• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL KE - 3 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Teori Psikososial. Materi yang akan di bahas:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL KE - 3 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Teori Psikososial. Materi yang akan di bahas:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL KE - 3 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Teori Psikososial

Materi yang akan di bahas:

a. Mengetahui dan memahami deskripsi tahapan

b. Mengetahui dan memahami mekanisme pentahapan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi

03

Erna Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si.

Abstract

Kompetensi

Teori erikson dikenal luas di kalangan professional maupun di masyarakat umum, dan delapan tahap perkembangannya banyak di kutip di literatur maupun di media popular. Popularitasnya antara lain karena dia tidak menyerang freud, tetapi dia justru melengkapi teori perkembangan dari freud.

Mampu memahami teori perkembangsn psikososial dari Erikson

(2)

MODUL KETIGA

TEORI PSIKOSOSIAL ERIKSON

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah membaca modul ini, Anda akan dapat memahami perkembangan psikososial Erik Erikson

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah membaca modul ini, Anda diharapkan dapat: a. Mengetahui dan memahami biografi Erikson

b. Mengetahui dan memahami asumsi-asumsi dasar teori erikson c. Mengetahui dan memahami orientasi umum pendekatan

3. Biografi Erik Erikson (1902 - 1994)

Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson tumbuh di Jerman sebagai anak yang lahir di luar pernikahan dari seorang perempuan yang sudah berpisah dari suami pertamanya. Erikson tidak pernah mengenal ayah kandungnya. Meski usia 9 tahun diadopsi oleh suami kedua ibunya, seorang dokter anak Yahudi jerman, ia merasa bingung mengenai siapa dirinya.ia mengalami kebimbangan sebelum memilih pekerjaannya. Saat tiba di AS ia butuh untuk mendefinisikan kembali identitasnya sebagai seorang imigan. Semua isu ini memiliki kesamaan dengan krisis identitas yang ia temui dikalangan remaja yang memiliki gangguan, tentara dalam perang, dan anggota dari kelompok minoritas (Erikson; L.J.Friedman dalam Fieldman, P.O., 2009)

Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley.

(3)

Erik Erikson sangat dikenal dengan tulisan-tulisannya di bidang psikologi anak. Berangkat dari teori tahap-tahap perkembangan psikoseksual dari Freud yang lebih menekankan pada dorongan-dorongan seksual, Erikson mengembangkan teori tersebut dengan menekankan pada aspek-aspek perkembangan sosial. Dia mengembangkan teori yang disebut theory of Psychosocial Development (teori perkembangan psikososial) dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.

4. Deskripsi Tahapan

Stage 1: Basic Trust Versus Basic Mistrust ( 0 – 2 Year)

Tugas utama dari bayi adalah memperoleh rasio kesenangan trust ke mistrust. Jika seimbang berat/bobot kea rah trust, Anak memiliki kesempatan lebih baik dari suasana pada akhir krisis daripada jika beratnya ke arah mistrust. Erikson mendefinisikan basic trust sebagai “sebuah kepercayaan penuh dari orang lain sama baiknya perasaan fundamental dari kepercayaan diri” dan perasaan adalah “ada beberapa kesesuaian antara kebutuhan kamu dan lingkungan kamu”.

Bayi dengan sikap trust dapat memprediksi bahwa ibunya akan memberikan makannya jika dia lapar dan nyaman dengannya ketika ketakutan atau sakit. Dia akan toleransi ibunya hilang dari pandangan karena ia percaya bahwa ibunya akan kembali. Ibu kemudian, adalah sangat penting: “Ibu menciptakan perasaan trust bagi anak mereka dengan tipe administrasi di mana kualitas kombinasi pengasuhan sensitive dari kebutuhan individual bayi dan perasaan akrab dari kepercayaan personal dalam kerangka kerja kepercayaan dari gaya hidup kebudayaannya”. Perkembangan trust bayi di dalam dirinya dari perasaan bahwa orang lain menerima dia dan dari keakraban yang meningkat dengan dorongan jasmani. Kepercayaan dirinya dan lingkungan kecilnya sesuai terhadap kepercayaan agama dalam “urutan kosmic” dari seluruh bidang.

Dari sisi interaksi ibunya, harus juga percaya ---trust dalam dirinya sebagai orangtua dalam perannya sebagai pengasuhnya. Erikson merujuk pada ucapan dari Benjamin: “untuk menjadi orangtua yang baik kamu harus yakin dalam jenis/macam—bagaimanapun juga.”

(4)

Beberapa mistrust adalah kebutuhan semua usia untuk menemukan hal yang membahaya yang akan datang atau ketidaknyamanan antara orang yang jujur dan tidak jujur. Bagaimanapun, jika mistrust keluar dari trust, anak, atau akhirnya dewasa, mungkin frustasi, melarikan diri ke hal negative, curiga, dan kurang percaya diri.

Secara spesifik, pengalaman oral---menghisap, mengigit, menyapi---bentuk dasar untuk modalitas social dari perolehan dan pemberian (colom D). Bayi “mengerti”, atau “menggabungkan, “ stimulasi melalui seluruh perasaan, banyak seperti anak Piagetian “asimilasi.” Dengan mengambil dari ibu dan lingkungan, bayi meletakkan fondasi untuk perannya sebagai penderma ke orang lain.

Stage 2: Autonomy Versus Shame and Doubt ( 2- 3 Years)

Perkembangan neurologi dan otot lebih jauh dapat berjalan, berbicara, dan potensial untuk control anal. Sebagai mana anak menjadi lebih mandiri secara fisik dan psikologis, terdapat kemungkinan perkembangan personality yang baru. Pada waktu yang bersamaan, bagaimanapun, ada kerentanan yang baru, yaitu kecemasan sepanjang perpisahan dari orangtua, takut bahwa control anal tidak selalu memungkinkan, dan kehilangan harga diri ketika gagal datang.

Perselisihan kemauan/hasrat tidak dapat dihindarkan. Erikson merujuk ke kekuatan yang mengancam di mana mengikat dengan tali dan melepaskan tali, khususnya dalam pencarian keinginan kesejahteraan yang tidak seimbang; bagi anak sering tidak seimbang untuk dorongan kekerasannya, dan orangtua dan anak tidak seimbang untuk masing-masing. Secara ideal orangtua memberikan suasana yang mendukung di mana anak dapat mengembangkan perasaan control diri tanpa kehilangan harga diri.

Ketika komponen positif dari tahap adalah autonomy, komponen negative adalah shame (malu) dan ragu; “malu mengira/mengandaikan bahwa seseorang secara sempurna menampakkan dan kesadaran dari yang akan dicari---dalam kata-kata, kesadaran diri… ‘dengan turunnya napas pendek dan cepat.’ Shame diekspresikan di awal dalam dorongan untuk memendam wajahnya. Keraguan dilakukan dengan tanpa pengetahuan “dibelakang” di mana anak tidak dapat melihat, pada akhirnya mencoba control. Malu dan ragu mengenai

(5)

control diri seseorang dan independensi datang jika basic trust tidak cukup dikembangkan atau telah hilang, ketika pelatihan isi perut terlalu awal atau terlalu kejam, atau ketika keinginan anak “rusak” dengan overcontrolling orangtua.

Budaya, diekspresikan melalui orangtua, bentuk dan pemberian makna ke kompetensi baru toodler. Contohnya, budaya sangat serius dalam memberikan pelatihan untuk control anal. Erikson menunjukkan usia ideal mesin dari “secara mekanis dilatih, fungsi secara sempurna, dan selalu bersih, tepat pada waktunya, dan menghilangkan bau badan”, sebaliknya untuk kurang konsen dengan seperti masalah budaya SIOUX. Imitsi sederhana anak yg lebih tua, anak Sioux mencapai control isi perut pada waktu mulai sekolah.

Modalitas psikososial adalah tetap pada versus keluar, rekan untuk mengingat dan mengeliminasi. Ambivalensi meliputi perilaku dan sikap anak. contoh, toddler sering cemburu menyimpan mainan atau objek lain dan kecemasan penjagaan mereka dalam menyembunyikan tempatnya, kemudian contoh lain sebab membuang ke luar jendela dari ketika mobil bergerak, karena usia dua tahun tidak mau menyerah. Contoh lain adanya keinginan untuk mengancing setiap baju kemeja, ketika pagi selanjutnya anak menjerit dengan latihan karena ibunya tidak membantu untuk menunggunya mendapatkan baju. Kegagalan mengkoordinasikan pertentanagan antara kecendrungan untuk menunggu dan keluar dapat mengarah ke “kepribadian anal” digambarkan Freud---overkontrol, kompulsif, morat-marit, kikir, dan ragu.

Pada tahap kedua ini, anak menemui aturan seperti aturan ketika dia mengisi perut bergerak atau di mana area dari rumah dia membiarkan untuk mengeksplor. Aturan ini adalah suatu isyarat awal dari “hokum dan aturan” masyarakat akan di hadapi (kolom C dari table 2.1). isu ini, menurut Erikson, adalah “apakah kami tetap menguasai aturan dengan di mana kami akan membuat sesuatu lebih kemampuan mengatur (tidak lagi komplikasi) atau apakah penguasaan aturan “. Dalam fungsi social yang baik, perasaan autonomy mendukung anak di dalam memelihara melalui kehidupan mereka oleh struktur ekonomi dan politik masyarakat.

(6)

Menjadi meyakinkan bahwa dia adalah seseorang, anak sekarang harus menemukan macam apakah seseorang menjadi. Dan di sini dia menambatkan/memasang gerbong tidak kurang, daripada sebuah bintang; dia ingin menjadi seperti orangtuanya, di mana dia menampakkan kekuatan penuh dan kecantikan, meskipun bahayanya tidak rasional.” Tema dari tahap ini adalah identifikasi anak dengan orangtuanya, yang dipersepsikan sebagai seorang yang besar, kuat, dan mengganggu. Erikson menerima garis dasar dari perhitungan Freud dari bagaimana anak mencapai identifikasi melalui Oedipus complex, tetapi penekanannya pada komponen social lebih daripada seksual. Sebagaimana kita lihat teori Freud, membawa identifikasi dengan kesadaran dan seperangkat dari ketertarikan, sikap, dan perilaku jenis kelamin.

Modalitas dasar dari psikososial adalah “membuat,” yaitu, pengacauan, mengambil prakarsa, membentuk, dan melaksanakan tujuan, dan kompetisi. Setelah T.S. Eliot, kami menyimpulkan bahwa tahap 3 anak tertantangan anak gangguan di seluruh bidang. Anak memaksa/mengganggu “ke dalam tubuh yang lain melalui serangan fisik… ke pendengaran orang lain dan pikiran melalui bicara agresif… ke dalam ruang dengan daya grak penuh semangat… ke dalam hal yang tidak diketahui/dikenal dengan konsumsi keingintahuan”. Inisiatif ini adalah didukung oleh kemajuan mobilitas, ketangkasan fisik, bahasa, kognisi, dan kreativitas imaginasi.

Anak terus membesarkan pada suatu tempat suatu dimenasi jarak melalui inisiatif meliputi kesalahan disebabkan beberapa kesadaran di mana fantasi berfikir hukuman seksual dan immoral atau perilaku. Di tambah lagi terhadap kesalahan, bahaya lain adalah anak dapat selalu merasa bahwa dia harus merasa melakukan selalu, selalu kompetisi, selalu “membuat,” agar supaya memilki sesuatu yang berharga sebagai seorang individu.Untuk tahap ini terkait dengan elemen perintah social “tipe bentuk dasar” (Colom C), ini merujuk ke aturan social, seperti polisi, guru, astronot, presiden, dan “pejuang.”

Stage 4: Industry Versus Inferiority ( 6 – Puberty)

“usia industrial” di mulai. Anak sekarang ingin masuk ke lingkungan yang lebih besar dari pengetahuan dan kerja. Temanya adalah “saya sekarang sesaui dengan apa yang saya

(7)

pelajari”. Peristiwa terbesr adalah masuk sekolah, di mana dia menunjukkan teknologi dari lingkungan sosialnya: buku-buku,perkalian table/skema, seni dan keahlian, peta, mikroskop, film, dan tape rekorder. Belajar bagaimanapun, tidak terjadi hanya di sekolah tetapi juga di jalan, rumah teman dan di rumah.

Kesuksesan pengalaman memberikan perasaan industry anak, perasaan dari kompetensi dan penguasaan, ketika gagal membawa perasaan dari ketidakseimbangan dan inferioritas, perasaan bahwa seseorang adalah tidak ada yang baik. Anak berusaha untuk membuat sesuatu baik dan sempurna apa yang dia mulai. Tahun yang diluangkan dibangun basic trust, autonomy, dan inisiatif telah dipersiapkan untuk alat masuk ke dalam lingkungan social kita. Erikson mencatat bahwa tahap ini berbeda dari tiga tahap pertama bahwa “tiga tahap pertama tidak terdiri dari irama dari kehebohan serangan (violent) dari dalam ke penguasaan yang baru”. Tiga tahap yang pertama masa yag lebih tenang, waktu dari psikoseksual latensi.

Stage 5 : Identity and Repudiation Versus Identity Diffusion (Adolescence)

Pada bagian terdahulu, kita melihat bahwa penyelidikan identitas adalah aliran dalam mengalir melalui seluruh tahap:

Bentuk proses identitas muncul sebagai konfigurasi (bentuk/susunan) yang berkembang---konfigurasi di mana secara gradual dibangun oleh kesuksesan sintesa ego dan resintesa melalui masa kanak-kanak; konfigurasi secara gradual cenderung terintegrasi, idiosyncratic kebutuhan libinal, kapasitas kebaikan, identifikasi signifikan, pertahanan efektif, sublimasi sukses, aturan yang konsisten.

Trust, autonomy, inisiati, dan industry seluruhnya memberikan kontribusi ke identitas anak. pada tahap ke lima, bagaimanapun perhatian pada suatu pencapaian klimaks. Perubahan fisiologis cepat menghasilkan suatu tubuh “baru” munculnya seksual yang tidak familiar. Perubahan ini, terus/mau dengan tekanan social untuk membuat keputusan pendidikan dan pekerjaan, ekkuatan remaja untuk mempertimbangkan berbagai peran. Tugas dasar untuk remaja adalah mengintegrasikan berbagai identifikasi yang dibawa sejak masa kanak-kanak ke dalam identitas yang lebih sempurna. Erikson menekankan bahwa

(8)

seluruh (identitas) adalah lebih besar dari pada penjumlahan dari bagian identitas (identifikasi sebelumnya). Identitas dikumpulkan lagi menjadi lebih tepat untuk kebutuhan baru, keterampilan, dan tujuan dari remaja. Jika remaja tidak dapat mengintegrasikan identifikasi ini, peran atau diri, wajahnya “difusi identitas.” Kepribadiannya pecah, kurang inti. Erikson mengutip Biff dalam kematian salesman Artur Miller, “saya hanya mengambil pegangan, ibu, saya tidak dapat mengambil pegangan berberapa macam dari kehidupan.” Masalah dapat membuat status minritas seseorang menjadi lebi buruk, keraguan mengenai orientasi seksual, identifikasi sangat kuat dengan orangtua, atau terlalu banyak aturan pekerjaan dari pilihannya.

Modalitas psikososial dari tahap ini menjadi diri sendiri atau tidak menjadi diri sendiri. Remaja mencari diri mereka yang benar melalui kelompok teman sebayanya, klub, agama, gerakan politik, dan sebagainya. Kelompok ini memberikan kesempatan untuk mencoba banyak cara aturan baru remaja mencoba pada jaket di took sampai menemukan satu yang tepat. Ideology masyarakat, tahap ini rekan dalam aturan social, membimbing bermain peran dengan membawa peran dievaluasi social.

Stage 6: Intimacy and Solidarity Versus Isolation (Young Adulthood)

Hanya jika secara layak muncul identitas yang terintegrasi dari tahap 5 dapat intimasi psikologis dengan orang lain (meskipun dengan diri sendiri) memungkinkan. Jika remaja takut bahwa kehilangan dirinya kalau tidak sesorang , dia tidak mampu untuk melebur identitasnya dengan kalau tidak dengan orang lain. Meskipun remaja bisanya bentuk relasi penting dengan lawan jenis selama waktu tersebut, persahabatan mereka dengan jenis kelamin yang sama dan meskipun mereka mengakses diri mereka sendiri perasaan intim dan berfikir juga menandai tahap ini. Relasi ini, dengan memperbesar identitasnya sendiri, lebih jauh pertumbuhan kepribadian. Satu aspek dari intimasi adalah perasaan solidaritas dari “kami” dan tergantung melawan “mereka”, ancaman “kekuatan dan orang-orang di mana esensi Nampak berbahaya bagi dirinya”. Jika usaha remaja pada intimasi gagal, dia mundur ke isolasi. Dalam kasus ini, relasi adalah streotipe, dingin, dan kosong (hampa).

(9)

Stage 7: Generativity Versus Stagnation and Self-Absorption (Midle Adulthood)

Generativity merujuk kepada “ketertarikan di dalam mebangun dan membimbing generasi selanjutnya” melalui mengangkat anak atau kreativitas anak atau usaha keras produktivitas. Sederhana, tidak menunjang anak, sudah tentu, menjamin bahwa orangtua akan mengembangkan tahap ini untuk peduli mengenai orang lain Nampak menjadi prasyarat untuk perkembangan tahap ini. Sebagai pengganti anak, seseorang dapat bekerja untuk meciptakan (berkreasi) lebih baik dilingkungan bagi anak dari orang lain. Tahap 7, kemudian memberikan mekanisme untuk kelancaran (terusah) social dari generasi ke generasi. Kurangnya generativity diekspresikan dalam stagnasi, penyerapan diri (kegemaran), kebosanan, dan kurang pertumbuhan psikologis.

Stage 8: Integrity Versus Despair (Late Adulthood)

Tahap terakhir, seseorang harus hidup dengan apa yang telah dibangun sepanjang hidup. Secara ideal, dia akan mencapai integritas. Integritas melibatkan penerimaan dari keterbatasan hidup, perasaan menjadi bagian dari sejarah yang lebi besar bahwa meliputi generasi sebelumnya dari seluruh tahap sebelumnya. Antithesis (lawan yang tetap) dari integritas adalah despair (keputusasaan)---menyesal apakah seseorang telah melakukan atau tidak melakukan dalam kehidupannya, takut mendekati kematian, dan kemuakan dengan dirinya sendiri. Buku terbaru Vital Involvement in Old Age (Erikson, Erikson dan Kivnick, dalam miller, 1993), menggambarkan pentingnya seseorang melanjutkan stimulasi dan tantangan lingkungan sebagai lingkungan secara simultan yang dapat mempengaruhi seseorang.

5. Mekanisme Perkembangan

Prinsip epigenik digambarkan kekuatan yang bergerak melalui tahapan-tahapan. Kematangan fisikmelalui perkembangan. Dalam batas ini, dorongan tekanan budaya, kemunduran, pengasuhan, dan membinasakan. Dalampandangan Erikson, masyarakat menggunakan pengaruhnya pada organism perkembangan pada beberapa tingkatan, seluruh bentuk lampau cara dari ideology bastrak bagi pelukan orangtua. Beberapa

(10)

mekanisme perkembangan Freud dapat berhubungan dengan daftar mekanisme perkembangan Erikson: dorongan, frustasi dari kekuatan internal dan eksternal, kelekatan, dan identifikasi. Bagaimanapun Erikson membuat sedikit penggunaan proses equilibrasi pengurangan tegangan. Malahan Nampak terhadap pandangan perkembangan sebagai resolusi dari konflik dari pertentangan kekuatan. Anak mengintegrasikan pegangan dan melepaskan, inisiatif dan rasa malu, biologis dan pikologis, dan sebagainya.

Erikson telah mengelaborasi lebih spesifik mekanisme perkembangan: bermain. Bermain digunakan pengertiannya lebih luas dengan maksud menggunakan imaginasi untuk mencoba cara dari penguasaan dan adaptasi terhadap lingkungan, untuk mengekspresikan lingkungan, untuk mengekspresikan emosi, untuk menciptakan kembali situasi masa lampau, atau iiamginasi situasi masa yang akan datang, dan untuk mengembangkan eksistensi model baru. Permasalahnnya adalah tidak dapat mengatasi dalam realita dapat diatasi melali bermain boneka, dramatis, olahraga, seni, bermain balok, “bermain rumah-rumahan” dan sebagainya. Bermain, bagaimanapun tidak membatasi anak. bermain meliputi visualisasi Einstein suatu model dari waktu dan ruang, dan fantasi remaja mengenai masuknya berbagai pekerjaan, atau seseorang melatih kembali apakah dia akan mengatakan ke bosnya di hari selanjutnya. Bermain sering diritualkan dan menjadi sedikit formal, abadi, secara budaya disetujui dengan cara berinteraksi dengan orang lain. Contohnya, remaja yang “disekitar ruang makan” dengan temannya adalah secara budaya memperoleh pola persetujuan untuk berinteraksi dengan orang lain. Atau ritual pengasuhan anak dari bayi yang meninggal dunia cara mengorganisir dan mempertemukan dengan orang lain. Titual adalah mekanisme dari perkembangan karena mereka membawa manusia dalam setiap tahap ke dalam mainstream budaya dan menyediakan solusi keadaan yang siap untuk masalah dari setiap hari kehidupannya.

(11)

REFERENSI

Hetherington, E. M. & Parke, R. D. 1999. Child Psychology: A ContemporaryViewpoint. Boston: McGraw-Hill.

Miller.P.H. (1993) Theories of Developmental Psychology 3rd ed. New York: W. H. Freeman and Company

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan klasifikasi terhadap data set sms spam menggunakan algoritma Naïve Bayes, maka didapatkan tiga hasil perbandingan untuk tingkat akurasi,

Betok Montong Gading Lombok

Pengaruh Temperatur Annealing Terhadap Struktur, Sifat listrik dan Sifat Optik Film Tipis Zinck Oxide Doping Alumunium (ZnO:Al) Dengan Metode DC Magneton

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pembagian dari dua jenis data integer yang disimpan kedalam variabel float tetap akan memberikan hasil integer yang dituliskan dalam bentuk

Sesuai dengan Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan tahun 2020 (RAKB 2020) pada tahun 2020 Perusahaan masih dalam tahap mempelajari dan mengidentifikasi produk- produk Keuangan

Setiap kali kita mengikuti sakramen Perjamuan Kudus, kita diingatkan bahwa Kristus pernah hadir pada waktu dulu untuk menyelamatkan manusia dengan memberikan

Bino kini sudah menjadi dewasa, ia sadar dia tidak bisa selamanya menggantungkan hidupnya kepada kedua orangtuanya.. Akhirnya di memutuskan untuk merantau ke

Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak