• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMERI VISIBLE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMERI VISIBLE"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE

SPEKTROFOTOMERI VISIBLE

OLEH : KELOMPOK 7 GOLONGAN III

NI LUH GEDE TIARA YANTI (1108505049)

PUTU EKA MASMITHA UTAMI DEWI (1208505096)

I GDE PASEK PADMANABA (1208505097)

M. AVERIL PRIMA PUTRA RASHID (1208505098)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

1

PENETAPAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

I. TUJUAN

Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visibel

II. DASAR TEORI

2.1 Formalin

Gambar 1. Struktur Kimia Formalin(OECD SIDS, 2002)

Formalin merupakan larutan yang terdiri atas 37% formaldehid dalam air. Menurut Farmakope Indonesia Edisi 3, kadar formaldehid tidak kurang dari 34,0% dan tidak lebih dari 38,0% dan dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95%) P. Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak berwarna; bau menusuk, uap merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan. Jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh. Formalin dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95%) P (Depkes RI, 1979).

Formalin adalah nama dagang larutan formaldehid dalam air dengan kadar 35-40%. Formalin biasanya mengandung golongan alkohol (metanol) sebanyak 10-15% yang berfungsi sebagai stabilisator supaya formaldehidnya tidak mengalami polimerasi. Formalin merupakan bahan pembunuh hama atau desinfektan, bahan pengawet mayat, menurut BPOM kadar formalin dalam makanan adalah sekitar 1,88-413,89 ppm (mg/kg) (Sudjarwo dkk., 2013).

Berbagai metode untuk identifikasi formaldehid/formalin telah diusulkan. Metode spektrofotometri telah digunakan secara luas untuk determinasi dari formaldehid. Sebagian besar dari metode ini berdasarkan reaksi dari formaldehid dengan reagen organik dan/atau reagen anorganik,seperti reagen Schiff,

(3)

2 pararosanilin, p-fenilendiamin, asam kromotropat, p-aminoazobenzen, brilliant

cresyl blue-bromate, dan malachite green-sulfite (Li et al, 2007)

Nash (1953) memperkenalkan metode kolorimetri kedalam analisis kimia untuk HCHO (formaldehid). Metode ini berdasarkan pada reaksi Hantzsch (gambar 2) dari formaldehid dengan asetilaseton atau 2,4-pentanadion dalam ammonia (Li et al, 2007). Ketika formaldehid ditambahkan ke dalam larutan netral dari asetilaseton dan garam ammonium, warna kuning perlahan-lahan terbentuk yang memperlihatkan terjadinya sintesis dari diasetilhidrolutidin (DDL) (Nash, 1953). DDL memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 412 nm (Salem et al, 2010).

Gambar 2. Reaksi Formalin dengan Reagen Nash (Li et al, 2007).

2.2 Spektrofotometri UV-Vis

Spektroskopi didefinisikan sebagai interaksi antara radiasi elektromagnetik (REM) dengan sampel. Jika panjang gelombang REM yang digunakan bersesuaian dengan panjang gelombang ultraviolet-visibel maka disebut dengan spektroskopi ultraviolet-visibel yang biasa disingkat dengan UV-vis. Radiasi elektromagnetik atau cahaya merupakan suatu bentuk energi yang tingkah lakunya digambarkan dengan sifat-sifat gelombang dan partikel. Sifat-sifat optis radiasi elektromagnetik seperti difraksi paling sesuai dijelaskan dengan menggambarkan

cahaya sebagai suatu gelombang. Beberapa interaksi antara radiasi

elektromagnetik dengan materi seperti absorpsi dan emisi dapat disebut dengan memperlakukan cahaya sebagai suatu partikel (Gandjar dan Rohman, 2012).

(4)

3 Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer uv-vis, yaitu single-beam dan double-beam.

a. Single-beam instrument

Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan

mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam

instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya

murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, 1996).

b. Double-beam instrument

Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190

sampai 750 nm. Double-beaminstrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog,1996).

Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa, bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Hal ini berarti bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap. Dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya sama akan menyerap cahaya masuk dengan fraksi yang sama (Bassett et al., 1994).

Hukum Lambert Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan.

(5)

4 Dimana :

A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur T = Transmitansi

Io = Intensitas sinar masuk

It = Intensitas sinar yang diteruskan ε = Koefisien ekstingsi

b = Tebal kuvet yang digunakan C = Konsentrasi dari sampel

(Gandjar dan Rohman, 2007). Dalam Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam Hukum Lambert – Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu :

- Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.

- Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama.

- Senyawa yang diserap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut.

- Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforesensi. - Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

(Gandjar dan Rohman, 2012)

Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis

spektrofotometri UV-Vis yaitu :

a. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

- Reaksinya selektif dan sensitif

- Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel - Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama

(6)

5 b. Waktu Operasional

Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007).

c. Pemilihan Panjang Gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.

Ada beberapa alasan menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu: - Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena

pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiapsatuan konsentrasi adalah yang paling besar.

- Di sekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan terpenuhi.

- Jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal

(Gandjar dan Rohman, 2007). d. Pembuatan Kurva Baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva baku berupa garis lurus. Kemiringan atau slope adalah a (absortivitas) atau (absortivitas molar). Kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Penyimpangan dari garis lurus biasanya disebabkan oleh: kekuatan ion yang tinggi, perubahan suhu, dan reaksi ikutan yang terjadi (Gandjar dan Rohman, 2007).

(7)

6 e. Pembacaan Absorbansi Sampel atau Cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,8 atau 15%-70% jika dibaca sebagai transmittan. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5%. (Gandjar dan Rohman, 2007).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat  Ball filler  Botol vial  Gelas beaker  Kuvet  Labu ukur 5mL, 10mL,25 mL  Pipet tetes  Pipet volume  Spektrofotometer UV-visible 3.2 Bahan  Amonium asetat  Aquadest  Asam asetat  Asetil aseton  Larutan Formalin 37% b/v IV. PERHITUNGAN

4.1 Perhitungan pembuatan Reagen Nash

Reagen Nash yang dibuat sejumlah 50 ml, sehingga jumlah masing – masing bahan adalah :

a. Amonium asetat = 50 ml

100 ml x 15 gr = 7,5 gr

b. Asam Asetat = 50 ml

(8)

7

c. Asetil Aseton = 50 ml

100 ml x 0,2 ml = 0,1 ml

d. Aquadest = 50 ml

100 ml x 100 ml = add 50 ml

4.2 Pembuatan 10 mL Larutan Stok Formalin 2% b/v

 Diketahui : Larutan formalin yang tersedia = 37% b/v

Konsentrasi yang diperlukan = 2% b/v

Volume larutan yang diperlukan = 10 mL

 Ditanya : Volume larutan formalin 37% b/v yang diambil = ….. ?

 Penyelesaian : M1V1 = M2V2 37 % V1 = 2 % . 10 ml V1 = 2 gr 100 ml x 10 ml 37 gr100 ml V1 = 0,54 mL

4.3 Pembuatan 10 mL larutan Formalin 100 µg/mL dari larutan formalin 2% b/v

 Diketahui : Konsentrasi formalin = 2% b/v

V Formalin 100 µg/ml = 10 mL

2 % b/v = 2 gram/100ml

= 2 x 104g/ml

 Ditanya : Volume larutan formalin 2% b/v yang diambil = ….. ?

 Penyelesaian : C1V1 = C2V2 2 x 104 µg/ml . V1 = 100 µg/ml x 10 ml V1 = 100 μg x 10 mlml 2 x 104μgml .V1 = 0,05 ml

(9)

8 4.4 Perhitungan konsentrasi setiap larutan standar

 Diketahui : Vlarutan stok formalin standar1 = 0,1 mL

Vlarutan stok formalin standar2 = 0,2 mL Vlarutan stok formalin standar 3 = 0,3 mL

Vlarutan stok formalin standar 4 = 0,4 mL

Vlarutan stok formalin standar 5 = 0,5 mL

Vmasing-masing larutan = 5 mL

Clarutan stok formalin = 100 µg/mL

 Ditanya : Konsentrasi masing-masing larutan seri = …?

Penyelesaian :

- Untuk standar 1

Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin 100 µg/mL x 0,1 mL = Clarutan formalin standar 1 x 5 mL Clarutan standar formalin standar 1 =

100 µg /mL x 0,1 mL 5 µg /mL

= 2 µg/mL - Untukstandar 2

Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin 100 µg/mL x 0,2 mL = Clarutan formalin standar 2 x 5 mL Clarutanstandar formalin standar 2 =

100 µg /mL x 0,2 mL 5 µg /mL

= 4 µg/mL

- Untuk standar 3

Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin 100 µg/mL x 0,3 mL = Clarutan formalin standar 3 x 5 mL Clarutanstandar formalin standar 3 =

10 µg/mL x 0,3 mL 5 µg/mL

= 6 µg/mL - Untuk standar 4

Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin 100µg/mL x 0,4 mL = Clarutan formalin standar 4 x 5 mL

(10)

9 Clarutanstandar formalin standar 4 =

100 µg /mL x 0,4mL 5 µg /mL

= 8 µg/mL - Untuk standar 5

Cstok formalin x Vstok formalin = Clarutan formalin x Vlarutan formalin 100 µg/mL x 0,5 mL = Clarutanformalin standar 5 x 5 mL Clarutan standar formalin standar 5 =

100 µg /mL x 0,5mL 5 µg /mL

= 10 µg/mL

4.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

 Diketahui : Clarutan stok formalin = 100µg/mL

V larutan stok formalin yang digunakan = 0,25 mL V larutan formalin yang ingin dibuat = 5 mL

 Ditanya : Clarutan stok formalin yang digunakan = …?

 Penyelesaian :

CstokFormalin x Vstok Formalin = ClarutanFormalin x V larutanFormalin 100 µg/mL x 0,25 mL = ClarutanFormalin x 5 mL CstokFormalin = 25 g 5ml = 5 µg/mL V. PELAKSANAAN PERCOBAAN 5.1 Prosedur Kerja

5.1.1 Pembuatan Larutan Formalin 2% b/v dari larutan Formalin 37% b/v

 Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet volume

 Dimasukkan kedalam labu ukur 10 mL dan ditambahkan aquadest hingga

tanda batas dan digojog hingga homogen

5.1.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 µg/mL

 Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan pipet

(11)

10

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen

5.1.3 Pembuatan Reagen Nash

 Ditimbang 7,5 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO) dan dimasukkan

dalam beaker glass

 Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) dan 0,1 mL Asetil Aseton. Dilarutkan dengan Aquadest hingga larut dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL

Ditambahkan aquadest hingga volume 50 mL dan digojog hingga

homogen

 Dimasukkan kedalam botol kaca gelap serta dibungkus dengan

aluminium foil

5.1.4 Pembuatan Larutan Standar

 Dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3 mL, 0,4 mL dan 0,5 mL larutan formalin 100 µg/mL lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan aquadest sampai batas 5 mL

 Kemudian masing-masing larutan dimasukkan ke dalam 5 buah vial yang

berbeda

 Dari masing-masing vial tersebut dipipet 1 mL, dimasukkan ke dalam vial baru, dan ditambahkan dengan 2 mL reagen Nash dan 2 mL

aquadest

 Didiamkan kurang lebih selama 30 menit

5.1.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

 Sebanyak 0,35 mL larutan stok baku formalin 100 µg/mL dipipet, kemudian ditempatkan pada labu ukur 5 mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan digojog. Larutan sampel kemudian ditampung pada botol vial

(12)

11

 Diambil 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml reagen Nash dan 2 ml aquadest. Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.

5.1.6 Penentuan Kadar Formalin

 Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang gelombang 350-450 nm, ditentukan panjang gelombang maksimumnya

 Dilakukan pengukuran absorbansi masing-masing seri larutan standar pada panjang gelombang maksimum kemudian dibuat kurva kalibrasi dan persamaan regresi liniernya

 Ditetapkan kadar sampel formalin dengan mengukur absorbansinya

secara spektrofotometri visibel

 Diukur absorbansi sampel formalin pada panjang gelombang

maksimumnya

 Ditetapkan kadar formalin dengan memanfaatkan persamaan regresi

linear dari 5 variasi larutan standar dan dihitung persentase perolehan kembali.

