsur tersebut akan memproduksi api, yang tergabung membentuk segi tiga yang di kenal dengan Segi Tiga Api (Fire Triangle of Combustion).

(24)

Sekali proses pembakaran dimulai dan bahan bakar serta oksigen tersedia dalam jumlah yang besar maka panas yang timbul akan lebih besar lagi. Dengan adanya penambahan panas akan meningkatkan jumlah bahan bakar dan juga kebutuhan oksigen. Selanjutnya karena adanya oksigen, panas pembakaran lebih meningkat dan melibatkan lebih banyak lagi bahan bakar.

Selanjutnya apabila suhu mencapai titik nyalanya, akan timbul lagi proses pembakaran, demikian seterusnya. Reaksi ini akan berlangsung terus menerus hingga semua bahan bakar habis dan panas telah terbuang semua ataupun oksigen terpakai habis, sehingga suhu bakar berkurang dibawah titik nyalanya dan proses pembakaran akan berangsur-angsur terhenti.

Pada umumnya kebakaran atau berkembangnya api melalui beberapa tahap yaitu: Tahap Pertumbuhan (growth period), Tahap Pembakaran (steady combustion / burning combustion dan Tahap Surut (dry period). Tahapan tahapan tersebut ditandai dengan adanya peningkatan suhu, dari suhu yang rendah kemudian meninggi dan mencapai puncaknya serta berangsur angsur menurun.

2.1.2 Penyebab Kebakaran

Berdasarkan pengamatan, pengalaman, penyelidikan dan analisa dari setiap kebakaran, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor faktor penyebab terjadinya kebakaran adalah karena ulah manusia, penyalaan sendiri dan gerakan alam.

A. Faktor Manusia

1. Kurangnya pengertian terhadap penanggulangan bahaya kebakaran.

(25)

Dalam hal ini orang yang bersangkutan belum mengerti atau hanya sedikit mengetahui tentang cara cara penanggulangan bahaya kebakaran, misalnya:

a. Mendekatkan benda yang mudah terbakar ke sumber api seperti ;

- Meletakkan kompor yang sedang menyala di dekat dinding yang mudah terbakar.

- Meletakkan kain lap yang mudah terbakar diatas mesin yang sedang beroperasi.

- Meletakkan lampu, obat nyamuk, pedupaan dan sebagainya yang sedang menyala di tempat yang gampang terbakar.

- Menyimpan bahan bakar di dekat sumber panas. b. Memadamkan api / kebakaran yang sedang terjadi dengan

menggunakan peralatan pemadam / media pemadam yang bukan pada tempatnya, seperti memadamkan api yang berasal dari kebakaran benda cair ( bensin, solar, minyak tanah ) dengan menggunakan air.

2. Kelalaian

Dalam hal ini yang bersangkutan termasuk kepada orang orang yang sudah memahami / mengerti tentang cara cara penanggulangan bahaya kebakaran, hanya saja ia malas / lalai melakukannya, misalnya :

- Tidak pernah mau memperhatikan / meneliti atau mengadakan pengontrolan / pemeriksaan secara

(26)

rutin terhadap alat alat yang akan dan sedang dipakai (kompor, generator, instalasi listrik dll) - Tidak pernah mengadakan pengamatan terhadap

lingkungan / situasi setempat sewaktu akan meninggalkan ruangan.

- Membiarkan anak anak bermain api tanpa pengawasan.

- Tidak pernah mengadakan pengontrolan terhadap perlengkapan dan fasilitas pemadam kebakaran. - Tidak pernah mau mematuhi larangan larangan

yang terdapat pada suatu tempat ( pada tempat yang berbahaya biasanya terdapat tanda peringatan ‘Dilarang Merokok’, dan lain lain.

- Merokok sambil bermalas malasan di tempat tidur. 3. Sabotase

Adalah suatu kebakaran yang benar benar disengaja dilakukan oleh seseorang atau pihak tertentu dengan tujuan dan maksud maksud tertentu, misalnya dilakukan oleh orang orang yang tidak bertanggung jawab guna mencari keuntungan sendiri, balas dendam, atau menghilangkan jejak kejahatan.

B. Penyalaan Sendiri

1. Pada penyimpanan penyimpanan tembakau di gudang 2. Pada tempat tempat penimbunan sampah

(27)

C. Kejadian Alam

a. Gunung meletus dengan menimbulkan awan pijar, batu batuan pijar, lahar panas, gas panas dan gempa bumi.

b. Kilatan petir c. Sinar matahari d. kebakaran hutan

2.1.3 Klasifikasi Kebakaran

Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan jenis benda benda / bahan bahan yang terbakar.

Dengan adanya klasifikasi kebakaran tersebut, diharapkan akan lebih mudah, lebih cepat dan lebih tepat dalam memilih media pemadam yang akan digunakan untuk melaksanakan pemadaman.

Klasifikasi kebakaran :

1. Bahaya kebakaran ringan adalah mempunyai nilai kemudahan terbakar dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang rendah, tingkat perambatan api rendah.

2. Bahaya kebakaran rendah kelompok I, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar rendah, penimbunan bahan yang mudah terbakar sedang dengan tinggi tidak lebih dari 2.5 meter dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang sedang, tingkat perambatan api sedang.

3. Bahaya kebakaran Sedang kelompok II, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 meter dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas sedang, tingkat perambatan api sedang.

(28)

4. Bahaya kebakaran Sedang kelompok III, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas yang tinggi, sehingga menjalarnya api cepat.

5. Bahaya kebakaran berat, yakni mempunyai nilai kemudahan terbakar tinggi dan apabila terjadi kebakaran akan melepaskan panas tinggi dan penjalaran api cepat.

2.2 Prinsip Dasar Pengamanan Kebakaran

Pada dasarnya tujuan tindakan pengamanan bahaya kebakaran adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan terhadap ancaman keselamatan jiwa 2. Perlindungan harta benda termasuk bangunan 3. Perlindungan informasi/proses yang berlangsung 4. Perlindungan lingkungan hidup terhadap kerusakan

Sebagai realisasi dari tindakan tersebut, maka sistem pengamanan terhadap kebakaran meliputi sekurang-kurangnya adalah :

1. Mencegah timbulnya percikan api 2. Membuat prosedur pertolongan 3. Membatasi penjalaran api

4. Mendeteksi dan melakukan pemadaman dini 5. Meminimalisasi kerusakan bila kebakaran terjadi

Sistem pengamanan tersebut perlu direalisasikan dalam perancangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sistem dengan manajemen sistem yang baik.

(29)

2.3 Metode Pemadaman

Prinsip pemadaman adalah merusak keseimbangan campuran antara unsur-unsur atau faktor-faktor penunjang untuk terjadinya api. Telah diuraikan terdahulu bahwa dalam proses kebakaran untuk menimbulkan terjadinya api, dibutuhkan tiga faktor, yaitu adanya bahan/benda, sumber panas dan oksigen. Bilamana salah satu dari ketiga faktor tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi. Penghilangan atau pengurangan salah satu dari faktor tersebut akan membuat api menjadi sirna.

Dengan demikian untuk menghilangkan / memberantas api dapat dilakukan dengan cara :

1. SMOTHERING – Penutupan / Penyelimutan

Cara atau metode ini biasa dikenal dengan system pemadaman isolasi / lokalisasi yaitu :

¾ Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan karung basah

¾ Menutupi/menyelimuti benda yang terbakar dengan menggunakan Lumpur, pasir atau tanah

¾ Memadamkan kebakaran dengan menggunakan alat pemadam api jenis busa.

Sekaligus pula dalam hal ini melokalisir atau membatasi areal kebakaran agar api tidak membesar/meluas ke tempat lain.

2. COOLING – Pendinginan

Yaitu : mengurangi / menurunkan panas sehingga benda yang terbakar mencapai suhu dibawah titik nyalanya, misalnya:

¾ Disiram / disemprot dengan air (mengingat air mempunyai daya serap yang baik).

(30)

¾ Ditimbuni dengan pohon-pohon yang mengandung air. ¾ Dipadamkan dengan alat pemadam api jenis CO2

3. STARVATION

Yaitu mengurangi/mengambil jumlah bahan-bahan yang terbakar atau menutup aliran bahan (cair atau gas) yang terbakar, misalnya :

¾ Memisah-misahkan benda yang terbakar ¾ Menjauh-jauhkan benda yang terbakar

¾ Menutup keran pada instalasi aliran minyak atau gas yang terbakar. 4. EMULSIFICATION :

Misalnya : memadamkan api dari kebakaran plastik dengan menggunakan air

5. PELARUTAN

Misalnya : Memadamkan api dari kebakaran alkohol dengan menggunakan air.

2.4 Sistem Penyediaan Air

Setiap jenis sprinkler otomatis harus dilengkapi dengan sekurang kurangnya satu jenis sistem penyediaan air yang bekerja secara otomatis, bertekanan dan berkapasitas cukup, serta dapat diandalkan setiap saat. Sistem penyediaan air harus dibawah penguasaaan pemilik gedung. Apabila pemilik tidak dapat mengendalikannya, harus ditunjuk badan lain yang diberi kuasa penuh untuk maksud tersebut. Air yang digunakan tidak boleh mengandung serat atau bahan lain yang dapat mengganggu bekerjanya sprinkler. Pemakaian air asin tidak diijinkan, kecuali bila tidak ada penyediaan air lain pada waktu terjadi kebakaran.

(31)

2.4.1 Pada Jaringan Kota

Pipa penyalur untuk sistem sprinkler dapat disambung pada sistem jaringan kota apabila kapasitas dan tekanan mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan Air Minum.

2.4.2 Tangki Gravitasi

Tangki Gravitasi adalah tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan baik sehingga dapat diterima sebagai sistem penyediaan air, Tangki gravitasi untuk melayani kebutuhan rumah tangga, keran kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus memiliki syarat sebagai berikut :

• Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem tersebut.

• Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk pemadaman kebakaran dapat dipertahankan.

• Mempunyai lubang aliran keluar untuk keran kebakaran pada ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.

2.5 Jenis Perencanaan Instalasi pipa dan Sistem Pemipaaan 2.5.1 Jenis Perencanaan Instalasi Pipa

Bila ditinjau dari segi lokasi, perencanaan instalasi pipa secara umum dibagi menjadi dua jenis perencanaan, antara lain :

(32)

2.5.1 .1 Perencanaan Instalasi Pipa Diluar Gedung

Pada perencanaan instalasi pipa diluar gedung, fluida yang dialirkan tidak hanya berupa air dan gas saja, tetapi dapat juga berupa minyak atau cairan cairan kimia. Sistem perencanaan instalasi pipa diluar gedung dapat dibagi menjadi :

1. Perencanaan instalasi pipa dinas PDAM

2. Perencanaan instalasi pipa dibidang Perminyakan dan Gas 3. Perencanaan instalasi pipa dibidang industri kimia

4. Perencanaan instalasi pipa dibidang industri lain 2.5.1.2 Perencanaan Instalasi Pipa Didalam Gedung

Perencanaan instalasi pipa didalam gedung sering dijumpai dalam kehidupan sehari hari. Sistem perencanaan instalasi pipa didalam gedung dibagi menjadi :

1. Perencanaan instalasi pipa distribusi air bersih 2. Perencanaan instalasi pipa air kotor

3. Perencanaan instalasi pipa air buangan

4. Perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran

5. Perencanaan instalasi pipa central air conditioning

2.5.2 Sistem Pemipaan

Peralatan-peralatan yang terpasang untuk sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :

2.5.2.1 Pipa

Pipa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyalurkan fluida . Dalam hal ini yang disalurkan adalah fluida cair, yaitu air. Dalam menentukan jenis pipa yang digunakan harus disesuaikan dengan tekanan yang dibutuhkan

(33)

untuk mengalirkan fluida. Pipa yang digunakan untuk instalasi pemadam kebakaran adalah jenis Black Steel Schedule 40. Panjang standar pipa Black steel adalah 6 meter. Pipa black steel yang dipakai sebagai instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran karena alasan sebagai berikut :

• Memiliki Ketahanan terhadap panas yang baik • Memiliki kekuatan baja yang baik

• Dapat menahan tekanan tinggi

Gambar 2.2 Pipa

Dibawah ini adalah ukuran ukuran pipa yang dijual dipasaran

Tabel 2.1 Ukuran Diameter Pipa Yang Umum Digunakan Diameter pipa (inchi) Diameter pipa (mm)

½ 15 ¾ 20 1 25 1 ¼ 32 1 ½ 40 2 50 2 ½ 65 3 75 4 100 6 150 8 200 10 250 12 300

(34)

2.5.2.2 Pompa

Pompa yang digunakan untuk instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi adalah pompa jenis centrifugal, ada 3 macam jenis pompa yang digunakan antara lain adalah :

1. Electric Motor Pump, digunakan untuk mengalirkan air bersih dari tangki utama menuju instalasi sprinkler system dan hydrant box.

2. Diesel Engine Pump, digunakan untuk pompa pencegahan dan penanggulangan kebakaran sebagai pengganti electric pump yang kemungkinan saat kebakaran tidak berfungsi karena aliran listrik padam. 3. Jockey Engine Motor Pump, digunakan untuk menambah tekanan air

dalam pipa pada saat electric pump sedang beroperasi dan sebagai penyeimbang tekanan bilamana system dalam posisi stand by.

Rumah pompa merupakan salah satu pokok yang diatur dalam standar dengan persyaratan:

• Dalam bangunan yang khusus dan terpisah

• Dalam bangunan yang bersebelahan / bersatu dengan bangunan utama yang dilindungi dan dipisahkan oleh dinding tahan api 2.5.2.3 Katup

Katup yang digunakan pada instalasi pipa bangunan tinggi antara lain adalah: 1. Gate Valve, berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa

(35)

Gambar 2.3 Gate Valve 2. Globe Valve

Fungsi dari globe valve pada dasarnya sama dengan gate valve, yaitu untuk membuka dan menutup aliran air pada pipa. Tetapi bila melewati globe valve, aliran air akan membentuk pola huruf S, hal ini akan menahan aliran air sehingga tekanan yang terjadi tidak akan meningkat.

(36)

3. Check Valve

Check valve berfungsi untuk menahan aliran balik apabila pompa tiba tiba berhenti beroperasi.

Gambar 2.5 Check Valve 4. Foot Valve

Foot valve berfungsi sebagai saringan agar kotoran tidak terbawa masuk kedalam pompa. Apabila kotoran masuk kedalam pompa, kotoran tersebut dapat merusak sudu sudu dalam pompa. Foot Valve dipasang pada ujung suction pipe (pipa hisap). Selain itu fungsi dari foot valve adalah menahan aliran balik pada saat pompa berhenti beroperasi sehingga air tidak perlu dipancing lagi pada saat pompa beroperasi kembali.

Gambar 2.6 foot Valve

5. Pressure Reducer Valve

Pressure reducer Valve (PRV) berfungsi untuk mengurangi tekanan air dalam pipa agar air yang mengalir pada pipa mempunyai tekanan yang

(37)

konstan. PRV ini dipasang pada cabang pipa dari shaft yang masuk ketiap lantai, gambar PRV dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Pressure Reducer Valve

2.5.2.4 Penyambungan Pipa (Fitting)

Penyambungan pipa dapat dilakukan dengan cara :

• Sambungan ulir, untuk Galvanized Iron Pipe dan Black Steel Kadang juga PVC.

• Sambungan las, untuk Black steel dengan diameter ≥ 2” • Sambungan dengan menggunakan lem, untuk pipa PVC

Macam macam penyambungan pipa antara lain adalah :

1. Socked: untuk menyambung pipa lurus dengan diameter yang sama.

Gambar 2.8 Shocked

2. Knee / Siku / Elbow: digunakan untuk menyambung pipa yang membelok, dibawah ini ditunjukkan bermacam jenis knee.

(38)

Gambar 2.9 Ukuran standar knee

3. Tee : digunakan untuk menyambung 3(tiga) buah pipa. Sambungan jenis ini memiliki 2(dua) macam bentuk, antara lain:

• Tee : Tee jenis ini mempunyai 2 (dua) jenis bentuk yaitu : a. d 1 = d 2 = d 3

b. d 1 = d 2 ≠ d 3

Gambar 2.10 Tee Jenis Standar • Tee – Y

Tee jenis ini mempunyai 2 (dua) jenis bentuk, yaitu : c. d 1 = d 2 = d 3

(39)

Gambar 2.11 Tee – Y

4. Reducer, digunakan untuk menyambung pipa lurus dengan diameter berbeda

Gambar 2.12 Reducer

5. Flens, digunakan untuk menghubungkan 2 (dua) buah pipa yang disambung dengan cara pengelasan dan dihubungkan dengan baut.

Gambar 2.13 Flens

2.5.2.5 Peralatan Bantu Utama

(40)

1. Flexible Joint, berfungsi untuk meredam getaran yang terjadi pada waktu pompa dioperasikan, getaran yang terlalu kencang dapat merusak

sambungan pipa. Flexible Joint dipasang pada suction pipe dan discharge pipe.

Gambar 2.14 Flexible Joint

2. Strainer : berfungsi untuk menyaring kotoran kecil berupa pasir, kerikil dan lain sebagainya agar tidak masuk ke dalam pompa. Kotoran tersebut dapat merusak sudu sudu pompa. Strainer dipasang pada suction pipe.

Gambar 2.15 Strainer

3. Manometer : berfungsi untuk mengatur tekanan air di dalam pipa. Manometer dipasang pada discharge pipe

(41)

Penyangga pipa digunakan untuk meletakkan pipa diatas tanah. Gambar pipa dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.16 Penyangga Pipa

Penggantung pipa digunakan tepat diatas ruangan atau dibawah langit langit. Gambar penggantung pipa dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 2.17 Penggantung Pipa

2.6 Perencanaan Instalasi Fire Protection System

Pada perencanaan instalasi Fire Protection System, alat alat yang digunakan antara lain :

2.6.1 Sprinkler System

Sistem pemercik air (Sprinkler System) adalah suatu jaringan instalasi pemipaan yang dapat memancarkan air bertekanan tertentu secara otomatis

(42)

berdasarkan sensor panas, ke segala arah dalam suatu ruangan. Macam macam sprinkler antara lain :

1. Sprinkler sistem Basah (Wet Type System)

Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler (baik dibawah maupun diatas katup kendali / control valve) berisi air bertekanan tertentu dan dihubungkan dengan persediaan air, sehingga memungkinkan sistem sprinkler tersebut dapat bekerja pada saat kepala sprinkler pecah langsung memancarkan air.

Sistem sprinkler ini, pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan tabung penghambat (retard chamber). Fungsi dari peralatan ini adalah untuk menghindari aktifnya alarm gong akibat terjadinya kelebihan air sesaat yang dikirim melalui katup kendali

Cara kerja :

Dengan pecahnya kepala sprinkler karena menerima rangsangan panas sesuai dengan tingkat suhunya, air akan memancar keluar. Air yang memancar dari kepala sprinkler mengakibatkan tekanan dalam jaringan instalasi akan turun sampai titik tertentu. Turunnya tekanan akan mengakibatkan pressure switch menggerakkan pompa sehingga pompa bekerja. Setelah pompa bekerja, menekan air melalui jaringan menuju titik titik sprinkler termasuk mengaktifkan alarm gong.

2. Sprinkler Sistem kering (Dry Pipe System)

Sprinkler sistem kering adalah suatu jaringan sprinkler dimana selain menggunakan katup kendali, juga dilengkapi dengan katup pipa kering (dry pipe valve). Dari titik dry pipe valve sampai ke titik titik sprinkler tidak berisi air, tetapi berisi udara yang bertekanan, sedangkan dari dry pipe valve sampai ke pompa berisi air bertekanan.

(43)

Sistem ini biasanya digunakan pada daerah yang mengalami musim dingin seperti di Eropa dan Amerika.

Cara kerja :

Serupa dengan cara kerja sistem basah, namun pada saat kepala sprinkler pecah, tidak langsung keluar pancaran air, melainkan didahului dengan keluarnya udara yang bertekanan. Pada saat tekanan pada jaringan turun, dry pipe valve akan terbuka dan air mengalir ke titik titik sprinkler seraya mengaktifkan pompa kebakaran dan alarm gong.

Macam macam kepala sprinkler berdasarkan kepekaan suhu dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 2.2 Macam Kepala Sprinkler berdasarkan Kepekaan Terhadap Suhu No Warna Cairan dalam tabung

gelas Tingkat suhu (oC) 1 Jingga 57 2 Merah 68 3 Kuning 79 4 Hijau 93 5 Biru 141 6 Ungu 182 7 Hitam 204 / 260

Berdasarkan arah pancarannya, kepala sprinkler dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

1. Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke atas (upright) 2. Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke bawah (pendent) 3. Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke samping (sidewall)

(44)

Gambar 2.18 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke atas (upright)

Gambar 2.19 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke bawah (pendent)

Gambar 2.20 Kepala sprinkler dengan arah pancaran ke samping (sidewall)

Untuk penempatan kepala sprinkler, terdapat 2(dua) jenis system pengaturan yaitu 1. Metode ½ S dan ½ D

(45)

Gambar 2.21 Metode ½ S dan ½ D

Gambar 2.22 Metode ¼ S dan ½ D

S = Jarak antara dua kepala sprinkler D = Jarak antara dua jalur pipa

S x D untuk bahaya kebakaran ringan = 12 ~ 21 m2 S x D untuk bahaya kebakaran sedang = 9 ~ 12 m2 S x D untuk bahaya kebakaran berat = ≤ 9 m2

Disamping dua jenis penempatan tersebut, terdapat pula beberapa metoda penempatan untuk kepala sprinkler yang disesuaikan dengan kondisi ruangan yang akan dipasang kepala sprinkler, seperti gambar berikut ini:

(46)

Gambar 2.23 (a)(b)(c)(d) Metode Distribusi untuk Sprinkler

Persyaratan teknis kapasitas aliran, tekanan, kepadatan pancaran dan daerah kerja maksimum, berdasarkan Kep. Men. Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 pasal 21dan keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1981 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Persyaratan Sistem Pemancar Air (Sprinkler) untuk Bahaya Kebakaran Ringan

minimum Rate pada Control Valve 0.003 m3/s

Minimum Debit Air 0.001 m3/s

Minimum Penyediaan 9 m3

Maksimum Tekanan 340800 N/m2

Minimum Tekanan 102040 N/m2

Maksimum jumlah sprinkler per katup pengontrol

500 buah

• Untuk bangunan tinggi, pada setiap lantai harus ada kontak aliran air (water flow switch) dan saluran pembuangan air (drainage) serta keran pengatur.

• Persediaan kepala sprinkler sebagai cadangan adalah minimal 6 buah perlantai

(47)

Hydrant System

Hydrant kebakaran (Fire Hydrant) adalah suatu sistem jaringan pemipaan untuk menyalurkan air (tekanan tertentu) yang digunakan sebagai sarana pemadam kebakaran.

Berdasarkan tempat / lokasinya sistem hydrant kebakaran dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni :

1. Hydrant Gedung adalah hydrant yang terletak didalam bangunan, dan sistem peralatannya disediakan / dipasang oleh pihak pengelola gedung tersebut.

Berdasarkan penggunaannya, hydrant jenis ini diklasifikasikan kedalam 3 (tiga) kelompok yaitu :

• Hydrant Kelas I

Hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter 2,5 inchi, penggunaannya diperuntukkan secara khusus bagi petugas Pemadam Kebakaran atau orang yang terlatih.

• Hydrant Kelas II

Hydrant yang dilengkapi dengan selang yang berdiameter 1,5 inchi, yang penggunaannya diperuntukkan bagi penghuni gedung atau para petugas yang belum terlatih.

• Hydrant Kelas III

Adalah hydrant yang dilengkapi dengan selang berdiameter gabungan antara hydrant kelas I dan kelas II.

(48)

2. Sistem Hydrant Halaman

Hydrant halaman adalah hydrant yang terletak di luar / lingkungan gedung, sedangkan instalasi dan peralatan serta sumber air disediakan oleh pemilik bangunan.

Persyaratan teknis hydrant gedung berdasarkan keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985, Keputusan Gubernur DKI Jakarta dan ketentuan-ketentuan dari Dinas kebakaran DKI Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.4. Persyaratan Teknis Hidrant Gedung untuk Bahaya Kebakaran Ringan

Minimum Diameter Selang 0,037 m (1 ½ “) Minimum Debit Air 0,006 m3 /s

Minimum Diameter Pipa Untuk bangunan rendah 40 mm Untuk bangunan tinggi 65 mm

Maksimum Tekanan 690800 N/m2

Minimum Tekanan 442840 N/m2

Minimum Pemakaian 30 menit

• Kotak hydrant harus dipasang dengan ketinggian 75 cm dari permukaan lantai,mudah dilihat dan dicapai serta kotaknya tidak boleh terkunci

• Panjang selang maksimal 30 meter (100 feet),harus tidak bocor dan tidak lapuk serta diatur sehingga tidak membelit jika ditarik (direntangkan).

• Pipa pemancar harus selalu terpasang pada slang.

• Pipa hydrant harus dicat merah, kotak hydrant tersebut harus diberi tulisan’’HYDRANT”dengan warna putih, tinggi tulisan minimal 10 cm dan penempatannya tidak terhalang oleh benda-benda lain.

(49)

• Pada bangunan tinggi yang memakai pipa tegak 6 inchi harus disediakan kopling pengeluaran (landing valve) yang berdiameter 2 ½ inchi dengan bentuk kopling yang sama dengan kopling yang digunakan oleh mobil Dinas Pemadam Kebakaran

Sedangkan untuk hydrant Halaman harus diletakkan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :

• Jarak antara masing masing hydrant Halaman maksimal 150 meter • Hydrant dipasang dengan ketinggian 50 cm dari permukaan tanah

• Hydrant Halaman harus dipasang 1 meter dari pagar halaman bangunan, mudah dilihat, mudah dicapai, tidak terhalang oleh benda benda lain dan dicat merah.

• Hydrant halaman harus mampu mengalirkan air 1.125 L/menit • Tekanan maksimum Hydrant Halaman adalah 810500 N/m2

dan tekanan Minimum Hydrant Halaman adalah 590020 N/m2

• Harus disediakan Sambungan Dinas Kebakaran (Fire Brigade Connection) yang berupa kopling kembar Siam (Siamese Connection) dengan jenis yang sama dengan kopling yang digunakan mobil Dinas Pemadam Kebakaran serta ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh unit mobil Dinas Kebakaran.

• Tidak ada kebocoran pada Katup pembuka • Pipa Hydrant tidak boleh ada Pengembunan

Siamese connection

Siamese Connection merupakan kopling masukan (inlet bercabang dua yang berfungsi untuk memasukkan air kedalam sistem instalasi apabila pompa kebakaran, mengalami kerusakan atau air didalam reservoir telah habis.

(50)

Siamese Connection biasanya terletak ditempat yang mudah dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran, biasanya dipasang pada halaman muka, disamping atau dibelakang bangunan.

(51)

Rumus rumus yang Digunakan

1. Debit Air ( Kapasitas Aliran Air fluida ) Q = V . A

Dimana : Q = Kapasitas Aliran fluida (m3/s) V = Kecepatan Aliran (m/s) A = Luas penampang pipa (m2)

2. Head Kerugian Reducer

hc = g V Cc 1 2 1 2 2 ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ −

Dimana : hc = Head kerugian reducer (m)

Cc = koefisien penyempitan untuk air

V = kecepatan aliran (m/s)

g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s

3. Head kerugian Dalam jalur Pipa

he = g v K 2 . 2

Dimana : he = Head kerugian dalam jalur pipa (m)

K = Faktor untuk sambungan dan belokan v = kecepatan aliran (m/s) g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s 4. Bilangan Reynolds Re = µ d v.

(52)

Dimana : Re = Bilangan Reynolds

d = Diameter dalam pipa (m) v = Kecepatan aliran fluida (m/s) µ = Viskositas kinematik air (m2/s)

5. Kerugian Gesek dalam Pipa (aliran bersifat turbulen) hf = g v D L f 2 . . 2

Dimana : hf = kerugian gesek dalam jalur pipa (m)

f = Koefisien gesekan dalam pipa distribusi L = Panjang total pipa (m)

D = Diameter dalam pipa (m)

g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s 6. Head Total Pompa

Hpompa = g v h h ha p 2 2 1+ + ∆ +

Dimana : Hpompa = Head total pompa (m)

ha = Head Statis total (m)

∆hp = Head Perbedaan tekanan ( m)

hl = Head Loses (m) 7. Head Tekanan g P P hp . 1 2 ρ − = ∆

Dimana: hp = Head Tekanan (m)

p = Tekanan (N/m2) ρ = Rapat massa (kg/m3)

(53)

g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s 8. Head Kecepatan hv = g v v 2 2 1 2 2 −

Dimana : hv = Head kecepatan (m)

v = kecepatan aliran (m/s)

g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s 9. Head Statis

ha = Z2 – Z1

Dimana : ha = Head Statis Normal (m)

Z1 = Tinggi permukaan air (m)

Z2 = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya (m)

10 . Head Losses Discharge dan Head Losses Suction hld = hf + hc + he

hls = hf + he

Dimana : hld = Head Loses Discharge (m)

hf = Kerugian gesek dalam pipa (m)

hc = Head kerugian reducer (m)

he = Head kerugian dalam jalur pipa (m) hls = Head loses suction (m)

11. Head Loses

hloses = hld + hls

Dimana : hl = Head Loses (m)

hld = Head Loses Discharge (m)

(54)

12. Putaran Spesifik Pompa ns = 3/4 H Q n

Dimana : n s = Putaran spesifik Pompa (rpm)

n = Putaran Pompa (rpm) Q = Kapasitas pompa (m3/s) H = Head total pompa (m) 13. Persamaan Energi g p ρ1 + g v 2 2 1 + Z 1 + H pompa = g p ρ2 + g v 2 2 2 + Z 2 + H loses Dimana : g p

ρ1 = Head tekanan pada sisi isap (m)

g v 2

2

1 = Head kecepatan pad sisi isap (m)

Z1 = Tinggi permukaan air (m)

Hpompa = Head pompa (m)

g p

ρ2 = Head tekanan pada sisi tekan (m)

g v 2

2

2 = Head kecepatan pada sisi tekan (m)

Z2 = Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung

head (m)

(55)

14. Daya Pompa Pp = p Q H g η ρ. . . Dengan : ηp = p P Ph

Dimana : Pp = Daya pompa (Watt)

Ph = Daya Hidrolik (Watt)

p

η = Efisiensi pompa

H = Head Total Pompa (m)

ρ

= Rapat massa (kg/m3) Q = Kapasitas pompa (m3/s)

g = Percepatan Gravitasi (m2/s) = 9.81 m2/s

Pengujian Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Pengujian yang dilakukan pada instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran antara lain adalah :

1. Pengujian Tekanan

Pada pengujian tekanan ini perlu diketahui apakah pengujian akan sampai ke semua bagian dari sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran tersebut. Pelaksanaannya, yaitu dengan cara : menjalankan pompa untuk menghantarkan tekanan ke semua pipa cabang dan membuka katup. Pengujian dilakukan dengan tekanan Hidrostatik 20 kg/cm3 selama 4 jam terus menerus tanpa penurunan tekanan pada tiap tiap cabang pipa.

(56)

2. Pengujian Tangki

Setelah selesai dibangun, tangki harus dibersihkan secara baik kemudian diisi dengan air untuk memeriksa adanya kebocoran. Selama pengujian tangki harus tidak menunjukkan gejala kebocoran sekurang kurangnya 24 jam.

3. Pengujian Aliran

Pada pengujian ini, aliran air harus benar benar lancar sehingga debit aliran masuk mendekati sama dengan debit aliran keluar.

4. Pengujian Sprinkler System

Pengujian ini dilakukan hanya pada beberapa kepala sprinkler, sehingga pada suhu tertentu tabung kaca kepala sprinkler akan pecah dan katup akan terbuka sehingga air akan terpancar keluar melalui lubang lubang kepala sprinkler.

5. Pengujian Pompa

Pada pengujian ini, pompa yang digunakan pada gedung dinyalakan. Diharapkan pompa tersebut harus dapat bekerja secara otomatis dan manual, dapat menyalurkan air sesuai dengan kebutuhan, dapat berfungsi dengan sumber daya PLN maupun darurat.

Pemeliharaan Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran

Aspek pemeliharaan suatu instalasi tidak dapat dipisahkan dari perancangan maupun pemasangan, terlebih pada instalasi pipa pemadam kebakaran ini, karena sistem ini merupakan suatu sistem yang sangat penting yang harus dimiliki suatu bangunan tinggi dan jika pemeliharaannya kurang memadai, maka instalasi tersebut tidak dapat diandalkan.

(57)

Umumnya masalah pemeliharaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran kurang mendapat perhatian bahkan pada bangunan tinggi yang telah dirancang dan dibangun dengan penampilan baik sekalipun. Oleh karena itu mutu suatu bangunan tinggi sebenarnya tidak dapat dinilai baik jika perancangan dan pemeliharaannya tidak merupakan “Tiga Serangkai” yang nyata dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.9.1 Pemeliharaan Tangki Penyediaan Air

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sehubungan dengan pemeliharaan tangki, antara lain adalah :

• Pemeriksaan bagian dalam Tangki

Dinding tangki sewajarnya tidak mempunyai keretakan yang dapat mengakibatkan terjadinya kebocoran.

• Pemeriksaan Ketinggian Permukaan Air.

Ketinggian permukaan air pada tangki harus dijaga, antara lain dengan menggunakan pelampung agar ketinggian permukaan air pada tangki tetap dapat terpenuhi.

Pemeliharaan Pipa

Pemeriksaan yang harus dilakukan antara lain adalah : • Pemeriksaan terhadap kebocoran dan karat • Pemeriksaan terhadap laju aliran dan tekanan air • Pemeriksaan penggantung dan penyangga pipa

(58)

Pemeliharaan Pompa

Pada pemeliharaan pompa, yang harus dilakukan antara lain adalah :

• Pembersihan pada Katup Hisap(Suction Valve) dan Pipa Hisap (Suction Pipe). Jika selama pompa beroperasi ada benda asing. Kotoran atau sampah yang masuk kedalam pipa Hisap atau Katup hisap, maka pompa akan mengalami gangguan yang serius. Karena itu, pompa harus diperiksa dari benda benda yang dapat mengganggu dan merusak pompa.

• Pemeriksaan minyak pelumas

Gemuk dan minyak pelumas harus diperiksa kebersihannya dan jumlahnya.

• Pemeriksaan kebocoran dari bagian bagian pompa, diamati secara visual. • Arus Listrik, dibaca pada control panel.

Pemeliharaan Sprinkler System dan Hydrant System

Kedua alat ini harus berada pada posisi yang baik, yaitu bebas dari korosi, bebas dari kotoran dan debu. Sebaiknya kepala sprinkler dilapisi atau diolesi gemuk agar terhindar dari korosi. Pastikan bahwa pintu hydrant box dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.berikan gemuk pada engsel pintu hydrant box.

(59)

METODOLOGI PERENCANAAN

Dalam perencanaan sistem instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran ini, penulis melakukan beberapa cara dalam pengumpulan data-data yang diperlukan . Adapun metodologi perencanaan yang penulis lakukan antara lain adalah studi ke sumber data gedung, survey di lapangan dan melakukan wawancara dengan beberapa organisasi / instansi yang terkait.

3.1 Objek Perencanaan

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, yang menjadi objek perencanaan penulis adalah Perencanaan sistem dan instalasi pemadam kebakaran pada gedung Produksi CCV Line dan gedung perkantoran PT Sumi Indo Kabel jalan Gatot Subroto Km 7.8 Jatiuwung Tangerang.

3.2 Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Tinggi.

Prosedur pemasangan instalasi pipa Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi akan dijelaskan dalam bentuk diagram alir (flow diagram). Diagram alir digambarkan menggunakan lambang-lambang seperti dibawah ini. Lambang-lambang itu dibuat untuk memudahkan pengertian urutan-urutan pengerjaan. Jumlah lambang-lambang yang akan dipakai diusahakan seminimal mungkin.

(60)

Tabel 3.1. Lambang Lambang yang digunakan dalam diagram alir

Terminal Untuk menyatakan mulai (Start), berakhir (end) dan berhenti (stop)

Input Pernyataan data dan Penyusunan data

Pekerjaan, Orang

Disini diperlukan pertimbangan seperti pemilihan persyaratan kerja, perlakuan panas, penggunaan faktor keamanan dll.

Pengolahan Pengolahan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan persamaan, table dan gambar

Keputusan Harga dihitung, dibandingkan dengan yang telah distandartkan

Dokumen Untuk menyatakan keluaran dari tempat keputusan ketempat sebelumnya / berikutnya

Penghubung

Garis aliran Untuk menghubungkan langkah langkah berurutan

(61)

Diagram Alir Prosedur Ijin Pemasangan Instalasi Pipa Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Tinggi.

Gambar Dirancang

Gambar Masuk ke Tim Penasehat Arsitektur kota (TPAK)

Ada Advise dari TPAK

No Mendapat Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Gedung Dibangun START

Pemasangan Instalasi pencegahan dan penanggulangan pada bangunan oleh kontraktor

Gambar masuk ke Tim Pemeriksa Instalasi

Bangunan (TPIB)

(62)

Peraturan-peraturan yang harus di patuhi dalam perencanaan instalasi pipa pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah:

1.SK.GUB.KDKI Jakarta No.2525/1984 2.Peraturan Daerah No.3 tahun 1992

Pemeriksaan oleh Dinas Penataan dan Pengawasan

Bangunan Bangunan dinyatakan layak pakai END No Bangunan Berdiri

Kontraktor mengundang Dinas Pemadam Kebakaran untuk melakukan uji coba terhadap Instalasi Pencegahan dan Penanggulangan yang

telah dipasang pada bangunan

Ada Rekomendasi

(63)

3.Kep.Men. Pekerjaan Umum No.378/KPTS/1987 4.NFPA 13

5.Kep.Men Pekerjaan umum No.10/KPTS/2000

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data untuk mendapatkan data-data yang diperlukan.Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan sebagai berikut:

1. Penelitian lapangan.

Dengan mengambil, mengamati serta mengumpulkan data-data pada gedung administrasi dan perkantoran PT Sumi Indo Kabel Tangerang.

2. Wawancara.

Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang lebih lengkap mengenai segala sesuatu yang belum diketahui penulis, yaitu dengan wawancara langsung pada perusahaan rekanan dan nara sumber lain yang terkait dengan penulisan tugas akhir ini.

3. Riset Kepustakaan

Dengan mengumpulkan data data melalui buku buku literature, materi perkuliahan , searching data melalui jalur internet, dan pencarian buku buku lain yang berhubungan dengan materi penulisan tugas akhir ini

4. Audiensi ke Pemerintah Terkait

Audiensi ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan ketentuan yang berlaku dalam merencanakan system instalasi pencegahan dan penanggulangan kebakaran

(64)

3.4. Diagram Alir Perhitungan

Setelah dilakukan penelitian dilapangan, kepustakaan dan kunjungan kunjungan ke kantor dan Instansi Pemerintah Terkait, dilakukan perhitungan perhitungan sebagai berikut:

3.4.1. Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Sprinkler

Start

Debit air, Q (m3/s) dan kecepatan air minimum, v (m/s)

Diameter pipa sprinkler, D =

πν

Q 4

(m)

Pemeriksaan terhadap v, dimana D dimasukkan lagi kedalam rumus v

End

No

(65)

3.4.2 Diagram Alir Perhitungan Diameter Pipa Hydrant

3.4.3 Diagram Alir Perhitungan Tebal Pipa Start

Debit air, Q (m3/s) dan kecepatan air minimum, v (m/s)

Diameter pipa Hydrant , D =

πν

Q 4

(m)

Pemeriksaan terhadap v, dimana D dimasukkan lagi kedalam rumus v

End

Start

Tekanan Dalam Pipa, (N/m2) Diameter dalam pipa, D (m)

Tegangan Tarik bahan yang diijinkan, σ (N/m3) Konstanta bahan, C (m) Tebal pipa, t = + σ . 2 .D P C (m) End No Yes

(66)

3.4.4. Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Reducer

3.4.5 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Dalam Jalur Pipa

Head Kerugian Reducer, hc = ( )

2 1 1 2 22 m g Cc ν ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − End Start

Diameter pipa 1, D1 (mm) dan

Diameter pipa 1, D2 (mm) dan

Koefisien penyempitan untuk air, Cc = 2

1 2 2 ) ( ) ( 4 4 D D π π Start

Faktor untuk Sambungan dan Belokan, K

Head Kerugian dalam jalur pipa, h =e 29

.v2

K

(m)

(67)

3.4.6 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Gesek Dalam Pipa

3.4.7 Diagram Alir Perhitungan Head Kerugian Total pada Pipa Tekan (Discharge)

Start

Diameter Pipa, D(m) dan panjang total pipa L (m)

Koefisien gesekan dalam pipa distribusi,

D f =0.02+0.0005

Head Kerugian Gesek pada Pipa hf =

g v D L f 2 . . 2 (m) End Start

Head Kerugian Reducer, hc ; Head

Kerugian dalam jalur pipa he ; kerugian

gesek dalam jalur pipa hf

Head Losses Discharge, hld = hc + he + hf (m)

(68)

3.4.8 Diagram Alir Perhitungan Head Total pada Pipa Hisap (Suction)

3.4.9. Diagram Alir Perhitungan Head Total Pompa Start

Head Kerugian dlm jalur pipa, he;

kerugian gesek dalam jalur pipa hf

Head Losses Suction, hls = he + hf (m)

End

Start

Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya, Z1 (m)dan

tinggi permukaan air, Z2 (m)

Head Statis Total, ha = Z2 – Z1 (m)

(69)

Tekanan Minimum hydrant gedung, P2dan tekanan awal, P1

Head Perbedaan Tekanan, ∆hp =

g P P . 1 2 ρ − (m)

Kecepatan air minimum, v2 dan

kecepatan awal, v1 Head Kecepatan , hv = g v v 2 1 2 − (m)

Head Losses Discharge, hld dan Head

Losses Suction, hls

Head Losses = hlosses = hld + hls (m)

Head statis total ha ; Head Perbedaan

Tekanan ∆ hp ; Head Kecepatan, hv ; Head

Losses, hlosses

Head Pompa, Hpompa = ha + ∆hp + hv + hlosses (m)

End C

(70)

3.4.10 Diagram Alir Perhitungan Efisiensi Pompa

3.4.11 Diagram Alir Perhitungan Tekanan Start

Putaran pompa, n; Head Pompa, Hpompa ; Debit air, Q

Putaran spesifik pompa,

4 3 H Q n ns = (rpm) Efisiensi Pompa, ηp End Start

Tinggi dari dasar GWR sampai lantai yang dihitung headnya, Z1; tinggi permukaan air

Z2 ; Head Pompa, Hpompa ; Tekanan Awal P1

dan Kecepatan Air Minimum v2

Tekanan Sprinkler Head Terjauh, losses pompa Z H g v g P H Z g v g P + + + = + + + 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 ρ ρ End

(71)

3.4.12 Diagram Alir Perhitungan Daya Pompa Start Kerapatan air, ρ (kg/m3) Kecepatan Gravitasi, g (m/s2) Head Pompa, H (m) Kapasitas Pompa, Q (m3/s) Efisiensi Pompa, η Daya pompa, P = p Q H g η ρ. . . (watt) End

(72)

PERHITUNGAN DAN ANALISA PERENCANAAN

4.1 Pengamatan Pendahuluan

Pada tahap perencanaan pembuatan konsep, penelitian dilapangan sangat penting untuk dilakukan, karena jika tidah lengkap atau kurang memadai akan menimbulkan kesulitan pada tahap awal perencanaan dan dapat menyebabkan terhambatnya pemasangan pipa.

Pada pengamatan pendahuluan ini dilakukan pengumpulan data awal berupa: • Jumlah lantai gedung

• Penggunaan Gedung • Denah Bangunan • Luas Bangunan • Kondisi Lingkungan

Penelitian di lapangan tidak hanya berarti melihat situasi setempat dilapangan, tetapi juga meliputi kunjungan ke instansi pemerintah yang terkait dalam hal ini DPK Tangerang, survey material yang ada dipasaran dan penelitian terhadap supplier dan pelaksana kontraktor yang akan ditunjuk.

Berikut adalah data teknis dan lokasi Gedung :

Nama Gedung : Gedung Perkantoran dan Administrasi PT. Sumi Indo Kabel. Lokasi : Jalan Gatot Subroto Km 7.8 Jatiuwung Tangerang

Batas batas lokasi:

(73)

• Sebelah utara : PT. Karya Sumiden Indonesia • Sebelah Selatan : Jalan Raya Telesonic, PT Inter Kayu • Sebelah barat : PT. Cometa Can Company

• Sebelah timur : PT. Mesindo Agung Jumlah Gedung : 2 gedung terdiri dari;

Gedung A ( Perkantoran dan administrasi , 2 lantai ) • Tinggi gedung : 6 meter

• Panjang Gedung : 36 meter • Lebar Gedung : 18 meter • Luas atap lantai 1 : 648 m2

• Luas atap lantai 2 : 648 m2

Gedung B ( Produksi untuk CCV line , 4 lantai ) • Tinggi gedung : 22 meter

• Panjang Gedung : 45 meter • Lebar Gedung : 12 meter • Luas atap lantai 1 : 540 m2

• Luas atap lantai 2 : 318 m2

• Luas atap lantai 3 : 504 m2

• Luas atap lantai 4 : 288 m2

Dalam perhitungan Tugas Akhir ini, penulis mengambil Gedung CCV lantai 4 sebagai acuan perhitungan sebagai titik kritis untuk semua sistem yang bekerja.

Gambar

Gambar 2.1 Segi Tiga Api (Fire Triangle of Combustion)
Gambar 2.2 Pipa
Gambar 2.3 Gate Valve  2.  Globe Valve
Gambar 2.5 Check Valve  4.  Foot Valve
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Sistem sub struktur yang akan digunakan nantinya pada bangunan Batik Center ini adalah pondasi tiang pancang, sedangkan untuk up struktur atau bagian atap akan

matematika dan *isika+ Pengertian sistem matematika dan *isika+ Pengertian sistem elektrik% mekanik% $roses dan hu,ungan elektrik% mekanik% $roses dan hu,ungan in$ut serta out$ut

Air limbah sintetis yang digunakan dikondisikan dalam beberapa variabel yaitu variabel tegangan listrik, jarak anter elektrode dan waktu kontak sehingga diperoleh

Dari pengolahan data maka diperoleh nilai Tolerance untuk variabel transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, fairness atau kewajaran yaitu 0,566, 0,469, 0,608, 0,586

Profil Kesehatan Kota Surabaya merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kota Surabaya yang dapat dipergunakan untuk memantau dan

modal pemegang saham. Melalui pendekatan ini dapat diketahui bahwa perolehan modal yang akan diperoleh melalui perputaran modal berpengaruh terhadap peningkatan maupun penurunan

Metode ML memiliki beberapa kelebihan yaitu model berdasarkan statistic dan evolusi, paling konsisten dari model yang ada, dapat digunakan untuk analisis karakter dan

Hasil penugasan pegawai YPPSU dengan menggunakan metode Hungarian, dengan sistem kerja yang sama dengan selama ini maka kinerja pegawai lebih tinggi dibandingkan