• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Boarding School Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Manajemen Boarding School Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Manajemen Boarding School

Dalam Peningkatan Prestasi

Belajar Siswa

(Studi Deskriptif pada SMA Dwiwarna Boarding Bogor)

oleh R. Mulyadi Zaenal, Iim Wasliman, Daeng Arifin

This study examines the problem of "Management Boarding School In Increasing Student Achievement". The core study focused on the implementation of management execution boarding school in improving student achievement that includes planning, organizing, implementing and monitoring / evaluation, the inhibiting factors management boarding school in improving student achievement and efforts to overcome management barriers boarding school in improving student achievement in Senior High School Bogor. The purpose of this study was to obtain a picture, identify and analyze the management of the boarding school in improving student achievement, ranging from the implementation of management execution boarding school includes planning, organizing, implementing and monitoring / evaluation, the inhibiting factors management boarding school in improving learning achievement students and efforts to overcome management barriers boarding school in improving student achievement in high school Dwiwarna Bogor. The method used in this research is descriptive method, and the location of this research SMA Dwiwarna Bogor. As for the informant in this research subject is the principal, the teachers, the school committee and the board of trustees of Islam Dwiwarna Bogor. In the study found: (1) Implementation of management high school boarding school in Bogor. oriented management functions are directed to the planning, implementation, monitoring and evaluation of programs Boarding School; (2) The learning achievement of students boarding school in SMA Dwiwarna Bogor gained since its inception are very diverse not only at the national level and even up to the international level and has been proven to successfully enter / pass the college entrance examination tnggi public and private favorites either through the invitation / PMDK, SPMB / SMPTN Test and self exams and Higher Education Affairs Nege; (3) Factors that become obstacles / difficulties of management problems boarding school in improving student learning outcomes in high school Dwiwarna Bogor which occurred because some students have not been able to apply the values of characters in everyday life and the lack of commitment of teachers in implementing the tasks and some teachers still lack the discipline of time; (4) Efforts to overcome management barriers boarding school in improving student achievement in high school Dwiwarna Bogor done through guidance and direction to students and provide role models in

(2)

Pendahuluan

P

endidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Maju mundurnya bangsa suatu negara sangat dipengaruhi oleh kondisi pendidikannya, Negara kita telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Pendidikan memiliki posisi yang strategis yang akan berdampak pada kehidupan yang lain sepanjang manusia ada, oleh karena itu wajar apabila masalah pendidikan tidak akan pernah habis untuk diperbincangkan oleh siapapun terutama para pakar dan praktisi pendidikan. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat berdaya saing, Mulyasana (2015: 120) menyatakan, “pendidikan bermutu lahir dari sistem perencanaan yang baik (good

planning system) dengan materi dan sistem

tata kelola yang baik (good governance system dan disampaikan oleh guru yang baik (good

teachers) dengan komponen pendidikan

yang bermutu, khususnya guru”, sedangkan untuk memenangkan persaingan, para penyelenggara pendidikan harus memiliki semangat selalu berada di depan perubahan dengan jaminan bahwa mereka akan sampai lebih dahulu digaris finis, karena persaingan adalah adu cepat untuk mencapai garis finis (Mulyasana,2015: 184).

Pendidikan merupakan suatu dimensi pembangunan, proses pendidikan terkait dengan proses pembangunan. Sedangkan pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan

di bidang ekonomi, yang saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional. Proses pendidikan berkenaan dengan semua upaya untuk mengembangkan mutu sumber daya manusia, sedangkan manusia yang bermutu itu pada hakikatnya telah dijabarkan dan dirumuskan secara jelas dalam rumusan tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan itu sendiri searah dengan tujuan pembangunan secara keseluruan (Hamalik, 2008: 75).

Program pembelajaran yang baik akan menghasilkan efek berantai pada kemampuan peserta didik/ individu untuk belajar secara terus menerus melalui lingkungannya sebagai sumber belajar yang tak terbatas (Anwar, 2006: 12). Sekolah merupakan tempat penyelenggaraan pendidikan, memiliki sejumlah siswa yang memiliki jenis karakter, latar belakang, minat dan bakat yang berbeda-beda. Sekolah memiliki sistem yang dibuat dengan tujuan terlaksananya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah adalah tempat melahirkan generasi bangsa yang berkualitas dari segi pengetahuan maupun sikap dan mentalitas yang baik.

Pihak sekolah memiliki cara tersendiri dalam upaya meningkatkan output dari siswa agar mencapai hasil yang maksimal. Di samping itu sebuah tawaran bagi konsumen, dalam hal ini orang tua dalam memperhatikan kualitas pendidikan bagi anak mereka. Riset membuktikan sekolah yang memiliki asrama memiliki kans yang tinggi dalam mencetak kualitas lulusan

applying the values of character. Another effort is to improve communication between all citizens and build unity in implementing the commitments boarding school program and increased supervision of learning activities on an ongoing basis.

(3)

yang baik, tidak hanya secara intelektual akan tetapi dalam hal sosial, budaya, tingkat tingkah laku dan tingkat pemahaman yang lebih antar siswa.

Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Mulyasana (2015: 98) mengemukakan bahwa baik buruk atau berkualitas tidaknya pendidikan akan banyak dipengaruhi oleh sistem tata kelola. Pengelola satuan pendidikan lebih berperan sebagai pelaksana kebijakan pendidikan. Padahal, persepsi pengguna terhadap layanan yang diberikan sekolah akan memeberikan dampak positif bagi sekolah. Organisasi yang kooperatif dan mendorong lifelong

learning akan memberikan pelayanan yang

bermutu terhadap pengguna, sehingga jalan roda manajemen menjadi bermutu dan memberikan layanan yang maksimal, sebagaimana ungkapan Gasperz (2005: 5) bahwa seluruh aktivitas dan proses manajemen ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan. Kepuasan pengguna layanan pendidikan merupakan hilir alir dari manajemen mutu terpadu. Penciptaan sistem organisasi yang dapat mempercepat kerjasama dan

lifelong learning untuk mendukung proses

manajemen merupakan inti teoritis manajemen mutu terpadu.