5.2 Skema Kerja

5.2.1 Pembuatan Latutan Formalin 2% b/v dari larutan 37% b/v

5.2.2 Pembuatan Larutan Stok Baku Formalin 100 µg/mL

\

Diambil 0,54 mL larutan formalin 2% b/v dengan pipet ukur

Ditambahkan aquadest hingga 10 mL ke dalam labu ukur, digojog sampai homogen

Larutan formalin 2% b/v diambil sebanyak 0,05 mL menggunakan pipet volume

(13)

12 5.2.3 Pembuatan Reagen Nash

5.2.4 Pembuatan Larutan Standar

5.2.5 Pembuatan Larutan Sampel Formalin

Dibuat 5 variasi kadar larutan standar

Diambil larutan stok baku sebanyak 0,1 mL; 0,2 mL; 0,3 mL; 0,4 mL; 0,5 mL

Dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, ditambahkan dengan aquadest hingga tanda batas

Ditimbang 7,5 gram ammonium Asetat (NH4CH3COO), dimasukkan ke

dalam beaker glass

Ditambahkan 0,15 mL Asam Asetat (CH3COOH) DAN 0,1 mL Asetil

Aseton

Diencerkan dengan aquadest hingga 50 mL dan digojog sampai homogen

Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas kemudian digojog hingga homogen.

(14)

13 2.2.6 Penentuan Kadar Formalin

Ditentukan panjang gelombang maksimumnya dandilakukan pengukuran absorbansi masing-masing seri larutan standar pada panjang gelombang

maksimum

Diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang panjang gelombang 352 nm -451 nm dengan spektrofotometer UV-Vis

Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer UV-Vis

Dibuat kurva kalibrasi larutan standar dan persamaan regresi liniernya

Dihitung nilai persentase perolehan kembali

Dihitung kadar sampel berdasarkan nilai absorbansi sampel dan persamaan regresi linier larutan standar

Dipipet 1 ml larutan sampel dan ditambahkan 2 ml reagen Nash dan 2 ml

aquadest

Didiamkan kurang lebih selama 30 menit.

Ditempatkan pada labu ukur 5 mL, ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan digojog. Larutan ditampung pada vial

(15)

14

VI. HASIL PERCOBAAN

6.1 Data Pengamatan 6.1.1 Tabel Penimbangan

Sebelum dilakukannya kegiatan praktikum, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan baku dan larutan sampel dari formalin dengan melakukan pengukuran sebagai berikut;

Tabel 1. Tabel Penimbangan Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1 Pembuatan Reagen Nash

Amonium Asetet 7,5372 gram

Asam Asetet 0,15 mL Asetil Aseton 0,1 mL Aquadestilata ad 100 mL 2 Pembuatan Formalin 2 % b/v Stok Formalin 37 % b/v 0,54 mL Aquadestilata ad 10 mL 3 Pembuatan Formalin 100 µg/mL Formalin 2 % b/v 0,05 mL Aquadestilata ad 10 mL

4 Pembuatan Larutan Standar I

Formalin 100 µg/mL 0,1 mL

Aquadestilata ad 10 mL

5 Pembuatan Larutan Standar II

Formalin 100 µg/mL 0,2 mL

Aquadestilata ad 10 mL

6 Pembuatan Larutan Standar III

Formalin 100 µg/mL 0,3 mL

Aquadestilata ad 10 mL

7 Pembuatan Larutan Standar IV

(16)

15

Aquadestilata ad 10 mL

8 Pembuatan Larutan Standar V

Formalin 100 µg/mL 0,5 mL

Aquadestilata ad 10 mL

9 Pembuatan Larutan Sampel

Formalin 100 µg/mL 0,25 mL

Aquadestilata ad 10 mL

10 Pembuatan Larutan Siap Ukur

Larutan Standar/Seri masing-masing 1 mL

Aquadest untuk tiap Standar/Seri 2 mL

Reagen Nash untuk tiap Standar/Seri 2 mL

6.1.2 Hasil

Setelah larutan standar formalin dan sampel siap ukur selesai, dilakukan proses analisa dengan menggunakan metode spektrofotometri. Dimana formalin dianalisa pada rentang panjang gelombang 352-450 nm, dimana diperoleh hasil absorbansi sebagai berikut;

Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan Formalin (Standar III)

No Panjang Gelombang

(nm)

Absorbansi larutan Standar 6 μg/ mL 1 352 0,193 2 355 0,222 3 358 0,254 4 361 0,286 5 364 0,325 6 367 0,341 7 370 0,375 8 373 0,414 9 376 0,451 10 379 0,489

(17)

16 Dihitung pula absorbansi kelima standar dari variasi larutan formalin pada panjang gelombang yang diperoleh dari analisa sebelumnya, serta diukur absorbansi larutan sampel. Diperoleh hasil sebagai berikut;

Tabel 3. Hasil Analisa Absorbansi Larutan Seri dan Sampel pada λmaks

No Larutan Absorbansi pada 412 nm

1 Standar I, 2 µg/mL 0,381 11 382 0,529 12 385 0,567 13 388 0,605 14 391 0,640 15 394 0,673 16 397 0,700 17 400 0,724 18 403 0,744 19 406 0,758 20 409 0,767 21 412 0,770 22 415 0,760 23 418 0,749 24 421 0,733 25 424 0,712 26 427 0,684 27 430 0,653 28 433 0,616 29 436 0,576 30 439 0,533 31 442 0,489 32 445 0,442 33 448 0,397

(18)

17 2 Standar II, 4 µg/mL 0,487 3 Standar III, 6 µg/mL 0,770 4 Standar IV, 8 µg/mL 0,904 5 Standar V, 10 µg/mL 1,145 6 Sampel 0,630

6.1.3 Spektrum Formalin dengan Reagen Nash pada Rentang Panjang Gelombang Diperoleh spektrum formalin yang direaksikan dengan reagen Nash dan diamati pada rentang panjang gelombang 352 nm sampai 450 nm sebagai berikut:

Gambar 3. Spektrum Formalin dalam Reagen Nash.

6.2 Perhitungan Hasil Percobaan

6.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Seri Formalin

 Diketahui : Absorbansi Standar I = 0,381

Konsentrasi Standar I = 2 µg/mL

Absorbansi Standar II = 0,487

Konsentrasi Standar II = 4 µg/mL

Absorbansi Standar III = 0,770

Konsentrasi Standar III = 6 µg/mL

Absorbansi Standar IV = 0,904 Konsentrasi Standar IV = 8 µg/mL 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 350 360 370 380 390 400 410 420 430 440 450 A b so rb an si Panjang gelombang

Spektrum Formalin dalam

Pereaksi Nash

(19)

18

Absorbansi Standar V = 1,145

Konsentrasi Standar V = 10 µg/mL

 Ditanya : Persamaan Regresi Linear Formalin = . . . . ?

 Penyelesaian :

Dilakukan perhitungan menggunakan kalkulator yang di atur pada mode

Regresi – Linear, dan dimasukkan konsentrasi dan nilai absorbansi yang

diperoleh ke dalam kalkulator. Sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

y = bx + a

y = 0,09725 x + 0,1539

Dimana y merupakan absorbansi dan x merupakan konsentrasi. Dari persamaan diatas diperoleh kurva dengan nilai r sebesar 0,980. Dimana, dengan nilai r diatas 0,95 dan mendekati 1,00 merupakan nilai regresi yang baik dan dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi sampel. Adapun kurva kalibrasinya sebagai berikut:

Gambar 4. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Formalin

6.2.2 Perhitungan Kadar Sampel Formalin

 Diketahui : Absorbansi Sampel : 0,630

Persamaan Regresi Linear : y = 0,09725x + 0,1539

 Ditanya : Kadar Formalin dalam Sampel = . . . . ?

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 0 2 4 6 8 10 12 ab so rb an si konsentrasi

Kurva kalibrasi

Seri Baku

Formalin Linear (Seri Baku Formalin)

(20)

19  Penyelesaian : mL µg 4,9 x 0,09725 0,4761 x 0,4761 x 0,09725 0,1539 -0,630 x 0,09725 0,1539 x 0,09725 0,630 0,1539 x 0,09725 y        

Jadi, sampel yang memberikan absorbansi 0,630 memiliki konsentrasi atau kadar sebesar 4,9 µg/mL

6.2.3 Perhitungan Peresen Perolehan Kembali (Recovery Point) Sampel Formalin

 Diketahui : Kadar Formalin dalam Sampel = 4,9 µg/mL

Kadar Formalin Sampel Sebenarnya = 5 µg/mL

 Ditanya : Peresen Perolehan Kembali (Recovery Point) = . . . ?

 Penyelesaian : % Recovery = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 x 100 % = 4,9μg/mL 5 μg/mL x 100 % = 98 % VII. PEMBAHASAN

Kegiatan praktikum kali ini bertujuan untuk menentukan kadar formalin dalamm sampel dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel. Dimana analisia spektrofotometri merupakan analisis kuantitaif yang pengukurannya berdasarkan daya serapan radiasi elektromagnetik oleh sampel, dimana radiasi elektromagnetik dalam hal ini berupa sinar monokromatis yang diserap oleh gugus fungsional kromofor. Formalin merupakan senyawa non-absorbing atau senyawa yang tidak dapat menyerap sinar monokromatis yang dikarenakan formalin tidak memiliki gugus kromofor. Oleh karena itu, terlebih dahulu

(21)

20 formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk menghasilkan larutan berwarna yang dapat menghasilkan gugus kromofor dan menjadikan formalin menjadi senyawa turunan berupa absorbing derivative yang dapat diukur dengan spektrofotometrer. Umumnya formalin direaksikan dengan reagen Nash dan hasil reaksinya dapat diukur di daerah visibel pada panjang gelombang maksimum 412 nm (Gandjar dan Rohman, 2012; Wiryawan dkk., 2008).

Sebelum melakukan penetapan kadar formalin dalam sampel, dibuat larutan formalin dengan kadar 100 μg/mL. Pada laboratorium tersedia larutan formalin dengan konsentrasi 37% b/v sehingga perlu dilakukan pengenceran. Pengenceran pertama dari larutan formalin 37% b/v menjadi 2% b/v dengan cara dipipet 0,54 mL larutan stok formalin 37% b/v dan dilarutkan dengan aquadest 10 mL. Kemudian larutan formalin 2% b/v diencerkan menjadi 100 μg/mL dengan memipet 0,05 mL larutan formalin 2% b/v dan dilarutkan dengan aquadest 10 mL. Digunakan pelarut aquadest dalam pengenceran dikarenakan formalin dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan kloroform dan eter (Windholz, 1976).

Kemudian dibuat formalin dengan lima variasi konsentrasi, yaitu 20 µg/mL, 40 µg/mL, 60 µg/mL, 80 µg/mL dan 100 µg/mL. Dibuat variasi konsentrai ini bertujuan untuk memperoleh komponen dasar perhitungan dalam persamaan regresi linear dan untuk memperoleh kurva kalibrasi yang baik. Dimana dengan menggunakan lima variasi konsentrasi diharapkan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang diakibatkan oleh penggunaan variasi dalam persamaan regresi yang sedikit. Dari masing-masing larutan dengan berbagai konsentrasi tersebut, dipipet 1 mL dan ditambahkan dengan 2 mL reagen Nash dan 2 mL aquadest yang direaksikan dalam botol vial. Larutan didiamkan selama kurang lebih 30 menit. Pada umunya, beberapa metode pengembangan untuk deteksi dan penetapan kadar formalin yang direaksikan dengan reagen Nash diperlukan waktu reaksi minimal 10 menit dan maksimal 30 menit ±2 menit. Pada praktikum kali ini, dipilih waktu 30 menit yang diharapkan mampu menghasilkan kompleks warna yang lebih stabil sehingga larutan yang dibuat dapat diukur di daerah visibel, selain itu proses pendiaman juga bertujuan untuk mengoptimalkan

(22)

21 reaksi formalin dengan reagen Nash dikarenakan laju reaksi pembentukan

absorbing derivative dari formalin yang lambat (Li et al., 2007). Dimana pereaksi

yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu; reaksinya selektif dan sensitif, reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel serta hasil reaksinya stabil dalam jangka waktu yang lama (Gandjar dan Rohman, 2007). Berikut adalah reaksi pembentukan absorbing derivative dari formalin yaitu diasetilhidrolutidin (DDL);

Gambar 5. Reaksi Formalin denga Reagen Nash memebntuk Diasetilhidrolutidin yang emrupakan absorbing derivate (Li et al., 2007).

Larutan dengan berbagai konsentrasi yang telah direaksikan dengan perekasi Nash selama 30 menit, selanjutnya diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 352-450 nm. Pengukuran ini dilakukan dengan instrumen spektrofotometer yang telah dikalibrasi dengan larutan blanko terlebih dahulu. Kalibrasi alat spektrofotometer dengan blanko penting dilakukan sebelum melakukan analisis untuk mengurangi kesalahan serapan yang disebabkan oleh serapan oleh pelarut ataupun komponen lain selain analit dalam larutan uji yang dalam hal ini berupa preaksi. Blanko yang digunakan berupa reagen Nash, dikarenakan dalam larutan uji dimungkinkan masih terdapat komponen dari reagen Nash yang belum bereaksi sepenuhnya dengan formalin dan dalam reagen Nash sudah terdapat aquadest yang juga digunakan sebagai pelarut larutan uji dan peraksi (Gandjar dan Rohman, 2007).

Dilakukan analisis pada rentang panjang gelombang 352 nm sampai 450 nm. Panjang gelombang ini merupakan panjang gelombang visibel larutan formalin yang dimana dalam rentang panjang gelombang tersebut diharapkan terdapat absorbansi maksimum. Dari pustaka, absorbansi maksimum dari formalin terdapat

(23)

22 pada gelombang dengan panjang 412 nm. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan larutan yang konsentrasinya berada pada posisi medial atau diantara konsentrasi rendah dan tinggi yaitu 60 μg/mL. Dengan konsentrasi tersebut, diharapkan absorbansi yang dihasilkan pada rentang panjang gelombang memiliki kesesuaian dengan absorbansi yang dihasilkan oleh larutan pada konsentrasi rendah dan tinggi pada setiap panjang gelombang pengukuran (Salem et al, 2010). Hasil dari analisis formalin pada rentang panjang gelombang menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum dari formalin dalam praktikum sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa panjang gelombang maksimum untuk penetapan kadar formalin adalah 412 nm. Pada panjang gelombang 412 nm, diperoleh absorbansi paling maksimal dengan nilai 0,770. Panjang gelombang maksimum ini selanjutnya digunakan untuk mengukur absorbansi larutan seri atau variasi lima konsentrasi dan larutan sampel. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: Pada konsentrasi 20 µg/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,381; pada konsentrasi 40 µg/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,487; konsentrasi 60 µg/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,770; pada konsentrasi 80 µg/mL menghasilkan absorbansi sebesar 0,904 dan pada konsentrasi 100 µg/mL menghasilkan absorbansi sebesar 1,145.

Dari nilai absorbansi diatas, diperoleh persamaan regresi linear sebesar y = 0,09725x + 0,1539. Dengan harga r = 0,980, dimana harga r dari suatu persamaan regresi liear yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar suatu sampel adalah dari 0,95 hingga 1,00. Sehingga persamaan regresi linear diatas dapat digunakan untuk menetapkan kadar formalin dalam sampel.

Dilakukan pengukuran absorbansi larutan sampel pada panjang gelombang 412 nm, dan diperoleh absorbansi sebesar 0,630. Absorbansi tersebut kemudian dimasukkan kedalam persamaan regresi linier dan dihitung untuk memperoleh nilai x yang merupakan kadar atau kosentrasi. Diperoleh konsetrasi atau kadar formalin dalam larutan sampel sebesar 4,9 µg/mL. Dimana, konsentrasi formalin dalam sampel sebenarnya adalah 5 µg/mL, sehingga diperoleh persen perolehan kembali (recovery point) dari formalin dalam larutan sampel sebesar 98 %.

(24)

23

VIII. KESIMPULAN

Spektrofotometri visibel merupakan metode analisis instrumental, dengan sepktrofotometer yang panjang gelombangnya berada pada sinar tampak atau visibel (400-800 nm), sehingga senyawa yang akan dianalisis harus berwarna atau dibuat berwarna. Penentuan konsentrasi suatu sampel dapat menggunakan kurva kalibrasi, dan sampel yang ditetapkan kadarnya dalam praktikum kalini memiliki konsentrasi sebesar 4,9 μg/mL.

(25)

24

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, K., R. C. Denney, G. H. Jeffery, dan J. Mendham. 1994. Buku Ajar

Vogel; Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi 4. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Gandjar, I.G. dan A.Rohman. 2007. Kimia Analsis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gandjar, I.G. dan A.Rohman. 2012. Analisis Obat secara Spektrofotometri dan

Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Li, Qiong, Piyanete, Sritharathikhun and Motomizu, Shoji. 2007. Development of Novel Reagent for Hantzsch Reaction for the Determination of Formaldehyde by Spectrophotometry and Fluorometry. Analytical

Sciences. Vol. 23, hal.413-417

Nash, T. 1953. The Colorimetric Estimation of Formaldehyde by Means of the Hantzsch Reaction. Biochemistry Journal. Vol. 55, hal.412-421

OECD SIDS. 2002.SIDS Initial Assessment Report for SIAM 14: Formaldehyde. Paris: UNEP Publication.

Salem, M.Z.M., Böhm, Martin, Srba, Jaromír, and Barcík, Štefan. 2010. Evaluation of Test Methods for Determination of Formaldehyde Emission from Composite Wood Products. Proceedings of the International

Convention of Society of Wood Science and Technology and United Nations Economic Commission for Europe. 11-14

Skoog. W.H. 1996. Fundamental of Analytical Chemistry. 6th edition. USA:

Saunders Publishing.

Sudjarwo, Poedjarti S, Pramitasari A.R. 2013. Validasi Spektrofotometri Visible Unutk Penentuan Kadar Formalin Dalam Daging Ayam. Berkala Ilmiah

Kimia Farmasi. Vol.2 No 1.

Windholz, M. 1976. The Merck Index : Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and

(26)

25

LAMPIRAN

Gambar 1. Spektrum Formalin 6 µg/mL pada Rentang Panjang Gelombang 352 nm samapi 450 nm.

(27)
(28)

Gambar

Gambar 2. Reaksi Formalin dengan Reagen Nash (Li et al, 2007).
Tabel 1. Tabel Penimbangan Bahan
Tabel 2. Hasil Pengamatan Larutan Formalin (Standar III)  No  Panjang Gelombang
Tabel 3. Hasil Analisa Absorbansi Larutan Seri dan Sampel pada λ maks
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut diperoleh dari hasil percobaan yang dilakukan dengan panjang gelombang 224,5 nm pada konsentrasi 4 ppm (grafik 1 ), yang mana panjang gelombang

Setelah itu diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh menggunakan Blanko yang dibuat dengan cara dipipet 5 ml air suling dimasukkan ke dalam tabung

Penentuan konsentrasi besi pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan spectronic-20 yang merupakan instrumen spektrofotometer dengan rentang panjang gelombang

Untuk itu, dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum dengan membuat konsentrasi larutan paracetamol yang memberikan absorbansi 0,434 karena pada absorbansi ini

Panjang gelombang maksimum pada sediaan kloramfenikol tetes telinga seharusnya 278 nm dengan absorbansi 0,5-0,6 sehingga hasil yang didapat hampir sesuai

Dari 5 sampel yang diujikan, 4 sampel hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literatur disebabkan karena massa zat, kemurnian zat, kondisi alat percobaan, faktor kesalahan yang

Hasil penentuan panjang gelombang maksimum dalam penelitian ini sesuai dengan literatur yang disebutkan oleh Molyneux 2004 dimana panjang gelombang maksimum DPPH yaitu 518 nm dan Hasil

PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penentuan panjang gelombang maksimum dari larutan baku standar paracetamol, pembuatan kurva kalibrasi dan melakukan esktraksi