• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rangkaian Seri Dan Paralel (e2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rangkaian Seri Dan Paralel (e2)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Rangkaian Seri dan Paralel” dengan kode percobaan E2. Percobaan ini dilakukan karena dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai penggunaan listrik, baik secara seri maupun paralel. Sehingga perlu adanya pemahaman lebih detail mengenai rangkaian seri dan paralel. Adapun peralatan yang digunakan pada percobaan ini meliputi power supply DC, 4 buah resistor tetap dengan nilai hambatan berturut-turut yaitu (56 Ω), (6,8 Ω), (8,2 Ω), dan (10 Ω), 2 buah VOM analog dan digital, 2 penjepit buaya (merah dan hitam), serta sebuah project board. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik arus dan tegangan pada rangkaian seri dan paralel. Prinsip percobaan ini yaitu dengan menggunakan hukum Ohm dan hukum Kirchoff. Pada percobaan ini dibagi menjadi 2 langkah kerja, yaitu yang pertama percobaan dengan menggunakan rangkaian seri yang menitik beratkan pada pencarian nilai tegangannya (V), sedangkan yang kedua yaitu percobaan dengan menggunakan rangkaian paralel yang menitik beratkan pada pencarian nilai arusnya (I). Dan dilakukan variasi pada sumber tegangannya yaitu sebesar 5 V, 6 V, 9 V, dan 12 V (untuk rangkaian seri dan paralel sama besarnya). Percobaan ini dilakukan tanpa pengulangan. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, maka didapatkan besarnya nilai rata-rata dari VR1 hitung, VR2 hitung, VR3 hitung, dan VR4 hitung berturut-turut yaitu

sebesar 5,53 V, 0,67 V, 0,81 V, dan 0,99 V. Sedangkan besarnya nilai rata-rata dari IR1 hitung, IR2 hitung, IR3 hitung, dan IR4 hitung

berturut-turut yaitu sebesar 0,14 A, 1,18 A, 0,8 A, dan 0,98 A. Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa rangkaian seri berfungsi untuk mencari nilai tegangan (V) pada suatu hambatan, sedangkan rangkaian paralel berfungsi untuk mencari nilai arus (I) pada suatu hambatan.

Kata Kunci—Arus, hambatan, rangkaian paralel, rangkaian seri, tegangan.

I. PENDAHULUAN

ADA kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai penggunaan listrik yang selalu dimanfaatkan oleh berbagai sektor, baik itu perusahaan, rumah tangga, industri kecil, dan lain sebagainya. Ternyata, rangkaian yang digunakan dalam pemanfaatan listrik tersebut berbeda-beda. Rangkaian listrik dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu rangkaian seri dan rangkaian paralel[1]. Rangkaian seri memiliki sifat bahwa besarnya arus yang masuk pada setiap rangkaian yaitu sama, sedangkan rangkaian paralel besarnya tegangan yang masuk pada setiap rangkaian yaitu sama. Sehingga, pemanfaatan rangkaian seri dan paralel pun berbeda-beda dalam kenyataannya[2].

Arus listrik adalah mengalirnya elektron secara terus-menerus dan berkesinambungan pada konduktor akibat perbedaan jumlah elektron pada beberapa lokasi yang jumlah elektronnya tidak sama. Arus listrik bergerak dari terminal

positif (+) ke terminal negatif (-), sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke terminal positif (+), arah arus listrik dianggap berlawanan dengan arah gerak elektron. 1 Ampere sama dengan 1 Coulomb per detik melewati suatu penampang konduktor[3]. Di mana dapat dituliskan

(1) Dimana I yaitu besarnya arus listrik yang mengalir (A), Q yaitu besarnya muatan listrik (Coulomb), dan t yaitu waktu (detik)[4].

