• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Menggunakan Pendekatan Innovation and Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Menggunakan Pendekatan Innovation and Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pemanfaatan Teknologi Informasi Menggunakan Pendekatan Innovation and

Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM)

1)Slamet Erma Yudi, 2)Johan J.C. Tambotoh

Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

E-mail :1)[email protected], 2)[email protected] Abstrak

Adopsi teknologi informasi diharapkan mendukung terciptanya peningkatan kinerja organisasi. Namun dalam praktiknya, implementasi dan pembaharuan teknologi informasi bukan berarti berlangsung tanpa masalah. Dalam bidang pendidikan teknologi informasi telah banyak dimanfaatkan salah satunya untuk pendataan pendidikan. Penerapan teknologi informasi untuk pendataan pendidikan diharapkan mampu mencapai rencana strategis pembangunan pendidikan nasional. Tetapi di sisi lain penerapan sistem informasi pendataan pendidikan memberikan dampak negatif bagi pengguna. Sulitnya pengguna pada proses adaptasi terhadap penerapan sistem informasi baru menyebabkan proses pendataan pendidikan menjadi rumit karena yang pada awalnya dilakukan secara manual saat ini dilakukan berbasis internet. Selain itu sulitnya operator untuk adaptasi dengan sistem informasi baru juga menyebabkan tingkat konsistensi pengumpulan data pendidikan tidak merata. Berbagai kajian telah dilakukan untuk menentukan seberapa besar manfaat teknologi informasi bagi penggunanya. Kerangka Innovation and Diffusion Theory (IDT) yang meliputi relative advantage, compatibility, complexity, trialability dan observability serta kerangka Technology Acceptance Model (TAM) yang melihat persepsi pengguna terhadap manfaat (perceived usefulness) dan persepsi pengguna terhadap penggunaan (perceived ease of use) dengan pendekatan deskriptif kualitatif telah mampu mengeksplorasi persepsi pengguna terhadap pemanfaatan teknologi informasi secara spesifik. Latar belakang pendidikan, sumber daya manusia, karakteristik pribadi pengguna, perubahan sistem dan pengenalan/pelatihan sistem informasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses difusi inovasi guna mengarahkan persepsi pengguna terhadap pemanfaatan teknologi informasi agar dapat digunakan secara optimal. Adopsi teknologi informasi akan dapat dengan cepat diterima oleh lingkup sosial apabila memiliki karateristik berupa tingkat penggunaan yang mudah, memberi manfaat dan memberi nilai tambah bagi individu maupun organisasi.

Kata Kunci : Adopsi Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pendataan Pendidikan, Innovation and Diffusion Theory (IDT), Technology Acceptance Model (TAM), Deskriptif Kualitatif

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan satu hal yang tidak dapat dihindari oleh seluruh aspek kehidupan masyarakat. Saat ini teknologi informasi sudah banyak digunakan sebagai pendukung proses bisnis di berbagai instansi. Selama dua puluh tahun terakhir perubahan untuk implementasi sistem informasi dalam organisasi telah meningkat (Oudahi, 2008). Modernisasi teknologi informasi dan komunikasi sebagai pendukung proses bisnis juga berdampak pada kemajuan suatu organisasi. Namun dalam praktiknya, implementasi dan pembaharuan teknologi informasi bukan berarti berlangsung tanpa masalah.

Program perencanaan pendidikan nasional merupakan salah satu bagian penting dalam proses mewujudkan rencana strategis pembangunan pendidikan nasional yaitu peningkatan akses, mutu, tata kelola dan akuntabilitas pendidikan nasional

(Priowirjanto, Prakoso, Nuryanto, dan Mustafa, 2008). Untuk mencapai rencana strategis pembangunan pendidikan nasional tersebut, berbagai

sistem informasi pendataan pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan data pendidikan,

seperti Dapodik (Data Pokok Pendidikan), PAS (Paket Aplikasi Sekolah), EDS (Evaluasi Data Sekolah) dan lainnya.