Dengan intensitas yang tinggi serta kontinuitas belajar secara berkesinambungan diharapkan proses interaksi sosial sesama teman dapat tercipta dengan baik dan pada gilirannya mereka saling menghargai dan

menghormati satu sama lain walaupun dalam perjalanannya mereka saling berbeda pendapat yang pada akhirnya mereka saling menumbuhkan sikap demokratis antar sesama.

Salah satu prinsip belajar, diketahui bahwa belajar membutuhkan waktu dan tempat tepat. Karena waktu dan tempat tepat ini merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, faktor ini perlu mendapat perhtian yang lebih luas.

Boarding School sebagai bentuk

pendidikan alternatif muncul sebagai konsep yang membawa angin segar atas permasalahan pendidikan tersebut diatas, karena manajemen boarding school yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama. Dengan demikian peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatip seperti merokok, narkoba, tayangan film/sinetron yang tidak produktif dan sebagainya.

Konsep Boarding School atau istilah lainnya adalah sekolah berasrama muncul karena kebutuhan masyarakat untuk memberikan pendidikan holistik dan integratif bagi putra-putrinya. Siswa memperoleh pendidikan regular dari pagi hingga siang hari, selanjutnya memperoleh pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus di malam hari. Selama 24 jam siswa berada di bawah didikan dan pengawasan para guru dan pembimbing.

Karena siswa akan berjauhan dari orangtua, kesiapan sekolah untuk memberikan pendidikan dan pengawasan menjadi faktor utama. Komposisi guru dan murid haruslah tepat, pastikan setiap aktifitas anak selalu ada dalam pengawasan guru atau pembimbing. Kondisi Sekolah haruslah aman. Kedisiplinan serta nilai-nilai kejujuran dan pembiasaan pembentukan karakter positif adalah bagian terpenting, yang mendarah daging dalam semua

(4)

elemen: guru, pengawas, anak didik serta semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Mengirimkan anak untuk mengikuti pendidikan di Boarding School membutuhkan kesiapan dari anak dan orangtua. Kesiapan dana serta mental untuk berjauhan dengan anak dalam rentang waktu panjang harus dimiliki orangtua. Kesiapan anak untuk patuh mengikuti seluruh proses pendidikan serta kesadaran bahwa yang pilihan yang diberikan orangtua adalah yang terbaik untuk masa depannya. Kesadaran keduanya akan memberikan kelancaran serta memberikan hasil maksimal yakni anak tumbuh menjadi pribadi Insan Kamil dan menjadi calon pemimpin masa depan Bangsa.

Dari latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikankan tersebut diatas, maka penulis merasa tertarik untuk menelaah dan mengkaji masalah “Manajemen Boarding School Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa” (Studi deskriptif kualitatif pada SMA Dwiwarna Boarding School Bogor).

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengkaji tentang manajemen

boarding school dalam meningkatkan mutu

prestasi belajar siswa.

Sedangkan secara khusus penelitian ini mempunyai tujuan:

1) Memperoleh gambaran tentang manajemen boarding school yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan/

evaluasinya.

2) Memperoleh gambaran tentang prestasi belajar siswa sekolah boarding school . 3) Memperoleh gambaran tentang

faktor-faktor penghambat manajemen boarding

school dalam meningkatkan prestasi hasil

belajar siswa.

4) Memperoleh gambaran tentang upaya mengatasi masalah-masalah yang menghambat manajemen boarding school dalam meningkatkan prestasi hasil belajar siswa.

Metode Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada upaya menganalisis dan memperoleh gambaran fenomena manajemen sekolah Boarding

School SMA Dwiwarna Bogor. Beranjak

dari fokus tersebut maka pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Dipilihnya pendekatan kualitatif karena peneliti berkeinginan untuk memahami secara mendalam kasus yang terjadi di lokasi penelitian yaitu dimaksudkan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman tentang suatu peristiwa atau prilaku manusia dalam penyelenggaraan pendidikan Sekolah Boarding School yang bermutu dan berdampak pada mutu prestasi belajar siswa dan lulusan Sekolah Boarding School.

Aspek-aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan manajemen sekolah boarding school dalam meningkatkan mutu prestasi belajar siswa yang diarahkan pada penerapan fungsi-fungsi manajemen sekolah (perencanaan, pengornanisasian pelaksanaan, dan pengawasan) Boarding School, Mutu prestasi belajar siswa sekolah boarding school, Masalah-masalah yang menghambat manajemen sekolah boarding school, dan upaya mengatasi masalah-masalah yang menghambat manajemen sekolah boarding

school dalam meningkatkan mutu prestasi

belajar siswa di SMA Dwiwarna boarding

school Bogor.

Pada penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode deskriptif dengan rancangan/desain studi kasus. Hal ini didasarkan atas tujuan peneliti, untuk memperoleh data konkrit secara alamiah sebagai suatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Menurut Sukmadinata (2008: 72), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dasar. Ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah

(5)

ataupun rekayasa manusia.

Penggunaan studi deskriptif dalam penelitian ini untuk menjawab tentang masalah manajemen sekolah dalam peningkatan mutu prestasi belajar siswa sekolah sekolah boarding school di SMA Dwiwarna boarding school Bogor. Diantara yang harus dijawab melalui pendekatan ini juga mengenai apa pendidikan sekolah

boarding school , mengapa harus pendidikan

sekolah boarding school dan bagaimana manajemen sekolah boarding school dalam peningkatan mutu prestasi belajar siswa sekolah boarding school tersebut.

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian, hal sesuai dengan penyataan Arikunto (2006: 136) ”bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitiannya”. Untuk mengumpulkan data diperlukan alat tertentu sesuai dengan jenis variabelnya. Alat yang dimaksud adalah instrument penelitian atau pengumpulan data. Sesuai dengan sifat masalah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi

Sampel penelitian ini adalah subjek yang secara legal formal dinyatakan sebagai yang terlibat langsung atau tidak dalam penyelenggaran sekolah boarding school di SMA Dwiwarna Bogor antara lain: kepala sekolah SMA boarding school, wakil kepala sekolah SMA boarding school, guru, kepala asrama, pembina/pelatih ekrakurikuler dan siswa-siswi SMA boarding school dan untuk kepentingn tiangulasi digunakan pula sumber data dari pihak-pihak lain yang dianggap berkepentingan sesuai dengan tujuan dan konteks penelitian.