Dalam kelajuan muatan pada kawat, dikenal adanya resistor. Resistor merupakan komponen elektronik dua kutub yang di desain untuk menahan arus listrik dengan memproduksi tegangan listrik di antara kedua kutubnya, nilai tegangan terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir, berdasarkan hukum Ohm[5] :

(2) Pada pemasangan resistor, dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pemasangan secara seri dan paralel. Pada rangkaian seri, resistor disusun secara sejajar atau berbentuk seri. Dengan rangkaian seri ini, maka bias didapatkan nilai resistor pengganti yang diinginkan. Rumus dari rangkaian seri resistor yaitu :

(3)

Sedangkan untuk rangkaian paralel, yaitu resistor disusun secara berderet atau berbentuk paralel. Sama seperti dengan rangkaian seri, rangkaian paralel juga dapat digunakan untuk mendapatkan nilai hambatan pengganti. Rumus dari rangkaian paralel resistor yaitu[6] :

(4) Hukum arus Kirchhoff disebut juga sebagai Hukum I Kirchhoff, Hukum titik Kirchhoff, Hukum percabangan Kirchhoff, atau KCL (Kirchhoff's Current Law). Hukum ini menyatakan bahwa pada setiap titik percabangan dalam sirkuit listrik, jumlah dari arus yang masuk kedalam titik itu sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik tersebut. Atau jumlah total arus pada sebuah titik adalah nol.

∑ (5)

n adalah jumlah cabang dengan arus yang masuk atau keluar terhadap titik tersebut.

Untuk hukum tegangan Kirchhoff disebut juga sebagai Hukum kedua kirchhoff, Hukum loop (putaran) Kirchhoff, dan KVL (Kirchhoff's Voltage Law). Hukum ini menyatakan bahwa Jumlah terarah (melihat orientasi tanda positif dan negatif) dari tegangan listrik di sekitar sirkuit tertutup sama dengan nol. Atau lebih sederhananya, jumlah dari emf dalam lingkaran tertutup ekivalen dengan jumlah turunnya potensial pada lingkaran itu. Atau jumlah hasil kali resistansi konduktor dan arus pada konduktor dalam lingkaran tertutup sama

Rangkaian Seri dan Paralel (E2)

Nur Lailiyah Isnaini, Gusti Rana Fahlevi SS

Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: nurlailiyahisnaini@ymail.com

(2)

dengan total emf yang ada dalam lingkaran (loop) itu. Mirip dengan hukum pertama Kirchhoff, dapat ditulis sebagai :

∑ (6)

Disini, n adalah jumlah tegangan listrik yang diukur.

II. METODOLOGI

Pada praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) ini, peralatan yang digunakan meliputi power supply DC, 4 buah resistor tetap dengan nilai hambatan berturut-turut yaitu (56 Ω), (6,8 Ω), (8,2 Ω), dan (10 Ω), 2 buah VOM analog dan digital, 2 penjepit buaya (merah dan hitam), serta sebuah project board. Pada praktikum ini, terdapat dua percobaan yang dilakukan tanpa adanya pengulangan. Yang pertama yaitu percobaan dengan menggunakan rangkaian seri. Langkah pertama, rangkaian disusun seperti pada gambar (1).

Kemudian, hambatan dipasang secara seri. Tujuannya yaitu untuk mengukur besarnya tegangan pada setiap hambatan pada rangkaian seri. Sehingga dapat diketahui berapa besarnya tegangan yang masuk pada hambatan tersebut. Pada percobaan ini, digunakan variasi tegangan yang berbeda nilainya, yaitu berturut-turut sebesar 5V, 6V, 9V, dan 12 V. Serta digunakan variasi nilai hambatan yang berbeda yaitu sebesar 56 Ω, 6,8 Ω, 8,2 Ω, serta 10 Ω. Setelah keempat hambatan tersebut dipasang secara seri dan dihubungkan dengan tegangan DC sebesar 5V, barulah dihubungkan dengan VOM analog yang dirangkai secara seri yang mana antara VOM analog dan hambatan pada rangkaian tersebut dihubungkan oleh penjepit buaya. Setelah itu, range VOM diatur pada batas Volt agar nilai tegangan pada hambatan tersebut dapat terbaca oleh VOM analog dan ditulis sebagai nilai Vukur. Dan begitu pula untuk variasi tegangan 6V, 9V, dan 12V. Lalu dihitung Vhitung masing-masing dengan dihitung terlebih dahulu besarnya hambatan pengganti seri dengan menggunakan persamaan (3). Setelah itu, untuk mengetahui besarnya Vhitung pada setiap hambatan, maka dapat dihitung dengan persamaan (7).

(7) Kemudian dibandingkan hasil antara Vukur dan Vhitung. Selain itu, nilai Vmax dan Vmin juga dapat dihitung berdasarkan persamaan di bawah ini, tetapi terlebih dahulu dihitung nilai Rmax dan Rmin agar dapat dihitung pula nilai dari Vmax dan Vmin nya dengan persamaan (8) dan (9).

(8) (9)

Setelah diketahui besar Rmax dan Rmin, maka dapat dihitung besar tegangan maksimum dan minimum dengan persamaan (10) dan (11).

(10)

(11) Kemudian, percobaan yang kedua yaitu percobaan dengan menggunakan rangkaian paralel. Langkah pertama, rangkaian disusun seperti pada gambar (2).

Setelah itu, hambatan dipasang secara paralel. Tujuannya yaitu untuk mengukur besarnya arus pada setiap hambatan pada rangkaian paralel. Sehingga dapat diketahui berapa besarnya arus yang masuk pada setiap hambatan tersebut. Pada percobaan ini, digunakan variasi tegangan yang berbeda nilainya, yaitu berturut-turut sebesar 5V, 6V, 9V, dan 12 V (sama seperti percobaan dengan rangkaian seri). Serta digunakan variasi nilai hambatan yang berbeda yaitu sebesar 56 Ω, 6,8 Ω, 10 Ω, serta 8,2 Ω. Setelah keempat hambatan tersebut dipasang secara paralel dan dihubungkan dengan tegangan DC sebesar 5V, barulah dihubungkan dengan VOM analog yang dirangkai secara paralel yang mana antara VOM analog dan hambatan pada rangkaian tersebut dihubungkan oleh penjepit buaya. Setelah itu, range VOM diatur pada batas Ampere agar nilai arus pada hambatan tersebut dapat terbaca oleh VOM analog dan ditulis sebagai nilai Iukur. Tetapi, pada saat digunakan VOM analog, nilai Iukur tidak terbaca meskipun telah digunakan batas Ampere maksimum. Sehingga VOM analog diganti dengan VOM digital untuk percobaan kali ini. Setelah diganti dengan VOM digital, nilai Iukur dapat terbaca dengan menggunakan range batas 25 mA pada VOM digital. Dan begitu pula untuk variasi tegangan 6V, 9V, dan 12V. Lalu dihitung besarnya nilai Ihitung masing-masing dengan menggunakan persamaan (12).

(12)

Kemudian dibandingkan hasil antara Iukur dan Ihitung. Selain itu, nilai Imax dan Imin juga dapat dihitung berdasarkan persamaan (13) dan (14) di bawah ini.

(13)

(14) Dalam perhitungan dengan menggunakan persamaan-persamaan diatas, maka diperlukan juga perhitungan error seperti pada persamaan (15) dan (16) berikut ini.

| |

(15) | |

(16) Gambar 1. Gambar rangkaian percobaan secara seri

(3)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rangkaian Seri

Pada percobaan dengan menggunakan rangkaian seri, maka didapatkan data pada table 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Data percobaan Vukur dan Vhitung pada rangkaian seri

Nilai Vukur merupakan V hasil pengukuran, sedangkan nilai Vhitung dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (7). Berikut merupakan contoh perhitungan dari Vhitung :

Dari tabel 1, apabila diamati secara keseluruhan, maka dapat diketahui bahwa besarnya Vukur dan Vhitung pada tabel 1 di atas, nilainya hampir sama. Hal ini dikarenakan faktor-faktor pendukung percobaan benar. Serta pembacaan Vukur dan perhitungan Vhitung dengan menggunakan persamaan (7) oleh praktikan hampir mendekati kevalidan dan sedikit mengandung faktor kesalahan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dan perhitungan pada tabel 1 ini mendekati keakuratan.

Tabel 2. Data percobaan Rmax dan Rmin pada rangkaian seri

Rmax dan Rmin dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (8) dan (9). Berikut ini contoh cara menghitung Rmax dan Rmin :

Dari tabel 2, dapat diketahui bahwa besarnya Rmax dan Rmin pada percobaan rangkaian seri ini juga dapat disimpulkan

mendekati kebenaran. Hal ini dikarenakan selisih besarnya Rsesungguhnya serta besarnya Rmax dan Rmin yang dihitung dengan menggunakan persamaan (8) dan (9) mengalami selisih yang sedikit. Artinya, nilai Rmax dan Rmin mendekati keakuratan dan sedikit mengandung faktor kesalahan. Selain itu, kecermatan dalam membaca dan menghitung besarnya nilai Rmax dan Rmin juga dibutuhkan dalam percobaan rangkaian seri ini. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal dalam melakukan percobaan rangakaian seri ini yang berfungsi menghitung besarnya tegangan yang masuk. Apabila hambatan yang diberikan tidak sesuai, maka resistor menjadi tidak berfungsi, bahkan rangkaian yang ada dalam VOM analog akan terbakar. Sehingga VOM analog tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.

Tabel 3. Data percobaan Vmax dan Vmin pada rangkaian seri

Nilai Vmin dan Vmax yang tertulis pada tabel 3 diperoleh dari Rmin dan Rmax dengan menggunakan persamaan (10) dan (11). Berikut ini merupakan contoh perhitungan dari Vmin dan Vmax :

Dari tabel 3, dapat diketahui bahwa Vmax dan Vmin akan mengalami peningkatan apabila tegangan yang diberikan semakin besar pula. Dan apabila tegangan yang diberikan kecil, maka Vmax dan Vmin akan semakin kecil pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan menghitung besarnya Vmax dan Vmin dengan menggunakan persamaan (10) dan (11).

Tabel 4. Data perhitungan Veror pada rangakain seri

Dari hasil perhitungan dan pengukuran, nilai Verror dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (15). Berikut ini merupakan contoh perhitungan Verror :

V (Volt) VR1 ukur (V) VR2 ukur (V) VR3 ukur (V) VR4 ukur (V) VR1 hitung (V) VR2 hitung (V) VR3 hitung (V) VR4 hitung (V) 5 3.4 0.4 0.6 0.6 3.46 0.42 0.5 0.62 6 4 0.6 0.6 0.8 4.15 0.5 0.6 0.74 9 6 0.8 0.9 1.2 6.23 0.76 0.92 1.12 12 8 1 1.1 1.4 8.3 1 1.22 1.48 5.53 0.67 0.81 0.99 Vin (V) R1 (Ω) R2 (Ω) R3 (Ω) R4 (Ω) Rmax ( Ω ) 5 58.8 7.14 8.61 10.5 6 9 12 Rmin (Ω ) 5 53.2 6.46 7.79 9.5 6 9 12 Vin (V) 5 V 6 V 9 V 12 V Vmax ( V) R1 3.561478 4.273773 6.41066 8.547547 R2 0.459874 0.551849 0.827773 1.103697 R3 0.553555 0.664266 0.9964 1.328533 R4 0.673509 0.80821 1.212316 1.616421 Vmin ( V) R1 3.348018 4.017621 6.026432 8.035242 R2 0.382838 0.459405 0.689108 0.91881 R3 0.462424 0.554909 0.832364 1.109818 R4 0.56514 0.678168 1.017252 1.356336 Vin (V) VR1 (%) VR2 (%) VR3 (%) VR4 (%) 5 1.642857 4.705882 18.53659 2.8 6 3.571429 19.11765 1.219512 8 9 3.571429 5.882353 1.219512 8 12 3.571429 0.735294 9.45122 5.5

(4)

|

|

Dari tabel 4, dapat diketahui bahwa besarnya Veror pada percobaan rangkaian seri dengan menggunakan hambatan R1 mengalami kesalahan rata-rata sebesar 3.57%, sedangkan pada saat menggunakan R2 kesalahan terkecilnya mencapai 0.73% dan kesalahan terbesarnya mencapai 19.11%. Hal ini dikarenakan pembacaan serta perhitungan yang dilakukan kurang tepat. Sehingga persentase kesalahan yang dihasilkan cukup besar. Pada saat menggunakan hambatan R3, kesalahan terkecilnya mencapai 1.22% dan kesalahan terbesarnya mencapai 18.54%, hal ini dikarenakan alat-alat percobaan yang digunakan belum terkalibrasi dengan baik serta terjadi kesalahan saat proses perhitungan berlangsung. Untuk percobaan dengan menggunakan hambatan R4, didapatkan kesalahan yang sedikit membaik dari sebelumnya dengan kesalahan terbesarnya menjadi 8% dan yang terkecil mencapai 2.8%. Hal ini juga dikarenakan faktor kesalahan yang sama seperti pembahasan di atas.

