• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT-TRAKEOSTOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT-TRAKEOSTOMI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tr

Trakeostakeostomi omi merupmerupakan akan suatu suatu tekniteknik k yang digunakayang digunakan n untuuntuk k mengmengatasiatasi  pasien dengan ventilasi

 pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat yang tidak adekuat dan obstruksi dan obstruksi jalan pernafasan jalan pernafasan bagianbagian ata

atas. s. InsInsisi isi yayang ng dildilakuakukan kan padpada a traktrakea ea disedisebut but dendengan gan traktrakeoteotomi omi sedsedangangkankan tin

tindakdakan an yayang ng memmembuabuat t stostoma ma selaselanjunjutnytnya a diidiikutkuti i dendengan gan pempemasanasangan gan kankanulul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan  pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi.

 pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi. 1,21,2

Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain Prosedur trakeostomi dahulu disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada ta laringotomi atau bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan. Pada ta hun- hun-tah

tahun un belbelakaakangangan n ini ini digdigunaunakan kan istiistilah lah yanyang g leblebih ih teptepat at yayaitu itu traktrakeosteostomomi.i. Menur

Menurut ut letak insisinyletak insisinya, a, trakeotrakeostomi dibedakan letak yang stomi dibedakan letak yang tinggtinggi i dan letak dan letak yanyangg rendah dan batas letak ini adalah inin trakea ketiga. !ika dibagi menurut "aktu rendah dan batas letak ini adalah inin trakea ketiga. !ika dibagi menurut "aktu dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dan dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi darurat dan segera

segera dengan dengan persiapan persiapan sarana sarana sangat sangat kurang dan kurang dan trakeostomi trakeostomi elektif elektif dengandengan  persiapan

 persiapan sarana sarana ukup ukup yang yang dapat dapat dilakukan dilakukan seara seara baik. baik. Perbedaan Perbedaan lain lain daridari ked

kedua ua jenjenis is tratrakeokeostostomi mi di di atas atas adaadalah lah dardari i jenijenis s insinsisinisinyaya. . PadPada a traktrakeoseostomtomii darurat, insisi yang dilakukan adalah insisi vertikal yang memberikan keuntungan darurat, insisi yang dilakukan adalah insisi vertikal yang memberikan keuntungan  berupa

 berupa pembukaan pembukaan lapangan lapangan operasi operasi yang yang dibutuhkan dibutuhkan bagi bagi kontrol kontrol jalan jalan nafasnafas seara

seara epat, epat, sedangkan sedangkan pada pada trakeostomi trakeostomi elektif elektif insisi insisi yang yang dilakukan dilakukan adalahadalah insisi

insisi hori#ontal hori#ontal karena karena lebih lebih menguntungkan menguntungkan seara seara kosmetikkosmetik1,2,$1,2,$

Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai Terdapat berbagai indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi mulai dar

dari i yayang ng berbersifasifat t dardaruraurat t maumaupun pun eleelektiktif. f. %ej%ejumumlah lah refreferenerensi si menmenjeljelaskaaskann  prosedur

 prosedur trakeostomi trakeostomi namun namun pada pada dasarnya dasarnya semua semua mengharuskan mengharuskan adanyaadanya  persiapan

 persiapan pasien pasien dan dan alat alat yang yang baik. baik. Menurut Menurut &ndean &ndean et et al. al. '2(($), '2(($), tindakantindakan trakeostomi diindikasikan pada pasien*

trakeostomi diindikasikan pada pasien* 1.

1. +ang +ang memermemerlukan lukan ventiventilasi mlasi mekanis ekanis dalam dalam jangkjangka pana panjangjang 2.

2. eganeganasan keasan kepala dpala dan lehan leher yaner yang akan dg akan dilakukilakukan resekan reseksi ysi yang sulang sulitit dilakukan intubasi

dilakukan intubasi $.

$. TrTrauma mauma maksiloaksilofasial dfasial disertai isertai dengadengan resin resiko suko sumbatambatan jalan n jalan nafasnafas .

. %umb%umbatan jalaatan jalan nafan nafas akibat s akibat dari trdari trauma, luauma, luka bakka bakar atau ar atau keduakeduanyanya

1 1

(2)

.

. /angg/angguan neuan neurolourologis ygis yang disang disertai deertai dengan rngan risiko sisiko sumbaumbatan jalan tan jalan nafasnafas 0.

0. Severe sleep apneaSevere sleep apnea yang tidak dapat dilakukan intubasi.yang tidak dapat dilakukan intubasi.2,$2,$

2 2

(3)

BAB II PEMBAHASAN I. ANATOMI TRAKHEA

Trakhea merupakan tabung berongga yang disokong oleh inin kartilago. Trakea bera"al dari kartilago krikoid yang berbentuk inin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar  dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. elenjar  tiroid terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi inin trakea kedua hingga kelima. %araf  laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. i ba"ah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid. 1,2,$

Gambar 1. Conductn! Pa""a!

(4)

Gambar #. Anatom Tra$%a&

Trakea dari pinggir ke ba"ah artilago rioidea setinggi vertebra ervialis ke-0. Trakea merupakan tabung yang terdiri dari jaringan ikat dan otot  polos, dengan disokong oleh 1  2( kartilago berbentuk huruf 345. artilago membentuk sisi anterior dan lateral. 6erfungsi melindungi trakea dan menjaga terbukanya jalan udara. inding posterior tidak memiliki kartilago. &sofagus terletak langsung pada dinding posterior yang tidak memiliki kartilago. Trakea dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia yang memiliki banyak sel /oblet. 2,$,

indingnya dibangun oleh sebaris tulang ra"an yang bentuknya serupa dengan huruf 345 dengan ujung-ujungnya yang terbuka lebar menuju ke  belakang, inin-inin trakea ini saling dihubungkan oleh suatu selaput elastis * 7igamentum 8nnularium trakealis. 8ntara kedua ujung posterior yang terbuka terdapat dinding selaput. idaerah leher kita dapat menemukan ventral dan trakea* Isthmus glandula tiroid setinggi inin-inin trakea ke-2, ke-$, ke- kemudian diba"ahnya * valvula tirodea inferior. idalam toraks, trakea mempunyai hubungan dengan pembuluh-pembuluh besar didalam mediastinum superior. 7ateral sebelah kanan dari trakea tampak nervus vagus de9ter.$,

Trakea terdiri dari : kartilago yang terhubung satu sama lain dengan otot dan ligamen. 0 kartilago berpasangan, $ kartilago tidak berpasangan.$,,

-  Kartilago tiroid   * kartilago terbesar dan terletak paling superior, sering disebut 38dam;s apple5

-  Kartilago krikoid  * kartilago paling inferior yang tidak berpasangan, yang

(5)

membentuk dasar laring.

-  Epiglotis * kartilago ketiga yang tidak berpasangan. Terdiri dari kartilago elastis daripada hialin. %elama menelan epiglotis menutup pembukaan laring dan menegah masuknya berbagai materi ke dalam laring

&nam kartilago yang saling berpasangan terletak pada 2 pilar antara kartilago krikoid dan tiroid.

-  Kartilago aritenoid  * terbesar dan terletak paling inferior  -  Kartilago kornikulatum * terletak di tengah

-  Kartilago kuneiformis * terletak paling superior dan terkeil

II. 'ISIOLOGI PERNA'ASAN

%istem pernapasan menakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru,  paru itu sendiri, dan struktur-struktur toraks 'dada) yang terlibat menimbulkan

gerakan udara masuk-keluar melalui saluran pernapasan. %aluran hidung berjalan ke faring 'tenggorokan), yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi sistem  pernapasan maupun sistem penernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan dari faring-trakea merupakan tempat le"atnya udara ke paru, dan esofagus merupakan saluran tempat le"atnya makanan ke lambung.

7aring atau kotak suara yang terletak di pintu masuk trakea memiliki  penonjolan di bagian anterior yang membentuk jakun 'adam’s apple). Pita suara merupakan dua pita jaringan elastik yang terentang di bukaan laring, dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk oleh otot-otot laring. Pada saat udara mengalir epat mele"ati pita suara yang tegang, pita suara tersebut  bergetar untuk menghasilkan bermaam-maam bunyi. Pada saat menelan, pita suara mengambil posisi rapat satu sama lain untuk menutup pintu masuk ke trakea.1,,

(6)

Gambar (. P)$a *o$a)"+

III.PATO'ISIOLOGI OBSTRUKSI SALURAN NA'AS ATAS

<bstruksi saluran napas atas mengakibatkan hipoventilasi alveolus dan menimbulkan tiga perubahan biokimia"i * hipoksi arterial 'hipoksemi), retensi 4<2 'hiperkapni) dan asidosis respirasi dan metabolik 'penurunan serum).

8sidosis metaboli disebabkan oleh terbentuknya asam laktat dan penimbunan asam karbonat. etiga faktor tersebut dapat menyebabkan asfiksia.1

=ipoksi menyebabkan gangguan fungsi seluler terutama pada %%P. 6adan karotis dan aorta merupakan reseptor kimia"i terpenting yang mendeteksi  perubahan <2.1,

=ipoksemi pada tingkat tertentu akan meningkatkan usaha pernapasan, takikardi, vasokonstriksi perifer dan hipertensi, peningkatan resistensi pembuluh darah paru, peningkatan aktivitas adrenal, dan peningkatan aktivitas korteks serebri akibat rangsangan reseptor kimia san sistem saraf simpatis. &fek ini diperkuat oleh asidosis dan hiperkapni, yang biasanya menyertai hipoksemi sebagai akibat hipoventilasi alveolus.2,

!ika hipoksia berlangsung beberapa hari terjadi penyesuaian fisiologik dan  perbaikan gejala. Peningkatan aliran darah dan polisitemia memperbaiki oksigenisasi jaringan. =iperkapni dapat merangsang langsung %%P 'merangsang  pernapasan). >mumnya dapat meninggikan frekuensi pernapasan dengan akibat lainnya berupa sakit kepala, peka terhadap rangsangan, bingung, gatal, lemas dan

(7)

lesu. =iperkapni berat menyebabkan pasien tidak sadar, refle9 menurun, kaku, tremor, dan kejang. 8khirnya terdapat narkosis 4<2 dan koma.1,$,

Ion =? merupakan stimulan pernapasan spesifik untuk pusat pernapasan di

medulla. Tetapi =? dalam airan serebrospinal tidak dapat menembus sa"ar darah

  otak dengan baik, sedangkan 4<2 dapat dengan epat memasukinya. adar 4<2

yang meningkat menyebabkan asidosis airan serebrospinal dan stimulasi  pernapasan. <leh karena 4<2  harus berdifusi dalam airan serebrospinal yang

tidak mempunyai sistem buffer maka kadar ion =? abnormal dalam airan

serebrospinal akan timbul seara bertahap tetapi berlangsung lebih lama dan lebih hebat daripada kelainan darah perifer.2,$,

1. Sumbatan Larn!

%umbatan laring dapat disebabkan oleh * ,

- @adang akut dan radang kronik. - 6enda asing.

- Trauma akibat keelakaan, perkelahian, perobaan bunuh diri dengan senjata tajam.

- Trauma akibat tindakan medik.

- Tumor laring, baik berupa tumor jinak atau pun tumor ganas. - elumpuhan nervus rekuren bilateral.

/ejala dan tanda sumbatan laring ialah* - %uara serak 'disfoni) sampai afoni. - %esak napas 'dispnea).

- %tridor 'napas berbunyi) yang terdengar pada "aktu inspirasi.

%tridor merupakan suara nafas bernada rendah saat insipirasi yang disebabkan oleh udara yang mele"ati saluran nafas yang menyempit pada saluran nafas atas yang biasanya memiliki saluran yang besar. %ering terjadi akibat sumbatan pada laring dan trakea bagian atas. $,

1. 4ekungan yang terdapat pada "aktu inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula, dan interkostal. 4ekungan ini terjadi

(8)

sebagai upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang adekuat.

2. /elisah karena pasien haus udara 'air hunger).

$. Barna muka puat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia.

!akson membagi sumbatan laring yang progresif dalam  stadium dengan tanda dan gejala* $,

- %tadium 1 * 4ekungan tampak "aktu inspirasi di suprasternal, stridor pada "aktu inspirasi dan pasien masih tenang.

- %tadium 2 * 4ekungan pada "aktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah lagi dengan timbulnya ekungan di daerah epigastrium. Pasien sudah mulai gelisah. %tridor terdengar "aktu inspirasi.

- %tadium $ * 4ekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di infraklavikula dan sela-sela iga, pasien sangat gelisah dan dispnea. %tridor terdengar pada "aktu inspirasi dan ekspirasi.

- %tadium  * 4ekungan-ekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat gelisah, tampak sangat ketakutan dan sianosis. !ika keadaan ini  berlangsung terus maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan  paralitik karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur, akhirnya

meninggal karena asfiksia.

#. P%nan!!u)an!an Sumbatan Larn!

Prinsip penanggulangan sumbatan laring ialah menghilangkan penyebab sumbatan dengan epat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin ventilasi. alam penanggulangan sumbatan laring pada prinsipnya diusahakan supaya jalan napas lanar kembali.,0

Tindakan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, anti alergi, antibiotika, serta pemberian oksigen inttermitten dilakukan pada sumbatan laring stadium 1 yang disebabkan peradangan.

Tindakan operatif atau resursitasi untuk membebaskan saluran napas ini dapat dengan ara memasukkan pipa endotrakea melalui mulut 'intubasi orotrakea) atau melalui hidung 'intubasi nasotrakea), membuat trakeostoma atau melakukan krikotirotomi.

(9)

Intubasi endotrakea dan trakeostomi dilakukan pada pasien dengan sumbatan laring stadium 2 dan $, sedangkan krikotirotomi dilakukan pada sumbatan laring stadium . Tindakan operatif atau resusitasi dapat dilakukan  berdasar anDlisis gas darah 'pemeriksaan 8strup).,0,A,C

I,. DE'INISI TRAKHEOSTOMI

Trakeostomi adalah pembuatan lubang di dinding anterior trakea untuk  mempertahankan jalan napas. Pertama kali dikemukakan oleh 8retaeus dan /alen  pada abad pertama dan kedua sesudah masehi. Balaupun teknik ini dikemukakan  berulang kali setelah itu, tetapi orang pertama yang diketahui seara pasti melakukan tindakan ini ialah 8ntonio 6rasavola pada tahun 10. Prosedur ini disebut dengan berbagai istilah, antara lain laringotomi dan bronkotomi sampai istilah trakeostomi diperkenalkan oleh =eister pada tahun 1A1C. Pipa trakeostomi yan pertama dengan kanul dalam diperkenalkan oleh /eorge Martine di Inggris kira-kira tahun 1A$( untuk menghindari sumbatan pipa pasabedah.,0,C

Trakeostomi merupakan tindakan bedah trakea untuk membuat trakeostoma. Trakeotomi dapat menyelamatkan ji"a penderita yang mengalami obstruksi jalan napas di atas trakea dan tidak dapat diatasi dengan ara lain, misalnya intubasi. Trakeostomi juga dilakukan pada penderita yang memerlukan  bantuan pernapasan buatan untuk "aktu lama dan yang memerlukan bantuan  pernapasan buatan untuk "aktu lama dan yang memerlukan pertolongan  pembersihan jalan nafas seara memadai. Trakeostoma merupakan fistel antara

trakea dan kulit leher yang dipertahankan dengan kanul. 1,0,A,C

Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi  pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan  pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi. Istilah trakeotomi dan trakeostomi dengan maksud membuat hubungan antara leher bagian anterior  dengan lumen trakea, sering saling tertukar. efinisi yang tepat untuk trakeotomi

(10)

ialah membuat insisi pada trakea, sedang trakeostomi ialah membuat stoma pada trakea.1,A,C

apat disimpulkan, trakeostomi adalah tindakan operasi membuat jalan udara melalui leher dengan membuat stoma atau lubang di dinding depanE anterior  trakea inin kartilago trakea ketiga dan keempat, dilanjutkan dengan membuat stoma, diikuti pemasangan kanul. 6ertujuan mempertahankan jalan nafas agar  udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas saat pasien mengalami ventilasi yang tidak adekuat dan gangguan lalulintas udara pernapasan karena obstruksi jalan nafas bagian atas.0,A

Gambar -. Tra$%o"tom

,. INDIKASI TRAKEOSTOMI

Indikasi untuk melakukan tindakan trakeostomi adalah *0,A,C

1. Mengatasi obstruksi laring.

2. Mengurangi ruang rugi 'dead air spae) di saluran napas bagian atas seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. engan adanya stoma maka seluruh oksigen yang dihirupnya akan masuk ke dalam paru. $. Mempermudah penghisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak 

dapat mengeluarkan sekret seara fisiologik, misalnya pasien koma.

(11)

. >ntuk memasang respirator 'alat bantu pernapasan).

. >ntuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai fasilitas untuk bronkoskopi.

0. 6antuan jalan napas diperlukan lebih dari 2 minggu.

A. @efleks laring atau kemampuan untuk menelan hilang 'misalnya penyakit serebrovaskular).

C. 4edera kepala dan leher.

Trakheostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau sebagai suatu  prosedur berenana. Trakeostomi berenana mungkin diperlukan bila diramalkan akan terjadi problem pernafasan pada pasien pasa bedah daerah kepala, leher, atau toraks, atau pasien dengan insufisiensi paru kronik. Indikasi yang jarang ialah  pada pasien, yang intubasi orotrakea sukar dilakukan atau tak mungkin dilakukan untuk tujuan anestesi umum. Trakeostomi juga harus dilakukan sebelum  pembedahan tumor  tumor orofaring atau laring untuk menghindari manipulasi

tumor yang tidak perlu. ,A

Trakeostomi untuk terapi perlu dilakukan pada tiap kasus insufisiensi  pernafasan yang disebabkan oleh hipoventilasi alveolus untuk memintas sumbatan, mengeluarkan sekret, atau untuk tujuan penggunaan pernapasan buatan seara mekanis.A,C,:

6ila mungkin, trakeostomi harus didahului oleh intubasi endotrakea. Balaupun intubasi endotrakea dapat segera memperbaiki gangguan jalan nafas, trakeostomi harus dilakukan bila diperhitungkan perlu pera"atan jalan nafas lebih dari C jam, karena *,A,C,:

1. Mengeluarkan sekret jauh lebih mudah le"at suatu pipa trakeostomi, dan kemungkinan terjadinya obstruksi pipa lebih keil.

2. Pasien sangat sulit menelan dengan adanya pipa endotrakea.

$. Membersihkan pipa endotrakea pada posisinya sulit dan untuk mengganti  pipa diperlukan laringoskopi berulang.

. Intubasi lama endolaring menimbulkan ulserasi mukosa yang akhirnya dapat menjadi granuloma, adhesi, dan stenosis laring.

(12)

. Trakeostomi kurang menyebabkan rangsangan refleks batuk, yang mungkin  penting pada pasien dengan kelainan saraf dan pasa bedah.

0. engan trakeostomi pasien yang sadar dapat berbiara.

ontraindikasi trakeostomi adalah pasien dengan obstruksi laring oleh tumor  ganas.

,I. PERALATAN TRAKEOSTOMI

8lat yang perlu dipersiapkan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit dengan obat analgesia 'novokain), pisau 'skapel), pinset anatomi, gunting panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting keil yang tajam serta kanul trakea yang ukurannya ook untuk pasien. 2,,0,:

Gambar +. A)ata)at Tra$%o"tom/

%eperti pipa endotrakeal, kaf pipa yang bertekanan rendah dan bervolume  banyaklah yang dipilih. +ang sering digunakan adalah pipa yang terbuat dari klorida polivinil 'PF), silastik dan metal. Pipa PF dan silastik umum digunakan untuk >TI sedangkan pipa metal digunakan untuk trakeostomi jangka  panjang terutama bila kaf tidak diperlukan.

(13)

Gambar 0. Kanu) tra$%o"tom

,II. PROSEDUR TRAKEOSTOMI 1. Tra$%o"tom %)%$t2 

Pada kebanyakan kasus trakeostomi dilakukan di Intensive 4are >nit atau di kamar operasi. Pada lokasi tersbut pasien terus dimonitor  dengan pulse o9ymetri dan elektrokardiogram. 8nestesiologis biasanya melakukan gabungan antara medikasi intravena dan anestesi lokal.,A

Teknik trakeostomi ditentukan sampai batas tertentu oleh keadaan yang memerlukan tindakan tersebut. +ang terpenting ialah memperoleh udara pernafasan seepat dan seefisiensi mungkin dengan menhindari trauma pada laring, trakea, dan struktur yang berdekatan. 6ila mungkin, dilakukan intubasi endotrakea sebelum trakeostomi terapi, terutama pada anak. !ika tidak mungkin melakukan intubasi, ventilasi dan oksigenasi melalui kantong dan masker sangat membantu. !ika udara pernafasan telah terkontrol, dapat dilakukan trakeostomi dengan lebih ermat dan trauma minimal.,A,C

Prosedur yang akan dilakukan adalah sebagai berikut*

• Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan keil sehingga

memudahkan kepala untuk diekstensikan pada sendi atlanto oksipital.

(14)

• engan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak 

digaris median dekat permukaan leher.

• ulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik 

dan ditutup dengan kain steril.

• <bat anestetikum 'novokain) disuntikkan di pertengahan krikoid

dengan fossa suprasternal seara infiltrasi.

• %ayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari ba"ah

krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan hori#ontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira 2 jari dari ba"ah krikoid orang de"asa.

•  %ayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira  m

• engan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di ba"ahnya

dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan inin-inin tulang ra"an yang ber"arna putih

• Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik lateral. • Ismus tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya inin trakea jelas

terlihat. !ika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya.

• %ebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat kedua tepinya dan

disisihkan ke lateral.

• Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat.

• 7akukan aspirasi dengan ara menusukkan jarum pada membran

antara inin trakea dan akan terasa ringan "aktu ditarik.

• 6uat stoma dengan memotong inin trakea ke tiga dengan gunting

yang tajam.

• emudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai.

• anul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup

dengan kasa.

(15)

Gambar /. Po"" K%3a)a dan L%4%r Pada Tra$%o"tom 

Gambar . Pro"%dur Tra$%o"tom E)%$t2. 05

Gambar 16. L%ta$ $anu)

(16)

Gambar 11. L%ta$ $anu) 7an! "a)a4 ,II. Tra$%o"tom Darurat

Pada keadaan darurat, trakeostomi harus dapat dilakukan dalam 2  $ menit, dimana anoksia akan terjadi dalam    menit. Pada trakeostomi darurat lebih baik dilakukan insisi seara vertikal, yang dimulai pada level kartilago krikoid, lanjutkan ke inferior sekitar 2,  $,A m. /unakan tangan kiri untuk  menstabilkan laring dan mengekstensi leher bila tidak ada kontraindikasi 'seperti edera servikal). %ementara tangan kanan digunakan untuk membuat insisi. !ari telunjuk tangan kiri dapat digunakan untuk mendorong ismus tiroid ke inferior  dan mempalpasi trakea. Insisi kulit seara vertikal ini sangat krusial dalam keadaan darurat, karena tindakan dapat dilakukan lebih epat dan kurangnya resiko trauma terhadap struktur leher yang lain. A,:,1(

Trakeostomi darurat harus dihindari, bagian terbesar kesalahan pada trakeostomi disebabkan oleh trakeostomi darurat. omplikasinya meliputi trauma arteria inominata, pembuluh darah tiroidea inferior, esofagus, nerfus laringeus rekuren dan pleura. Tindakan tersebut dapat menyebabkan perdarahan. Pneumomediatinitis dan pneumotoraks. <sbtruksi saluran pernafasan pada a"al fase paskah bedah bisa timbul akibat tersumbatnya pipa seara tidak disengaja. Intubasi endotrakea tidak bebas dari komplikasi obtruksi ekstubasi atau  pneumotoraks. Pneumotoraks dapat terjadi akibat batuk untuk mengatasi obstruksi  pipa endotrakea oleh sekresi. Mungkin terjadi ekstubasi seara tidak disengaja. Problema utama pemasangan pipa endotrakea jangka lama adalah trauma pada laring.A,1(

>ntuk sementara trakeostomi menyebabkan pasien sulit berbiara, tetapi  bila saluran pernafasan diatas trakeostomi masih mempunyai sisa patensi, pasien

dapat berbiara dengan menutup pipa dengan jarinya se"aktu ekspirasi. C,:,1(

(17)

,III. TRAKEOSTOMI PADA BA8I DAN ANAK 

8da beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan ukuran dan konsistensi trakea pada bayi dan anak. Pada semua kasus trakeostomi seharusnya hanya dilakukan setelah bronkoskop, pipa enotrakea atau kateter  dimasukkan untuk memperbaiki saluran udara pernafasan dan memberi kekakuan  pada trakea, sehingga memudahkan diseksi dan identifikasi trakea. Pada anak 

keil, sangan mudah melakukan diseksi yang terlalu dalam dan lateral dari trakea, sehingga merusak nervus laringius rekuren, arteri karotis komunis atau apeks  pleura. %aat melakukan insisi pada dinding trakea, harus hati  hati agar pisau tidak masuk terlalu dalam dan merobek dinding posterior. engan bronkoskop dalam trakea dapat membantu untuk terhindar dari komplikasi ini.0,C,:,1(

esulitan lain pada anak ialah pipa trakeostomi sering keluar dari trakea, karena leher bayi yang pendek dan sering gemuk, terutama bila leher dalam keadaan fleksi. apat juga dilakukan jahitan dengan benang sutra pada tepi insisi trakea untuk menandai dan benang ini dilekatkan ke leher untuk menegah hilangnya lumen trakea jika pipa bergeser. Trakea harus diperiksa setelah pipa dimasukkan, untuk menjaga agar tidak terjadi lipatan ke dalam dari inin trakea yang dipotong, yang dapat menyebabkan pergeseran pipa dan obstruksi pada saat dekanulasi.C,1(

%ering terjadi kesulitan untuk mendapatkan pipa trakeostomi yang sesuai. Pipa yang terlalu panjang dapat masuk ke karina atau salah satu bronkus, menyebabkan atelektasis paru sisi lain. !ika lengkung pipa terlalu panjang, akan menekan trakea pada batas atas insisi trakea, sedangkan ujung ba"ah pipa menempel pada dinding anterior trakea, dan lengkung yang terlalu tumpul dapat menyebabkan ulserasi dinding posterior trakea dan esofagus. <leh karena itu harus dibuat foto @ontgen leher dan dada pasa bedah pada bayi.C,:,1(

Pipa plastik ranangan 8berdeen ialah yang terbaik digunakan pada bayi dan anak. 8lat ini fleksibel, dapat dipotong untuk meyesuaikan panjang, dan memungkinkan aliran udara yang lebih baik, karena kanul dalam.C,1(

(18)

Tab%) I. U$uran P3a Tra$%o"tom 

Umur Dam%t%r Luar Dam%t%r Kana) R%"3rator

Prematur , mm ,  ,( mm 6ayi sampai $  bulan ,  ,( mm ,(  , mm $  0 bulan ,(  , mm , mm 0  12 bulan ,(  , mm ,  0,( mm 1  2 tahun ,  0,( mm ,  0,( mm $ tahun ,  0,( mm 0,(  0, mm

%etelah usia enam bulan, anak memerlukan ukuran tuba sekurang-kurangnya sama dengan usia mereka pada ulang tahun berikutnya 'hingga ukuran 0). Identifikasi ukuran dari seluruh tuba intratrakea kini telah distandarisasi. %uatu komite dari 8merian %tandard Institute mengharuskan semua pabrik untuk  memberi pengenal pada tuba intratrakea yaitu dengan diameter internal dalam millimeter. %uatu aturan sederhana untuk mengingat dalam memilih tuba endotrakea untuk anak dalam situasi ga"at darurat adalah dengan melihat jari kelingking anak tersebut. >kuran kelingking anak kira-kira mendekati diameter  luar dari tuba endotrakea yang dipilih. C,:,1(

I9. PERA:ATAN TRAKEOSTOMI

=al-hal penting pada pera"atan trakeostomi adalah *A,C,:,1(

1. =umidifikasi.

2. Giksasi harus aman dan ganti setiap hari.

$. 6ersihkan luka setiap 0 jam atau sesering yang diperlukan.

. Penghisapan trakeobronkial dilakukan dengan mengindahkan kaidah a dan antisepsis. /unakan kateter dan sarung tangan steril.

. @adiografi dada harus diambil untuk konfirmasi posisi ujung pipa. Pipa dipertahankan selama A hari setelah itu ganti setiap  hari. 6ila digunakan pipa metal, pipa bagian dalam dapat sering diganti tanpa mengganti pipa utama.

0. ultur luka dan sputum harus diperiksa.

(19)

A. 8lat-alat untuk keadaan darurat harus selalu tersedia tidak jauh dari  pasien, seperti *

a. Pipa trakeostomi yang baru dengan ukuran yang sama dan satu nomor lebih keil.

 b. ilator trakea, speulum hidung dan laringoskop untuk anak yang dapat digunakan untuk dilatasi stoma dan pemasangan pipa kembali. . Peralatan untuk menghisap dan fasilitas untuk ventilasi kendali. d. %ungkup muka, laringoskop dan pipa endotrakeal. !ika pipa

trakeostomi tidak berhasil dimasukkan kembali, kadang-kadang dilupakan bah"a pasien dapat di ventilasi melalui laring.

8nak  anak yang memerlukan trakeostomi lama dapat dira"at di rumah, dengan memberikan pendidikan yang ermat pada orangtua dalam penggunaan alat penyedot yang steril, pengaturan kelembaban dan penggantian pita trakeostomi. 0,A,:,1(

Pipa trakeostomi pada trakeostomi yang baru harus dipertahan 2 sampai $ hari sebelum diganti. Pada saat itu telah terbentuk saluran yang permanent, dan sedikit sekali kemungkinan tidak dapat memasukkan pipa kembali. Mengganti  pipa sebelum 2 - $ hari dapat menyebabkan bahaya hilangnya lumen trakea. Mengganti pipa trakeostomi pada bayi untuk pertama kali harus tersedia sebuah  bronkoskop.:,1(

elembaban khusus udara inspirasi diperlukan untuk menegah trakeitis dan  pembentukan krusta, yaitu ruangan dengan alat humidifikasi Batson atau sebuah kerah trakea dengan uap basah. >ntuk menambahkan kelembaban atmosfir perlu diteteskan $ atau  tetes larutan garam hipotonik atau larutan @inger 7aktat ke dalam pipa setiap $ atau  jam. Pasien dengan sekret yang kental dan banyak perlu  pemberian mukolitik intratrakea untuk menairkan sekret. C,:,1(

9. DEKANULASI

Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari "aktu yang diperlukan, terutama pada anak. =arus diangkat seepat mungkin untuk mengurangi timbulnya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea, trakeomalasi, dan

(20)

fistula trakeokutan menetap. %egera setelah keadaan pasien membaik, ukuran pipa trakeostomi diperkeil sampai ukuran yang memungkinkan udara dapat memintas  pipa menuju saluran nafas bagian atas. =al ini menolong menghindari ketergantungan fisiologik pada pipa yang besar akibat menurunnya resistensi  pernafasan. emudian pipa ditutup dan dinilai apakah jalan nafas adekuat, kemampuan menelan dan mengeluarkan sekret. !ika pipa dapat ditutup selama C   12 jam, pipa dikeluarkan dan fistel trakeokutan ditutup. %egera setelah dekanulasi,  pasien harus diamati dengan ketat dan alat yang diperlukan untuk mendapatkan  jalan nafas kembali selalu harus tersedia. :,1(

Gaktor Penyulit ekanulasi*A,:,1(

1. ondisi yang membutuhkan trakeostomi seara persisten 2. islokasi dinding anterior trakea

$. !aringan granulasi di sekitar stoma . &dema mukosa trakea

. etergantungan emosional terhadap trakeostomi

0. etidakmampuan mentoleransi resistensi saluran nafas atas A. %tenosis subglotis

C. Trakeomalasia

:. Inkoordinasi refleks pembukaan laring

1(. Perkembangan laring yang terganggu akibat trakeostomi jangka  panjang.

9I. KOMPLIKASI TRAKEOSTOMI

%eperti tindakan bedah lainnya, trakeostomi juga memiliki resiko komplikasi dan edera. arena setiap individu bervariasi dalam hal sirkulasi  jaringan dan proses penyembuhan, maka tidak dapat dijamin tidak akan terjadi

komplikasi akibat tindakan trakeosotmi. Trakeostomi darurat dan trakeotomi yang dilakukan pada pasien sakit berat memiliki resiko lebih besar terhadap komplikasi setelah prosedur.:,1(

Pneumomediastinum tidak tergolong sebagai komplikasi, namun merupakan akibat. ondisi ini biasanya terjadi pada anak, dan harus ditindak lanjut guna

(21)

memastikan tidak adanya perkembangan ke arah pneumotoraks. Paralisis sarafrekuren jarang terjadi dan harus diegah dengan memperhatikan teknik   bedah. Tuba harus terpasang pada jalan napas, tidak menyumbat bronkus serta

tidak mengenai dinding anterior trakea. Pengalaman klinis dan evaluasi radiologik  akan terdiagnosis dan menegah kejadian ini.:,1(

!enis komplikasi *A,C,:,1(

1. S%!%ra

a. omplikasi perioperatif seperti perdarahan, emfisema, pneumotorak, emboli udara dan kerusakan tulang ra"an krikoid.

 b. iskoneksi.

. %alah menempatkan trakeostomi, misalnya di jaringan pretrakea atau  bronkus utama kanan.

d. =erniasi kaf yang menyebabkan pipa tersumbat. e. >jung pipa tertutup dinding trakea atau arina.

f. 8pnea akibat hilangnya rangsangan hipoksia pernafasan.

Trakeostomi yang dilakukan pada pasien dengan ri"ayat hipoksia kronik, tarikan nafas pertama atau kedua setelah pipa dimasukkan dapat diikuti dengan henti nafas. =al ini sehubungan dengan denervasi fisiologik pada reseptor kimia  perifer karena naiknya P<2 tiba  tiba. <leh karena hipoksia sangat

mempengaruhi rangsangan pernafasan, maka dapat terjadi apnea. :,1(

Gambar 1#. Kom3)$a" tra$%o"tom 51&

(22)

eterangan /ambar *

8. Trakea tertekuk ke depan

6. Tukak dinding depan trakea karena ukuran kanul terlalu besar  4. &mfisema subkutis karena dislokasi kanul

. Tukak karina karena kateter isap

&. Manset ditiup terlalu kuat sehingga menyebabkan penutupan kanul ' herniasi akibat ditiup berlebihan )

G. Manset kanul terlepas di trakea

/. Hekrosis inin trakea karena manset ditiup terlalu kuat =. 4edera dinding belakang 'hati  hati fistel trakeo-esofagus)

#. M%n%n!a4

a. Tersumbat sekret, dapat terjadi segera atau gradual. Tetapi hal ini  jarang terjadi bila humidifikasi, hidrasi dan penghisapan lendir baik.  b. Infeksi pada stoma atau trakeobronkial.

. >lserasi trakea kerena penekanan kaf.

d. &rosi yang dalam dapat menyebabkan perdarahan dari a. inominata atau fistel trakeoesofagus.

(. Lan;ut

omplikasi ini ukup bnnakna dalain hal variasi dan jumlahnya, sehingga  perlu dilakukan usaha-usaha penegahan. Perdarahan lanjut adalah akibat erosi trakea pada pembuluh utama, biasanya arteri inominata. '%ebenarnya menghitung inin trakea mulai dari kartilago krikoid merupakan tindakan yang esensial). Tindakan mengekstensikan kepala pasien dan menarik  trakea ke atas dengan suatu pengait trakea dapat menggambarkan inin trakea kesembilan. Trakeostomi rendah 'di ba"ah inin trakea kelima) seringkali salah.

Kom3)$a" )an;ut 3ada tra$%o"tom dantaran7a <

a. /ranuloma trakea yang bias menyebabkan kesulitan bernapas bila pipa diangkat.

(23)

 b. Trakeomalasia dan dilatasi trakea. . %tenosis trakea.

d. Gistel trakeokutan menetap e. Gistel trakeoesofagus

Pemasangan manset yang lama dengan akibat nekrosis dinding trakea juga ikut berperan dalam erosi pembuluh darah.  Mathog  menganjurkan pemakaian tuba plastik lunak yang lebih aman. Penanganan dari perdarahan mayor tindakan darurat dan memerlukan pemakaian tuba 'dengan manset dalam keadaan terkembang) yang ukup panjang untuk  menapai bagian distal dari pembuluh yang tererosi. Tindakan ini dapat menegah aspirasi darah ke dalain paru. esalahan dalam membedah dan menjahit pembuluh mungkin mengharuskan tindakan sternotomi  parsial.C,:,1(

 Infeksi dapat dikendalikan dengan teknik steril dan humidifikasi. 8ntibiotik profilaksis harus dilarang karena memungkinkan perkembangan  bakteri oportunistik. Pseudomonas aeruginosa tidak jarang dapat dibiak 

dari lokasi trakeostomi dan tidak selalu merupakan infeksi sistemik. Tindakan yang perlu dilakukan mungkin hanyalah membasahi kasa dengan larutan asam asetat (, persen. Pasien yang mendapat banyak antibiotik  mungkin mengalami kontaminasi 4andida albians pada lokasi trakeostomi. Hamun, sebelum memulai pengobatan sistemik, harus dioba  pera"atan luka seara lokal.:,1(

Penanganan obstruksi jalan napas akibat posisi tuba yang tergeser  atau oklusi lumen adalah berbeda, tergantung pada berapa lama terjadinya setelah pembedahan. 6ila telah melampaui C jam dilakukan trakeostomi, maka pera"at dapat diperintahkan untuk memotong tali pengikat leher, mengeluarkan tuba, dan memeriksa lumen dan tuba. %umbat mukus yang menutup lumen tuba harus dibersihkan. Memasukan kembali tuba dapat dilakukan setelah dokter datang. Tenaga yang terlatih dapat diinstruksikan untuk memasukkan kait ke dalain stoma dan menahan jalan napas pada tempatnya, sebelum mengeluarkan dan mengamati tuba yang baru saja

(24)

dipasang. 6ila situasi tidak mendesak, sebaiknya tindakan ini dilakukan sendiri oleh dokter. Pada anak-anak, tali pengikat sutera bila ditarik dengan hati-hati ke lateral akan mempertahankan jalan napas dan menunjukkan  jalur kembali ke stoma untuk penggantian tuba.