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis melakukanan prosedur dan tahapan-tahapan yang harus dilalui yaitu menetapkan fokus penelitian, menentukan setting dan subjek penelitian, pengumpulan data dan analisis

data. Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman, 2007), diantaranya; Mengorganisasikan data, Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban, Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data dan Menulis Hasil Penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Implementasi manajemen Boarding School SMA Dwiwarna Bogor dilakukan dengan berorientasi pada fungsi-fungsi manajemen yang diarahkan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program Boarding School maka akan dibahas ssebagai berikut. a. Perencanaan Program Boarding School

Tanpa perencanaan, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Merencanakan suatu kegiatan merupakan tindakan awal sebagai pengakuan bahwa suatu pekerjaan tidak semata-mata ditentukan sendiri keberhasilannya, namun banyak faktor lain yang harus dipersiapkan untuk mendukung keberhasilannya.

Pembentukan karakter perlu dilakukan secara menyeluruh jika orang tua maupun orang di sekitar ini terkadang kurang efektif mendidik karakter peserta didik sehingga perlu dibantu dengan pendidikan karakter yang ada di boarding school. Oleh karenanya perlu perencanaan program yang akan mengarahkan pada pencapaian tujuan yang akan dilakukan selanjutnya. Sebagaimana disampaikan Sutisna (1995: 162) bahwa perencanaan adalah persiapan yang cerdas bagi perbuatan, karena hanyalah jika maksud-maksud dan tujuan dipahami dengan jelas maka alasan-alasan bagi program-program dan kegiatan-kegiatan

(6)

menjadi terang.

Di awal tahun ajaran baru seperti biasa lembaga sekolah Dwiwarna melaksanakan

In House Training untuk melakukan persiapan

pembelajaran di sekolah. Hal tersebut perlu selalu dilakukan karena SMA Dwiwarna

Boarding School berkomitmen membentuk

siswa yang mempunyai pribadi-pribadi yang berakhlak dan berkarakter.

Pada perencanaan yang dilaksanakan sekolah, sesuai dengan langkah yang dikemukakan Gitosudarmo, Indriyo dan Mulyono, Agus (1996) yaitu mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu:

1) Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: (a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.

2) Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.

3) Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.

Selain itu juga dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu: (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.

Program boarding school di SMA Dwiwarna Bogor ini didukung oleh lingkungan sekolah yang resentatif sehingga program pendidikan boarding school dapat diikuti oleh seluruh peserta didik. Keterlibatan warga sekolah sangat mendukung adanya program yang dilaksanakan oleh sekolah yang tidak lain memberikan sumbangsih dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program pendidikan pengelolaan boarding

school.

Keikutsertaan warga sekolah dalam merencanakan program dapat diwujudkan dalam bentuk keberhasilan program yang sama-sama disusun oleh warga sekolah dengan melibatkan seluruh aspek yang berkaitan dalam mewujudkan karakter-karakter peserta didik yang baik. Sebab jika warga sekolah sangat membantu dalam pelaksanaan program pendidikan karakter maka harus diberikan teladan yang baik untuk dicontohi.

Menurut Hamalik, (2008: 195) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal.

Berdasarkan hasil observasi dilapangan bahwa seluruh civitas akademika sangat membantu peserta didik dalam pembentukan karakter, salah satu contohnya waktu peneliti melihat bahwa salah seorang guru berjalan menuju aula sekolah seorang guru mengumpul kertas-kertas yang ada di jalan menuju ke aula. Ini berarti keteladanan guru sudah dinampakkan dalam hal-hal yang akan membangkitkan prilaku yang baik terhadap peserta didik. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Brandt dalam Jalal, Fasli dan Supriadi, Dedi (2001: 262)

(7)

bahwa “guru merupakan kunci utama yang memiliki peran besar dalam peningkatan mutu pendidikan, guru berada pada titik sentral dari setiap usaha perbaikan pendidikan yang diarahkan pada perubahan seluruh aspek seperti kurikulum, metode dan pengembangan sarana prasarana.

Dengan memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik akhlak, dan menjadi titik sentral dalam mendidik dan membina akhlak peserta didik. Kalau pendidik berakhlak baik ada kemungkinan peserta didiknya juga berakhlak baik, karena peserta didik meniru gurunya, sebaliknya kalau guru berakhlak buruk ada kemungkinan peserta didiknya juga berakhlak buruk.

b. Pelaksanaan Program Boarding School

Penggerakan atau pelaksanaan dapat diartikan sebagai upaya pimpinan untuk menggerakkan seseorang atau kelompok orang yang dipimpin dengan menumbuhkan dorongan atau motif dalam diri orang-orang yang dipimpin untuk melakukan tugas atau kegiatan yang diberikan kepadanya sesuai dengan rencana dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Sudjana, 2004: 146-147).

Di awal masa penerimaan siswanya, SMA Dwiwarna pada pelaksanaan pendidikannya menentukan beberapa program yang bisa dipilih oleh siswa dan juga orang tuanya diantaranya; program internasional, Program Siswa Cerdas Istimewa (Enrichment), dan Program Reguler. Itulah yang akan menjadi titik tekan seroang siswa ketika lulus dari SMA Dwiwarna.

SMA Dwiwarna (Boarding School) menerapkan kegiatan terpadu antara sistem pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal diberikan untuk mendalami ilmu pengetahuan umum untuk masuk ke perguruan tinggi pilihan, baik di dalam maupun luar negeri. Sementara pendidikan informal ditekankan pada

pola pembinaan sikap, akhlak, watak, dan budaya kerja keras yang pantang menyerah. Dengan pembinaan tersebut, siswa diharapkan memiliki pemahaman dan pengamalan agama yang baik dan benar sehingga mencerminkan etika perilaku dalam kehidupan di masyarakat dan tak mudah berputus asa.

Untuk menerapkan sistem pendidikan tersebut, siswa harus tinggal di asrama. Kegiatan terpadu, baik pendidikan formal maupun informal, dapat dilaksanakan dalam program-program terjadwal dengan guru dan pembina, di sekolah ataupun di asrama dengan dukungan fasilitas yang lengkap. Siswa juga diwajibkan menggunakan bahasa asing pada hari tertentu dengan dukungan laboratorium bahasa, lengkap dengan native speaker berkualitas.

Semua program pilihan menggunakan Kurikulum Nasional Plus. Program Internasional menggunakan Kurikulum Cambridge yang dipadukan dengan Kurikulum Nasional. Siswa SMA Dwiwarna disiapkan untuk lulus: Ujian Nasional (UN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN),

Cambridge International Examination (CIE)

khusus Program Bertaraf Internasional Melanjutkan kuliah ke luar negeri. Pelaksanaan program boarding school di SMA Dwiwarna Bogor dijabarkan dalam tiga program yaitu program akademik, keagamaan dan keterampilan yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Pelaksanaan program akademik

Kegiatan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas. Kegiatan di dalam dikelas (intrakurikuler) yang meliputi hal-hal pribadi peserta didik, kemasyarakatan, belajar dan karier peseta didik. Pembelajaran yang menyangkut kegiatan didalam kelas, (intrakurikuler) sekolah SMA Dwiwarna Bogor diharapkan peserta didik dapat memiliki nilai-nilai karakter seperti disiplin, kerja keras, dan tanggung jawab terhadap

(8)

tugas-tugas yang diberikan.

Pelaksanaan akademik di SMA Dwiwarna telah disistematiskan melalui program kurikulum Nasional terpadu yang didesain bersama kurikulum Internasional, berdasarkan kebutuhan sekolah, sehingga konsentrasi pembelajaran diarahkan kepada keberhasilan siswa secara inteligensi, emosional, dan spiritual.

Berdasarkan hasil observasi pendidikan karakter yang ditanamkan dalam sehari-hari peserta didik tercermin suatu nilai-nilai disiplin, jujur dan tanggung jawab sebagai peserta didik yang bisa menghasilkan nilai-nilai yang baik. Sebab ketika penerapan pendidikan karakter tidak ditanamkan dari segi akademik maka akan berdampak dari segi motivasi peserta didik terhadap keberhasilan akademik.

Hal tersebut diatas sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Berkowitz dalam Asmani (2011: 44) menyatakan bahwa sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter, terjadi peningkatan motivasi siswa dalam meraih prestasi akademik. Hal ini berarti, dengan termotivasinya siswa dalam meraih prestasi akan mengakibatkan siswa akan belajar dengan rajin yang nantinya prestasi belajar siswa akan meningkat atau bertambah bagus. Selanjutnya pendapat tersebut juga dipertegas oleh Raka, dkk (2011: 204) yang menyatakan bahwa pendidikan karakter yang dilakukan dengan benar akan meningkatkan prestasi akademik siswa.

Sedangkan kegiatan di luar kelas, kegiatan diarahkan dalam kegiatan pengembangan diri untuk mengembangkan karakter peserta didik yang ditujukan untuk mengatasi persoalan dirinya, persoalan masyarakat di lingkungan sekitarnya, dan persoalan kebangsaan.

Kegiatan eksrakurikuler yang dilaksanakan oleh SMA Dwiwarna Bogor bertujuan menyalurkan minat dan bakat peserta didik dalam mengembangkan diri. Men sana in corpore sano, untuk membentuk

generasi cerdas dan siap menghadapi tantangan masa depan, diperlukan tubuh yang sehat dan dinamis. Fasilitas olahraga yang lengkap memungkinkan siswa untuk memilih aktivitas olahraga renang, tenis, basket, sepakbola, volley, atau tenis meja, disamping kegiatan olahraga yang wajib.

Berdasarkan hasil observasi bahwa SMA Dwiwarna Bogor telah tercermin suatu karakter disiplin, rasa tanggung jawab, serta kerja keras yang tidak lain mengembangkan karakter peserta didik melalui pembiasaan dan berdasarkan pada nilai-nilia karakter yang diterapkan pada peserta didik.

2) Kegiatan program keagamaan

Kegiatan keagamaan merupakan salah satu kegiatan utama dalam pembentukan karaker peserta didik. Kegiatan keagamaan SMA Dwiwarna Bogor dilaksanakan sesuai dengan jadwal pelajaran dikelas dan praktek dipusatkan di Masjid. Berdasaarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, secara rutin semua siswa melaksanakan shalat berjamah pada setiap waktu shalat. Setiap siswa diajarkan, dilatih dan dibimbing untuk baca tulis Al-Qur’an, ibadah praktis khususnya yang bersifat fardhu ‘ain, seperti tata cara shalat, berwudhu shalat berjamaah dan berdzikir.

Selain itu kegiatan pengajian malam dilaksanakan dengan materi silabi yang dirancang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan siswa. Asrama berkewajiban mengembangkan karakter siswa terutama dalam kehidupan sosial dan pembentukan kebiasaan yang positif sedangkan nilai religiusnya dikembangkan bersama pengelola masjid. Kegiatan agama setelah shalat subuh dan magrib di masjid dengan materi dan silabi yang dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa seperti kultum, pemutaran film bernuansa agama, diskusi keagamaan dan lainnya, sedangkan pengajaran agama diasrama dititik beratkan pada aplikaasi teori-teori agama yang didapat di intra kulirikuler.

(9)

Nilai-nilai yang diharapkan dari program kegiatan keagamaan yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam menjalankan ibadah serta tanggung jawabnya terhadap Tuhan yang Maha Esa. Dengan menjalankan tugas apa yang seharusnya dikerjakan maka ahlak dan perilaku yang baik akan tercermin dari diri peserta didik. Selain itu visi dan misi sekolah SMA Dwiwarna Bogor, menjadikan institusi pendidikan yang baik dalam membangun manusia yang cerdas berahlak mulia dan berjiwa kebangsaan dan melaksanakan pendidikan umum dipadukan dengan pendidikan agama islam dalam sekolah berasrama.

Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekikinian, sesuai dengan norma dan harapan masayarakat. Berahhlak mulia menghendaki generasi Indonesia output SMA Dwiwarna Bogor menjadi generasi muslim yang senantiasa taat kepada ajaran Agama Islam dengan melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Akhlak yang mulia juga tercermin pada ketaatan dan kepatuhan kepada orang tua, guru dan orang-orang yang disekitarnya.

3) Kegiatan Program Keterampilan

Pendidikan karakter dalam keterampilan juga sangat penting untuk dikembangkan agar bagaimana peserta didik bisa menyesuaikan kehidupannya didalam sekolah yakni dengan berkomunikasi secara jelas dan berfikir kreatif. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan di SMA Dwiwarna Bogor mengenai pendidikan keterampilan ini berupa ketrampilan bahasa serta ketrampilan Teknologi Informasi, nilai karakter yang harapkan oleh Sekolah adalah bagaiman siswa dapat menghargai lingkungan, bagaimana dia bisa menghargai bahasa orang lain, dan bagaimana dia bisa disiplin dalam menjalankan tugasnya.

Program ini dilakukan melalui

pembekalan dan pembiasaan praktik dengan target kemampuan berbahasa Inggris sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dicapai dengan English Hours setiap pagi hari, dalam bentuk diskusi, presentasi, talk show, dan games. Siswa diharuskan menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi selama jam-jam tertentu di asrama.

Sejak 20 November 2009 SMA Dwiwarna bergabung bersama sekolah mitra untuk masa depan (Partnerschule). Dengan bergabung dengan program ini, siswa dapat mengikuti ujian kemampuan bahasa jerman berstandar Eropa, dan pertukaran siswa sambil belajar bahasa jerman di luar negeri. Pada bulan November 2010, 12 siswa SMA Dwiwarna telah menjalankan tes untuk sertifikat FIT in Deutsch 1, sembilan diantaranya telah lulus dengan nilai baik. Selain bahasa Jerman, siswa juga belajar bahasa Inggris dan bahasa Jepang sebagi bahasa asing, menjadi tidak heran siswa SMA Dwiwarna mampu berbicara dengan prestasi di berbagai ajang.

Selain itu, program dilakukan secara praktis dalam berbagai kegiatan sehari-hari siswa. Siswa diarahkan untuk mengatur diri sendiri secara disiplin dalam setiap kegiatan, baik di kelas, asrama, maupun dalam pergaulan. Siswa akan mendapatkan bimbingan dalam mengatur kedisiplinan menggunakan waktu dan memiliki sikap kepemimpinan lewat tugas dan tanggung jawab yang diberikan.

c. Pengawasan dan Evaluasi Program

Boarding School

Pengawasan merupakan aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan dapat terlaksana sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditentukan. Sebagaimana Sutisna (1995: 203) mengemukakan bahwa pengawasan merupakan proses dengan manajemen melihat apakah yang terjadi itu sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi, jika tidak maka penyesuaian yang perlu

(10)

dibuatnya.

Sarwoto dalam Baharuddin dan Makin (2010: 111) memberi batasan pengawasan sebagai kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki. Berdasarkan dua pengertian pengawasan tersebut dapat dipahami bahwasannya dalam aktivitas pengawasan seorang manajer atau pemimpin mengawasi jalannya kegiatan dan kinerja bawahan untuk mengetahui apakah sudah sesuai dengan rencana semula atau belum dalam upaya mencapai tujuan yang selanjutnya akan diadakan tindak lanjut dari hasil pengawasan itu.

Hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan di SMA Dwiwarna Bogor dimana proses pengawasan program boarding school selain dilakukan oleh pengurus yayasan terhadap manajemen di asrama maupun di sekolah, pengawasan juga dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap manajemen di sekolah serta pengawasan dan pemantauan yang dlakukan oleh kepala sekolah terhadap pelaksanaan kegiatan di sekolah.

SMA Dwiwarna Bogor melaksanakan evaluasi berupa evaluasi hasil belajar dan latihan yang dilakukan sebagai penilaian untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik, keagamaan, keterampilan, dan kesamaptaan jasmani yang akan dicatat dalam buku laporan pendidikan (Raport). Pelaksanaan evaluasi dalam kegiatan akademik adalah melihat nilai dari karakter peserta didik mulai dari disiplin, tanggung jawab, serta kejujuran peserta didik dalam mejalankan ujian misalnya, peserta didik tidak bisa melihat teman atau mencontek teman yang sedang melaksanakan ujian.

Mengacu pada pendapat di atas, maka pengawasan yang terlaksana di SMA Dwiwarna merupakan proses yang memerlukan penerapan berbagai metoda dan teknik untuk mendorong para pelaksana dalam mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Apabila proses manajemen dilaksanakan dengan baik, sekaligus kita dapat melihat dan memberikan supervisi yang kontinyu terhadap pelaksanaan kerja pendidikan.

d. Prestasi belajar siswa sekolah boarding school di SMA Dwiwarna Bogor

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan. Menurut Slameto (2010: 54) faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa dapat berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar (intern) maupun faktor yang ada di luar individu (ekstern). Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, Sedangkan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yang terdiri dari: kegiatan siswa dalam masyarakat; mass media; teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Sukmadinata (2009: 162) faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan belajar terbagi menjadi dua, yaitu faktor-faktor dari dalam diri individu dan faktor-faktor lingkungan.

Dari uraian di atas sangatlah jelas bahwa prestasi belajar di semua tingkat institusi pendidikan, seperti halnya pada sekolah-sekolah yang menerapkan adanya asrama sekolah (boarding school) bagi siswa-siswinya. Dengan adanya program tersebut berarti siswa-siswi memiliki tanggung jawab penuh sekolah dalam hal ini adalah pembina asrama atau guru, sehingga menurut orangtua/wali siswa bahwa program boarding school memiliki kualitas atau prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan program regular.

Berdasarkan hasil observasi prestasi yang telah diukir oleh siswa SMA Dwiwarna Bogor dari tahun 1998 (awal prestasi ini dimulai) sangat beragam tidak hanya di tingkat nasional bahkan sampai tingkat internasional. Pada waktu dekat diperoleh prestasi yaitu;

(11)

Matematika Nalaria Realistik Tingkat Nasional 2016,

b) Medali Perak Olimpiade Sains Nasional 2017 dalam Bidang Ekonomi, serta c) Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Jepang

pada 7th KAKE Internasional Japanese

Speech Contest, selain itu siswa SMA

Dwiwarna merupakan

d) Peserja AFS World Debating Contest tahun 2002 mewakili Indonesia, pembicara terbaik se-wilayah Jakarta

e) Pemenang kedua dan ketiga perlombaan

English Speech Contest.

Prestasi lainya adalah para siswa-siswi lulusan SMA Dwiwarna Bogor telah terbukti berhasil memasuki/lulus dalam ujian masuk perguruan tnggi negeri maupun swasta favorit baik melalui jalur undangan/PMDK, Test SPMB/SMPTN dan ujian mandiri serta Perguruan Tinggi Luar Negeri.

Dengan banyaknya prestasi yang ditorehkan SMA Dwiwarna seperti yang dijabarkan di atas tersebut pengelola sekolah telah membina dan mengoptimalkan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti yang dikemukakan Syah M, (2006: 127) yaitu faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk ke dalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa, faktor ini terdiri dari dua aspek antara lain aspek fisiologi dan aspek psikologinya. Dan faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan sosial yang terpantau oleh sekolah dalam hal ini pembina, serta memaksimalkan pendekatan belajar terhadap siswa.

e. Hambatan / Kesulitan Masalah Manajemen Boarding School dalam

Peningkatan Hasil Belajar Siswa di SMA Dwiwarna Bogor

Seperti apa yang telah disampaikan pada hasil penelitian, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala SMA Dwiwarna Bogor, bahwa yang menjadi faktor-faktor

hambatan/kesulitan masalah manajemen

boarding school dalam peningkatan

hasil belajar siswa di SMA Dwiwarna Bogor adalah belum mampunya siswa mengaplikasikan nilai-nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari. Yang pada akhirnya mempengaruhi aktifitas kegiatan di boarding school. Menurut Lickona dalam Haryanto (2012), karakter berkaitan dengan konsep moral (moral knonwing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral

behavior). Berdasarkan ketiga komponen

ini dapat dinyatakan bahwa karakter yang baik didukung oleh pengetahuan tentang kebaikan, keinginan untuk berbuat baik, dan melakukan perbuatan kebaikan.

Pendidikan karakter berpijak pada karakter manusia yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) agama, yang disebut juga sebagai the golden rule. Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar manusia. Selanjutnya, dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat tidak absolut, relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri.

Kesesuaian sistem boarding-nya, terletak pada semua aktivitas siswa yang telah diprogramkan, diatur dan dijadwalkan dengan jelas. Sementara aturan kelembagaannya sarat dengan muatan nilai-nilai moral (Khamdiyah, 2013). Sistem boarding school juga menekankan pada pendidikan kemandirian. Aplikasi pembelajaran lebih mudah dilaksanakan. Selain itu, metodologi pendidikan karakter berupa keteladanan dan pengajaran akan lebih terarah dan efektif. Implementasi pendidikan karakter tidak hanya berlangsung di asrama saja, namun juga terjadi sinkronisasi antara pendidikan di asrama dan kegiatan di sekolah.

Kurangnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas dan masih sebagian guru kurang disiplin waktu. Disiplin kerja yang baik sangat bergantung kepada

(12)

dukungan dari komitmen kerja dan motivasi kerja agar semua pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Komitmen merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap disiplin kerja guru.

Rivai (2008) menyatakan bahwa disiplin kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, seperti motivasi kerja, semangat kerja dan inisiatif kerja. Disiplin kerja pada dasarnya merupakan gabungan dari kata disiplin yang dikaitkan dengan tugas seorang individu dalam pekerjaannya.

Siswa maupun guru mengalami kejenuhan dari kegitan rutin yang dilaksanakan oleh sekolah yang mempunyai sistem boarding school. Sekolah Dwiwarna berdiri di atas lahan kurang lebih 7,5 Ha. Perputaran aktifitas kegiatan antar siswa dan juga seluruh warga sekolah hampir sama setiap minggunya terutama dengan warga yang sama, sekolah kami bagai perkampungan kecil di tengah-tengah masyarakat. Semua fasilitas sudah tersedia di dalam lingkungan sekolah.

Umumnya sekolah-sekolah berasrama berada dalam satu lokasi dan dalam jarak yang sangat dekat. Kondisi ini yang telah banyak berkontribusi dalam menciptakan kejenuhan anak berada di sekolah Asrama. Karena menurut Komaruddin Hidayat (Direktur Executive Madania), siswa harus mengalami semacam proses berangkat ke sekolah. Dengan begitu, mereka mengenyam suasana meninggalkan tempat menginap, berinteraksi dengan sesama siswa di jalan, serta melihat aktivitas masyarakat sepanjang jalan, sehingga siswa dituntut memiliki mobilitas tinggi, kesehatan dan kebugaran yang baik, dan dapat membaca setiap fenomena yang ada disekitarnya

Selanjutnya yaitu seringnya terjadi mis-komunikasi atau kesalah pahaman antara guru dan yayasan dalam menerima informasi tanpa melakukan ricek kembali

apakah informasi ini benar atau tidak, tetapi langsung mengambil tindakan. Hal tersebut kadang membuat guru ataupun SDM sekolah Dwiwarna merasa tidak terindahkan dalam masyarakat demokrasi di lingkungan sekolah.

Selain itu hal yang menjadi lumrah dalam suatu masyarakat yang terkondisikan sekolah yang berasrama yaitu siswa berada pada titik jenuh, bosan, capek karena terlalu padat dengan jadwal yang sudah ditentukan, perasaan marah dan tidak disiplin dengan waktu. Sehingga beberapa hal yang tidak diinginkan dilakukan oleh para siswa.

f. Upaya Mengatasi Hambatan Manajemen Boarding School Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMA Dwiwarna Bogor

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan manajemen Boarding

School dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa di SMA Dwiwarna yaitu dengan melakukan pembimbingan dan pengarahan kepada siswa serta memberikan tauladan dalam menerapkan nilai-nilai karakter.

Salah satu cara terbaik mengajarkan dunia afektif adalah pemberian teladan dan contoh dari para pemimpin dan orang-orang yang berpengaruh di sekitar anak. Dengan mengasramakan anak didik sepanjang 24 jam, anak didik tidak hanya mendapatkan pelajaran secara kognitif, melainkan dapat menyaksikan langsung bagaimana perilaku para pimpinan, guru, dan orang-orang yang mengajarkan mereka. Para siswa bisa menyaksikan langsung, bahkan mengikuti imam, bagaimana cara salat yang khusuk, misalnya. Ini sangat berbeda dengan pelajaran salat, misalnya, yang tanpa disertai contoh dan pengalaman makmum kepada imam yang salatnya khusuk.

Lingkungan sekolah juga ditata khusus sebagai tempat pendidikan sehingga memberi kesempatan para siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Di luar kelas, tenaga pengajar

(13)

berfungsi sebagai edukator, motivator, dan fasilitator selalu tersedia untuk memberi dukungan ekstra melalui pelajaran informal.

Pembinaan mental siswa secara khusus mudah dilaksanakan, ucapan, perilaku dan sikap siswa akan senantiasa terpantau, tradisi positif para siswa dapat terseleksi secara wajar, terciptanya nilai-nilai kebersamaan dalam komunitas siswa, komitmen komunitas siswa terhadap tradisi yang positif dapat tumbuh secara leluasa, para siswa dan guru-gurunya dapat saling berwasiat mengenai kesabaran, kebenaran, kasih sayang, dan penanaman nilai-nilai kejujuran, toleransi, tanggungjawab, kepatuhan dan kemandirian dapat terus-menerus diamati dan dipantau oleh para guru / pembimbing.

Nilai-nilai yang dipelajari selalu dilengkapi dengan program di luar kelas. Demikian pula dengan pendidikan agama Islam. Pelajaran yang diberikan di kelas dilengkapi dengan pendalaman Al-Quran secara teori dan praktik di masjid sekolah, sedangkan aplikasinya diterapkan di asrama di bawah bimbingan pembina. Sehingga siswa dapat berkembang menuju pribadi yang utuh dan berakhlak.

Meningkatkan komunikasi yang baik antara seluruh warga dan membangun komitmen kebersamaan dalam melaksanakan program Boarding School. Serta meningkatkan supervisi kegiatan pembelajaran secara berkesinambungan. Karakteristik sekolah yang berkinerja baik salah satunya adalah tingginya tingkat kolaborasi dan komunikasi. Strategi pelaksanaan Boarding School di SMA Dwiwarna Bogor, komunikasi internal (Kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan, staf tata usaha termasuk pejaga sekolah, anggota komite) memegang peranan yang sangat vital.

Komunikasi juga akan mempengaruhi kinerja kerja menjadi lebih baik. Komunikasi dalam organisasi biasanya merupakan

komunikasi internal. Komunikasi internal juga berkaitan dengan kinerja pegawai dalam organisasi. Kusumastuti (2009: 27) menjelaskan bahwa manfaat komunikasi internal salah satunya adalah meningkatkan komitmen terhadap organisasi. Mengingat peranannya yang cukup penting dalam menunjang kelancaran berorganisasi, maka perhatian yang cukup perlu dicurahkan untuk mengelola komunikasi internal ini.

Intinya, kinerja sumber daya manusia bukan berdasarkan banyaknya anggota yang dimiliki, namun sejauh mana komitmen terhadap suatu lembaga dan tingkat keterikatan di antara anggota untuk membangun sebuah kekuatan baru. Hal penting dalam meningkatkan kinerja dan kualitas keterikatan sumber daya manusia adalah dengan komunikasi internal. Dalam komunikasi internal terdapat alur komunikasi yang dipertukarkan, yaitu komunikasi ke bawah, ke atas, dan horizontal (O'Hair, Friedrich, & Dixon, 2009: 55).

Hal tentang komunikasi yang baik juga disampaikan Iriantara & Syaripudin (2013: 102) yang telah melakukan penelitian di negara bagian Washington, Amerika Serikat dan dalam penelitiannya ia menemukan sembilan karakteristik sekolah yang berkinerja baik, dan hasil dari penelitian tersebut dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja tersebut adalah tingginya tingkat kolaborasi dan juga komunikasi internal yang efektif di sekolah yang berpengaruh terhadap prestasi siswa.

Simpulan

Secara umum manajemen boarding school dalam peningkatan prestasi belajar siswa di SMA Dwiwarna Bogor sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh siswa-siswi SMA Dwiwarna Bogor baik di bidang akademik maupun non akademik

(14)

hal ini didukung oleh perencanaan program yang baik yang telah disusun oleh manajemen sekolah.

Secara khusus simpulan penelitian tentang manajemen boarding school dalam peningkatan prestasi belajar siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Implementasi Manajemen Boarding

School SMA Dwiwarna Bogor.

Penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam program Boarding School di SMA Dwiwarna Bogor sudah berjalan baik. Sedangkan pada tahapan perencanaan kegiatan melibatkan seluruh personil yang ada di sekolah dan seluruh stakeholder. Selanjutnya dalam tahap pelaksanaan kegiatan diimplementasikan pada proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun luar kelas berpedoman pada penerapan nilai-nilai karakter sesuai mata pelajaran dan pembelajaran diluar kelas melalui kegiatan belajar, mandiri terbimbing, bimbingan konseling, serta bimbingan karir. Sementara itu pengawasan dan evaluasi dilakukan terhadap kegiatan siswa selama di asrama maupun di sekolah, untuk mengetahui tingkat kemampuan akademik, keagamaan, keterampilan, yang diarahkan pada nilai-nilai karakter yang meliputi kedisiplinan, mandiri, tanggung jawab, serta kejujuran dan akan dicatat dalam buku laporan pendidikan (raport).

2) Prestasi Belajar Siswa Sekolah Boarding

School SMA Dwiwarna Bogor tidak

hanya di tingkat nasional bahkan sampai tingkat internasional baik bidang akademik maupun non akademik. 3) Faktor-Faktor yang menjadi hambatan/

kesulitan masalah manajemen

boarding school dalam peningkatan

hasil belajar siswa di SMA Dwiwarna Bogor diantaranya terjadi karena sebagian peserta didik belum mampu mengaplikasikan nilai-nilai karakter yang dalam kehidupan sehari-hari

dan kurangnya komitmen guru dalam melaksanakan tugas dan masih sebagian guru kurang disiplin waktu.

4) Upaya mengatasi hambatan manajemen

boarding school dalam meningkatkan

prestasi belajar siswa di SMA Dwiwarna Bogor dilakukan melalui pembimbingan dan pengarahan kepada siswa serta memberikan tauladan dalam menerapkan nilai-nilai karakter. Upaya lain adalah dengan meningkatkan komunikasi yang baik antara seluruh warga dan membangun komitmen kebersamaan dalam melaksanakan program boarding school dan peningkatan supervisi kegiatan pembelajaran secara berkesinambungan.

Adapun beberapa rekomendasi yang dianggap relevan dengan penelitian diantaranya:

1. Kepada kepala sekolah, upayakan dalam program boarding school di SMA Dwiwarna Bogor agar dapat menjabarkan perencanaan yang telah dibuat yayasan ke dalam bentuk perencanaan jangka panjang yang berorientasi pada jangkauan masa depan yaitu visi dan misinya dalam menghasilkan sesuatu (perencanaan operasional) yang berkualitas dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi sebaiknya dirumuskan kembali dengan adanya visi dan misi yang lebih jelas dalam pengelolaannya sebaiknya lebih terencana dan punya target yang akan dicapai untuk masa yang akan datang dalam mewujudkan program boarding

school di SMA Dwiwarna Bogor.

2. Kepada kepala sekolah, upayakan adanya pembinaan, pengawasan dan kontrol terhadap pelaksanaan program

boarding school secara rutin dan terjadwal.

3. Kepada guru, upayakan agar komitmen dalam memaksimalkan program

(15)

paling utama adalah pendidikan umum dan pendidikan agama

4. Bagi penelitian selanjutnya, mungkin dapat dijadikan bahan acuan dasar tentang manajemen boarding school dalam peningkatan prestasi belajar siswa

dan diharapkan agar lebih teliti dan fokus serta mendalam dari peneltian ini dengan menggunakan metode, teknik, pengolahan, dan validasi data yang lebih akurat lagi.

Referensi

Anwar. (2006). Pendidikan kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: CV Alfabeta

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. edisi revisi VI.

Asmani, Jamal. (2011). Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.

Baharuddin dan Makin. (2010). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UINMaliki Press.

Gasperz, Vincent. (2005). Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma Untuk organisasi Bisnis dan pemerintah: Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hamalik, Oemar. (2008). Proses Belajar

Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Haryanto. (2012). Pengertian Pendidikan Karakter Konsep dan Impementasinya.

(http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidian-karakter.html). Diakses Desember 2013, jam 21.37 WIB.

Iriantara, Yosal & Usep Syarifudin. (2013). Komunikasi Pendidikan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi. (2001). Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Khamdiyah. (2013). Sistem Boarding

School dalam pendidikan Karakter siswa kelas vii. Bandung: skripsi UPI.

Marshall and Rossman. (2007). Designing Qualitatitative Research. London: Sage. Mulyasana, D. (2015). Pendidikan Bermutu

Dan Berdaya Saing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

O’Hair, Dan ; Friedrich, Gustav W. dan Dixon, Lynda Dee. (2009). Strategic Communication in Business and the Profession (Ed. ke-6). (Tri Wibowo. Penerj). Jakarta : Kencana.

Raka, Gede dkk. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah; dari Gagasan ke Tindakan. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Rivai,M. (2008). Manajemen Sumberdaya Manusia. Remaja Rosdakarya. Bandung. Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses

Belajar Mengajar. Bandung; Sinar Baru Algesindo Offset.

Sukmadinata, N.Sy. (2009) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sutisna, O. (1995). Administrasi Pendidikan Dasar; Teoritis Untuk praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Slameto. (2010). Belajar dan FaktorFaktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Syah, M. (2006). Psikologi pendidikan Bandung:PT Remaja Rosdakarya

(16)

Referensi

Dokumen terkait

adalah 0%, dan kategori siswa dengan keaktifan pada kategori “sangat rendah” adalah 0%. Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa

mengembangkan kompetensi profesional guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di MA Hidayatul Mubtadiin terbagi ke dalam dua kegiatan strategi, yang pertama strategi formal yaitu

Bentuk ketiga dari kerjasama keamanan regional adalah security regime.. Pada dasarnya, model ini merupakan bentuk peraturan dari

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dukungan (1) kepemimpinan guru, kondisi lingkungan dan minat belajar terhadap kemandirian siswa dalam pembelajaran Akuntansi kelas

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pemanfaatan video sebagai media pembelajaran pada mata pelajaran TIK. Penggunaan media

Ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen–Eosen yaitu Formasi Dorosagu dengan batuan lebih muda terjadi kira-kira pada Eosen Akhir sampai Oligosen Awal, mencerminkan

Prilaku dan dengan demikian juga prilaku hokum yang berubah sangat mempengaruhi praktik hokum di Indonesia, apabila pada masakolonial hukum relative mampu menjadi

- PT Bromo Falcata Indonesia selama periode November 2016 s/d Oktober 2017 menerima bahan baku kayu gergajian sengon dan jabon yang seluruhnya dari hutan rakyat.. -