• Tidak ada hasil yang ditemukan

laoran biper5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "laoran biper5"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERILAKU

Uji Sensorik dan Motorik Mencit (

Uji Sensorik dan Motorik Mencit (MM us musus musculus culus ) SW) SW

Oleh : Oleh : Dyna Kholidaziah Dyna Kholidaziah (1210702018)(1210702018) Kelompok 4 (empat) Kelompok 4 (empat) Biologi VI/A Biologi VI/A

Asisten : Rahmat Taufik  Asisten : Rahmat Taufik 

Dosen : Ucu Julita Dosen : Ucu Julita

Tanggal Percobaan : 1 Mei 2013 Tanggal Percobaan : 1 Mei 2013 Tanggal Pengumpulan : 8 Mei 2013 Tanggal Pengumpulan : 8 Mei 2013

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI TAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNGSUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2013

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang Mencit (

Mencit ( Mus musculus Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar ) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar  ataupun tikus rumah. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini ataupun tikus rumah. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia.

sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia.

Mencit mmeiliki bobot yang rendah, sehingga sangat mudah dilakukan dalam Mencit mmeiliki bobot yang rendah, sehingga sangat mudah dilakukan dalam  percobaan

 percobaan laboratorium laboratorium yang yang merupakan merupakan skala skala kecil. kecil. Mencit Mencit memiliki memiliki perilaku perilaku yangyang unik dalam hal sensorik dan motoriknya. Motorik adalah semua gerakan tubuh, unik dalam hal sensorik dan motoriknya. Motorik adalah semua gerakan tubuh, termasuk alam pengertian motorik adalah gerak internal tidak teramati yang berawal termasuk alam pengertian motorik adalah gerak internal tidak teramati yang berawal dari penangkapan stimulus olehindra, penyampaian stimulus tersebut oleh susunan dari penangkapan stimulus olehindra, penyampaian stimulus tersebut oleh susunan syaraf sensorik

syaraf sensorik ke bagke bagian memori ian memori (otak), pembuatan (otak), pembuatan keputusan keputusan dan penydan penyampaianampaian keputusan tersebut ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji sensorik ini merupakan uji keputusan tersebut ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji sensorik ini merupakan uji yang dapat melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat embriologi atau tidak, yang dapat melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat embriologi atau tidak, sedangkan uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam mempertahankan tubuhnya sedangkan uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam mempertahankan tubuhnya dari serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula, mencit dapat melakukan dari serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula, mencit dapat melakukan lokomosi yang sangat aktif dan

lokomosi yang sangat aktif dan khas.khas.

1.2

1.2 TujuanTujuan

Adapun tujuan dari praktikum mengenai Uji Sensorik dan Motorik Mencit ( Adapun tujuan dari praktikum mengenai Uji Sensorik dan Motorik Mencit ( Mus Mus musculus

musculus) SW adalah, untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit) SW adalah, untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit  pada masa pralahir, serta untuk mengetahui pola lokomosi

 pada masa pralahir, serta untuk mengetahui pola lokomosi

1.3

1.3 HipotesaHipotesa

Hipotesa yang dapat disimpulkan adalah, mencit yang merupakan hewan Hipotesa yang dapat disimpulkan adalah, mencit yang merupakan hewan mamalia, memiliki penciuman yang normal ketika indera penciumannya normal, maka mamalia, memiliki penciuman yang normal ketika indera penciumannya normal, maka akan terlihat bagaimana penciuman mencit terhadap bahan ujinya sebagai respon dari akan terlihat bagaimana penciuman mencit terhadap bahan ujinya sebagai respon dari saraf sensoriknya. Selain itu pula, akan terlihat bagaimana mencit dalam melakukan saraf sensoriknya. Selain itu pula, akan terlihat bagaimana mencit dalam melakukan  perilaku

 perilaku kemampuan kemampuan gerak gerak reflek, reflek, lokomosi lokomosi berjalan berjalan dan dan berenang dalaberenang dalam m menghadapimenghadapi serangan dari luar.

(3)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Mencit merupakan salah satu hewan laboratorium atau hewan percobaan. Hewan ini paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak. Pemeliharaan hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak. Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik (Malole dan Pramono 1989 dalam Agustiyanti, 2008).