Adanya aplikasi pendataan pendidikan diharapkan setiap sekolah dapat dengan mudah dan tertib dalam melakukan pendataan pendidikan. Selain

itu dengan aplikasi pendataan pendidikan tersebut akan memudahkan Departemen Pendidikan Nasional untuk menentukan kebijakan berdasarkan data pendidikan yang diperoleh. Namun di sisi lain

penerapan sistem informasi pendataan pendidikan memberikan dampak negatif bagi operator dan sekolah yaitu munculnya kesulitan operator pada proses adaptasi terhadap penerapan sistem informasi baru yang dapat mempengaruhi proses pendataan menggunakan aplikasi pendataan pendidikan. Hal tersebut menyebabkan proses pendataan yang dilakukan oleh operator menjadi sulit karena yang pada awalnya dilakukan secara manual saat ini dilakukan berbasis internet. Selain itu sulitnya operator untuk adaptasi dengan sistem informasi baru juga menyebabkan tingkat konsistensi pengumpulan data pendidikan tidak merata.

(2)

Berbagai kerangka teori dikembangkan untuk mendukung proses adopsi inovasi terkait teknologi informasi, diantaranya adalah Innovation

and Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM). Innovation and Diffusion Theory (IDT) adalah sebuah teori yang menjelaskan

bagaimana dan mengapa suatu ide baru diterapkan (Rogers,1995), sedangkan Technology Acceptance

Model (TAM) merupakan sebuah model yang

dibangun untuk menganalisis dan memahami faktor‐faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi (Davis, 1986). Kedua teori

tersebut telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian, dengan tujuan untuk menilai penerapan teknologi informasi dalam organisasi sebagai sumber daya yang mampu meningkatkan efektivitas kerja (Taylor & Todd, 1995). Konsep Innovation and

Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM) akan dijadikan dasar teori untuk

mengidentifikasi berbagai faktor yang berpengaruh dalam pengumpulan data pendidikan yang berdampak pada sulitnya pendataan pendidikan berbasis teknologi informasi dan tingkat konsistensi pengumpulan data pendidikan yang tidak merata. 2. Metode Penelitian

Sesuai dengan kajian penelitian dan kerangka teori yang diusulkan dalam penelitian, model pendekatan yang akan digunakan adalah deskriptif kualitatif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara lebih mendalam dan juga untuk memahami fenomena yang ada dilapangan secara spesifik tanpa adanya manipulasi

apapun. Pilihan terhadap pendekatan deskriptif kualitatif merupakan pilihan yang tepat, karena pertanyaan-pertanyaan wawancara yang disampaikan kepada key informant akan mendapatkan penjelasan yang lebih spesifik sesuai dengan pengalaman dan apa yang dirasakan selama ini, sehingga peneliti dapat terhindar dari bias asumsi yang biasa dibuat oleh para peneliti.

2.1. Tahapan Penelitian

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian ini, tahapan penelitian dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Tahapan Penelitian 2.2. Teknik Pengumpulan Data

 Observasi, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung terhadap aktivitas pendataan pendidikan.

Wawancara (interview), yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya jawab dengan pihak yang berwenang melakukan pendataan

Tahap Analisa Data Tahap Pengumpulan Data Tahap Penyusunan Laporan & Publikasi Tahap Perencanaa Luaran 1  Pencatatan dan pemetaan terhadap temuan permasalahan terkait pendataan pendidikan yang ada di Disdikpora kota Salatiga.  Pemetaan permasalahan

dan desain pemecahan masalah

 Surat izin penelitian yang diterbitkan oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik

Luaran 2  Perolehan data dari key

informant yang

merupakan operator dari Dapodik/PAS yang dianggap cukup representatif mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari total empat kecamatan se-kota Salatiga

Luaran 3

 Transkripsi data dalam bentuk teks

 Pengkategorian temuan penelitian

 Model penelitian baru yang menggambarkan hasil akhir dari penelitian

Luaran 4

 Laporan penelitian dan punyusunan jurnal untuk dipublikasikan  Observasi  Analisis Permasalahan dan Menentukan Tindakan Pemecahan Masalah  Perizinan Penelitian  Wawancara  Reduksi Data  Deskripsi Data  Kesimpulan  Penulisan Jurnal Penelitian

(3)

pendidikan untuk mendapatkan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian.

 Dokumentasi atau studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data-data dari dokumen atau arsip yang ada di Disdikpora.

2.3. Key Informant

Proses wawancara pertama kali dilakukan kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga kota Salatiga, kemudian dilanjutkan ke 25 sekolah yang meliputi 10 jenjang sekolah dasar (SD), 5 jenjang sekolah menengah pertama (SMP), 5 jenjang sekolah menengah atas (SMA) dan 5 jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) yang dipilih dan dianggap cukup representatif dari jumlah total 4 kecamatan se-kota Salatiga.

3. Data dan Pembahasan 3.1. Data Key Informant (n=23)

Wawancara dilakukan terhadap 25 key

informant di berbagai sekolah dan jenjang

pendidikan dari 4 kecamatan se-kota Salatiga. Dari jumlah total 25 key informant, 2 diantaranya tidak dapat dimintai keterangan karena merupakan operator

baru dan selama ditinggal operator yang belum melakukan proses pendataan pendidikan, sedangkan 1 diantaranya tidak ingin dimintai keterangan karena memang selama ini sangat minim untuk pengumpulan data pendidikan. Beberapa data dari key informant didapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Data Key Informant Jenis

Kelamin

n Usia

(Tahun)

n Jabatan n Pendidikan n Pengalaman

Menggunakan Komputer

(Tahun) n

Laki-Laki 16 <30 8 Pengajar 15 FKIP 10 <2 0

Perempuan 7 31-40 11 Non pengajar 8 TI 7 3-6 8

41-50 3 SMK 2 7-10 7

51-60 1 SMA 3 >10 8

SMP 1

Jumlah 23 23 23 23 23

3.2. Hasil Penelitian

Dari proses wawancara yang telah dilakukan kepada masing-masing key informant didapatkan berbagai temuan terkait pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan. Pemahaman sekolah tentang proses pendataan pendidikan tidak sepenuhnya mengerti tanpa adanya sosialisasi dari dinas pendidikan kota Salatiga. Beberapa sekolah tidak begitu paham tentang manfaat pendataan pendidikan yang sebenarnya. Pemahaman mereka tentang pendataan pendidikan sebatas untuk melengkapi sertifikasi guru. Bahkan salah satu operator dapodik dari jenjang sekolah dasar mengatakan “kalau untuk

sekolah saya rasa tidak berpengaruh sih mas sebenarnya, itu kan pengaruhnya untuk pegawai yang sudah sertifikasi itu mas ..”. Selama melakukan

proses pendataan pendidikan sekolah belum menyadari adanya peran dari teknologi informasi. Banyaknya aplikasi pendataan pendidikan membuat sekolah semakin tidak memahami manfaat pendataan pendidikan karena setiap saat harus mengisi data yang

sama pada aplikasi yang berbeda. Pada jenjang SD dan SMP belum secara optimal menggunakan dapodik dan sebagian tidak mengerti peran dari dapodik. Berbagai kendala sering dijumpai oleh operator sekolah seperti jaringan internet, sinkronisasi data dari offline ke online, tenaga operator yang sangat terbatas berbanding jumlah data yang diinputkan sangat banyak, dan juga kurangnya sosialisasi dari dinas pendidikan kota Salatiga. Bahkan salah satu operator dari jenjang sekolah dasar mengatakan “untuk wawasan teknologi informasi

mungkin sudah cukup mas, tapi karena tidak ada sosialisasi tadi jadi pendataannya ya kurang jelas, lha wong belajarnya cuma dari tutorial-tutorial tok”

Sebagian besar wawasan teknologi informasi dari pengguna sudah cukup memadai untuk menggunakan sistem informasi pendataan pendidikan meskipun harus belajar secara bertahap dan otodidak, karena mereka menganggap bahwa latar belakang pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan

(4)

sistem informasi pendataan pendidikan asalkan memiliki pengalaman teknis pengumpulan data pendidikan dan diberi pelatihan. Salah satu operator dari jenjang SMA mengatakan “untuk latar belakang

pendidikan saya rasa tidak berpengaruh, semua bisa asal ditraining dan dilakukan evaluasi bersama apa yang harus diperbaiki“ .Peran sistem informasi

pendataan pendidikan dianggap sangat merepotkan karena pengguna harus banyak menginput sekian banyak data pendidikan, seperti data sekolah, data siswa dan data PTK. Salah satu operator dari jenjang SMK mengatakan “kalau saya pribadi lebih

cenderung untuk tidak mendukung mas, karena kita sudah mempunyai aplikasi sendiri tinggal bagaimana itu nanti dionlinekan kan jadi lebih mudah ndak menyulitkan kita”. Dinas pendidikan kota Salatiga

menyadari akan sulitnya sistem informasi pendataan pendidikan karena output dari pendataan belum secara langsung dirasakan oleh sekolah. Salah satu staff Sub.Bag.Perencanaan dinas pendidikan kota Salatiga yang berwenang atas pendataan pendidikan mengatakan “untuk sementara ini kita sadari

memang itu menyulitkan karena input saja outputnya ndak ada, tapi nantinya kita pasti yakin kalau inputnya baik pasti outputnya juga baik”. Disisi lain,

perubahan sistem dari waktu ke waktu pun mempersulit proses pendataan yang dilakukan oleh

operator sekolah. Belum memahami sepenuhnya dari versi yang lama muncul kembali versi yang baru bahkan aplikasi baru. Ditambah lagi minimnya pelatihan bagi operator sekolah membuat proses pendataan pendidikan semakin sulit dan merepotkan, karena memang banyak menyita waktu dan tenaga. Salah satu operator dari jenjang SMA mengatakan

“nah perubahan sistem itu mas yang salah satunya jadi kendala, kalau satu tahun data itu kan belum tentu diupdate wong inputnya aja belum selesai, tapi ketika ganti tahun ajaran sistemnya sudah dirubah lagi kalau begitu kan sistemnya tidak konsisten “.

Beberapa operator sekolah belum sepenuhnya memaksimalkan pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan, pelatihan menjadi faktor utama sulitnya penggunaan aplikasi pendataan pendidikan. Secara garis besar sistem informasi pendataan pendidikan mampu meningkatkan kinerja dalam hal pendataan pendidikan, hanya saja memang banyak menyita waktu dan tenaga bagi operator untuk melakukan pendataan. Disamping itu manfaat yang dirasakan oleh operator sebatas mempermudah dalam pencarian data dan beberapa sekolah merasakan manfaatnya ketika sertifikasi guru telah selesai dan bantuan dari pemerintah lebih cepat sampai ke sekolah.

3.3. Analisa Innovation and Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM)

Berdasarkan beberapa temuan di atas terbukti bahwa terdapat berbagai kendala yang muncul dari pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan selama digunakan sebagai sistem pendataan pendidikan. Kajian Innovation and Diffusion Theory(IDT) dan Technology Acceptance Model

(TAM) akan dijadikan sebagai acuan untuk mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan teknologi informasi untuk pendataan pendidikan. Sebuah model penerimaan teknologi informasi didapatkan berdasarkan analisis Innovation

and Diffusion Theory dan Technology Acceptance Model (TAM) seperti terlihat pada gambar 2

(5)

Gambar 2. Model Penerimaan Teknologi Informasi Gambar 2 di atas merupakan model penerimaan

teknologi informasi menggunakan Innovation and

Diffusion Theory (IDT) dan Technology Acceptance Model (TAM). Tampak jelas bahwa beberapa faktor

eksternal dari temuan kategori IDT yang mendasari persepsi pengguna yang menyebabkan pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan belum optimal dan masih menemui banyak kendala. Hal tersebut menjadikan proses pendataan yang dilakukan oleh operator sekolah menjadi sulit dan tingkat konsistensi pengumpulan data pendidikan di kota Salatiga tidak merata. Beberapa faktor yang berpengaruh kuat terhadap pembentukan persepsi pengguna dalam menggunakan sistem informasi pendataan pendidikan adalah latar belakang pendidikan, sumber daya manusia yang sangat terbatas, perubahan sistem yang selalu terjadi dari waktu ke waktu, pengenalan dan pelatihan, infrastruktur dan karakteristik pribadi penggunayang tidak melihat dan mengikuti perkembangan teknologi informasi saat ini.

Mengarah pada penelitian yang dilakukan oleh Jamal Oudahi (2008) yang menyebutkan adanya pelatihan, minat terhadap teknologi informasi, keahlian dan kualitas dari sistem informasi menyebabkan proses pemanfaatan sistem informasi

kurang optimal. Selain itu hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amirkhani, Salehahmadi, Kheiri & Hajialiasgari (2011) yang menyatakan pengalaman pengguna sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan peran teknologi informasi. Hal ini terbukti bahwa pengalaman pengguna tentang teknologi informasi sangatlah berpengaruh dan diperlukan dalam melakukan pendataan pendidikan berbasis teknologi informasi . Pernyataan lain disebutkan bahwa perilaku pengguna sangat berpengaruh terhadap resiko yang diterima, hal ini memperkuat temuan yang ada di lapangan bahwa tingkat pengumpulan data pendidikan yang kurang menyebabkan sekolah tidak dapat merasakan dampak positif dari pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan.

Model penelitian di atas terbentuk dari beberapa faktor yang memiliki pengaruh kuat terhadap pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan yang mengacu pada masing-masing konstruk dari kedua teori. Karakteristik IDT terbagi menjadi dua bagian, yaitu kapasitas pengguna yang meliputi latar belakang pendidikan, sumber daya manusia, karakteristik pribadi serta pengalaman menggunakan komputer, dan praktik manajemen Perceived ease of use (PEU) Perceived usefulness (PU) Relative Adventage Compatibility Complexity Observability Trialability IDT TAM Kapasitas Pengguna  Latar belakang pendidikan  Sumber daya manusia  Karakteristik pribadi  Pengalaman pengguna

dengan komputer

Praktik Manajemen Proyek  Perubahan sistem  Pengenalan dan pelatihan  Infrastruktur

Ekspektasi TI  Dampak yang dirasakan  Tingkat penggunaan

Attitude Toward Using

& Actual System Use

(6)

proyek yang meliputi perubahan sistem, pengenalan/pelatihan dan infrastruktur. Beberapa faktor tersebut secara langsung mengarah pada dua persepsi dari TAM yang masuk dalam bagian ekspektasi TI yang meliputi dampak yang dirasakan dan tingkat penggunaannya. Semakin rumit digunakan sistem informasi yang diterapkan semakin rendah tingkat penggunaannya. Semakin kecil dampak positif yang dirasakan semakin kurang bermanfaat sistem informasi tersebut untuk digunakan.

4. Kesimpulan

Pendekatan deskriptif kualitatif mampu mengeksplorasi persepsi pengguna terhadap pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan secara spesifik. Beberapa pengguna dari berbagai sekolah menganggap pemanfaatan sistem informasi pendataan pendidikan merupakan sebuah tuntutan yang harus dilakukan tanpa melihat perkembangan teknologi informasi saat ini. Akibat keterbatasan pemahaman ini, maka yang lebih terlihat adalah proses pendataan pendidikan berbasis teknologi informasi hanya sebagai tambahan beban kerja bagi pengguna.Banyaknya aplikasi pendataan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah pusat membawa dampak tersendiri terhadap niat pengguna untuk menggunakan aplikasi tersebut. Ditambah lagi jumlah data yang diinputkan tidak sedikit dengan sumber daya manusia yang sangat terbatas dan tanpa adanya pelatihan, menambah beban tersendiri bagi operator sekolah karena harus banyak menyita tenaga dan waktu.

Pentingnya studi kelayakan dalam pengembangan sistem informasi sangat berpengaruh terhadap penerapan inovasi teknologi informasi. Latar belakang pendidikan, sumber daya manusia, karakteristik pribadi pengguna, perubahan sistem dan pengenalan/pelatihan sistem informasi merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses difusi inovasi guna mengarahkan persepsi pengguna terhadap pemanfaatan teknologi informasi agar dapat digunakan secara optimal. Dengan memperhatikan persepsi mengenai sifat-sifat inovasi seperti keuntungan, kesesuaian, tingkat kerumitan,

keteramatan dan mampu untuk dicoba, dapat dijadikan sebagai dasar yang cukup menunjang dalam penerapan sebuah inovasi teknologi informasi. Adopsi teknologi informasi akan dapat dengan cepat diterima oleh lingkup sosial apabila memiliki karateristik berupa tingkat penggunaan yang mudah, memberi manfaat dan memberi nilai tambah bagi individu maupun organisasi.

5. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga kota Salatigayang telah memberikan izin penelitian dan juga sekolah-sekolah yang telah mendukung dan ikut serta sebagai key informant dalam penelitian ini. 6. Daftar Pustaka

Ali, Mohamad., 1984. Penelitian Kependidikan dan Strategi, Penerbit Angkasa Bandung. Amirkhani, A., Salehahmadi, Z., Kheiri, E., &

Hajialiasgari, F.,2011. The TAM Models Application in Technology Transition.

Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In Business, Vol.3, No. 3: 867-879.

Borg & Walter, R., 1979. Educational Research. Longman Inc (3rd Edition), New York. Gazbar, Yousra., 2013. Models Of Diffusion,

Adoption, Innovation And Acceptance of A New Technology, And Social Communication. Interdisciplinary Journal of

Contemporary Research In Business, Vol. 4.

No. 10: 810-821.

Ouhadi, Jamal., 2008. A Qualitative Analysis of Factors Associated with User Acceptance and Rejection of a New Workplace Information System in the Public Sector; A Conceptual Model. Canadian Journal of

Administrative Sciences,Vol. 10. No. 25:

201-213.

Rogers, E. M., 1995. Diffusion of Innovations(4th Ed.). New York: Free Press.

Taylor, S., & Todd, P. A.,1995.Understanding Information Technology Usage: A Test of Competing Models. Information Systems Research, 6 (1), 144-176.

Gambar

Gambar 1. Tahapan Penelitian
Gambar 2. Model Penerimaan Teknologi Informasi  Gambar  2  di  atas  merupakan  model    penerimaan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data dengan metode OLS menunjukkan bahwa nilai R-Square dari persamaan adalah sebesar 67.18 artinya 67.18% keragaman faktor-faktor yang memengaruhi

Begitupun sebaliknya menyadari bahwa lembaga pendidikan sangat membantu mereka untuk menyiapkan SDM yang berkualitas tentu sesuai dengan keinginan mereka sendiri dengan

The aims of this research are (1) to find out the translation techniques applied by the translator in translating imperative sentences in the Unilever product labels, (2) to find

Pada uji kuantitatif aktivitas antioksidan kayu secang dan kayu manis dilakukan dengan cara membuat larutan induk terdahulu yaitu melarutkan 0,01 gram ekstrak kayu

Bahwa pluralisme adalah suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia.” Ikatan-ikatan keadaban yang dimaksud oleh Cak Nur (2001) sebagai nilai-nilai universal yang

thermogun para peserta yang suhu badannya dibawah 38 derajat bisa mengikuti kegiatan. Pelatihan dilaksanakan dalam 2 tahap yaitu, pada Sesi 1 materi dimulai

kesulitan dalam menjawab pertanyaan dibanding siswa perempuan. Sering kali guru memberikan waktu yang lebih lama kepada siswa laki-laki untuk menjawab.. pertanyaan,