• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TERBENTUKNYA TONARIGUMI DI JAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III TERBENTUKNYA TONARIGUMI DI JAWA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

47

BAB III

TERBENTUKNYA TONARIGUMI DI JAWA

A. Latar Belakang Terbentuknya Tonarigumi 1. Pengertian Tonarigumi

Tonari artinya sebelah atau tetangga sedang Gumi berarti kumpulan atau

kerukunan dan biasa disebut rukun. Pendirian rukun tetangga di Jawa ini mengambil kedudukan yang penting sekali untuk merapatkan hubungan rakyat Jawa guna menjalakan perintah serta untuk mendekatkan rakyat kepada pemerintah.1 Tiap- tiap Tonarigumi terdiri dari 10-20 rumah. Sebuah rumah atau seorang keluarga yang mau menjadi anggota Tonarigumi harus lebih dahulu mengetahui dan memenuhi tiga syarat yakni:

a. Mayogaki

1) Memperhatikan undang-undang negeri yang harus dikerjakan oleh anggota. Dalam hal ini, untuk menjadi anggota Tonarigumi, rakyat diwajibkan mengetahui segala undang-undang atau peraturan yang dibuat oleh pemerintah, baik undang-undang yang telah ada ataupun jika ada perubahan undang-undang dan adanya undang-undang baru. Dengan mengetahui segala hal yang berkenaan dengan undang-undang, pemerintah menginginkan agar rakyat yang ingin menjadi anggota Tonarigumi menjalankan isi dari undang-undang tersebut.

(2)

commit to user

2) Aturan untuk memudahkan penarikan pajak.

Syarat untuk menjadi anggota Tonarigumi selanjutnya adalah rakyat harus mengetahui, bahwa salah satu tujuan dibentuknya. Tonarigumi adalah sebagai sarana untuk penarikan pajak. Sehingga, diharapakan agar rakyat mengetahui hal tersebut sebelum bergabung menjadi anggota Tonarigumi dan ketika telah bergabung menjadi anggota mereka harus melakukan pembayaran pajak dengan tepat waktu tanpa adanya paksaan dari pihak pemerintah.

3) Menjaga keselamatan dan ketenteraman anggota.

Untuk menjadi anggota Tonarigumi diwajibkan saling menjaga keselamatan dan ketenteraman sesame anggota tanpa membeda-bedakan status sosial di antara mereka.

4) Menjaga keadaban dan kebangsaan dan juga kesejahteraan.

Selain ketiga syarat tersebut di atas, anggota Tonarigumi wajib menjaga kesejahteraan sesama anggota Tonarigumi yang merupakan bagian dari adab menjaga nasionalisme bangsa.

b. Ukesho

Anggota harus menerangkan dengan sukarela, bahwa ia masuk dalam Tonarigumi dan telah mengetahui syarat- syaratnya.

c. Renban

Anggota menaruh tanda tangannya menandakan bahwa ia masuk anggota Tonarigumi dengan sepenuh hati.2

(3)

commit to user

Dalam masa perang ini Tonarigumi mempunyai kedudukan yang penting sekali bagi pemerintah Jepang yakni untuk mencari dukungan masa dalam memenangkan perang. Oleh karena itu, diadakan pula suatu aturan tambahan pada

Tonarigumi sebagai berikut:

1) Penjagaan bahaya udara.

2) Pembagian barang- barang makanan dan pakaian.

3) Menolong keluarga yang laki- lakinya atau kepala rumah tangganya berangkat ke medan perperangan.3

2. Sejarah Singkat Lembaga Tonarigumi

Pada tahun ke dua pendudukan Jepang di Jawa, kondisi balatentara Jepang di kancah peperangan Asia Timur Raya semakin terdesak. Pemerintah Jepang membutuhkan bantuan tenaga manusia yang sangat banyak untuk mengahadapi serangan musuh, sehingga pemerintah Jepang mencari solusi dengan mendirikan sebuah lembaga pemerintahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan massa dan berlaku untuk memperketat cengkeraman pemerintah atas penduduk serta untuk meningkatkan komunikasi dengan mereka.Lembaga tersebut bernama Tonarigumi.

Sebelum diperkenalkannya Tonarigumi di Jawa ternyata sudah ada sebuah perkumpulan rakyat yang memiliki asas gotong royong serupa dengan asas

Tonarigumi. Di Surabaya Shi misalnya masyarakat Jawa mengenal organisasi gotong

royong dengan sebutan sinoman. Pada dasarnya sinoman memiliki kesamaan tujuan dengan Tonarigumi yaitu “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, yang intinya adalah gotong royong dan menjalin kerukunan antar tetangga, tetapi kemudian

(4)

commit to user

keberadaan sinoman menjadi tergeser ketika pemerintah Jepang mulai mengenalkan Tonarigumi di Jawa umumnya dan Surabaya khususnya.

Sinoman yang merupakan sebuah perkumpulan buatan warga setempat tanpa ada aturan tertulis yang mengikat semakin lama semakin hilang digantikan dengan munculnya Tonarigumi yang memang gencar dikampanyekan oleh pejabat pemerintahan, baik pemerintah Dai Nippon maupun pejabat lokal itu sendiri. Padahal sebenarnya Tonarigumi tidak lebih dari sebuah wadah yang digunakan oleh Dai

Nippon untuk menggalang massa yang tak jarang terjadi tindak kekerasan di

dalamnya. Hal ini sungguh berbeda dengan sinoman yang terbentuk karena asas kekeluargaan dan murni kesadaran untuk gotong royong tanpa ada sebuah tekanan.

Untuk menggeser keberadaan sinoman, ditulis dalam beberapa artikel di surat kabar buatan Jepang, bahwa:

“Di dalam perjalanan hidupnya sinoman bagaikan tidak dapat berkembang untuk kemudian menjelma sebagai organisasi yang lebih besar. Artinya, ada yang mengatakan bahwa hal ini terutama disebabkan ikatan kekeluargaan yang kurang erat, mula karena itu sebagian dapatlah dipulangkan juga kepada pengaruh individualisme barat dulu yang makin lama makin lebih mementingkan cara hidup perseorangan begitu rupa sehingga kemudian sekali seolah-olah orang berangggapan masuk menjadi anggota sinoman itu hanya karena terpaksa, yaitu takut kalau-kalau ada kesusahan lalu tiada orang datang melawatnya.”

Tonarigumi selalu dikaitkan dengan kondisi zaman yang pancaroba, terutama

diselaraskan dengan jalan peperangan sedangkan sinoman tidak. Selain itu diterangkan lebih lanjut keunggulan Tonarigumi dibandingkan sinoman atau

(5)

commit to user

organisasi gotong royong lainnya sehingga Tonarigumi mendapat sambutan yang positif dari rakyat. Perbedaan tersebut dijelaskan di sebuah artikel karya Ronggo Danu Kusumo dalam surat kabar Soeara Asia yaitu:

“Pertama: Tonarigumi tidak bersendi pada keuangan. Tegarnya orang menjadi anggota Tonarigumi sekali-kali tidak asalkan mampu membayar uang iuran saja sebagai pada sinoman, tetapi orang serempak menyediakan seluruh tenaganya bahkan juga jiwanya kalau perlu. Orang memberi pertolongan semata-mata karena tertarik oleh rasa kewajiban terhadap sesama makhluk dan terhadap kepentingan negeri. Kedua: Tonarigumi tidak memandang golongan, tingkatan, kebangsaan atau agama. Di dalam melakukan kewajibannya orang tidak pilih kasih, tidak melihat diri sendiri atau sanaknya sendiri belaka tetapi seluruh jiwa raga serta pengabdiannya ditujukan kepada masyarakat besar. Dengan singkat, berlantaran Tonarigumi penduduk merasa menjadi satu, senasib seperjuangan di dalam menghadapi segala keadaan, terutama semasa menghadapi kesukaran-kesukaran dan apakah yang boleh diakui sebagai perekat persaudaraan dan kecintaan yang terbaik dari zaman ke zaman selain daripada persamaan nasib dan kerukanan.”

Dalam perkembangan selanjutnya Sinoman hanya dikenal lewat prinsip- prinsip dasarnya yang diterapkan oleh penghuni kampung dalam aktivitas Tonarigumi. Roda aktivitas organisasi Sinoman mengalami mati suri. Ketidakaktifan bukan dikarenakan rasa kegotongroyongan atau kepedulian warga terhadap sesama menipis, akan tetapi pemerintah Nippon melakukan pengawasan yang ketat dan kejam dalam setiap pelanggaran yang dilakukan oleh warga.

(6)

commit to user

Selain itu, pemerintah Dai Nippon juga menarik simpati rakyat agar mau bekerjasama dalam Tonarigumi dengan membuat sebuah pernyataan bahwa seiring dengan bersatunya jiwa Dai Nippon dan Indonesia, maka dua macam badan tersebut yaitu sinoman dan Tonarigumi dilebur menjadi satu organisasi saja yang melingkupi semua usahanya. Untuk nama badan tersebut pemerintah Jepang akan mengambil nama Tonarigumi saja karena dianggap paling baik susunannya dan namanya. Pemerintah Dai Nippon berharap kelak Tonarigumi itu betul-betul menjadi dasar pembangunan Asia Timur Raya.

Lembaga Tonarigumi bentukan Jepang ini ternyata merupakan tiruan rukun tetangga yang ada di Jepang. Cikal bakal Tonarigumi di Jepang ternyata mengadopsi dari sistem lembaga yang bernama Gonin gumi yang terbentuk pada masa perang yang berawal dari masyarakat feodal pra- Meiji. Gonin gumi berasal dari Tiongkok. Gonin gumi di Tiongkok pada zaman dahulu merupakan sebuah organisasi yang dibuat untuk melakukan sebuah satu tindakan penindasan oleh kaum feodal terhadap rakyat, akan tetapi kemudian organisasi ini justru digunakan dan diperbaiki sistemnya di zaman Tokugawa.4

Sebelum berganti nama menjadi Tonarigumi, Gonin gumi ini merupakan bagian dari perkumpulan Buraku. Buraku adalah sebuah unit dasar masyarakat pedesaan yang umumnya terdiri dari 50-100 rumah tangga. Buraku biasanya membentuk suatu unit kerja pertanian, memanfaatkan sistem irigasi bersama, serta menjalankan gotong royong dalam bidang pertanian. Gonin gumi ditetapkan oleh para penguasa

Tokugawa yang ingin melakukan kontrol atas petani. Seluruh petani harus

4 Noyama, Kusakichi dalam Borneo Shinbun (Balikpapan) tanggal 14 maret 1944

(7)

commit to user

bergabung ke dalamnya. Setiap orang dianggap bertanggung jawab secara kolektif. Jika terdapat salah satu anggota Gonin gumi yang melakukan suatu kesalahan, maka hukuman akan diberikan kepada seluruh anggota. Dengan cara ini, penguasa feodal dapat dengan mudah melakukan pengawasan atas rakyat dan memelihara keamanan.5Pada masa Tokugawa ini pulalah nama Gonin gumi berubah menjadi

Tonarigumi.

Setelah Restorasi Meiji, struktur pedesaan sepenuhnya direorganisasikan sehingga "sesuai" dengan negara baru, yang modern. Pada tahun 1890, sekitar 76.000 Buraku direorganisasikan melalui dekrit permerintah ke dalam suatu unit administratif baru yang disebut Son (kecamatan), berjumlah sekitar 12.000 pada saat itu. Son (kecamatan) adalah unit administratif terendah, yang dikepalai Son cho (kepala kecamatan) yang statusnya pejabat pemerintah dan mempunyai Son Gikai (dewan kecamatan). Dengan Son sebagai unit dasar terendah, dibentuklah organisasi-organisasi seperti Seinendan, Keibodan, Fujinkai, persekutuan veteran dan koperasi pertanian. Umumnya di masing- masing Son (kecamatan) terdapat satu sekolah dasar negeri serta cabang pos kepolisian terendah dan kantor pos.

Dalam pengertian jumlah penduduk, Buraku meliputi sepertiga atau seperempat penduduk desa Jawa, dan bisa dikatakan mirip dukuh di Jawa. Di bawah struktur-struktur baru ini Gonin gumi zaman Tokugawa menjadi organisasi yang diwajibkan oleh pemerintah untuk dibubarkan. Tetapi, di banyak daerah

5Kurasawa, Aiko, Mobilisasi dan Kontrol : Studi Tentang Perubahan

(8)

commit to user

Gonin gumi secara spontan dihidupkan kembali sebagai suatu organisasi baru,

yang terutama bertujuan untuk kerja sama, dengan nama baru, Tonarigumi.6

Menjelang Perang Dunia II, dalam kerangka kebijakan "Mobilisasi Total" yang baru dianut, Kementerian Dalam Negeri mulai menaruh perhatian pada manfaat Tonarigumi ini sebagai unit terendah untuk melakukan kontrol dan sekaligus memobilisasikan penduduk. Sebagai langkah pertama, pemerintah (Kementerian Dalam Negeri) mengumumkan "Program Reorganisasi Persekutuan Regional" (Bura-kukai Chonaikai to Seibi Yoko) pada bulan September 1940. Program ini mengusulkan pembentukan Tonarigumi yang terdiri dari sekitar sepuluh rumah tangga seragam secara nasional. Keinginan pemerintah dalam mengeluarkan program ini ialah melakukan konsolidasi dan mengubah rukun tetangga yang ada sesuai dengan rencana pemerintah serta memasukkan seluruh penduduk ke dalamnya. Dalam program ini, rukun tetangga dirumuskan sebagai organisasi dasar untuk menerapkan kebijakan nasional di kalangan penduduk, merencanakan latihan moral penduduk serta kesatuan spiritual, memaksakan peraturan atas perekonomian yang terkontrol, serta menstabilkan kehidupan rakyat.7

Ringkasnya, Tonarigumi bertindak sebagai sarana efektif dalam melakukan kontrol dan mobilisasi atas penduduk di Jepang pada masa perang. Setiap rumah tangga dipaksa supaya berpartisipasi, dan bagi yang tidak mau, tidak berhak untuk ikut serta dalam kegiatan regional apa pun termasuk distribusi makanan. Akhirnya 1.200.000 Tonarigumi terbentuk di Jepang.Karena diawasi oleh unit administratif terendah, yaitu kecamatan dan kota. Kementerian Dalam Negeri berhasil dengan cara

6 Ibid

(9)

commit to user

ini, untuk menjalankan pengaruh langsung mereka atas penduduk. Keinginan pokok Jepang dalam memanfaatkan sistem ini adalah demi alasan keamanan yaitu untuk mencegah gerakan anti pemerintah, serta untuk memelihara keamanan dan ketertiban.8

Gambar 7: Kaum Ibu yang merupakan anggota dari Tonarigumi Jepang berkumpul mengadakan perundingan untuk tolong menolong

Sumber: Djawa Baroe tanggal 01 Mei 1943 halaman 23

B. Upaya Pembentukan Lembaga Tonarigumi

1. Cara-cara Memperkenalkan Tonarigumi kepada Rakyat

Terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang untuk memperkenalkan Tonarigumi kepada rakyat Jawa. Sebelum diumumkan pembentukan Tonarigumi secara resmi, pada tahun 1943 pemerintah Jepang telah mengundang sejumlah pejabat pemerintahan lokal untuk berkunjung ke negara Jepang untuk sekedar melihat kondisi serta manfaat Tonarigumi yang ada di sana. Setelah para pejabat lokal tersebut kembali ke tanah air, mereka tergerak untuk

(10)

commit to user

menerapkan Tonarigumi di daerah masing- masing seperti yang telah dilakukan oleh Jogjakarta Ko Kooti (Kepala Daerah Istimewa Jogjakarta).

Atas anjuran pemerintah Jogja Ko Kooti diseluruh daerah Jogja tanggal 27 November tahun 1943 mulai didirikan Tonarigumi, yaitu semacam rukun kampung seperti di Nippon. Tonarigumi itu tidak saja turut membantu mengatur masyarakat kampung. Tetapi juga mengerahkan tenaga penduduk supaya dapat memberi bantuan dalam pembentukan Jawa Baru serta membantu tercapainya kemenangan akhir. Pembentukan Tonarigumi di Jogja tersebut adalah hasil penyelidikan K.R.T. Notonegoro dalam peninjauannya ke Nippon.9

Setelah bermunculan lembaga Tonarigumi di beberapa bagian Jawa pada tahun 1943, pengumuman resmi yang pertama mengenai pembentukan Tonarigumi baru dikeluarkan pemerintah militer pada tanggal 11 Januari 1944.10 Hal ini dikarenakan pada akhir tahun 1943 kondisi Dai Nippon di kancah pertempuran semakin terjepit maka diresmikanlah lembaga baru di tingkat terendah untuk mengumpulkan dan mengendalikan massa yaitu Tonarigumi. Menyusul pengumuman tersebut, dikeluarkan sebuah program terperinci yang disebut "Azas-azas oentoek Menjempoernakan Soesoenan Roekoen Tetangga". Menurut program resmi ini, tujuan dan struktur Tonarigumi di Jawa adalah sebagai berikut:

Maksoed

a. Roekoen Tetangga haroes mendjadi soeatoe badan oentoek bekerdja dengan boekti dan njata dalam hal membela tanah air, mengatoer perekonomian, dsb.

9 Soeara Asia tanggal 27 november 1943 10 Kurasawa, Aiko., Op. Cit, hlm. 198

(11)

commit to user ditempatnja masing-masing.

b. Roekoen Tetangga, sebagai soesoenan bawahan didalam pemerintahan ditempatnja masing-masing, haroes melangsoengkan hal oesaha pemerintahan Balatentara kepada pendoedoek.

c. Roekoen Tetangga haroes berichtiar oentoek mendjalankan kewadjiban bersama-sama, misalnja tolong-menolong, bantoe-membantoe dsb. antara pendoedoek, berdasarkan semangat gotong-rojong, jang hidoep dalam masjarakat Djawa semendjak dahoeloe kala.11

Setelah pengumuman program tersebut, pemerintah Jepang melakukan beberapa persiapan dasar untuk merealisasikan program Tonarigumi, seperti dibentuknya sebuah model Tonarigumi di desa di Kabupaten Jatinegara, sebelah selatan kota Jakarta. Segera setelah pengumuman tanggal 11 Januari 1944, residen selurah Jawa yang hadir dalam konferensi di Jakarta mengunjungi model

Tonarigumi ini.12

Lembaga ini kemudian menyebar ke selurah Jawa. Pertama, pemerintah militer memberi instruksi kepada para pejabat dan pangreh praja mengenai apa sesungguhnya Tonarigumi itu. Pada bulan Juni, sebuah kursus latihan diselenggarakan oleh Naimubu (Departemen Urusan Dalam Negeri) dan Gunseikanbu bagi pucuk pemerintahan terpilih dari seluruh Jawa. Kursus ini diselenggarakan selama tiga hari dari tanggal 13 sampai 15 Juni, diikuti oleh 25 orang, sebagian besar pejabat karesidenan. Pelajaran kursus meliputi: pemerintahan dan politik secara umum,

11 Kurasawa, Aiko.,Op.Cit, hlm. 198/lihat juga Asia Raya tanggal 9-10 januari 1944

(12)

commit to user

teori dan praktek Tonarigumi, struktur dan kegiatan Djawa Hokokai, perlindungan keluarga PETA dan Heiho, Rukun Tani, pemerintahan lokal, Tonarigumi, dan peningkatan produksi pangan.13 Kemudian, pada tanggal 15 Januari, Panglima Tertinggi Angkatan Darat ke-16 dan pejabat tinggi, Gunseikanbu menghadiri Aza

Jokai (rapat gelap) yang pertama yang diadakan Tonarigumi di sana.14

Di antara instrukturnya terdapat para pemimpin nasionalis seperti Abikusno Tjokrosoejoso dan Otto Iskandardinata, serta para pejabat tinggi Gunseikanbu seperti Ir. Soebiarta (Noji Shidoin atau instruktur pertanian dari Seksi Pertanian, Departemen Perindustrian), Dr. Mochtar (Instrukrur Kesehatan, Direktorat Kesehatan, Departemen Urusan Dalam Negeri), dan Mr. Singgih (kepala Seksi Kesejahteraan, Departemen Urusan Dalam Negeri). Sesudah kursus, pemerintah militer menunjuk pejabat-pejabat yang akan bertanggung jawab atas Tonarigumi di setiap karesidenan.15

Kemudian para pejabat karesidenan tersebut melatih pangreh praja yang dibawahinya. Seorang mantan Son cho di Particuliere Landerijen di Karesidenan Jakarta mengikuti sebuah kursus latihan Tonarigumi yang diselenggarakan di Cawang selama sekitar seminggu, dan para istrukturnya adalah mereka yang telah dilatih pada jenjang yang lebih tinggi. Sejarah Goningumi pada jaman Tokugawa Jepang juga diajarkan pada masa itu. Kursus-kursus latihan serupa juga diselenggarakan di karesidenan lain.16

13 Ibid

14 Asia Raya tanggal 19 Januari 1944 15 Kurasawa, Aiko.,Op.Cit, hlm. 200 16 Ibid

(13)

commit to user

Kemudian, sebagai proses terakhir pengajaran pemimpin pemerintahan, serangkaian pertemuan diselenggarakan antara pangreh praja dan pemimpin desa untuk memberi informasi dan petunjuk yang diperlukan bagi pemimpin desa. Pada saat yang sama, Tonarigumi model dibentuk di beberapa tempat terpilih sehingga pemimpin desa yang berdekatan dapat mempelajarinya. Di samping upaya-upaya pemerintah dimulai pula kampanye propaganda yang ditujukan kepada penduduk secara keseluruhan, dengan menekankan bahwa Tonarigumi didasarkan pada semangat gotong royong yang telah lama menjadi tradisi orang jawa, dan bahwa hal ini sama sekali bukan sesuatu yang asing bagi mereka.

Para pemimpin Islam pun dimobilisasikan supaya menyatakan betapa gagasan Tonarigumi sesuai dengan ajaran Islam, dengan mengutip ayat 35 dan 36 dari surat Annisa. Selain itu, sebuah pertemuan yang dihadiri oleh 57 kiai diselenggarakan di Jakarta dengan sponsor gubernur, dan di sana mereka mengatakan bahwa Tonarigumi sesuai dengan ajaran Islam.17

Karena upaya yang sungguh-sungguh oleh pemerintah tersebut, Tonarigumi berkembang pesat, dan dalam beberapa bulan saja sejumlah besar Tonarigumi muncul di berbagai tempat di Jawa, mula-mula berawal di kota, lalu berkembang ke wilayah pedesaan. Seperti di Surabaya Shu, susunan Tonarigumi pada bulan Mei 1944 di sana sudah boleh dibilang merata dikalangan segenap penduduk. Menurut catatan yang terakhir, jumlah Aza cho diseluruh Surabaya Shu ialah kurang lebih 5000 orang sedangkan Kumi cho banyaknya 27.000 orang.18

17 Asia Raya tanggal 18 Mei 1944 18 Sinar Baru tanggal 19 mei 1944

(14)

commit to user

Pada tahun yang sama, Tonarigumi berdiri di tiap-tiap desa di Sukabumi. Atas anjuran pangreh pradja di tiap-tiap desa di daerah Sukabumi telah berdiri

Tonarigumi yang dipimpin oleh lurah- lurah desanya masing- masing. Menurut

peraturan Tonarigumi, tiap- tiap 30 rumah tangga digabungkan jadi satu kelompok dan tiap- tiap kelompok mengangkat seorang kepalanya. Pada tiap- tiap rumah tangga dianjurkan pula supaya menabung 1 sen sehari atau setidaknya 1 sen seminggu. Uang itu kelak oleh lurahnya akan di simpan dalam Tyookin

Kyoku.19

Kemudian pada tanggal 15 Maret 1943 di Kampung Kemasan dan Bandar dalam Kediri Si dan di desa Ploso Kediri Ken telah diadakan Permusyawartan

Tonarigumi (Tonarigumi Zyokai) yang pertama dengan pimpinan Kumi tyo-nya

masing-masing, malah di kampung kemasan itu dipimpin oleh seorang Kumi tyo Tionghoa, oleh karena diadakan di satu bagian kampung yang penduduknya kebetulan kebanyakan bangsa Tionghoa.20

Upaya pembentukan Tonarigumi terus menerus dilakukan, dan menurut sensus pada akhir April 1944, jumlah Tonarigumi di masing-masing karesidenan telah tumbuh seperti pada Tabel di bawah ini:

19 Pembangun tanggal 11 september 1943 20 Soeara Asia tanggal 20 maret 1944

(15)

commit to user

Tabel. 1

Jumlah Tonarigumi dan Azazyookai (Rukun Kampung) April 1944

Karesidenan Desa Aza jokai Tonarigumi KK Penduduk

Banten 549 2.230 11.745 230.178 1.155.154 Jakarta 402 1.565 14.787 318.603 1.485.361 Bogor 489 2.545 30.274 577.922 2.595.642 Priangan 952 4.251 47.314 1.043.460 4.256.951 Cirebon 801 2.522 16.816 301.004 1.200.411 Pekalongan 1.378 4.582 25.609 496.122 2.937.467 Semarang 1.266 3.836 21.387 353.470 2.003.328 Pati 1.317 4.581 37.679 420.887 2.094.150 Banyumas 1.081 3.195 24.474 499.130 2.435.872 Kedu 1.860 7.258 41.738 807.805 2.832.748 Surabaya 512 1.955 9.923 222.369 1.049.888 Bojonegoro 1.231 3.800 21.558 255.777 1.791.608 Madiun 1.189 4.843 29.200 457.854 2.328.583 Kediri 1.288 4.409 28.940 511.974 2.909.542 Malang 1.126 5.404 38.240 513.359 2.617.709 Besuki 701 2.568 23.136 556.866 2.827.572 Madura 988 4.105 24.013 441.509 1.981.110 Jogyakarta 315 1.039 24.118 355.595 1.847.245 Surakarta 1.619 - 34.619 669.571 3.276.609 Kota Jakarta 34 144 2.775 33.870 363.038 Total 19.498 *64.777 508.745 8.967.320 **43.489.988

Sumber: Aiko Kurasawa, Mobilisasi dan Kontrol : Studi Tentang Perubahan Sosial di pedesaan di Jawa 1942-1945, hlm. 201

(16)

commit to user

Melihat dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Tonarigumi dirancang dan ditargetkan terbentuk untuk setiap 10-20 rumah tangga, dapat dikatakan bahwa pengenalan lemabaga baru ini menuai kesuksesan karena Tonarigumi pada akhirnya terbentuk di setiap sudut Jawa, baik di wilayah kota maupun di desa. Pada awal pembentukannya, Tonarigumi mendapat respon positif dari rakyat. Hal tersebut dimungkinkan karena penduduk mudah untuk menyesuaikan diri dengan sistem

Tonarigumi. Ditambah lagi pemerintah Jepang selalu mendengung-dengungkan

konsep gotong royong sebagai asas Tonarigumi. Hal inilah yang menjadikan masyarakat Jawa semakin percaya bahwa Tonarigumi merupakan sebuah lembaga yang dapat digunakan untuk berjuang meraih kemerdekaan dalam melawan sekutu.

Sudah sejak lama masyarakat Jawa dikenal akan kerukunannya dan selalu melakukan gotong royong, terutama di desa-desa. Adat gotong royong yang dimiliki masyarakat Jawa ini tidak melulu di dalam hal kesusahan saja tetapi juga bergotong royong di dalam urusan-urusan lainnya, seperti di dalam hal bercocok tanam, hal mendirikan perumahan, hal perkawinan, dan lain- lain.

Di desa-desa pekerjaan gotong royong itu pada pada dasarnya tidak memiliki aturan tertulis dan tidak pula disusun dengan pasal-pasal yang berbau hukum pengadilan, tetapi di dalam segala hal penduduk desa paham dengan sendirinya apa yang harus diperbuat dan apa yang harus dihindari, terutama menyangkut hal duka dan kematian. Mereka akan datang tanpa disuruh, mereka datang bukan saja dengan membawa uang atau bahan sokongan lainnya tetapi mereka datang dengan tulus menyumbangkan tenaganya. Kesempatan inilah yang

(17)

commit to user

akhirnya dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang untuk merekrut massa sebanyak-banyaknya untuk mau bergabung dalam Tonarigumi dan menjalankan apa yang diperintahkan oleh pemerintah Jepang guna kemenangan Perang Asia Timur Raya.

2. Media-media Propaganda Tonarigumi

Demi berjalannya lembaga baru di tingkat paling rendah dalam tatanan masyarakat ini, maka pemerintah Jepang melakukan propaganda kepada rakyat agar turut berpartisipasi mensukseskan Tonarigumi. Propaganda dilakukan melalui beberapa media yang mudah diterima oleh rakyat di antaranya adalah:

a. Nyanyian/ Lagu

Rakyat dimobilisasikan melalui kampanye bertemakan menggiatkan Tonarigumi. Sebuah lagu dirancang dan dinyanyikan di mana-mana sebagai upaya propaganda terhadap rakyat Jawa agar mau bargabung dan mensukseskan Tonarigumi. Lagu tersebut diciptakan oleh Keimin Bunka Shidesho memiliki syair sebagai berikut:

Tonarigumi

Tong, tong, tong karari to Tonarigumi Tetangga kami juga warga gotong royong Pintu terbuka kami saling bantu tolong Kabar mengabarkan segala perkara

Tong, tong, tong, karari to Tonarigumi Bertulus hati cari makan tukar ilmu Silih berganti handai taulan datang pergi

(18)

commit to user

Tiap kesukaran hidup hilang tentu Tong, tong, tong karari to Tonarigumi Selalu siap rela tolong teman-teman Dari bencana gempa, banjir, kebakaran Maling, hama, sakit, susah dan bahaya

Tong, tong, tong karari to Tonarigumi Bersatu hati kami dalam perundingan Bulan menembus awan cahaya emas terang Kami runding soal hidup dengan tenang.21

Syair lagu tersebut memang terlihat biasa saja akan tetapi syair dari lagu tersebut memiliki makna yang persuasif sehingga mampu mengajak rakyat Jawa bergabung dalam Tonarigumi. Syair lagu tersebut menekankan aspek-aspek "gotong royong’'. Lagu tersebut diartikan sebagai manipulasi Jepang untuk memberikan kesan bahwa Tonarigumi hanya semata-mata rumusan kebiasaan Jawa tradisional, yaitu gotong royong. Lagu ini mendorong penyatuan seluruh hati penduduk dan berbagi rasa dengan para tetangga. Imbauan semacam itu yang menganggap semua tetangga sebagai keluarga sendiri dan hal ini yang diinginkan oleh penguasa Jepang.

b. Kamishibai

Kamishibai juga digunakan sebagai media propaganda untuk mengikuti Tonarigumi. Kamishibai berasal dari kata “kami” yang artinya kertas dan “shibai”

artinya sandiwara. Jadi, Kamishibai memiliki pengertian sebagai sandiwara yang

(19)

commit to user

diceritakan dengan gambar dan dialog.22 Pada saat ini Kamishibai biasa disebut

gambar kertas atau wayang beber. Melalui Kamishibai, pemerintah Jepang melukiskan kehidupan Tonarigumi yang ada di Nippon. Sudah sejak awal tahun 1943 dipersiapkan sebuah naskah cerita berisi 40 adegan oleh pihak Sendenbu.Kemudian pada bulan Maret 1944 sebuah kisah baru berjudul "Roekoen Mendjadikan Sentosa" dibuat, kisah tersebut memperkenalkan model kegiatan Tonarigumi seperti mendistribusikan barang, memberikan pertolongan, saling membantu tetangga pada saat ada upacara perkawinan atau kematian, kegiatan adat, dan lain-lain.

c. Film

Film merupakan salah satu media propaganda Jepang yang efektif, karena kebanyakan rakyat Jawa saat itu buta huruf. Sehingga infomasi akan lebih mudah diterima oleh rakyat jika menggunakan media audio visual berupa film. Beberapa contoh judul film yang digunakan untuk media propaganda, antara lain;

1) Upacara pengibaran bendera Matahari Terbit.

2) Sumpah kesetiaan rakyat Indonesia terhadap Jepang. 3) Baris-berbaris.

4) Pasukan bambu runcing dan pacul!

5) Diakhiri dengan : "Awas Mata-Mata Moesoeh!"23

Salah satu film dokumenter bertemakan “Tonarigumi" saat itu diproduksi oleh Nippon Eigasha. Naskah film diambil dari majalah Djawa Baroe tangal 1

22http://www.02.246.ne.jp/~semar/esaisehari/esaisehari.html (diakses pada tanggal 16 Agustus 2014, pukul 13.37)

23http://archive.kaskus.co.id//thread/9798682/0, diakses tanggal 02 September 2014, pukul 17.44

(20)

commit to user

Mei 1944, halaman 23-26. Isi dari film tersebut menceritakan pentingnya pembentukan Tonarigumi bagi rakyat Jawa.

Diceritakan dalam film tersebut bahwa terdapat beberapa penduduk desa di Malang Shu dalam keadaan yang kesusahan. Dimana sawah dari salah satu penduduk tidak ditanami apapun karena pemiliknya sedang sakit, kemudian kondisi harga kelapa di pasar sangat mahal yaitu sebesar 15 sen sehingga rakyat tidak mampu membeli, dan terakhir adalah terdapat warga yang sedang kesusahan mencari obat karena sakit.

Ketiga hal tersebut di atas membuat salah satu warga memberi masukan agar membentuk sebuah lembaga Tonarigumi.Cara pembentukannya adalah terlebih dahulu 10 atau 20 buah rumah tangga dalam; sebuah Ku (desa) dipastikan sebagai satu Tonarigumi. Dalam satu Tonarigumi, ada seorang ketua (Kumi cho) yang ditunjukkan ijin oleh Ku cho. Tonarigumi dalam sebulan sekurang-kurangnya mengadakan permusyawaratan (zyokai) sebanyak satu kali. Dalam permusyawaratan (zyokai) tersebut, Kumi cho mengumumkan kegiatan bulan depan untuk mengatasi permasalahan anggota. Dalam film ini diceritakan bahwa para anggota Tonarigumi saling tolong menolong ketika ada yang kesusuahan. Seperti yang telah disebut di atas, adanya sawah yang tak diolah oleh pemiliknya yang sakit, akhirnya diolah bersama oleh seluruh anggota Tonarigumi, kemudian bersama Kumi cho para anggota membagi-bagikan kelapa secara merata kepada seluruh anggota, dan Kumi

cho membantu memberikan obat kepada salah satu warga yang sakit.Lanjutan film ini isinya menggambarkan berbagai kegiatan Tonarigumi seperti pembangunan

(21)

commit to user

perlindungan serangan udara, latihan pemadam kebakaran, saling tolong dalam penanaman padi, dan sebagainya.

Dari ringkasan naskah film tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Jepang ingin menunjukkan kepada rakyat bahwa Tonarigumi ini sangat dibutuhkan oleh rakyat karena kondisi yang serba sulit. Film tersebut menyampaikan kepada rakyat agar rakyat selalu mengutamakan kebersamaan dan gotong royong dalam bertetangga. Sehingga setelah melihat film itu, rakyat akan tergerak untuk bergabung dengan Tonarigumi dan menilai bahwa pemerintah Jepang sangat peduli terhadap kondisi rakyat. Padahal pada prakteknya pemerintah Jepang menggunakan cara ini agar rakyat yang sudah terorganisir dalam Tonarigumi dapat dipekerjakan untuk kepentingan perang dengan mudah.

d. Surat Kabar

Media propaganda untuk Tonarigumi yang paling banyak adalah surat kabar. Pemerintah Jepang menulis beberapa berita ataupun artikel terkait

Tonarigumi di surat kabar Jepang, dimana berita tersebut harus menunjukkan

kebaikan dari pemerintah Jepang, ajakan untuk masuk dalam Tonarigumi serta manfaat dari lembaga Tonarigumi bagi masyarakat Jawa dan bagi kemenangan Perang Asia Timur. Hal ini dilakukan agar masyarakat Jawa tetap mau bergabung dalam Tonarigumi. Meski pada kenyataannya pemerintah Jepang sering kali berlaku kasar pada masyarakat Jawa yang bergabung dalam Tonarigumi.

Contoh propaganda Tonarigumi dalam surat kabar misalnya adalah propaganda pada surat kabar Soeara Asia 31 Maret 1944 yang berjudul

(22)

commit to user

“Tonarigumi Sebagai Dasar Pembangun Asia Timur” yang penggalan isinya adalah sebagai berikut:

“Untuk mencapai kemenangan akhir salah satu syaratnya bahkan dasarnya adalah Rukun Tetangga yang dalam zaman baru ini secara populer disebut juga Tonarigumi. Suatu negara yang dapat dikatakan sejahtera dan kuat ialah yang tersusun dari rukun tetangga yang sentausa dan kuat pula. Sedangkan rukun tetangga yang kuat, ialah karena berdasarkan pada keluarga-keluarga yang masing-masing rapi susunannya dan yang rukun serta aman dalam perhubungannya di antara satu dengan yang lainnya. Adapun keluarga yang rapi hanya dapat terjadi dari anggota-anggota keluargan yang masing-masing sadar akan kewajibannya sebagai putera negara dan anggota masyarakatnya, setidak-tidaknya juga pandai hidup semanis sepahit dan menyesuaikan selaku seadanya dengan sesamanya makhluk sosial di dalam rumah kediamannya. Dan mencontoh negeri Matahari Terbit karena hanya negeri itulah yang memiliki organisasi

Tonarigumi yang baik dan dijadikan tauladan.

e. Sandiwara dan Komedi

Propaganda juga dilakukan melalui sandiwara yang disiarkan melalui radio. Biasanya sandiwara di radio dimulai pukul 21.00-22.00. Sandiwara tersebut bertemakan ke Tonarigumi-an.24 Kemudian, pada tahun 1945 dua buah komedi (lelucon) "Kumi cho Istimewa" dan "Gerakan Hidoep Baroe" mengambil

Tonarigumi sebagai tema utama yang diciptakan oleh Sendenbu dan dimainkan di

seluruh Jawa.

(23)

commit to user

C. Susunan Lembaga Tonarigumi di Jawa

1. Struktur Pengurus dan Anggota Tonarigumi

Tonarigumi merupakan sebuah lembaga paling bawah dalam pemerintahan

di Jawa pada masa pendudukan Jepang. Dimana dalam sebuah lembaga ini terdiri dari anggota dan pengurus. Anggota Tonarigumi adalah warga yang tinggal di suatu daerah yang terdiri dari 10 sampai 20 rumah tangga. Sedangkan pengurus adalah seseorang yang dipercaya oleh pemerintah Jepang untuk mengurus segala sesuatu yang berkenaan dengan Tonarigumi.

Struktur Pengurus Tonarigumi (Rukun Tetangga) di Jawa

Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)

Gambar 8: Bagan Struktur Pengurus Tonarigumi Di Jawa

Sumber: ANRI, Di Bawah Pendudukan Jepang Kenangan Empat Puluh Dua Orang yang Mengalaminya, (Jakarta: ANRI, 1988), Hlm. 21

Dalam Tonarigumi segala urusan dipercayakan kepada seorang Kumi cho atau Tonarigumi cho (Kepala Tonarigumi). Sitem perekrutan Kumi cho dilakukan atas usul anggota Tonarigumi. Anggota Tonarigumi menmilih beberapa calon

(24)

commit to user

(Kepala Desa) untuk diambil satu calon yang terbaik.Sedangkan untuk pengurus

Tonarigumi, juga dipilih oleh penduduk, kemudian dilaporkan kepada kelurahan

dan dari kelurahan disampaikan ke kota praja yang didaftarkan sebagai pengurus. Syarat menjadi pengurus ialah cakap dan bersedia mengurus kepentingan penduduk tanpa memperoleh imbalan dan fasilitas. Mengenai susunan organisasi,

Tonarigumi itu terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara dan seksi. Seksi meliputi

seksi kesehatan, seksi kewanitaan, dan seksi keamanan dengan didampingi oleh penasehat.

Di tiap-tiap Ken dan Si juga diangkat seorang pegawai menengah yang menduduki jabatan istimewa karena dipercaya oleh Jepang untuk mengurus segala sesuatu yang menyangkut dengan seluruh aktivitas Tonarigumi di tiap Ken dan Si tersebut. Mereka yang diangkat kebanyakan adalah seseorang yang memiliki jabatan seperti bekas pegawai pemerintahan ataupun guru. Di Tulung Agung dan Nganjuk misalnya pegawai istimewa tersebut diambil dari mantan pegawai Tulung Agung Ken dan mantan pegawai di Nganjuk Ken Yakusyo sedangkan di Blitar diambil dari mantan guru bahasa Nippon.25

Sesuai dengan Pasal 2 dalam "Azas-azas oentoek Menjempoernakan Soesoenan Roekoen Tetangga" susunan Tonarigumi adalah sebagai berikut:

Soesoenan

a. Tonarigumi (Roekoen Tetangga)

1) Tonarigumi haroes terdiri dari lebih-koerang 10 sampai 20 roemah tangga

(25)

commit to user

jang dibentoek dengan djalan membagi-bagi djoemlah segenap roemah tangga didalam Ku (desa).

2) Tonarigumi. mempoenjai Tonarigumi cho (Ketoea Roekoen Tetangga). Ku cho (loerah atau Wijkmeester) mengangkat Tanarigumi cho menoeroet oesoel anggota-anggota Tonarigumi.

3) Tonarigumi haroes melakoekan permoesjawaratan, Tonarigumi zyokai (rapat berkala Roekoen Tetangga), jang terdiri dari anggota-anggota Tonarigumi, sekoerang-koerangnja sekali seboelan.

b. Azaz Yookai (Rapat berkala Aza)

1) Masing-masing Aza (kampoeng) haroes membentoek Aza Zyookai.

2) Aza Zyookai itoe terdiri dari Aza cho, Tanarigumi cho dan orang-orang tjerdik-pandai dalam daerah Aza.

3) Aza Zyookai haroes mengadakan Zyookai (rapat berkala) sekoerang-koerangnja sekali seboelan, menoeroet panggilan Aza cho.26

Agar Tonarigumi ini dapat berjalan dengan lancar maka pemerintah Dai

Nippon menetapkan supaya Kumi cho (Ketua Tonarigumi) dan Aza cho (Ketua

Dukuh) harus dapat membaca dan menulis: Jika Ku cho (Kepala Desa) tidak dapat menyetujui penunjukan Kumi cho (Ketua Tonarigumi), maka Son cho (Kepala Kecamatan) yang akan memberi putusan. Orang-orang yang cerdik dalam Aza yang turut duduk dalam Aza Zyokai ditunjuk oleh Aza cho (Ketua Dukuh).27

26 Kurasawa, Aiko., Op,.Cit, hlm.198-199 27 Soeara Asia tanggal 30 maret 1944

(26)

commit to user

Sebagai pemimpin dari Tonarigumi, seorang Kumi cho memiliki tugas yang sangat berat karena harus bisa mengatur dan mengawasi anggota Tonarigumi beserta kegiatan-kegiatannya. Selain itu Kumi cho juga harus menjalin kerjasama dengan pemimpin-pemimpin lembaga dan organisasi milik Jepang lainnya. Kumi

cho dalam menjalankan tugasnya bekerjasama dengan Bokagun cho untuk

memeriksa dan melengkapi alat-alat yang digunakan untuk latihan pemadaman api. Kemudian juga mengadakan latihan penjagan udara menurut cara seperti di bawah ini:

a. Latihan berlindung pada waktu keadaan genting.

b. Latihan sosialisasi menyebarkan berita keadaan darurat dari pengawal kepada masyarakat di masing-masing Tonarigumi.

c. Latihan memadamkan api (mengadakan latihan di tempatnya masing-masing).

d. Latihan pertolongan pertama (mengadakan di tempatnya masing-masing). e. Memeriksa sinar lampu (mengontrol sinar lampu terlalu terang atau terlalu

gelap, memeriksa kerusakan teropong atau keber yang dipakainya).

f. Latihan memimpin seperti yang dilakukan oleh Bokagun dan

Tonarigumicho.28

Mengenai pertanggungjawaban dan instruksi seorang Kumi cho (Ketua Tonarigumi) akan dijelaskan sesuai dengan pengakuan mantan Kumi cho (Ketua Tonarigumi) dari Jakarta yang bernama Zainal Simbangan;

(27)

commit to user

“Adapun perintah-perintah atau pengumuman yang harus kita siarkan itu, bisa diterima dari kelurahan melalui kepala rukun kampung, yang biasanya terdiri dari sekitar lima sampai delapan

Tonarigumi. Di setiap rukun kampung, anggota-anggota

Tonarigumi tidak tidak dipungut bayaran, hanya kalau ada

keperluan berupa sumbangan kematian atau kebersihan dan lain-lain itu biasanya dipungut sesuai dengan kemampuan.”29

Ketua Tonarigumi seringkali mengalami kesulitan dalam mengelola oganisasi. Bentuk kesulitan itu, dijelaskan lagi oleh Zainal Simbangan sebagai berikut;

“Dalam perintah-perintah, anjuran yang akan disampaikan kepada masyarakat itu memang berupa hal yang kadang-kadang berlawanan dengan batin kita, dengan prinsip kita, tetapi mau tidak mau hal-hal yang demikian harus kita sampaikan melalui saluran yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini beberapa masalah yang pernah kita hadapi, umpamanya mengenai permintaan pekerjaan sukarela dan kade pelabuhan , maka pada waktu itu dimintakan tenaga-tenaga sukarela untuk membantu untuk membersihkan puing-puing di daerah priok. Kita harus mengumpulkan setiap hari kira-kira lima sampai sepuluh orang selama satu bulan. Karena tenaga yang terasa kuat memenuhi instruksi itu hanya sedikit di daerah kita, maka kita tertekan untuk bisa memenuhinya, jadi kita tidak bisa memenuhi saban harinya, paling sabtu minggu cuma tiga kali.Para pekerja itu diberi seperempat liter beras satu orang sehari dari pukul 7 sampai dengan 16.00 mereka diangkut degan kereta api ke Tanjung Priok.”30

Sedangkan tugas Tonarigumi itu sendiri yaitu ikut membantu pemerintah dalam ketertiban dan keamanan lingkunganya, ikut memelihara dan membantu kehidupan sosial masyarakat seperti di bidang kebersihan. Hal ini harus dibina di tiap-tiap Tonarigumi dan anggotanya berkewajiban mengikuti petunjuk-petunjuk tugas atau kepentingan seperti di bidang keamanan, ketertiban. Setiap anggota yang telah dewasa, terutama kaum pria diwajibkan memelihara keamanan dengan

29 ANRI, Di bawah Pendudukan Jepang “Kenangan Empat Puluh Dua

Orang Yang Mengalaminya”, (Jakarta: Arsip Nasional, 1988), hlm.. 22

(28)

commit to user

cara tiap malam meronda, ikut latihan bahaya udara, latihan kebakaran, latihan pertolongan kecelakaan.31

Pemerintah Jepang juga telah menyiapkan sebuah janji yang digunakan sebagai sumpah setia mereka. Janji tersebut dikenal dengan sebutan Janji

Tonarigumi yang isinya:

1) Kami anggota Tonarigumi berjanji akan berbakti dan mengorbankan diri untuk kepentingan umum.

2) Kami anggota Tonarigumi hidup damai setjara persaudaraan.

3) Kami anggota Tonarigumi harga menghargai satu sama lain serta selalu bersopan santun.

4) Kami anggota Tonarigumi tidak terkecuali bekerja dengan semangat dan sepenuh-penuh tenaga.

5) Kami anggota Tonarigumi sanggup mengatasi segala kesusahan dan kesukaran untuk menghancur leburkan Amerika Inggris dan Belanda.32

Bagi seluruh anggota Tonarigumi janji ini hanya berlaku dalam ucapan saja, tetapi prakteknya para anggota Tonarigumi merasa terpaksa untuk melaksanakan janji tersebut. Hal ini dikarenakan tenaga mereka dieksploitasi dan apa yang telah mereka hasilkan ternyata hanya diperuntukkan bagi kepentingan Jepang.Selain itu bagi yang menentang kebijakan Jepang akan dikenai sanksi.

2. Agenda Pemerintah Dai Nippon bagi Tonarigumi

a. Permusyawaratan Tonarigumi

31 Ibid, hlm. 21

(29)

commit to user

Guna memantau dan mengontrol Tonarigumi yang tersebar di seluruh Jawa, pemerintah Jepang mengadakan beberapa agenda permusyawaratan bagi anggota ataupun pengurus Tonarigumi. Permusyawaratan tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Tonarigumi Zyookai (Rapat Berkala Roekoen Tetangga)

Untuk agenda rutin dari Tonarigumi yang pertama adalah mengadakan permoesjawaratan atau Tonarigumi Zyookai (rapat berkala Roekoen Tetangga), jang terdiri dari anggota- anggota Tonarigumi, sekoerang-koerangnja sekali seboelan.

Tonarigumi sedikitnya sekali sebulan mengadakan Djokai (Rapat berkala) dihadiri

oleh semua anggota. Dalam rapat itu disampaikan perintah- perintah atau dirundingkan tentang usaha-usaha bagi Tonarigumi.33

2) Aza Zyokai (Rapat Berkala Dukuh)

Gambar 9: Aza Zyokai (Rapat Berkala Dukuh) sedang berlangsung Sumber: Djawa Baroe 1 Februari 1944 halaman 1

Aza Zyokai (Rapat Berkala Dukuh) ini berada di tingkat Aza (dukuh). Aza

(30)

commit to user

Zyookai terdiri dari Aza cho, Tanarigumi cho dan orang-orang pandai dalam

lingkungan Aza (Dukuh). Rapat ini perlu dilakukan untuk merapatkan hubungan antar Tonarigumi yang ada di setiap Aza (Dukuh). Permusyawaratan/rapat ini dilakukan sekurang- kurangnya sekali sebulan, menurut panggilan Aza cho.34 Rapat ini biasanya membahas mengenai permasalahan yang ada pada lembaga

Tonarigumi masing-masing. Baru setelah ada pengumuman, Tonarigumi cho

akan mengumumkan kepada anggota Tonarigumi-nya. Tapi biasanya rapat berkala ini biasanya lebih membahas kepada kebutuhan perang bala tentara Dai

Nippon. Seperti dalam rapat bulanan Aza dan Tonarigumi diseluruh Surabaya

Syu, dikemukakan soal-soal sebagai berikut:

a) Menghemat pemakaian air dalam lingkungan rumah tangga.

b) Menghemat pemakaian air untuk tanah-tanah sawah, dengan memakai air secara bergilir dan dilakukan secara gotong royong. c) Memelihara saluran air.

d) Saluran air harus senantiasa dikontrol kondisinya dan jika mengalami kerusakan agar segera diperbaiki. Saluran air diharapkan selalu bersih, sehingga airnya dapat mengalir dengan baik. Saluran pembuangan air hendaknya diatur sedemikian rupa, hingga airnya dapat digunakan oleh Ku (Desa) lain, jika tidak digunakan lagi.

(31)

commit to user

e) Tanam-tanaman di pekarangan rumah harus dipelihara dengan baik. Air untuk menyirami tanaman sebaiknya diambil dari air sumur.

f) Pengumpulan dan penanaman kapas.

g) Buah kapas dikumpulkan dan kemudian dijual kepada pemerintah, misalnya dengan perantaraan Aza cho masing-masing, guna turut berusaha menambah bahan pakaian.

h) Pengumpulan biji buah jarak. Pengumpulan biji buah jarak harus dijalankan secepatnya. Dalam hal pengumpulan itu, pemerintah Jepang mengeluarkan aturan agar tiap-tiap orang yang menyerahkan 2 kg biji jarak dapat membeli 1 liter minyak tanah.35 (Mulai berlaku pada tanggal 25 Agustus 1945).

3) Permusyawaratan Akbar

Pada tangal 3 November 1944 untuk pertama kali dilangsungkan Permusyawaratan Akbar Tonarigumi seluruh Jawa di Taman Raden Shaleh Jakarta yang dihadiri oleh utusan-utusan Tonarigumi 17 Shu, 2 Koo chi dan 1

Tokobetsushi, Gunseikan dan peunjuk-petunjuk yang berharga.

Pembesar-pembesar Gunseikanbu serta Ir. Soekarno juga hadir.

Pada saat rapat berlangsung, Gunseikan selaku pemimpin Jawa Hokokai memberi nasihat kepada para utusan. Selanjutnya Naimubu cho dan Ir. Soekano juga turut memberi pengarahan yang bermanfaat bagi para anggota Tonarigumi.

(32)

commit to user

Saat permusyawaratan Tonarigumi pertama seluruh jawa Ir Soekarno selaku Pengurus pusat Djawa Hokokai memberi nasihat:

“Kewajiban Tonarigumi amatlah penting ialah: membantu Dai Nippon dan menyusun masyarakat baru. Hendaknya tiap-tiap Tonarigumi mendidik setiap orang dari 50 Juta penduduk di Jawa soepaya mereka insyaf akan gelombang zaman. Ia juga menjelaskan artinya pekerjaan Tonarigumi yang ia simpulka dalam perkataan: loro-loroning toenggal yang berarti bahwa pekerjaan Tonarigumi untuk membantu peperangan tak dapat dipisahkan dari pekerdjaan menjoesoen masjarakat baroe di Indonesia.” Pidato singkatnya tersebut mendapat perhatian penuh dari para utusan

Tonarigumi masing-masing Ken (Kabupaten). Mereka secara bersama-sama

menyatakan janji untuk memaksimalkan usahanya guna membantu usaha peperangan dan Indonesia merdeka. Sesudah itu para utusan berziarah ke tempat bersejarah dan dengan khidmat mengenang pahlawan yang tewas.36

4) Pertemuan Kondankai

Ditiap tiap Ken, Shi dan Shiku seluruh Jawa dan Madura atas perintah

Jawa Hokokai Soosai, akan dilangsungkan Kondankai (Pertemuan ramah tamah

dengan kesempatan tanya jawab) untuk Tonarigumi seluruh Jawa dan Madura. Pertemuan tersebut diadakan di tiap-tiap Ken, Shi atau Shiku akan dikunjungi oleh wakil-wakil Kumi cho, Aza cho dan Ku cho dalam daerah masing-masing. Pimpinan dalam pertemuan ini dipegang oleh Jawa Hokokai dan pangreh praja dibantu oleh pegawai-pegawai pejabatan pertanian, pengajaran, kesehatan, polisi,

Chokin Kyoku, Shoomin Ginko, Badan Pembantu Prajurit Pekerja, Romusha, Fujinkai, dan lain- lain. Yang akan menjadi perundingan ialah:

(33)

commit to user a) Bahan makanan

b) Bahan pakaian

c) Perburuhan dan tabungan uang d) Kesehatan dan keamanan

e) Pendidikan dan pembelaan tanah air, dan lain sebagainya.37 b. Mengadakan Perlombaan

Dalam Tonarigumi tidak hanya melakukan permusyawaratan tetapi untuk mengambil hati rakyat, pemerintah Jepang juga mengadakan sebuah perlombaan yang melatih kreativitas dan secara tidak langsung membangun mental rakyat untuk menggalang persatuan agar mau bekerjasama dengan pemerintah Dai

Nippon. Untuk memperteguhkan persatuan penduduk serta melatih gerakan

bersama, diadakan perlombaan Tonarigumi di masing- masing daerah, contohnya di Menteng Ku, Jakarta Si.

Gambar 10: Berbagai macam lomba yang diadakan oleh Tonarigumi Sumber: Djawa Baroe tanggal 1 Januari 1945 halaman 23

(34)

commit to user

Lomba ini diikuti dari berbagai golongan baik penduduk Indoneseia asli, peranakan maupun Tionghoa ataupun bangsa Nippon serta tua muda laki- laki perempuan seolah-olah jiwa mereka menjadi kembali menjadi muda dan saling tolong menolong dalam satu tim untuk berlomba-lomba menjadi pemenang. Perlombaan tersebut diantaranya adalah lomba memasang api dirokok, lomba membawa tangga dengan cepat, lomba penyerahan ember, dan lain- lain. Pemerintah Jepang juga menyediakan hadiah untuk memancing semangat rakyat.38

c. Pemantauan Tonarigumi di tiap daerah

Untuk pertama kali semenjak dibentuknya Tonarigumi di Jawa, Naimubu dan Gunseikanbu melakukan pemantauan pembentukan Tonarigumi di sejumlah

Shu di Jawa seperti daerah Madiun, Ponorogo, Ngawi dan Magetan Ken. Pokok

hasil penyelidikan dalam usaha-usaha Tonarigumi sebagai berikut:

Tentang usaha-usaha untuk pemerintah dan umum seperti dalam hal pengumpulan padi, dan lain- lainnya. Sebagainya berjalan baik.

1) Tentang usaha-usaha untuk memajukan desa seperti membuat pengairan, mengadakan ronda malam, dan lain-lain. Sistem yang digunakan masih menggunakan aturan desa seperti sedia kala.

2) Tentang usaha-usaha untuk lingkungan Tonarigumi sendiri, seperti pembuatan empang, mengerjakan sawah, dan lainnya. Dikerjakan dengan cara gotong royong dan berjalan baik sekali.39

38 Djawa Baroe tanggal 1 januari 1945 39 Sinar Baroe tanggal 26 Juli 1944

(35)

commit to user d. Upacara peringatan

1) Upacara Hari Raya Tentriyo

Dalam berbagai upacara peringatan yang diadakan pemerintah Jepang tak jarang Tonarigumi diikutsertakan dan diberi tugas yang telah ditentukan. Misalnya Upacara Hari Raya Tentriyo Setu diselenggarakan di masing-masing Ku serentak pada tanggal 20 Juni 1944 jam 8.40 pagi sudah siap sedia. Tempat upacara ialah lapangan yang memiliki radio, dan memiliki ukuran yang luas.

Upacara dimulai menunggu aba-aba dari siaran radio dan kemudian dilanjutkan dengan mendengarkan pidato sambutan Hari Raya Tentriyo Setu oleh paduka Tuan Surabaya Syu cho. Yang ikut serta dalam upacara ini ialah: Aza cho,

Tonarigumi cho dari tiap aza, Anggota Seinendan serta pengurus Husinkai di tiap Ku. Dalam upacara peingatan ini diadakan pula latihan Takeyaki yang bertujuan

mengobarkan semangat perjuangan penduduk untuk menghancur leburkan musuh kita Inggris tepat pada hari perayaan Tentriyo Setu, hari kebaktian. Upacara ini harus dilakukan dengan penuh khidmat dan dengan segala penghormatan, setiap oang dilarang bercakap-cakap atau merokok. Ku cho lah yang bertanggung jawab atas tempat upacara serta memimpin berjalannya upacara.40

2) Upacara Peringatan 1 Tahun Tonarigumi

Genap 1 tahun berdirinya Tonarigumi di Surabaya Shi, maka pada tanggal 21 Januari 1945 akan diadakan perayaan untuk memperingati peristiwa itu. Untuk penyelenggaraan peringatan ini pada tanggal 4 Januari 1945 jam 6 sore dibentuk suatu panitia perayaan bertempat di Taman Persahabatan Shi. Pada pertemuan

(36)

commit to user

tersebut akan dibicarakan rencana-rencana yang mengenai perayaan itu. Dalam garis besarnya perayaan itu akan dibagi menjadi 3 tingkatan:

a) Upacara selamatan di Tambak Sari.

b) Perlombaan yang mempunyai sifat-sifat ke Tonarigumi-an dan dapat mengobarkan semangat bergotong royong.

c) Pertunjukan sandiwara yang mengandung isi ke Tonarigumi-an pula.

e. Pelatihan Tonarigumi

Untuk menyempurnakan keadaan Tonarigumi sebagai Badan Kebaktian Rakyat, pemerintah Jepang melakukan pelatihan Tonarigumi di seluruh Jawa. Seperti yang dilakukan oleh Jember Ken Hokokai merencanakan adanya latihan calon Tonarigumi Sidooin (Peserta Latihan dari Tonarigumi) yang akan dimulai pada tanggal 16 Juli 1945 sampai tanggal 23 Juli 1945 dan bertempat di asrama. Dalam latihan tersebut akan turut serta 3 orang calon dari tiap-tiap Son (Kecamatan) dalam Jember Ken (Kabupaten). Untuk memajukan Tonarigumi,

Ken Hokokai juga telah menerbitkan buku tuntunan atas pimpinan Tonarigumi

sebagai petunjuk bagi mereka yang turut memimpin Tonarigumi.41

Isi dari pelatihan Tonarigumi ini di ataranya adalah latihan pembelaan serangan udara, memadamkan kebakaran, penjagaan malam, dan kegiatan yang berkaitan dengan penjagaan keamanan lainnya. Selain itu diberikan juga materi mengenai pentingnya gotong royong, mempertahankan bangsa dari serangan musuh, sampai cara-cara menjaga kebersihan lingkungan.

Gambar

Gambar 7: Kaum Ibu yang merupakan anggota dari Tonarigumi Jepang  berkumpul mengadakan perundingan untuk tolong menolong
Gambar 8: Bagan Struktur Pengurus Tonarigumi Di Jawa
Gambar 9: Aza Zyokai (Rapat Berkala Dukuh) sedang berlangsung  Sumber: Djawa Baroe 1 Februari 1944 halaman 1
Gambar 10: Berbagai macam lomba yang diadakan oleh Tonarigumi  Sumber: Djawa Baroe tanggal 1 Januari 1945 halaman 23

Referensi

Dokumen terkait

dibentuknya lembaga baru yang diberi nama Aswaja NU Center Jawa Timur, dan.. pada tanggal 31 Januari 2011 bertepatan dengan peringatan Harlah NU ke

• Gugur gunung yaitu Gotong royong masyarakat dalam hal perbaikan jalan atau tempat-tempat ibadah an tempay lain yang sifatnya untuk kepentingan umum atau

Pada usia tujuh tahun orang tua harus memberikan pemahaman tentang tolong menolong dan gotong royong sehingga anak akan bisa bersosialisasi dengan masyarakat,

Pola Gotong Royong Dan Model Revitalisasinya Pada Masyarakat Batak Toba.Medan : Lembaga Penelitian Universitas Sumatera

Gotong-Royong Pada Masyarakat Desa Traji, Kecamatan Parakan, Kabupaten. Temanggung” perlu diberi batasan operasional

Gotong royong diperlukan untuk menanggulangi kebakaran hutan karena gotong royong adalah jalan keluar dalam masalah tersebut. Apa yang harus dilakukan masyarakat untuk

- Banyak punca masyarakat kurang berminat dengan aktiviti gotong-royong - Langkah yang wajar perlu dilakukan untuk menarik minat masyarakat menyertai aktiviti

Hasil penelitian bahwa etika jawa rukun meliputi adalah 1 gotong royong yang diwujudkan dengan a makna sikap menolong sesama dalam ungkapan tradisional Jawa pituduh atau petunjuk, b