 Fistula trakeoesofagus biasanya timbul pada pasien yang hipotensi dan telah menjalani intubasi yang lama dengan tuba bennanset dan ventilasi terkontrol. Pasien demikian memerlukan tuba naso-gastrik, namun seringkali meninggal akibat penyakit primernya ataupun akibat  pneumoiua aspirasi le"at fistula. Perbaikan bedah amat kompleks dan melibatkan penempatan otot-otot leher di antara trakea dan esofagus setelah perbaikan primer pada fistula.0,A,1(

omplikasi mayor yang tersering adalah "t%no"" tra$%a. Grekuensi komplikasi ini semakin meningkat karena pasien seringkali memerlukan ventilasi terkontrol jangka lama dengan tuba bermanset. Menurut Gearon, stenosis stoma bukanlah suatu komplikasi melainkan suatu parut pasa operasi yang telah diperkirakan, dan bah"a gejala hanya akan timbul bila diameter lumen sama dengan atau kurang dari  mm. 6ilamana terdapat granulasi di atas stoma atau kartilago dalam lumen, maka masalah dapat diatasi dengan eksisi endoskopik atau memasang stent  pada jalan napas.A,C,:,1(

BAB III KESIMPULAN

(25)

Trakeostomi adalah tindakan membuat lubang pada dinding anterior trakea untuk bernapas. Trosseau dan Bretonneau mempopulerkan operasi ini di Peranis. Mereka melakukannya untuk menangani kasus difteria dengan angka keberhasilan 2 persen.

Trakeostomi dapat dilakukan pada obstruksi jalan nafas jika gambaran yang ada meliputi * dispnea, stridor, perubahan suara, nyeri, batuk, penurunan atau tidak didapatinya suara pernafasan, perdarahan, keluarnya air liur seara  berlebihan, leher tegang, hemodinamik yang tidak stabil 'lanjut), hilangnya

kesadaran 'sangat lanjut).

Trakeostomi memiliki beberapa komplikasi bahkan kematian.

DA'TAR PUSTAKA

(26)

1. %her"ood, 7auralee.  Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. &disi kedua. !akarta * Penerbit 6uku edokteran &/4, 2((1. 12-1$.

2. !aob 6allenger, !ohn.  Penyakit Telinga, idung, Tenggorok, Kepala dan  !eher . !ilid 1. &disi ketiga belas. !akarta * 6inarupa 8ksara, 1::.$  0. $.  "espiratory System# 12 !uli 2((CJ. =yperlink

http*EE""".ayuga-.eduEpeopleEfaultypagesEgreerEbiol2(Eresp2Eresp2.html

. %oepardi, 8rsyad., Iskandar, Hurbaiti.  Buku a$ar Ilmu Kesehatan Telinga  idung Tenggorok Kepala !eher . &disi kelima. !akarta* Gakultas edokteran

>niversitas Indonesia, 2((1. 2(1-2(C.

. %jamsuhidajat @, e !ong, Bim. Buku %$ar Ilmu Bedah# &disi kedua. !akarta * Penerbit 6uku edokteran &/4, 2((. 21  22.

0. %taf pengajar bagian 8nestesiologi dan terapi intensif G >I. &ditor dr. Muhardi Muhiman. 1:C:.  Penatalaksanaan Pasien di Intensive &are 'nit . !akarta * 6alai Penerbit G >I. 1-10.

A. Paparella, Mihael., %humrik, onald# (tolaryngology) ead and *e+k# Philadelphia * B6 %aunders 4ompany

C. 6yron. (tolaryngology  ead and *e+k Surgery, -rd  edition. Horth 4arolina

* 6yron. p00.

:. !erry @. 6alentine, <, G84&P. Tra+ehostomy# MediineHet. : !uli 2((CJ. =yperlink * http*EE""".mediinenet.omEtraheostomyEartile.htm

1(. !erry @. 6alentine, <, G84&P. Tra+ehostomy. MediineHet. : !uli 2((CJ. =yperlink * http*EE""".mediinenet.omEtraheostomyEpage2.htm

11. =yperlink *

http*EEen."ikipedia.orgE"ikiEGile*IlluKondutingKpassages.s vg : !uli 2(1(J 12. =yperlink *

http*EEhealthy-lifestyle.most - effetive - solution.omE2(1(E(:E2(Ehuman-anatomy-traheaE 12 !uli 2((CJ

1$. =yperlink * http*EE""".kmle.o.krEsearh.phpL %earhrespiratory?glottisN%peial%earh=TM7Beb=tdigNPage 1$ !uni 2(11J

Gambar

Gambar 1. Conductn! Pa&#34;&#34;a!
Gambar -. Tra$%o&#34;tom
Gambar 0. Kanu) tra$%o&#34;tom 
Gambar 16. L%ta$ $anu) 
+2

Referensi

Dokumen terkait

Intubasi endotrakheal merupakan tindakan yang rutin dilakukan pada pasien-pasien yang menjalani operasi intra okuler dengan anestesi umum untuk menjaga patensi jalan

Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau tidak

3skemia miokard atau in5ark ditemukan pada $+0$68 pasien dengan AD. elain itu&#34; iskemia miokard dapat diperburuk oleh regurgitasi aorta akut&#34; hipertensi

Semua pasien berusia 16 – 59 tahun yang menjalani operasi yang menjalani anestesi umum dengan intubasi endotrakea di Instalasi Bedah Sentral RSUP Dr. Kariadi Semarang

Diagnostik peritoneal lavage merupakan tes cepat dan akurat yang digunakan untuk mengid entifikasi cedera intra-abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipotensi atau

Sebagian besar besar pasien pasien menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak diobati akan menunjukan gejala penyakit kronik yang hilang

• Perawatan ICU dibutuhkan untuk pasien dengan syok septik yang membutuhkan vasopresor atau dengan gagal napas yang?. membutuhkan intubasi dan ventilasi mekanik (Rekomendasi kuat;

Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada pasien PPOK derajat berat