• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAYA GEMPA BUMI ZONA PATAHAN SUMATERA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAYA GEMPA BUMI ZONA PATAHAN SUMATERA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 of 9

BAHAYA GEMPA BUMI

ZONA PATAHAN SUMATERA

oleh : Ir. Ade Edward (IAGI - Sumbar)

A. Zonasi Wilayah Ancaman Gempa

Sesar/Patahan Sumatera membentang sepanjang 1.900 km (dari Banda Aceh hingga Teluk Semangko di Selatan Lampung), membentang paralel dengan palung/zona subduksi sebagai pengaruh dari konvergensi Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia (gambar 1). D. Hilman dan K. Sieh, dalam Neotectonic of The Sumatran Fault, Indonesia, 2000, membagi Patahan Sumatra ini menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah Utara, Tengah dan Selatan, namun secara keseluruhan, berdasarkan pengamatan pada peta topografi dan foto udara, dibagi menjadi 19 segmen (gambar 2).

(2)

Page 2 of 9

Gambar 2. Pembagian segmen Patahan Sumatera (D. Hilman dan K. Sieh, 2000)

Dari 19 Segmen Patahan Sumatera 7 diantaranya terdapat di wilayah Provinsi Sumatera Barat dan akan berdampak langsung terhadap masyarakat yang berada pada zona-zona rentan. Adapun ketujuh segmen tersebut adalah segmen Siulak (2.25°S ~ 1.7°S), segmen Suliti (1.75°S ~ 1.0°S), segmen Sumani (1.0°S ~ 0.5°S), segmen Sianok (0.7°S ~ 0.1°N), segmen Sumpur (0.1°N ~ 0.3°N), Segmen Barumun (0.3°N ~ 1.2°N) dan Angkola sedangkan potensi gempa masing-masing segmen tersebut dapat dilihat pada table 1.

(3)

Page 3 of 9

Tabel 1. Data dan Parameter sumber gempa pada segmen-segmen Sesar Sumatera (Tim revisi Peta Gempa Indonesia, 2010).

1. Segmen Angkola

Ujung utara segmen ini bermula pada lembag Batang Toru, menyisir lembah Sungai Batang Angkola dan Batang Gadis di wilayah Sumatera Utara. Sementara ujung Selaatnnya berada di wilayah Sumatera Barat di dekat Lembah Batang Pasaman. Panjang segmen 160 km dengan Potensi kekuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,6.

Kerusakan serius dilaporkan pernah terjadi pada tahun 1892 disepanjang lembah Batang Gadis dan Sungai Angkola diantara Malintang dan Lubuk Raya Volcanoes (Visser, 1922 dalam D. Hilman dan K Sieh, 2000).

2. Segmen Barumun

Ujung Utara Berada di Wilayah Sosopan Julu, Sumatera Utara, menyusuri Lembah Sungai Barumun. Bagian Selatan Segmen ini berada di Wilayah Provinsi Sumatera Barat. Panjang segmen 125

km dengan potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,6.

Lembah Aliran Batang Asik dan hamparan lembah (depresi) Batang Sumpur di daerah Panti dan Sitompa hingga Sunpadang merupakan bukti dari adanya pergeseran vertikal berupa amblasan pada bagian segmen ini.

3. Segmen Sumpur

Segmen Sumpur di bagian Utara burujung pada sisi Selatan Depresi Sumpur, di Selatan Panti, kemudian menyisir Lembah Batang Sumpur ke Tenggara, Salabawan, hingga Bonjol, menyusuri S. Silasung. Panjang segmen 35 km dengan potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 6,9.

(4)

Page 4 of 9

4. Segmen Sianok

Segmen ini memanjang dari sisi Timur Luat D. Singkarak, melewati sisi Barat Daya G. Marapi hingga Ngarai Sianok. Panjang segmen 90 km dengan potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,3.

Gempa terbesar pernah tercatat pada segmen ini yaitu pada 4 Agustus 1926 dengan pusat hancuran antara Bukit Tinggi dan D. Singkarak. Data terbaru mencatat bahwa 6 Maret 2007 (M 6,4 dan 6,3) juga terjadi gempa merusak pada segmen ini bersama sama dengan segmen Sumani dan mengakibatkan banyak kerusakan di daerah Batu Sangkar dan Solok.

5. Segmen Sumani

Ujung Utara segmen ini berada di sisi Utara D. Singkarak, menyirisi sisi Barat Daya danau tersebut melintasi daerah Kota Solok, Sumani, Selayo dan berakhir di Utara D. Diateh Tenggara Gunung Talang. Panjang segmen 90 km dengan potensi 65 km kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,2.

Gempa merusak tercatat terjadi pada 9 Juni 1943, M 7.4, di bawah D. Singkarak dan menghasilkan pergeseran horizontal sejauh 1 m 4 (D. Hilaman Natawijaya dkk. 1995), dan gempa pada 6 Maret 2007 juga telah menyebabkan banyak kerusakan di sepanjang segmen ini dari Sumani hingga Selayo.

6. Segmen Suliti

Ujung Utara segmen berada pada D. Diatas dan D. Dibawah dengan lebar zona 4 km pada wilayah tersebut. Patahan Sumatera pada segmen ini menelusuri lembah S. Suliti ke Tenggara hingga anak-anak Sungai Liki di Barat Laut G. Kerinci, dengan panjang total 90 km. Potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,4.

Gempa merusak pada segmen ini pernah terjadi pada 9 Juni 1943, M 7,1 (Pacheco dan Sykes, 1992). Menyebabkan kerusakan parah pada bagian Utara Segmen hingga Muarolabuh.

7. Segmen Siulak

Ujung Selatan Segmen ini berada di wilayah Jambi menyusuri lembah di Barat Daya hingga Barat Laut G. Kerinci, overlap dengan segmen Suliti di wilayah Solok Selatan dengan panjang total 70 km. Potensi kuat gempa maksimum pada segmen ini adalah M 7,2.

(5)

Page 5 of 9

Gempa merusak pernah terjadi pada segmen ini pada 9 Juni 1909 dan diyakini berkekuatan 7,7 (Abe, 1981) dan menyebabkan kerusakan parah hampir di sepanjang segmen. Kerusakan pada gempa 6 Oktober 1995, M 7,0 diberitakan terjadi pada area yang cukup luas di lembah Barat Laut Danau Kerinci (Kompas 7 Oktober 1995).

B. Risiko dan Upaya Kesiapsiagaan

Gempa-gempa yang berafiliasi dengan zona patahan Sumatera merupakan gempa-gempa berkekuatan sedang hingga kuat dengan potensi kedalaman dangkal, kurang dari 20 km. kuat gempa dengan kedalaman yang dangkal dapat mengakibatkan kerusakan yang hebat dan sangat memungkinkan terjadinya bencana ikutan berupa tanah longsor, hal ini akan menambah risiko kerugian yang dapat diakibatkan oleh gempabumi pada wilayah tersebut.

Selain beberapa catatan bencana gempabumi pada uraian Segmen Patahan Sumatera Diatas, terdapat beberapa pengalaman gempa terbaru yang terjadi di pada Sistem Patahan Sumatera baru-baru ini, yaitu :

(6)

Page 6 of 9

Gempa 6,2 skala richter (SR) di Aceh Selasa 2 Juli 2013 yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Kab. Bener Meriah berdampak cukup luas pada masyarakat dimana berdasarkan laporan BNPB Minggu, 7 Juni 2013 tercatat 40 orang meninggal dunia, 63 orang luka berat, 2.362 luka ringan, dan pengungsi mencapai 22.135 orang, Rumah rusak sebanyak 15.919 unit sedangkan 623.

Gempa 6,4 dan 6,3 SR 6 Maret 2007 melanda Kabupaten Solok, Kab. Tanah Datar dan Kota Padang Panjang. Menyebabkan 52 orang meninggal dunia, dan sedikitnya 14.000 unit rumah rusak.

Masih tingginya tingkat kerusakan dan korban yang ditimbulkan oleh peristiwa gempabumi di Daratan Sumatera, terutama di daerah daerah yang berdekatan langsung dengan pusat-pusat episentrum, zona bahaya tinggi, menunjukkan bahwa masih lemahnya upaya mitigasi yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di daerah-daerah tersebut. Berbeda dengan upaya mitigasi bencana tsunami yang telah memiliki program mitigasi yang terencana dan terintegrasi dalam “Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami.”, Program Mitigasi dan Kesiapsiagaan dalam mengantisipasi bencana gempa bumi darat masih sangat minim dan belum memiliki road map yang terencana dan sistematis.

Perlu jadi perhatikan kita semua bahwa wilayah Sumatera Barat yang secara umum rawan terhadap bencana gempa bumi, terdapat 12 Kabupaten/Kota dengan total 72 Kecamatan dan 408 Nagari dengan hampir 3.417.458 jiwa (berdasarkan sensus Penduduk 2013) berada pada zona ancaman atau zona bahaya tinggi. Jumlah jiwa terpapar tersebut akan semakin rentan ketika berada di daerah yang bertopografi terjal atau perbukitan jiwa terpapar ancaman Gempa darat dangkal. Disamping itu hampir seluruh pemukiman di kecamatan-kecamatan yang berada di tengah-tengah Bukit Barisan berada di atas jalur Patahan Sumatera yang cenderung membentuk lembah-lembah dan dataran, artinya bahwa daerah-daerah tersebut berada pada zona ancaman/bahaya tinggi. Dengan potensi magnitude dan kedalaman yang dangkal, gempa di sekitar zona patahan sumatera juga berpotensi menimbulkan bencana ikutan yaitu tanah longsor terutama pada daerah perbukitan bertopografi terjal.

Berikut adalah beberapa Ibu kota kabupaten, kecamatan atau pusat-pusat pemerintahan dan perekonomian yang berada di Jalur/Zona Patahan Sumatera:

1. Kab. Pasaman : Baharu, Kota Napan, Sitomba, Tapus, Petok, Selibawan, Lubuk Sikaping, Bonjol,, Padang Sarai,

2. Kab. Agam : Palembayan, Kota Tinggi, Tarok, Koto Tuo 3. Kota Bukit Tinggi --> Ngarai Sianok

4. Kota Padang Panjang

(7)

Page 7 of 9

6. Kab. Solok : Singkarak, Sumani, Danau Kembar, Alahan Panjang, Galagah, Bukik Gadang, Surian

7. Kota Solok

8. Kab. Solok Selatan : Pastalang, Muarolabuh, Alahan Badia, Liki

Tabel 1. Daftar Kabupaten pada zona ancaman/bahaya gempabumi tinggi pada Zona Patahan Sumatera. Wilayah Administrasi dan jumlah penduduk mengacu pada Sensus Penduduk 2013, BPS. No Kabupaten/ Kota Jml Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) 1 Kabupaten Agam 12 468.970 2 Kota Bukittinggi 3 118.260

3 Kota Padang Panjang 2 49.536

4 Kota Solok 2 63.541

5 Kabupaten Limapuluh Kota 1 361.645

6 Kabupaten Padang Pariaman 3 400.890

7 Kabupaten Pasaman 11 263.838

8 Kabupaten Pasaman Barat 4 392.907

9 Kabupaten Pesisir Selatan 7 442.681

10 Kabupaten Solok 14 358.383

11 Kabupaten Solok Selatan 3 153.943

12 Kabupaten Tanah Datar 10 342.864

Total 72 3.417.458

Sumber: BPS 2015 (http://sumbar.bps.go.id/frontend/index.php/publikasi/119)

Terdapat salah satu alinea dalam Deklarasi Padang 2005, dalam Konferensi Internasional Ancaman Gempabumi Sumatera yang perlu jadi perhatian, ”Saat ini, semua perhatian terpusat pada potensi bahaya guncaang gempabumi dan tsunami dari pecahnya megathrust di masa yang akan datang. Namun demikian, adalah penting bahwa masyarakat di Sumatera jangan mengabaikan risiko yang ditimbulkan oleh patahan besar lainnya yaitu, Sesar Sumatera, yang melintas sepanjang jalur pegunungan (Bukit Barisan) mulai dari Teluk Semangko (Lampung) sampai ke Banda Aceh.Sebagai contoh, Banda Aceh akan lebih memiliki resiko terhadap pergerakan Sesar Sumatera yang berada di daratan dibanding resiko dari gempabumi dan tsunami disebabkan oleh megathrust yang berada di dasar laut. Dalam kasus tertentu ini, apakah akan mungkin terjadi gerakan tanah yang diakibatkan oleh pecahnya/bergeraknya Patahan Sumatera dan seperti apakah kemungkinan peristiwa yang akan terjadi ? Juga, lokasi-lokasi yang spesifik dari Patahan Sumatera harus diketahui sedemikian rupa sehingga kegiatan pembangunan yang baru tidak akan ditempatkan pada jalur Patahan Sumatera tersebut.”

Harus ada tekanan publik agar kepala daerah yang daerahnya rawan gempa agar peduli terhadap perlunya bangunan aman gempa dan kawasan pemukiman aman longsor akibat gempa. Oleh karena

(8)

Page 8 of 9

itu perlua danya perubahan paradigma pemerintah daerah dalam penerpan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Selagi pemko/pemkab menganggap IMB sebagai objek PAD, sulit mengharapkan IMB yang sejatinya sebagai instrumen pembinaan, pangawasan, pengendalian bangunan.

Upaya peningkatan mitigasi dan pengurangan risiko bencana terkait gempabumi dan longsor di kawasan daratan Sumatera merupakan kebutuhan mendesak sehinga perlu dikerahkan segala upaya dan sumberdaya yang ada. Dalam program jangka panjang perlu dirancang dan diterapkanRoad Map Rencana Aksi Mitigasi Ancaman Gempa Patahan Sumatera di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat dan Sumatera umumnya, meliputi beberapa program sebagai berikut:

 Penyusunan Skenario Darurat Bencana dan Rencana Kontinjensi.

 Sosialisasi dalam rangka peningkatan public awareness dan penentuan kebijakan.  Pelatihan, pendidikan, simulasi bagi aparat dan masyarakat.

 Review penataan ruang kawasan permukiman dalam rangka mewujudkan kawasan yang aman terhadap gempabumi dan longsor.

 Relokasi permukiman rawan longsor.

 perkuatan bangunan dengan teknologi tepat guna agar aman terhadap gempa.

 Perkuatan kelembagaan Nagari Tangguh Bencana dengan memperdayakan potensi kearifan lokal yang ada.

 Perkuatan Sumberdaya manusia dan peralatan deteksi dini, monitoring dan kendali operasi penanggulangan bencana.

 persiapan peralatan, bahan dan personel untuk penanganan darurat bencana

 Penyebaran rambu-rambu peringatan bahaya gempabumi dan longsor, leaftlet propaganda dan promosi siaga gempa dan longsor.

 Kedepan sangat diharapkan keterlibatan semua pihak pemangku kepentingan, baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam upaya-upaya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana dalam rangka pengurangan risiko baik korban jiwa, kerugian materil, infrasutruktur maupun sektor-sektor lain yang mungkin akan mengganggu stabilitas perekonomian hingga politik dan kehidupan masyarakat secara umum.

(9)

Page 9 of 9

Pustaka:

K. Sieh dan D. Hilman Natawijaya, Neotectonic of Sumatran Fault, 2000.

Peta Bahaya Gempa Bumi Provinsi Sumatera Barat, UNDP, SC-DRR, Pemprov. Sumatera Barat, PT Waindo Specterra, 2011 Sari dari berbagai sumber lain

Directing: Ir Ade Edward

Editting and Map Layout : Yusra Agustin ST

Diterbitkan Oleh:

Gambar

Gambar 1. Tatanan tektonik wilayah Pulau Sumatera-Samudera Hindia
Tabel  1.  Daftar  Kabupaten  pada  zona  ancaman/bahaya  gempabumi  tinggi  pada  Zona  Patahan  Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan Informasi Obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek merupakan kegiatan yang

Jika diasumsikan bahwa monumen ini berada di luar zona akumulasi regangan dan rilis terkait dengan gempa bumi yang dahsyat, gerakan relatif di seluruh patahan

Perintis aliran konvergensi adalah William Stern (1871- 1939), seorang ahli pendidikan bangsa Jerman yang berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-

Ketika lampu obstacle berintensitas tinggi, Tipe A, digunakan, maka lampu-lampu tersebut harus diletakkan dengan jarak yang sama tidak lebih dari 105 m antara permukaan

pangan.Dari Gambar 10dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan pada suhu ruang maka nilai uji organoleptik aroma tahuakan semakin menurun.Hal ini dikarenakan

Penelitian yang dilkaukan Nuratama (2011) membuktikan variabel tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit, dengan kata lain semakin panjang tenure KAP,

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif dan kualitatif pada siklus I dan siklus II yang telah diperoleh, maka dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran