• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP

KUALITAS BUAH MELON (

Cucumis melo

L.) HIDROPONIK

MUHAMMAD INDRA KUSWARA

A24060760

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP

KUALITAS BUAH MELON (

Cucumis melo

L.) HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD INDRA KUSWARA

A24060760

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD INDRA KUSWARA. Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo l.) Hidroponik. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina . Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan karena melon juga memiliki kandungan gizi.

Penampilan luar buah yang berbeda (berbentuk kotak) akan meningkatkan harga jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda (berbentuk kotak) dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Salah satu manipulasi bentuk dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk menguji lebih lanjut pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan.

Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca di Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober 2010. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu ukuran kotak dan waktu pemasangan dengan 5 taraf perlakuan yaitu (P1) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 1 minggu setelah antesis (MSA), (P2) pemberian kotak kecil (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) saat 2 MSA, (P3) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 1 MSA, (P4) pemberian kotak besar (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) saat 2 MSA, dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol.

(4)

kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak yaitu 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan 42.07 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan buah melon tanpa perlakuan manipulasi bentuk yaitu 12.52 mm.kg-1.5s-1 dan 24.08 mm.kg-1.5s-1.

Variabel bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging dan PTT buah hasilnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Kekerasan daging buah melon pada kotak kecil lebih lunak yaitu 47.34 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan pada kotak besar yaitu 36.81 mm.kg-1.5s-1. Ketebalan daging buah pada kotak kecil lebih tipis yaitu 22.64 mm dibandingkan pada kotak besar yaitu 25.29 mm.

(5)

of Hydroponics Melon (Cucumis melo L.) Muhammad Indra Kuswara1 dan Anas D. Susila2

1

Student of Agronomy and Horticulture Departement, IPB

2

Lecture of Agronomy and Horticulture Departement, IPB

Abstract

The objective of this research was to study the effect of fruit shape manipulation on fruit quality of hydroponic melon. Different physical appearance it will raise the price of melon fruit. This study was conducted at Cikabayan (green house unit –University Farm of IPB) from July to October 2010. The research was arranged in randomized Completely Block Design with 4 replications. Five different box treatments: (P1) Box A with 7 days after anthesis (DAA) application, (P2)Box A with 14 DAA, (P3)Box B with 7 DAA, (P4)Box B with 14DAA, (P0) Control (not uses box). The result of this study show fruit shape manipulation is significantly different result to fruit quality factor (fruit peel firmness, flesh firmness and fruit peel thickness). Box treatment application in 7 days after anthesis (DAA) is recommended because of the fruits have better square shape (physical appearance), firmness and peel thickness.

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP

KUALITAS BUAH MELON (Cucumis melo L.) HIDROPONIK.

Nama :MUHAMMAD INDRA KUSWARA

NRP :A24060760

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si NIP : 19621127 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP : 19611101 198703 1 003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Propinsi Jawa Barat tanggal 4 November 1988. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Nana Kuswana dan Ibu Sri Rahayu.

Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Taman Pagelaran Bogor, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari SLTP Negeri 4 Bogor. Selanjutnya penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I Bogor pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI. Setelah satu tahun di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2007 penulis di terima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik”. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui adanya pengaruh terhadap kualitas buah melon setelah terjadi manipulasi bentuk. Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca yang terletak di kebun percobaan IPB di Cikabayan, Darmaga, Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Ir Anas D. Susila, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi.

2. Dr. Ir Winarso D. Widodo, MS. dan Dr Dewi Sukma, SP, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan arahan dalam ujian skripsi.

3. Ayahanda, ibunda dan adik tercinta atas doa, dukungan dan arahannya selama ini.

Bogor, April 2011

(9)

DAFTAR ISI

Panjang, Diameter dan Bobot Buah ... 15

Kekerasan Kulit dan Daging buah ... 15

Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah ... 17

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pemasangan Kotak Pada Buah Umur 2 MSA dan Umur 1 MSA ... 11

2. Tanaman Melon dengan Budidaya Hidroponik pada umur 8 MST ... 13

3. Tinggi Tanaman Melon... 14

4. Jumlah Buku Tanaman Melon ... 14

5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon ... 15

6. Melon dengan Perlakuan P4 dan P3 ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Melon ... 28

2. Contoh Formulir Uji Organoleptik Buah Melon ... 29

3. Data Suhu Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse ... 30

4. Data Kelembaban (RH) Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse ... 30

5. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Panjang Buah Melon ... 30

6. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Diameter Buah Melon ... 31

7. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Bobot Buah Melon ... 31

8. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Padatan Total Terlarut (PTT) Buah Melon... 31

9. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Daging Buah Melon ... 31

10.Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Tebal Kulit Buah Melon ... 32

11.Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kekerasan Daging Buah Melon ... 32

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Rahardjo (2007) peningkatan konsumsi buah melon memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pengetahuan dan selera masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi bagi kesehatan manusia.

Prospek pengembangan melon saat ini cukup cerah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, harga relatif stabil, tanaman cepat menghasilkan buah, dan permintaan pasar meningkat. Menurut Departemen Pertanian (2008) produksi melon pada tahun 2007 mencapai 59 653 ton dengan produktivitas rata-rata 16.50 ton/ha. Sentra produksi buah melon di pulau Jawa diantaranya : Malang, Ngawi, Pacita, Madiun (Jawa Timur) serta Sukaharjo, Surakarta dan Klaten (Jawa Tengah).

Keunggulan buah melon ini terletak pada rasanya yang manis, tekstur daging buah renyah, warna daging buah yang berwarna hijau atau oranye, serta pada buahnya mengeluarkan aroma harum. Selain memiliki keunggulan buah melon juga memiliki kandungan gizi. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam setiap 100 gr buah melon segar mengandung 41 kal, 0.9 mg protein, 0.1 mg lemak, 0,5 mg serat, 52 mg vitamin C, 500 mg I.U vitamin A, 14 mg kalsium dan 16.09 mg karbohidrat. Harjadi (1989) menyatakan bahwa bagian buah yang dapat dimakan sebesar 47% dari total buah dan bagian tersebut mengandung air 94%.

(14)

Penampilan luar buah yang berbeda akan meningkatkan harga jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Manipulasi bentuk dapat dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Menurut Coker (2005) pemberian kotak ini juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Pemberian kotak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bentuk buah secara mekanis, sehingga betuk buah melon akan berubah menjadi seperti kotak yang ditempatinya. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui, sehingga dalam penelitian dilakukan uji pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon (Cucumis melo L.) hidroponik.

Hipotesis

1. Ukuran kotak kecil yang digunakan dalam manipulasi bentuk buah pada melon akan menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan ukuran kotak besar.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Melon (Cucumis melo L.)

Botani

Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam dua tipe utama yaitu Netted melon dan Winter melon. Dalam klasifikasinya secara botani tipe-tipe melon yang dibudidayakan terbagi dalam dua varietas yaitu : Cucumis melo var. cantaloupensis (Cantalop/Muskmelon) dan Cucumis melo var. inodorus (Winter melon). Varietas cantaloupensis merupakan tipe netted melon sedangkan varietas inodorus merupakan tipe winter melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Netted melon mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring, dan tahan lama. Musk melon memiliki bentuk buah bulat, kulit keras berjaring, daging buah hijau kekuningan, biji putih kecoklatan, dan aromanya harum. Contoh varietas Sky roket, Action, Aroma, dan Sweet star. Golongan

canteloup memiliki bentuk bulat atau hampir bulat, ukuran buahnya lebih besar, daging buah kurang tebal, warnanya jingga, biji putih kekuningan dan harum aromanya. Varietas Autumn, Bianglala, Hales best termasuk golongan cantaloupe. Winter melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus dan mengkilap, yang termasuk winter melon adalah Casaba melon (Cucumis melo var. inodorus). Golongan

casaba melon memiliki ciri-ciri berkulit tebal, agak keras, warna kulit hijau sampai kuning jingga dengan daging buah keras dan berwarna hijau muda atau jingga. Varietas Honey, Honey world, dan Sun merupakan varietas yang tergolong casaba melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

(16)

Bunga melon tergolong tanaman Andromonoecious, yaitu pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dengan serbuk sari dan bunga sempurna dengan serbuk sari, putik dan calon buah. Bunga yang terbentuk muncul dari ketiak daun, bunga jantan muncul dalam kelompok tiga sampai lima bunga per kelompok. Bunga sempurna tunggal dengan tangkai bunga yang gemuk pendek, dan tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga jantan biasanya muncul lebih awal dari pada bunga sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Syarat tumbuh

Pertumbuhan melon akan optimal jika dibudidayakan pada tanah dengan pH 6,0-6,8. Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm per tahun. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa kelembapan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit yang mengakibatkan kerontokan daun dan ukuran buah lebih kecil saat panen.

Menurut Harjadi (1989), suhu udara yang optimum untuk melon adalah sekitar 26-30 °C tetapi masih toleran terhadap suhu rendah 10-15 °C dan suhu tinggi 40 °C. Suhu tinggi mutlak dibutuhkan pada saat periode pematangan buah. Kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 60%. Melon umumnya ditanam di dataran rendah menengah pada ketinggian di atas 300 m dpl, tetapi dapat diusahakan di dataran rendah yang memiliki kadar garam tinggi, yakni pada lokasi ketinggian 5 m di atas permukaan laut (Purnomo, 1993).

Varietas Hibrida 7

Hibrida 7 merupakan melon tipe winter, karena kulit buahnya mulus dan ada yang sedikit berjaring, bentuk buahnya bulat dengan warna kulit berwarna putih agak kehijauan, serta memiliki tekstur buah halus tak berserat. Kelebihan yang dimiliki oleh hibrida 7 adalah memiliki nilai PTT sebesar 10.50 oBrix (Raharjo, 2007),

(17)

varietas H7 yang ditanam di lahan memiliki umur panen 9 MST. Genotipe hibrida 7 unggul dalam ketahanan terhadap OPT, umur sedang 9 MST sampai 10 MST, bobot buah 1.1-1.5 kg, penampilan menarik, padatan total terlarut 11.0 ⁰Brix, dan aroma harum.

Hidroponik

Hidroponik berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yakni hydro yang artinya air dan phononos yang artinya bekerja. Jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air atau secara umum bercocok tanam tanpa tanah.

Bertanam dengan sistem hidroponik mempunyai banyak keuntungan, diantaranya : (1) menghemat penggunan lahan, (2) kualitas produk lebih tinggi, (3) pengendalian hama dan penyakit tanaman lebih mudah, (4) pemberian nutrisi tanaman mudah diatur dan (5) tidak tergantung pada musim (Wardi et al, 1998).

Menurut Schawrz (1995), media tanam yang digunakan untuk hidroponik bersifat inert. Media tanam yang dapat dapat digunakan diantaranya pasir, kerikil, perlite, vermikulit, peat, serbak gergaji, spon, sekam padi dan arang sekam. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penanaman tanpa tanah adalah tanaman tetap memerlukan unsur mineral, air dan penunjang. Pada umumnya media yang digunakan pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara seperti halnya tanah. Oleh sebab itu, pemberian unsur mineral (hara) dalam bentuk larutan sangat penting dan harus benar-benar diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman, dan diusahakan untuk tidak sampai mengalami defisiensi atau kelebihan unsur hara karena dapat menurunkan produktivitasnya. Media tanam yang sering digunakan dalam budidaya hidroponik adalah arang sekam, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah karena telah melalui tahap sterilisasi yaitu pembakaran (Susanto, et al. 2005).

Fertigasi

(18)

dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irrigation) (Susila, 2006).

Pengairan dalam sistem budidaya secara hidroponik dilakuan melalui sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes merupakan metode pemberian air pada tanaman secara langsung melelui tetesan-tetesan yang sinambung dan perlahan, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah. Alat pengeluaran air pada sistem irigasi tetes disebut emitter (Schawab et al., 1981). Pemberian air irigasi dengan cara membasahi daerah perakaran bertujuan untuk membasahi secara keseluruhan lahan, sehingga dapat mengurangi penguapan air secara berlebih dan efisiensi pemakaian air dapat mendekati 100% dan penghematan air mencapai 30 - 50% (Hansen et al., 1979).

Keuntungan dari penggunaan irigasi tetes diantaranya hemat dalam pemakaian air dan tenaga kerja, dapat menekan aktivitas organisme pengganggu tanaman, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida, mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi topografi dan sifat media tumbuh tanaman. Kelemahan dari penggunaan irigasi tetes adalah biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalansi dan pengoperasian sistem, serta adanya penyumbatan emitter (Prastowo dan Liyantono, 2002).

Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Pada sistem hidroponik melon, hara yang digunakan adalah larutan AB Mix. Pupuk ini terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk stok A dan pupuk stok B. Pupuk stok A terdiri dari unsur N, K, Ca, dan Fe sedangkan pupuk stok B terdiri dari unsur N, P, S, Mg, B, Mn, Cu, Mo, dan Zn. Pupuk stok A mengandung kalsium dan besi, sedangkan pupuk stok B mengandung sulfat dan posfat, sehingga dalam pembuatan larutan stok, keduanya tidak boleh tercampur karena akan menyebabkan pengendapan dan dapat menyumbat emitter pada jaringan irigasi tetes (Susila, 2006).

Manipulasi Bentuk

(19)

buah memiliki penampilan lebih menarik dari yang biasa misalnya berbentuk kotak. Perlakuan pemberian wadah juga mampu membuat penampilan buah lebih menarik (Rusdianto, 1995). Pembungkusan buah dapat menyebabkan akumulasi panas, sehingga memacu proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan buah (Damayanti, 2000).

Berbagai macam bahan telah digunakan untuk kotak manipulasi bentuk buah contohnya kaca, kayu, plastik dan semen. Menurut Coker (2005) penggunaan kaca sebagai kotak untuk memanipulasi bentuk semangka akan membuat kotak pecah tertekan oleh buah. Pemakaian kotak plastik yang dilapisi oleh semen dibagian luar akan menyebabkan buah pecah dan sulit untuk dipanen. Nguyen (2007) menyatakan penggunaan kotak dari bahan kayu akan menyebabkan peningkatan serangan hama dan menghalangi cahaya matahari langsung mengenai buah.

Penggunaan kotak kaca dengan kerangka alumunium dilakukan untuk membiarkan cahaya matahari langsung mengenai buah melon. Pemasangan kotak dilakukan pada 6 MST atau diameter buah mencapai 11 cm atau 12 cm pada melon F1 hasil persilangan Yellow dan Thang Long, buah akan menekan kotak dan terbentuk sesuai dengan bentuk kotak saat dipanen (11 MST) (Nguyen, 2007). Menurut Nguyen (2007) untuk membuat melon menjadi kotak sempurna dibutuhkan banyak percobaan karena peluang keberhasilanya hanya 40%.

Kualitas Buah

Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Kualitas yang diinginkan berbeda oleh setiap orang baik itu petani produsen, penerima dan distributor pasar, dan konsumen. Petani produsen menghendaki kultivar yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, dan tahan unuk dikirim jauh. Distributor menginginkan kualitas penampilan, kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen lebih memperhatikan tingkat kekerasa buah, penampilan buah, rasa buah dan nilai gizi buah.

(20)

pasca panen. Menurut Pantastico (1986) faktor-faktor pra panen yang mempengaruhi kulitas buah yaitu varietas, kemasakan, faktor-faktor lingkungan dan pembudidayaan. Faktor-faktor pasca panennya meliputi pemanenan, perlakuan pasca panen dan pendistribusian.

Kualitas buah melon yang baik diantaranya penampilan luarnya tidak cacat, mulus dan jaring 90% baik (pembentukan jaring yang sempurna pada

(21)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor pada ketinggian 250 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah melon varietas Hibrida 7, Winter melon (Cucumis melo var. inodorus) dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Hara yang digunakan berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3, ZnSO4 dan NaMoO4).Komposisi hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm, NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4- 60

ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4-113 ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn

0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm.

Media tanam berupa arang sekam. Insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos. Peralatan yang digunakan berupa tray semai, instalasi irigasi tetes, gelas ukur 1 000 ml, kontainer 100 liter (2 buah), kontainer 2 000 liter, termohygrometer, hand refraktometer, penetrometer, pH meter, EC meter, jangka sorong digital, ember, label, alat tulis, meteran, gunting pangkas, alkohol, sarung tangan, pisau, timbangan digital, polybag 35 cm x 35 cm, wadah bentuk kotak dari flexi glass (mika) transparan dengan ketebalan 3 mm dengan ukuran 12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm dan 10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm.

Metode Penelitian

(22)

dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol. Percobaan ini terdiri dari empat ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap satuan terdiri dari tiga tanaman sehingga jumlah keseluruhan 60 tanaman.

Model linier yang digunakan adalah:

Yij= μ + i + j+ εij (i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3,4) Keterangan,

Yij : Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

μ

: Nilai rataan umum αi : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : Pengaruh kelompok atau ulangan ke-j

ε

ij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan dengan analisis ragam (Uji-F). Jika hasil Uji-F menunjukkan pengaruh nyata maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Kontras

Ortogonal pada taraf α = 5%

Pelaksanaan

Sebelum penelitian dilaksanakan, rumah kaca dibersihkan serta alat dan bahan disiapkan. Larutan hara stok A dan B masing-masing dilarutkan degan menambahkan air sebanyak 90 liter ke kontainer A dan B (100 liter). Larutan hara stok A dan B diambil masing-masing 10 liter, kemudian diecerkan menjadi 2 000 liter ke dalam kontainer 2 000 liter dengan nilai EC 2.0-2.5 mmhos (mS.cm-1).

Penyemaian benih dilakukan selama 3 minggu dengan media kascing. Pindah tanam dilakukan kedalam polybag (35 cm x 35 cm) dengan media arang sekam, satu bibit untuk satu polibag. Jarak antar polybag 60 cm ditempatkan dalam 2 baris secara zig-zag.

(23)

sesuai dengan umur tanaman. Volume dan jadwal penyiraman disajikan pada Lampiran 1.

Pemeliharaan dilakukan mulai awal pindah tanam dengan melakukan pelilitan batang tanaman pada benang sebagai ajir. Pemangkasan cabang lateral dilakukan dengan membuang (memangkas) cabang lateral pada ruas 1-10. Tunas-tunas yang tumbuh dibagian atas ruas ke 20 dipangkas. Cabang ke 11-20 dipelihara untuk calon buah. Pemasangan kotak dengan ukuran (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) dan (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) dilakukan saat 1 minggu setelah antesis (MSA) (Gambar 1a) dan 2 MSA (Gambar 1b).

(a) (b)

Penyemprotan tanaman dilakukan untuk mengurangi Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman dengan menggunakan insektisida. Aplikasi insektisida dengan konsentasi 2 ml/liter dan dosis penyemprotan sekitar 50 ml/tanaman setelah dilarutkan dalam air. Pada awal penanaman (4 MST), tanaman disemprot insektisida sebanyak 3 hari sekali sampai tanaman mulai berbuah. Saat tanaman mulai berbuah (8 MST) penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai 2 minggu sebelum panen.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak pindah tanam pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) sampai 8 MST. Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman contoh pada setiap perlakuan. Pengamatan dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Pengamatan pada fase vegetatif ini bertujuan

(24)

untuk melihat perkembangan tanaman melon dan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk (topping) Pengamatan fase vegetatif meliputi:

1. Jumlah buku, dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir.

2. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh.

3. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah buku setiap minggunya.

Pengamatan fase generatif meliputi:

1. Umur buah, dihitung setelah terjadi antesis.

2. Umur panen, dihitung dari pindah tanam sampai panen

Pengamatan buah dilakukan setelah panen dilakukan pada empat tanaman contoh yaitu variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Pengamatan variabel kuantitatif meliputi:

1. Bobot buah (gram), diukur dengan timbangan digital. 2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah.

3. Diameter buah (cm), diukur dengan jangka sorong pada bagian tengah buah

4. Kekerasan kulit buah dan daging buah (mm/kg/5 s), diukur menggunakan penetrometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.

5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital. 6. Tebal kulit buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital.

7. Padatan terlarut total (PTT), diukur menggunakan hand refraktometer. Pengamatan variabel kualitatif meliputi:

1. Pengelompokan bentuk buah dilakukan secara kualitatif.

2. Ada atau tidaknya cacat fisik pada buah yang dilakukan secara kualitatif. 3. Uji Organoleptik uji aroma, rasa dan penampilan buah dengan cara uji

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pertanaman

Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan 17.5-22ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara 20-96 % (Lampiran 4). Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus). Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2 ml/liter.

s

(26)

Pertumbuhan Vegetatif Tanaman

Berdasarkan Gambar 3 pertambahan tinggi tanaman melon paling tinggi terjadi pada 8 MST yaitu sebesar 79.14 cm. Pertambahan tinggi tanaman dihentikan pada 8 MST dengan melakukan pemangkasan pucuk.

Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon

Berdasarkan Gambar 4 , dapat dilihat jumlah buku (ruas) pada tanaman setiap minggu mengalami pertambahan. Pertambahan jumlah buku tanaman paling banyak pada umur 8 MST yaitu sebanyak 9 buah

Gambar 4. Jumlah Buku Tanaman melon

(27)

Gambar 5. Panjang Ruas Rata-rata Tanaman Melon Panjang, Diameter dan Bobot Buah

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa pelakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah saat panen. Panjang dan diameter buah berkisar antara 11.05 sampai 11.89 cm untuk panjang buah, sedangkan untuk diameter buah 10.51 sampai 10.97 cm. Panjang dan diameter buah melebihi ukuran kotak sehingga kotak menjadi rusak (pecah). Bobot buah melon saat panen berkisar 966.40 sampai 1 057.50 gram.

Tabel 1. Panjang , Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen

Perlakuan Panjang Buah

Ket : tn menunjukan tidak berbeda nyata pada uji F taraf 5%

Kekerasan Kulit dan Daging buah

(28)

20.28 mm.kg-1.5s-1 memiliki arti bahwa dengan tekanan 1 kg kedalaman jarum pada buah mencapai 20.28 mm selama 5 detik. Hasil yang didapat menunjukan perlakuan P1 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak dari perlakuan P0 (Kontrol).

Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak dan dengan kotak terhadap kekerasan kulit dan daging buah memberikan pengaruh nyata. Perlakuan dengan kotak memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan 42.07 mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kekerasan kulit. Sedangkan untuk kekerasan daging didapatkan hasil yang berbeda sangat nyata dengan nilai kotak kecil lebih besar (lebih lunak) yaitu mm.kg-1.5s-1. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil berbeda nyata terhadap kekerasan kulit dan daging buah. Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan nilai yang lebih besar (lebih lunak) pada kekerasan kulit dan daging buah yaitu berturut-turut yaitu 18.77 mm.kg-1.5s-1 dan 48.09 mm.kg-1.5s-1.

Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Saat Panen

(29)

)---Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah

Berdasarkan data pada Tabel 3, bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap padatan total terlarut (PTT) saat panen. Padatan total terlarut (PTT) buah saat panen memiliki kiasaran 8.03 sampai 10.06 ºBrix. Menurut Setyowati (2009), nilai padatan total terlarut (PTT) dapat digunakan dalam menggambarkan cita rasa yang dimiliki suatu buah, semakin tinggi nilai padatan total terlarut (lebih dari 10 Brixº) maka kualitas buah tersebut akan baik.

Tabel 3. Padatan Total Terlarut (PTT), Ketebalan Kulit dan Daging buah Saat Panen

(30)

pengaruh nyata yaitu sebesar 25.55 mm, sedangkan ketebalaan daging buah pada pelakuan P0, P1, P2, P3 berurutan 22.97 mm, 23.18 mm, 22.10 mm, 25.03 mm.

Hasil uji kontras ortogonal menunjukan bahwa perlakuan tanpa kotak memberikan hasil lebih besar yaitu 2.48 mm dibandingkan perlakuan dengan kotak yaitu 1.90 mm, terhadap ketebalan kulit buah. Perlakuan pengkotakan memberikan pengaruh sangat nyata (lebih tipis) terhadap ketebalan kulit. Perbandingan perlakuan antara kotak kecil dan kotak besar didapatkan hasil perlakuan kotak besar memberikan nilai lebih besar yaitu 25.29 mm dibandingkan kotak kecil 22.64 mm, terhadap ketebalan daging buah. Perlakuan ukuran kotak memberikan pengaruh sangat nyata terhadap ketebalan daging buah. Perbandingan perlakuan antara waktu aplikasi 1 MSA dan 2 MSA memberikan hasil tidak berbeda nyata terhadap padatan total terlarut (PTT), ketebalan kulit dan daging buah.

Uji Organoleptik

Berdasarkan Tabel 4, responden lebih menyukai perlakuan kotak besar saat 1MSA (P3) (Gambar 6b). Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut memiliki rasa daging buah yang paling manis yaitu dengan skor 4.40 ± 0.88. Selain itu pelakuan kotak besar saat 1 MSA (P3) memiliki aroma buah yang paling wangi yaitu dengan skor 3.55 ± 0.60 dibandingkan perlakuan yang lain. Perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) mempunyai penampilan buah yang paling disukai responden (3.80 ± 0.89) dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 6a). Hal ini terjadi karena pada perlakuan kotak besar saat 2 MSA (P4) memiliki bentuk buah yang buah yang hampir kotak sempurna.

(31)

(a) (b)

Cacat Pada Buah

Cacat buah pada penelitian ini terjadi pada seluruh perlakuan. Berdasarkan Tabel 5, cacat buah 100 % dan 25 % terjadi pada semua perlakuan masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 75 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA (P1) dan kotak besar dengan waktu aplikasi 1 MSA (P3) masing-masing sebanyak 1 buah. Untuk cacat buah 50 % terjadi pada perlakuan kotak kecil dengan waktu aplikasi 2 MSA (P2) sebanyak 1 buah dan kotak besar dengan waktu aplikasi 2 MSA (P4) sebanyak 1 buah.

Tabel 5. Cacat Pada Buah Saat Panen

Pelakuan 100 % 75 % 50 % 25 %

----buah----

Kontrol (P0) 1 - - 2

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1) 1 1 - 2

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2) 1 - 1 2

Kotak Besar saat 1 MSA (P3) 1 1 - 2

Kotak Besar saat 2 MSA (P4) 1 - 1 2

(32)

(a) (b) (c)

Pengelompokan Buah

Pengelompokan buah dilakukan pada saat panen, pengelompokan ini bertujuan untuk mengetahui kualitas buah yang baik. Dalam pengelompokan ini dilakukan dengan cara skoring. Skor dibagi menjadi 1-6 nilai (Tabel 6).

Tabel 6. Pengelompokan Pada Buah Saat Panen

Skor Keterangan Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

1 Buah berbentuk bulat tidak

mengalami perubahan bentuk. 9 0 2 2 3

2 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 25% 0 2 2 3 3

3 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 50% 0 3 3 3 2

4 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 75% 0 5 3 2 2

5 Buah mengalami perubahan bentuk

buah menjadi berbentuk kotak 100% 0 0 0 0 0

6 Buah afkir / busuk 3 2 2 2 2

Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan diduga karena bentuk dan ukuran kotak yang kurang tepat. Buah melon yang terbentuk kotak 25% - 75% sebanyak 33 buah melon atau sebesar 55% dari total buah yang diamati. Perlakuan yang paling banyak membentuk buah menjadi berbentuk kotak 75% adalah perlakuan kotak kecil saat 1 MSA (P1) yaitu sebanyak 5 buah.

(33)

Pembahasan

Pertumbuhan vegetatif yang diamati pada pernelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah buku dan panjang ruas rata-rata. Pengamatan vegetatif ini bertujuan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk pada tanaman. Pengamatan dilakukan setiap minggu dan selalu terjadi peningkatan pada setiap minggu. Peningkatan terbesar terjadi saat tanaman berumur 8 MST. Tanaman memasuki fase generatif yaitu pada saat tanaman mulai berbuah rata-rata pada umur 9 MST. Pada saat tanaman mulai memasuki fase generatif dilakukan pemangkasan pucuk (toping) yang dilakukan pada seluruh tanaman. Pemangkasan pucuk dilakukan untuk mengurangi transpirasi tanaman yang bertujuan untuk menjaga kelembaban tanaman dan pengurangi serangan hama penyakit.

Pengamatan pada saat panen yaitu panjang buah, diameter buah dan bobot buah memiliki hasil yang tidak berbeda nyata. Hasil ini didapat berdasarakan hasil uji F, jadi perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang, diameter dan bobot buah. Hal ini disebabkan buah yang dipertahankan 1 buah pertanaman. Menurut Setyowati (2009), buah melon yang dipertahankan 1 buah pertanaman dapat menghasilkan panjang buah, diameter buah, lingkar buah dan bobot buah yang tidak jauh berbeda.

(34)

Perlakuan perbedaan ukuran kotak yang dipakai tidak mempengaruhi kekerasan yang didapat.

Nilai padatan total terlarut (PTT) yang terdapat pada suatu buah menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan kualitas buah tersebut. Padatan total terlarut (PTT) ini dapat digunakan sebagai indikator tingkat rasa, kemanisan dan kematangan buah. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), tinggi kadar padatan terlarut total pada buah melon akan menyebabkan meningkatkan kualitas buah. Hasil penelitian ini didapatkan hasil padatan total terlarut antara 8-10 ºBrix. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) melon yang berkualitas memiliki kandugan padatan total terlarut sebesar 10% (ºBrix) atau lebih. Berdasarkan hasil yang didapat perlakuan manipulasi bentuk buah (pengkotakan) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap padatan total terlarut (PTT).

Cacat buah yang terjadi pada semua perlakuan menunjukan pelakuan manipulasi bentuk tidak berpengaruh nyata terhadap cacat buah yang terjadi. Cacat buah yang terjadi umumnya adalah pecah buah. Pecah buah ini terjadi diduga karena hanya terdapat 1 buah pertanaman yang menyebabkan akumulasi asimilat yang berlebih pada buah dan terdapat tekanan atau paksaan secara mekanis saat kulit buah mulai menyentuh dinding kotak perlakuan. Poerwanto (1996) menyatakan buah yang menerima asimilat lebih bayak lebih rentan terhadap pecah buah. Andriyani (2006) menyatakan hibrida H7 memiliki kekurangan pada buah yang mudah mengalami cracking atau pecah buah. Pelakuan pengkotakkan juga diduga menyebabkan akumulasi panas yang terjadi di dalan kotak, sehingga proses pematangan dan perkembangan buah menjadi lebih cepat. Berdasarkan hasil penelitian Setyowati (2009) yang menyatakan pelakuan penutupan buah saat awal perkembangan buah menyebabkan akumulasi panas, sehingga proses perkembangan dan pematangan buah lebih cepat.

(35)

perlakuan yang dapat membentuk kotak hingga 75 %, tetapi perlakuan yang paling banyak mendapatkan hasil yaitu kotak kecil dengan waktu aplikasi 1 MSA. Panen buah dilakukan sekitar umur 11-12 MST (4 MSA). Buah yang dipanen merupakan buah yang menunjukan tanda-tanda sudah layak panen seperti tercium aroma buah, perkembangan zona absisik antara buah dan tangkai buah.

(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan manipulasi bentuk (pengkotakan) buah memberikan pengaruh terhadap beberapa variabel kulitas buah. Variabel kualitas yang menunjukan pengaruh sangat nyata yaitu kekerasan kulit dan daging buah. Buah melon dengan perlakuan manipulasi bentuk memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih lunak yaitu 17.53 mm.kg-1.5s-1 dan 42.07 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan buah melon tanpa perlakuan manipulasi bentuk yaitu 12.52 mm.kg-1.5s-1 dan 24.08 mm.kg-1.5s-1.

Variabel bobot buah, panjang buah, diameter buah, ketebalan daging dan PTT buah hasilnya tidak dipengaruhi oleh perlakuan. Ukuran kotak kecil memberikan pengaruh sangat nyata pada kekerasan dan ketebalan daging buah. Kekerasan daging buah melon pada kotak kecil lebih lunak yaitu 47.34 mm.kg

-1

.5s-1 dibandingkan pada kotak besar yaitu 36.81 mm.kg-1.5s-1. Ketebalan daging buah pada kotak kecil lebih tipis yaitu 22.64 mm dibandingkan pada kotak besar yaitu 25.29 mm.

Waktu aplikasi kotak saat 1 MSA memberikan pengaruh sangat nyata terhadap kekerasan daging buah. Kekerasan daging buah melon pada waktu aplikasi kotak 1 MSA lebih lunak yaitu sebesar 48.09 mm.kg-1.5s-1 dibandingkan aplikasi kotak 2 MSA yaitu sebesar 36.05 mm.kg-1.5s-1. Bentuk buah kotak sempurna (100%) tidak didapatkan pada semua perlakuan. Perlakuan yang dilakukan hanya dapat merubah bentuk buah melon menjadi sekitar 75 % berbentuk kotak

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani. 2006. Evaluasi Karakter Hortikultura Enam Hibrida Melon (Cucumis melo L.) Seri III Hasil Pemuliaan Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Coker, C. 2005. Adventure in Horticulture. Coastal Research & Extension Center. Mississippi State University. Mississippi.

Damayanti, M. 2000. Pengaruh Jenis Pembungkusan dan Saat Pembungkusan terhadap Kualitas Buah Jambu Air. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Departemen Pertanian. 2008. Volume Ekspor Komoditas Buah-buahan di Indonesia periode 2003-2006. http://www.Hortikultura.deptan.go.id/ [25 November 2009].

Harjadi, S.S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas pertanian, IPB. Bogor. 506 hal.

Hansen, V.E., O.W. Israelsen and G.E. Stringham. 1979. Irrigation Principles and Practices. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 387 p. Nguyen, D.T. 2007. Vietnam: Biotech student pioneers square melons.

http://vietman.vnagency.com.vn/[12maret2009].

Pantastico, E.B. 1986. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan Dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Terjemahan dari : Post Harvest Physiology, Handling and Utilization Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Penerjemah : Kamariyani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 887 hal.

Poerwanto, E.H. 1996. Pengaruh Perlakuan Toping, Aplikasi Auksin dan dan Aplikasi Kalium Terhadap Pecah Buah pada Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.). Skipsi. Jurusan Budi Daya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prastowo dan Liyantono. 2002 Irigasi tetes (drip irigation). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 51 hal.

Purnomo, S. 1993. Daya apadtasi semangka dan melon di dataran rendah. Jurnal Hortikultura 3(1):63-69.

Pusat Kajian Buah Tropika. 2009. Profil produk pengembangan buah unggulan. Pusat Kajian Buah Tropika. Bogor. 16 hal.

Rahardjo, A. 2007. Uji Karakteristik Hortikultura Enam Genotipe Melon (Cucumis melo L.) Dalam Sistem Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(38)

Production, and Nutritive Value Second Edition. Penerjemah : C. Herison. Penerbit ITB. Bandung. 635 hal.

Rusdianto, U. 1995. Pengaruh umur petik dan pembungkusan tandan terhadap mutu buah pisang kepok. Penelitian Hortikultura. 7(1): 54-61.

Santoso, B.B dan B.S Poerwoko. 1995. Fisiologi Pasca Panen Tanaman Horticultura. Jurusan Budidaya Pertaniaan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 187 hal.

Schawab, G.O., R.K. Frevent, T.W. Edminster and K.K Barnes. 1981. Soil and water Censervation Engineering. Third edition. John Wiley and Sons, Inc. Canada. 525 p.

Schawrz, M. 1995. Soilles Culture Management. Springer-Verlag. Berlin. 77 p. Setyowati, D. 2009. Pengaruh Pembungkusan Buah terhadap Kualitas Melon

(Cucumis melo L.) Secara Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Susila, A. D. 2006. Fertigasi pada Budidaya Tanaman Sayuran di dalam Green house. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 14 hal.

Susanto, S., Suwardi, dan N. Murniati. 2005. Pemanfaatan serasah daun bambu sebagai media budidaya tomat (Lycopersicon esculentum, Mill) dengan system hidroponik. Bul. Agron. 33(1):33-37.

Wardi, H., Sudarmodjo dan D. Pitoyo. 1998. Teknologi Hidroponik Media Arang Sekam Untuk Budidaya Hortikultura. www.iptek.net.id/artikel_19.htm[30 November 2010]

(39)
(40)

Lampiran 1. Volume dan Jadwal Penyiraman Tanaman Melon

(41)

Lampiran 2. Contoh Formulir Uji Organoleptik Buah Melon Lembar Penilaian Uji Organoleptik

Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon

Nama :

Pelakuan

Skor

Rasa Aroma Penampilan

Kontrol (P0)

Kotak Kecil saat 1 MSA (P1)

Kotak Kecil saat 2 MSA (P2)

Kotak Besar saat 1 MSA (P3)

Kotak Besar saat 2 MSA (P4)

Keterangan : Skor : 1 = sangat tidak suka 2 = tidak suka

(42)

Lampiran 3. Data Suhu Pagi dan Siang hari didalam Greenhouse bulan Juli-

Greenhouse bulan Juli- Oktober 2010

Umur Tanaman Pagi Siang

(43)

Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap

Total terkoreksi 19 3.50938

Lampiran 7. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap

Total terkoreksi 19 331035.63

Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Padatan Total Terlarut (PTT) Buah Melon

Sumber

Total terkoreksi 19 24.61038

Lampiran 9. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap

(44)

Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap

Total terkoreksi 19 2.225575

Lampiran 11. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Perlakuan 4 2689.9702 672.49254 16.79 <.0001

Galat 12 480.72263 40.060219

Total terkoreksi 19 3309.1351

Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap

(45)
(46)

PENGARUH MANIPULASI BENTUK BUAH TERHADAP

KUALITAS BUAH MELON (

Cucumis melo

L.) HIDROPONIK

MUHAMMAD INDRA KUSWARA

A24060760

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(47)

of Hydroponics Melon (Cucumis melo L.) Muhammad Indra Kuswara1 dan Anas D. Susila2

1

Student of Agronomy and Horticulture Departement, IPB

2

Lecture of Agronomy and Horticulture Departement, IPB

Abstract

The objective of this research was to study the effect of fruit shape manipulation on fruit quality of hydroponic melon. Different physical appearance it will raise the price of melon fruit. This study was conducted at Cikabayan (green house unit –University Farm of IPB) from July to October 2010. The research was arranged in randomized Completely Block Design with 4 replications. Five different box treatments: (P1) Box A with 7 days after anthesis (DAA) application, (P2)Box A with 14 DAA, (P3)Box B with 7 DAA, (P4)Box B with 14DAA, (P0) Control (not uses box). The result of this study show fruit shape manipulation is significantly different result to fruit quality factor (fruit peel firmness, flesh firmness and fruit peel thickness). Box treatment application in 7 days after anthesis (DAA) is recommended because of the fruits have better square shape (physical appearance), firmness and peel thickness.

(48)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas sayuran buah yang digemari oleh masyarakat. Melon berasal dari afrika, namun pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Tanaman ini sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat luas baik untuk konsumsi segar maupun dalam bentuk olahan. Menurut Rahardjo (2007) peningkatan konsumsi buah melon memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pengetahuan dan selera masyarakat terhadap pentingnya nilai gizi bagi kesehatan manusia.

Prospek pengembangan melon saat ini cukup cerah karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, harga relatif stabil, tanaman cepat menghasilkan buah, dan permintaan pasar meningkat. Menurut Departemen Pertanian (2008) produksi melon pada tahun 2007 mencapai 59 653 ton dengan produktivitas rata-rata 16.50 ton/ha. Sentra produksi buah melon di pulau Jawa diantaranya : Malang, Ngawi, Pacita, Madiun (Jawa Timur) serta Sukaharjo, Surakarta dan Klaten (Jawa Tengah).

Keunggulan buah melon ini terletak pada rasanya yang manis, tekstur daging buah renyah, warna daging buah yang berwarna hijau atau oranye, serta pada buahnya mengeluarkan aroma harum. Selain memiliki keunggulan buah melon juga memiliki kandungan gizi. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) dalam setiap 100 gr buah melon segar mengandung 41 kal, 0.9 mg protein, 0.1 mg lemak, 0,5 mg serat, 52 mg vitamin C, 500 mg I.U vitamin A, 14 mg kalsium dan 16.09 mg karbohidrat. Harjadi (1989) menyatakan bahwa bagian buah yang dapat dimakan sebesar 47% dari total buah dan bagian tersebut mengandung air 94%.

(49)

Penampilan luar buah yang berbeda akan meningkatkan harga jual per buah melon. Manipulasi bentuk yang dilakukan pada buah melon bertujuan agar buah memiliki penampilan berbeda dari yang biasa. Melakukan manipulasi bentuk buah menyebabkan perubahan bentuk buah secara mekanis. Manipulasi bentuk dapat dilakukan dengan memberikan wadah berbentuk kotak. Menurut Coker (2005) pemberian kotak ini juga dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Pemberian kotak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bentuk buah secara mekanis, sehingga betuk buah melon akan berubah menjadi seperti kotak yang ditempatinya. Pengaruh yang ditimbulkan akibat manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon yang dihasilkan belum dapat diketahui, sehingga dalam penelitian dilakukan uji pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah yang dihasilkan.

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh manipulasi bentuk buah terhadap kualitas buah melon (Cucumis melo L.) hidroponik.

Hipotesis

1. Ukuran kotak kecil yang digunakan dalam manipulasi bentuk buah pada melon akan menghasilkan kualitas buah yang lebih baik dibandingkan ukuran kotak besar.

(50)

TINJAUAN PUSTAKA

Melon (Cucumis melo L.)

Botani

Melon (Cucumis melo L.) tergolong dalam famili Cucurbitaceae genus Cucumis. Di Amerika Serikat, melon yang dibudidayakan dikelompokan dalam dua tipe utama yaitu Netted melon dan Winter melon. Dalam klasifikasinya secara botani tipe-tipe melon yang dibudidayakan terbagi dalam dua varietas yaitu : Cucumis melo var. cantaloupensis (Cantalop/Muskmelon) dan Cucumis melo var. inodorus (Winter melon). Varietas cantaloupensis merupakan tipe netted melon sedangkan varietas inodorus merupakan tipe winter melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Netted melon mempunyai ciri-ciri kulit buahnya tebal, keras dan kasar, berjaring, dan tahan lama. Musk melon memiliki bentuk buah bulat, kulit keras berjaring, daging buah hijau kekuningan, biji putih kecoklatan, dan aromanya harum. Contoh varietas Sky roket, Action, Aroma, dan Sweet star. Golongan

canteloup memiliki bentuk bulat atau hampir bulat, ukuran buahnya lebih besar, daging buah kurang tebal, warnanya jingga, biji putih kekuningan dan harum aromanya. Varietas Autumn, Bianglala, Hales best termasuk golongan cantaloupe. Winter melon mempunyai ciri-ciri kulit buah halus dan mengkilap, yang termasuk winter melon adalah Casaba melon (Cucumis melo var. inodorus). Golongan

casaba melon memiliki ciri-ciri berkulit tebal, agak keras, warna kulit hijau sampai kuning jingga dengan daging buah keras dan berwarna hijau muda atau jingga. Varietas Honey, Honey world, dan Sun merupakan varietas yang tergolong casaba melon (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

(51)

Bunga melon tergolong tanaman Andromonoecious, yaitu pada satu tanaman dihasilkan bunga jantan dengan serbuk sari dan bunga sempurna dengan serbuk sari, putik dan calon buah. Bunga yang terbentuk muncul dari ketiak daun, bunga jantan muncul dalam kelompok tiga sampai lima bunga per kelompok. Bunga sempurna tunggal dengan tangkai bunga yang gemuk pendek, dan tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga jantan biasanya muncul lebih awal dari pada bunga sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Syarat tumbuh

Pertumbuhan melon akan optimal jika dibudidayakan pada tanah dengan pH 6,0-6,8. Tanaman melon memerlukan curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm per tahun. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa kelembapan yang tinggi menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit yang mengakibatkan kerontokan daun dan ukuran buah lebih kecil saat panen.

Menurut Harjadi (1989), suhu udara yang optimum untuk melon adalah sekitar 26-30 °C tetapi masih toleran terhadap suhu rendah 10-15 °C dan suhu tinggi 40 °C. Suhu tinggi mutlak dibutuhkan pada saat periode pematangan buah. Kelembaban udara yang dibutuhkan sekitar 60%. Melon umumnya ditanam di dataran rendah menengah pada ketinggian di atas 300 m dpl, tetapi dapat diusahakan di dataran rendah yang memiliki kadar garam tinggi, yakni pada lokasi ketinggian 5 m di atas permukaan laut (Purnomo, 1993).

Varietas Hibrida 7

Hibrida 7 merupakan melon tipe winter, karena kulit buahnya mulus dan ada yang sedikit berjaring, bentuk buahnya bulat dengan warna kulit berwarna putih agak kehijauan, serta memiliki tekstur buah halus tak berserat. Kelebihan yang dimiliki oleh hibrida 7 adalah memiliki nilai PTT sebesar 10.50 oBrix (Raharjo, 2007),

(52)

varietas H7 yang ditanam di lahan memiliki umur panen 9 MST. Genotipe hibrida 7 unggul dalam ketahanan terhadap OPT, umur sedang 9 MST sampai 10 MST, bobot buah 1.1-1.5 kg, penampilan menarik, padatan total terlarut 11.0 ⁰Brix, dan aroma harum.

Hidroponik

Hidroponik berasal dari dua kata dari bahasa Yunani, yakni hydro yang artinya air dan phononos yang artinya bekerja. Jadi hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan air atau secara umum bercocok tanam tanpa tanah.

Bertanam dengan sistem hidroponik mempunyai banyak keuntungan, diantaranya : (1) menghemat penggunan lahan, (2) kualitas produk lebih tinggi, (3) pengendalian hama dan penyakit tanaman lebih mudah, (4) pemberian nutrisi tanaman mudah diatur dan (5) tidak tergantung pada musim (Wardi et al, 1998).

Menurut Schawrz (1995), media tanam yang digunakan untuk hidroponik bersifat inert. Media tanam yang dapat dapat digunakan diantaranya pasir, kerikil, perlite, vermikulit, peat, serbak gergaji, spon, sekam padi dan arang sekam. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penanaman tanpa tanah adalah tanaman tetap memerlukan unsur mineral, air dan penunjang. Pada umumnya media yang digunakan pada hidroponik tidak menyediakan unsur hara seperti halnya tanah. Oleh sebab itu, pemberian unsur mineral (hara) dalam bentuk larutan sangat penting dan harus benar-benar diperhitungkan sesuai dengan kebutuhan setiap tanaman, dan diusahakan untuk tidak sampai mengalami defisiensi atau kelebihan unsur hara karena dapat menurunkan produktivitasnya. Media tanam yang sering digunakan dalam budidaya hidroponik adalah arang sekam, karena arang sekam mempunyai tekstur yang kasar sehingga memudahkan terjadinya sirkulasi udara dan dapat menghindari penyakit tular tanah karena telah melalui tahap sterilisasi yaitu pembakaran (Susanto, et al. 2005).

Fertigasi

(53)

dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan manajemen irigasi (irrigation) yang selanjutnya disebut fertigasi (fertilization and irrigation) (Susila, 2006).

Pengairan dalam sistem budidaya secara hidroponik dilakuan melalui sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes merupakan metode pemberian air pada tanaman secara langsung melelui tetesan-tetesan yang sinambung dan perlahan, baik pada permukaan tanah maupun di dalam tanah. Alat pengeluaran air pada sistem irigasi tetes disebut emitter (Schawab et al., 1981). Pemberian air irigasi dengan cara membasahi daerah perakaran bertujuan untuk membasahi secara keseluruhan lahan, sehingga dapat mengurangi penguapan air secara berlebih dan efisiensi pemakaian air dapat mendekati 100% dan penghematan air mencapai 30 - 50% (Hansen et al., 1979).

Keuntungan dari penggunaan irigasi tetes diantaranya hemat dalam pemakaian air dan tenaga kerja, dapat menekan aktivitas organisme pengganggu tanaman, meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemberian pupuk dan pestisida, mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi topografi dan sifat media tumbuh tanaman. Kelemahan dari penggunaan irigasi tetes adalah biaya yang dikeluarkan cukup tinggi, dibutuhkan teknik yang relatif tinggi dalam desain, instalansi dan pengoperasian sistem, serta adanya penyumbatan emitter (Prastowo dan Liyantono, 2002).

Penggunaan larutan nutrisi pada media tumbuh merupakan faktor utama dalam budidaya tanaman secara hidroponik. Pada sistem hidroponik melon, hara yang digunakan adalah larutan AB Mix. Pupuk ini terdiri dari dua kelompok, yaitu pupuk stok A dan pupuk stok B. Pupuk stok A terdiri dari unsur N, K, Ca, dan Fe sedangkan pupuk stok B terdiri dari unsur N, P, S, Mg, B, Mn, Cu, Mo, dan Zn. Pupuk stok A mengandung kalsium dan besi, sedangkan pupuk stok B mengandung sulfat dan posfat, sehingga dalam pembuatan larutan stok, keduanya tidak boleh tercampur karena akan menyebabkan pengendapan dan dapat menyumbat emitter pada jaringan irigasi tetes (Susila, 2006).

Manipulasi Bentuk

(54)

buah memiliki penampilan lebih menarik dari yang biasa misalnya berbentuk kotak. Perlakuan pemberian wadah juga mampu membuat penampilan buah lebih menarik (Rusdianto, 1995). Pembungkusan buah dapat menyebabkan akumulasi panas, sehingga memacu proses pertumbuhan, perkembangan dan pematangan buah (Damayanti, 2000).

Berbagai macam bahan telah digunakan untuk kotak manipulasi bentuk buah contohnya kaca, kayu, plastik dan semen. Menurut Coker (2005) penggunaan kaca sebagai kotak untuk memanipulasi bentuk semangka akan membuat kotak pecah tertekan oleh buah. Pemakaian kotak plastik yang dilapisi oleh semen dibagian luar akan menyebabkan buah pecah dan sulit untuk dipanen. Nguyen (2007) menyatakan penggunaan kotak dari bahan kayu akan menyebabkan peningkatan serangan hama dan menghalangi cahaya matahari langsung mengenai buah.

Penggunaan kotak kaca dengan kerangka alumunium dilakukan untuk membiarkan cahaya matahari langsung mengenai buah melon. Pemasangan kotak dilakukan pada 6 MST atau diameter buah mencapai 11 cm atau 12 cm pada melon F1 hasil persilangan Yellow dan Thang Long, buah akan menekan kotak dan terbentuk sesuai dengan bentuk kotak saat dipanen (11 MST) (Nguyen, 2007). Menurut Nguyen (2007) untuk membuat melon menjadi kotak sempurna dibutuhkan banyak percobaan karena peluang keberhasilanya hanya 40%.

Kualitas Buah

Menurut Santoso dan Purwoko (1995) kualitas komoditi hortikultura segar merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut. Kualitas yang diinginkan berbeda oleh setiap orang baik itu petani produsen, penerima dan distributor pasar, dan konsumen. Petani produsen menghendaki kultivar yang berdaya hasil tinggi, tahan penyakit, mudah dipanen, dan tahan unuk dikirim jauh. Distributor menginginkan kualitas penampilan, kekerasan dan daya simpan yang panjang. Konsumen lebih memperhatikan tingkat kekerasa buah, penampilan buah, rasa buah dan nilai gizi buah.

(55)

pasca panen. Menurut Pantastico (1986) faktor-faktor pra panen yang mempengaruhi kulitas buah yaitu varietas, kemasakan, faktor-faktor lingkungan dan pembudidayaan. Faktor-faktor pasca panennya meliputi pemanenan, perlakuan pasca panen dan pendistribusian.

Kualitas buah melon yang baik diantaranya penampilan luarnya tidak cacat, mulus dan jaring 90% baik (pembentukan jaring yang sempurna pada

(56)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di dalam rumah kaca Unit Lapangan Cikabayan, University Farm, Institut Pertanian Bogor pada ketinggian 250 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober 2010.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan adalah melon varietas Hibrida 7, Winter melon (Cucumis melo var. inodorus) dari Pusat Kajian Buah-buahan Tropika IPB. Hara yang digunakan berupa larutan AB Mix yang terdiri dari pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3, ZnSO4 dan NaMoO4).Komposisi hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm, NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4- 60

ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4-113 ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn

0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm.

Media tanam berupa arang sekam. Insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos. Peralatan yang digunakan berupa tray semai, instalasi irigasi tetes, gelas ukur 1 000 ml, kontainer 100 liter (2 buah), kontainer 2 000 liter, termohygrometer, hand refraktometer, penetrometer, pH meter, EC meter, jangka sorong digital, ember, label, alat tulis, meteran, gunting pangkas, alkohol, sarung tangan, pisau, timbangan digital, polybag 35 cm x 35 cm, wadah bentuk kotak dari flexi glass (mika) transparan dengan ketebalan 3 mm dengan ukuran 12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm dan 10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm.

Metode Penelitian

(57)

dan (P0) tanpa kotak sebagai kontrol. Percobaan ini terdiri dari empat ulangan sehingga terdapat 20 unit percobaan. Tiap satuan terdiri dari tiga tanaman sehingga jumlah keseluruhan 60 tanaman.

Model linier yang digunakan adalah:

Yij= μ + i + j+ εij (i = 1, 2, 3, 4, 5 ; j = 1, 2, 3,4) Keterangan,

Yij : Nilai peubah yang diamati akibat perlakuan ke-i, ulangan ke-j

μ

: Nilai rataan umum αi : Pengaruh perlakuan ke-i

βj : Pengaruh kelompok atau ulangan ke-j

ε

ij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang dicobakan dilakukan dengan analisis ragam (Uji-F). Jika hasil Uji-F menunjukkan pengaruh nyata maka untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Kontras

Ortogonal pada taraf α = 5%

Pelaksanaan

Sebelum penelitian dilaksanakan, rumah kaca dibersihkan serta alat dan bahan disiapkan. Larutan hara stok A dan B masing-masing dilarutkan degan menambahkan air sebanyak 90 liter ke kontainer A dan B (100 liter). Larutan hara stok A dan B diambil masing-masing 10 liter, kemudian diecerkan menjadi 2 000 liter ke dalam kontainer 2 000 liter dengan nilai EC 2.0-2.5 mmhos (mS.cm-1).

Penyemaian benih dilakukan selama 3 minggu dengan media kascing. Pindah tanam dilakukan kedalam polybag (35 cm x 35 cm) dengan media arang sekam, satu bibit untuk satu polibag. Jarak antar polybag 60 cm ditempatkan dalam 2 baris secara zig-zag.

(58)

sesuai dengan umur tanaman. Volume dan jadwal penyiraman disajikan pada Lampiran 1.

Pemeliharaan dilakukan mulai awal pindah tanam dengan melakukan pelilitan batang tanaman pada benang sebagai ajir. Pemangkasan cabang lateral dilakukan dengan membuang (memangkas) cabang lateral pada ruas 1-10. Tunas-tunas yang tumbuh dibagian atas ruas ke 20 dipangkas. Cabang ke 11-20 dipelihara untuk calon buah. Pemasangan kotak dengan ukuran (12 cm x 9.5 cm x 9.5 cm) dan (10.5 cm x 10.5 cm x 10.5 cm) dilakukan saat 1 minggu setelah antesis (MSA) (Gambar 1a) dan 2 MSA (Gambar 1b).

(a) (b)

Penyemprotan tanaman dilakukan untuk mengurangi Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang menyerang tanaman dengan menggunakan insektisida. Aplikasi insektisida dengan konsentasi 2 ml/liter dan dosis penyemprotan sekitar 50 ml/tanaman setelah dilarutkan dalam air. Pada awal penanaman (4 MST), tanaman disemprot insektisida sebanyak 3 hari sekali sampai tanaman mulai berbuah. Saat tanaman mulai berbuah (8 MST) penyemprotan dilakukan seminggu sekali sampai 2 minggu sebelum panen.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap minggu sejak pindah tanam pada umur 4 minggu setelah tanam (MST) sampai 8 MST. Pengamatan dilakukan pada 3 tanaman contoh pada setiap perlakuan. Pengamatan dibagi menjadi dua fase yaitu fase vegetatif dan fase generatif. Pengamatan pada fase vegetatif ini bertujuan

(59)

untuk melihat perkembangan tanaman melon dan untuk menentukan waktu pemangkasan pucuk (topping) Pengamatan fase vegetatif meliputi:

1. Jumlah buku, dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir.

2. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh.

3. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah buku setiap minggunya.

Pengamatan fase generatif meliputi:

1. Umur buah, dihitung setelah terjadi antesis.

2. Umur panen, dihitung dari pindah tanam sampai panen

Pengamatan buah dilakukan setelah panen dilakukan pada empat tanaman contoh yaitu variabel kuantitatif dan variabel kualitatif. Pengamatan variabel kuantitatif meliputi:

1. Bobot buah (gram), diukur dengan timbangan digital. 2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah.

3. Diameter buah (cm), diukur dengan jangka sorong pada bagian tengah buah

4. Kekerasan kulit buah dan daging buah (mm/kg/5 s), diukur menggunakan penetrometer pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah.

5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital. 6. Tebal kulit buah (mm), diukur dengan jangka sorong digital.

7. Padatan terlarut total (PTT), diukur menggunakan hand refraktometer. Pengamatan variabel kualitatif meliputi:

1. Pengelompokan bentuk buah dilakukan secara kualitatif.

2. Ada atau tidaknya cacat fisik pada buah yang dilakukan secara kualitatif. 3. Uji Organoleptik uji aroma, rasa dan penampilan buah dengan cara uji

(60)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pertanaman

Tanaman melon selama penelitian berlangsung tumbuh baik, tidak ada tanaman yang mengalami kematian sampai saat panen. Suhu rata-rata harian di dalam rumah kaca sangat tinggi berkisar antara 40-45ºC saat siang hari dan 17.5-22ºC saat pagi hari (Lampiran 3) dan kelembaban antara 20-96 % (Lampiran 4). Suhu yang sangat tinggi dan kelembaban yang rendah pada siang hari menyebabkan daun tanaman mengalami kelayuan sementara. Hama tanaman yang menyerang tanaman saat penelitian berlangsung adalah pengorok daun (Liriomyza spp). Penyakit yang menyerang tanaman diantaranya embun tepung (Erysipht cichoracearum) dan penyakit kerdil (Cucumber Green Mottle Mosaic Virus). Hama dan penyakit yang menyerang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengendalian hama menggunakan insektisida yang digunakan yaitu berbahan aktif Deltametrin dan Profenofos dengan konsentrasi 2 ml/liter.

s

Gambar

Gambar 1. (a) Buah Melon Umur 1 MSA (b) Pemasangan Kotak Pada  Buah Umur 2 MSA
Gambar 2. Tanaman Melon dengan budidaya Hidroponik pada umur
Gambar 3. Tinggi Tanaman Melon
Tabel 1. Panjang , Diameter dan Bobot Buah Melon Saat Panen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan penggunaan model pembelajaran Cooperative metode STAD dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan pada observasi pendahuluan yang telah dilakukan pada tanggal 28 November 2016 diperoleh informasi bahwa dalam melaksanakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis; (1) kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang menggunakan macromedia flash ; (2) respons siswa terhadap

Data dalam penelitian ini, yaitu; (1) RPP yang dibuat guru dan peneliti secara kolaborasi yang mencakup perencanaan, pelaksanaan serta hasil pengamatan dan

Abstrak: Penelitian R&amp;D ini bertujuan untuk manghasilkan LKS berbasis video percobaan giroskop yang layak digunakan sebagai media pembelajaran fisika SMA pada

bahwa fungsi-fungsi pengambilan keputusan dalam kelompok yang diteliti memang sangat berorientasi pada hasil dan tujuan. Lebih lanjut, kebanyakan peran komunikasi dalam

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

Dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, Tim Abdimas UPBJJ-UT Semarang telah secara optimal melaksanakan kegiatan menciptakan lingkungan yang hijau dan