• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAMIS, TANGGAL 19 NOVEMBER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAMIS, TANGGAL 19 NOVEMBER"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VIII DPR RI MASA SIDANG II TAHUN SIDANG 2020- 2021

“PENINJAUAN REALISASI PENYALURAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TERKAIT DAMPAK SOSIAL PANDEMI COVID-19 KE KOTA SURAKARTA

PROVINSI JAWA TENGAH”

KAMIS, TANGGAL 19 NOVEMBER 2020

SEKRETARIAT KOMISI VIII DPR RI Set_komisi8@dpr.go.id

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

JADWAL DAN TIM KUNJUNGAN KERJA 3

BAB I PENDAHULUAN

BAB II LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

5 7

BAB III PENUTUP 14

(3)

DAFTAR NAMA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK DALAM RANGKA PENINJAUAN REALISASI PENYALURAN PKH TERKAIT DAMPAK SOSIAL

PANDEMI COVID-19

KE KOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH TANGGAL 19 S.D. 21 NOVEMBER 2020 NOMOR N A M A JABATA N FRAKSI DAPIL URU T ANG G 1. A-146 M. R. IHSAN YUNUS,

BA,B,Comm,ME.Con. KETUA PDIP JAMBI

2. A-107

LAKSDYA TNI (PURN) MOEKHLAS

SIDIK, MPA. Anggota PDIP JATIM II

3.

A-257 Drs. H. SAMSU NIANG, M.Pd. Anggota PDIP SULSEL II 4.

A-154 I KOMANG KOHERI, S.E. Anggota PDIP LAMPUNG II 5.

A-260 H. ARWAN M. ARAS T., S.Kom. Anggota PDIP SULBAR 6.

A-304

Hj. ENDANG MARIA ASTUTI, S.Ag.,

SH., MH. Anggota FPG JATENG IV

7.

A-323 MOHAMMAD SALEH, S.E. Anggota FPG BENGKULU 8.

A-121 MUHAMMAD FAUZI, S.E. Anggota FPG SULSEL III 9. A-62 M. HUSNI, S.E Anggota GERIND

RA SUMUT I 10.

A-124 H. IWAN KURNIAWAN, S.H., M.Si. Anggota

GERIND

RA KALTENG 11.

A-354 Hj. LISDA HENDRAJONI, S.E., MMTr. Anggota NASDEM SUMBAR I 12.

A-042

H. AN'IM FALACHUDDIN MAHRUS

Anggota PKB JATIM VI

13.

A-413 H. ISKAN QOLBA LUBIS, M.A. Anggota PKS SUMUT II 14.

A-529 Drs. H. ACHMAD, M.Si. Anggota

DEMOKR

AT RIAU I 15. - ACHMAD SOFIAN BAHTIAR, S.Sos. Sekretariat Komisi VIII DPR RI 16. - DICKY RACHMADI, S.A.P Sekretariat Komisi VIII DPR RI 17. - ADI WICAKSONO SE. ME. AK. CA. Tenaga Ahli

18. 19.

Telp Kantor : 021 5715 863, Fax : 021 5715 512 Email : set_komisi8@dpr.go.id

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. UMUM

Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi DPR RI, sesuai ketentuan Peraturan Tata Tertib DPR RI, maka Komisi VIII DPR-RI dalam kunjungan Kerja Spesifik Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2019-2020 telah membentuk Tim Kunjungan Kerja Spesifik Peninjauan Realisasi Penyaluran PKH Terkait Dampak Sosial Pandemi Covid-19 Ke Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah.

Urgensi kunjungan kerja spesifik dilaksanakan dalam rangka pengawasan dari Komisi VIII DPR RI atas Program Keluarga Harapan (PKH) yang diberikan pemerintah pada masa pandemi Covid-19 yang meliputi bagaimana mekanismenya dan kategori keluarga penerima, apakah penerima merasakan manfaatnya? dipergunakan untuk apa dana yang diterima dan kendala apa saja yang dihadapi pemerintah dalam proses penyaluran termasuk masalah akurasi data penerima agar tepat sasaran.

B. DASAR KUNJUNGAN KERJA

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 20, 20A, 21 dan 23 tentang tugas DPR-RI di bidang Legislasi, Anggaran dan Pengawasan. 2. Undang undang Nomor 17 tahun 2014 tentang MD3 sebagaimana telah diubah

dalam Undang undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang undang Nomor 17 tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

3. Keputusan DPR RI Nomor 01 tahun 2014 tentang Tata Tertib: a. Pasal 6 dan 7 tentang Wewenang dan Tugas DPR RI;

b. Pasal 58 Ayat (3) tentang Tugas Komisi di bidang Pengawasan;

c. Pasal 59 Ayat (3) huruf (f) tentang Pelaksanaan Kunjungan Kerja Spesifik Komisi DPR RI.

4. Keputusan rapat Internal Komisi VIII DPR RI C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. MAKSUD

 Melakukan komunikasi intensif antara DPR RI khususnya Komisi VIII DPR RI dengan daerah, baik Pemerintah Daerah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program Bantuan Sosial.

 Melaksanakan fungsi Pengawasan atas Pelaksanaan Undang-undang termasuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang digunakan untuk Program Bantuan Sosial.

 Menggali dan menyerap aspirasi daerah dari unsur Pemerintah Daerah maupun masyarakat pelaksanaan Program Bantuan Sosial.

2. TUJUAN

Mendapatkan masukan berupa data faktual tentang pelaksanaan program bantuan sosial.

(5)

BAB II

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA

Program keluarga harapan (PKH) adalah program pemberian bantuan sosial (bansos) bersyarat kepada keluarga yang hidup dibawah garis kemiskinan dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat (KPM) PKH. PKH merupakan salah satu upaya pemerintah dalam percepatan penanggulangan kemiskinan. Program perlindungan sosial ini dikenal di dunia internasional dengan istilah conditional cash transfer (CCT). Sejak diluncurkan pada tahun 2007, PKH telah berkontribusi dalam menekan angka kemiskinan dan mendorong kemandirian penerima bansos, yang selanjutnya disebut sebagai keluarga penerima manfaat (KPM).

Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH bertujuan membuka akses KPM bagi ibu hamil dan balita dalam memanfaatkan fasilitas/layanan Kesehatan (faskes) dan anak usia sekolah dalam memanfaatkan fasilitas/layanan Pendidikan (fasdik) yang tersedia di dekat tempat tinggal mereka. Manfaat PKH saat ini juga diarahkan untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan tujuan untuk mempertahankan kesejahteraan sosial mereka sesuai dengan amanat konstitusi.

Selain mendorong KPM untuk memanfaatkan pelayanan sosial dasar Kesehatan dan Pendidikan, KPM PKH juga didampingi untuk mendapatkan kesempatan dan Pendidikan, KPM PKH juga didampingi untuk mendapatkan kesempatan untuk memanfaatkan berbagai program pelindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementer secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi episentrum dan center of excellence penanggulangan kemiskinan di Indonesia yang mensinergikan berbagai program perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional.

PKH diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, menurunkan kesenjangan ekonomi (gini ratio), serta meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).

Dalam pelaksanaan PKH, setiap KPM harus terdaftar dan hadir pada fasilitas Kesehatan dan fasilitas Pendidikan terdekat, yang menjadi prasayarat bagi mereka untuk menerima bantuan. Kewajiban KPM PKH di bidang Kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi serta

(6)

timbang badan anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan kewajiban di bidang Pendidikan adalah mendaftarkan dan memastikan kehadiran anggota keluarga PKH ke satuan Pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah. Selain untuk Pendidikan dan Kesehatan, sejak tahun 2016 PKH juga memberikan bantuan kesejahteraan sosial lainnya yaitu bagi penyandang disabilitas berat dan penduduk lanjut usia (usia mulai 70 tahun).

Program keluarga harapan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat melalui akses layanan Pendidikan, Kesehatan dan kesejahteraan sosial. Tujuan selanjutnya mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan. Selanjutnya bertujuan menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga penerima manfaat dalam mengakses layanan Kesehatan dan Pendidikan serta kesejateraan sosial. Tujuan berikutnya adalah mengurangi kemiskinan dan kesenjangan serta mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada keluarga penerima manfaat.

Sasaran PKH adalah keluarga yang miskin dan rentan yang terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang dikelola oleh pusat data dan informasi (pusdatin), kementerian sosial RI. Keluarga tersebut harus memiliki komponen Kesehatan, Pendidikan dan/atau kesejahteraan sosial untuk ditetapkan sebagai KPM PKH.

Kriteria penerima PKH terdiri atas tiga komponen yaitu komponen Kesehatan terdiri atas ibu hamil dan anak usia 0 sampai 6 tahun, yang kedua komponen Pendidikan terdiri atas anak SD/sederajat/pesantren usia >6 sampai 12 tahun, anak SMP/sederajat/pesantren usia >12 sampai 15 tahun, anak SMA/sederajat/pesantren usia >15 sampai 21 tahun, yang ketiga komponen kesejahteraan sosial terdiri atas lanjut usia dan penyandang disabilitas berat.

Sinkronisasi peningkatan layanan dasar, Berbagai indikator menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya bidang pendidikan dan kesehatan, terutama bagi Keluarga Miskin (KM) dan rentan perlu ditingkatkan sejalan dengan upaya pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan serta meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Berdasarkan banyak kajian, penyebab Keluarga Miskin dan rentan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan kesehatan terletak pada masalah yang dihadapi oleh sisi permintaan, yaitu Keluarga Miskin itu sendiri (demand side)

(7)

maupun sisi penyedia layanan (supply side). Alasan terbesar para Keluarga Miskin tidak melanjutkan sekolah umumnya karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan lainnya. Begitupun dari aspek kesehatan, Keluarga Miskin tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota keluarga akibat rendahnya tingkat pendapatan. Sementara itu, permasalahan pada sisi pelayanan (supply side) yang menyebabkan rendahnya akses Keluarga Miskin terhadap pendidikan dan Kesehatan antara lain belum tersedianya pelayanan kesehatan dan pendidikan yang mudah dijangkau oleh Keluarga Miskin.

Biaya pelayanan yang mahal menurut ukuran Keluarga Miskin serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan kesehatan. Sebagai upaya menambah daya ungkit penanggulangan kemiskinan maka diperlukan sinergi berbagai program perlindungan sosial baik dalam bentuk subsidi, bantuan sosial tanpa syarat, bantuan sosial bersyarat, maupun bantuan-bantuan sosial pemberdayaan. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program Indonesia Sehat, Program Indonesia Pintar, Rumah Tinggal Layak Huni, Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dan lain-lain perlu diperkuat sebagai program komplementer PKH.

Program Bantuan Komplementer

Seluruh KPM PKH berhak mendapatkan program bantuan komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Program-program tersebut antara lain:

1. Jaminan Kesehatan Nasional

Seluruh KPM PKH pada saat yang bersamaan juga adalah Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari program Jaminan Kesehatan Nasional. Kartu Indonesia Sehat (KIS) menjamin dan memastikan masyarakat kurang mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan seperti yang dilaksanakan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan. Lebih dari itu, secara bertahap cakupan peserta akan diperluas meliputi penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bayi yang lahir dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang selama ini tidak dijamin. Kepesertaan PBI diatur dalam Perpres No 101 Tahun 2011. Adapun kriteria Peserta PBI adalah sebagai berikut: a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak

(8)

Mampu sebagai peserta Program Jaminan Kesehatan. b. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya c. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.

2. Bantuan Sosial Beras Sejahtera

Seluruh penerima PKH berhak menjadi penerima bantuan sosial beras sejahtera (rastra) dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan bagi anggota keluarga. Rastra diberikan sebanyak 10 kg per bulan.

3. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

BPNT merupakan skema baru pemberian beras sejahtera bari KPM PKH lokasi penyaluran non tunai. KPM. Dengan menggunakan kartu kombo elektronik, KPM PKH dapat membeli bahan pangan berupa beras dan telur.

4. Program Indonesia Pintar (PIP)

KPM PKH dengan usia 6-21 tahun berhak menjadi penerima manfaat dari Kartu Indonesia Pintar, yang bertujuan untuk:

a. Meningkatkan akses bagi anak usia 6-21 tahun untuk mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan Pendidikan Menengah Universal/Rintisan Wajib Belajar 12 tahun. b. Mencegah peserta didik dari kemungkinan putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan akibat kesulitan ekonomi.

c. Menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan pendidikan di sekolah/Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)/Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) maupun Lembaga Kursus dan Pelatihan. 5. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

KUBE merupakan kelompok warga yang dibentuk dengan tujuan melaksanakan kegiatan ekonomi bersama. KPM PKH diharapkan menjadi penerima bantuan KUBE dengan tujuan meningkatkan penghasilannya.

6. Rumah Tinggal Layak Huni (Rutilahu)

Rutilahu adalah program bantuan perbaikan rumah yang diharapkan dapat menjangkau KPM PKH termasuk perbaikan fasilitas lingkungan tempat tinggal. 7. Asistensi Lanjut Usia Terlantar (Aslut)

(9)

Aslut merupakan bantuan sosial berupa uang serta pendampingan bagi lanjut usia. KPM PKH yang memiliki anggota keluarga lanjut usia mulai dari 60 tahun diberikan bantuan sosial sebagai penerima PKH komponen kesehjateraan sosial.

8. Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas Berat (ASPDB)

ASPDB merupakan bantuan sosial berupa uang serta pendampingan bagi penyandang disabilitas berat. Anggota keluarga penerima PKH yang

merupakan penyandang disabilitas berat diberikan bantuan sosial sebagai penerima PKH komponen kesejahteraan sosial.

9. Bantuan Sosial Lainnya

Bantuan sosial yang berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, dan dunia usaha.

10. Sertifikat Kepemilikan Tanah (Badan Pertanahan Nasional)

Kementerian Agraria Tata Ruang dan Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menerbitkan sertifikat tanah tanpa dipungut biaya, melalui program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL).

Rekapitulasi Bantuan Sosial Program Keluarga Harapan Provinsi Jawa Tengah Sampai Tahap IV Oktober 2020

Program Keluarga Harapan (PKH) di Provinsi Jawa Tengah berjumlah 1.572.687 Keluarga, bantuan oktober Rp. 1.121.259.350.000,- dan bantuan hingga tahap IV bulan oktober Rp. 5.224.765.554.000,-

Data KPM PKH Provinsi Jawa Tengah Sampai Tahap IV (Bulan Oktober) Tahun 2020 NO KABUPATEN/KOTA

TAHAP IV (OKTOBER) BANTUAN HINGGA TAHAP IV (OKTOBER) KPM NOMINAL (RP) 1 BANJARNEGARA 51.066 35.551.975.000 162.661.220.000 2 BANYUMAS 105.042 75.358.125.000 333.796.543.000 3 BATANG 29.416 20.173.325.000 101.769.872.000 4 BLORA 36.403 24.915.000.000 121.460.117.000 5 BOYOLALI 36.013 26.600.650.000 127.490.138.000 6 BREBES 111.254 79.442.575.000 411.652.372.000 7 CILACAP 87.710 62.330.900.000 292.937.662.000 8 DEMAK 53.123 37.918.600.000 191.233.167.000 9 GROBOGAN 73.196 51.178.175.000 214.281.262.000 10 JEPARA 53.153 37.428.400.000 152.915.287.000

(10)

11 KARANGANYAR 32.224 23.881.525.000 110.965.091.000 12 KEBUMEN 66.375 50.369.050.000 245.724.195.000 13 KENDAL 42.057 28.576.975.000 132.067.385.000 14 KLATEN 60.928 44.952.725.000 201.858.061.000 15 KOTA MAGELANG 3.429 2.412.825.000 11.341.401.000 16 KOTA PEKALONGAN 11.530 8.520.200.000 34.978.948.000 17 KOTA SALATIGA 3.680 2.672.275.000 12.616.136.000

NO KABUPATEN/KOTA TAHAP IV (OKTOBER) BANTUAN HINGGA TAHAP IV (OKTOBER) KPM NOMINAL (RP) 18 KOTA SEMARANG 25.172 17.524.325.000 85.641.777.000 19 KOTA SURAKARTA 17.697 12.917.700.000 59.402.609.000 20 KOTA TEGAL 7.190 5.063.775.000 23.310.063.000 21 KUDUS 21.903 14.858.825.000 71.775.539.000 22 MAGELANG 68.765 48.401.250.000 216.592.809.000 23 PATI 49.601 32.681.700.000 167.040.659.000 24 PEKALONGAN 41.386 30.361.475.000 135.977.425.000 25 PEMALANG 80.361 58.074.550.000 265.090.947.000 26 PURBALINGGA 59.901 42.108.700.000 189.685.260.000 27 PURWOREJO 31.694 22.839.125.000 112.548.964.000 28 REMBANG 33.271 22.129.850.000 107.760.708.000 29 SEMARANG 26.850 18.681.450.000 91.393.095.000 30 SRAGEN 35.499 26.279.975.000 126.563.295.000 31 SUKOHARJO 30.167 22.450.650.000 98.854.223.000 32 TEGAL 69.576 51.664.175.000 225.006.386.000 33 TEMANGGUNG 39.549 27.935.075.000 125.589.832.000 34 WONOGIRI 35.020 25.079.850.000 115.035.915.000 35 WONOSOBO 42.486 29.923.600.000 147.747.191.000 JUMLAH 1.572.687 1.121.259.350.000 5.224.765.554.000 PELAKSANAAN KUNJUNGAN KERJA

Tim kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI ke Surakarta Provinsi Jawa Tengah dalam peninjauan program keluarga harapan (PKH) bertempat di pendopo Pemerintah Daerah Kota Surakarta yang dihadiri oleh asisten daerah 1 Pemerintah Daerah Kota Surakarta dan jajaran dinas sosial. Dihadiri oleh perwakilan para penerima manfaat

(11)

PKH dan tenaga pendamping PKH. Dalam pertemuan tersebut dapat dicatat sebagai berikut :

1. Realisasi penyaluran keluarga penerima manfaat tahap IV tahun 2020 di Kota Surakarta dengan jumlah 17.697 KPM dengan nominal Rp.12.917.700.000,- dengan rincian pada table dibawah.

2. Rasio tenaga pendamping PKH dengan keluarga penerima manfaat (KPM) sangat besar dan belum ideal yaitu 1 tenaga pendamping mendampingi 359 KPM.

3. Selama pandemi covid 19 memiliki keterbatasan tatap muka antara tenaga pendamping PKH dengan keluarga penerima manfaat sehingga telat dalam merespon sejauh mana pencairan dan pemanfaatan dana di keluarga penerima manfaat.

4. Keluarga penerima manfaat PKH di kota Surakarta yang telah keluar dari Penerima PKH atau telah graduasi sebanyak 444 KPM dan secara keseluruhan sebanyak 3.160 KPM telah graduasi tidak ada komponen.

5. Sinkronisasi kebijakan pemberdayaan masyarakat dan program bantuan sosial lainnya yang berada di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Daerah untuk para penerima program keluarga harapan agar dapat segera mampu keluar atau graduasi menjadi keluarga sejahtera.

6. Peningkatan kemampuan kompetensi dan komunikasi tenaga pendamping untuk mendampingi penerima manfaat PKH.

(12)

REKOMENDASI

Tim Kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI memberikan rekomendasi kepada Kementerian Sosial :

1. Mengkaji kembali rasio tenaga pendamping dengan keluarga penerima manfaat dengan memperhatikan daerah dan jumlah keluarga penerima manfaat.

2. Mengkaji kembali anggaran operasional bagi tenaga pendamping PKH agar lebih optimal dalam melakukan tugasnya.

3. Meningkatkan koordinasi dengan seluruh stake holder Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan sinkronisasi program penanganan kemiskinan.

4. Mengkaji cakupan penerima PKH dan Memperluas persyaratan penerima keluarga harapan agar keluarga dengan kategori kemiskinan dapat masuk sebagai penerima manfaat PKH.

(13)

BAB III PENUTUP

Demikianlah laporan ini disusun sebagai masukan kepada Kementerian Sosial dalam meningkatkan pelaksanaan program keluarga harapan (PKH) agar dapat ditingkatkan dan sebagai bahan referensi pengambilan kebijakan dalam rapat dengan Kementerian Sosial.

PIMPINAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VIII DPR RI

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Kunjungan kerja ke Kab Batang, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily menyerahkan bantuan sosial (bansos) Program Keluarga Harapan (PKH) dan

Untuk mengetahui karakteristik fasa dari material yang telah dikalsinasi dilakukan uji difraksi sinar -x (XRD) dengan radiasi CuKα = 1,54060Å pada tegangan arus terpasang

Dalam penelitian ini selain menganalisa sampel komersial (Sigma Aldrich) yang dijadikan sebagai referensi dalam pembentukan senyawa LIBOB, kami menganalisa pengaruh

Desa cukup terkendala untuk mendeteksi warga yang sudah dapat bantuan sosial (Bansos) karena pencairan Bansos seperti Program Keluarga Harapan (PKH) tidak melalui desa

Perencanaan jaringan LTE dilakukan dengan dua pendekatan yaitu berdasarkan kapasitas dan berdasarkan daerah cakupan yang nantinya digunakan sebagai parameter

• Nilai komponen, L n dan C n pada rangkaian LPF ternormalisasi (dari tabel yang tersedia) adalah harga komponen saat frekuensi sudut.  C = 1 rad/s, sehingga diperlukan

Sehingga kedepan program ini bisa dikembangkan untuk desa-desa yang lain baik di Banjarnegara maupun desa lain yang masih perlu dukungan dan dorongan motivasi

Menurut Fahmi (2008), rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku ekuitas perusahaan, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan