• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM SURAT DINAS DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAJENE, SULAWESI BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN MORFOLOGI DALAM SURAT DINAS DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MAJENE, SULAWESI BARAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

41

Jerniati I.a, Musayyedahb, Ratnawatic

Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan

Jalan Sultan Alauddin Km 7 Talasalapang Makassar, 90221 posel:jernihatiku@gmail.com

(Diterima: 4 Desember 2020; Direvisi: 24 Maret 2021; Disetujui: 1 April 2021) Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan bahasa Indonesia dengan selisik khusus pada kesalahan morfologis dalam surat dinas di Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Penelitian ini menggunakan teori linguistik struktural dengan analisis kesalahan morfologi. Penelitian singkat ini menggunakan metode deskriptif analitis yang memaparkan apa adanya tentang data objek penelitian. Data berasal dari surat-surat dinas keluar yang diarsipkan oleh tenaga administrasi Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kesalahan morfologis yang paling sering terdapat pada pilihan kata yang tidak tepat (termasuk kata yang tidak baku). Frekuensi kesalahan yang sering adalah konstruksi kata yang dibentuk oleh prefiks di- atau konfiks di-kan dengan salah satu kata dasar. Konstruksi kata dengan prefiks seperti itu pada umumnya ditulis terpisah dari kata dasarnya. Sebaliknya, penulisan preposisi di pada umumnya ditulis serangkai. Kemudian frekuensi kesalahan yang sedang adalah diksi yang tidak cermat pada konstruksi kalimat pembuka surat yang umumnya diawali dengan kata “memperhatikan”.

Kata kunci: kesalahan morfologi, surat dinas, Dinas Pendidikan Kabupaten Majene

Analysis of Morphological Errors in Letters of Dinas Pendidikan Majene Regency, West Sulawesi Abstract

The purpose of this study is to describe the use of the Indonesian language with a specific sequence of morphological errors in the official letter of the Majene Regency Education Office. This study uses structural linguistic theory with morphological error analysis. This brief research uses a descriptive-analytical method that explains what it is about research object data. The data comes from outgoing official documents archived by the administrative staff of the Dinas Pendidikan of Majene Regency.. The results showed that the frequency of morphological errors was most often found in the wrong choice of words (including non-standard words). The frequency of frequent errors in the construction of words formed by prefixes or confixes in one of the basic words. Word constructions with such prefixes are generally written separately from the basic words. On the contrary, writing a proposition, in general, is written a series. Then the frequency of errors that are being an inaccurate diction on the construction of the opening letter of the letter which generally begins with the word "pay attention".

Keywords: morphological errors, official letters, Dinas Pendididikan of Majene Regency

PENDAHULUAN

“Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” adalah ikrar sakti yang mengantarkan bahasa Indonesia menjadi bahasa pemersatu di tanah air Indonesia. Kala itu semua kelompok pemuda dari berbagai daerah di Indonesia tidak satu pun yang kontra atas keputusan tersebut. Artinya, bahasa Indonesia berterima di seluruh nusantara, yang kemudian

berfungsi sebagai sarana pemersatu berbagai suku bangsa, menjadi jati diri bangsa, kebanggaan nasional, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya. Jadi, seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai penghubung antarsuku karena dia berbangsa Indonesia yang menetap di wilayah Indonesia; sedangkan seseorang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, karena dia sebagai

(2)

42

misalnya Aparatur Sipil Negara (ASN). Salah satu tugas yang diemban oleh ASN adalah bekerja di lingkungan perkantoran. Dalam lingkungan inilah bahasa Indonesia menjadi alat yang sangat intens yang digunakan oleh warga perkantoran untuk berkomunikasi, baik dengan lisan maupun dengan tulisan. Alat komunikasi tulis yang resmi dalam suatu kantor instansi atau lembaga adalah surat dinas.

Secara umum, surat adalah suatu sarana komunikasi tulis untuk menyampaikan informasi tertulis dari satu pihak kepada pihak lain. Informasi yang disampaikan dapat berupa pemberitahuan,

undangan, pernyataan, perintah,

permintaan, atau laporan. Senada dengan itu, Arifin (1995) menyatakan bahwa surat dinas merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi. Infomasi yang disampaikan secara tertulis dalam surat

dapat berbentuk pernyataan,

pemberitahuan, pertanyaan, permohonan laporan dan lain-lain.

Membuat surat dinas yang baik pada hakikatnya sama dengan menyusun sebuah karangan. Oleh sebab itu, ketentuan-ketentuan dalam menyusun surat sama dengan ketentuan-ketentuan dalam mengarang. Ketentuan-ketentuan itu meliputi penggunaan bahasa sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kaidah tersebut dapat berupa kaidah ejaan, kaidah morfologis (pilihan kata), kaidah kalimat efektif, dan kaidah paragraf. Sehubungan dengan hal itu, teori-teori

yang digunakan untuk menyelisik

penggunaan bahasa dalam naskah surat dinas di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Majene akan diuraikan di bawah ini.

lembaga/kantor, baik pemerintah maupun swasta. Surat dinas berisi masalah yang menyangkut kedinasan dan dibuat untuk memecahkan masalah kedinasan pula. Sebagaimana yang dinyatakan Arifin (1995) bahwa surat hendaknya ditulis dengan menggunakan bahasa efektif, yaitu jelas, lugas, dan komunikatif, agar pesan atau informasi yang disampaikan, mudah dipahami oleh pembaca atau penerima surat. Lugas jika kata-kata yang diguna-kan langsung mengungkapdiguna-kan pokok persoalan yang akan disampaikan, bukan berbunga-bunga atau berbasa-basi, melainkan komunikatif mudah dipahami dan mampu menimbulkan pemahaman yang sama pada pikiran pembacanya.

Membuat surat adalah pekerjaan sehari-hari bagi seorang tenaga administrasi di sebuah kantor. Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa kegiatan ini mudah dilakukan oleh setiap orang, karena dalam kenyataannya masih banyak surat dinas yang kadang-kadang tidak jelas maksudnya. Ketidakjelasan itu disebabkan oleh kesalahan atau ketidaktepatan penggunaan bahasa. Hal tersebut senada dengan observasi awal penulis terhadap surat dinas pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Kabupaten Majene adalah salah satu dari enam kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat. Kabupaten ini terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Barat memanjang dari selatan ke utara kurang lebih 146 km dari Kabupaten Mamuju (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Barat) dengan luas wilayah 947,84 km. Secara geografis, Kabupaten Majene terletak di sebelah utara Kabupaten Mamuju, sebelah timur Kabupaten Polman, dan sebelah selatan Teluk Mandar

(3)

43

(Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene, 2013). Salah satu badan pemerintah yang mengelola pendidikan di Kabupaten

Majene adalah Dinas Pendidikan

Kabupaten Majene. Dinas ini mempunyai visi mewujudkan Kabupaten Majene sebagai kota pendidikan dan sebagai pusat pelayanan pendidikan yang berbasis unggul di Sulawesi Barat. Adapun salah satu misinya adalah meningkatkan kinerja pelayanan pendidikan yang prima, akuntabel, dan transparan.

Hasil penelitian yang berkaitan dengan tulisan ini di antaranya adalah “Analisis Kesalahan Diksi dan Kalimat dalam Surat Dinas pada Kantor Wali Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan” (Asri, 2014); “Ketidakefektifan Kalimat pada Surat Dinas Pemerintah Kabupaten Gorontalo” (Darmawati, 2019), dan “Analisis Pemakaian Bahasa dalam Surat Dinas di Badan Publik Sulawesi Tenggara” (Firman A.D., 2020). Hasil penelitian yang dilakukan Asri menunjukkan bahwa 1) kesalahan diksi; kata koordinasi yang tidak tepat, penggunaan kata mubazir, yaitu kata adalah dan kata merupakan secara

bersamaan, penggunaan ungkapan

Bapak/Ibu /Saudara (i) dalam satu surat. 2) kesalahan kalimat; penggunaan kata menunjuk yang maknanya tidak tepat, penggunaan kalimat yang tidak lengkap, tidak memiliki subjek, dan kalimat yang tidak informatif (Asri, 2014). Hasil penelitian Darmawati menunjukkan faktor-faktor penyebab ketidakefektifan kalimat dalam bahasa surat di lingkungan

Pemerintah Kabupaten Gorontalo, yakni

kontaminasi atau kerancuan, pleonasme,

ambiguitas, ketidakjelasan subjek,

kemubaziran preposisi dan kata, kesalahan

nalar, ketidaktepatan bentuk kata,

ketidaktepatan makna kata, pengaruh bahasa daerah, dan pengaruh bahasa asing.

Beberapa kesalahan ejaan juga dibahas seperti penggunaan tanda titik dua setelah

kata pada, kekeliruan penulisan

preposisi di dan awalan di-, serta penulisan

singkatan sampai dengan yang keliru

(Darmawati, 2019). Yang ketiga, hasil penelitian Firman A.D. memperlihatkan penggunaan bahasa dalam surat dinas di instansi pemerintah daerah di Sulawesi

Tenggara masih banyak kekeliruan

terutama penggunaan ejaan. Beberapa

kekeliruan yang dimaksud adalah

ketidaktepatan penggunaan huruf kapital, nama jabatan dan nama pejabat ditulis dengan huruf kapital. Kesalahan juga ditemukan dalam pemakaian huruf tebal yang seharusnya tidak digunakan pada bagian hal surat, penulisan nama pejabat, dan penulisan nama jabatan ditambah lagi

dengan penggunaan garis bawah.

Kesalahan penulisan kata dasar umumnya terjadi pada kata serapan. Penulisan antara imbuhan {di-}dan kata depan di masih belum dapat dibedakan pemakaiannya. Selain itu, bentuk dan fungsi tanda hubung (-) dan tanda pisah (–) belum dapat dibedakan.Kesalahan lain yang umum terjadi dalam pemakaian tanda baca adalah ketidaktepatan penggunaan tanda titik (.), titik dua (:), tanda koma (,), tanda garis bawah (_), tanda kurung ((…)), dan tanda titik koma (;)(Firman, A.D., 2020).

(4)

44

bahasa Indonesia sebagai teori dalam menganalisis naskah dinas. Adapun kesalahan terkait yang ditemukan dalam ketiga penelitian ini adalah kesalahan di bidang ejaan. Meskipun ketiga penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa secara khusus, seperti kalimat efektif, diksi, dan ketidaktepatan bentuk kata, tetapi ejaan tetap terikut. Hal itu dikarenakan unsur-unsur bahasa tersebut memang saling terkait, sehingga ejaan menjadi temuan kesalahan yang paling besar. Ketiga hasil penelitian ini relevan sebagai bahan tinjauan. Selain karena sasaran yang sama, juga karena analisis kesalahan morfologis secara khusus belum diselisik di dalam ketiga penelitian tersebut. Dengan demikian, tulisan ini dapat menjadi pelengkap yang menguatkan

penelitian terdahulu mengenai

penggunaan bahasa Indonesia dalam naskah dinas.

Berdasar pada latar belakang tersebut dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah yang akan dibahas, yakni bagaimana bentuk kesalahan morfologis dalam surat dinas, khususnya surat keluar, yang dibuat oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Majene?

TEORI

Penelitian ini secara umum menggunakan teori linguistik struktural yang memandang bahasa sebagai unit-unit yang tersusun, baik secara linear atau sintagmatik maupun secara asosiatif atau paradigmatis. Strukturalisme menunjukkan pada suatu faham dalam linguistik yang berusaha menjelaskan seluk-beluk bahasa berdasarkan strukturnya (Blomfield dalam

penelitian dapat memberikan gambaran apa adanya tentang kesalahan morfologis dalam surat dinas pada Dinas Pendidikan Kabupaten Majene.

Aronoff dan Fudamen (2005) menyatakan etimologi kata morfologi, sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut.

… is Greek morph- means ‘shape, form’ and morphology is the study of form or form. In linguistic morphology is the refers to the mental system involved in wordformation or to the branch of linguistic that deals with words, their internal structure, and howthey are formed.

Senada dengan itu, Chaer (2008) menyatakan bahwa secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti “bentuk‟ dan kata logi yang berarti “ilmu‟. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Dalam kajian linguistik morfologi berarti ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Kridalaksana (2011) mengemukakan bahwa morfologi ialah bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagiannya.

Kesalahan Berbahasa

Sehubungan dengan pemakaian bahasa yang tidak sesuai kaidah, Tarigan (1988) mengategorikan kesalahan tersebut dalam tataran linguistik, yaitu kesalahan yang dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat), semantik, dan wacana. Namun, dalam tulisan ini penulis fokus

(5)

45

mengklasifikasikan kesalahan berbahasa hanya berdasarkan kategori linguistik dalam tataran morfologis, meliputi

kesalahan pemilihan kata

(ketidakcermatan), kesalahan penggunaan kata umum dan khusus, serta penggunaan kata baku dan tidak baku, serta kesalahan konstruksi kata yang berimbas pada kesalahan penulisan kata.

Pilihan kata atau diksi adalah pertimbangan kosakata yg digunakan oleh seseorang untuk menyatakan pikiran atau gagasannya dengan bahasa yg dapat dipahami dengan cermat dan tepat, baik secara lisan maupun secara tertulis. Senada dengan hal tersebut, Mustakim (2015) mengatakan bahwa pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat.

Syarat diksi yang baik yaitu cermat, benar, lazim, dan layak. Diksi dikatakan cermat apabila kata yang dipilih itu digunakan secara teliti, saksama, dan hemat, sehingga dapat mengungkapkan gagasan secara pas, jelas, dan lugas. Diksi benar jika kata yang dipilih sesuai dengan bentuk yang benar, baik ejaannya maupun bentuk katanya. Diksi lazim, umum, atau biasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan tertentu dalam masyarakat, dan diksi layak tidak bertele-tele; kata yang dipilih sebaiknya merujuk pada kamus.

Istilah kata/gabungan kata yang cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah umum adalah istilah yang digunakan secara umum,

sedangkan istilah khusus adalah istilah yang hanya digunakan pada bidang tertentu.

Frekuensi terjadinya kesalahan dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. Klasifikasi ini terutama digunakan dalam mengategorisasikan kesalahan dan kekeliruan. Kesalahan diartikan sebagai penyimpangan akibat kompetensi sehingga sifatnya sistematis, ajek dan disebabkan oleh penerapan kaidah yang menyimpang dari kaidah bahasa, sedangkan kekeliruan sifatnya tidak sistematis dan tidak terjadi di daerah-daerah tertentu.

METODE

Penelitian ini secara umum menggunakan metode deskriptif analitis. Arikunto (2010) menjelaskan metode deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah lapangan atau wilayah tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis dengan tujuan agar dapat mendeskripsikan kesalahan penggunaan bahasa dalam surat dinas di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Sumber data penelitian ini adalah dokumen resmi pemerintah, khususnya naskah dinas berupa surat-surat dinas keluar tahun 2017 yang diarsipkan oleh staf tata usaha pada kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data

(6)

46

menjelaskan bahwa teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mencari data, hal-hal variabel yang berupa buku-buku, majalah, prasasti, notulen rapat dan lain-lain. Kedua adalah teknik pencatatan. Teknik ini digunakan untuk mencatat hasil pemilahan dokumen resmi yang dilakukan di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Majene. Ketiga, teknik restrospeksi yang digunakan untuk menyeleksi semua data yang diperoleh untuk mendapatkan data yang akurat. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada lima langkah kerja analisis bahasa yang diajukan Ellis (dalam Setyawati, 2010). Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:

(1) mengumpulkan sampel kesalahan, (2) mengidentifikasi kesalahan, (3) menjelaskan kesalahan,

(4) mengklasifikasikan kesalahan, dan (5) mengevaluasi kesalahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Kesalahan Data 1

Gambar 1 Kesalahan Data 1

Kesalahan morfologi, khususnya pilihan kata, terdapat pada kata “fax”. Penulisan ini tidak tepat. Alasannya, di samping karena penyingkatan, juga karena kata faximile sudah diserap dari bahasa Inggris menjadi faksimile dalam bahasa

dan [s]. sehingga penyerapannya menjadi faksimile.

Selanjutnya, pada baris kedua terdapat kata “Email”. Kata ini berasal dari singkatan bahasa asing yang bermakna electronic mail. Kata ini sudah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, yaitu pos-el yang merupakan singkatan dari pos elektronik. Posel dalam KBBI (edisi V luring) bermakna: 1) penggunaan jejaring komputer untuk mengirim dan menerima pesan, 2) untai yang mengidentifikasikan pengguna sehingga pengguna dapat menerima surat elektronik melalui internet, biasanya terdiri atas nama yang mengidentifikasi pengguna di dalam server surat, diikuti dengan tanda @ dan nama hos dan nama domain dari server surat.

Identifikasi Kesalahan Data 2

Gambar 2 Kesalahan Data 2

Kata “tempat” merupakan pilihan kata yang tidak tepat karena “tempat” itu tidak tentu. Jadi, sebaiknya menggunakan

(7)

47

nama kota di mana orang tersebut (yang diundang) itu bertempat tinggal.

Selanjutnya, tampilan surat di sebelah kiri terdapat kata “Sifat” dan “Lamp” yang kosong atau tidak terisi. Jadi, seharusnya kedua poin tersebut ditiadakan supaya tidak terkesan mubazir.

Paragraf awal surat dinas ini tidak menampilkan salam pembuka yang lazim dalam surat dinas. Selanjutnya, pada paragraf pertama (data 2) surat ini dimulai dengan kata “memperhatikan”. Pilihan kata ini kurang cermat, karena kata tersebut adalah verba yang bermakna mengamati, mencermati, dan mengawasi (KBBI Luring, 2008) sedangkan surat yang ditunjuk itu seharusnya dirujuk sebagai dasar untuk membalas surat masuk. Jadi

sebaiknya menggunakan ungkapan

penjelas berdasar pada atau sehubungan dengan Selanjutnya penggunaan kata “maka” dengan huruf kapital dalam kalimat panjang ini juga kurang tepat karena kata “maka” adalah konjungsi pada kalimat majemuk setara yang menandai anak kalimat. Kata maka dapat dilesapkan dan menggantinya dengan tanda baca (,) koma.

Identifikasi Kesalahan Data 3

Gambar 3 Kesalahan Data 3

Kata atau istilah “depenitif” ini tidak terdapat dalam KBBI. Berdasar pada konteks kalimat tersebut istilah yang cocok adalah definitif yang berarti ‘sudah pasti (bukan untuk sementara)’. Kata tersebut diserap dari bahasa Inggris yaitu definite.

Identifikasi Kesalahan Data 4

(8)

48

Selanjutnya kata yang tidak tepat (tidak baku) terdapat pada kata “Nopember” yang seharusnya adalah November. Kata November diserap dari bahasa Inggris dan bahasa Indonesia menyerap bunyi sehingga “Nopember” seharusnya ditulis November.

Kesalahan penulisan kata “diatas” yang seharusnya ditulis terpisah di atas. Alasannya, di pada kata ini adalah kata depan atau preposisi. Sebaliknya, di pada kata “di nyatakan”, “di berikan”, dan “di pergunakan” penulisannya harus serangkai menjadi dinyatakan, diberikan, dan dipergunakan karena di pada kata tersebut bukan preposisi. Proses pembentukan kata tersebut adalah kata dasar nyata dan beri yang diafiksasi dengan konfiks di-kan menjadi dinyatakan dan diberikan, sedangkan kata dipergunakan berasal dari kata gunakan diafiksasi dengan prefiks rangkap diper- menjadi dipergunakan. pada ketiga kata tersebut adalah prefiks atau awalan.

Identifikasi Kesalahan Data 5

Gambar 5

Penggunaan kata “kepada”

merupakan pilihan kata yang tidak cermat karena makna kepada ‘untuk menandai tujuan’ sama dengan Yth. yang bermakna bahwa surat tersebut akan dikirim kepada seseorang. Namun, begitulah gaya selingkung yang digunakan di Pemda Majene. Dalam hal ini, peniadaan kata ‘kepada’ dalam surat itu merupakan saran saja.

Identifikasi Kesalahan Data 6

Gambar 6 Kesalahan Data 6

Penggunaan kata “jam” pada data ini adalah pilihan kata yang tidak cermat karena jam bermakna ‘alat untuk mengukur waktu (seperti arloji, lonceng dinding)’. Diksi yang cermat sebaiknya memilih kata pukul yang menurut KBBI edisi V luring pukul(2) saat yang menyatakan waktu.

(9)

49

Gambar 7 Kesalahan Data 7a Identifikasi Kesalahan Data 7b

Gambar 8 Kesalahan Data 7b

Kata “pertanggung jawaban” yang ditulis terpisah merupakan bentuk yang tidak tepat karena konstruksi kata tersebut berasal dari kata dasar tanggung jawab yang diafiksasi dengan konfiks per-an

sehingga penulisannya menjadi serangkai pertanggungjawaban.

Kesalahan morfologi, khususnya pilihan kata yang tidak tepat terdapat pada kata “propinsi”. Kata tersebut merupakan bentuk atau kata yang tidak baku. Jadi, seharusnya menggunakan bentuk baku yaitu provinsi.

PENUTUP

Berdasar pada empat belas data yang dianalisis, tujuh di antaranya ditampilkan dalam tulisan ini. Ketujuh data tersebut memuat kesalahan morfologis yang cukup banyak, terutama dalam pilihan kata. Kesalahan terbanyak adalah pilihan kata yang tidak tepat atau tidak cermat karena menggunakan kata yang tidak baku atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut terdapat pada data 1, yaitu fax.→ faksimile, dan email → posѐl. Pada data 3, kata depenitif → definitif. Pada data 4 terdapat kata nopember → November, data 4 kata propinsi → provinsi..

Frekuensi kesalahan yang sering adalah konstruksi kata yang dibentuk oleh prefiks di- atau konfiks di-kan dengan salah satu kata dasar. Hal yang salah kaprah bahwa konstruksi kata bentukan dengan prefiks seperti itu pada umumnya ditulis terpisah dari kata dasarnya. Sebaliknya, penulisan preposisi di pada umumnya ditulis serangkai. Kemudian frekuensi kesalahan yang sedang adalah diksi yang tidak cermat pada konstruksi kalimat pembuka surat yang umumnya diawali dengan kata “memperhatikan”.

(10)

50

dengan verba “memperhatikan” kata tersebut adalah verba yang bermakna mengamati, mencermati, dan mengawasi. Surat yang ditunjuk itu seharusnya dirujuk sebagai dasar untuk membalas surat masuk. Jadi, sebaiknya digunakan ungkapan penjelas berdasar pada atau sehubungan dengan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Z. (1995). Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Jakarta: CV. Akademika Pressindo.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Pendidikan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aronoff & Fudamen. (2005). What is Morphology? Blackwell Publishing. Asri, B. (2014). Analisis Kesalahan Diksi

dan Kalimat dalam Surat Dinas pada Kantor Walikota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Gramatika,

Vol 2(No. 1), 39.

https://doi.org/https://doi.org/10.3181 3/gramatika /2.1.2014.79.39--50 Badan Pusat Statistik Kabupaten Majene.

(2013). Kabupaten Majene dalam Angka 2013. BPSK Kabupaten Majene.

Chaer, A. (2007). Kajian Bahasa Struktur

Internal, Pemakaian dan

Pemelajaran. PT Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. (2008).Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineke Cipta.

Darmawati, M. R. (2019). Ketidakefektifan Kalimat pada Surat Dinas Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Telaga Bahasa. https://doi.org/10.36843/tb.v7i2.179 Firman, A.D., S. M. H. (2020). Analisis

Bahasa, 8(No. 1), (1-23).

https://doi.org/https://doi.org/10.3684 3/tb.v8i1.76

Indra, J. (2020). Kompositum Idiomatis dalam Bahasa Mandar (Idiomatic Compound in Mandarese Language). Kandai.

https://doi.org/10.26499/jk.v16i2.202 4

KBBI Luring. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V (Luring. Kridalaksana, H. (2011). Kamus Lingusitik

(Edisi IV). PT Gramedia.

Mustakim. (2015). Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia: Bentuk dan Pilihan Kata. In Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Setyawati, N. (2010). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik. Yuma Pustaka.

Tarigan, H. G. (1988). Analisis Kesalahan Berbahasa. Angkasa: Bandung.

Gambar

Gambar 1  Kesalahan Data 1
Gambar 3  Kesalahan Data 3
Gambar 6  Kesalahan Data 6
Gambar 8  Kesalahan Data 7b

Referensi

Dokumen terkait

Fatis yang berbentuk kata ditemukan dalam kaba Si Gadih Ranti sebanyak 7 kata fatis diantaranya, bana, garan, nangko, malah, nantun, iko, iyo, yang memiliki

Peran perkembangan kegiatan industri dan perdagangan-jasa terhadap perubahan struktur ruang kawasan adalah dengan menarik aglomerasi kegiatan sejenis dan fasilitas lain

HVite akan mengubah word network menjadi phone network dan mencantumkan definisi HMM yang tepat pada tiap instance fon, setelah itu pengenalan dapat dilakukan terhadap masukan

Perangkat keras yang telah dibuat ini berisi beberapa rangkaian penting diantaranya, limiter,penguat dan filter Band Pass Filter (BPF) orde 2, filter High Pass Filter

bagaimana variasi kalimat tunggal dan majemuk pada iklan bank dalam surat.

Mengingat sejak tahun 2010 pemerintah telah mulai memberikan Bantuan Biaya Pendidikan Bidikmisi kepada mahasiswa baru yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi,

Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator Tata Kelola Ekonomi Daerah (TKED) kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2007

kedua indeks sesuai dengan nilai yang ditetapkan berarti pola operasi irigasi yang. diterapkan sudah