Febrika
Febrika Yogie Yogie Hermanto Hermanto 1871925100318719251003
Mispandi 18719251004
Mispandi 18719251004
Khairah
Khairah Ukhtiyani Ukhtiyani 1871925101218719251012 Hening
Hening Ramadhani Ramadhani 1871925101418719251014
MAKALAH TEORI EKONOMI MAKRO
MAKALAH TEORI EKONOMI MAKRO
Permintaan Agregat (
Permintaan Agregat (
Agregat Demand
Agregat Demand
))
Dosen Pengampu: Dosen Pengampu: Dr. Endang Mulyani, M.Si Dr. Endang Mulyani, M.Si
Disusun Oleh:
Disusun Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
2018
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Puji syukur
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah kami panjatkan kehadirat Allah SWT SWT karena berkat karunia, karena berkat karunia, rahmat danrahmat dan
hidayah-hidayah- Nya Nya lah lah kami kami dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan makalah makalah yang berjudul yang berjudul ‘’Permintaan ‘’Permintaan Agregat’’.Agregat’’.
Dan juga
Dan juga kami berterima kasih kami berterima kasih kepada Ibu kepada Ibu Dr. Endang Dr. Endang Mulyani, M.SI Mulyani, M.SI selaku dosen mataselaku dosen mata kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami.
kuliah Ekonomi Makro yang telah memberikan tugas makalah ini kepada kami. Makalah ini
Makalah ini disusun untuk disusun untuk memenuhi penilaian memenuhi penilaian tugas dan tugas dan membantu teman-temanmembantu teman-teman dalam memahami pembelajaran Ekonomi Makro khususn
dalam memahami pembelajaran Ekonomi Makro khususnya dalam materi Permintaan Agregat.ya dalam materi Permintaan Agregat. Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Untuk
pengetahuan. Untuk itu, kami bitu, kami berharap adanya erharap adanya kritik dan kritik dan saran demi perbaiksaran demi perbaikan di masa an di masa yangyang akan datang.
DAFTAR ISI
COVER...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1
1.2 Rumusan Masalah...1
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Permintaan Agregat...2
2.2 Bagan Alir Permintaan Agregat...2
2.3 Permintaan Agregat dalam Kurva...3
2.4 Permintaan Agregat ( Agregate Demand ) dan Tingkat Harga ( Price Level )...4
2.5 Pergeseran Kurva...5
2.6 Permintaan Agregat dalam Kurva IS-LM...7
2.7 Pergeseran Kurva Berdasarkan Kebijakan danShock...14
2.7.1 Kebijakan Fiskal...14
2.7.2 Kebijakan Moneter...15
2.7.3 Shock atau Guncangan...17
BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan...19
3.2 Saran...19
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Permintaan agregat yang merupakan gabungan dari permintaan individual dalam suatu pasar sangat terkait dengan harga. Harga sebagai salah satu variabel yang menentukan jumlah permintaan individu, secara otomatis juga menentukan jumlah permintaan agregatnya. Kelompok kami akan membahas variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan agregat dan pergeseran kurvanya baik permintaan dalam kurva IS-LM maupun pergeseran kurva berdasarkan kebijakan dan shock (guncangan) pada perekonomian.
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian dan Bagaimana Bagan Alir Permintaan Agregat? B. Apa Saja Hal-Hal yang Mempengaruhi Permintaan Agregat? C. Bagaimana Pembentukan Kurva Permintaan Agregat?
D. Bagaimana Permintaan Agregat dalam Kurva IS-LM?
E. Bagaimana Pergeseran Kurva Permintaan Agregat Berdasarkan Kebijakan dan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Permintaan Agregat
Secara garis besar, permintaan agregat adalah permintaan total untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam kurun waktu tertentu. Permintaaan agregat ini menentukan tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga. Permintaan agregat (aggregate demand , AD) adalah hubungan antara jumlah output yang diminta dan tingkat harga agregat (Mankiew, 2013).
Sedangkan menurut (Sukirno, 2006) permintaan agregat adalah permintaan dari setiap sektor-sektor dalam kegiatan ekonomi yang akan menetukan sejauh mana kegiatan ekonomi, pendapatan nasional, dan kesempatan kerja akan diwujudkan dalam kurun waktu tertentu dengan analisis jangka pendek yang dilakukan oleh Keynes. Dalam analisis tersebut diasumsikan bahwa teknologi dan faktor-faktor produksi dianggap tetap. Oleh karena itu, dapat dilihat bahwa ada hubungan antara permintaan agregat dengan kegiatan ekonomi, pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
Permintaan agregat berupa konsumsi yang dikeluarkan baik oleh perusahaan dan rumah tangga (C), investasi yang dilakukan oleh para investor (I), pengeluaran pemerintah (G) dan juga expor (X) dan impor (M). Dari permintaan-permintaan akan barang dan jasa secara keseluruhan, pada sektor-sektor tersebut, kemudian disebut dengan permintaan agregat. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bagan alir pada sub-bab berikutnya.
2.2 Bagan Alir Permintaan Agregat
Menganai perputaran dalam sirkulasi arus permintaan agregat, dapat diilustrasikan melalui gambar berikut:
Gambar 1.1 Bagan Alir (Circular Flow) Permintaan Agregat
Sumber: http://www.economicsonline.co.uk/Managing_the_economy/Aggregate_demand.html
Apabila dilihat dari bagan alir diatas, permintaan agregat sama dengan pendapatan nasional. Hanya saja dalam konteks permintaan agregat ini, pendapatan yang didapat oleh sektor rumah tangga dihabiskan untuk memenuhi kebutuhan dengan membeli barang/jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (C), selain itu perusahaan juga
mengeluarkan uang atas sewa, upah dan lain sebagainya untuk sektor rumah tangga dan juga untuk menambah produksi perusahaan perlu pengeluaran yang berupa modal dalam bentuk investasi (I). Selain itu pengeluaran juga dilakukan oleh pemerintah (G) atas pembeliannya dalam barang/jasa baik dari perusahaan maupun rumah tangga untuk kebutuhan publik atas balas jasa pembayaran pajak yang dilakukan oleh rumah tangga maupun perusahaan. Selain itu pemerintah juga memberikan transfer pendapatan berupa subsidi yang diterima oleh rumah tangga dan perusahaan. Dan selain dari tiga sektor tesebut ada lagi yakni sektor luar negeri yang mengharuskan adanya hubungan luar negeri berupa ekspor (X) dan juga impor (M) yang akan memengaruhi tingkat permintaan agregat dan juga pendapatan dalam suatu Negara. Dengan demikian, apabila dirangkum dari seluruh sektor yang terlibat, bagan alir tersebut memperlihatkan bahwa setiap variabel memerlukan suatu pengeluaran untuk kebutuhan konsumsinya yang mana memberikan dampak pendapatan kepada masing-masing sektor, karena masing-masing sektor memerlukan pengeluaran untuk kebutuhan konsumsinya maka hal tersebut mengakibatkan adanya permintaan akan barang/jasa di suatu Negara, sehingga seluruh kegiatan tersebut dapat disebut dengan permintaan agregat.
Berdasarkan pengertian dan penjelasan melalui bagan alir diatas, maka dapat diambil sebuah rumus matematika sebagai berikut: karena pendapatan nasional (Y) disini sama dengan permintaan agregat (AD), maka: AD = C + I + G + (X – M). Yang mana dari rumus tersebut dapat dihitung untuk mencari pengeluaran agregat sama dengan mencari pendapatan nasional suatu Negara. Selain itu dalam permntaan agregat ini ada variabel lain yang ada didalam variabel konsumsi (C) yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan agrgeat, yaitu pajak (Tx) dan transfer paymen (Tr) yang diberlakukan oleh pemerintah kepada setiap sektor. Variabel tersebut sangat melekat pda fungsi konsumsi (C) sehingga secara sederhana, penulis hanya menuliskan variabel konsumsi saja, yang secara tidak langsung juga menyinggung tentang pajak dan transfer paymen.
2.3 Permintaan Agregat dalam Kurva
Berdasarkan pengertian tentang permintaan agregat, bahwa permintaan agregat menunjukkan hubungan antara tingkat harga dan barang atau jasa yang diminta, kurva permintaan agregat adalah sebagai berikut:
Kurva 1.1 Permintaan Agregat
Sumber: Mankiew, 2013
Jika dilihat sekilas, kurva ini tidak berbeda jauh dengan kurva permintaan, dalam studi mikro ekonomi, dimana sumbu horizontal adalah kuantitas dan vertikal adalah
harga. Kurva tersebut memiliki hubungan yang negatif, dengan maksud, apabila harga naik atau tinggi maka output, income atau Y akan berkurang dan begitu juga sebaliknya.
Yang perlu kita fahami mengenai kurva permintaan agregat ini adalah mengenai hubungan antara rumus matematika MV = PY atau ⁄ = ( ⁄ )d = kY dimana M adalah jumlah penawaran uang (money supply), V (velocity) adalah perputaran uang, P adalah tingkat harga dan Y adalah jumlah output atau pendapatan, sedangkan k adalah
1 ⁄ dimana menunjukkan bahwa ukuran yang menunjukkan berapa banyak uang yang ingin disimpan dalam setiap pendapatannya. Kurva permintaan agregat pada gambar tersebut dengan asumsi bahwa M dan V tetap sehingga yang perlu diperhatikan adalah tingkat harga (P) dan pengaruhnya terhadap income (Y) (Mankiw, 2013). Jika harga naik, maka pendapatan dan juga output akan berkurang, begitu juga sebaliknya.
Mengapa dalam melihat kurva permintaan agregat ini menggunakan rumus matematika yang berbeda dengan yang telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya? Apa perbedaannya? Sebenarnya dalam hal ini tidak terlalu berbeda, hanya saja dalam rumus
MV = PY penulis ingin mengikut sertakan arus perputaran uang sehingga dapat diketahui secara langsung dampak dari adanya kenaikan atau penurunan pada tingkat harga tertentu dengan perputaran uang. Jika dibaca, rumus tersebut, memberikan pengertian bahwa jumlah penawaran uang pada tingkat perputaran uang tertentu sama dengan tingkat harga pada tingkat pendapatan tertentu, dimana pendapatan nasional telah kita bahasa hubungannya dengan permintaan agregat. Dengan demikian dapat diketahui secara simultan bahwa perputaran dan penawaran uang juga berpengaruh pada permintaan agregat. Untuk lebih detailnya akan kami bahas di sub-bab berikutnya.
2.4 Permintaan Agregat ( Agregate Demand ) dan Tingkat Harga (Price Level)
Secara sederhana permintaan agregat sangat berkaitan dengan tingkat harga tertentu. Apabila terjadi perubahan pada harga, entah naik atau turun, akan sangat mempengaruhi permintaan agregat suatu Negara. Sebagai contoh apabila harga barang naik, dengan asumsi lain-lain tetap sehingga permintaan agregat tetap, maka tingkat pendapatan dan output secara agregat akan menurun. Dan apabila harga turun maka jumlah pendapatan dan output akan cenderung meningkat. Jadi antara tingkat harga dan permintaan agregat memiliki hubungan yang negatif satu sama lain.
Selain itu perlu kita ingat kembali bahwa komponen pendapatan nasional (Y) terdiri dari konsumsi (C), Investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), Expor (X) dan Impor (M), yang sering kita kenal dalam rumus matematika Y=C+I+G+(X-M).
Dimana masing-masing komponen ini memliki pengaruh terhadap permintaan agregat atas barang dan jasa (Mankiw, 2018). Jadi, secara matematis seperti yang sudah kami jelaskan pada sub-bab sebelumnya, rumus matematika permintaan agregat bisa didapat
dengan menghitung pendapatan nasional yaitu: AD=C+I+G+(X-M).
Untuk permintaan agregat, telah kami jelaskan mengapa ada faktor lain selain yang berasal dari variabel C,I,G,X dan M, jumlah penawaran uang, (money supply, M) dan perputaran uang juga sangat berpengaruh pada titik tertentu. Jadi, apabila diawal,
dengan diasumsikan bahwa lain-lain tetap – termasuk jumlah penawaran uang dan perputaran uang – komponen dalam menghitung permintan agregat pada tingkat harga tertentu adalah apa yang ada didalam komponen pendapatan nasional (PY). Sedangkan apabila kita menambah beberapa variabel lagi, yaitu M dan V dan lain-lain dianggap tetap, maka hal ini juga akan sangat berpengaruh pada permintaan agregat (MV). Dan
telah disebutkan diatas secara matematika MV=PY sehingga keduanya merupakan komponen yang juga setara dalam mengitung permintaan agregat.
Selain itu (Barron dan Lynch, 1987) menyatakan bahwa permintaan agregat sangat dipengaruhi oleh harga, dengan adanya kenaikan harga akan mengurangi permintaan agregat dengan mengurangi porsi konsumsi masyarakat dan mereka lebih cenderung untuk menyimpan uangnya. Hal itu bisa terjadi karena saat terjadi kenaikan harga, permintaan agregat turun biasanya terjadi karena adanya kenaikan tingkat suku bunga
yang membuat seimbang antara permintaan dan penawaran uang.
2.5 Pergeseran Kurva
Dari beberapa uraian diatas dapat diketahui bahwa kurva permintaan agregat ditentukan oleh pendapatan(income) dan jumlah barang/jasa yang dihasilkan(output)
dengan tingkat harga tertentu. Sederhananya, pergeseran kurva permintaan agregat dipengaruhi oleh variabel pendapatan nasional (Y), konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), ekspor (X) dan juga impor (M). Dan untuk faktor yang lain adalah jumlah uang yang beredar atau penawaran uang(money supply), perputaran uang (V), suku bunga (r) dan lain-lain dianggap tetap.
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap permintaan agregat menurut (Mankiw, 2018) adalah ketika satu atau lebih dari faktor-faktor tersebut berubah, kuantitas barang dan jasa yang diminta pada setiap tingkat harga berubah dan kurva permintaan agregat akan bergeser. Berikut penjelasan menurut (Mankiew, 2018):
A. Pergeseran yang Disebabkan oleh Konsumsi
Pada kondisi tertetntu konsumen mengeluarkan uangnya untuk membeli barang/jasa pada tingkat harga, dengan asumsi lain-lain tetap, potongan pajak berkurang, dan juga ledakan pasar saham, dapat menggeser kurva permintaan agregat bergeser kanan. Sebaliknya kejadian yang membuat konsumen mengurangi pengeluarannya pada tingkat harga tertentu adalah kenaikan pajak, dan juga kelesuan pasar saham sehingga menggeser kurva permintaan agregat ke kiri.
B. Pergeseran yang Disebabkan oleh Investasi
Kejadian yang membuat perusahaan menginvestasikan lebih pada tingkat harga tertentu, kepercayaan pada kondisi ekonomi suatu Negara, turunnya suku bunga, hal tersebut dapat menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Dan sebaliknya, kejadian yang membuat perusahaan mengurangi investasi pada tingkat harga tertentu, pesimis tentang masa depan, meningkatnya suku bunga, dapat menggeser kurva permintaan agregat ke kiri.
C. Pergeseran yang Disebabkan oleh Belanja Pemerintah
Kenaikan pada belanja pemerintah terhadap barang dan jasa dapat menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Sebaliknya penurunan dalam belanja pemerintah terhadap barang dan jasa menggeser kurva permintaan agregat ke kiri.
D. Pergeseran yang Disebabkan oleh Ekspor Bersih
Kejadian yang meningkatkan belanja dalam ekspor bersih – seluruh barang/jasa yang diekspor dikurangi dengan yang diimpor – pada tingkat harga tertentu (penjualan luar negeri yang meningkat, penurunan tingkat kurs mata uang) dapat menggeser kuva permintaan agregat ke kanan. Dan sebaliknya kejadian yang mengurangi belanja
dalam ekspor bersih pada harga tertentu (resesi di luar negeri, meningkatnya tingkat kurs mata uang) menggeser kurva agregat ke kiri. Berikut pergeseran kurva – untuk mengilustasikan beberapa pemaparan diatas – atas adanya beberapa variabel dalam kondisi perekonomian tertentu yang dapat merubah posisi kurva permintaan agregat seperti yang dijelaskan diatas:
Kurva 1.2 Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
Sumber: Mankiw, 2018
Selain itu, pergeseran kurva juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu jumlah uang yang beredar atau penawaran uang (M), perputaran uang (V), suku bunga (r), dan lain-lain dianggap tetap. Pada kesempatan kali ini, penulis akan menjelaskan pergeseran permintaan agregat karena adanya penambahan atau pengurangan pada
variabel M dan V, untuk variabel lainnya akan kami bahas menggunakan kurva di IS-LM model. Sebagai contoh, jika bank central ingin mengurangi jumlah uang yang beredar atau penawaran uang (M), perlu diingat kembali MV = PY , sehingga mengakibatkan pendapatan atau output yang dihasilkan pada tingkat harga tertentu akan berkurang atau juga kemungkinan yang lainnya apabila harga tetap maka output atau pendapatan akan berkurang, sehingga membuat kurva bergeser ke kiri. Sebaliknya, jika bank central menambah jumlah penawaran uang (M), ini akan memberikan efek yang baik pada penambahan pendapatan dan output yang dihasilkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan kurva berikut:
Kurva 1.3 Pergeseran Permintaan Agregat karena Penambahan/Pengurangan Jumlah Uang yang Beredar (M)
Ada pendapat lain mengenai pergeseran kurva permintaan agregat, yang disampaikan oleh J. M. Keynes dan A. C. Pigou yang kemudian terkenal dengan efek keynes dan efek pigou. Efek keynes menyatakan bahwa dalam keadaan inflasi, atau harga tinggi, mmperlihatkan persediaan uang riil lebih rendah dan tingkat suku bunga menjadi lebih tinggi sehingga terjadilah keseimbangan pasar keuangan, yang juga menghasilkan investasi lebih rendah sehingga menyebabkan jumlah barang yang diminta lebih rendah secara agregat. Selain itu efek Pigou menyatakan hal yang sama yaitu bahwa apabila harga turun yang mengakibatkan nilai saldo rill masyarakat meningkat, dengan maksud menambah pengeluaran konsumsi, sehingga ada kecenderungan rumah tangga untuk menambah konsumsi pada tingkat pengeluaran yang optimal. Jika konsumsi masyarakat meningkat maka ini akan mengakibatkan jumlah barang/jasa yang diminta secara agregat juga bertambah (Soediyono, 1995). Untuk lebih lengkapnya mengenai efek keynes dan pigou akan dijelaskan pada kurva IS-LM model.
Perlu kita ketahui bahwa selain hal tersebut ada hal lain yang mempengaruhi pergeseran kurva, yakni perubahan teknologi. Namun, pada makalah ini tidak akan
terlalu banyak kita bahas, hanya untuk mengetahui saja bahwa perubahan teknologi juga dapat mempengaruhi perubahan permintaan agregat. Menurut (Browen, 1954) menyatakan bahwa perubahan teknologi mempengaruhi kenaikan permintaan akan modal, dan hal ini bergantung juga dengan tingkat inovasi atas perubahan tersebut, dan dari perubahan tersebut akan menaikkan kecenderungan masyarakat untuk mengkonsumsi suatu barang/jasa. Karena adanya perubahan dalam produk-produk karena adanya perubahan teknologi membuat masyarakat tertarik untuk membelinya. Terkait dengan besarannya berapa dan pergeseran kurvanya bagaimana, berganrtung juga dengan perubahan variabel-variabel lain dan perubahan kebiajakan yang ada.
2.6 Permintaan Agregat dalam Kurva IS-LM
Sebelum memulai pembahasan mengenai permintaan agregat dalam kurva IS-LM, perlu kita ketahui bersama bahwa pengertian IS adalah investasi (Investment) dan
simpanan (Saving ), yang mengisyaratkan pada pergerakan pasar komoditi atau pasar barang/jasa, dan LM adalah likuiditas (Liquidity) dan uang (Money), yang
mengisyaratkan pada pasar uang. Mengapa hal ini penting kita bahas dalam permintaan agregat? Seperti yang kami sampaikan sebelumnya bahwa akan ada variabel lain yang juga mempengaruhi besar/kecilnya permintaan agregat, salah satunya adalah tingkat suku bunga. Dengan menggunakan IS-LM model akan sangat membantu memahami pengaruh dari tingkat suku bunga pada permintaan agregat yang terjadi.
Kita awali pembahasan kali ini dengan memahami model IS atau kurva IS. Dan untuk memahami hal tersebut perlu kita memahami teori yang diajukan oleh Keynes yang disebut dengan Keynesian Cross dimana total pendapatan sangat ditentukan oleh rencana pengeluaran, baik yang sudah terencana ( Planned Expenditure, PE) maupun yang secara aktual ( Actual Expenditure atau yang sering kita sebut dengan Gross
Domestic Product , Y) yang dilakukan oleh rumah tangga, perusahaan dan pemerintah (Mankiw, 2013).
Pada teori ini, diasumsikan bahwa dalam ekonomi tertutup, dimana pengeluaran yang terencana (PE) terdiri dari konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran p emerintah (G) sehingga PE=C+I+G. Karena fungsi konsumsi memiliki Y disposible dimana
pendapatan dipengaruhi oleh pajak dan transfer, maka fungsiC=C(Y-T). Jadi, dalam pengeluaran terencana (PE) dapat dieroleh rumus PE=C(Y-T)+I+G diasumsikan kebijakan fiskal dan pengeluaran pemerintah tetap (Mankiew, 2013). Sehingga diperoleh kurva sebagai berikut:
Kurva 1.4 Pengeluaran Terencana
Sumber: Mankiw, 2013
Berdasarkan hal ini lah kemudian Keynes memberikan teori bahwa jika pendapatan naik sebesar 1$ maka akan ada kenaikan dalam pengeluaran terencana yang dimiliki oleh masing-masing individu. Kenaiakan konsumsi atas kenaikan pendapatan tersebut kemudian dikenal sebagaimarginal propensity to consume (MPC).
Setelah kita ketahui bahwa pengeluaran aktual adalah Y dan pengeluaran terencana adalah PE, maka kita perlu menemukan kedua fungsi tersebut sehingga ketemu pada titik equilibriumnyaY (Actual Expenditure) = PE (Planned Expenditure):
Kurva 1.5 Keseimbangan Ekonomi
Sumber: Mankiw, 2013
Keynesian cross adalah langkah awal kita dalam memahami model IS-LM yang menjelaskan kurva permintaan agregat, karena itu menunjukkan rencana pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga, perusahaan dan pemerintah meskipun dengan asumsi bahwa investasi tetap. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, ini merupakan hal yang tidak mungkin, karena variabel investasi pasti mengalami perubahan baik naik maupun turun. Naik turunnya investasi sesuai dengan tingkat suku bunga (r) tertentu. Sehingga fungsi investasi menjadi I=I(r), dengan arti bahwa tingkat nvestasi akan sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga. Apabila suku bunga naik akan mengurangi investasi yang terencana (Mankiw, 2013). Untuk mengathui hal ini, mari kita lihat pada kurva berikut ini:
Kurva 1.6 Hubungan antara Kurva IS dan Keysesian Cross
Sumber: Mankiw 2013
Kurva diatas menunjukkan bahwa IS mengkombinasikan antara suku bunga dan tingkat investasi melalui fungsi investasi dan hubungan antara I dan Y yang digambarkan dengan keynesian cross. Pada masing-masing titik pada kurva IS menunjukkan keseimbangan dalam pasar barang/jasa dan kurva tersebut menggambarkan bahwa titik keseimbangan pendapatan bergantung pada tingkat suku bunga. Dan dapat juga kita lihat pada kurva diatas, karena adanya kenaikan suku bunga yang mengakibatkan investasi menjadi turun dan melalui proyeksi kurva IS dapat diketahui bahwa adanya penururnan pengeluaran terencana karena pendapatan juga turun, sehingga kurva IS bergeser kebawah.