Menurut Arrington (1972) dan Priambodo (1995) dalam Agus Pribadi (2008), mencit dan tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Dan Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%. Menurut Moriwaki et al . (1994) dalam Agus Pribadi (2008), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per kelahiran  banyak, variasi sifatsifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat produksi dan

karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing, domba, dan babi. Menurut Malole dan Pramono (1989) dalam Agus Pribadi (2008), berbagai keunggulan mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik. Tikus merupakan hewan mamalia yang mempunyai peranan penting bagi manusia untuk tujuan ilmiah karena memiliki daya adaptasi baik. Tikus yang banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dan peliharaan adalah tikus putih ( Rattus novergicus). Tikus putih memiliki beberapa keunggulan antara lain penanganan dan  pemeliharaan yang mudah karena tubuhnya kecil, sehat dan bersih,kemampuan reproduksi tinggi dengan masa kebuntingan singkat, serta memiliki karakteristik   produksi dan reproduksi yang mirip dengan mamalia lainnya (Malole dan Pramono,

(4)

Adapun klasifikasi dari mencit ( Mus musculus) Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Sub filum : Vertebrata Class : Mamalia Ordo : Rodentia Famili : Muridae

Genus : Mus

Species : Mus musculus. SW

Sistem saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, menghantarkannya dan mengintegrasikannya untuk selanjutnya mengaktifkan efektor kedalam koordinasi rangsang. Otak sebagai salah satu pusat sistem saraf juga merupakan pusat intlektual, kemauan dan kesadaran. Sistem saraf disusun oleh tiga bagian utama, yaitu :

a) Sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)  b) Sistem saraf tepi

c) Sistem saraf otonom (Cartono, 2004).

Sel saraf atau neuron merupakan unit struktural yang membangun sistem saraf. Menurut Darmadi, (2005), neuron dibangun oleh bagian-bagian berikut :

a) Badan sel atau prokarion, merupakan pusat tropik untuk seluruh sel saraf tersebut dan dapat menerima rangsang. Didalamnya terdapat inti berukuran cukup besar  (berjumlah satu atau dua), neurofibril, bada Nissl, badan golgi, mitokondria, serta  bdan-badan paraplasma.

 b) Dendrit, merupakan uluran-uluran sitoplasma dengan jumlah yang banyak, berperan menangkap rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris atau darii neuron lain. c) Akson, merupakan uluran sitoplasma tunggal dan panjang, berperan untuk 

membangkitkan dan menghantarkan impuls ke sel lain (sel saraf, otot atau kelenjar) Menurut Cartono (2004) berdasarkan fungsinya, neuron dibedakan atas :

(5)

1) Neuron motoris yang berfungsi menghantarkan impuls aau tanggapan dari sistem saraf pusat ke otot-otot atau efektor lainnya. Neuron ini biasanya mempunyai akson yang panjang dan ditutupi oleh pembungkus mielin (myelin) dan neurilemna.

2) Neuron sensoris yang dendritnya dapat hanya satu danmemanjang. Berfungsi menghantarkan rangsang dari reseptor atau penerima ke pusat susunan saraf.

3) Neuron konektor merupakan neuron yang memiliki dendrit maupun akson yang dihubungkan dengan neuron yang satu dengan neuron yang lainnya. Jadi neuron ini merupakan penghubung antar neuron

4) Neuron adjustor merupakan penghubung neuron-neuron motoris dan neuron-meuron sensoris didalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sering  pula dikatakan sistem saraf pusat adalah neuron asosiasi atau neuron penghubung

yang berfungsi sebagai penghubung. Neuron ini sa ngat banyak memiliki tonjolan. Sistem saraf somatik (Somatic Nervous System), salah satunya yaitu, saraf tulang  belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik dimulai sari ujung saraf 

dorsal dan ventral dar sumsum tulang belakang (bagian luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang disepanjang  perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala.

Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kranial yang meninggalkan  permukaan ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengintrol fungsi sensorik dan motorik dibagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas pasang saraf  tersebut adalah saraf vAgus (vAgus nerves/saraf yang berkelana) yang merepakan saraf  nomor sepuluh yang mengatur fingsi-fungsi organ tubuh dibagian dada dan perut. Menunjukkan fungsi-fungsi dasar saraf-saraf kepala beserta bagian-bagian tubuh yang dikontrolnya.

Sistem saraf autonom mengatur fungsi otot-otot halus, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh (autonom berarti mengatur diri sendiri). Otot-otot halus terdapat dibagian kulit (berkaitan dengan folikel-folikel rambut ditubuh, dipembuluh-pembuluh darah, dimata (mengatur ukuran pupil), didinding srta jontot usus, kantung empedu dan katung kemih (Darmadi, 2005).

(6)

BAB 3 METODELOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

Alat dan bahan yang digunakan adalah aquarium,  stop wach, styrofoam,  bidang miring, meja datar, alat tulis, mencit ( Mus musculus) strain SW, pakan,

aseton, minyak kayu putih, parfum, air.

3.2 Cara Kerja a. Pra uji

Sebelum melakukan pengujian, semua mecit diberi penandaan terlebih dahulu pada tubuhnya dengan menggunakan spidol agar mempermudahkan identifikasi individu. Penandaan dilakukan pada bagian punggung atas.

b. Pengujian

1. Uji sensorik Uji penciuman (olfactory avoidance)

Pengujian sensorik biasanya dilakukan pada mencit pascalahir untuk  mengetahui adanya penyimpangan perilaku anak mencit pada masa  pralahir. Pengujian dilakukan masing-masing tiga kali dengan mendekatkan anak mencit pada jarak dekat (5 cm) dari cotton bud  yang sebelumnya telah dicelupkan ke dalam :

a. Pakan mencit yang telah dihancurkan,  b. Aseton,

c. Minyak kayu putih, dan d. Parfum.

Mencit yang tidak bereaksi dari bau : (0) netral, mencit yang menghindar dari bau-bauan tersebut : (+) positif, dan mencit yang mendekat pada bau : (-) negatif 

(7)

a. Uji kemampuan refleks motork membalikkan badab ( surface rightingreflex)

Mencit diletakkan di tempat meja datar dengan posisi terlentang dengan punggung rapat pada permukaan meja, ditahan sebentar  dengan bantuan bapoint kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan mencit untuk dapat membalikkan tubuh hingga keempat kakinya tegak diatas meja. Pengujian dilakukan 3 kali dan hitung rata-rata membalikkan badannya.

 b. Uji kemampuan refleks menghindari jurang (Cliff avoidance reflex) Mencit diletakkan dengan posisi ujung jari kaki depan dan mulut sejajar dengan tepi meja, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperllukan hingga menict mampu memutar badannya dan menjauhi tepi meja. Pengujian dilakukan berturut-turut 3 kali dan hitung rata-rata waktunya !

c. Uji kemampuan refleks geotaksis negate (negative geotaxis reflex) Pada bidang miring 250, mencit diletakkan dengan kepala mengarah ke bawahdan tubuh sejajar garis vertical, ditahan sebentar kemudian dilepas. Catat waktu yang diperlukan hingga mencit memutar  tubuhnya 1800. Pengujian dilakukan 3 kali dan hitung rata-rata waktu hingga mencit memutar tubuhnya !

3. Uji motorik Lokomosi hewan vertebrata (mencit) a. Lokomosi berjalan

Pola perilaku lokomosi (berjalan) hewan mamalia berbeda dengan  pola bejalan insekta. Gerakan sebuah kaki dari tanah hingga

menyentuh tanah kembali disebut pijakan ( step). Satu siklus langkah komplet dengan menggunakan keempat kakinya disebut langkah lengkap ( stride). Pola lokomosi dapat digambarkan dibawah ini :

Kaki depan Kaki belakang

(8)

Gambar 2. Pola berjalan lengkap mencit ( stride)

- Pola gerakan langkah mencit menuja ke depan pada kecepatan maksimum

- Durasi gerakan tersebut dari awal hingga mencapai ujung jalur yang telah ditentukan (upayakan agar mencit berjalan lurus pada jalur  tersebut).pengujian dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut dan hitung kecepatan rata-rata berjalan mencit

 b. Lokomosi berenang

Isi akuarium dengan air hangat (27-300C) dengan tingggi air sekitar  6-7 cm. Jatuhkanlah mencit di sisi ujung akuarium dan amati  pergerakan mencit di dalam akuarium tersebut ! biarkan mencit  berenag selama mungkin dan lakukanlah pencatatan nilai gerakan

mencit untuk :

1. Skor arah berenang 2. Skor sudut berenang

3. Skor penggunaan anggota badan’ 1) Arah berenang, penilaian :

Skor 0 : Tenggelam 1 : Terapung

2 : Berputar-putar  3 : Lurus

2) Sudut berenan, penilaian :

Skor 0 : Kepala dan tubuh di bawah permukaan air 

1 : Permukaan kepala dan sebagian hidung berada diatas permukaan air  2 : Bagian kepala sebatas mata diatas permukaan air 

(9)

3 : bagian kepala, mata dan setengah telinga berada di ata s permukaan air  4 : Kepala dan seluruh telinga ada di atas permukaan air 

3) Penggunaan anggota gerak, penilaian :

Skor 0 : Tidak menggunakan anggota gerak  1 : Menggunakan keempat anggota gerak  2: menggunakan kedua kaki depan saja

(10)

Gambar. 3 Uji Penciuman Pakan pada Mencit Jantan

Gambar. 4 Uji Penciuman Pakan pada Mencit Betina

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Mencit ( Mus musculus) baik jantan ataupun betina, memiliki perilaku  penciuman yang berbeda setiap individunya. Praktikum mengenai uji sensorik dan

motorik yang diuji kan pada mencit ( Mus musculus) sebagai hewan ujinya.

1. Pengamatan uji sensorik yang diujikan pada mencit dengan meletakkan 4 buah cotton bud  yang telah dicelupkan pada pakan mencit, aseton, kayu putih, dan  parfum dengan pengujian dengan 3 kali ulangan.

a. uji penciumaan

Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman  pakan terhadap mencit jantan yaitu 55% positif (menjauh), 42% negative (mendekat) dan 3% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik mencit jantan pada pakan ini dominannya adalah menjauhi pakan yaitu 55% Hal ini karena mencit atau hewan uji  jantan ini tidak merasakan lapar. Berbeda dengan mencit betina yang mana mencit  betina dilihat pada grafik presentasiny yaitu 55% negatif (mendekat), 30% positif 

(menjauh), dan 15% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik terhadap mencit  betina yang dominan adalah mendekati makanan (pakan) yaitu 55%. Hal ini dapat disebabkan karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium makan dan terdapatnya stimulus untuk mendekat Karena diakibatkan mencit ini sedang lapar.

positif  30% 55% 15% p negatif netral 55% 42% 3%

(11)

Gambar. 7 Uji Penciuman Kayu Putih pada Mencit Jantan

Gambar. 8 Uji Penciuman Kayu Putih pada Mencit Betina

Gambar. 5 Uji Penciuman Aseton pada Mencit Jantan

Gambar. 6 Uji Penciuman Aseton pada Mencit Jantan

Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 94% positif (menjauh) dan betina yaitu 91% positif  (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi aseton karena aseton ini memiliki bau yang menyengat dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau aseton tersebut.

Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 97% positif (menjauh) dan betina yaitu 100%  positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi minyak kayu putih karena minyak kayu putih ini memiliki bau yang menyengat sama halnya dengan aseton dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau minyak kayu putih tersebut.

97% 3% 0%

Positif Negatif Netral

100%

0% 0%

Positif Negatif Netral 91%

0%

9%

Positif Negatif Netral

94%

6% 0%

(12)

Gambar. 9 Uji Penciuman parfum pada Mencit Jantan

Gambar.10 Uji Penciuman parfum pada Mencit Jantan

Berdasakan grafik presentasi diatas dapat dilihat bahwa pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 79% positif (menjauh) dan betina yaitu 79% positif  (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina rata-rata menjauhi  parfum akan tetapi parfum ini baunya tidak seperti karena minyak kayu putih dan aseton yang membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, dan mengakibatkan mencit menjauh dan menghindar bau tersebut.

Selanjutnya pengamatan yang dilakukan yaitu pengujian terhadap uji sensorik  serta motorik yang diujikan pada mencit jantan dan betina pra lahir. Dimana ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tudaknya perilaku menyimpang pada mencit  jantan dan betina ini

2. Pengamatan uji motorik,

a. Uji gerak refleks membalikkan badan, uji ini diujikan pada mencit dengan membalikkan badan mencit yang diletakkan pada meja datar dengan posisi terlentang. Pengujian ini dilakukan 3 kali ulangan dengan mencatat waktu yang diperlukan mencit untuk membalikkan badannya.

Tabel 1. T-test

Group Statistics

 jeniskelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

durasi 1 11 .3155 .21163 .06381

2 11 .3455 .16884 .05091

79% 15%

6%

Positif Negatif Netral

79%

0% 21%

(13)

Independent Samples Test

Levene's Test for 

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df  Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error  Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper  duras i Equal variances assumed .993 .331 -.368 20 .717 -.03000 .08163 -.20027 .14027 Equal variances not

assumed -.368 19.060 .717 -.03000 .08163 -.20081 .14081

Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 1 yaitu mencit jantan memiliki nilai standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 2 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.33 dan itu > dari 0.05 sehingga nilai signifikasi tersebut tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit  jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat. Akan tetapi untuk grafiknya sebelum diuji normalitas terdapat data yang melenceng sehingga dialakukannya uji normalitas agar data dan grafik memiliki nilai yang tidak melenceng.

Gambar 11. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan sebelum uji normalitas

Grafik diatas menunjukan bahwa durasi 0,6 detik pada mencit 1 (jantan) lebih kecil frekuensinya dibandingkan dengan mencit 2 (betina) dengan mean 0.33 dan std.deviasi 0.187 dengan jumlah individu 22 ekor mencit. Sehingga grafik yang didapat tidak normal maka harus dilakukkanya uji normalitas.

(14)

Gambar 12. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan setelah uji normalitas

Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 0.33 dan std.deviasi 0.187 dengan jumlah individu 22 ekor mencit. Akan mengalami perubahan data dengan mean 0.91 dan std.deviasi 0.103 dengan jumlah mencit 22 ekor. Sehingga grafik pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal).

Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada mencit oleh praktikan yaitu masih mengenai uji refleks akan tetapi uji refleks mencit ketika mencit menghidari jurang.

 b. Uji refleks menghindari jurang, uji ini diujikan pada mencit, pengujian dilakukan 3 kali, dan hitung durasi waktu yang dibutuhkan mencit untuk  menghindari jurang tersebut.

Tabel 2. T-test

Group Statistics  jeniskela

min N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

durasi 1 11 10.6727 6.11860 1.84483

(15)

Independent Samples Test Levene's Test for 

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df  Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error  Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper  durasi Equal variances

assumed 3.868 .063 2.038 20 .055 4.26273 2.09137 -.09980 8.62525 Equal variances not

assumed 2.038 15.274 .059 4.26273 2.09137 -.18797 8.71342

Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 1 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 2 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.063 dan > 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat dan memiliki saraf yang masih normal sehingga sinyal yang ditangkap oleh saraf pusat ketika terdapat bahaya masih menerima sinyal yang baik dan dapat merespon dengan tanggap.

Gambar 13. Grafik mencit untuk uji refleks menghindari jurang sebelum uji normalitas

Dan dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 8.54 dan std.deviasi 5.26 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk  menormalkan data dan grafik dilakukannya uji normalitas.

(16)

Gambar 13. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji re fleks menghindari  jurang setelah uji normalitas

Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 2.89 dan std.deviasi 0.0848 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan  pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik   pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal).

Pengamatan selanjutnya yaitu terhadap bidang miring apakah mencit ini akan  berputar 1800 atau kah mencit akan turun. Untuk itu dilakukannya,

c. Uji geotaksis negative, uji ini diujikan pada mencit, pengujian dilakukan 3 kali, dan hitung durasi waktu yang dibutuhkan mencit untuk memutarkan  badannya 1800 tersebut.

Tabel 3. T-Test

Group Statistics  jeniskela

min N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

durasi 1 11 8.4545 2.54416 .76709

(17)

Independent Samples Test Levene's Test for 

Equality of 

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df  Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error  Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper  durasi Equal variances

assumed

8.801 .008 -1.028 20 .316 -2.72727 2.65324 -8.26183 2.80728

Equal variances not assumed

-1.028 11.809 .325 -2.72727 2.65324 -8.51856 3.06401

Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 2 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 1 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.08 dan > 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata. Oleh karena itu baik mencit jantan dan mencit betina memiliki gerak refleks yang cepat. Dan mecit jantan dan betina melakukan hal yang sama yaitu menghidari bahaya pada bidang geotaksis negatif ini dengan memutar   badannya 1800. Dan hal ini menunjukkan sinyal yang diterima untuk menghidari bahaya

masih aktif dan direspon dengan baik.

Gambar 14. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji refleks geotaksis negatif  sebelum uji normalitas

(18)

Dan dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 9.82 dan std.deviasi 6.231 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan  pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk 

menormalkan data dan grafik dilakukannya uji normalitas.

Gambar 15. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji refleks geotaksis negatif  setelah uji normalitas

Dan dilihat grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 3.09 dan std.deviasi 0.0908 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan  pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik   pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal).

Maka dari hasil pengamatan seluruhan uji motorik dan sensorik pada mencit  jantan ataupun betina menujukkan bahwa setiap mencit ini masih memiliki respon yang  baik oleh sistem saraf, sehingga tidak adanya perilaku menyimpang pada setiap individu mencit yang telah diujikan. Karena masih menerima sinyal ke sistem sarafnya terhadap  penciuman dan pergerakkan untuk menghindari bahaya.

Selnajutnya pengamatan mengenai pola lokomosi dan kecepatan jalan hewan uji dengan jarak 20 cm.

(19)

3. Uji gerak lokomosi

a. Kecepatan jalan dengan jarak 20 cm

Tabel 4. Waktu lokomosi atau kecepatan berjalan mencit dengan jarak 20 cm Individu Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4 rata-rata kecepatan

/20cm

waktu/detik 3.1 3 5.25 5.25 4.15 4.15 detik/20cm

Berdasarkan data ditabel diatas hewan uji (mencit) yang memiliki kecepatan  jalan yang paling cepat adalah mencit 2 yaitu 3 detik per 20 cm. Dan untuk rata-rata setiap individu mencit yang diujikan tiap 20 cm, kecepatannya adalah 4,15 detik per 20 cm.

 b. Lokomosi berenang

Sedangkan untuk rata-rata waktu/durasi yang diperoleh pada lokomosi berenang mencit ini dilakukan dengan uji T-test,

Group Statistics  jeniskela

min N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

durasi 1 11 9.6364 10.14172 3.05784

2 11 7.1818 4.83359 1.45738

Independent Samples Test Levene's Test for 

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df  Sig. (2-tailed) Mean Differenc e Std. Error  Difference

95% Confidence Interval of  the Difference Lower Upper  durasi Equal variances

assumed 4.846 .040 .725 20 .477 2.45455 3.38739 -4.61142 9.52051 Equal variances not

assumed .725 14.320 .480 2.45455 3.38739 -4.79547 9.70456

Berdasarkan tabel statistik diatas jenis kelamin 2 yaitu mencit jantan memiliki nilai mean, standar devisiasi dan standar eror mean yang lebih besar dibandingkan jenis kelamin 1 yaitu mencit betina. Dan nilai signifikasinya yaitu 0.04 dan < 0.05 sehingga tidak terdapat beda nyata.

(20)

Gambar 16. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji lokomosi berenang sebelum uji normalitas

Dilihat grafik diatas yang belum diuji normalitasnya, akan menunjukan bahwa mean 8.41 dan std.deviasi 7.854 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan pada grafik   bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga untuk menormalkan

data dan grafik dilakukannya uji normalitas.

Gambar 17. Grafik durasi terhadap frekuensi mencit untuk uji lokomosi berenang setelah uji normalitas

dan dilihat dari grafik diatas yang telah di uji normalitasnya, akan menunjukan  bahwa mean 2.77 dan std.deviasi 1.139 dengan jumlah individu 22 ekor mencit dan

(21)

 pada grafik bahwa grafik akan terlihat melenceng dan tidak normal. Sehingga grafik   pasca uji normalitas ini akan terlihat seimbang (normal).

Gambar 18. Grafik skor Parameter pada lokomosi berenang mencit

Berdasarkan grafik diatas ketika mencit dimasukkan ke dalam akuarium, dan ketika mencit berenang, arah berenang yang paling dominan adalah dengan skor 2 yaitu  berputar-putar, dan untuk sudut berenang yang paling dominan adalah dengan skor 4 yaitu kepala dan seluruh telinga berada di atas permukaan air. Sedangkan untuk   penggunaan anggota gerak yang paling dominan dilakukan oleh mencit pada  pengamatan ini yaitu dengan skor 1 adalah menggunakan keempat anggota geraknya

untuk berenang. 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5

arah berenang Sudut berenang p.alat gerak    s     k   o   r    p    a    r    a    m    e    t    e    r parameter  jantan betina

(22)

BAB 5 KESIMPULAN

Bahwa pada uji penciuman pakan terhadap mencit jantan yaitu 55% positif  (menjauh), 42% negative (mendekat) dan 3% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik mencit jantan pada pakan ini dominannya adalah menjauhi pakan yaitu 55% karena mencit atau hewan uji jantan ini tidak merasakan lapar. mencit betina yang mana mencit betina dilihat pada grafik presentasiny yaitu 55% negatif (mendekat), 30%  positif (menjauh), dan 15% netral (tidak respon). Sehingga respon uji sensorik terhadap mencit betina yang dominan adalah mendekati makanan (pakan) yaitu 55%. Ini dapat disebabkan karena sinyal yang diterima syaraf pusat ketika mecit itu mencium makan dan terdapatnya stimulus untuk mendekat Karena diakibatkan mencit ini sedang lapar. Pada uji penciuman aseton terhadap mencit jantan yaitu 94% positif (menjauh) dan  betina yaitu 91% positif (menjauh). Sehingga dari keduanya baik jantan ataupun betina

rata-rata menjauhi aseton karena aseton ini memiliki bau yang menyengat dan membuat mencit ( Mus musculus) ini akan pusing, oleh karena itu mencit menjauh dan menghindar bau aseton tersebut, uji penciuman aseton terhadap mencit j antan yaitu 97%  positif (menjauh) dan betina yaitu 100% positif (menjauh), karena itu mencit menjauh dan menghindar bau minyak kayu putih tersebut. uji penciuman aseton terhadap mencit  jantan yaitu 79% positif (menjauh) dan betina yaitu 79% positif (menjauh).

Uji motorik dan sensorik pada mencit jantan ataupun betina menujukkan bahwa setiap mencit ini masih memiliki respon yang baik oleh sistem saraf, sehingga tidak  adanya perilaku menyimpang pada setiap individu mencit yang telah diujikan. Karena masih menerima sinyal ke sistem sarafnya terhadap penciuman dan pergerakkan untuk  menghindari bahaya.

Mencit yang memiliki kecepatan jalan yang paling cepat adalah mencit 2 yaitu 3 detik per 20 cm. Dan untuk rata-rata setiap individu mencit yang diujikan tiap 20 cm, kecepatannya adalah 4,15 detik per 20 cm. Dan untuk lokomosi mencit berenang, arah  berenang yang paling dominan adalah dengan skor 2 yaitu berputar-putar, dan untuk 

sudut berenang yang paling dominan adalah dengan skor 4 yaitu kepala dan seluruh telinga berada di atas permukaan air. Sedangkan untuk penggunaan anggota gerak yang  paling dominan dilakukan oleh mencit pada pengamatan ini yaitu dengan skor 1 adalah

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Cartono, M. P., M. T. 2004.  Biologi Umum. Bandung: Prisma Press.

Darmadi, Goenarso. 2005. Fisiologi Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka

Fitriawati, N. 2001. Kajian penambahan ekstrak buah dan daun pare ( Momordica charantia L.) pada sifat-sifat reproduksi mencit betina ( Mus musculus albinus). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Smith, J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988.  Pemeliharaan Pembiakan dan Penggunaan  Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Universitas Indonesia Press.

Jakarta.

Malole MBM dan CSU Pramono. 1989.  Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di  Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.  Dalam Agustiyani, D.A. 2008. Pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan Obat antimalaria quassia indica terhadap Toksikopatologi organ hati dan ginjal mencit (mus musculus). Skripsi. Departemen Klinik Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.

Malole MBM dan CSU Pramono. 1989.  Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di  Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.  Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi produksi ternak fakultas  peternakan IPB. Bogor.

Priambodo, S. 1995. Pengendalian Tikus Terpadu. Seri PHT. Penebar Swadaya. Jakarta .  Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi  produksi ternak fakultas peternakan IPB. Bogor.

(24)

Arrington, L. R. 1972. Introductory Laboratory Animal. The Breeding, Care and Management of Experimental Animal Science. The Interstate Printers and Publishing, Inc., New York.  Dalam Agus Pribadi, Gutama. 2008. Penggunaan mencit dan tikus sebagai hewan model penelitian nikotin.Skripsi. Rogram studi teknologi produksi ternak fakultas  peternakan IPB. Bogor.

(25)

LAMPIRAN 1. Tabel Uji Sensorik 

a. Jantan

individu Pakan Aseton Kayu putih Parum

U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 1 A + + + + + + + + + + + + B 0 - + + + + + + + + + + 5 A + + + + - + + - + + - 0 B + + + + + + + + + - - -C + + + - + + + + + - + 0 6 A - - - + + + + + + + + + B - - - + + + + + + + + + C + + + + + + + + + + + + 2 A - - - + + + + + + + + + B - + + + + + + + + + + + C - - - + + + + + + + + + Jumlah Positif  18 31 32 26  Negatif  14 2 1 5  Netral 1 0 0 2  b. Betina

individu Pakan Aseton Kayu putih Parum

U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3 1 A 0 + + + + + + + + + 0 + 3 A - - - + + + + + + + + + B - + + + + + + + + + + + C - - - + + + + + + + + + D - - - + + + + + + + + + 4 A - - - + + + + + + + + + B 0 0 0 + + + + + + 0 0 0 C + + + + + + + + + 0 0 0 D - - - + + + + + + + + + 6 A + - - + + + + + + + + + 2 A + + 0 0 0 0 + + + + + + Jumalah  positif  10 30 33 26 negatif  18 0 0 0 netral 5 3 0 7

(26)

2. Tabel Uji Motorik (membalikkan badan) a.  jantan

Individu

Waktu dalam detik 

rata-rata pembulatan U1 U2 U3 1 A 0.04 0.02 0.04 0.033333333 0.03 B 0.05 0.03 0.03 0.036666667 0.04 5 A 0.55 0.57 0.72 0.613333333 0.6 B 0.33 0.55 0.33 0.403333333 0.4 C 0.73 0.51 0.81 0.683333333 0.7 6 A 0.63 0.18 0.13 0.313333333 0.3 B 0.81 0.18 0.22 0.403333333 0.4 C 0.18 0.13 0.18 0.163333333 0.2 2 A 0.69 0.38 0.18 0.416666667 0.4 B 0.19 0.22 0.21 0.206666667 0.2 C 0.22 0.15 0.22 0.196666667 0.2  b.  betina

individu Waktu dalam detik rata-rata pembulatan

U1 U2 U3 1 A 0.04 0.02 0.02 0.026666667 0.03 3 A 0.2 0.17 0.17 0.18 0.2 B 0.2 0.17 0.16 0.176666667 0.2 C 0.26 0.14 0.35 0.25 0.3 D 0.51 0.29 0.32 0.373333333 0.37 4 A 0.28 0.54 0.35 0.39 0.4 B 0.44 0.28 0.44 0.386666667 0.4 C 0.91 0.66 0.62 0.73 0.7 D 0.44 0.46 0.41 0.436666667 0.4 6 A 0.76 0.31 0.13 0.4 0.4 2 D 0.59 0.31 0.18 0.36 0.4

3. Tabel Uji Motorik (menghindari jurang) a.  jantan

Individu Waktu dalam detik rata-rata pembulatan

U1 U2 U3

1 A 6.22 10.09 13.59 9.966667 9.97

B 13.43 17.87 13.58 14.96 14.96

(27)

B 3 5 2 3.333333 3.33 C 27 5 4 12 12 6 A 1.98 1.3 7.69 3.656667 3.66 B 2.07 4.59 1.3 2.653333 2.65 C 2.61 23.89 38.43 21.64333 21.64 2 A 9.87 15.3 15.94 13.70333 13.7 B 2.34 14.6 7.06 8 8 C 9.5 6.46 13.5 9.82 9.82  b. Betina individu

Waktu dalam detik 

rata-rata pembulatan U1 U2 U3 1 A 8.59 18 14 13.53 13.53 3 A 0.15 0.5 7.19 2.613333 2.61 B 3.42 7.2 6.86 5.826667 5.83 C 1.76 5.57 7.14 4.823333 4.82 D 0.58 9.17 3.39 4.38 4.38 4 A 7.4 4.66 5 5.686667 5.69 B 14.32 8.97 5 9.43 9.43 C 3.9 5.3 3.52 4.24 4.24 D 1.27 4.91 5.14 3.773333 3.77 6 A 3.24 7.56 7.69 6.163333 6.16 2 D 3.16 23.31 3.69 10.05333 10

4. Uji Motorik (geotaksis ngatif) a. Jantan

Individu

Waktu dalam detik rata-rata pembualatan

U1 U2 U3 1 A 3 12 11.01 8.67 9 B 3.25 4 7 4.75 5 5 A 12 5 3 6.666667 7 B 13 9 4 8.666667 9 C 17 7 6 10 10 6 A 2.2 1.44 9.67 4.436667 4 B 3.64 14.98 16.38 11.66667 12 C 7.92 8.28 4.72 6.973333 7 2 A 2.13 22.47 7.27 10.62333 11 B 4.91 13.13 5.94 7.993333 8

(28)

C 9.1 19.3 3.1 10.5 11

 b. Betina

individu

Waktu dalam detik 

rata-rata pembulatan U1 U2 U3 1 A 10 10 2 7.333333 7 3 A 3.45 8.95 5.23 5.876667 6 B 2.11 3.76 5.48 3.783333 4 C 5.89 11.69 7.07 8.216667 8 D 13.38 16.51 7.42 12.43667 12 4 A 4.3 5.4 25 11.56667 12 B 1.46 1.46 0.74 1.22 1 C 3.5 7.1 3.15 4.583333 5 D 14.16 25.91 21.52 20.53 21 6 A 60 3.37 23 28.79 29 2 D 24.88 23 5.65 17.84333 18

5. Uji Motorik (Lokomosi)

a. Lokomosi berjalan lurus 20 cm

individu Waktu dalam detik  rata-rata kecepatan /20cm

Mencit 1 Mencit 2 Mencit 3 Mencit 4

waktu/detik 3.1 3 5.25 5.25 4.15 4.15 detik/20cm  b. Lokomosi berenang -  jantan individu arah berenang Sudut

berenang p.alat gerak 

Waktu mencapai tangga pembulatan 1 A 2 4 1 6 6 B 2 4 1 4.42 4 5 A 2 4 2 6.87 7 B 1 4 2 3.1 3 C 1 4 2 3.1 3 6 A 2 4 1 2.11 2 B 3 4 2 2.74 3 C 2 4 1 5.13 5 2 A 4 3 1 26.13 26 B 4 3 1 30.47 31 C 4 3 1 16.28 16 rata-rata 2 4 1 9.668181818

(29)

-  betina

individu Arah

berenang

Sudut

berenang p.alat gerak 

Waktu mencapai tangga pembulatan 1 A 2 4 1 11.01 11 3 A 2 4 2 2.67 3 B 3 4 1 6.67 7 C 2 4 1 2.95 3 D 3 4 1 5.66 6 4 A 1 1 1 4.84 5 B 1 4 1 17.31 17 C 2 3 1 9.54 9 D 3 3 1 12.59 13 6 A 2 4 1 1.89 2 2 A 4 3 1 2.72 3 rata-rata 2 4 1 7.077272727

Gambar

Gambar 2. Pola berjalan lengkap mencit ( stride)
Tabel 1. T-test
Gambar 11. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan sebelum uji normalitas
Gambar 12. Grafik uji motorik mencit untuk membalikkan badan setelah uji normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

perifer atau sistem saraf pusat (termasuk hilangnya kemampuan sensorik, kelemahan motorik, abnormalitas spinter lambung dan kandung kemih, perubahan reflek), nyeri pada daerah

Hasil uji analisis menunjukkan bahwa aktivitas ALT plasma setelah 14 hari perlakuan pada mencit jantan dan betina untuk kelompok 1 sampai 5 tidak berbeda secara bermakna baik

Neuron asosiasi : Sel saraf yang menghantarkan rangsangan dari neuron sensorik menuju neuron

Saraf fasialis mempunyai fungsi motorik dan fungsi sensorik fungsi motorik berasal dari Nukleus motorik yang terletak pada bagian ventrolateral dari tegmentum

Dari ke-18 perilaku mambruk victoria yang diuji dengan menggunakan uji khi-kuadrat, terdapat 10 perilaku yang nyata perbedaannya antara individu jantan dan betina

Rata-rata jumlah embrio resorbsi pada mencit betina hasil uji kawin dengan mencit jantan yang telah mendapatkan perlakuan dengan fitosterol tumbuhan lamun selama

Uji ANAVA Terhadap Aktivitas AST Plasma Mencit Betina Setelah 14 Hari dari Perlakuan………...……… Uji ANAVA Terhadap Kadar Urea Plasma Mencit Jantan Setelah 24 Jam

Tidak adanya aktivitas aprodisiak coitus pada penelitian ini menunjukkan respon aktivitas seksual mencit jantan terhadapat mencit betina yang lambat, dan butuh waktu lebih lama untuk