• Tidak ada hasil yang ditemukan

MKMI MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA The Indonesia Journal of Public Health

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MKMI MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA The Indonesia Journal of Public Health"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

The Indonesia Journal of Public Health

Volume 10, Nomor 4, Desember 2014

ISSN 0216-2482

DAFTAR ISI

Obesitas, Asupan Natrium dan Kalium terhadap Tekanan Darah Mahasiswa

Fatimah Kautsar, Aminuddin Syam, Abdul Salam

Evaluasi PLA (Participatory Learning and Action) Malaria

Nurwati

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap Perilaku ANC

Sumarni

Deteksi Dini Kusta pada Anak Sekolah Dasar

Tati Masliah

Pola Makan dengan Kadar Glukosa Darah Pasien DM Tipe 2

Andi Mardhiyah Idris, Nurhaedar Jafar, Rahayu Indriasari

Interaksi Sosial Pekerja Anak terhadap Penggunaan Zat Adiktif

Musyarrafah Hamdani, Asryad Rahman

Perilaku Konsumen terhadap Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi

Millah Mutmainnah, Balqis, Darmawansyah

Intensitas Getaran dengan Keluhan Muskuloskeletal Disorder (MSDs)

Dimi Cindyastria, Syamsiar S. Russeng, Andi Wahyuni

Gambaran Sistem Penyelenggaraan Makanan di Pondok Pesantren Hubulo

Gorontalo

St. Aisyah Taqhi

187-192

193-199

200-204

205-210

211-218

219-226

227-233

234-240

241-247

(4)

OBESITAS, ASUPAN NATRIUM DAN KALIUM TERHADAP

TEKANAN DARAH

Obesity, Sodium and Kalium Intake and Blood Pressure of Students

Fatimah Kautsar, Aminuddin Syam, Abdul Salam

Bagian Prodi Ilmu Gizi FKM Unhas

(iemaeverlastingfriend@gmail.co.id)

ABSTRAK

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke, dan ginjal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan obesitas asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada mahasiswa Universitas Hasanuddin angkatan 2013 dengan menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini, yaitu mahasiswa Unhas dengan berat badan berlebih yang berjumlah 411 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian diperoleh 46,5% responden men-derita hipertensi (tekanan darah tinggi). Hasil penelitian yang dilakukan terhadap obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah diperoleh p=0,030. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah. Sedangkan pada hubungan obesitas (berdasarkan lingkar perut) dengan tekanan darah diperoleh p=0,716 yang menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkar perut de-ngan tekanan darah. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap asupan natrium dede-ngan tekanan darah menunjukkan p=0,09, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan tekanan darah. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap asupan kalium didapatkan p=0,758 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kalium dengan tekanan darah. Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan bermakna antara obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah sedangkan obesitas (berdasarkan lingkar perut, asupan natrium dan kalium) tidak berhubungan dengan tekanan darah.

Kata Kunci : Obesitas, hipertensi, asupan natrium

ABSTRACT

Hypertension is a disease that occurs due to an increase in blood pressure that can lead to various com-plications with several other diseases, even becoming the cause of heart disease, stroke, and kidney disease. The purpose of this study was to determine the relationship between obesity, sodium and kalium intake and blood pressure of Hasanuddin University students from the year 2013 using cross sectional design. The population in this research was students of Hasanuddin University with excess weight, amounting to 411 people. Samples were selected using the purposive sampling technique. The result of this study showed that 46.5 % of the sample suf-fered from hypertension (high blood pressure). Results of the study show thatobesity (based on BMI) and blood pressure has a p value of 0,030. It shows a significant relationship between obesity (based on BMI) with blood pressure. Meanwhile the relationship between obesity (based on waist circumference) and blood pressure resulted in p=0,716 which showed no significant relationship between abdominal circumference and blood pressure. Study conducted on sodium intake and blood pressure showed p=0,09, which means there is no significant relationship between sodium intake and blood pressure. While the results of a study on potassium intake obtained p=0,758, which means there is no significant relationship between potassium intake and blood pressure. The conclusion of this study is that there is a significant relationship between obesity (based on BMI) and blood pressure while obesity (based on waist circumference, intake of sodium and potassium) are not associated with blood pressure. Keywords : Obesity, blood pressure, sodium intake

(5)

PENDAHULUAN

Hipertensi sebagai outcome obesitas tidak lagi dipandang sebagai masalah pada orang de-wasa saja. Hipertensi ditemukan mulai dari masa kanak-kanak dan remaja.1 Sorof et al

menemu-kan prevalensi hipertensi sistolik diantara remaja obes sebanyak 50% sedangkan pada remaja non-obesitas sebanyak 30%.2 Hipertensi berkaitan

dengan asupan tinggi natrium. Tekanan darah populasi dengan diet tinggi natrium ditemukan lebih tinggi dibanding populasi dengan diet na-trium rendah.3 Hipertensi adalah penyakit yang

terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbul-nya petimbul-nyakit jantung, stroke, dan ginjal. Di se-luruh dunia, hipertensi merupakan masalah yang besar dan serius.4 Tekanan darah sistolik yang

normal adalah antara 90-120 mmHg sedangkan tekanan darah diastolik normal adalah antara 60-80 mmHg. Tekanan darah di atas 140/90 mmHg termasuk tekanan darah tinggi.5

Data statistik World Health Organization (WHO) tahun 2008 menunjukkan data faktor risiko metabolisme peningkatan tekanan darah pada negara Indonesia sebesar 38,9% pada laki-laki dan 36% pada perempuan dengan rata-rata 37,4%.6 Data riskesdas tahun 2013 menunjukkan

pada wilayah Sulawesi Selatan angka prevalensi hipertensi melalui pengukuran didapatkan angka sebesar 28,1%. Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 di-dapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%.7 Penelitian

Drewnoski menunjukkan bahaya obesitas ber-hubungan dengan hipertensi. Sebanyak 86,5% anak yang mengalami obesitas memiliki tekanan darah yang tinggi. Tekanan darah yang tinggi sejak masa kanak-kanak menyebabkan kondisi yang lebih buruk di masa mendatang. Jika kondi-si ini terus terjadi, anak tersebut akan mengalami peningkatan morbiditas dan mortalitas kardio-vaskuler dan prevalensi tekanan darah pada usia dewasa yang berdampak pada peningkatan mor-biditas dan mortalitas kardiovaskular dan preva-lensi hipertensi akan mengalami peningkatan pada masa yang akan datang.8

Asupan tinggi natrium dapat

menyebab-kan peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah. Natrium menyebabkan tubuh menahan air dengan tingkat melebihi ambang ba-tas normal tubuh sehingga dapat meningkatkan volume darah dan tekanan darah tinggi.9 Asupan

tinggi natrium menyebabkan hipertropi sel adi-posit akibat proses lipogenik pada jaringan lemak putih, jika berlangsung terus menerus akan me-nyebabkan penyempitan saluran pembuluh da-rah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.10 Selain hal tersebut, individu

de-ngan berat badan berlebih dan obesitas kemung-kinan besar memiliki sensitifitas garam yang ber-pengaruh pada tekanan darah.

Asupan tinggi natrium pada penelitian Des-tiani merupakan faktor risiko kejadian hipertensi obesitik pada remaja awal, dimana asupan tinggi natrium berisiko 7,9 kali untuk kejadian obesitik. Hasil penelitian ini sesuai dengan konsensus yang dipublikasi American Heart Association bahwa asupan natrium yang tinggi pada remaja dapat menyebabkan terjadinya hipertensi obesitik. Hal ini disebabkan oleh asupan tinggi natrium yang dapat menyebabkan peningkatan volume plasma, curah jantung, dan tekanan darah.11 Penelitian

ini-bertujuan mengetahui hubungan obesitas, asupan natrium dan kalium dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas Angkatan 2013.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sec-tional study. Penelitian ini dilaksanakan di Uni-versitas Hasanuddin pada bulan Maret-April 2014. Populasi penelitian adalah seluruh maha-siswa S1 Angakatan 2013 dengan berat badan berlebih yang berjumlah 411. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 71 orang. Teknik pengambi-lan sampel dengan menggunakan teknik purpo-sive sampling. Data yang digunakan merupakan data primer yang merupakan hasil wawancara dan pengukuran langsung yang dilakukan ter-hadap pasien dan data sekunder yang merupakan data identitas mahasiswa yang diperoleh dari Rektorat Unhas. Instrumen yang digunakan beru-pa timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan, tensimeter, dan kuesioner food frequency questionnaire semi kuantitatif. Analisis data

(6)

di-lakukan dengan menggunakan program SPSS.16, dan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square. Data yang telah dianalisis kemu-dian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL

Responden yang paling muda berusia 18 tahun dan responden paling tua berusia 20 ta-hun. Responden laki-laki memiliki persentase terbanyak, yakni 73% memiliki tekanan darah tinggi. Responden lebih dominan bertempat ting-gal tidak di kos sebanyak 48,9% yang memiliki tekanan darah tinggi. Responden yang terbanyak berdasarkan fakultas adalah mahasiswa fakultas teknik. Sebanyak 15 responden memiliki tekan-an darah tinggi, yakni 40% dtekan-an 60% memiliki tekanan darah normal (Tabel 1).

Hasil uji chi square yang dilakukan terha-dap obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah didapatkan p value sebesar 0,030 (p< 0,05). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara obesitas dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas angkatan 2013. Uji fisher exact dilakukan terhadap obesi-tas (berdasarkan lingkar perut) dengan tekanan darah dan diperoleh p value sebesar 0,716 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkar perut dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas angkatan 2013 (Ta-bel 2).

Berdasarkan uji chi square maka p val-ue =0,09, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tekanan Darah Mahasiswa Unhas Angkatan 2013 Karakteristik Responden Tekanan Darah Total Tinggi Normal n % n % n=71 % Umur (tahun) 18 19 20 Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Tempat Tinggal Kos Tidak Kos Asrama Fakultas Ekonomi Kedokteran Gigi Kesehatan Masyarakat Ilmu Kelautan dan Perikanan Kehutanan

Farmasi Hukum Kedokteran Teknik

Ilmu Sosial dan Politik Sastra Pertanian MIPA Peternakan 16 16 1 27 6 10 23 0 5 1 0 1 0 0 6 2 6 5 0 2 4 1 50,0 44,4 46,5 73,0 17,6 43,5 48,9 0 71,4 50,0 0 50,0 0 0 75,0 18,2 40,0 71,4 0 50,0 100 50,0 16 20 2 10 28 13 24 1 2 1 3 1 2 1 2 9 9 2 3 2 0 1 50,0 55,6 66,7 27,0 82,4 56,5 51,1 100 28,6 50,0 100 50,0 100 100 25,0 81,8 60,0 28,6 100 50,0 0 50,0 32 36 3 37 34 23 47 1 7 2 3 2 2 1 8 11 15 7 3 4 4 2 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

(7)

angkatan 2013 tahun 2014. Sedangkan, uji chi square terhadap asupan kalium dengan tekanan darah diperoleh p value lebih besar dari 0,05 (0,758>0,05), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan kali-um dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas angkatan 2013 (Tabel 2).

PEMBAHASAN

Hubungan obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah diketahui bahwa responden yang mengalami obesitas lebih banyak yang men-derita tekanan darah tinggi (hipertensi) sedang-kan responden yang mengalami overweight lebih banyak yang memiliki tekanan darah normal. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada kecenderungan seseorang yang mengalami obesitas dapat men-derita tekanan darah tinggi (hipertensi).

Obesitas akan mengaktifkan kerja jantung dan dapat menyebabkan hipertrofi jantung dalam jangka lama, curah jantung, isi sekuncup jantung, volume darah dan tekanan darah akan cenderung naik. Selain itu fungsi endokrin juga terganggu, sel-sel beta pankreas akan membesar, insulin plasma meningkat dan toleransi glukosa juga me-ningkat. Apabila hal ini berlangsung sejak usia muda akan memudahkan terjadinya penyakit hi- pertensi, penyakit kantung empedu, diabetes me-litus di kemudian hari.11 Hasil penelitian

ini sejalan dengan hasil penelitian Lumoindong yang menyatakan bahwa terdapathubungan ber-makna antara obesitas dengan profil tekanan darah (p=0,007). Hasil penelitian oleh Destriani juga menunjukkan bahwa ada hubungan ber-makna antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,044). Selain itu, penelitian yang dilakukan Hadi menyatakan bahwa ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi (p=0,000).

Beberapa faktor diduga berperan dalam mekanisme obesitas yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah, yaitu a) efek lang-sung obesitas terhadap hemodinamik meliputi peningkatan volume darah, peningkatan curah jantung dan peningkatan isi sekuncup (stroke vo-lume); c) adanya mekanisme yang menghubung-kan obesitas dengan peningkatan resistensi peri-fer seperti disfungsi endotel, resistensi insulin, aktivitas saraf simpatis, adanya subtansi yang dikeluarkan oleh adiposa seperti Interleukin-6 (IL-6) dan TNF-α.12

Hubungan obesitas sentral (berdasarkan lingkar perut) dengan tekanan darah menunjuk-kan bahwa responden yang mengalami obesitas sentral lebih sedikit yang memiliki tekanan darah tinggi namun angkanya tidak jauh berbeda de-ngan responden yang tergolong obesitas sentral tapi memiliki tekanan darah normal. Sedangkan responden yang memiliki lingkar perut normal

Tabel 2. Hubungan antara Obesitas (Berdasarkan IMT), Obesitas (Berdasarkan Lingkar Perut), Asupan Natrium dan Asupan Kalium dengan Tekanan Darah Mahasiswa Unhas Angka-tan 2013 Variabel Tekanan Darah Total p Tinggi Normal n % n % n=71 %

Kategori Indeks Massa Tubuh Overweight

Obesitas

Kategori Lingkar Pinggang Obesitas sentral Normal Asupan Natrium Berlebih Cukup Asupan Kalium Kurang Cukup 16 22 30 3 13 20 22 11 72,7 44,9 47,6 37,5 61,9 40,0 47,8 44,0 6 27 33 5 8 30 24 14 27,3 55,1 52,4 62,5 38,1 60,0 52,2 56,0 22 49 63 8 21 50 46 25 100 100 100 100 100 100 100 100 0,030 0,716 0,091 0,758

(8)

atau tidak obesitas sentral presentasenya lebih tinggi yang memiliki tekanan darah normal dari-pada yang memiliki tekanan darah tinggi. Setelah dilakukan uji statistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara obesitas sentral (berdasarkan lingkar perut) dengan tekanan da-rah.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa peningkatan aku-mulasi lemak viseral (abdominal) merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskular, dislipe-dimia, hipertensi, stroke, dan diabetes mellitus tipe II. Obesitas sentral menjadi topik menarik, karena bertambahnya ukuran dan jumlah sel adi-posa dapat menyebabkan obesitas dan menim-bulkan gangguan metabolisme. Selain sebagai tempat penyimpanan lemak, sel adiposa meru-pakan organ yang memproduksi molekul molekul biologi aktif (adipokin) seperti sitokin proinfla-masi, hormon antiinflamasi dan substansi biologi lain. Obesitas menyebabkan ekpresi sitokin pro-inflamasi meningkat di dalam sirkulasi sehingga menyebabkan inflamasi dinding vaskular. Me-kanisme inflamasi pada hipertensi diduga melalui peningkatan beberapa mediator, termasuk mole-kul adhesi lekosit, kemosin, faktor pertumbuhan spesifik, heat shock protein, endotelin-I dan an-giotensin.12

Lingkar perut juga merupakan parameter penting untuk menentukan resiko terjadinya pe-nyakit jantung dan hipertensi. Semakin besar lingkar perut seseorang, risiko terjadinya pe-nyakit jantung dan hipertensi pada orang terse-but lebih besar. Para ahli menyimpulkan, setiap penambahan 5 sentimeter pada lingkar pinggang atau perut, risiko kematian dini akan meningkat antara 13% hingga 17 %.13 Hasil penelitian ini

menunjukkan sebanyak 61,9% responden yang memiliki asupan natrium berlebih menderita tekanan darah tinggi sedangkan responden de-ngan asupan cukup natrium lebih banyak yang memiliki tekanan darah normal. Ini menunjuk-kan ada kecenderungan seseorang yang memiliki asupan natrium berlebih memiliki tekanan darah yang tinggi. Namun, setelah dilakukan analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan natrium dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas angkatan

2013.

Hal ini tidak sejalan dengan hasil pene-litian yang dilakukan oleh Puspitasari dalam Lutfiana yang menunjukkan bahwa asupan na-trium merupakan faktor risiko paling kuat yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.14 Pada

penelitian Alaniz, et al juga menunjukkan bahwa asupan natrium pada kelompok kasus lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Asupan tinggi natrium menyebabkan hipertropi sel adiposit aki-bat proses lipogenik pada jaringan lemak putih, jika berlangsung terus menerus akan menyebab-kan penyempitan saluran pembuluh darah oleh lemak dan berakibat pada peningkatan tekanan darah.10 Selain hal tersebut, individu dengan berat

badan berlebih dan obesitas kemungkinan besar memiliki sensitifitas garam yang berpengaruh pada tekanan darah.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan res-ponden dengan asupan kalium yang kurang lebih banyak yang memiliki tekanan darah normal yakni 52,2% daripada responden dengan tekanan darah tinggi yakni 47,8% sedangkan responden dengan asupan cukup kalium lebih banyak yang memiliki tekanan darah normal yakni 56% daripada yang memiliki tekanan darah tinggi yakni 44%. Na-mun, berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan kalium dengan tekanan darah pada ma-hasiswa Unhas angkatan 2013. Hasil ini sejalan dengan penelitian Adhyanti, walaupun besar pro-tektif kejadian hipertensi dengan pola konsumsi kalium berlebih adalah sebesar 0,682 kali diban-ding pasien dengan pola konsumsi kalium yang rendah, tetapi variabel tersebut tidak signifikan. Secara fisiologis kalium memiliki peranan dalam menghindarkan dari terjadinya hipertensi. Asu-pan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik.15 Cara kerja

kalium adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan konsen-trasinya dalam cairan intraseluler, sehingga cen-derung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.16

KESIMPULAN DAN SARAN

Ada hubungan signifikan antara obesitas (berdasarkan IMT) dengan tekanan darah pada

(9)

mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014 dengan p=0,030 (<0,05). Sedangkan pada obesi-tas (berdasarkan lingkar perut) tidak ada hubung-an yhubung-ang signifikhubung-an hubung-antara lingkar perut denghubung-an tekanan darah dengan p= 0,716 (>0,05). Tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan natrium dengan tekanan darah pada mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014 dengan p= 0,09 (>0,05). Sedangkan antara asupan kalium dengan tekanan darah juga tidak ada hubungan yang sig-nifikan antara asupan kalium dengan tekanan da-rah pada mahasiswa Unhas angkatan 2013 tahun 2014 dengan p= 0,758 (> 0,05).

Kepada penderita hipertensi diharapkan dapat mengontrol tekanan darah secara rutin, mengurangi konsumsi makanan sumber natrium, meningkatkan konsumsi makanan sumber kalium dan menurunkan berat badan bagi yang obesitas untuk menghindari terjadinya peningkatan tekan-an darah dtekan-an mengupayaktekan-an untuk kembali ke tekanan darah yang normal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Krummel, Couch. Medical Nutrition Therapy in Hypertension In :Maham K, EscottP. Wa-ter, Electrolytes, and Acid Base Balance.In: Krause’s Food and Nutrition Therapy. 12th ed. 2008:150-1.

2. Sorof, S D. Obesity Hypertension in Chil-dren; A Problem of Epidemic Proportions. Hypertension Journal of American Heart As-sociation. 2002;40:441-7.

3. Sacks. Effect on Blood Pressure of Reduced Dietary Sodium and The Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) Diet. N Eng J Med. 2001;344(1):3-10.

4. Mayasari, Utomo, Meikawati. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Remaja (Studi pada Anggota Karang Taruna RW 1 Kelurahan Bulustalan Kecamatan Semarang Selatan) [Skripsi]. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang; 2010.

5. Balitbangkes. Operational Study an Integra-ted Community-Based Intervention Program on Common Risk Factors of Mayor Non-Communicable Disease in Deok-Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 2006.

6. WHO. Non-Communicable Disease. 2010 [cited 2014 20 February]; Available from: http://www.who.int/countries/en/s.

7. Kemenkes. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan; 2013.

8. Drewnowski A. Concept of a Nutritious Food: toward a Nutrient Density Score. Am J Clin Nutr 2005;82:721–32.

9. Samuel, Barbara, Lean, Stephen, Matthew, Alice. Dietary recommendations for children and adolescents: a guide for practitioners: consensus statment from the American Heart Association. Circulation journal of the ameri-can Heart Association. 2005;112:2061-75. 10. Alanaiz F, Brito, silva B, Julie T, Sandra A,

FB L. High Dietary Sodium Intake Increas-es White Adipose Tissue Mass and Plasma Leptin in Rats. Obesity. 2007;5(9).

11. Destriani. Hubungan Obesitas dan Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi [Skripsi]. Makassar: Unhas; 2012.

12. Lumoindong A, Umboh A, Masloman N. Hubungan Obesitas dengan Profil Tekanan Darah pada Anak Usia 10-12 tahun di Kota Manado [Skripsi]. Manado: Universitas Sam Ratulangi 2013.

13. Misnadiarly. Obesitas sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2007.

14. Lutfiana. Asupan Tinggi Natrium dan Berat Badan Lahir sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Obesitas pada Remaja Awal. Jour-nal of Nutrition College.2012;2(2):127-133 15. Kristanti H. Waspadalah Penyakit

Berbaha-ya. Yogjakarta: Citra pustaka; 2009.

16. Almatsier. Prinsip Ilmu Gizi Dasar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2006.

(10)

EVALUASI PLA (PARTICIPATORY LEARNING AND ACTION)

MALARIA

Evaluation of PLA (Participatory Learning and Action) Malaria

Nurwati

Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan

(nurwati_fi@yahoo.com)

ABSTRAK

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan untuk mengendalikan ma-laria dengan melibatkan partisipasi masyarakat dengan pendekatan PLA (Participatory Learning and Action) yang merupakan kegiatan pembelajaran ke masyarakat untuk dapat mengambil tindakan dalam pengendalian malaria. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi dalam mengevaluasi pelaksanaan Participatory Learning and

Ac-tion malaria di Desa Bori Kecamatan Bacan Timur Kabupaten Halmahera Selatan. Penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan penelitian terdiri dari 6 orang, yaitu pengelola malaria, ke-pala desa, kader malaria desa, petugas polindes dan tokoh masyarakat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fasilitasi PLA malaria tingkat desa yang dilakukan mampu menumbuhkan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang malaria karena metode yang digunakan sangat partisipatif pada proses pelaksanaannya sehingga masyarakat aktif mengikuti fasilitasi tersebut. Rencana dan kegiatan masyarakat yang disepakati berfokus pada pemberantasan genangan-genangan air yakni kerja bakti, penimbunan, dan pembuatan saluran air. Oleh karena itu, kegiatan pemantauan terhadap kegiatan pemberantasan malaria di desa harus tetap dilakukan secara berkelanjutan sehingga dapat mengurangi keberadaan tempat perkembangbiakan nyamuk sehingga diharapkan berdampak pada penurunan kasus malaria. Kata kunci : PLA, malaria, partisipasi masyarakat

ABSTRACT

One of the efforts made by the Government of South Halmahera to control malaria is through community participation with PLA (Participatory Learning and Action) approach which is a learning activity for the com-munity to be able to take action in the control of malaria. This study aims to obtain information in evaluating the implementation of Participatory Learning and Action of malaria in Bori Village, East Bacan District, South Halmahera Regency. This study is a qualitative study with a phenomenological approach. Informants consisted of 6 people including malaria program manager, head of village, village malaria cadres, polindes officials and community leaders. Data was collected through indepth interviews and observation. The results of this study indi-cate that the facilitation of malaria PLA conducted in the village level wasable to grow and improve the public’s understanding of malaria because the methodusedwas very participative in the implementation process so that the community actively participates in the facilitation. Plans and community activities focused on the eradication of water puddles through community service, landfill and the making of water drains. Therefore, monitoring of the malaria eradication activities in the village must still be done in a sustainable manner so it can reduce the pre-sence of mosquito breeding sites that are expected to have an impact on the decline in malaria cases.

(11)

PENDAHULUAN

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat didunia. Pengendalian dan pengo-batan malaria menjadi lebih sulit dengan menye-barnya strain parasit malaria yang kebal terha-dap obat anti malaria. Selain itu strain nyamuk Anopheles vektor penular malaria mulai banyak yang tidak mempan lagi terhadap insektisida yang digunakan untuk memberantasnya. Diperlukan peningkatan pendidikan kesehatan, manajemen penanganan penderita yang lebih baik, cara pe-ngendalian vektor yang lebih efesien dan terpadu untuk mengatasi penyebaran malaria.1

Pada tahun 1998, WHO (World Health Organization) menyerukan ke seluruh negara perlunya pendekatan baru dalam pemberantasan malaria di mana WHO menjadi pemimpin pra-karsa dan katalisator yang dikenal dengan Roll Back Malaria melalui upaya kemitraan. Di In-donesia pada tanggal 8 April 2000 bertempat di Nusa Tenggara Timur, Menteri Kesehatan RI mencanangkan ”Gebrak Malaria” yang merupa-kan geramerupa-kan nasional seluruh aspek bangsa dalam upaya memberantas malaria dengan intensif yang melibatkan jaringan kerjasama pemerintah, swas-ta, masyarakat, LSM, badan internasional dan penyandang dana. Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria mempunyai visi yakni mewu-judkan lingkungan yang terbebas dari penularan malaria melalui pemberdayaan masyarakat untuk hidup sehat dan melindungi diri dari penularan malaria, menggalang kemitraan dalam pemberan-tasan malaria dan menjamin pelayanan kesehatan yang bermutu untuk pencegahan dan pengobatan malaria.1

Salah satu upaya dalam pengendalian ma-laria adalah melaksanakan kegiatan pengenda-lian vektor untuk memutuskan rantai penularan malaria. Pengendalian vektor dilakukan dengan cara membunuh nyamuk dewasa (penyemprotan rumah dan kelambu berinsektisida dengan meng-gunakan insektisida), membunuh jentik (kegiatan anti larva) dan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan.2

Upaya pengendalian malaria dengan meli-batkan partisipasi masyarakat telah dilakukan di Kabupaten Halmahera Selatan sejak tahun 2008.

Pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian malaria dilakukan dengan pendekatan Participa-tory Learning and Action (PLA), yakni kegiatan memberikan pembelajaran ke masyarakat untuk dapat mengambil tindakan dalam pengenda- lian malaria. Kegiatan PLA dimulai dengan me-latih dua orang kader malaria desa setiap desa di tingkat kabupaten dan setelah pelatihan kader malaria desa kembali ke desa untuk melakukan kegiatan tindak lanjut berupa pertemuan fasilitasi dengan stakeholder desa, membuat rencana kerja dan melaksanakan upaya pengendalian malaria yang berfokus pada pemberantasan genangan air di desa yang berpotensi menjadi breeding site atau tempat perkembangbiakan nyamuk. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mengurangi dan menghilangkan tempat perkem-bangbiakan nyamuk berdampak pada penurunan kasus malaria di Kabupaten Halmahera Selatan.3

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian kuali-tatif, menggunakan pendekatan fenomenologi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) secara langsung terhadap informan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-25 Oktober tahun 2013 di Desa Bori. Pemilihan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu informan di-pilih dengan menentukan kriteria tertentu. Infor-man adalah pengelola program malaria, kepala desa, kader malaria desa, petugas Polindes dan tokoh masyarakat. Informasi yang ingin digali dari penelitian ini antara lain pelaksanaan perte-muan fasilitasi PLA malaria, penyusunan rencana kegiatan masyarakat dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa dalam upaya pemberantasan malaria. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dikumpulkan dan dianalisis dengan thematic analysis kemudian diinterpresta-sikan lalu disajikan dalam bentuk narasi . Tahap pertama dilakukan reduksi data yang merupakan proses pemilihan, pemusatan, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dilapangan. Kemudian, data yang diperoleh digolongkan sesuai dengan variabel penelitian, lalu disajikan dalam bentuk teks beri-kut analisisnya dengan menggunakan fakta-fakta

(12)

yang ada dilapangan. Setelah itu ditarik kesimpu-lan dengan melakukan pemaknaan atas pola-pola peristiwa dan alur sebab akibat yang menjawab semua variabel penelitian ini.

HASIL

Karakteristik informan terdiri dari usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan, pe-kerjaan dan jabatan. Informan dalam penelitian ini terdiri dari kader malaria desa, Kepala Desa Bori, tokoh masyarakat Desa Bori, dan Pengelola Malaria Kabupaten Halmahera Selatan. Berdasar-kan jenis kelamin, terdapat lima informan laki-laki dan satu informan perempuan umur mereka antara 33- 47 tahun. Semua informan berstatus telah menikah. Berdasarkan pekerjaan, semua in-forman bekerja dengan profesi sebagai pegawai negeri sipil dan petani. Status pendidikan infor-man ada yang tamat SMP, SMA, Diploma dan Sarjana (Tabel 1).

Fasilitasi PLA malaria yang dilaksanakan ditingkat desa merupakan awal pelaksanaan ke-giatan PLA malaria di desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertemuan fasilitasi tersebut dilakukan dengan suasana yang menarik sehingga masyarakat sebagai peserta tetap aktif dan saling berbagi pengetahuan tentang malaria. Terdapat permainan-permainan agar masyarakat sema- ngat untuk mengikuti pertemuan tersebut. Beri-kut merupakan Beri-kutipan hasil wawancara menge-nai hal tersebut,

“Pertemuan di desa torang buat se- perti yang diajarkan di kabupaten. Selalu torang mulai dengan permainan supaya masyarakat tertarik dan semangat. Apa yang disampaikan torang selalu libatkan masyarakat seperti body mapping, dimana

masyarakat yang menggambar peta tubuh bisa paham gejala penyakit malaria itu bagaimana. Ada juga menggambar peta desa supaya masyarakat paham dimana tempat air tergenang yang ada jentik ma-laria. Torang sama-sama buat itu rencana pemberantasan malaria di desa, tentang pembuatan saluran air, timbun genangan air”

(MH, 44 thn, 21 Oktober 2013)

Metode yang digunakan adalah metode partisipatif sehingga tumbuh keinginan yang kuat di masyarakat untuk belajar dan saling ber-bagi pengetahuan dalam pertemuan tersebut. Dan dalam proses pertemuan tersebut diselingi de-ngan permainan-permainan sehingga tidak mem-bosankan dan peserta tetap bersemangat untuk belajar bersama. Karena pada prinsipnya sistem pembelajaran orang dewasa adalah saling meng-hargai antar peserta. Berikut merupakan hasil wawancara mengenai hal tersebut,

“Pertemuan fasilitasi PLA merupakan suatu proses pembelajaran atau learning, dimana digunakan metode yang partisipa-tif. Dengan metode ini menumbuhkan ke-inginan masyarakat untuk belajar dan sa- ling berbagi pengetahuan yang dimilikinya. Pertemuan fasilitasi selalu dimulai dengan mencairkan suasana untuk menjalin ke-bersamaan sesama peserta dan biasanya dilakukan permainan-permainan kecil agar suasana cair dan proses tidak mem-bosankan. Karena umumnya peserta per-temuan fasilitasi PLA orang dewasa, maka prinsip pembelajaran orang dewasa yang kami terapkan dalam pertemuan PLA ini dimana orang dewasa selalu ingin dihar-gai, setiap pendapat tidak melihat benar salah tapi dihargai sebagai masukan” (FM, 33 thn, 18 Oktober 2013)

Tabel 1. Karakteristik Informan

Informan JK Umur

(tahun) PernikahanStatus Pekerjaan Pendidikan Terakhir Jabatan FM KS MH AM HS NM L L L L L P 33 45 44 47 42 37 Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah Menikah PNS Petani Petani Petani Petani PNS S1 SMA SMA SMA SMA DIII

Pengelola Program Malaria Kepala Desa

Kader Malaria Tokoh Masyarakat Tokoh Masyarakat Bidan

(13)

Hasil penelitian tentang rencana kegiatan masyarakat yakni terdapatnya rencana kegiatan masyarakat difokuskan dalam bentuk intervensi lingkungan terhadap genangan-genangan air yang ada di desa, karena desa-desa di Kabupaten Halmahera Selatan umumnya desa pesisir pantai maka banyak terdapat genangan air, sehingga ke-giatan pemberantasan tempat perkembangbiakan nyamuk menjadi prioritas pada rencana kegiatan masyarakat. Kegiatan yang direncanakan adalah kerja bakti rutin setiap minggu untuk penim-bunan genangan air, pembuatan saluran air dan talud pantai. Berikut merupakan kutipan hasil wawancara mengenai hal tersebut :

“Kegiatan yang torang harus lakukan adalah kerja bakti setiap minggu untuk hilangkan genangan air tersebut dengan cara menimbun. Ini untuk genangan di-sekitar pinggir kampung dan rumah ma-syarakat. Cukup satu jam saja setiap ming-gu, tidak perlu lama yang penting banyak orang yang terlibat, daripada sampai 3-4 jam tapi sedikit saja”

(KS, 45 thn, 21 Oktober 2013)

Hasil penelitian mengenai kegiatan pem-berantasan malaria di desa bahwa kegiatan di-lakukan berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun. Masyarakat berpartisipasi dalam bentuk kerja bakti rutin sekali seminggu yang biasanya dilakukan di hari Jumat. Kegiatan kerja bakti ini sangat efektif karena lingkungan desa menjadi bersih dan air tergenang sebagai sudah dilakukan penimbunan. Berikut merupakan kutipan wawan-cara mengenai hal tersebut,

“Kegiatan yang langsung dilakukan setelah ada rencana pemberantasan ma-laria itu adalah kerja bakti setiap ming-gu. Itu torang buat di hari jumat, karena masyarakat biasa tidak ke kebun hari itu. Semua masyarakat turun kerja untuk kase bersih lingkungan desa dan torang timbun air-air yang tergenang itu”

(MH, 44 thn, 21 Oktober 2013)

Disamping kegiatan penimbunan gena-ngan air juga dilakukan pembuatan saluran air yang mengalirkan air sampai ke laut dan saluran air tersebut selalu terhubung dengan air laut

se-hingga sulit bagi jentik nyamuk malaria untuk hidup. Berikut merupakan kutipan wawancara mengenai hal tersebut :

“Yang torang lakukan juga yaitu buat sa-luran air. Karena air yang ada di kampung dan dari rumah-rumah tidak ada saluran-nya maka torang buat saluran air. Jadi torang punya dua strategi kurangi gena-ngan itu degena-ngan timbun dan bikin saluran air”

(KS, 45 thn, 21 Oktober 2013)

PEMBAHASAN

Fasilitasi PLA malaria tingkat desa adalah pertemuan yang difasilitasi oleh kader malaria desa dalam rangka memberikan pembelajaran tentang malaria kepada stakeholder masyarakat desa. Pada pelaksanaan pertemuan fasilitasi, in-forman yang mengikuti pertemuan merasakan pertemuan yang difasilitasi oleh kader malaria desa berbeda dengan pertemuan yang pernah mereka ikuti sebelumnya. Menurut informan, pertemuan fasilitasi dimulai dengan permainan yang mencairkan suasana. Sesuai dengan teknik fasilitasi PLA malaria di awal sebelum proses pembelajaran dimulai dilakukan pencairan suasa-na yang dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan tenang, santai, tidak tegang dan kaku. Dengan permainan sebagai pencair sua-sana diantara peserta terjalin suasua-sana keakraban dan peserta sudah tidak malu lagi untuk bersuara karena telah tertawa dan bergerak. Suasana ini menjadi penting untuk membantu proses tahap pembelajaran selanjutnya.

Informan mengemukakan bahwa perte-muan fasilitasi yang dilaksanakan dalam pem-belajaran malaria ke masyarakat menggunakan metode partisipatif. Beberapa tahap dan teknik PLA malaria yang sangat diingat oleh informan yang mengikuti pertemuan tersebut adalah pem-buatan peta tubuh (body mapping) dan peta desa (village mapping). Pada tahap pembuatan peta tubuh masyarakat menggambar peta tubuh dari seseorang yang berbaring dan setelah itu masing-masing mengemukakan pendapat tentang gejala malaria, tindakan yang diambil jika terkena ma-laria, dan bahaya penyakit malaria. Hal yang sama juga ketika masyarakat diminta menggambar peta

(14)

desa yang menggambarkan kondisi wilayah desa, dimana terdapat genangan air, rumah yang sering terkena malaria, rumah yang memiliki kelambu dan sebagainya. Dengan peta desa ini masyarakat akan mendapatkan pemahaman tentang faktor-faktor risiko dan kondisi lingkungan yang dapat menyebabkan penularan malaria terjadi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa masyarakat dapat mengetahui jentik nyamuk malaria pada tahap transect walk dan dapat me-nyadari lingkungan di sekitarnya yang berkontri-busi pada penularan malaria di desa. Berdasarkan teori dari Silbermen, bahwa cara pembelajaran dapat mempengaruhi tingkat daya ingat yakni demonstrasi (30%), diskusi (50%), praktik (75%) dan mengajar orang lain (90%). Teknik PLA se- perti peta tubuh, peta desa dan transect walk dapat mempengaruhi daya ingat masyarakat ten-tang penyakit malaria sehingga dapat menyam-paikannya ke masyarakat lain dan mempengaruhi untuk mengambil sikap dan tindakan.4

Rencana kegiatan masyarakat tingkat desa adalah kegiatan-kegiatan yang disepakati syarakat dalam pelaksanaan pemberantasan ma-laria di desa pada pelaksanaan pertemuan fasili-tasi PLA malaria. Berdasarkan hasil penelitian, dalam menyusun rencana kegiatan pemberan-tasan malaria banyak dilandasi oleh aktifitas pada tahap transect walk dimana menurut informan pada saat kegiatan transect walk tersebut dite-mui banyak genangan-genangan air di desa dan setelah dilakukan pencidukan ditemukan jentik nyamuk malaria. Masyarakat pada saat penyusu-nan rencana kegiatan berfokus pada upaya pem-berantasan genangan-genangan air yang berpo-tensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.

Menurut informan bahwa yang menye-babkan terjadinya permasalahan malaria di Desa Bori karena banyak terdapat genangan-genangan air yang berpotensi menjadi tempat perkembang-biakan nyamuk malaria. Upaya pengendalian yang direncanakan oleh masyarakat adalah me-ngurangi dan menghilangkan genangan-genan-gan air tersebut. Kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam pemberantasan malaria dipengaruhi oleh pengetahuan yang didapatkan pada saat kegiatan fasilitasi PLA malaria. Ber-dasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Siahaan di Kabupaten Asahan mendapatkan bah-wa ada hubungan yang bermakna secara statis-tik antara tingkat pengetahuan dengan tindakan masyarakat dalam pemberantasan malaria.5 Jika

dilihat dari sudut program pengendalian malaria, terdapat lima faktor yang menyebabkan penu-laran malaria di masyarakat yaitu vektor atau nyamuk anopheles bentina, tempat perkembang-biakan nyamuk atau genangan air, parasit, iklim dan populasi manusia. Dengan rencana kegiatan berupa pemberantasan genangan air maka dapat berdampak pada penurunan penularan malaria karena dengan berkurangnya genangan air maka populasi nyamuk malaria sebagai vektor akan berkurang juga.6

Kegiatan pemberantasan malaria di desa adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh ma-syarakat untuk memberantas malaria di desa ber-dasarkan rencana kegiatan masyarakat. Berdasar-kan hasil penelitian, kegiatan pemberantasan malaria yang dilakukan masyarakat difokuskan pada pemberantasan genangan air yakni dengan kegiatan penimbunan dan pembuatan saluran air agar tidak terdapat air tergenang. Dalam program pengendalian malaria, salah satu cara pengendali-annya yaitu melaksanakan kegiatan pengendalian vektor. Pengendalian vektor secara garis besar ter-bagi 3 yakni pengendalian kimiawi, pengendalian biologis dan manajemen lingkungan.7 Kegiatan

yang dilakukan di desa Bori dengan kegiatan pe-nimbunan, pembuatan saluran air termasuk dalam manajemen lingkungan. Manajemen lingkungan yang dilakukan dapat membantu menurunkan kepadatan vektor atau nyamuk malaria, di sam-ping itu dengan manajemen lingkungan mengaki-batkan berkurangnya tempat perkembangbiakan nyamuk sehingga nyamuk sulit mendapatkan tempat untuk meletakkan telurnya. Sebagian be-sar fase kehidupan nyamuk berada pada stadium aquatic atau kehidupan di air.

Menurut informan, kegiatan utama yang dilakukan masyarakat untuk pemberantasan genangan air tersebut adalah penimbunan dengan melakukan kerja bakti seminggu sekali pada se-tiap hari jumat. Berdasarkan fase perkembangan nyamuk diketahui bahwa dari telur ke nyamuk dewasa membutuhkan waktu 10-14 hari, sehing-ga kegiatan kerja bakti rutin tersebut dapat me-mutuskan perkembangan nyamuk pada fase telur

(15)

dan jentik/larva sehingga tidak menjadi nyamuk dewasa.8 Jika dikaitkan dengan upaya

pembe-rantasan malaria yang dilakukan oleh masyarakat setiap minggu maka dapat mengurangi populasi nyamuk dan kontak nyamuk dengan manusia. Pengendalian malaria perlu melibatkan masyara-kat dan pihak terkait dengan lebih memperluas jangkauan bukan hanya di lingkungan permuki-man saja, tetapi juga pada tipe-tipe ekosistem tertentu di sekitar permukiman terutama yang dieksploitasi secara rutin oleh masyarakat lokal.9

Penelitian yang dilakukan oleh Dalimunthe bah-wa partisipasi masyarakat dalam pengendalian malaria dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria. Jika dilihat dari proses pembelajaran PLA pada fasilitasi PLA malaria maka pengetahuan masyarakat mening-kat tentang malaria dan disusunnya rencana ke-giatan pemberantasan malaria merupakan sikap yang diambil masyarakat untuk memberantas malaria didesanya.10

Kegiatan pemberantasan genangan air ini sesuai dengan hasil rekomendasi Rapid Entomo-logical Assesment yang dilakukan oleh Zubae-dah bersama Tim Unicef, CDC Atlanta, Depkes RI dan Dinkes Halsel tahun 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat tiga rekomendasi yakni untuk genangan skala kecil dilakukan ke-giatan eliminasi genangan dengan menimbun, mengalirkan dan larvasidasi, untuk genangan skala sedang dilakukan dengan metode konver-si yakni mengalihfungkonver-sikan genangan air dan menghilangkan tanaman-tanaman air, dan untuk genangan dengan skala besar dilakukan dengan kegiatan manajemen lingkungan seperti source reduction, salinity control dan sebagainya. Pem-berantasan genangan air yang dilakukan diharap-kan berdampak pada menurunnya kasus malaria, karena keberadaan genangan-genangan air ber-potensi meningkatkan kejadian kasus malaria.11

Hal ini sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Erdinal dkk di Kecamatan Kampar Kiri Te-ngah yang menyatakan ada hubungan keberadaan genangan air dengan kejadian malaria.12

Terkait peran serta masyarakat dalam pe-ngendalian malaria, penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk di Kota Ternate bahwa peran serta masyarakat di Kota Ternate dalam pengen-dalian malaria termasuk kategori sedang karena

terdapat terdapat kontribusi keluarga dan kelom-pok masyarakat seperti LSM, lintas sektor, pihak swasta dan lain-lain untuk program pengendalian malaria, masyarakat berperan aktif dalam pro-gram pengendalian malaria tersebut.13

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pemba-hasan mengenai pelaksanaan kegiatan PLA ma-laria maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan fasilitasi PLA malaria tingkat desa yang dilaku-kan menggunadilaku-kan metode yang sangat partisi-patif. Tahap dan teknik PLA yang memberikan pemahaman kepada peserta yakni pembuatan peta tubuh, peta desa dan transect walk. Kader malaria desa berperan sebagai fasilitator sehing-ga kegiatan fasilitasi tersebut dapat terlaksana. Rencana kegiatan masyarakat yang disepakati berfokus pada pemberantasan genangan air. Ke-giatan pemberantasan malaria yang dilakukan dengan kegiatan kerja bakti rutin untuk menim-bun genangan air dan membuat saluran air yang melibatkan masyarakat dan mendapatkan duku-ngan dari pemerintah daerah.

Hasil penelitian menyarankan kepada ke-pala desa, kader malaria dan masyarakat Desa Bori untuk melakukan pemantauan kegiatan pemberantasan malaria. Bagi Dinas Kesehatan agar pendekatan PLA yang digunakan di program pengendalian malaria dapat digunakan pada pro-gram kesehatan lainnya untuk meningkatkan par-tisipasi masyarakat. Kiranya penelitian ini dapat membantu Malaria Center dalam mengevaluasi pelaksanaan kegiatan PLA malaria di desa. Di-harapkan juga bagi penelitian selanjutnya dapat meneliti dampak kegiatan pemberantasan gena-ngan air terhadap keberadaan vektor malaria dan kasus malaria.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarto. Malaria. Jakarta: Sagung Seto; 2011.

2. Sucipto, Cecep Dani. Vektor Penyakit Tropis. Gosyen Publishing: Yogyakarta; 2011. 3. Malaria Center Halsel. Laporan Tahunan

Pro-gram Malaria 2012. Malaria Center: Labuha; 2013.

(16)

4. LGSP. Fasilitasi yang Efektif . USAID: Ja-karta; 2010.

5. Siahaan, Rumanti. Determinan Tindakan Masyarakat dalam Pemberantasan Malaria di Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.

6. Dinkes Malut. Pedoman Pelatihan Fasilitator Participatory Learning and Action (PLA). Di-nas Kesehatan Provinsi Maluku Utara; 2010. 7. Depkes RI. Modul Entomologi Malaria.

Ja-karta: Departemen Kesehatan RI; 2003. 8. Arsin, Arsunan. Malaria di Indonesia,

Tin-jauan Aspek Epidemiologi. Makassar: Ma-sagena Press; 2012.

9. Amirullah. Bioecological Study of Anoph-eles spp. as a Basic for Developing of Ma-laria Vector Control Strategies in the South Halmahera District, North Maluku [Diser-tasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor; 2012. 10. Dalimunthe, Letanan. Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat dalam Program Pencegahan Penyakit Malaria di Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal [Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2008.

11. Erdinal, dkk. Faktor-faktor yang Berhubun-gan denBerhubun-gan Kejadian Malaria di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Hampar Ta-hun 2005-2006. Makara Kesehatan. 2006; 10 (2).

12. Rahmawati dkk. Evaluasi Manajemen Ling-kungan Pengendalian Vektor dalam Upaya Pemberantasan Penyakit Malaria di Kota Ternate. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indo-nesia. 2012; 11 (2).

13. Zubaedah, Siti dkk. Rapid Entomological Assesment di Kabupaten Halmahera Selatan. Laporan Hasil Rapid Entomological As-sesment Kerjasama Unicef, CDC Atlanta, Depkes RI dan Dinkes Halsel; 2007.

(17)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL

TERHADAP PERILAKU ANC

The Relationship Between Knowledge and Attitude of Pregnant Women

Towards ANC Behavior

Sumarni

Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara

(sumarnimukhtar@yahoo.co.id)

ABSTRAK

Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas harus ditangani dan dideteksi sejak dini dengan benar karena setiap tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas bisa mengakibatkan komplikasi pada masa hamil, persalinan dan masa nifas. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC. Jenis penelitian yang digunakan dalah sur-vei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan umur kehamilan trimester tiga pada bulan Maret yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Latambaga yang berjumlah 59 orang. Sampel diambil dengan menggunakan metode total sampling yaitu teknik pengambilan jika jumlah populasi dijadikan sampel dalam penelitian. Analisis data dengan menggunakan uji chi square dan uji

fisher exact. Hasil didapatkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC (p=0,034) dan tidak ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC (p=0,062). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC dan tidak ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, perilaku ANC

ABSTRACT

The danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum should be addressed and correctly detected early because of any danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum can lead to complications during pregnancy, childbirth and postpartum. This study aims to understand the relationship between knowledge and attitude of preg-nant women about the danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum towards ANC behavior. The type of study used was an analytical survey with cross sectional approach. The population wass all pregnant women with gestational age of three trimesters in March who resides in Latambaga Health Center which was 59 people. The samples were selected using total sampling method which is a sampling technique if the total population became the sample in the study. Data analysis was conducted using chi square and fisher exact tests. The results of this study found that there was a significant relationship between knowledge of the pregnant mother about the danger signs of pregnancy, chilbirth and postpartum and ANC behavior (p=0,034) and there was no relationship between the attitude of the pregnant mother about the danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum and ANC behavior (p=0,062). This study concludes that there is a significant relationship between the knowledge of the pregnant mother about the danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum and ANC behavior and there is no relationship between the attitude of the pregnant mother about the danger signs of pregnancy, childbirth and postpartum and ANC behavior.

(18)

PENDAHULUAN

Kehamilan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita. Lama ke-hamilan sampai aterm adalah 280 sampai 300 hari atau 39 sampai 40 minggu, sehingga masa tersebut ibu hamil memerlukan pengawasan yang tepat.1 Perubahan fisiologis pada masa kehamilan,

persalinan, nifas, dan neonatus sewaktu-waktu dapat berubah menjadi patologis, ini timbul kare-na banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor kesehatan ibu/bayi sendiri maupun faktor dari luar termasuk faktor dukungan bagi ibu. Dari setiap kondisi patologis pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan neonatus, sebelum terjadi kegawatan akan memperlihatkan tanda bahaya dari masalah tersebut, yang apabila diketahui se-cara dini dapat menyelamatkan jiwa ibu dan bayi-nya.2

Mortalitas dan morbiditas pada wani-ta hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Sekitar 25-50% kematian wanita usia subur di negara miskin disebab-kan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita usia muda pada masa puncak produktifitasnya.3 Survei Demografi Kesehatan

Indonesia tahun 2012, AKI tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup.4 Angka ini

jumlah-nya jauh melonjak dibanding hasil SDKI tahun 2007 yang mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kabupaten Kolaka AKI tahun 2012 men-capai angka 239 per KH masih jauh dari target MDGs dan wilayah Puskesmas Latambaga meru-pakan puskesmas dengan AKI paling tinggi pada tahun 2012 yaitu sebanyak 4 orang.5

Secara tidak langsung kematian ibu dapat dipengaruhi oleh keterlambatan mengenali tanda bahaya dan membuat keputusan untuk segera mencari pertolongan, keterlambatan mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapat per-tolongan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyara-kat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.6

Tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

ada-nya bahaya yang dapat terjadi selama masa ke-hamilan, persalinan dan nifas, yang apabila tidak dilaporkan atau terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.7 Tanda bahaya kehamilan,

persali-nan dan nifas harus ditangani dan dideteksi sejak dini dengan benar karena setiap tanda bahaya ke-hamilan, persalinan dan nifas bisa mengakibat-kan komplikasi pada masa hamil, persalinan dan masa nifas.8 Kurangnya pengetahuan ibu tentang

tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas dapat menyebabkan ibu tidak dapat melakukan identifikasi terhadap tanda-tanda yang nampak sehingga tidak dapat melakukan antisipasi secara dini.9 Penelitian ini bertujuan mengetahui

hubu-ngan pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC di wilayah kerja Puskesmas La-tambaga.

BAHAN DAN METODE

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilak-sanakan di wilayah Puskesmas Latambaga Kabu-paten Kolaka pada bulan Nopember 2013 sampai Maret 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan umur kehamilan trimes-ter tiga pada bulan Maret di wilayah Puskesmas Latambaga yang berjumlah 59 orang. Sampel di-ambil dengan menggunakan total sampling, yaitu semua jumlah populasi dijadikan sampel. Anali-sis data dengan menggunakan uji chi square dan uji fisher exact. Penyajian data dalam bentuk ta-bel dan narasi.

HASIL

Hasil penelitian berdasrkan karakteristik responden menunjukkan bahwa kelompok umur dengan jumlah tertinggi adalah kelompok umur 26-30 tahun, yaitu sebanyak 20 orang (33,9%) sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah umur >40 tahun, yaitu sebanyak 3 orang (5,1%), distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu tamatan SMP se-banyak 29 orang (49,2%) dan paling sedikit yaitu Akademi sebanyak 3 orang (5,1%). Distribusi re-sponden berdasarkan tingkat pekerjaan rere-sponden yang terbanyak, yaitu tidak bekerja (IRT)

(19)

seban-yak 56 orang (94,9%) dan hanya 3 orang (5,1%) PNS, distribusi responden berdasarkan jumlah kehamilan adalah sebagian besar responden pada jumlah kehamilan 2-3 kali sebanyak 32 orang (54,2%) dan yang paling sedikit, yaitu >3 kali sebanyak 12 orang (20,3%), distribusi respon-den berdasarkan umur kehamilan yang paling banyak adalah responden dengan umur kehami-lan 28-36 minggu dan yang paling sedikit den-gan umur ≥ 36 minggu yaitu sebanyak 27 orang (45,8%). Distribusi responden berdasarkan varia-bel penelitian terdapat 34 orang (57,6%) dengan pengetahuan kurang dan 25 orang (42,4%) den-gan pengetahuan cukup. Adapun distribusi res- ponden berdasarkan sikap yang memiliki sikap positif sebanyak 40 orang (67,8%) dan hanya 19 orang (32,2%) yang bersikap negatif. Kemudian distribusi perilaku ANC responden pada umum-nya sudah baik yaitu 49 orang (83,1%) dan haumum-nya 10 orang (16,9%) dengan perilaku buruk (Tabel 1).

Hubungan antara variabel pengetahuan dengan perilaku ANC menunjukkan bahwa seba-gian besar responden dengan perilaku ANC yang buruk dan berpengetahuan kurang adalah seba- nyak 9 orang (26,5%) dan berpengetahuan baik sebanyak 25 orang (73,5%). Sedangkan respon-den respon-dengan perilaku ANC yang baik tetapi ber-pengetahuan kurang hanya 1 orang (4,0%) dan yang berpengetahuan baik adalah sebanyak 24 orang (96,0%). Hasil uji statistik dengan meng-gunakan uji fisher exact didapatkan p=0,34 (<0,05) maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC (Tabel 2).

Hubungan antara variabel sikap dan perilaku ANC menunjukkan bahwa responden dengan perilaku ANC yang buruk dan bersikap negatif adalah sebanyak 6 orang (31,6%) dan yang bersikap positif adalah sebanyak 4 orang (6,8%). Sedangkan responden dengan perilaku ANC yang baik tetapi bersikap negatif adalah sebanyak 13 orang (68,4%) tetapi yang bersikap positif adalah sebanyak 36 orang (90,0%). Hasil uji statistik dengan menggunakan uji fisher exact diketahui p=0,062 (>0,05), hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC (Tabel 3).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dengan variabel penge-tahuan menunjukkan bahwa sebagian besar

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Res-ponden di Wilayah Kerja Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka

Karakteristik Responden n % Umur (tahun) <20 20-24 25-29 30-34 35-39 >40 Pendidikan SD SMP SMA Akademi S1 Pekerjaan IRT PNS Jumlah Kehamilan 1 2-3 >3 Umur Kehamilan 28-<36 minggu ≥36 minggu 10 15 20 7 4 3 9 29 13 3 5 56 3 15 32 12 32 27 16,9 25,4 33,4 11,9 6,8 5,1 15,3 49,2 22,0 5,1 8,5 94,9 5,1 25,4 54,2 20,3 54,2 45,8

Sumber : Data Primer, 2014

Tabel 2. Ditribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka

Karakteristik Responden n % Pengetahuan Cukup Kurang Sikap Positif Negatif Perilaku ANC Baik Buruk 25 34 40 19 49 10 42,4 57,6 67,8 32,2 83,1 16,9

(20)

responden menerapkan perilaku ANC yang bu-ruk dan berpengetahuan kurang. Hasil uji fisher exact didapatkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda ba-haya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilku ANC artinya semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas maka ibu akan semakin mau memeriksakan kehamilannya secara teratur kepa-da petugas kesehatan selama periode kehamilan-nya. Pengetahuan yang dimiliki ibu membuatnya lebih ingin mengetahui keadaan kehamilannya sehingga lebih sering melakukan kunjungan ANC. Hasil penelitian ini sejalan dengan pene-litian yang dilakukan oleh Burhaeni di wilayah Puskesmas Pampang Makassar (p value= 0,031), yang menyatakan bahwa ada hubungan pengeta-huan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Ibu yang berpengetahuan baik lebih banyak me-manfaatkan pelayanan antenatal, hal ini disebab-kan ibu yang berpengetahuan baik peduli dengan kesehatannya dan terdapat perhatian terhadap ke-adaan kehamilannya.10

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aritha di Klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan XX Medan, yang menyatakan bahwa semakin baik pengeta-huan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan maka semakin patuh pula ia melakukan ANC.11

Demikian juga dengan penelitian yang dilaku-kan oleh Dian, di BPS Ernawati Boyolali, yang menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu hamil tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dengan kepatuhan pemeriksaan kehamilan.12

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo

me-ngatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, dalam hal ini seorang ibu hamil akan melakukan permeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur apabila ibu tersebut menge-tahui manfaat pelayanan antenatal terhadap ke-hamilannya.13 Oleh karena itu, berdasarkan

ha-sil penelitian penulis, teori pendukung dan haha-sil penelitian sebelumnya, maka penulis dapat me-nyimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan, per-salinan dan nifas maka ibu hamil akan semakin mau memeriksakan kahamilannya secara teratur kepada petugas kesehatan selama periode ke-hamilannya. Maka dari hasil penelitian ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara hasil pene-litian dengan teori yang telah dikemukakan.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa, sikap merupakan ke-siapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bu-kan merupabu-kan pelaksanaan motif tertentu. Si-kap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) yang berdasarkan reaksi ter-tutup.13 Hasil penelitian pada variabel sikap ibu

hamil menunjukkan bahwa responden mene-rapkan perilaku ANC yang buruk tetapi bersikap positif. Hasil uji fisher exact diketahui bahwa ti-dak ada hubungan antara sikap ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas ter-hadap perilaku ANC.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pene-litian yang dilakukan oleh Komariyah di wilayah puskesmas Sukorame Mojokerto Kediri yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan sikap ibu

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku ANC di Wilayah Kerja Puskesmas Latambaga Kabupaten Kolaka

Variabel Perilaku ANC Total p Buruk Baik n % n % n=59 % Pengetahuan Cukup Kurang Sikap Positif Negatif 1 9 4 6 4,0 24,5 6,8 31,6 24 25 36 13 96,0 73,5 90,0 68,4 25 34 40 19 100 100 100 100 0,034 0,062

(21)

hamil terhadap keteraturan pemeriksaan kehami-lan.14 Dengan demikian hal ini menegaskan

bah-wa perbedaan sikap responden tidak mempenga-ruhi keteraturan dalam memeriksakan kehamilan, namun sikap adalah faktor penting dalam upaya kunjungan peningkatan kesehatan ibu dan anak sehingga kematian ibu dan anak bisa dicegah. Dengan sikap positif juga ibu hamil bisa meres-pon atau menilai arti pentingnya ANC sehingga sikap ibu hamil dalam pemeriksaan kehamilan dapat ditingkatkan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil ten-tang tanda-tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas terhadap perilaku ANC (p=0,034) dan tidak ada hubungan antara sikap ibu hamil ten-tang tanda bahaya kehamilan, persalinan dan ni-fas terhadap perilaku ANC (p=0.062). Perlunya peningkatan pengetahuan bagi ibu-ibu yang yang berpengetahuan kurang mengenai kehamilan dan persalinan melalui penyuluhan atau konsultasi dengan tenaga kesehatan, sehingga dapat me-numbuhkan sikap positif agar tercipta kualitas kehamilan yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kan-dungan dan Keluarga Berencana untuk Pen-didikan Bidan. Jakarta. EGC; 2005.

2. Soliha. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Pengetahuan Suami tentang Tanda Bahaya pada Masa Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus di Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal Media Litbang Kesehatan. 2009;XIX (2).

3. Saifuddin. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Bina Pustaka; 2006.

4. SDKI. Laporan Pendahuluan - Survei Demo-grafi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Ke-menterian Kesehatan; 2012.

5. Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka. Profil

Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun 2012. Kolaka; 2012.

6. Depkes RI. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak (PWS-KIA). Jakarta. Departemen Kesehatan Re-publik Indonesia; 2010.

7. Mahmudah.Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan di BPM. Tri Tedjo, Bendosari, Sukoharjo. Jurnal Ma-ternal. 2013; 8.

8. Depkes RI. Buku Pedoman Pengendalian Tanda Bahaya pada Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2001.

9. Mahardani. Faktor-Faktor yang Berhubu-ngan deBerhubu-ngan Pengetahuan Ibu Hamil dalam Deteksi Dini Tanda Bahaya Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Sawan I, Kabupa-ten Buleleng Bali[Skripsi]. Depok: FKMUI; 2011.

10. Siti Burhaeni. Faktor Determinan Peman-faatan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Pampang Kecamatan Panaku-kang Kota Makassar Tahun 2013.[Skripsi]. Makassar: FKM UNHAS; 2013.

11. Aritha. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Kunjungan ANC di Klinik Dina Bromo Ujung Lingkungan XX Medan. Jur-nal Darma Agung; 2013.

12. Dian. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan dengan Kepatuhan Pemeriksaan Kehamilan Di BPS Ernawati Boyolali, Surakarta. Jur-nalGaster. 2013; 10 (2).

13. Notoatmojo.S. Pendidikan dan Prilaku Kes-ehatan. Jakarta.Rinneke Cipta; 2003.

14. Komariah. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Su-korame Mojokerto Kediri [Tesis]. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret; 2008.

(22)

PENEMUAN DINI KUSTA PADA ANAK SEKOLAH DASAR

Early Detection Efforts of Leprosy in Elementary School Children

Tati Masliah

Puskemas Tammerodo Majene

(Thahy_masliah@yahoo.com)

ABSTRAK

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular. Kurangnya pengetahuan sehingga adanya pema-haman yang salah terhadap penyakit kusta di masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perilaku guru terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar terkait pengetahuan, sikap dan tindakan guru terha-dap kusta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pemilihan informan meng-gunakan metode purposive sampling dengan jumlah informan 8 orang. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam dan observasi, keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi metode. Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis interaktif dan disajikan dalam bentuk naratif. Hasil penelitian mengung-kapkan perilaku informan pada pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta adalah penyakit kelainan pada kulit akibat makanan, penyakit yang ditakuti dan sangat menular serta penyakit keturunan. Sikap negatif informan pada penyakit kusta merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan sangat menular sehingga memberikan batasan terhadap penderita kusta. Adapun tindakan guru terhadap upaya penemuan dini kusta pada anak sekolah dasar yaitu sebagian besar guru tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap penderita kusta di lingkungan sekolah. Ke-simpulan dari penelitian ini adalah informan masih memiliki pengetahuan yang kurang mengenai penyakit kusta dan memahaminya sebagai penyakit kulit akibat makanan serta adanya stigma negatif yang memandang kusta se-bagai penyakit yang sangat menular dan ditakuti sehingga tidak ada upaya penemuan dini yang dilakukan terhadap penderita kusta di lingkungan sekolah.

Kata kunci : Perilaku, penemuan dini, kusta

ABSTRACT

Leprosy is a contagious disease. There is still a lack of knowledge regarding leprosy so that there is an incorrect understanding of leprosy in the community. This study aims to explore the behavior of teachers toward early detection efforts of leprosy in children of elementary school regarding their knowledge, attitudes and actions towards leprosy. The study conducted was a qualitative study with a phenomenological approach. Selection of in-formants was done using the purposive sampling method resulting in 8 inin-formants. Data was collected by conduct-ing indepth interviews and observations, and data validation was done by usconduct-ing the triangulation method. Data processing and analysis was condcuted using interactive analysis and presented in narrative form. The results of this study revealed that the informants’ behavior on their knowledge and attitudes about the disease was that it wasa disease of skin disorder caused by food, that they fear the disease because it is highly contagious and that it was a hereditary disease. The negative attitudes of informants towards leprosy was that they considered it was a disease that is very scary and very contagious, this lead to restrictions faced by lepers. The teachers’ acts against early discovery efforts of leprosy in primary school children were most teachers did not perform any actions to-wardslepers in the school environment. This study concludes that the informants still lack knowledge about leprosy and understand it as a skin disease caused by food as well as the negative stigma of leprosy viewing it as a highly contagious disease and feared that no attempts were made to detect leprosy patients early in a school environment. Keywords : Behavior, early detection, leprosy

Gambar

Tabel 2. Ditribusi Responden Berdasarkan  Pengetahuan, Sikap dan Perilaku  ANC di Wilayah Kerja Puskesmas  Latambaga Kabupaten Kolaka Karakteristik Responden n % Pengetahuan Cukup Kurang Sikap Positif Negatif Perilaku ANC Baik Buruk 253440194910 42,457,667
Tabel 1.  Karakteristik Responden
Tabel 2. Skor REBA Setiap Aktivitas Pekerja Paving Block CV. Sumber Galian Makassar Skor

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip kerja sub versi simulator adalah sama dengan sub versi sesungguhnya, hanya pada saat program tidak mendapatkan respon dari unit sensor, maka sub routine

Dengan melihat besarnya angka keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Labuhanbatu tetapi tidak sejalan dengan lahirnya kebijakan yang sensitif terhadap kepentingan

Berdasarkan definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa profitabilitas merupakan indikator kinerja yang di lakukan oleh manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan

Komparasi metode sewaktu-waktu untuk mengganti suatu metode dengan metode lain, sebagai metode alternatif jika terdapat gangguan pada salah satu metode, hasil analisis

Berdasarkan hasil evaluasi dokumen kualifikasi secara elektronik terhadap peserta seleksi jasa konsultansi pekerjaan Pengawasan Pasar Rakyat Cipanas, kami POKJA Pengadaan

Kemudian adanya kajian penyebaran stasiun hujan terhadap debit banjir rancangan diharapkan menjadi temuan baru yang memberikan kemudahan dalam analisis debit

Selama 70 hari penelitian menunjukan hasil bahwa faktor feeding frequency tidak berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup benih Gabus pada perlakuan 3 kali maupun 4

Kinerja DPUBMP Kota Surabaya yang belum maksimal dalam penanggulangan banjir juga dapat dilihat dari rusaknya saluran pematusan yang telah dibangun oleh DPUBMP