Selanjutnya penulis akan membahas tentang kurva LM atau yang kita sebut diatas sebagai pasar uang. Menurut J.M Keynes dalam (Soediyono, 1995) motif masyarakat dalam menggunakan uang pada dasarnya ada tiga, yaitu: (1) motif transaksi, (2) motif berjaga-jaga dan (3) motif spekulasi. Yang mana dalam kehidupan sehari-hari permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga disebut juga dengan jumlah uang yang beredar. Apabila pendapatan meningkat, seperti teori Keynes sebelumnya, kecenderungan orang untuk melakukan konsumi – pada hal ini adalah kebutuhan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga – akan meningkat. Penulis tidak akan menjelaskan mengapa hal ini akan meningkat, karena telah dijelaskan pada sub-bab sebelumnya, namun yang perlu kami bahas mengenai ini adalah tentang permintaan uang.
Jika pendapatan meningkat, hal ini juga akan meningkatkan kebutuhan sehingga permintaan akan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga akan meningkat. Karena konsumsi meningkat karena peningkatan pendapatan sehingga mempengaruhi daya beli, akibatnya permintaan akan uang juga meningkat. Namun hal ini berbeda dengan permintaan uang akan kegiatan spekulasi, seperti membeli surat obligasi pemerintah, fluktuasi pasar saham dan lain sebagainya. Permintaan akan uang untuk spekulasi berbanding terbalik dengan dua motif sebelumnya. Akibatnya dalam kurva hal ini
Kurva 1.7 Hubungan Permintaan Uang dengan Pendapatan Rill
Sumber: Mankiw, 2013
Menurut (Mankiw, 2013) mengenai permintaan pada pasar uang sesuai dengan teori Keynes tentang teori preferensi likuiditas bahwa tingkat suku bunga mengatur pada keseimbangan terhadap penawaran dan permintaan uang. Yang kemudian teori prefernsi likuiditas ini menjadi dasar membentuk kurva LM dimana M adalah untuk penawaran uang atau jumlah uang yang beredar dan P adalah tingkat harga, jadi ⁄
adalah penawaran keseimbangan uang rill atau keseimbangan uang yang beredar. Tori preferensi likuiditas mengasumsikan bahwa penawaran keseimbanan rill tetap, sehingga menghasilkan ( ⁄ )s= ⁄ dimana M adalah variabel eksogen yang akan dipengaruhi oleh kebiajakn bank central dan P juga merupakanvariabel eksogen. Untuk mengukur permintaan uang, diasumsikan penawaran tetap, kita perlu memperhatikan tentang kurva teori preferensi likuiditas sebagai berikut:
Kurva 1.8 Teori Preferensi Likuiditas
Sumber: Mankiw 2013
Setelah kita mengetahui kurva teori preferensi likuiditas yang mana lain-lain dianggap tetap, kita berpindah pada langkah selanjutnya yang mana teori ini juga menyampaikan bahwa tingkat suku bunga adalah salah satu yang menentukan besar kecilnya permintaan akan uang. Besar kecilnya permintaan akan uang ini sangat dipanguruhi terhadap keinginan masyarakat untuk menabung karena tinggi rendahnya suku bunga. Apabila suku bunga tinggi mengakibatkan masyarakat lebih cenderung untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang, yang kita asumsikan disimpan di bank. Sehingga dapat diperoleh persamaan ( ⁄ )d=L(r) yang mana secara implisit menunjukkan bahwa jumlah uang yang diminta oleh masyarakat akan sangat bergantung dengan suku bunga tertentu. Jika dilihat pada kurva diatas, gambar garis permintaan akan uang miring kebawah yang menunjukkan hubungan yang negatif
dengan sumbu suku bunga. Jadi apabila suku bunga naik, permintaan akan uang akan turun, begitu juga sebaliknya dan akan menuju keseimbangan yang baru. Untuk menjelaskan hal ini lebih detail, mari kita lihat pada kurva berikut:
1.9 Kurva Permintaan Uang Ketika Ada Kenaikan Suku Bunga
Sumber: Mankiw 2013
Pada kurva ini sebenarnya dapat kita lihat bagaimana suku bunga merespon terjadinya perubahan pada penawaran uang. Keadaan ini diilustrasikan bahwa bank central mengurangi penawaran uang M/P dengan asumsi bahwa P telah ditentukan, hal ini akan mengakibatkan kurva bergeser ke kiri, sehingga hal ini membuat keseimbangan yang baru dengan konsekuensi naiknya suku bunga dari r 1 ke r 2. Dengan
adanya kenaikan pada tingkat suku bunga, membuat masyarakat lebih cenderung untuk menabung dan sedikit membutuhkan uang dalam bentuk transaksi maupun berjaga- jaga, tetapi berkebalikan jika bank central tiba-tiba menaikkan penawaran uang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada teori preferensi likuiditas bahwa penurunan terhadap penwaran uang menaikkan tingkat suku bunga dan kenaikan pada penawaran uang menurunkan tingkat suku bunga yang akan ebrdampak pada permintaan uang oleh masyarakat.
Jadi, secara garis besar mengenai kurva IS-LM adalah dimana terjadi titik pertemuan antara kurva IS yang menunjukkan arus pasar barang/jasa dan kurva LM
yang menggabarkan arus pasar uang, sehingga titik tersebut dinamakan titik ekuilibirum atau kesinbangan. Dan pada titik itu disebut juga sebagai ekuilibrium ekonomi atau keseimbangan ekonomi, titik ini memberikan tingkat suku bunga dan pendapatan nasional pada kondisi yang seimbang pada pasar barang/jasa dan uang. Dengan kata lain, titik ini juga menunjukkan bahwa pengeluaran aktual sama dengan pengeluaran terencana dan permintaan akan uang sama dengan penawarannya. Berikut
kurva yang menunjukkan pada keadaan tersebut:
Selain bentuk ini, ada kurva IS-LM empat diagram yang dapat memberikan gambaran terhadap keseimbangan ekonomi secara menyeuruh. Adapun kurva IS-LM empat diagram adalah sebagai berikut:
1.11 Kurva IS-LM 4 Diagram
Sumber: Soediyono, 1995
Dalam kurva empat diagram yang kami ambil dari Sudiyono, memang ada beberapa istilah yang berbeda yang penulis ambil, seperti L1 adalah untuk prmintaan
uang sebagai transaksi, baik motif transaksi amupun berjaga-jaga dan L2 merupakan
permintaan uang dengan motif spekulasi. Dalam istilah ini ada yang namanya kurva pembalik di masing-masing bagian baik IS maupun LM, kurva tersebut digunakan sebagai proyeksi atas perubahan yang terjadi antara hal-hal yang kontras, seperti kurva Investasi terhadap Investasi merupakan fungsi yang kontras dengan fungsi saving dan M terhadap M sebagai kurva pembalik atas uang yang diminta untuk motif transaksi dan berjaga-jaga pada L1 terhadap motif spekulasi L2.
Pada kurva tersebut dapat diketahui bahwa titik ekuilibrium atau keseimbangan bertemu pada titik yang bertemu antara garis IS dan LM. Untuk proyeksi ke dalam masing-masing bagian, baik IS maupun LM, dapat dilihat secara simultan ada di masing-masing titik di masing-masing kurvanya. Tetapi apabila terjadi kenaikan tingkat suku bunga, maka akan ada pergeseran pada kurva IS maupun LM, secara terpisah, hal ini akan tergambar pada proyeksi masing-masing aliran kurva 4 diagram, ini hanya terjadi dalam jangka pendek saja sheingga dikatakan pada keseimbangan semu, yang mana nanti sampai terjadi titik keseimbangan baru. Begitu juga sebaliknya, jika ada penurunan pada suku bunga, kurva akan bergeser pada titik dimana suku bunga tersebut ditentukan, sehingga terjadi keseimbangan semu pada masing-masing bagian kurva IS maupun LM, sampai pada nanti hal ini akan tbertemu pada keseimbangan yang baru. Dan apabila telah mencapai titik keseimbangan umum, berikut kurvanya:
Kurva 1.12 Keseimbangan Kurva IS-LM 4 Diagram
Sumber: Soediyono, 1995
Telah kita bahas banyak hal mengenai kurva IS-LM diatas, selanjutnya kita akan menghubungan antara kurva IS-LM dengan permintaan agregat. Kurva permintaan agregat berbanding lurus dengan kurva IS, sama-sama miring ke kanan bawah. Jadi, jika pada tingkat suku bunga tertentu akan mengakibatkan pendapatan (Y) atau output yang baru, yang berbanding terbalik dengan suku bunga. Begitu pula pada kenaikan harga, apabila terjadi kenaikan harga maka pendapatan nasional akan turun sejauh kenaikan harga dipasar. Adapun kurva hubungan antara model IS-LM dengan permintaan agregat adalah sebagai berikut:
Kurva 1. 13 Hubungan Kurva IS-LM dengan permintaan Agregat
Sumber: Mankiw, 2013
Pada kurva ini, diasumsikan penawaran uang tetap, sehingga apabila ada kenaikan suku bunga mengakibatkan naiknya harga dan membuat pendapatan nasional semakin berkurang. Meskipun tidak dapat disamakan antara kenaikan harga dan tingkat suku bunga pada nilai atau keadaan yang sama, namun dapat kita ketahui bahwa apabil a ada
kenaikan tingkat suku bunga maka akan terjadi pula pada kenaikan harga atas barang/jasa yang ada di perekonomian suatu Negara yang mengakibatkan pednapatan berkurang.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan agregat baik permintaan akan barang/jasa maupun uang memiliki hubungan dengan pendapatan nasional suatu Negara. Segala variabel yang mempengaruhi baik itu variabel yang ada didalam perhitungan pendapatan nasional yang digambarkan melalui kurva IS maupun yang berasal dari pasar uang atau kurva LM, dapat dilihat bahwa adanya hubungan yang berkebalikan yang saling mempengaruhi satu sama lain berdasarkan teorikeynesian
cross dan preferensi likuiditas. Karena hal tersebut berkebalikan atas perilaku yang dilakukan oleh setiap sektor yang bermain dalam perkenomian nasional, setiap pemangku kebijakan akan selalu memperhitungkan lankah-langkah yang strategis dan baik untuk perekonomian suatu Negara agar menjaga stabilitas ekonomi menggunakan pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut dengan model IS-LM. Untuk pengaruh kebijakan yang dilakukan oleh setiap pemangku kebijakan dalam hal ini permintah (G) yang akan berpengaruh pada pajak (Tx) dan yang lainnya serta bank central akan kami paparkan pada sub-bab berikutnya.
2.7 Pergeseran Kurva Berdasarkan Kebijakan dan Shock
Setelah kita pahami bagaimana hubungan antara model IS-LM dengan permintaan agregat, sekarang kita akan bahas mengenai beberapa kebijakan yang akan mempengaruhi pergeseran kurva di IS-LM. Secara paraktisnya, kebijakan yang mempengaruhi terhadap besar kecilnya pendapatan maupun permintaan agregat ada dua, yaitu kebijakan fiskal dan moneter. Meskipun secara rillnya banyak sekali kebijakan-kebijakan yang diambil untuk membuat perekonomian suatu Negara menjadi baik. Pada kesempatan kali ini kami hanya akan membahas kedalam dua kebijakan, moneter dan fiskal yang mempengaruhi pergeseran kurva permintaan agregat berdasarkan model IS-LM.
2.7.1 Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam menaikkan pajak (Tx), pengeluaran pemerintah (G). Seperti yang kita tahu bahwa dalam perhitungan pendapatan nasional variabel pajak berpengaruh negatif dan pengeluaran pemerintah berpengaruh positif. Jika pajak dikurangi dan pengeluaran pemerintah bertambah, hal ini akan mengakibatkan pendapatan nasional meningkat yang mana dalam kurva keyesian cross mengakibatkan pengeluaran terencana menjadi meningkat, sehingga apabila diproyeksikan kepada kurva IS, ini akan memberikan dampak positif dengan bergesernya kurva IS ke kanan. Adapun bentuk kurvanya dapat dilihat seperti berikut ini:
1.14 Kurva IS yang Dipengaruhi Kebijakan Fiskal
Sumber: Mankiw, 2013
Jika ini terjadi, diasumsikan lain-lain tetap, akan mengakibatkan disequilibrium yang akan mengakibatkan bergesernya kurva LM kearah yang sejalan dengan titik baru yang dihasilkan. Dan apabila dihubungakan pada tingkat harga, maka hal ini akan terlihat pada kurva berikut:
1.15 Hubungan Kurva IS dan Permintaan Agregat
Sumber: Mankiw, 2013
Apabila pemerintah ingin menjaga agar harga tetap, maka yang harus dikorbankan adalah tingkat suku bunga pada bank central harus dinaikkan. Jika tingkat suku bunga dinaikkan, kurva IS akan bergerak dari IS1 ke IS2 sehingga apabila dihubungkan pada
tingkat harga yang dijaga tetap, permintaan agregat akan bertambah karena bertambahnya pendapatan nasional karena adanya kenaikan tingkat suku bunga.
Oleh karena itu dalam pengambilan keputusan pemerintah juga harus mengikutsertakan bank central sebagai pembuat kebijakan moneter yang akan mempengaruhi kurva LM agar terciptanya keseimbangan yang baru yang sesuai dengan pertumbuhan ekonomi suatu Negara.
2.7.2 Kebijakan Moneter
Telah kita singgung sedikit mengenai kebijakan moneter diatas, kebijakan tersebut akan mempengaruhi kurva LM yang mana diambil oleh bank central. Kita contohkan
dalam keadaan disequilibrium diatas, bank central ingin mengurangi jumlah penawaran uang karena meningkatnya pendapatan, yang secara lurus juga meningkatkan konsumsi, sehingga bank central ingin menaikkan suku bunga agar masyarakat cenderung untuk menabung dan membatasi uang yang beredar agar tidak terjadi inflasi. Dengan adanya kebijakan mengurangi penawaran uang atau jumlah uang yang beredar, bank central menaikkan suku bunga sehingga hal tersebut mengakibatkan kurva LM bergeser kearah kiri, dengan asumsi Y tetap pada tingkat pendapatan setelah ada kebijakan fiskal, suku bunga naik sehingga menghasilkan titik keseimbangan yang baru. Adapun gambarannya dapat dilihat pad kurva berikut ini:
1.16 Kurva LM yang Dipengaruhi Kebijakan Moneter
Sumber: Mankiw, 2013
Selain itu perlu kita tahu bahwa adanya kenaikan atau penurunan jumlah penawaran uang akan mengakibatkan berubahnya kurva LM dan juga mempengaruhi kurva permintaan agregat, untuk hal ini kami memilih untuk mengambil contoh kurva berikut ini:
1.17 Hubungan antara Kurva LM dan Permintaan Agregat
Sumber: Mankiw, 2013
Dalam contoh tersebut dapat kita lihat bersama bahwa yang ingin dijaga oleh pemerintah melalui bank central adalah tingkat harga, sehingga ketika ada penambahan penawaran uang mengakibatkan penambahan jumlah pendapatan nasional. Dengan maksud menjaga agar harga tetap, maka bank central harus mengurangi tingkat suku bunga agar harga tidak terganggu, sehingga kurva permintaan pendapatan bertambah
1.18 Keseimbangan Baru Setelah Adanya Kebijakan
Sumber: Mankiw, 2013
Kurva 1.15 diasumsikan pada titik keseimbangan dimana telah terjadi perubahan dan pergeseran kurva atas adanya kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan. Pada hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada titik dimana bertemunya antara IS dan LM yang baru adalah keseimbangan atau ekuilibrium yang baru setelah adanya kebijakan fiskal atas G dan Tx, kebijakan moneter dengan mengurangi jumlah uang yang beredar M dan tingkat harga pada faktor eksogen. Pada titik dimana tingkat suku bunga (r) dan pendapatan (Y) yang meletakkan pada level yang sesuai dimana pasar barag/jasa dengan pasar uang akan mengakibatkan pengeluaran pada kondisi seimbang dan permintaan dan penawaran uang dalam kondisi seimbang. Adapun persamaan atas model IS-LM adalah, IS,Y=C(Y-T)+I(r)+G+(X-M) dan LM, adalah M/P=L(r,Y). 2.7.3 Shock atau Guncangan
Pada suatu perekonomian, pasti akan terjadi suatu kejadian yang akan mempengaruhi perkonomian menjadi kurang baik, ini kemudian sisebut dengan guncangan shock , dan ini akan mengakibatkan adanya guncangan pada perekonomian suatu Negara. Disini kami akan mengangkat hal yang sering terjadi pada suatu negara yang mempengaruhi ekonomi, yaitu mengenai politik.
Kita telah pahami bersama bahwa permintaan agregat salah satunya adalah melalui variabel investasi yang ada pada kurva IS. Ketika terjadi gonjang-ganjing masalah politik yang terjadi, atau kestabilan keamanan terganggu akibat dari kerusuhan dan
sebagainya, hal tersebut mengakibatkan para investror akan menurunkan tingkat kepercayaannya terhadap prediksi keuntungan berinvestasi pada negara tersebut dan hasilnya mereka berbondong-bondong untuk menarik uang mereka yang ada pada Negara tersebut yang mengakibatkan fungsi investasi (I) terganggu bahkan sampai mengalami penurunan ekstream, seperti di venzuela baru-baru ini dan Mesir, Libiya dan beberapa Negara Arab yang beberapa tahun lalu melakukan kudeta terhadap pimpinan Negaranya. Apabila hal ini terus-menerus dan tidak dapat diatasi oleh pemerintah, ini akan dapat menyebabkan terjadinya krisis di negara tersebut. Sebaliknya, jika negara damai dan terdapat pertumbuhan ekonomi yang baik pada suatu Negara, hal tersebut akan memberikan tingkat kepercayaan pada investor untuk menambah jumlah investasi yang mereka berikan kepada Negara tersebut karena mereka percaya dan optimis jika menanamkan uangnya di Negara yang secara iklim damai dan pertumbuhan ekonomi baik maka akan mendapatkan untung yang lumayan.
Sehingga fungsi dari investasi (I) menjadi baik dan bertambah sehingga memberikan efek baik pada variabel yang lain sehingga mendapatkan tambahan pendapatan nsional. Guncangan pada kurva IS berbeda dengan kurva LM, karena LM adalah pasar uang, maka guncangan yang terjadi pasti berada pada pasar uang. Pada hal ini kami contohkan pada pembatasan penggunaan kartu kredit. Pembatasan penggunaan kartu kredit, dengan membatasi penggunaannya pada tingkat tertentu otomatis akan mengurangi penawaran uang, akan berdampak langsung pada naiknya permintaan uang. Apabila penawaran uang dibatasi, maka akan mengakibatkan naiknya permintaan uang yang sekaligus menaikkan tingkat suku bunga. Oleh karena itu berdasarkan teori preferensi likuiditas Keynes, apabila terjadi peningkatan permintaan akan uang akan mengakibatkan kenaikan pada tingkat suku bunga dan membuat pendapatan berkurang.
BAB III PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Permintaan agregat adalah permintaan total untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam kurun waktu tertentu. Permintaan agregat ini menentukan tingkat pengeluaran yang akan dilakukan dalam ekonomi pada berbagai tingkat harga. Pergeserannya pun disebabkan oleh faktor konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan exspor bersih. Selain itu, pergeseran kurva juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu jumlah uang yang beredar atau penawaran uang (M), perputaran uang (V), suku bunga (r), dan lain-lain. Dan di dalam pembentukan kurva permintaan agregat, dimana sumbu horizontal adalah kuantitas dan vertikal adalah harga. Kurva tersebut memiliki hubungan yang negatif, dengan maksud, apabila harga naik atau tinggi maka output, income atau Y akan berkurang dan begitu juga sebaliknya.
Seperti yang kami paparkan di pembahasan bahwa akan ada variabel lain yang juga mempengaruhi besar/kecilnya permintaan agregat, salah satunya adalah tingkat suku bunga. Dengan menggunakan IS-LM model yakni IS adalah investasi(Investment) dan
simpanan (Saving ), yang mengisyaratkan pada pergerakan pasar komoditi atau pasar barang/jasa, dan LM adalah likuiditas (Liquidity) dan uang (Money), yang
mengisyaratkan pada pasar uang, ini akan sangat membantu memahami pengaruh dari tingkat suku bunga pada permintaan agregat yang terjadi.
Pergeseran kurva permintaan agregat juga dapat terjadi oleh kebijakan dan shock
perekonomian, yakni kebijakan fiskal dan moneter. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam menaikkan pajak (Tx), pengeluaran pemerintah (G). Sedangkan kebijakan Moneter yakni kebijakan yang akan mempengaruhi kurva LM yang mana perannya diambil oleh Bank Central. Dan ketika terjadi gonjang-ganjing masalah politik akan berdampak buruk untuk kestabilan keamanan akibat dari kerusuhan dan sebagainya, hal tersebut mengakibatkan para investror akan menurunkan tingkat kepercayaannya terhadap prediksi keuntungan berinvestasi pada negara tersebut dan hasilnya mereka berbondong-bondong untuk menarik uang mereka yang ada pada Negara tersebut yang mengakibatkan fungsi investasi (I) terganggu.
3.2 SARAN
Demikian pokok bahasan contoh makalah ini yang dapat kami paparkan, besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan banyak. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Barron, John M. dan Lynch, Gerald J. 1987.The Aggregate Demand Curve: A Defense. The Journal of Economic Education, Vol. 18 No. 1 pp 41-46. Taylor & Francis, Ltd.
Bowen, Howard R. 1954.Technological Change and Agregate Demand . The American Economic Review, Vol. 44 No. 5 pp 917-921. American Economic Assosiation
Http://www.economicsonline.co.uk/Managing_the_economy/Aggregate_demand.htm l (Diakses pada hari Sabtu tanggal 15 September 2018 di Yogyakarta pada pukul 21.09 WIB)
Mankiw, N. Gregory. 2006. Makro Ekonomi Edisi Keenam.Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2013. Macroeconomics Eight Edition. New York: Worth Publisher.
Mankiw, N. Gregory. 2018. Pengantar Ekonomi Makro Edisi Ketujuh. Jakarta: Salemba Empat.
Reksoprayitno, Soediyono. 1995. Ekonomi Makro Analisa IS-LM dan Permintaan- Penawaran Agregatif. Yogyakarta: Liberty
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantas Edisi ketiga.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada