TESIS
TESIS
BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (
BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR ( Moringa oleif
Moringa oleifera
era))
TERHADAP
TERHADAP Eschericia coli
Eschericia coli PENYEBAB KOLIBASILOSIS
PENYEBAB KOLIBASILOSIS
PADA BABI
PADA BABI
ADITYA NUGRAHA ADITYA NUGRAHA NIM 1192361009 NIM 1192361009PROGRAM MAGISTER
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
DENPASAR
2013
2013
BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR (
BIOAKTIVITAS EKSTRAK DAUN KELOR ( Moringa oleife
Moringa oleifera
ra))
TERHADAP
TERHADAP Eschericia coli
Eschericia coli PENYEBAB KOLIBASILOSIS
PENYEBAB KOLIBASILOSIS
PADA BABI
PADA BABI
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan Pada Program Magister, Program Studi Kedokteran Hewan
Program Pascasarjana Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana
ADITYA NUGRAHA ADITYA NUGRAHA NIM 1192361009 NIM 1192361009
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
DENPASAR
2013
2013
Lembar Pengesahan Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 14 OKTOBER 2013 TANGGAL 14 OKTOBER 2013
Pembimbing
Pembimbing I I Pembimbing Pembimbing IIII
Dr.
Dr. drh. drh. Hapsari Hapsari Mahatmi, Mahatmi, MP MP Dr. Dr. drh. drh. I I Nengah Nengah Kerta Kerta Besung, Besung, M.SiM.Si NIP.
NIP. 19600605 19600605 198702 198702 2 2 001 001 NIP. NIP. 19630528 19630528 198903 198903 1 1 003003
Mengetahui Mengetahui
Ketua
Ketua Program Program Magister Magister DirekturDirektur Kedokteran Hewan
Kedokteran Hewan Program
Program Pascasarjana Pascasarjana Program Program PascasarjanaPascasarjana Universitas
Universitas Udayana Udayana Universitas Universitas UdayanaUdayana
Prof. Dr. drh.
Prof. Dr. drh. I Ketut I Ketut Puja, M.Kes Puja, M.Kes Prof. Dr. Prof. Dr. dr. A. A. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K)Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP.
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Aditya Nugraha NIM : 1192361009
Program Studi : Kedokteran Hewan
Judul Tesis : Bioaktifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera)
Terhadap Eschericia coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas Plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI NO. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku
Denpasar, 13 Oktober 2013
RIWAYAT HIDUP
Penulis Aditya Nugraha dilahirkan pada tanggal 26 Pebruari 1987 di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putra dari pasangan suami istri R. Setyo Haryoso dan Sri Susilowati. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDN Payaman III Kabupaten Nganjuk dan menamatkan pendidikan tahun 1999, Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMPN 1 Nganjuk, diselesaikan tahun 2002, Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Nganjuk, diselesaikan pada tahun 2005. Selanjunya penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran Hewan (SKH) tahun 2011 dan menyelesaikan Pendidikan Profesi Dokter Hewan tahun 2012. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Magister Program Studi S2 Kedokteran Hewan di Universitas Udayana pada tahun 2011. Selanjutnya penulis melakukan penelitian di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar, dengan judul penelitian “Bioaktivitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) Terhadap Eschericia coli Penyebab Kolibasilosis Pada Babi”. Penelitian ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Hewan pada Program Magister Program Studi S2 Kedokteran Hewan Program Pascasarjana Universitas Udayana.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, penulis bisa melaksanakan penelitian hingga menyusun Tesis ini sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Pada kesesmpatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. drh. Hapsari Mahatmi, MP selaku pembimbing I dan Dr. drh. I Nengah Kerta Besung, M.Si selaku pembimbing II, atas dukungan, semangat, bimbingan, arahan, dan perhatian yang tulus sehingga penulis bisa mengikuti program magister, khususnya dalam penulisan Tesis ini.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. drh. I Made Damriyasa, MS sebagai penguji Tesis yang sekaligus Pembantu Rektor 1 Universitas Udayana, Dr. drh. I Nyoman Adi Suratma, MP sebagai penguji Tesis sekaligus sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah memberikan banyak masukan berarti, Prof. Dr. drh. I Ketut Puja, M.Kes sebagai penguji tesis sekaligus sebagai Ketua Program Studi S2 Kedokteran Hewan yang
telah memberikan arahan yang sangat berguna dalam proses penyempurnaan Tesis ini. Kepada Kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan terima kasih atas ijinnya sehingga penulis bisa melakukan penelitian dengan fasilitas yang tersedia.
Penulis secara khusus mendedikasikan tulisan ini kepada Bapak R. Setyo Haryoso dan Ibu Sri Susilowati yang telah mengasuh dan membesarkan penulis, memberikan semangat, kepercayaan dan kasih sayang, serta adik-adikku Dipta Rukmana dan Wahyu Indria terima kasih atas dukungan dan semangat sehingga penulisan Tesis ini berjalan dengan lancar. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru-guru yang telah membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar sampai perguru-guruan tinggi.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan rahmat kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian Tesis ini. Semoga tulisan dalam Tesis ini bisa bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia Kedokteran Hewan khususnya.
ABSTRAK
Kelor ( Moringa oleifera) merupakan tanaman berpotensi di bidang medis sebagai obat herbal untuk mengobati infeksi bakteri, karena memiliki kandungan flavonoid, tanin, glikosida, dan terpinoids. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) terhadap bakteri E. coli yang di isolasi dari babi penderita kolibasilosis dengan gejala yang khas mencret berwarna putih. Sebanyak 21 sampel feses dilakukan isolasi, identifikasi dan serotiping terhadap E. coli patogen melalui tes aglutinasi serotipe polivalen 1-5, 6-11. Sampel positip E. coli patogen dikultur dan dipergunakan pada perlakuan uji in vitro. Pengujian terhadap daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oliefera) dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan konsentrasi yang berbeda (0%, 25%, 50%, 75%, dan 100%). Serta 2 perlakuan pelarut ekstraksi (ekstraksi dengan pelarut air dan ekstraski dengan pelarut etanol). Metode pengujian daya hambat dilakukan dengan metode Kirby Bouer (Sumur Difusi). Besarnya daya hambat dari masing-masing sampel dianalisis dengan analisis varian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun kelor pelarut air dan etanol mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dengan sangat nyata (P<0,01), dengan hambatan optimum masing-masing pada konsentrasi 50% (8.3 ± 3.1544) mm dan konsentrasi 75% (14 ± 1.0000) mm.
Kata kunci : E. coli, ekstrak air daun kelor ( Moringa oleifera), ekstrak etanol daun kelor ( Moringa oleifera).
ABSTRACT ABSTRACT
Moringa
Moringa oleiferaoleifera is a potential plant in the medical field of herbal remedy to is a potential plant in the medical field of herbal remedy to medicate bacterial infection. This study aims to determine the inhibition of leaf medicate bacterial infection. This study aims to determine the inhibition of leaf extracts
extracts Moringa Moringa oleiferaoleifera towards towards E. E. colicoli isolated of Colibacillosis from swine. A isolated of Colibacillosis from swine. A total of 21 stool samples were used in this research. The isolation, identification and total of 21 stool samples were used in this research. The isolation, identification and serotiping
serotiping E. coli E. coli pathogens through polyvalent serotype agglutination tests of 1-5, 6- pathogens through polyvalent serotype agglutination tests of 1-5, 6-11. Samples with positive
11. Samples with positive E. E. colicoli pathogens were cultured and used with in vitro pathogens were cultured and used with in vitro treatment. Inhibition of
treatment. Inhibition of Moringa Moringa oleiferaoleifera leaf extract has examination using leaf extract has examination using completely randomized
completely randomized design design with fwith five treatment ive treatment of difof difference concentration ference concentration atat (0%, 25%, 50%,
(0%, 25%, 50%, 75%, and 100%) 75%, and 100%) and also two and also two treatment of treatment of extract (extract extract (extract waterwater and extract ethanol). Examination method of inhibition using
and extract ethanol). Examination method of inhibition using Kirby Kirby Bouer Bouer method method (well diffusion). Level of inhibition from each sample analyzed with variance (well diffusion). Level of inhibition from each sample analyzed with variance analysis. The results showed water and ethanol leaf extract of
analysis. The results showed water and ethanol leaf extract of Moringa oleifera Moringa oleifera could could inhibit the
inhibit the growth of growth of E. coli E. coli with optimum resistance respectively at concewith optimum resistance respectively at concentrations ofntrations of 50% (8.3 ± 3.1544) mm and concentration of 75% (14 ± 1.0000) mm.
50% (8.3 ± 3.1544) mm and concentration of 75% (14 ± 1.0000) mm.
Key Words
Key Words : : E. coli E. coli,, Moringa oleifera Moringa oleifera water extraction,water extraction, Moringa oleifera Moringa oleifera ethanol ethanol extraction
RINGKASAN RINGKASAN
Kolibasilosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Kolibasilosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Escherichia Escherichia colicoli patogen,
patogen, terutama terutama infeksiinfeksi E. E. colicoli enterotoksigenik (ETEC) dan dapat menghambat enterotoksigenik (ETEC) dan dapat menghambat produktifitas
produktifitas babi. babi. E. E. coli coli enterotoksigenik enterotoksigenik kebanyakan kebanyakan menyerang menyerang babi babi muda muda padapada umur 2 minggu, dengan gejala yang khas adalah mencret berwarna putih. Pemberian umur 2 minggu, dengan gejala yang khas adalah mencret berwarna putih. Pemberian antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati penyakit infeksi antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati penyakit infeksi kolibasilosis, namun pemberian antibiotik secara terus menerus dapat mengakibatkan kolibasilosis, namun pemberian antibiotik secara terus menerus dapat mengakibatkan timbulnya resistensi, sehingga dapat mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif timbulnya resistensi, sehingga dapat mengakibatkan pengobatan menjadi tidak efektif dan masa pengobatan menjadi lebih panjang. diperlukan alternatif obat yang berasal dan masa pengobatan menjadi lebih panjang. diperlukan alternatif obat yang berasal dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk mengendalikan masalah dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk mengendalikan masalah resisten antibiotik. Penelitian-penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak di resisten antibiotik. Penelitian-penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak di lakukan di Indonesia. Hal ini terkait dengan kandungan metabolit sekunder dari lakukan di Indonesia. Hal ini terkait dengan kandungan metabolit sekunder dari tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Daun kelor (
tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri. Daun kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera)) sudah dikenal luas di Indonesia, tetapi pemanfaatannya belum begitu maksimal, sudah dikenal luas di Indonesia, tetapi pemanfaatannya belum begitu maksimal, selain mengandung vitamin A, C daun kelor juga mempunyai senyawa metabolit selain mengandung vitamin A, C daun kelor juga mempunyai senyawa metabolit sekunder glukosianat dan isotiosianat yang diketahui sebagai hipotensif, anti kanker, sekunder glukosianat dan isotiosianat yang diketahui sebagai hipotensif, anti kanker, penghambat aktivitas bakteri dan jamur.
penghambat aktivitas bakteri dan jamur.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor (( Moringa oleifera Moringa oleifera) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri E. coli E. coli patogen patogen penyebab
penyebab kolibasilosis pada kolibasilosis pada ternak babi ternak babi secara in secara in vitro. Dengan vitro. Dengan konsentrasi (0, konsentrasi (0, 25%,25%, 50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali. 21 Sampel 50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali. 21 Sampel penelitian
penelitian ini ini diperoleh diperoleh dari dari peternakan peternakan intensif intensif dan dan semi semi intensif intensif di di KecamatanKecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Bali. Dalam penelitian ini Kerambitan dan Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Bali. Dalam penelitian ini akan dilakukan ekstraksi daun kelor (
akan dilakukan ekstraksi daun kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera) dengan menggunakan pelarut) dengan menggunakan pelarut yang sama kepolarannya yaitu air dan etanol. Selanjutnya Uji aktivitas antibakteri yang sama kepolarannya yaitu air dan etanol. Selanjutnya Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kelor (
ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleiferaoleifera) terhadap) terhadap E. E. colicoli patogen dilakukan dengan patogen dilakukan dengan metode Kirby bouer (sumur difusi).
metode Kirby bouer (sumur difusi).
Berdasarkan pengamatan ekstrak daun kelor (
Berdasarkan pengamatan ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleiferaoleifera) dengan) dengan pelarut
pelarut air air mampu mampu menghambat menghambat aktivitas aktivitas bakteribakteri E. E. colicoli patogen yang ditandai patogen yang ditandai dengan adanya zona hambat di sekeliling sumur difusi, ekstrak daun kelor (
dengan adanya zona hambat di sekeliling sumur difusi, ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleifera
oleifera) dengan pelarut etanol juga mampu menghambat aktivitas bakteri) dengan pelarut etanol juga mampu menghambat aktivitas bakteri E. E. colicoli patogen
patogen yang ditandai yang ditandai dengan dengan adanya adanya zona zona hambat hambat di di sekeliling sumur sekeliling sumur difusi. difusi. HasilHasil analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor (
analisis ragam menunjukkan bahwa ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleiferaoleifera) dengan) dengan pelarut air
coli
coli patogen, ekstrak daun kelor ( patogen, ekstrak daun kelor ( Moringa Moringa oleiferaoleifera) dengan pelarut etanol) dengan pelarut etanol memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas bakteri
memberikan pengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap aktivitas bakteri E. E. colicoli pathogen. Selanjutn
pathogen. Selanjutn ya dengan ya dengan uji LSD uji LSD ekstrak daun ekstrak daun kelor (kelor ( Moringa oleifera Moringa oleifera) dengan) dengan pelarut air memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 50%
pelarut air memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 50% (8.3 ± 3.1544) mm,(8.3 ± 3.1544) mm, sedangkan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol memiliki daya sedangkan ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pelarut etanol memiliki daya hambat optimum pada konsentrasi 75% (14 ± 1.0000) mm.
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... ... vi
ABSTRAK………. vii
ABSTRACT ... viii
RINGKASAN... ix
DAFTAR ISI ……….... xi
DAFTAR TABEL ... ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... ... xv
DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA ... ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ……….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ……… 5
1.4 Manfaat Penelitian ……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Ternak Babi ……… 6
2.2 Eschericia coli ……… 7
2.3 Kelor ( Moringa oleifera) ……… 11
2.3.1 Kandungan Bahan Aktif dalam Moringa oleifera ……… 13
2.4 Manfaat Daun Kelor ( Moringa oleifera) ……… 15
2.4.1 Daun Kelor ( Moringa oleifera) sebagai terapi ………. 16
2.5 Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri dari Daun Kelor (Moringa oleifera) ……….. 16
BAB III KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN ... ... 19
3.1 Kerangka Berfikir ………... 19
3.2 Kerangka Konsep ………... 22
3.3 Hipotesis ………. 22
BAB IV METODE PENELITIAN ... ... 23
4.1 Rancangan Penelitian ………. 23
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ………. 23
4.3 Penentuan Sumber Data ………. 23
4.4 Variabel Penelitian ………. 24
4.5 Bahan Penelitian ……… 24
4.6 Instrumen Penelitian ……….. 25
4.7 Prosedur Penelitian ……… 25
4.7.1 Isolasi Bakteri E. coli patogen ………. 25
4.7.2 Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) ..……….. 26
4.7.3 Suspensi bakteri ……… 27
4.7.4 Uji efektivitas ektrak daun kelor ( Moringa oleifera) terhadap pertumbuhan bakteri E. coli patogen secara in vitro dengan Uji Sumur Difusi ……….. 27
4.7.5 Alur kerja ekstraksi daun kelor ( Moringa oleifera) ………… 28
4.7.6 Alur kerja Uji sentivitas ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) ……… 29
4.8 Analisis Data ……….. 29
BAB V HASIL ... ... 30
5.1 Hasil Pengukuran Zona Hambat Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air dan Etanol Terhadap E. coli Patogen ………. 30
5.2 Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air ………… 34
BAB VI PEMBAHASAN ... 38
6.1 Aktifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air dan Etanol ………... 38
6.2 Efektifitas Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Air ……….. 40
6.3 Efektivitas ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan Pelarut Etanol ………. 41
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... ... 43
7.1 Simpulan ……….. 43
7.2 Saran ……… 43
DAFTAR PUSTAKA .……….. 44
DAFTAR TABEL
Halaman 4.1 Kandungan serum aglutinasi untuk diagnosa Polivalen 1-5 dan 6-11... 26 5.2 Hasil rata-rata zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)
dengan pelarut air dan etanol terhadap E. coli patogen ... 32 5.3 Hasil analisis ragam ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)
dengan pelarut air terhadap E. coli patogen ... 34 5.4 Hasil uji LSD antara diameter daya hambat ekstrak daun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut air dalam beberapa konsentrasi ... 35 5.5 Hasil analisis sidik ragam ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)
dengan pelarut etanol terhadap bakteri E. coli patogen ... 36 5.6 Hasil uji LSD antara diameter daya hambat ekstrak daun kelor
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Daun, buah, dan bunga Moringa oleifera ... 13
2.2 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate ... 14
2.3 Pterygospermin ... 14
2.4 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzylglucosinolate ... 14
5.5 Zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air terhadap bakteri E. coli pathogen ... 30
5.6 Zona hambat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol terhadap bakteri E. coli pathogen ... 31
5.7 Perbandingan diameter Zona Hambat ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dan etanol (mm) ... 33
DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA
ETEC : Enterotoxigenic Eschericia coli RNA : Ribonucleic acid
H37Rv : Strain Mycobacterium tuberculosis EPEC : Enteropathogenic Eschericia coli EIEC : Enteroinvasive Eschericia coli EHEC : Enterohaemorrhagic Eschericia coli EAEC : Enteroaggregative Eschericia coli BHA : Butylated Hydroxyanisole
BHT : Butylated Hydroxytoluena DMSO : Dimetilsulfoksida
DMF : Dimetilformamida pH : potential of Hydrogen
MHA : Mueller Hinton Agar SBA : Sheep Blood Agar CFU : Colony Forming Unit
LSD : Least Siginificant Difference LPS : Lipopolisakarida
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Tabel Rata-rata zona hambat ekstrakdaun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut air ... ... 56 Lampiran 2. Analisis Sidik Ragam ekstrak daun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut air ... 56 Lampiran 3. Uji LSD ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air .... 57 Lampiran 4. Tabel Rata-rata zona hambat ekstrak daun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol ... 59 Lampiran 5. Analisis Sidik Ragam ekstrak daun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol ... 59 Lampiran 6. Uji LSD ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial
untuk dikembangkan. Sebagai komoditas ekspor nasional, ternak babi ini masih
terbuka lebar untuk dikirim ke berbagai negara seperti Singapura dan Hongkong.
Berdasarkan statistik peternakan tahun 2010, pop ulasi ternak babi tertinggi terdapat di
Provinsi Nusa Tenggara Timur 1,637,351ekor, Bali (930,465 ekor), Sumatera Utara
(734,222 ekor), Sulawesi Selatan (549,083 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor),
Papua (546,696 ekor), Kalimantan Barat (484,299 ekor), Sulawesi Utara (332 ,942
ekor), Bangka Belitung (268,220 ekor), Sulawesi Tengah (215,973 ekor), Kepri
(185,663 ekor) (Deptan, 2012).
Salah satu faktor yang menghambat produktifitas babi adalah infeksi penyakit,
dalam hal ini ternak babi rentan sekali terinfeksi penyakit kolibasilosis. Penyakit ini
disebabkan oleh Escherichia coli patogen, terutama infeksi E. coli enterotoksigenik
(ETEC). E. coli tipe ini kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, khususnya
pada umur 2 minggu (Suprat et al , 2011). Gejala yang khas adalah mencret berwarna
putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan white scours atau diare putih.
Besung (2010) telah meneliti sebanyak 2005 ekor anak babi yang berasal 200 induk
babi di Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar dan Kota Denpasar menderita
dan Hassan pada tahun 1985 sebanyak 26%. Tingkat morbiditas, mortalitas, dan
fatalitas juga telah diteliti oleh Kardena et al (2012) pada peternakan babi semi
intensif di Tabanan dengan angka persentase masing-masing 8,60%, 2,05%, dan 23,
8%. Hal ini tentu saja menjadi salah satu dampak kerugian ekonomi yang
ditimbulkan bagi peternak.
Disamping menimbulkan kerugian pada babi, E. coli patogen yang
menginfeksi babi juga berpeluang menjadi zoonosis, yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. E. coli yang bersumber dari babi menghasilkan verotoksin
yang berakibat diare berdarah pada manusia, gejala kencing darah, dan kematian
(Eriksson, 2010).
Pemberian antibiotik merupakan salah satu pilihan untuk mengobati infeksi
kolibasilosis. Beberapa antibakteri yang efektif diantaranya adalah golongan
Penisilin, Cephalosporin, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Aminoglikosid (Sornplang et
al , 2010). Tetrasiklin dan aminoglikosid berfungsi sebagai penghalang terikatnya
RNA pada bagian spesifik dari ribosom, akibatnya sintesis protein mengalami
hambatan sangat tinggi, maka antibakteri ini sering digunakan untuk penanganan
kolibasilosis pada babi (Rostinawati, 2009). Namun pemberian antibiotik sebagai
penanganan penyakit mempunyai kelemahan yaitu timbulnya resistensi apabila tidak
digunakan sesuai aturan (Hammerum and Heuer, 2009), sehingga menyebabkan
pengobatan tidak efektif dan masa pengobatan menjadi lebih panjang serta ternak
Malik et al (2011); joshi et al (2012); Costa et al (2010); Sornplang et al
(2010) melaporkan bahwa di peternakan babi pada beberapa negara bagian di
Amerika Serikat, Eropa dan Asia telah mengalami resisten antibiotik. Bhaskara et al
(2012) telah meneliti tentang kejadian resistensi terhadap beberapa antibiotik
diantaranya adalah Oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan gentamisin pada
peternakan babi semi intensif di Kabupaten Tabanan. Pemakaian antibiotika selain
sebagai pengobatan atau terapi, juga digunakan sebagai growth promotore sehingga
dapat mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produksi hasil ternak serta
mengurangi biaya pakan. Tetapi disisi lain pemakaian antibiotika tanpa aturan dapat
menyebabkan beberapa masalah, yaitu resisten terhadap antibiotik dan adanya residu
antibiotik dalam jaringan- jaringan atau organ hewan (Yuningsih, 2005).
Residu antibiotik pada produk makanan yang berasal dari ternak dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia yang mengkonsumsinya, karena dapat
menyebabkan reaksi alergi dan reaksi resistensi (Yuningsih, 2005). Kejadian
resistensi antibiotik terhadap bakteri yang diisolasi dari pasien penderita diare di
beberapa rumah sakit di Indonesia juga telah dilaporkan oleh Tjaniadi et al (2003).
Peraturan Internasional tentang batas penggunaan antibiotik sudah diterapkan
di negara-negara Eropa dan China (Castanon, 2007; Wang et al , 2011), namun
tampaknya di Indonesia belum sepenuhnya berjalan, terbukti dari penelitian
pendahuluan yang dilakukan isolat bakteri E. coli patogen yang diperoleh dari
Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan telah resisten terhadap
obat yang berasal dari alam yang ramah lingkungan dan murah tentunya untuk
mengendalikan masalah resisten antibiotik.
Penelitian tentang bahan alam sendiri sudah banyak diteliti di Indonesia. Hal
ini terkait dengan kandungan bahan aktif sebagai hasil metabolisme sekunder pada
tanaman yang juga dapat berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri (Rahmat,
2009). Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit
memberikan hasil yang signifikan, Vingga et al (2010) juga telah meneliti tentang
manfaat ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dapat menghambat bakteri E. coli
patogen penyebab kolibasilosis pada ayam pedaging. Dengan pelarut air dan etanol,
Rostinawati (2008) mengungkapkan bahwa ekstrak bunga rosella terbukti dapat
menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis Galur Labkes-026 (Multi
Drug Resisten) dan Mycobacterium tuberculosis Galur H37Rv. Ekstrak bawang putih
dengan pelarut air dan etanol juga terbukti mampu menghambat bakteri gram positif
dan negatif yang diisolasi dari udang dogol ( Metapenaeus monoceros), udang lobster
( Panulirus sp), dan udang rebon ( Mysisdan Acetes) (Lingga and Rustama, 2006).
Kelor sudah dikenal luas di Indonesia, khususnya di daerah pedesaan, tetapi
belum dimanfaatkan secara maksimal dalam kehidupan. Di Indonesia pohon kelor
banyak ditanam sebagai pagar hidup, ditanam di sepanjang ladang atau tepi sawah,
berfungsi sebagai tanaman penghijau. Selain itu tanaman kelor juga dikenal sebagai
tanaman obat berkhasiat dengan memanfaatkan seluruh bagian dari tanaman kelor
Tanaman kelor kaya akan pro vitamin A dan C, khususnya β-karoten, yang
akan diubah menjadi vitamin A dalam tubuh dan secara nyata berpengaruh terhadap
hepatoprotective (Bharali, 2003). Kandungan senyawa glukosianat dan isotiosianat
dalam tumbuhan kelor diketahui sebagai hipotensif, anti kanker, penghambat aktivitas
bakteri dan jamur (Anwar et al , 2007). Kandungan-kandungan senyawa metabolit
sekunder dalam daun kelor ( Moringa oleifera) dapat diambil dengan cara ekstraksi.
Dengan metode ekstraksi, maka perlu dipertimbangkan pelarut yang akan digunakan.
Prinsip kelarutan adalah “like dissolve like”, yaitu (1) pelarut polar akan melarutkan
senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut non-polar akan melarutkan senyawa
non-polar, (2) pelarut organik akan melarutkan senyawa organik (Rostinawati, 2008).
Selain mudah didapatkan dan tidak toksik pelarut air dan etanol diketahui bersifat
polar sehingga senyawa aktif metabolit sekunder dari daun kelor ( Moringa oleifera)
yang juga bersifat polar dapat diambil dengan menggunakan kedua pelarut tersebut
(Ahmad and Beg, 2001). Dengan berbagai manfaat yang terkandung dalam tanaman
kelor tersebut diharapkan dapat menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dapat
menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi babi penderita
kolibasilosis?
2. Apakah ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol dapat
menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi babi penderita
kolibasilosis?
3. Berapa konsentrasi optimal ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan
pelarut air dan etanol dalam menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan
pelarut air dalam menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi
babi penderita kolibasilosis.
2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan
pelarut etanol dalam menghambat aktivitas bakteri E. coli patogen yang
diisolasi babi penderita kolibasilosis.
3. Untuk mengetahui konsentrasi optimal dari pengenceran ekstrak daun kelor
( Moringa oleifera) dengan pelarut air dan etanol dalam menghambat aktivitas
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi awal tentang potensi
Moringa oliefera sebagai bahan alami yang bisa dipakai sebagai alternatif
penanganan penyakit infeksi yang aman dan ramah lingkungan. Khususnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ternak Babi
Ternak babi terbilang sangat menguntungkan karena babi merupakan ternak
yang sangat efisien dalam pembentukan daging, walaupun yang mengkonsumsi
daging babi hanya sebagian kecil rakyat Indonesia. Usaha peternakan babi menurut
Sostroamidjojo (1980) mempunyai arti ekonomi yang sangat penting karena :
1. Ternak babi lebih efisien dalam merubah bahan makanan menjadi daging
dibanding ternak-ternak lainnya.
2. Ternak babi adalah ternak profilik dan dapat memberikan keuntungan
yang relatif besar bagi peternak. Satu kali melahirkan bisa 6-12 ekor, dan
setiap indukan bisa beranak 2 kali dalam setahun.
3. Berat produksi karkas yang dapat terjual mempunyai besaran yang cukup
tinggi. Persentasi karkas babi cukup tinggi bisa mencapai 65%-80%
sedangkan karkas sapi hanya 50%-60%, domba dan kambing hanya
45%-60%.
4. Kotoran dari ternak babi dapat diolah menjadi pupuk.
Menurut Holden and Ensminger (2005), secara zoologis ternak babi diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kelas : Mamalia
Sub Ordo : Suina
Family : Suidae
Genus : Sus
Spesies : Sus scrofa, Sus vittatus, Sus cristatus, Sus domesticus, Sus
barbatus dan Sus verrucocus
Edward and smith (1998) menyatakan bahwa jumlah anak dan kelangsungan
hidup merupakan faktor penentu yang penting dalam keberhasilan beternak babi.
Periode kritis dalam beternak babi adalah pada periode saat lahir hingga disapih.
Sampai umur satu minggu setelah dilahirkan, anak babi mengalami masa kritis,
karena babi yang baru lahir atau sebelum disapih secara fisiologis belum matang.
Persentase mortalitas anak babi dapat mencapai 12% sampai hari ke- 7 setelah anak
babi dilahirkan. Lebih dari 60% kematian anak babi sebelum disapih disebabkan oleh
faktor induk dan juga pengaruh dari suplai nutrisi yang dapat diakibatkan dari
rendahnya produksi susu induk yang akan mempengaruhi pertumbuhan anak babi
(Pon and Manner, 1970).
Mencret atau diare sangat umum terjadi pada anak babi pada minggu pertama
dimana penyebab utamanya adalah bakteri E. coli patogen (Besung, 2010). Kejadian
kolibasilosis pada anak babi di Bali periode 2004-2008 mengalami peningkatan yang
cukup tinggi. Tahun 2004 tercatat sebanyak 5.307 ekor terserang kolibasilosis
dengan 81 ekor mengalami kematian. Di tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008
ditemukan kejadian penyakit berturut-turut sebanyak 6.582 ekor, 8.607 ekor,
121 ekor, dan 489 ekor (Disnak, 2009 dalam Besung, 2010). Disamping itu penyebab
lainnya oleh bakteri Salmonella sp, anemia karena kekurangan vitamin dan mineral,
kualitas pakan yang jelek, kondisi perkandangan yang buruk, serta terlalu sering
stress/trauma (Mc laren, 1998).
2.2 Escherichia coli
Escherichia coli mungkin adalah jenis organisme yang paling banyak
dipelajari, bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Theodore Escherich tahun 1885,
hidup disaluran percernaan manusia maupun hewan (Eckburg et al , 2005).
Klasifikasi E. coli menurut Todar (2008) sebagai berikut:
Kingdom : Bakteria
Fillum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobakteriales
Familia : Enterobakteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri non-spora dan termasuk ke dalam bakteri
Gram negatif yang bergerak dengan flagella peritrikus. Bakteri ini bersifat fakultatif
anaerob dengan menghasilkan gas dari fermentasi karbohidrat. Berukuran panjang
2,0-6,0 µm dan lebar 1,1-1,5 µm, bentuk bervariasi mulai dari bentuk kokus (bulat),
ekstraseluler yang secara umum di kenal sebagai antigen K dan asam polisakarida
yang tersusun oleh solanic acid yang di kenal dengan antigen M. Bakteri ini
menghasilkan berbagai jenis fimbriae yang penting selama penetrasi ke sel inang,
dengan struktur dan antigen fimbriae yang berbeda pada setiap strain E. coli (Scheutz
and Strockbine, 2005). E. coli mempunyai antigen O, H dan K. Dewasa ini telah
ditemukan 150 tipe antigen O, 90 tipe antigen K dan 50 tipe antigen H (Gyles, 2007) .
Bakteri ini diklasifikasikan sebagai mikroba normal pada manusia yang tidak
berbahaya, yang terletak di bagian distal traktus intestinal. Bakteri ini sering
menyebabkan diare pada hewan yang baru lahir. Penularannya dapat melalui fecal,
oral dari induk maupun terpapar dari lingkungan. Namun kebanyakan strain E. coli
tidak bersifat patogen. Dampak individu atau hewan yang terpapar E. coli adalah
infeksi akut pada traktus urinari dan juga dapat menyebabkan sepsis. Selain itu dapat
juga terjadi enteritis akut, traveller’s diare, disentri, dan colitis haemorrhagic yang
biasanya disebut sebagai diare berdarah (blood diarrhea). Derajat infeksi yang
dibutuhkan untuk menghasilkan diare dan infeksi setiap strain adalah level 105
-1010untuk strain EPEC, 108-1010untuk strain ETEC, dan 108 untuk strain EIEC.
Jumlah ini tergantung dari umur, jenis kelamin, dan keasaman lambung (Percival,
2004).
Faktor- faktor patogenitas kuman E. coli menurut Kaper. (1994):
1. Antigen permukaan
Terdapat dua jenis tipe fimbriae pada E. coli yaitu tipe mannosa sensitif (pili)
faktor kolonisasi (Colonization factor ) yaitu perlekatan sel kuman pada jaringan
inangnya.
2. Enterotoksin
Enterotoksin yang telah diisolasi dari E. coli ada dua yaitu toksin LT (heat
labil/termolabil ) dan ST (heat stabil/termostabil ). Kedua toksin ini diatur oleh
plasmid yang mampu berpindah dari satu sel kuman ke sel kuman lainnya. Terdapat
dua macam plasmid yaitu 1 plasmid yang mengkode pembentukan toksin LT dan ST
dan 1 plasmid lainnya mengatur pembentukan ST saja.
E. coli diklasifikasikan berdasarkan ciri khas sifat-sifat virulensinya dan setiap
grup menimbulkan penyakit melalui mekanisme yang berbeda, antara lain:
Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
ETEC menghasilkan satu atau dua jenis toksin protein yaitu heat labil (LT)
dan heat stabil (ST). Faktor virulensi tambahan dari ETEC adalah Colonization
factor (CFA-I dan CFA-II). Faktor virulensi LT, ST (CFA-I serta CFA-II) dikode
oleh plasmid yang dapat dipindahkan (Kaper, 2005). ETEC mempunyai antigen
perlekatan atau antigen pili K88 (F4), K99 (F5), 987P (F6) dan F41 (Schierack et al ,
2006). ETEC K88 memproduksi toksin yang tidak tahan panas atau heat labile toxin
(LT) dan tahan panas atau heat stable toxin (ST).Sementara itu E. coli K99, F41 atau
987P memproduksi enterotoksin ST (Fairbrother et al , 2005).Toksin LT bekerja
merangsang enzim adenil siklase yang terdapat di dalam sel epitel mukosa usus halus,
menyebabkan peningkatan aktivitas enzim tersebut dan terjadinya peningkatan
cairan di dalam usus dan berakhir dengan diare. Toksin ST bekerja dengan cara
mengaktivasi enzim guanilat siklase menghasilkan siklik guanosin monofosfat,
menyebabkan gangguan absorbsi klorida dan natrium dan menurunkan motilitas usus
halus (Supar, 2001). Patogenesa diare yang terjadi akibat ETEC meliputi terjadinya
kolonisasi pada usus kecil dan produksi serta aksi enterotoksin yang bertangggung
jawab dalam merusak keseimbangan pergerakan cairan dan elektrolit di dalam epitel
usus. Kolonisasi pada usus kecil oleh ETEC tergantung pada pili. Pili berperan
dalam penempelan yang spesifik oleh bakteri pada titik sel epitel (Nagy and Fekete,
1999).
Enteropathogenic E. coli (EPEC)
Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare yang berakhir pada kematian
yang menyerang individu, dengan dosis infeksi berkisar antara 108-1010organisme.
Transmisi terjadi secara kontak langsung dari individu yang terinfeksi ke individu
yang lain tanpa melalui air yang terkontaminasi. Strain ini terdiri dari beberapa
serogrup yaitu O55 H6, NM, O86 H34, NM O111 H2, H12, NM O119 H6, NM
O125ac H21, O126 H27, NM O128 H2, H12 O142 H6 (Percival 2004). Strain ini
juga merupakan penyebab penyakit enteritis akibat diare perjalanan (traveller’s
diarrhoea). Kejadian penyakit berkisar antara 17-72 jam dengan durasi selama 6
jam sampai 3 hari. Terjadinya diare karena strain ini menyerang sel mukosa usus
dengan menggunakan Tir (reseptor) translocated intimin sehingga terjadi perubahan
struktur sel usus (Kenny and Jepson, 2000). Perubahan pada ultrastruktur sel usus
Enteroinvasive E. coli (EIEC)
Pasien yang terinfeksi dengan EIEC ditandai dengan diare berair sampai
berkembang menjadi diare berdarah. Dosis infeksi berkisar antara 106-1010
organisme. Masa inkubasi di dalam saluran pencernaan berkisar antara 1-3 hari,
dengan durasi infeksi selama 1-2 minggu (Percival 2004). Strain ini menginvasi sel di
kolon dan menyebar secara lateral dari satu sel ke sel yang lain. Gejala yang
ditimbulkan hampir sama dengan Shigella yaitu diare profus (disentri), kedinginan,
demam, sakit kepala, kelemahan otot dan kram (Kaper, 2005).
Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)
Jenis strain ini menghasilkan shiga-like toxin yang bersifat sitotoksik. Masa
inkubasi berkisar antara 3-8 hari dengan durasi infeksi 1-12 hari. Strain ini juga
menyebabkan dua kondisi yang berbeda yaitu colitis haemorrhagic dan haemolytic
uraemic syndrome (HUS).Kondisi HUS ditandai dengan terjadinya trombositopenia,
mikroangiopati, anemia hemolitik dan gagal ginjal (Rendon et al , 2007).
Enteroaggregative E. coli (EAEC)
Strain ini menyebabkan diare berair yang tidak mengandung darah dan tidak
diikuti dengan demam. Strain ini melekat di usus halus dan menghasilkan toksin
(Gyles, 2007).
2.3 Kelor ( Moringa oleifera)
Kelor awalnya banyak tumbuh di India, namun kini kelor banyak ditemukan
dengan sebutan benzolive, drumstick tree, kelor, marango, mlonge, mulangay,
nebeday, saijhan, dan sajna (Fahey, 2005).
Moringaceae terdiri dari satu marga dengan beberapa jenis yaitu M. oleifera,
M. arabica, M. pterygosperma, M. peregrine. Pohon dengan daun majemuk menyirip
ganda 2-3 posisinya tersebar, tanpa daun penumpu, atau daun penumpu telah
mengalami metamorphosis sebagai kelenjar-kelenjar pada pangkal tangkai daun.
Bunga banci, zigomorf, tersusun dalam malai yang terdapat dalam ketiak daun, dasar
bangun mangkuk, kelopak terdiri atas lima daun kelopak, mahkotapun terdiri atas
lima daun mahkota, lima benang sari. Bakal buah, bakal biji banyak, buahnya buah
kendaga yang mebuka dengan tiga katup dengan panjang sekitar dengan panjang
sekitar 30 cm, biji besar, bersayap, tanpa endosperm, lembaga lurus. Dari segi
anatomi mempunyai sifat yang khas yaitu terdapat sel-sel mirosin dan buluh-buluh
gom dalam kulit batang dan cabang. Dalam musim-musim tertentu dapat
menggugurkan daunnya (meranggas) (Roloff et al , 2009). Daun sebesar ujung jari
berbentuk bulat telur, tersusun majemuk dan gugur di musim kemarau, tinggi pohon
mencapai 5-12 m, bagian ujung membentuk payung, batang lurus (diameter 10-30
cm) menggarpu, berbunga sepanjang tahun berwarna putih/krem, buah berwarna
hijau muda, tipis dan lunak. Tumbuh subur mulai dataran rendah sampai ketinggian
700 m diatas permukaan laut (Schwarz, 2000).
Moringa oleifera merupakan tumbuhan asli sub-Himalaya di India, Pakistan,
Banglades, dan Afganistan. Termasuk pohon yang mudah tumbuh, telah digunakan
perenial dengan kualitas kayu rendah, tetapi beberapa negara menggunakan sebagai
obat tradisional dan penggunaan industri. Moringa oleifera merupakan tumbuhan
penting di India, Etiopia, Filipina, dan Sudan serta tumbuh di bagian barat, timur, dan
selatan Afrika, Asia tropis, Amerika Latin Karibia, Florida, dan Pulau Pasifik (Fahey,
2005). Klasifikasi Regnum : Plantae Division : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneae Subclassis : Dialypetalae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Familia : Moringaceae
Genus : Moringa
Gambar 1 : Daun, buah, dan bunga Moringa oleifera Sumber Hsu et al , (2006)
2.3.1 Kandungan Bahan Aktif dalam Moringa oleifera
Moringaceae kaya kandungan gula sederhana, rhamnose, dan senyawa unik
yaitu glukosinolat dan isotiotianat (Bennet dkk dan Fahey dkk dalam Fahey, 2005).
Daun Moringa oleifera digunakan sebagai obat infeksi, antibakteri, infeksi saluran
urin, luka eksternal, anti-hipersensitif, anti-anemik, diabetes, colitis, diare, disentri,
rematik, dan lain-lain. Senyawa glukosinolat dan isotiotianat diketahui sebagai
hipotensif, anti kanker dan aktivitas antibakteri yang meliputi
4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate (gambar 2), pterygospermin (gambar 3),
dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy)benzylglucosinolate (gambar 4) (Fahey, 2005 dan
Gambar 2 : 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) Gambar 3 : Pterygospermin benzyl isothiocyanate
Gambar 4 : 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl glucosinolate
(sumber : Fahey, 2005)
Kelor ( Moringa oleifera) mempunyai kandungan senyawa
4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, pterygospermin, dan
4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzylglucosinolate (Fahey, 2005 dan Hsu et al , 2006).
Pterigospermin menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan
negatif (Sofowora dalam Yongabi, 2005). Pterygospermin merupakan senyawa yang
tidak stabil, mempunyai titik didik rendah, dan dengan mudah dapat berubah menjadi
benzyl isothiocyanate, pterygospermin, dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl
glucosinolate merupakan senyawa antimikroba (Eilert et al dalam Fahey, 2005).
Daun kelor ( Moringa oleifera) terdapat senyawa benzil isotiosianat dan dari
hasil studi fitokimia daun kelor ( Moringa oleifera) juga mengandung senyawa
metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, phenols yang juga dapat menghambat
aktivitas bakteri (Pandey et al , 2012). Komposisi dan konsentrasi senyawa fitokimia
mengalami perubahan selama pertumbuhan tanaman. Daun yang lebih muda
mempunyai kandungan fitokimia paling tinggi (Bergquist et al , 2005), hal ini terkait
dengan fungsi dari senyawa metabolit sekunder tersebut, yaitu untuk pertahanan
melawan herbivora, patogen, insekta, bakteri, jamur dan virus (Saffan and
El-Mousallamy, 2008). Selain itu senyawa fitokimia dalam daun biasanya ditemukan
dalam struktur bebas atau terikat secara glikosida, dengan bertambahnya tingkat
ketuaan daun banyak ditemukan dalam struktur glikosida yang terdapat pada
membran sel. Senyawa ini membentuk struktur yang kompleks dengan karbohidrat
(glukosa, xilosa dan arabinosa) (Boukes et al ., 2008).
Alkaloid merupakan kristal putih agak larut dalam air yang dikenal dengan
nama berberine, emetine, quinine, dan tetramethil pyrazin. Phenols terdapat senyawa
asam amino yang dapat berperan sebagai senyawa herbisida, serta tannin yang
berperan sebagai mendenaturasi protein serta mencegah proses pencernaan bakteri,
sedangkan flavonoid yaitu senyawa yang mudah larut dalam air untuk kerja
2.4 Manfaat Daun Kelor ( Moringa oleifera)
Seluruh bagian dari pohon Moringa oleifera telah dikonsumsi oleh manusia,
berdasarkan Fuglie dalam Fahey (2005), kegunaan Moringa oleifera meliputi:
sebagai makanan ternak (daun dan biji), biogas (daun), pewarna (kayu), pupuk (biji),
obat (seluruh bagian tumbuhan), purifikasi air (biji),
Hartwell dalam Duke 1983 mengatakan bahwa bunga, daun, dan akar
digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk tumor, biji untuk tumor perut. Jus
akar digunakan untuk iritasi eksternal. Daun digunakan sebagai penutup luka, dan
sebagai obat pencahar. Suspensi dari biji Moringa oleifera kering diketahui sebagai
koagulan.Walaupun di Indonesia, khususnya di lingkungan perkampungan dan
pedesaan, tanaman kelor baru sampai menjadi tanaman pagar hidup, batas tanah
ataupun penjalar tanaman lain, tetapi manfaat dari daun dan karangan bunga serta
buah muda sebagai sayuran, sudah sejak lama digunakan . Sebagai tanaman berkhasiat
obat, tanaman kelor mulai dari akar, batang, daun, dan bijinya, sudah dikenal sejak
lama di lingkungan pedesaan. Seperti akarnya, campuran bersama kulit akar pepaya
kemudian digiling, dihancurkan, banyak digunakan untuk obat luar (balur) penyakit
beri-beri dan sebangsanya. Daunnya ditambah dengan kapur sirih, juga merupakan
obat kulit seperti kurap dengan cara digosokkan (Rahmat, 2009)
2.4.1 Daun Kelor ( Moringa oleifera) sebagai terapi
Berbagai tanaman obat Indonesia yang digunakan sebagai alternatif obat
sangatlah banyak. Penggunaan tanaman obat pun saat ini berkembang sangat cepat.
kelor ( Moringa oleifera) (Prasetyo et al , 2012). Hampir semua bagian dari tanaman
kelor ini dapat dijadikan bahan antimikroba. Bagian-bagian tanaman kelor yang
telah terbukti sebagai bahan antimikroba di antaranya daun, biji, minyak, bunga,
akar, dan kulit kayu tanaman kelor (Bukar et al , 2010).
Namun, beberapa peneliti juga mengungkapkan beberapa manfaat lain dari
kelor ( Moringa oleifera) diantaranya daun kelor ( Moringa oleifera) sebagai anti
anemia (Oduro et al , 2008), daun dan batang kelor ( Moringa oleifera) dapat
digunakan sebagai penurun tekanan darah tinggi dan obat diabetes (Giridhari et al,
2011), dan kulit dari pohon kelor ( Moringa oleifera) sebagai obat radang usus besar
(Fuglie, 1999) serta manfaat-manfaat lainnya.
2.5 Mekanisme Kerja Senyawa Antibakteri dari Daun Kelor ( Moringa oleifera)
Senyawa kimia dalam tanaman dapat bersifat antibakteri yaitu mampu
menghambat pertumbuhan bakteri. Hal itu diuraikan oleh Pelczar et al dalam Puspita
(2011) bahwa beberapa senyawa metabolit sekunder yang meliputi fenol dan senyawa
fenolik, alkaloid, dan minyak atsiri (essential oil ) memiliki sifat antibakteri.
Antibakteri digambarkan sebagai produk alami organik dengan berat molekul
rendah dibentuk oleh mikroorganisme dan tumbuhan yang aktif melawan
mikoroganisme lain pada konsentrasi rendah. Pengembangan aktivitas ini melalui
jumlah terbatas dari mekanisme antibakteri yang dapat mempengaruhi sintesis
dinding sel, integritas membran sel, sintesis protein, replikasi DNA dan repair,
Berdasarkan cara kerjanya, antibakteri dibedakan menjadi bakterisidal dan
bakteriostatik. Bakteriostatik adalah zat yang bekerja menghambat pertumbuhan
bakteri sedangkan bakterisidal adalah zat yang bekerja mematikan bakteri. Beberapa
zat antibakteri bersifat bakteriostatik pada konsentrasi rendah dan bersifat bakterisidal
pada konsentrasi tinggi (Chomnawang et al , 2005). Mekanisme penghambatan
mikroorganisme oleh senyawa antibakteri dapat disebabkan oleh beberapa cara,
antara lain:
1. Menganggu pembentukan dinding sel
2. Bereaksi dengan membran sel
3. Menginaktivasi enzim
4. Menginaktivasi fungsi material genetic
Daun kelor ( Moringa oleifera) mempunyai kandungan bahan aktif seperti
flavonoid, phenols, alkaloid, dan isotiosianat (Pandey et al , 2012), dimana
senyawa-senyawa tersebut juga terkandung dalam tanaman obat lain yang mekanisme kerjanya
kemungkinan sama. Penelitian yang dilakukan Parhusip, (2006) bahwa kandungan
bahan aktif seperti flavonoid, phenols, dan alkaloid dalam ekstrak Andaliman dapat
menyerang membran sitoplasma dan mempengaruhi integritasnya, kerusakan pada
membran ini mengakibatkan peningkatan permeabilitas dan kebocoran sel yang
diikuti dengan keluarnya materi intraseluler. Kebocoran sel bakteri dapat disebabkan
karena rusaknya ikatan hidrofobik komponen penyusun membrane sel seperti protein,
fosfolipid, serta komponen-komponen yang berikatan secara hidrofilik karena
memungkinkan masuknya senyawa-senyawa fitokimia ke dalam sel, sehingga
berakibat keluarnya substansi sel seperti protein dan asam nukleat yang
mengakibatkan kematian sel.
Senyawa-senyawa isotianat, butylated hydroxyanisole (BHA), butylated
hydroxytoluena (BHT), asam p-kumarat, dan asam kafeat juga dapat menyebabkan
gangguan pada membran sel sehingga mengakibatkan terganggunya proses-proses
metabolisme dalam membran sel, seperti penyerapan nutrient, produksi energi, dan
transfer elektron (Parhusip, 2006), namun setiap jenis isotiosianat memiliki tingkat
toksisitas yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada
jenis glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009).
Fardiaz dalam Puspita (2011) menyatakan bahwa kemampuan suatu zat
antibakteri tersebut dipengaruhi oleh faktor antara lain: (1) konsentrasi zat
antibakteri; (2) waktu penyimpanan; (3) suhu lingkungan; (4) sifat-sifat fisik dan
BAB III BAB III
KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN KERANGKA BERFIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1
3.1 Kerangka Kerangka BerfikirBerfikir
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
Kolibasilosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Escherichia Escherichia colicoli patogen patogen
dan kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, dan dominan pada umur 2 dan kebanyakan menyerang anak babi berumur muda, dan dominan pada umur 2
minggu pertama (Suprat
minggu pertama (Suprat et al et al , 2011). Gejala penyakit yang khas ditandai dengan, 2011). Gejala penyakit yang khas ditandai dengan
mencret berwarna putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan
mencret berwarna putih. Sehingga penyakit ini sering disebut dengan white scourswhite scours
atau diare putih (Besung, 2010). Pemakaian antibiotik sebagai langkah pengobatan atau diare putih (Besung, 2010). Pemakaian antibiotik sebagai langkah pengobatan
yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini berakibat meningkatnya kejadian yang dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini berakibat meningkatnya kejadian
resitensi antibiotik di peternakan, sehingga akan berdampak merugikan bagi peternak resitensi antibiotik di peternakan, sehingga akan berdampak merugikan bagi peternak
dan konsumen yang secara tidak langsung terkena dampat residu antibiotik dan konsumen yang secara tidak langsung terkena dampat residu antibiotik
(Yuningsih, 2005). Kasus resisten antibiotik pada ayam broiler dilaporkan oleh (Yuningsih, 2005). Kasus resisten antibiotik pada ayam broiler dilaporkan oleh
Widagdo and Wibowo (2008) di wilayah Provinsi DIY sudah sangat Widagdo and Wibowo (2008) di wilayah Provinsi DIY sudah sangat
memprihatinkan, resisten antibiotik oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan memprihatinkan, resisten antibiotik oksitetrasiklin, streptomisin, kanamisin, dan
gentasimin juga telah dilaporkan Bhaskara
gentasimin juga telah dilaporkan Bhaskara et al et al . (2012) di peternakan babi semi. (2012) di peternakan babi semi
intensif desa sudimara, kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Oleh karena intensif desa sudimara, kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan, Bali. Oleh karena
itu untuk mengurangi kejadian kasus resisten dan residu antibiotik, maka diperlukan itu untuk mengurangi kejadian kasus resisten dan residu antibiotik, maka diperlukan
obat alternatif yang didapat dari alam, murah, dan berkhasiat untuk menyembuhkan. obat alternatif yang didapat dari alam, murah, dan berkhasiat untuk menyembuhkan.
Berbagai penelitian tentang manfaat obat dari bahan alam telah banyak di Berbagai penelitian tentang manfaat obat dari bahan alam telah banyak di
teliti, Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit teliti, Besung (2009) sudah membuktikan dengan pemberian ektrak kunyit
memberikan hasil yang signifikan untuk menangani kasus kolibasilosis pada ternak memberikan hasil yang signifikan untuk menangani kasus kolibasilosis pada ternak
babi, Vingga (2010
babi, Vingga (2010) juga ) juga telah meneliti tentang telah meneliti tentang manfaat ekstrak daun manfaat ekstrak daun kelor (kelor ( Moringa Moringa
Oleifera
Oleifera) dapat menghambat bakteri) dapat menghambat bakteri E. E. colicoli patogen penyebab kolibasilosis pada patogen penyebab kolibasilosis pada
ayam pedaging. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari manfaat bahan aktif yang ayam pedaging. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari manfaat bahan aktif yang
terkandung dalam bahan alam tersebut sebagai hasil metabolisme sampingan dari terkandung dalam bahan alam tersebut sebagai hasil metabolisme sampingan dari
tanaman (Rahmat, 2009). tanaman (Rahmat, 2009).
Naiborhu,
Naiborhu, (2002) (2002) menulis menulis bahwa bahwa pertumbuhan pertumbuhan bakteri bakteri dapat dapat terhambat terhambat oleholeh
beberapa
beberapa hal hal diantaranya diantaranya perbedaan perbedaan tekanan tekanan osmosis osmosis antara antara cairan cairan di di dalam dalam dan dan didi
luar sel, terdenaturasinya protein di dalam sel bakteri, rusaknya membran sel bakteri, luar sel, terdenaturasinya protein di dalam sel bakteri, rusaknya membran sel bakteri,
perubahan
perubahan pH, pH, serta serta terhambatnya terhambatnya pertumbuhan pertumbuhan sel sel vegetatif vegetatif dan dan spora spora dari dari bakteri.bakteri.
Senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas adalah
Senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan hal tersebut diatas adalah asam tenolat,asam tenolat,
glikosida, alkaloid, protein, safonin,
glikosida, alkaloid, protein, safonin, flavonoid, terpenoid, steroid flavonoid, terpenoid, steroid dan senyawa logam dan senyawa logam
yang terikat dengan senyawa organik. yang terikat dengan senyawa organik.
Kelor (
Kelor ( Moringa Moringa oleiferaoleifera) mempunyai kandungan senyawa yang berkhasiat) mempunyai kandungan senyawa yang berkhasiat
sebagai antibakteri yaitu 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, sebagai antibakteri yaitu 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate,
pterygospermin,
pterygospermin, dan dan 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl benzyl glucosinolate glucosinolate (Fahey,(Fahey,
2005), tetapi di dalam daun kelor itu sendiri hanya terdapat 2005), tetapi di dalam daun kelor itu sendiri hanya terdapat
4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate serta kandungan
rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate serta kandungan flavonoid, flavonoid, saponins,saponins,
alkaloid, tanins,
alkaloid, tanins, dandan phenols phenols (Pandey (Pandey et al et al , 2012). Senyawa-senyawa ini mudah larut, 2012). Senyawa-senyawa ini mudah larut
dalam pelarut Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO), dalam pelarut Etanol, Metanol, Butanol, Aseton, Dimetilsulfoksida (DMSO),
Dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain (Rukmana, 2010). Dimetilformamida (DMF), air, dan lain-lain (Rukmana, 2010).
Isotiosinolat adalah senyawa hasil dari hidrolisis glukosinolat dimana Isotiosinolat adalah senyawa hasil dari hidrolisis glukosinolat dimana
senyawa ini bersifat toksik (Vingga, 2010). Hidrolisis glukosinolat akan dimulai senyawa ini bersifat toksik (Vingga, 2010). Hidrolisis glukosinolat akan dimulai
apabila terjadi kontak antara glukosinolat dengan enzim mirosinase, biasanya melalui apabila terjadi kontak antara glukosinolat dengan enzim mirosinase, biasanya melalui
pelukaan
pelukaan jaringan jaringan tanaman tanaman dan dan setiap setiap jenis jenis isotiosianat isotiosianat memiliki memiliki tingkat tingkat toksisitastoksisitas
yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada jenis yang berbeda terhadap mikroorganisme yang berbeda, tergantung pada jenis
glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009). Senyawa-senyawa turunan glukosinolat yang terhidrolisis (Yulianti, 2009). Senyawa-senyawa turunan
isotiosinolat juga bersifat antibakteri, seperti benzil isotisinolat untuk mengobati isotiosinolat juga bersifat antibakteri, seperti benzil isotisinolat untuk mengobati
gangguan infeksi bakteri pada saluran kencing dan sistem pernafasan (Mennicke gangguan infeksi bakteri pada saluran kencing dan sistem pernafasan (Mennicke etet
al
al , 1988)., 1988).
Lin
Lin et al,et al, (2000) mengungkapkan efek dari isotiosianat ini akan(2000) mengungkapkan efek dari isotiosianat ini akan
mengakibatkan kerusakan pada membran sel dan kebocoran metabolit selular bakteri mengakibatkan kerusakan pada membran sel dan kebocoran metabolit selular bakteri
ketika terjadi kontak dengan bakteri, senada dengan pernyataan Busani
ketika terjadi kontak dengan bakteri, senada dengan pernyataan Busani et al et al , (2012), (2012)
bahwa
bahwa peptida peptida mikroba mikroba mungkin mungkin berinteraksi berinteraksi dengna dengna membran membran sel sel bakteri bakteri dengandengan
dua tahap. Pertama asam amino kationik tertarik oleh muatan negatif seperti dua tahap. Pertama asam amino kationik tertarik oleh muatan negatif seperti
kelompok kepala fosfolipid di permukaan, kedua patch hidrofobik yang bermuatan kelompok kepala fosfolipid di permukaan, kedua patch hidrofobik yang bermuatan
positif
positif dari dari peptida peptida berinteraksi berinteraksi dengan dengan asam asam lemak lemak alifatik alifatik dan dan komponen komponen anionic.anionic.
Hal ini menyebabkan destabilisasi membran, dan bakteri diduga dibunuh oleh Hal ini menyebabkan destabilisasi membran, dan bakteri diduga dibunuh oleh
kebocoran isi sitoplasma, hilangnya potensial membran, distribusi lemak, dan kebocoran isi sitoplasma, hilangnya potensial membran, distribusi lemak, dan
masuknya peptide dan memblokir komponen sel anionic atau memicu enzim masuknya peptide dan memblokir komponen sel anionic atau memicu enzim
autolitik. Sedangkan senyawa
autolitik. Sedangkan senyawa flavonoid, flavonoid, phenols,phenols, dan dan alkaloid alkaloid mekanisme kerjanya mekanisme kerjanya
dalam menghambat bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan dalam menghambat bakteri dilakukan dengan cara mendenaturasi protein dan
merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada merusak membran sel bakteri dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada
dinding sel. Senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak. dinding sel. Senyawa ini mampu melakukan migrasi dari fase cair ke fase lemak.
Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan Terjadinya kerusakan pada membran sel mengakibatkan terhambatnya aktivitas dan
biosintesa enzim-enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme dan
kondisi ini yang pada akhirnya menyebabkan kematian pada bakteri (Naiborhu,
2002).
Mekanisme seperti ini mirip dengan antibiotik Polimiksin B yang pada
dasarnya mendisorganisasi permeabilitas membran sel, sehingga asam nukleat dan
kation keluar dan sel mati (Teuber and Bader, 1976). Oleh karena itu diharapkan
ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dapat menghambat E. coli patogen penyebab
kolibasilosis pada ternak babi.
3.2 Kerangka Konsep
Kolibasilosis E. coli patogen
Pertumbuhan bakteri terhambat
Ekstrak daun kelor ( Moringa Oleifera) 4-(α-L-rhamnopyranosyloxy) benzyl isothiocyanate, flavonoid, saponins, alkaloid, tanins, phenols Merusak permeabilitas membrane sel, dan kebocoran
metabolit selular bakteri, destabilisasi membran
3.3 Hipotesis
1. Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut air dapat menghambat
aktivitas bakteri E. coli patogen yang diisolasi babi penderita kolibasilosis.
2. Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera) dengan pelarut etanol dapat menghambat
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan
rancangan acak lengkap, dimana akan diteliti efektivitas pemberian daun kelor
( Moringa oleifera) ekstrak air dan etanol sebagai penghambat bakteri E. coli patogen
penyebab kolibasilosis pada ternak babi secara in vitro. Dengan konsentrasi (0, 25%,
50%, 75%, 100%) dan masing-masing konsentrasi diulang lima kali.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran,
Laboratorium Analitik F.MIPA Universitas Udayana pada bulan Juni - Desember
tahun 2012.
4.3 Penentuan Sumber Data
Isolat E. coli patogen diperoleh dari kasus kolibasilosis yang diambil dari
beberapa peternakan semi intensif di Kecamatan Kerambitan, sebanyak 21 isolat yang
diduga E. coli patogen diambil setelah di identifikasi di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran terdapat delapan isolat E. coli positif patogen, 7 isolat polvalen
Sumber data diperoleh dari hasil isolasi dan identifikasi bakteri E. coli
patogen dan pengamatan daya hambat ektrak daun kelor ( Moringa oleifera) secara in
vitro dengan perlakuan pemberian dosis yang bervarisasi. Untuk mendapatkan data
yang valid dilakukan pengulangan menggunakan rumus Federer (Kusriningrum,
1989). (n-1) (t-1) ≥15 (n-1) (5-1) ≥ 15 (n-1) (4) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15 4n ≥ 15 + 4 n = 19/4 = 4,75 = 5 4.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan adalah :
1. Variabel bebas : Konsentrasi pemberian ekstrak daun kelor ( Moringa
oleifera) (0, 25%, 50%, 75%, 100%).
2. Variabel tergantung : diameter daya hambat ekstrak daun kelor ( Moringa
oleifera) terhadap bakteri E. coli patogen yang diisolasi dari babi yang
terinfeksi kolibasilosis diukur dengan jangka sorong.
3. Variabel kendali : Media biakan dan pemeliharaan, pH, suhu inkubasi,
4.5 Bahan Penelitian
Bahan penelitian terdiri dari :
- Bakteri E. coli patogen yang di isolasi dari swab feses babi yang terinfeksi
kolibasilosis.
- Ekstrak daun kelor ( Moringa oleifera).
- Media untuk identifikasi bakteri.
- Antibiotik Ciprofloxazine.
- Jangka sorong.
4.6 Instrumen Penelitian
Intstrumen penelitian yang diperlukan adalah :
Alat
Timbangan digital, cawan petri, Api bunsen, tabung elemayer, ose, paper disk,
incubator, vaccum rotary evaporator.
Bahan
- Pelarut Air
- Pelarut Etanol
- Media Mueller Hinton Agar (MHA)
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Isolasi Bakteri E. coli patogen
Bakteri E. coli patogen diisolasi dari peternakan intensif maupun peternakan
tradisional di Kecamatan Kerambitan dan Kecamatan Tabanan dengan cara usap
rektal pada babi yang diduga terinfeksi kolibasilosis dengan media transport amies
untuk melindungi kuman agar tetap hidup apabila pemeriksaan terpaksa ditunda.
Usapan rektal kemudian di tanam pada media MacConkey Agar dan di
inkubator dengan suhu 37o C selama 15-24 jam, jika terbentuk koloni sedang,
berwarna merah bata atau merah tua, smooth, keeping atau sedikit cembung (Bridson,
1998), dilanjutkan dengan menguji bakteri tersebut dengan serum aglutinasi
menggunakan polivalen 1-5 dan polivalen 6-11 yang kandungannya seperti di tabel 1.
Tabel 1.Kandungan serum aglutinasi untuk diagnosa Polivalen 1-5 dan 6-11.
Polivalen 1-5 Polivalen 6-11
O1, O26, O86a, O111, O119, O127a, O128, O44, O55, O125, O126, O146, O166, O18, O114, O142, O151, O157, O158, O6, O27, O78, O148, O159, O168 O20, O25, O63, O153, O167
O8, O15, O115, O169, O28ac, O112ac, O124, O136, O144, O29, O143, O152, O164