• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Zoonosis, Sarcoptes scabiei, Demodex spp., dan Otodectes cynotis.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Zoonosis, Sarcoptes scabiei, Demodex spp., dan Otodectes cynotis."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

Anjing merupakan sahabat terbaik manusia. Dalam pemeliharaannya, anjing dapat terserang berbagai macam penyakit. Kedekatan hubungan antara manusia dan anjing memunculkan potensi terjadinya penularan penyakit, khususnya yang bersifat zoonosis. Potensi penularan penyakit zoonosis tentunya akan berpengaruh pada daerah wisata di Bali, karena dapat menyebabkan penurunan jumlah wisatawan yang akan berkunjung. Sarcoptes scabiei, Demodex spp., dan Otodectes cynotis adalah tungau kudis pada anjing yang diklasifikasikan sebagai penyakit zoonosis. Objek penelitian adalah 100 ekor anjing yang ada pada kawasan wisata di Bali yang relatif padat dikunjungi wisatawan. Anjing yang teramati mengalami gejala kudis dikerok kulitnya dan kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk mengidentifikasi tungaunya. Sampel dinyatakan positif apabila ditemukan minimal satu parasit dalam setiap stadium perkembangannya. Pada penelitian ini, didapatkan 14 ekor anjing yang mengalami gejala kudis. Dari hasil pemeriksaan ditemukan 8 sampel kerokan kulit yang positif terinfestasi tungau kudis. Jenis tungau yang ditemukan adalah Demodex sp. dengan prevalensi 8%. Sehubungan dengan besarnya prevalensi tersebut, perlu perhatian yang serius terhadap anjing-anjing yang berada di kawasan wisata di Bali, terutama menyangkut kebersihan dan kesehatan kulit agar terus diupayakan.

(2)

ii ABSTRACT

Dog is a human‟s best friend. In daily, Dog can be attacked by various disease. Relationship between human and dog can potentially disease contagion, particularly zoonotic diseases. Potential of contagion by zoonotic diseases will certainly affect tourist area in Bali, Because it can decrease the number of tourist who come to visit. Sarcoptes scabiei,Demodex sp., and Otodectes cynotis are mange mites in dog that classified as a zoonotic diseases. The research used 100 dogs in Bali tourist area which crowded by visitor. Dogs were observed that have sympton of mange were scraped skin and then examined by microscope to identify mite. Sample tested positive when found at least one parasite in every stage developmental. The result from this research, obtained 14 dogs that have symptoms of mange. The result of examination of skin scrapings found eight positive samples infested by mange mites. The type of mange mites were found is Demodex sp. Because this research has shows that high prevalence, needs serious attention to dogs in Bali tourist area, especially related to hygene and care about skin health.

(3)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis sampaikan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah memeberikan rahmat, hidayah, dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Prevalensi Infestasi Tungau Kudis pada Anjing di Kawasan Wisata di Bali” ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tersanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu„Alaihi Wa Salam yang telah menerangi alam ini dengan cahaya keimanan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih setulus hati kepada:

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP. selaku dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Bapak Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS. selaku pembimbing I atas bimbingan, nasehat, dan motivasi yang telah diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak drh. Ida Bagus Made Oka, M.Kes, selaku pembimbing II yang bersedia menyediakan waktu di tengah kesibukannya untuk membaca dan memberikan masukan bagi penulisan skripsi ini serta memberikan arahan dan nasehat selama penelitian.

4. Ibu Dr. drh. Ida Ayu Pasti Apsari, MP., Bapak drh. I Made Dwinata, M.Kes., dan Bapak drh. Anak Agung Gde Arjana, M.Kes. selaku penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasehat yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.

(4)

iv

5. Bapak drh. I Made Merdana, MP. selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, saran, dan semangat bagi penulis.

(5)

v

6. Semua dosen dan staf Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana yang telah membimbing penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

7. Kedua orang tua, Bapak Abdul Syahid Buduha dan Ibu Fatmawati, kakak dan adik tercinta Aldi Agusta dan Muh. Farhan Septian, serta keluarga besar yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi, serta dukungan moral dan materinya.

8. Putu Panji Naradharma dan Kadek Jaya Utama yang telah bahu-membahu menyelesaikan peneletian ini.

9. Citra Dewi Kartikasari yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis penulis dalam penyusunan skripsi ini.

10. Keluarga besar Baitul Kontra‟an, Dimas Andi Pratama, Dimas Indra Dwi Purnama, Muhammad Faqih Amrullah, Haris Muhamad Ikhsan, Moh. Ghaiz Abriansyah, Saiful Akbar, Jihan Bima Praokoso, Satria Yuda Prawira, dan Lutfi Widiarta yang selalu memerikan semangat dan dukungan kepada penulis.

11. Keluarga besar FKH 12 B, IKAMI Sulsel cabang Bali, Minpro Satwa Liar Rothschildi, KKN Desa Tulamben 2015 atas dukungan, kerjasama, dan kekeluargaan yang penulis dapatkan.

12. Sahabat-sahabatku, Parman, Parmin, Abdan, Adri, Jumrin, Kiki, dan Putra.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah turut membantu dan memberikan dukungan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari penulisan skriksi ini, untuk itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik yang membangun guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Kedokteran Hewan

(6)

vi DAFTAR ISI Halaman RIWAYAT HIDUP ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii UACAPAN TERIMAKASIH ... iv DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Anjing ... 5 2.2 Scabies ... 6 2.2.1 Etiologi ... 7 2.2.2 Morfologi ... 8 2.2.3 Siklus Hidup ... 9 2.2.4 Patogenesis ... 10 2.2.5 Gejala Klinis ... 10 2.2.6 Diagnosis ... 10 2.2.7 Diagnosis Banding ... 11

2.2.8 Pencegahan dan Pengobatan ... 11

2.3 Demodex ... 12 2.3.1 Etiologi ... 12 2.3.2 Morfologi ... 13 2.3.3 Siklus Hidup ... 13 2.3.4 Patogenesis ... 14 2.3.5 Gejala Klinis ... 14 2.3.6 Diagnosis ... 15 2.3.7 Diagnosis Banding ... 15

2.3.8 Pencegahan dan Pengobatan ... 15

2.4 Otodectes cynotis ... 16

Kerangka Konsep ... 17

BAB III MATERI DAN METODE ... 19

3.1 Objek Penelitian ... 19

3.2 Peralatan yang Digunakan ... 19

3.3 Bahan-Bahan yang Digunakan ... 19

(7)

vii

3.5 Variabel Penelitian ... 20

3.6 Jumlah Sampel ... 20

3.7 Prosedur Penelitian ... 20

3.8 Analisis Data ... 20

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.1.1 Prevalensi Infestasi Tungau Kudis pada Anjing di Kawasan Wisata di Bali ... 22

4.2.2 Jenis-jenis Tungau Kudis pada Anjing di Kawasan Wisata di Bali ... 23

4.2 Pembahasan ... 24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 26

5.1 Simpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 (a) Anjing Kintamani; (b) German Sheperd; (c) Serigala ... 6

Gambar 2.2 Sarcoptes scabiei beserta telurnya ... ... 8

Gambar 2.3 Siklus hidup Sarcoptes scabiei dalam tubuh makhluk hidup ... 9

Gambar 2.4 Siklus hidup Demodex sp. ... ... 13

Gambar 2.5 Anjing penderita tungau demodex ... ... 14

Gambar 2.6 Otodectes cynotis ... ... 17

Gambar 4.1 Demodex sp. yang ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik ... ... 23

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Kejadian Tungau Kudis pada Anjing di Kawasan Wisata

di Bali ... 22 Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ... 23

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bali dikenal sebagai pulau surga dan menjadi tujuan wisata dunia. Pada industri kepariwisataan, Bali selalu menempati peringkat teratas sebagai tempat wisata yang wajib dikunjungi. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Bali pada 2014 mencapai 3.768.362 orang, meningkat 14,96% dari tahun sebelumnya. Sementara, kunjungan wisatawan domestik sampai Oktober 2014, mencapai 5.132.293 orang (Statistik Dinas Pariwisata Bali, 2015). Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan semua hal yang membuat wisatawan merasa nyaman, seperti fasilitas, kebersihan, dan hal lain, termasuk juga masalah keamanan. Masalah keamanan yang dimaksud tidak hanya mencakup keamanan dibidang fisik, tetapi juga keamanan dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penularan penyakit yang dapat terjadi di kawasan wisata. Salah satu penyakit yang perlu diperhatikan adalah penyakit yang bersifat zoonosis.

Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang ditularkan secara alamiah di antara hewan vertebrata ke manusia (Khairiyah, 2011) yang diperkirakan lebih dari 200 penyakit yang bersifat zoonosis (Gusti, 2013). Pengetahuan dan pemahaman penyakit-penyakit zoonosis, tentunya tidak hanya terbatas pada penyakit-penyakit zoonosis yang klasik saja seperti rabies, anthrax, brucellosis, dan lain-lainnya, namun seiring dengan perjalanan waktu beberapa penyakit zoonosis terus berkembang dan siap mengintai hewan dan manusia setiap saat (Suardana dan Soejoedono, 2005). Penyakit zoonosis dapat dibedakan antara lain berdasarkan penularannya, agen penyebabnya, reservoir utamanya, dan asal hewannya. Penyakit zoonosis dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, yaitu kontak langsung dengan hewan pengidap zoonosis dan kontak tidak langsung melalui vektor atau mengonsumsi pangan yang berasal dari ternak sakit, atau melalui aerosol di udara ketika seseorang berada pada lingkungan yang tercemar. Penularan penyakit zoonosis dibagi menjadi empat,

(11)

2

yaitu; direct zoonosis, siklozoonosis, metazoonosis, dan saprozoonosis.

(12)

3

zoonosis dibedakan atas zoonosis yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, atau yang disebabkan oleh jamur (Khairiyah, 2011). Reservoir utama zoonosis dapat berupa hewan piara atau hewan domestik, maupun satwa liar, yang digolongkan menjadi tiga kriteria yaitu; antropozoonosis, amphixenosis, dan zooanthroponosis Sedangkan berdasarkan hewannya dapat berasal dari kucing, kera, sapi, babi, unggas, hewan liar, serta anjing (Suardana dan Soejodono, 2005).

Kehidupan masyarakat di Bali tidak lepas dari hubungan mereka dengan anjing karena pada dasarnya memelihara anjing juga merupakan bagian dari kebudayaan. Dekatnya hubungan manusia dengan anjing membuat penularan penyakit zoonosis dari anjing dan manusia menjadi sangat potensial, khususnya pada kawasan wisata di Bali. Penyebaran penyakit pada kawasan wisata akan menyebabkan kenyamanan wisatawan yang berkunjung menjadi terganggu dengan risiko tertularnya penyakit. Penyakit zoonosis dengan anjing sebagai hewan penyebarnya juga dapat disebabkan oleh penyakit parasit, selain bakteri, virus, jamur, dan agen lain. Tungau adalah salah satu penyakit parasitik yang agennya juga dapat menginfestasi manusia, selain anjing sebagai hewan pembawanya.

Dengan meningkatnya populasi anjing di Bali, maka risiko penyebaran penyakit tentunya juga akan ikut meningkat. Anjing dapat terinfeksi berbagai macam penyakit, salah satunya adalah penyakit kulit. Jumlah kasus penyakit kulit pada anjing, kucing, dan kelinci cenderung meningkat pada tahun 2014 di daerah Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Makasar, Yogyakarta, dan Pekanbaru. Salah satu penyebabnya adalah scabies (Andrew, 2014). Gangguan kulit merupakan masalah utama pada anjing-anjing lokal di Bali yang di sebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah parasit eksternal (Widyastuti et al., 2012). Pada anjing kintamani, prevalensi gangguan kulit karena infeksi parasit sebesar 15,2%, dimana 5,5% disebabkan oleh infestasi scabies serta 4,6% infestasi tungau demodex (Timur, 2014).

Kudis adalah gangguan pada kulit yang menyebabkan kegatalan dan perubahan pada kulit. Kudis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh tungau (Price dan Bishop, 1942). Pada anjing kudis disebabkan oleh tungau

(13)

4

berasal dari agen parasitik seperti Sarcoptes scabiei, Domodex sp., dan Otodectes cynotis. Ketiga jenis tungau ini akan menyebabkan rasa gatal pada anjing dan juga menunjukkan gejala kudis pada kulit anjing penderita. Selain itu, tungau kudis ini juga dapat menginfestasi manusia jika terjadi kontak langsung dengan anjing penderita. Whardana et al. (2006) melaporkan bahwa infestasi scabies pada manusia akan menimbulkan ruam-ruam dan rasa gatal yang parah. Sarcoptes scabiei mampu memproduksi substansi proteolitik (sekresi saliva) yang berperan dalam pembuatan terowongan, aktivitas makan dan melekatkan telurnya pada terowongan tersebut. Lesi kulit berawal pada terjadinya eritrema yang terus berkembang menjadi vesikula atau pustula. Adanya terowongan di bawah lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi tungau ini.

Tungau demodex menyerang semua mamalia, termasuk manusia (Suartha et al., 2014). Tungau demodex akan menular ke manusia jika terjadi kontak langsung dengan anjing penderita. Gejala awal demodex pada manusia ditandai dengan adanya titik-titik merah dan makin melebar menjadi kudis (ILUNI-FK‟83, 2013)Tungau ini tidak akan bersifat patogenik pada individu yang sehat, tetapi akan bersifat patogen saat daya tahan penderita menurun (Rather dan Hassan, 2014). Sedangkan Otodectes cynotis hanya menginfestasi kulit manusia sebagai inang sementara dengan gejala yang tidak separah seperti pada hewan (Kustiningsih, 2011). Karena dampak dari tungau kudis dapat merugikan anjing dan juga manusia, khususnya di kawasan wisata di Bali, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi Infestasi tungau kudis pada anjing di kawasan wisata di Bali serta mengidentifikasi jenis-jenis tungau tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapakah prevalensi tungau kudis pada anjing di kawasan wisata di Bali? 2. Jenis-jenis tungau apa saja yang menyebabkan kudis pada anjing di kawasan

(14)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui prevalensi tungau kudis pada anjing di kawasan wisata di Bali. 2. Mengetahui jenis-jenis tungau pada anjing di kawasan wisata di Bali. 1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat di kawasan wisata di Bali, khususnya yang memelihara anjing untuk mencegah dan menanggulangi kejadian tungau kudis agar tidak mengganggu pariwisata yang ada di daerah tersebut.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Praktik mengajar mandiri merupakan kelanjutan dari praktik mengajar terbimbing. Setelah membuat silabus dan RPP, mahasiswa diterjunkan ke kelas untuk diberi kesempatan

Walaupun kegiatan Praktek Kewirausahaan hanya dilakukan 3 kali expo saja tetapi secara umum Karakter entrepreneurship telah muncul pada mahasiswa yang telah

8 Tanggapan responden terkait Adanya fitur pilih kategori tanding, usia dan kelas dalam sistem informasi ... 9 Tanggapan responden terkait Adanya fitur keuangan/ validasi

Kesetaraan gender yang terjadi pada masyarakat kecamatan Merapi Selatan dimana adanya kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan

90 GHANIA AMMARA ARAMINTA 5 SDI AL AZHAR 27 CIBINONG BOGOR JAWA BARAT MERIT. 91 KAYLANDRA N BALTASAR 5 SD NIZAMIA ANDALUSIA BEKASI

Sistem ini juga terdapat sensor photo dioda sebanyak 4 buah untuk mengetahui halaman banner yang diinginkan menggunakan pembacaan biner, dan juga untuk menentukan

Selain itu penelitian ini mengukur variabel confounding yaitu pengalaman informasi tentang menstruasi sebelum penelitian, pengalaman informasi tentang PMS sebelum penelitian,

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang merupakan kawasan kabupaten yang fungsinya melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.Terdapatnya dua Kecamatan di