• Tidak ada hasil yang ditemukan

daun kelor 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "daun kelor 2"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

TESIS

BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (

BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR ( Moringa oleif

 Moringa oleifera

era))

TERHADAP

TERHADAP Eschericia coli 

 Eschericia coli  PENYEBAB KOLIBASILOSIS

 PENYEBAB KOLIBASILOSIS

PADA BABI

PADA BABI

ADITYA NUGRAHA ADITYA NUGRAHA NIM 1192361009 NIM 1192361009

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

DENPASAR

2013

2013

(2)
(3)

BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (

BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR ( Moringa oleife

 Moringa oleifera

ra))

TERHADAP

TERHADAP Eschericia coli 

 Eschericia coli  PENYEBAB KOLIBASILOSIS

 PENYEBAB KOLIBASILOSIS

PADA BABI

PADA BABI

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

Pada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan Pada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan

Program Pascasarjana Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana

ADITYA NUGRAHA ADITYA NUGRAHA NIM 1192361009 NIM 1192361009

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

DENPASAR

2013

2013

(4)

Lembar Pengesahan Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 14 OKTOBER 2013 TANGGAL 14 OKTOBER 2013

Pembimbing

Pembimbing I I Pembimbing Pembimbing IIII

Dr.

Dr. drh. drh. Hapsari Hapsari Mahatmi, Mahatmi, MP MP Dr. Dr. drh. drh. I I Nengah Nengah Kerta Kerta Besung, Besung, M.SiM.Si NIP.

NIP. 19600605 19600605 198702 198702 2 2 001 001 NIP. NIP. 19630528 19630528 198903 198903 1 1 003003

Mengetahui Mengetahui

Ketua

Ketua Program Program Magister Magister DirekturDirektur Kedokteran Hewan

Kedokteran Hewan Program

Program Pascasarjana Pascasarjana Program Program PascasarjanaPascasarjana Universitas

Universitas Udayana Udayana Universitas Universitas UdayanaUdayana

Prof. Dr. drh.

Prof. Dr. drh. I Ketut I Ketut Puja, M.Kes Puja, M.Kes Prof. Dr. Prof. Dr. dr. A. A. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP.

(5)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :  Nama : Aditya Nugraha  NIM : 1192361009

Program Studi : Kedokteran Hewan

Judul Tesis : Bioaktifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera)

Terhadap Eschericia coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas Plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI NO. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

Denpasar, 13 Oktober 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Aditya Nugraha dilahirkan pada tanggal 26 Pebruari 1987 di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari tiga  bersaudara, putra dari pasangan suami istri R. Setyo Haryoso dan Sri Susilowati. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Payaman III Kabupaten  Nganjuk dan menamatkan pendidikan tahun 1999, Pendidikan Sekolah Menengah

Pertama di SMPN 1 Nganjuk, diselesaikan tahun 2002, Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Nganjuk, diselesaikan pada tahun 2005. Selanjunya  penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) tahun 2011 dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter Hewan tahun 2012. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Magister Program Studi S2 Kedokteran Hewan di Universitas Udayana pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, dengan judul penelitian “Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) Terhadap  Eschericia coli  Penyebab Kolibasilosis Pada Babi”. Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Hewan pada Program Magister Program Studi S2 Kedokteran Hewan Program Pascasarjana Universitas Udayana.

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, penulis bisa melaksanakan penelitian hingga menyusun Tesis ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Pada kesesmpatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP selaku pembimbing I dan Dr. drh. I Nengah Kerta Besung, M.Si selaku pembimbing II, atas dukungan, semangat, bimbingan, arahan, dan perhatian yang tulus sehingga penulis bisa mengikuti program magister, khususnya dalam penulisan Tesis ini.

Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS sebagai penguji Tesis yang sekaligus Pembantu Rektor 1 Universitas Udayana, Dr. drh. I Nyoman Adi Suratma, MP sebagai penguji Tesis sekaligus sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan banyak masukan berarti, Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes sebagai  penguji tesis sekaligus sebagai Ketua Program Studi S2 Kedokteran Hewan yang

telah memberikan arahan yang sangat berguna dalam proses penyempurnaan Tesis ini. Kepada Kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan terima kasih atas ijinnya sehingga penulis bisa melakukan penelitian dengan fasilitas yang tersedia.

Penulis secara khusus mendedikasikan tulisan ini kepada Bapak R. Setyo Haryoso dan Ibu Sri Susilowati yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan semangat, kepercayaan dan kasih sayang, serta adik-adikku Dipta Rukmana dan Wahyu Indria terima kasih atas dukungan dan semangat sehingga  penulisan Tesis ini berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguru-guruan tinggi.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini. Semoga tulisan dalam Tesis ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia Kedokteran Hewan khususnya.

(8)

ABSTRAK

Kelor ( Moringa oleifera) merupakan tanaman berpotensi di bidang medis sebagai obat herbal untuk mengobati infeksi bakteri, karena memiliki kandungan flavonoid, tanin, glikosida, dan terpinoids. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) terhadap bakteri E. coli yang di isolasi dari babi penderita kolibasilosis dengan gejala yang khas mencret berwarna  putih. Sebanyak 21 sampel feses dilakukan isolasi, identifikasi dan serotiping terhadap E. coli  patogen melalui tes aglutinasi serotipe polivalen 1-5, 6-11. Sampel  positip  E. coli  patogen dikultur dan dipergunakan pada perlakuan uji in vitro. Pengujian terhadap daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oliefera) dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan konsentrasi yang  berbeda (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%). Serta 2 perlakuan pelarut ekstraksi (ekstraksi dengan pelarut air dan ekstraski dengan pelarut etanol). Metode pengujian daya hambat dilakukan dengan metode Kirby Bouer  (Sumur Difusi). Besarnya daya hambat dari masing-masing sampel dianalisis dengan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor pelarut air dan etanol mampu menghambat  pertumbuhan bakteri  E. coli  dengan sangat nyata (P<0,01), dengan hambatan optimum masing-masing pada konsentrasi 50% (8.3 ± 3.1544) mm dan konsentrasi 75% (14 ± 1.0000) mm.

Kata kunci : E. coli, ekstrak air daun kelor ( Moringa oleifera), ekstrak etanol daun kelor ( Moringa oleifera).

(9)

ABSTRACT ABSTRACT

 Moringa

 Moringa oleiferaoleifera is a potential plant in the medical field of herbal remedy to is a potential plant in the medical field of herbal remedy to medicate bacterial infection. This study aims to determine the inhibition of leaf medicate bacterial infection. This study aims to determine the inhibition of leaf extracts

extracts  Moringa  Moringa oleiferaoleifera  towards  towards  E.  E. colicoli  isolated of Colibacillosis from swine. A  isolated of Colibacillosis from swine. A total of 21 stool samples were used in this research. The isolation, identification and total of 21 stool samples were used in this research. The isolation, identification and serotiping

serotiping E. coli E. coli pathogens through polyvalent serotype agglutination tests of 1-5, 6- pathogens through polyvalent serotype agglutination tests of 1-5, 6-11. Samples with positive

11. Samples with positive  E.  E. colicoli  pathogens were cultured and used with in vitro  pathogens were cultured and used with in vitro treatment. Inhibition of

treatment. Inhibition of  Moringa  Moringa oleiferaoleifera  leaf extract has examination using  leaf extract has examination using completely randomized

completely randomized design design with fwith five treatment ive treatment of difof difference concentration ference concentration atat (0%, 25%, 50%,

(0%, 25%, 50%, 75%, and 100%) 75%, and 100%) and also two and also two treatment of treatment of extract (extract extract (extract waterwater and extract ethanol). Examination method of inhibition using

and extract ethanol). Examination method of inhibition using  Kirby  Kirby Bouer Bouer   method  method (well diffusion). Level of inhibition from each sample analyzed with variance (well diffusion). Level of inhibition from each sample analyzed with variance analysis. The results showed water and ethanol leaf extract of

analysis. The results showed water and ethanol leaf extract of Moringa oleifera Moringa oleifera could could inhibit the

inhibit the growth of growth of  E. coli E. coli with optimum resistance respectively at concewith optimum resistance respectively at concentrations ofntrations of 50% (8.3 ± 3.1544) mm and concentration of 75% (14 ± 1.0000) mm.

50% (8.3 ± 3.1544) mm and concentration of 75% (14 ± 1.0000) mm.

Key Words

Key Words : : E. coli E. coli,, Moringa oleifera Moringa oleifera water extraction,water extraction, Moringa oleifera Moringa oleifera ethanol ethanol extraction

(10)

RINGKASAN RINGKASAN

Kolibasilosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Kolibasilosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh  Escherichia  Escherichia colicoli  patogen,

 patogen, terutama terutama infeksiinfeksi  E.  E. colicoli  enterotoksigenik (ETEC) dan dapat menghambat  enterotoksigenik (ETEC) dan dapat menghambat  produktifitas

 produktifitas babi. babi. E. E. coli coli enterotoksigenik enterotoksigenik kebanyakan kebanyakan menyerang menyerang babi babi muda muda padapada umur 2 minggu, dengan gejala yang khas adalah mencret berwarna putih. Pemberian umur 2 minggu, dengan gejala yang khas adalah mencret berwarna putih. Pemberian antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati penyakit infeksi antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati penyakit infeksi kolibasilosis, namun pemberian antibiotik secara terus menerus dapat mengakibatkan kolibasilosis, namun pemberian antibiotik secara terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi, sehingga dapat mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif timbulnya resistensi, sehingga dapat mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif dan masa pengobatan menjadi lebih panjang. diperlukan alternatif obat yang berasal dan masa pengobatan menjadi lebih panjang. diperlukan alternatif obat yang berasal dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk mengendalikan masalah dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk mengendalikan masalah resisten antibiotik. Penelitian-penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak di resisten antibiotik. Penelitian-penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak di lakukan di Indonesia. Hal ini terkait dengan kandungan metabolit sekunder dari lakukan di Indonesia. Hal ini terkait dengan kandungan metabolit sekunder dari tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Daun kelor (

tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Daun kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera)) sudah dikenal luas di Indonesia, tetapi pemanfaatannya belum begitu maksimal, sudah dikenal luas di Indonesia, tetapi pemanfaatannya belum begitu maksimal, selain mengandung vitamin A, C daun kelor juga mempunyai senyawa metabolit selain mengandung vitamin A, C daun kelor juga mempunyai senyawa metabolit sekunder glukosianat dan isotiosianat yang diketahui sebagai hipotensif, anti kanker, sekunder glukosianat dan isotiosianat yang diketahui sebagai hipotensif, anti kanker,  penghambat aktivitas bakteri dan jamur.

 penghambat aktivitas bakteri dan jamur.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor (( Moringa oleifera Moringa oleifera) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri E. coli E. coli patogen patogen  penyebab

 penyebab kolibasilosis pada kolibasilosis pada ternak babi ternak babi secara in secara in vitro. Dengan vitro. Dengan konsentrasi (0, konsentrasi (0, 25%,25%, 50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali. 21 Sampel 50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali. 21 Sampel  penelitian

 penelitian ini ini diperoleh diperoleh dari dari peternakan peternakan intensif intensif dan dan semi semi intensif intensif di di KecamatanKecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Bali. Dalam penelitian ini Kerambitan dan Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Bali. Dalam penelitian ini akan dilakukan ekstraksi daun kelor (

akan dilakukan ekstraksi daun kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera) dengan menggunakan pelarut) dengan menggunakan pelarut yang sama kepolarannya yaitu air dan etanol. Selanjutnya Uji aktivitas antibakteri yang sama kepolarannya yaitu air dan etanol. Selanjutnya Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor (

ekstrak daun kelor ( Moringa  Moringa oleiferaoleifera) terhadap) terhadap  E.  E. colicoli  patogen dilakukan dengan  patogen dilakukan dengan metode Kirby bouer (sumur difusi).

metode Kirby bouer (sumur difusi).

Berdasarkan pengamatan ekstrak daun kelor (

Berdasarkan pengamatan ekstrak daun kelor ( Moringa  Moringa oleiferaoleifera) dengan) dengan  pelarut

 pelarut air air mampu mampu menghambat menghambat aktivitas aktivitas bakteribakteri  E.  E. colicoli  patogen yang ditandai  patogen yang ditandai dengan adanya zona hambat di sekeliling sumur difusi, ekstrak daun kelor (

dengan adanya zona hambat di sekeliling sumur difusi, ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleifera

oleifera) dengan pelarut etanol juga mampu menghambat aktivitas bakteri) dengan pelarut etanol juga mampu menghambat aktivitas bakteri  E.  E. colicoli  patogen

 patogen yang ditandai yang ditandai dengan dengan adanya adanya zona zona hambat hambat di di sekeliling sumur sekeliling sumur difusi. difusi. HasilHasil analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor (

analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor ( Moringa  Moringa oleiferaoleifera) dengan) dengan  pelarut air

(11)

coli

coli  patogen, ekstrak daun kelor (  patogen, ekstrak daun kelor ( Moringa  Moringa oleiferaoleifera) dengan pelarut etanol) dengan pelarut etanol memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas bakteri

memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas bakteri  E.  E. colicoli  pathogen. Selanjutn

 pathogen. Selanjutn ya dengan ya dengan uji LSD uji LSD ekstrak daun ekstrak daun kelor (kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera) dengan) dengan  pelarut air memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 50%

 pelarut air memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 50% (8.3 ± 3.1544) mm,(8.3 ± 3.1544) mm, sedangkan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol memiliki daya sedangkan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 75% (14 ± 1.0000) mm.

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... ... vi

ABSTRAK………. vii

ABSTRACT ... viii

RINGKASAN... ix

DAFTAR ISI ……….... xi

DAFTAR TABEL ... ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... ... xv

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ... ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 4

1.3 Tujuan Penelitian ……… 5

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Ternak Babi ……… 6

2.2 Eschericia coli ……… 7

2.3 Kelor ( Moringa oleifera) ……… 11

2.3.1 Kandungan Bahan Aktif dalam Moringa oleifera ……… 13

2.4 Manfaat Daun Kelor ( Moringa oleifera) ……… 15

2.4.1 Daun Kelor ( Moringa oleifera) sebagai terapi ………. 16

2.5 Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri dari Daun Kelor (Moringa oleifera) ……….. 16

(13)

BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ... ... 19

3.1 Kerangka Berfikir ………... 19

3.2 Kerangka Konsep ………... 22

3.3 Hipotesis ………. 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 23

4.1 Rancangan Penelitian ………. 23

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 23

4.3 Penentuan Sumber Data ………. 23

4.4 Variabel Penelitian ………. 24

4.5 Bahan Penelitian ……… 24

4.6 Instrumen Penelitian ……….. 25

4.7 Prosedur Penelitian ……… 25

4.7.1 Isolasi Bakteri E. coli patogen ………. 25

4.7.2 Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) ..……….. 26

4.7.3 Suspensi bakteri ……… 27

4.7.4 Uji efektivitas ektrak daun kelor ( Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan bakteri E. coli patogen secara in vitro dengan Uji Sumur Difusi ……….. 27

4.7.5 Alur kerja ekstraksi daun kelor ( Moringa oleifera) ………… 28

4.7.6 Alur kerja Uji sentivitas ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) ……… 29

4.8 Analisis Data ……….. 29

BAB V HASIL ... ... 30

5.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air dan Etanol Terhadap E. coli Patogen ………. 30

5.2 Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air ………… 34

(14)

BAB VI PEMBAHASAN ... 38

6.1 Aktifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air dan Etanol ………... 38

6.2 Efektifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air ……….. 40

6.3 Efektivitas ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Etanol ………. 41

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... ... 43

7.1 Simpulan ……….. 43

7.2 Saran ……… 43

DAFTAR PUSTAKA .……….. 44

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman 4.1 Kandungan serum aglutinasi untuk diagnosa Polivalen 1-5 dan 6-11... 26 5.2 Hasil rata-rata zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)

dengan pelarut air dan etanol terhadap E. coli patogen ... 32 5.3 Hasil analisis ragam ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)

dengan pelarut air terhadap E. coli patogen ... 34 5.4 Hasil uji LSD antara diameter daya hambat ekstrak daun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut air dalam beberapa konsentrasi ... 35 5.5 Hasil analisis sidik ragam ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)

dengan pelarut etanol terhadap bakteri E. coli patogen ... 36 5.6 Hasil uji LSD antara diameter daya hambat ekstrak daun kelor

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Daun, buah, dan bunga Moringa oleifera ... 13

2.2 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate ... 14

2.3 Pterygospermin ... 14

2.4 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzylglucosinolate ... 14

5.5 Zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air terhadap bakteri E. coli pathogen ... 30

5.6 Zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan  pelarut etanol terhadap bakteri E. coli pathogen ... 31

5.7 Perbandingan diameter Zona Hambat ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dan etanol (mm) ... 33

(17)

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

ETEC : Enterotoxigenic Eschericia coli RNA : Ribonucleic acid

H37Rv : Strain Mycobacterium tuberculosis EPEC : Enteropathogenic Eschericia coli EIEC : Enteroinvasive Eschericia coli EHEC : Enterohaemorrhagic Eschericia coli EAEC : Enteroaggregative Eschericia coli BHA : Butylated Hydroxyanisole

BHT : Butylated Hydroxytoluena DMSO : Dimetilsulfoksida

DMF : Dimetilformamida  pH : potential of Hydrogen

MHA : Mueller Hinton Agar  SBA : Sheep Blood Agar  CFU : Colony Forming Unit

LSD : Least Siginificant Difference LPS : Lipopolisakarida

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Tabel Rata-rata zona hambat ekstrakdaun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut air ... ... 56 Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam ekstrak daun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut air ... 56 Lampiran 3. Uji LSD ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air .... 57 Lampiran 4. Tabel Rata-rata zona hambat ekstrak daun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol ... 59 Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam ekstrak daun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol ... 59 Lampiran 6. Uji LSD ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial

untuk dikembangkan. Sebagai komoditas ekspor nasional, ternak babi ini masih

terbuka lebar untuk dikirim ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong.

Berdasarkan statistik peternakan tahun 2010, pop ulasi ternak babi tertinggi terdapat di

Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara

(734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor),

Papua (546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942

ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri

(185,663 ekor) (Deptan, 2012).

Salah satu faktor yang menghambat produktifitas babi adalah infeksi penyakit,

dalam hal ini ternak babi rentan sekali terinfeksi penyakit kolibasilosis. Penyakit ini

disebabkan oleh Escherichia coli  patogen, terutama infeksi E. coli  enterotoksigenik

(ETEC). E. coli tipe ini kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, khususnya

 pada umur 2 minggu (Suprat et al , 2011). Gejala yang khas adalah mencret berwarna

 putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan white scours atau diare putih.

Besung (2010) telah meneliti sebanyak 2005 ekor anak babi yang berasal 200 induk

 babi di Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar dan Kota Denpasar menderita

(20)

dan Hassan pada tahun 1985 sebanyak 26%. Tingkat morbiditas, mortalitas, dan

fatalitas juga telah diteliti oleh Kardena et al   (2012) pada peternakan babi semi

intensif di Tabanan dengan angka persentase masing-masing 8,60%, 2,05%, dan 23,

8%. Hal ini tentu saja menjadi salah satu dampak kerugian ekonomi yang

ditimbulkan bagi peternak.

Disamping menimbulkan kerugian pada babi,  E. coli  patogen yang

menginfeksi babi juga berpeluang menjadi zoonosis, yang dapat menimbulkan

 penyakit pada manusia. E. coli yang bersumber dari babi menghasilkan verotoksin

yang berakibat diare berdarah pada manusia, gejala kencing darah, dan kematian

(Eriksson, 2010).

Pemberian antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati infeksi

kolibasilosis. Beberapa antibakteri yang efektif diantaranya adalah golongan

Penisilin, Cephalosporin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Aminoglikosid (Sornplang et

al , 2010). Tetrasiklin dan aminoglikosid berfungsi sebagai penghalang terikatnya

RNA pada bagian spesifik dari ribosom, akibatnya sintesis protein mengalami

hambatan sangat tinggi, maka antibakteri ini sering digunakan untuk penanganan

kolibasilosis pada babi (Rostinawati, 2009). Namun pemberian antibiotik sebagai

 penanganan penyakit mempunyai kelemahan yaitu timbulnya resistensi apabila tidak

digunakan sesuai aturan (Hammerum and Heuer, 2009), sehingga menyebabkan

 pengobatan tidak efektif dan masa pengobatan menjadi lebih panjang serta ternak

(21)

Malik et al  (2011); joshi et al   (2012); Costa et al   (2010); Sornplang et al

(2010) melaporkan bahwa di peternakan babi pada beberapa negara bagian di

Amerika Serikat, Eropa dan Asia telah mengalami resisten antibiotik. Bhaskara et al 

(2012) telah meneliti tentang kejadian resistensi terhadap beberapa antibiotik

diantaranya adalah Oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan gentamisin pada

 peternakan babi semi intensif di Kabupaten Tabanan. Pemakaian antibiotika selain

sebagai pengobatan atau terapi, juga digunakan sebagai growth promotore sehingga

dapat mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi hasil ternak serta

mengurangi biaya pakan. Tetapi disisi lain pemakaian antibiotika tanpa aturan dapat

menyebabkan beberapa masalah, yaitu resisten terhadap antibiotik dan adanya residu

antibiotik dalam jaringan- jaringan atau organ hewan (Yuningsih, 2005).

Residu antibiotik pada produk makanan yang berasal dari ternak dapat

membahayakan bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya, karena dapat

menyebabkan reaksi alergi dan reaksi resistensi (Yuningsih, 2005). Kejadian

resistensi antibiotik terhadap bakteri yang diisolasi dari pasien penderita diare di

 beberapa rumah sakit di Indonesia juga telah dilaporkan oleh Tjaniadi et al  (2003).

Peraturan Internasional tentang batas penggunaan antibiotik sudah diterapkan

di negara-negara Eropa dan China (Castanon, 2007; Wang et al , 2011), namun

tampaknya di Indonesia belum sepenuhnya berjalan, terbukti dari penelitian

 pendahuluan yang dilakukan isolat bakteri  E. coli  patogen yang diperoleh dari

Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan telah resisten terhadap

(22)

obat yang berasal dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk

mengendalikan masalah resisten antibiotik.

Penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak diteliti di Indonesia. Hal

ini terkait dengan kandungan bahan aktif sebagai hasil metabolisme sekunder pada

tanaman yang juga dapat berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Rahmat,

2009). Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit

memberikan hasil yang signifikan, Vingga et al   (2010) juga telah meneliti tentang

manfaat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dapat menghambat bakteri  E. coli

 patogen penyebab kolibasilosis pada ayam pedaging. Dengan pelarut air dan etanol,

Rostinawati (2008) mengungkapkan bahwa ekstrak bunga rosella terbukti dapat

menghambat pertumbuhan  Mycobacterium tuberculosis Galur Labkes-026 (Multi

 Drug Resisten) dan Mycobacterium tuberculosis Galur H37Rv. Ekstrak bawang putih

dengan pelarut air dan etanol juga terbukti mampu menghambat bakteri gram positif

dan negatif yang diisolasi dari udang dogol ( Metapenaeus monoceros), udang lobster

( Panulirus sp), dan udang rebon ( Mysisdan Acetes) (Lingga and Rustama, 2006).

Kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, tetapi

 belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Di Indonesia pohon kelor

 banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah,

 berfungsi sebagai tanaman penghijau. Selain itu tanaman kelor juga dikenal sebagai

tanaman obat berkhasiat dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor

(23)

Tanaman kelor kaya akan pro vitamin A dan C, khususnya β-karoten, yang

akan diubah menjadi vitamin A dalam tubuh dan secara nyata berpengaruh terhadap

hepatoprotective (Bharali, 2003). Kandungan senyawa glukosianat dan isotiosianat

dalam tumbuhan kelor diketahui sebagai hipotensif, anti kanker, penghambat aktivitas

 bakteri dan jamur (Anwar et al , 2007). Kandungan-kandungan senyawa metabolit

sekunder dalam daun kelor ( Moringa oleifera) dapat diambil dengan cara ekstraksi.

Dengan metode ekstraksi, maka perlu dipertimbangkan pelarut yang akan digunakan.

Prinsip kelarutan adalah “like dissolve like”, yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan

senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa

non-polar, (2) pelarut organik akan melarutkan senyawa organik (Rostinawati, 2008).

Selain mudah didapatkan dan tidak toksik pelarut air dan etanol diketahui bersifat

 polar sehingga senyawa aktif metabolit sekunder dari daun kelor ( Moringa oleifera)

yang juga bersifat polar dapat diambil dengan menggunakan kedua pelarut tersebut

(Ahmad and Beg, 2001). Dengan berbagai manfaat yang terkandung dalam tanaman

kelor tersebut diharapkan dapat menghambat aktivitas bakteri  E. coli  patogen

(24)

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dapat

menghambat aktivitas bakteri  E. coli  patogen yang diisolasi babi penderita

kolibasilosis?

2. Apakah ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol dapat

menghambat aktivitas bakteri  E. coli  patogen yang diisolasi babi penderita

kolibasilosis?

3. Berapa konsentrasi optimal ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan

 pelarut air dan etanol dalam menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan

 pelarut air dalam menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi

 babi penderita kolibasilosis.

2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan

 pelarut etanol dalam menghambat aktivitas bakteri  E. coli  patogen yang

diisolasi babi penderita kolibasilosis.

3. Untuk mengetahui konsentrasi optimal dari pengenceran ekstrak daun kelor

( Moringa oleifera) dengan pelarut air dan etanol dalam menghambat aktivitas

(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi awal tentang potensi

 Moringa oliefera  sebagai bahan alami yang bisa dipakai sebagai alternatif

 penanganan penyakit infeksi yang aman dan ramah lingkungan. Khususnya

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Babi

Ternak babi terbilang sangat menguntungkan karena babi merupakan ternak

yang sangat efisien dalam pembentukan daging, walaupun yang mengkonsumsi

daging babi hanya sebagian kecil rakyat Indonesia. Usaha peternakan babi menurut

Sostroamidjojo (1980) mempunyai arti ekonomi yang sangat penting karena :

1. Ternak babi lebih efisien dalam merubah bahan makanan menjadi daging

dibanding ternak-ternak lainnya.

2. Ternak babi adalah ternak profilik dan dapat memberikan keuntungan

yang relatif besar bagi peternak. Satu kali melahirkan bisa 6-12 ekor, dan

setiap indukan bisa beranak 2 kali dalam setahun.

3. Berat produksi karkas yang dapat terjual mempunyai besaran yang cukup

tinggi. Persentasi karkas babi cukup tinggi bisa mencapai 65%-80%

sedangkan karkas sapi hanya 50%-60%, domba dan kambing hanya

45%-60%.

4. Kotoran dari ternak babi dapat diolah menjadi pupuk.

Menurut Holden and Ensminger (2005), secara zoologis ternak babi diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kelas : Mamalia

(27)

Sub Ordo : Suina

Family : Suidae

Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa, Sus vittatus, Sus cristatus, Sus domesticus, Sus

barbatus dan Sus verrucocus

Edward and smith (1998) menyatakan bahwa jumlah anak dan kelangsungan

hidup merupakan faktor penentu yang penting dalam keberhasilan beternak babi.

Periode kritis dalam beternak babi adalah pada periode saat lahir hingga disapih.

Sampai umur satu minggu setelah dilahirkan, anak babi mengalami masa kritis,

karena babi yang baru lahir atau sebelum disapih secara fisiologis belum matang.

Persentase mortalitas anak babi dapat mencapai 12% sampai hari ke- 7 setelah anak

 babi dilahirkan. Lebih dari 60% kematian anak babi sebelum disapih disebabkan oleh

faktor induk dan juga pengaruh dari suplai nutrisi yang dapat diakibatkan dari

rendahnya produksi susu induk yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak babi

(Pon and Manner, 1970).

Mencret atau diare sangat umum terjadi pada anak babi pada minggu pertama

dimana penyebab utamanya adalah bakteri E. coli patogen (Besung, 2010). Kejadian

kolibasilosis pada anak babi di Bali periode 2004-2008 mengalami peningkatan yang

cukup tinggi. Tahun 2004 tercatat sebanyak 5.307 ekor terserang kolibasilosis

dengan 81 ekor mengalami kematian. Di tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008

ditemukan kejadian penyakit berturut-turut sebanyak 6.582 ekor, 8.607 ekor,

(28)

121 ekor, dan 489 ekor (Disnak, 2009 dalam Besung, 2010). Disamping itu penyebab

lainnya oleh bakteri Salmonella sp, anemia karena kekurangan vitamin dan mineral,

kualitas pakan yang jelek, kondisi perkandangan yang buruk, serta terlalu sering

stress/trauma (Mc laren, 1998).

2.2  Escherichia coli 

 Escherichia coli  mungkin adalah jenis organisme yang paling banyak

dipelajari, bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Theodore Escherich tahun 1885,

hidup disaluran percernaan manusia maupun hewan (Eckburg et al , 2005).

Klasifikasi E. coli menurut Todar (2008) sebagai berikut:

Kingdom : Bakteria

Fillum : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobakteriales

Familia : Enterobakteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

 Escherichia coli merupakan bakteri non-spora dan termasuk ke dalam bakteri

Gram negatif yang bergerak dengan flagella peritrikus. Bakteri ini bersifat fakultatif

anaerob dengan menghasilkan gas dari fermentasi karbohidrat. Berukuran panjang

2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, bentuk bervariasi mulai dari bentuk kokus (bulat),

(29)

ekstraseluler yang secara umum di kenal sebagai antigen K dan asam polisakarida

yang tersusun oleh  solanic acid yang di kenal dengan antigen M. Bakteri ini

menghasilkan berbagai jenis fimbriae yang penting selama penetrasi ke sel inang,

dengan struktur dan antigen fimbriae yang berbeda pada setiap strain  E. coli (Scheutz

and Strockbine, 2005). E. coli mempunyai antigen O, H dan K. Dewasa ini telah

ditemukan 150 tipe antigen O, 90 tipe antigen K dan 50 tipe antigen H (Gyles, 2007) .

Bakteri ini diklasifikasikan sebagai mikroba normal pada manusia yang tidak

 berbahaya, yang terletak di bagian distal traktus intestinal. Bakteri ini sering

menyebabkan diare pada hewan yang baru lahir. Penularannya dapat melalui fecal,

oral dari induk maupun terpapar dari lingkungan. Namun kebanyakan strain  E. coli

tidak bersifat patogen. Dampak individu atau hewan yang terpapar E. coli adalah

infeksi akut pada traktus urinari dan juga dapat menyebabkan sepsis. Selain itu dapat

 juga terjadi enteritis akut, traveller’s diare, disentri, dan colitis haemorrhagic yang

 biasanya disebut sebagai diare berdarah (blood diarrhea). Derajat infeksi yang

dibutuhkan untuk menghasilkan diare dan infeksi setiap strain adalah level 105

-1010untuk strain EPEC, 108-1010untuk strain ETEC, dan 108 untuk strain EIEC.

Jumlah ini tergantung dari umur, jenis kelamin, dan keasaman lambung (Percival,

2004).

Faktor- faktor patogenitas kuman E. coli menurut Kaper. (1994):

1. Antigen permukaan

Terdapat dua jenis tipe fimbriae pada E. coli yaitu tipe mannosa sensitif (pili)

(30)

faktor kolonisasi (Colonization factor ) yaitu perlekatan sel kuman pada jaringan

inangnya.

2. Enterotoksin

Enterotoksin yang telah diisolasi dari E. coli ada dua yaitu toksin LT (heat

labil/termolabil ) dan ST (heat stabil/termostabil ). Kedua toksin ini diatur oleh

 plasmid yang mampu berpindah dari satu sel kuman ke sel kuman lainnya. Terdapat

dua macam plasmid yaitu 1 plasmid yang mengkode pembentukan toksin LT dan ST

dan 1 plasmid lainnya mengatur pembentukan ST saja.

 E. coli diklasifikasikan berdasarkan ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap

grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain:

 Enterotoxigenic E. coli  (ETEC)

ETEC menghasilkan satu atau dua jenis toksin protein yaitu heat labil (LT)

dan heat stabil (ST). Faktor virulensi tambahan dari ETEC adalah Colonization

factor (CFA-I dan CFA-II). Faktor virulensi LT, ST (CFA-I serta CFA-II) dikode

oleh plasmid yang dapat dipindahkan (Kaper, 2005). ETEC mempunyai antigen

 perlekatan atau antigen pili K88 (F4), K99 (F5), 987P (F6) dan F41 (Schierack et al ,

2006). ETEC K88 memproduksi toksin yang tidak tahan panas atau heat labile toxin

(LT) dan tahan panas atau heat stable toxin (ST).Sementara itu E. coli K99, F41 atau

987P memproduksi enterotoksin ST (Fairbrother et al , 2005).Toksin LT bekerja

merangsang enzim adenil siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus,

menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan

(31)

cairan di dalam usus dan berakhir dengan diare. Toksin ST bekerja dengan cara

mengaktivasi enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat,

menyebabkan gangguan absorbsi klorida dan natrium dan menurunkan motilitas usus

halus (Supar, 2001). Patogenesa diare yang terjadi akibat ETEC meliputi terjadinya

kolonisasi pada usus kecil dan produksi serta aksi enterotoksin yang bertangggung

 jawab dalam merusak keseimbangan pergerakan cairan dan elektrolit di dalam epitel

usus. Kolonisasi pada usus kecil oleh ETEC tergantung pada pili. Pili berperan

dalam penempelan yang spesifik oleh bakteri pada titik sel epitel (Nagy and Fekete,

1999).

 Enteropathogenic E. coli  (EPEC)

Enteropathogenic  E. coli  menyebabkan diare yang berakhir pada kematian

yang menyerang individu, dengan dosis infeksi berkisar antara 108-1010organisme.

Transmisi terjadi secara kontak langsung dari individu yang terinfeksi ke individu

yang lain tanpa melalui air yang terkontaminasi. Strain ini terdiri dari beberapa

serogrup yaitu O55 H6, NM, O86 H34, NM O111 H2, H12, NM O119 H6, NM

O125ac H21, O126 H27, NM O128 H2, H12 O142 H6 (Percival 2004). Strain ini

 juga merupakan penyebab penyakit enteritis akibat diare perjalanan (traveller’s

diarrhoea). Kejadian penyakit berkisar antara 17-72 jam dengan durasi selama 6

 jam sampai 3 hari. Terjadinya diare karena strain ini menyerang sel mukosa usus

dengan menggunakan Tir (reseptor) translocated intimin sehingga terjadi perubahan

struktur sel usus (Kenny and Jepson, 2000). Perubahan pada ultrastruktur sel usus

(32)

 Enteroinvasive E. coli  (EIEC)

Pasien yang terinfeksi dengan EIEC ditandai dengan diare berair sampai

 berkembang menjadi diare berdarah. Dosis infeksi berkisar antara 106-1010

organisme. Masa inkubasi di dalam saluran pencernaan berkisar antara 1-3 hari,

dengan durasi infeksi selama 1-2 minggu (Percival 2004). Strain ini menginvasi sel di

kolon dan menyebar secara lateral dari satu sel ke sel yang lain. Gejala yang

ditimbulkan hampir sama dengan Shigella yaitu diare profus (disentri), kedinginan,

demam, sakit kepala, kelemahan otot dan kram (Kaper, 2005).

 Enterohaemorrhagic E. coli  (EHEC)

Jenis strain ini menghasilkan shiga-like toxin yang bersifat sitotoksik. Masa

inkubasi berkisar antara 3-8 hari dengan durasi infeksi 1-12 hari. Strain ini juga

menyebabkan dua kondisi yang berbeda yaitu colitis haemorrhagic dan haemolytic

uraemic syndrome (HUS).Kondisi HUS ditandai dengan terjadinya trombositopenia,

mikroangiopati, anemia hemolitik dan gagal ginjal (Rendon et al , 2007).

 Enteroaggregative E. coli  (EAEC)

Strain ini menyebabkan diare berair yang tidak mengandung darah dan tidak

diikuti dengan demam. Strain ini melekat di usus halus dan menghasilkan toksin

(Gyles, 2007).

2.3 Kelor ( Moringa oleifera)

Kelor awalnya banyak tumbuh di India, namun kini kelor banyak ditemukan

(33)

dengan sebutan benzolive, drumstick tree, kelor, marango, mlonge, mulangay,

nebeday, saijhan, dan sajna (Fahey, 2005).

Moringaceae terdiri dari satu marga dengan beberapa jenis yaitu M. oleifera,

 M. arabica, M. pterygosperma, M. peregrine. Pohon dengan daun majemuk menyirip

ganda 2-3 posisinya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah

mengalami metamorphosis sebagai kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun.

Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak daun, dasar

 bangun mangkuk, kelopak terdiri atas lima daun kelopak, mahkotapun terdiri atas

lima daun mahkota, lima benang sari. Bakal buah, bakal biji banyak, buahnya buah

kendaga yang mebuka dengan tiga katup dengan panjang sekitar dengan panjang

sekitar 30 cm, biji besar, bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Dari segi

anatomi mempunyai sifat yang khas yaitu terdapat sel-sel mirosin dan buluh-buluh

gom dalam kulit batang dan cabang. Dalam musim-musim tertentu dapat

menggugurkan daunnya (meranggas) (Roloff et al , 2009). Daun sebesar ujung jari

 berbentuk bulat telur, tersusun majemuk dan gugur di musim kemarau, tinggi pohon

mencapai 5-12 m, bagian ujung membentuk payung, batang lurus (diameter 10-30

cm) menggarpu, berbunga sepanjang tahun berwarna putih/krem, buah berwarna

hijau muda, tipis dan lunak. Tumbuh subur mulai dataran rendah sampai ketinggian

700 m diatas permukaan laut (Schwarz, 2000).

 Moringa oleifera merupakan tumbuhan asli sub-Himalaya di India, Pakistan,

Banglades, dan Afganistan. Termasuk pohon yang mudah tumbuh, telah digunakan

(34)

 perenial dengan kualitas kayu rendah, tetapi beberapa negara menggunakan sebagai

obat tradisional dan penggunaan industri.  Moringa oleifera  merupakan tumbuhan

 penting di India, Etiopia, Filipina, dan Sudan serta tumbuh di bagian barat, timur, dan

selatan Afrika, Asia tropis, Amerika Latin Karibia, Florida, dan Pulau Pasifik (Fahey,

2005). Klasifikasi Regnum : Plantae Division : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Familia : Moringaceae

Genus : Moringa

(35)

Gambar 1 : Daun, buah, dan bunga  Moringa oleifera Sumber Hsu et al , (2006)

2.3.1 Kandungan Bahan Aktif dalam Moringa oleifera

 Moringaceae  kaya kandungan gula sederhana, rhamnose, dan senyawa unik

yaitu glukosinolat dan isotiotianat (Bennet dkk dan Fahey dkk dalam Fahey, 2005).

Daun  Moringa oleifera  digunakan sebagai obat infeksi, antibakteri, infeksi saluran

urin, luka eksternal, anti-hipersensitif, anti-anemik, diabetes, colitis, diare, disentri,

rematik, dan lain-lain. Senyawa glukosinolat dan isotiotianat diketahui sebagai

hipotensif, anti kanker dan aktivitas antibakteri yang meliputi

4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate (gambar 2), pterygospermin (gambar 3),

dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy)benzylglucosinolate (gambar 4) (Fahey, 2005 dan

(36)

Gambar 2 : 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) Gambar 3 : Pterygospermin  benzyl isothiocyanate

Gambar 4 : 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy)  benzyl glucosinolate

(sumber : Fahey, 2005)

Kelor ( Moringa oleifera) mempunyai kandungan senyawa

4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, pterygospermin, dan

4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzylglucosinolate (Fahey, 2005 dan Hsu et al , 2006).

Pterigospermin menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan

negatif (Sofowora dalam Yongabi, 2005). Pterygospermin merupakan senyawa yang

tidak stabil, mempunyai titik didik rendah, dan dengan mudah dapat berubah menjadi

(37)

 benzyl isothiocyanate, pterygospermin, dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl

glucosinolate merupakan senyawa antimikroba (Eilert et al  dalam Fahey, 2005).

Daun kelor ( Moringa oleifera) terdapat senyawa benzil isotiosianat dan dari

hasil studi fitokimia daun kelor ( Moringa oleifera) juga mengandung senyawa

metabolit sekunder  flavonoid, alkaloid, phenols yang juga dapat menghambat

aktivitas bakteri (Pandey et al , 2012). Komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia

mengalami perubahan selama pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda

mempunyai kandungan fitokimia paling tinggi (Bergquist et al , 2005), hal ini terkait

dengan fungsi dari senyawa metabolit sekunder tersebut, yaitu untuk pertahanan

melawan herbivora, patogen, insekta, bakteri, jamur dan virus (Saffan and

El-Mousallamy, 2008). Selain itu senyawa fitokimia dalam daun biasanya ditemukan

dalam struktur bebas atau terikat secara glikosida, dengan bertambahnya tingkat

ketuaan daun banyak ditemukan dalam struktur glikosida yang terdapat pada

membran sel. Senyawa ini membentuk struktur yang kompleks dengan karbohidrat

(glukosa, xilosa dan arabinosa) (Boukes et al ., 2008).

 Alkaloid   merupakan kristal putih agak larut dalam air yang dikenal dengan

nama berberine, emetine, quinine, dan tetramethil pyrazin. Phenols terdapat senyawa

asam amino yang dapat berperan sebagai senyawa herbisida, serta tannin yang

 berperan sebagai mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri,

sedangkan flavonoid yaitu senyawa yang mudah larut dalam air untuk kerja

(38)

2.4 Manfaat Daun Kelor ( Moringa oleifera)

Seluruh bagian dari pohon Moringa oleifera telah dikonsumsi oleh manusia,

 berdasarkan Fuglie dalam Fahey (2005), kegunaan  Moringa oleifera  meliputi:

sebagai makanan ternak (daun dan biji), biogas (daun), pewarna (kayu), pupuk (biji),

obat (seluruh bagian tumbuhan), purifikasi air (biji),

Hartwell dalam Duke 1983 mengatakan bahwa bunga, daun, dan akar

digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk tumor, biji untuk tumor perut. Jus

akar digunakan untuk iritasi eksternal. Daun digunakan sebagai penutup luka, dan

sebagai obat pencahar. Suspensi dari biji Moringa oleifera  kering diketahui sebagai

koagulan.Walaupun di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan

 pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah

ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta

 buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan . Sebagai tanaman berkhasiat

obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak

lama di lingkungan pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya

kemudian digiling, dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit

 beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan

obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan (Rahmat, 2009)

2.4.1 Daun Kelor ( Moringa oleifera) sebagai terapi

Berbagai tanaman obat Indonesia yang digunakan sebagai alternatif obat

sangatlah banyak. Penggunaan tanaman obat pun saat ini berkembang sangat cepat.

(39)

kelor ( Moringa oleifera) (Prasetyo et al , 2012). Hampir semua bagian dari tanaman

kelor ini dapat dijadikan bahan antimikroba. Bagian-bagian tanaman kelor yang

telah terbukti sebagai bahan antimikroba di antaranya daun, biji, minyak, bunga,

akar, dan kulit kayu tanaman kelor (Bukar et al , 2010).

 Namun, beberapa peneliti juga mengungkapkan beberapa manfaat lain dari

kelor ( Moringa oleifera) diantaranya daun kelor ( Moringa oleifera) sebagai anti

anemia (Oduro et al , 2008), daun dan batang kelor ( Moringa oleifera) dapat

digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Giridhari et al,

2011), dan kulit dari pohon kelor ( Moringa oleifera) sebagai obat radang usus besar

(Fuglie, 1999) serta manfaat-manfaat lainnya.

2.5 Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri dari Daun Kelor ( Moringa oleifera)

Senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri yaitu mampu

menghambat pertumbuhan bakteri. Hal itu diuraikan oleh Pelczar et al  dalam Puspita

(2011) bahwa beberapa senyawa metabolit sekunder yang meliputi fenol dan senyawa

fenolik, alkaloid, dan minyak atsiri (essential oil ) memiliki sifat antibakteri.

Antibakteri digambarkan sebagai produk alami organik dengan berat molekul

rendah dibentuk oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang aktif melawan

mikoroganisme lain pada konsentrasi rendah. Pengembangan aktivitas ini melalui

 jumlah terbatas dari mekanisme antibakteri yang dapat mempengaruhi sintesis

dinding sel, integritas membran sel, sintesis protein, replikasi DNA dan repair,

(40)

Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dibedakan menjadi bakterisidal dan

 bakteriostatik. Bakteriostatik adalah zat yang bekerja menghambat pertumbuhan

 bakteri sedangkan bakterisidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri. Beberapa

zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisidal

 pada konsentrasi tinggi (Chomnawang et al , 2005). Mekanisme penghambatan

mikroorganisme oleh senyawa antibakteri dapat disebabkan oleh beberapa cara,

antara lain:

1. Menganggu pembentukan dinding sel

2. Bereaksi dengan membran sel

3. Menginaktivasi enzim

4. Menginaktivasi fungsi material genetic

Daun kelor ( Moringa oleifera) mempunyai kandungan bahan aktif seperti

flavonoid, phenols, alkaloid, dan isotiosianat (Pandey et al , 2012), dimana

senyawa-senyawa tersebut juga terkandung dalam tanaman obat lain yang mekanisme kerjanya

kemungkinan sama. Penelitian yang dilakukan Parhusip, (2006) bahwa kandungan

 bahan aktif seperti flavonoid, phenols, dan alkaloid   dalam ekstrak Andaliman dapat

menyerang membran sitoplasma dan mempengaruhi integritasnya, kerusakan pada

membran ini mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan kebocoran sel yang

diikuti dengan keluarnya materi intraseluler. Kebocoran sel bakteri dapat disebabkan

karena rusaknya ikatan hidrofobik komponen penyusun membrane sel seperti protein,

fosfolipid, serta komponen-komponen yang berikatan secara hidrofilik karena

(41)

memungkinkan masuknya senyawa-senyawa fitokimia ke dalam sel, sehingga

 berakibat keluarnya substansi sel seperti protein dan asam nukleat yang

mengakibatkan kematian sel.

Senyawa-senyawa isotianat, butylated hydroxyanisole (BHA), butylated

hydroxytoluena (BHT), asam p-kumarat, dan asam kafeat juga dapat menyebabkan

gangguan pada membran sel sehingga mengakibatkan terganggunya proses-proses

metabolisme dalam membran sel, seperti penyerapan nutrient, produksi energi, dan

transfer elektron (Parhusip, 2006), namun setiap jenis isotiosianat memiliki tingkat

toksisitas yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada

 jenis glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009).

Fardiaz dalam Puspita (2011) menyatakan bahwa kemampuan suatu zat

antibakteri tersebut dipengaruhi oleh faktor antara lain: (1) konsentrasi zat

antibakteri; (2) waktu penyimpanan; (3) suhu lingkungan; (4) sifat-sifat fisik dan

(42)

BAB III BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

3.1 Kerangka Kerangka BerfikirBerfikir

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh

Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Escherichia  Escherichia colicoli patogen patogen

dan kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, dan dominan pada umur 2 dan kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, dan dominan pada umur 2

minggu pertama (Suprat

minggu pertama (Suprat et al et al , 2011). Gejala penyakit yang khas ditandai dengan, 2011). Gejala penyakit yang khas ditandai dengan

mencret berwarna putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan

mencret berwarna putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan white scourswhite scours

atau diare putih (Besung, 2010). Pemakaian antibiotik sebagai langkah pengobatan atau diare putih (Besung, 2010). Pemakaian antibiotik sebagai langkah pengobatan

yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini berakibat meningkatnya kejadian yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini berakibat meningkatnya kejadian

resitensi antibiotik di peternakan, sehingga akan berdampak merugikan bagi peternak resitensi antibiotik di peternakan, sehingga akan berdampak merugikan bagi peternak

dan konsumen yang secara tidak langsung terkena dampat residu antibiotik dan konsumen yang secara tidak langsung terkena dampat residu antibiotik

(Yuningsih, 2005). Kasus resisten antibiotik pada ayam broiler dilaporkan oleh (Yuningsih, 2005). Kasus resisten antibiotik pada ayam broiler dilaporkan oleh

Widagdo and Wibowo (2008) di wilayah Provinsi DIY sudah sangat Widagdo and Wibowo (2008) di wilayah Provinsi DIY sudah sangat

memprihatinkan, resisten antibiotik oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan memprihatinkan, resisten antibiotik oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan

gentasimin juga telah dilaporkan Bhaskara

gentasimin juga telah dilaporkan Bhaskara et al et al . (2012) di peternakan babi semi. (2012) di peternakan babi semi

intensif desa sudimara, kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Oleh karena intensif desa sudimara, kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Oleh karena

itu untuk mengurangi kejadian kasus resisten dan residu antibiotik, maka diperlukan itu untuk mengurangi kejadian kasus resisten dan residu antibiotik, maka diperlukan

obat alternatif yang didapat dari alam, murah, dan berkhasiat untuk menyembuhkan. obat alternatif yang didapat dari alam, murah, dan berkhasiat untuk menyembuhkan.

Berbagai penelitian tentang manfaat obat dari bahan alam telah banyak di Berbagai penelitian tentang manfaat obat dari bahan alam telah banyak di

teliti, Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit teliti, Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit

memberikan hasil yang signifikan untuk menangani kasus kolibasilosis pada ternak memberikan hasil yang signifikan untuk menangani kasus kolibasilosis pada ternak

(43)

 babi, Vingga (2010

 babi, Vingga (2010) juga ) juga telah meneliti tentang telah meneliti tentang manfaat ekstrak daun manfaat ekstrak daun kelor (kelor ( Moringa Moringa

Oleifera

Oleifera) dapat menghambat bakteri) dapat menghambat bakteri  E.  E. colicoli  patogen penyebab kolibasilosis pada  patogen penyebab kolibasilosis pada

ayam pedaging. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari manfaat bahan aktif yang ayam pedaging. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari manfaat bahan aktif yang

terkandung dalam bahan alam tersebut sebagai hasil metabolisme sampingan dari terkandung dalam bahan alam tersebut sebagai hasil metabolisme sampingan dari

tanaman (Rahmat, 2009). tanaman (Rahmat, 2009).

 Naiborhu,

 Naiborhu, (2002) (2002) menulis menulis bahwa bahwa pertumbuhan pertumbuhan bakteri bakteri dapat dapat terhambat terhambat oleholeh

 beberapa

 beberapa hal hal diantaranya diantaranya perbedaan perbedaan tekanan tekanan osmosis osmosis antara antara cairan cairan di di dalam dalam dan dan didi

luar sel, terdenaturasinya protein di dalam sel bakteri, rusaknya membran sel bakteri, luar sel, terdenaturasinya protein di dalam sel bakteri, rusaknya membran sel bakteri,

 perubahan

 perubahan pH, pH, serta serta terhambatnya terhambatnya pertumbuhan pertumbuhan sel sel vegetatif vegetatif dan dan spora spora dari dari bakteri.bakteri.

Senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas adalah

Senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas adalah asam tenolat,asam tenolat,

 glikosida, alkaloid, protein, safonin,

 glikosida, alkaloid, protein, safonin, flavonoid, terpenoid, steroid flavonoid, terpenoid, steroid  dan senyawa logam dan senyawa logam

yang terikat dengan senyawa organik. yang terikat dengan senyawa organik.

Kelor (

Kelor ( Moringa  Moringa oleiferaoleifera) mempunyai kandungan senyawa yang berkhasiat) mempunyai kandungan senyawa yang berkhasiat

sebagai antibakteri yaitu 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, sebagai antibakteri yaitu 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate,

 pterygospermin,

 pterygospermin, dan dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl benzyl glucosinolate glucosinolate (Fahey,(Fahey,

2005), tetapi di dalam daun kelor itu sendiri hanya terdapat 2005), tetapi di dalam daun kelor itu sendiri hanya terdapat

4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate serta kandungan

rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate serta kandungan  flavonoid,  flavonoid, saponins,saponins,

alkaloid, tanins,

alkaloid, tanins, dandan phenols phenols (Pandey (Pandey et al et al , 2012). Senyawa-senyawa ini mudah larut, 2012). Senyawa-senyawa ini mudah larut

dalam pelarut Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), dalam pelarut Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO),

Dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain (Rukmana, 2010). Dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain (Rukmana, 2010).

Isotiosinolat adalah senyawa hasil dari hidrolisis glukosinolat dimana Isotiosinolat adalah senyawa hasil dari hidrolisis glukosinolat dimana

senyawa ini bersifat toksik (Vingga, 2010). Hidrolisis glukosinolat akan dimulai senyawa ini bersifat toksik (Vingga, 2010). Hidrolisis glukosinolat akan dimulai

(44)

apabila terjadi kontak antara glukosinolat dengan enzim mirosinase, biasanya melalui apabila terjadi kontak antara glukosinolat dengan enzim mirosinase, biasanya melalui

 pelukaan

 pelukaan jaringan jaringan tanaman tanaman dan dan setiap setiap jenis jenis isotiosianat isotiosianat memiliki memiliki tingkat tingkat toksisitastoksisitas

yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada jenis yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada jenis

glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009). Senyawa-senyawa turunan glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009). Senyawa-senyawa turunan

isotiosinolat juga bersifat antibakteri, seperti benzil isotisinolat untuk mengobati isotiosinolat juga bersifat antibakteri, seperti benzil isotisinolat untuk mengobati

gangguan infeksi bakteri pada saluran kencing dan sistem pernafasan (Mennicke gangguan infeksi bakteri pada saluran kencing dan sistem pernafasan (Mennicke etet

al 

al , 1988)., 1988).

Lin

Lin et al,et al, (2000) mengungkapkan efek dari isotiosianat ini akan(2000) mengungkapkan efek dari isotiosianat ini akan

mengakibatkan kerusakan pada membran sel dan kebocoran metabolit selular bakteri mengakibatkan kerusakan pada membran sel dan kebocoran metabolit selular bakteri

ketika terjadi kontak dengan bakteri, senada dengan pernyataan Busani

ketika terjadi kontak dengan bakteri, senada dengan pernyataan Busani et al et al , (2012), (2012)

 bahwa

 bahwa peptida peptida mikroba mikroba mungkin mungkin berinteraksi berinteraksi dengna dengna membran membran sel sel bakteri bakteri dengandengan

dua tahap. Pertama asam amino kationik tertarik oleh muatan negatif seperti dua tahap. Pertama asam amino kationik tertarik oleh muatan negatif seperti

kelompok kepala fosfolipid di permukaan, kedua patch hidrofobik yang bermuatan kelompok kepala fosfolipid di permukaan, kedua patch hidrofobik yang bermuatan

 positif

 positif dari dari peptida peptida berinteraksi berinteraksi dengan dengan asam asam lemak lemak alifatik alifatik dan dan komponen komponen anionic.anionic.

Hal ini menyebabkan destabilisasi membran, dan bakteri diduga dibunuh oleh Hal ini menyebabkan destabilisasi membran, dan bakteri diduga dibunuh oleh

kebocoran isi sitoplasma, hilangnya potensial membran, distribusi lemak, dan kebocoran isi sitoplasma, hilangnya potensial membran, distribusi lemak, dan

masuknya peptide dan memblokir komponen sel anionic atau memicu enzim masuknya peptide dan memblokir komponen sel anionic atau memicu enzim

autolitik. Sedangkan senyawa

autolitik. Sedangkan senyawa flavonoid,  flavonoid, phenols,phenols,  dan  dan alkaloid alkaloid   mekanisme kerjanya  mekanisme kerjanya

dalam menghambat bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan dalam menghambat bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan

merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada

dinding sel. Senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak. dinding sel. Senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak.

Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan

(45)

 biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme dan

kondisi ini yang pada akhirnya menyebabkan kematian pada bakteri (Naiborhu,

2002).

Mekanisme seperti ini mirip dengan antibiotik Polimiksin B yang pada

dasarnya mendisorganisasi permeabilitas membran sel, sehingga asam nukleat dan

kation keluar dan sel mati (Teuber and Bader, 1976). Oleh karena itu diharapkan

ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dapat menghambat E. coli  patogen penyebab

kolibasilosis pada ternak babi.

3.2 Kerangka Konsep

Kolibasilosis  E. coli patogen

Pertumbuhan  bakteri terhambat

Ekstrak daun kelor ( Moringa Oleifera) 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy)  benzyl isothiocyanate,  flavonoid, saponins, alkaloid, tanins,  phenols Merusak permeabilitas membrane sel, dan kebocoran

metabolit selular bakteri, destabilisasi membran

(46)

3.3 Hipotesis

1. Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dapat menghambat

aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi babi penderita kolibasilosis.

2. Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol dapat menghambat

(47)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor

( Moringa oleifera) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri E. coli patogen

 penyebab kolibasilosis pada ternak babi secara in vitro. Dengan konsentrasi (0, 25%,

50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran,

Laboratorium Analitik F.MIPA Universitas Udayana pada bulan Juni - Desember

tahun 2012.

4.3 Penentuan Sumber Data

Isolat  E. coli  patogen diperoleh dari kasus kolibasilosis yang diambil dari

 beberapa peternakan semi intensif di Kecamatan Kerambitan, sebanyak 21 isolat yang

diduga E. coli patogen diambil setelah di identifikasi di Laboratorium Mikrobiologi

Fakultas Kedokteran terdapat delapan isolat E. coli positif patogen, 7 isolat polvalen

(48)

Sumber data diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri  E. coli

 patogen dan pengamatan daya hambat ektrak daun kelor ( Moringa oleifera) secara in

vitro  dengan perlakuan pemberian dosis yang bervarisasi. Untuk mendapatkan data

yang valid dilakukan pengulangan menggunakan rumus Federer (Kusriningrum,

1989). (n-1) (t-1) ≥15 (n-1) (5-1) ≥ 15 (n-1) (4) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15 4n ≥ 15 + 4 n = 19/4 = 4,75 = 5 4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah :

1. Variabel bebas : Konsentrasi pemberian ekstrak daun kelor ( Moringa

oleifera) (0, 25%, 50%, 75%, 100%).

2. Variabel tergantung : diameter daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa

oleifera) terhadap bakteri  E. coli  patogen yang diisolasi dari babi yang

terinfeksi kolibasilosis diukur dengan jangka sorong.

3. Variabel kendali : Media biakan dan pemeliharaan, pH, suhu inkubasi,

(49)

4.5 Bahan Penelitian

Bahan penelitian terdiri dari :

- Bakteri E. coli patogen yang di isolasi dari swab feses babi yang terinfeksi

kolibasilosis.

- Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera).

- Media untuk identifikasi bakteri.

- Antibiotik Ciprofloxazine.

- Jangka sorong.

4.6 Instrumen Penelitian

Intstrumen penelitian yang diperlukan adalah :

Alat

Timbangan digital, cawan petri, Api bunsen, tabung elemayer, ose, paper disk,

incubator, vaccum rotary evaporator.

Bahan

- Pelarut Air

- Pelarut Etanol

- Media Mueller Hinton Agar  (MHA)

(50)

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Isolasi Bakteri E. coli  patogen

Bakteri E. coli patogen diisolasi dari peternakan intensif maupun peternakan

tradisional di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan dengan cara usap

rektal pada babi yang diduga terinfeksi kolibasilosis dengan media transport amies

untuk melindungi kuman agar tetap hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda.

Usapan rektal kemudian di tanam pada media  MacConkey  Agar dan di

inkubator dengan suhu 37o C selama 15-24 jam, jika terbentuk koloni sedang,

 berwarna merah bata atau merah tua, smooth, keeping atau sedikit cembung (Bridson,

1998), dilanjutkan dengan menguji bakteri tersebut dengan serum aglutinasi

menggunakan polivalen 1-5 dan polivalen 6-11 yang kandungannya seperti di tabel 1.

Tabel 1.Kandungan serum aglutinasi untuk diagnosa Polivalen 1-5 dan 6-11.

Polivalen 1-5 Polivalen 6-11

O1, O26, O86a, O111, O119, O127a, O128, O44, O55, O125, O126, O146, O166, O18, O114, O142, O151, O157, O158, O6, O27, O78, O148, O159, O168 O20, O25, O63, O153, O167

O8, O15, O115, O169, O28ac, O112ac, O124, O136, O144, O29, O143, O152, O164

(51)

Referensi

Dokumen terkait

grupė centrinės jaunųjų technikų stoties darbuo­ tojų, vadovaujamų A Alchimavičiaus, susipažino su Kelmės rajono vidurinių ir aštuonmečių mokyklų techninės

Oleh karena itu, pelatihan robotika yang akan dilakukan pada SMA Bopkri 2 ini lebih memfokuskan pada pembuatan program sebuah robot dengan bantuan robot kit

Alhamdulillah hirrobil alamin penulis panjatkan atas limpahan ridho Allah SWT akhirnya penulisan skripsi yang berjudul “Studi Etnobotani Pada Tradisi Mondosiyo Di Dusun

Rasul menjalankan tugasnya dengan metode bi al-hikmah, dimana metode ini dilakukan rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada

Fakta lapangan menunjukkan bahwa pencemaran oleh PT Newmont Minahasa Raya telah merenggut hak masyarakat Teluk Buyat untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik yang diatur

Bagaimana perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang diterapkan pembelajaran berbasis potensi keunggulan Lokal Pengelolaan Tambang Batu Kapur dengan siswa yang tidak

MENINGKATKAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK RECYCLE SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPS (PENELITIAN TINDAKAN KELAS VIII-G SMP NEGERI 12

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa setelah pelaksanaan tindakan yang dilakukan selama dua siklus, nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar tajwid santri