Dari grafik 1 tersebut, dapat diketahui bahwa grafik VR1 sangat berbeda dengan grafik VR2, VR3, dan VR4. Hal ini dikarenakan berbagai macam faktor, mulai dari kesalahan dalam faktor perhitungan, kesalahan dalam mengkalibrasi alat percobaan, serta kurangnya kecermatan dan ketelitian dalam mengamati besarnya Vukur dan menghitung besarnya Vhitung dalam percobaan rangkaian seri. Tetapi, grafik di atas sudah sangat linear. Jadi, dapat dikatakan bahwa grafik 1 sudah mendekati kebenaran.

B. Rangkaian Paralel

Pada percobaan dengan menggunakan rangkaian paralel, maka didapatkan data pada table 5 sebagai berikut.

Tabel 5. Data percobaan Iukur dan Ihitung pada rangkaian paralel

Nilai Iukur merupakan I hasil pengukuran, sedangkan nilai Ihitung merupakan I hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan (12). Berikut merupakan contoh perhitungan dari Ihitung :

Dari tabel 5, apabila diamati secara keseluruhan, maka dapat diketahui bahwa besarnya Iukur dan Ihitung pada tabel 5 di atas, selisihnya sangat jauh. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut antara lain kurang cermatnya praktikan dalam membaca Iukur pada VOM digital serta kesalahan dalam menentukan range Ampere. Sehingga kesalahan yang ditimbulkan sangat fatal. Untuk menghitung besarnya Ihitung, maka digunakan persamaan (12). Dari persamaan tersebut, maka dapat diketahui besarnya Ihitung pada setiap hambatan.

Besarnya nilai Rmax dan Rmin pada rangkaian paralel yaitu sama besarnya dengan rangkaian seri. Dan dapat dilihat pula pada tabel 2 beserta penjelasannya. Hanya saja hambatan R3 pada rangkaian seri menjadi hambatan R4 pada rangkaian paralel, dan hambatan R4 pada rangkaian seri, menjadi hambatan R3 pada rangkaian paralel.

Tabel 6. Data percobaan Imax dan Imin pada rangkaian paralel

Nilai Imin dan Imax yang tertulis pada tabel 6 diperoleh melalui rumus (13) dan (14). Berikut merupakan contoh perhitungan dari Imax dan Imin :

Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa Imax dan Imin akan mengalami peningkatan apabila arus yang diberikan semakin besar pula. Dan apabila arus yang diberikan kecil, maka Imax dan Imin akan semakin kecil pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan menghitung besarnya Imax dan Imin dengan menggunakan persamaan (13) dan (14).

V IR1 ukur (A) IR2 ukur (A) IR3 ukur (A) IR4 ukur (A) IR1 hitung (A) IR2 hitung (A) IR3 hitung (A) IR4 hitung (A) 5 0.0059 0.006 0.0053 0.0035 0.09 0.74 0.5 0.61 6 0.0056 0.0049 0.0054 0.0038 0.1 0.89 0.6 0.73 9 0.006 0.0059 0.0074 0.0054 0.16 1.32 0.9 1.1 12 0.006 0.0061 0.0052 0.0058 0.21 1.76 1.2 1.46 0.14 1.18 0.8 0.98 V 5 V 6 V 9 V 12 V I m ax ( A) R1 0.093985 0.112782 0.169173 0.225564 R2 0.773994 0.928793 1.393189 1.857585 R3 0.526316 0.631579 0.947368 1.263158 R4 0.641849 0.770218 1.155327 1.540436 I m in ( A) R1 0.085034 0.102041 0.153061 0.204082 R2 0.70028 0.840336 1.260504 1.680672 R3 0.47619 0.571429 0.857143 1.142857 R4 0.58072 0.696864 1.045296 1.393728 0 5 10 0 5 10 V h itu n g V ukur

GRAFIK VUKUR TERHADAP VHITUNG

V R1 V R2 V R3 V R4

(5)

Tabel 7. Data perhitungan Ieror pada rangakain paralel Iin (A) IR1 (%) IR2 (%) IR3 (%) IR4 (%) 5 93.392 99.184 98.94 99.426 6 94.77333 99.44467 99.1 99.48067 9 96.26667 99.55422 99.17778 99.508 12 97.2 99.65433 99.56667 99.60367 Dari hasil perhitungan dan pengukuran, nilai Ierror dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (16). Berikut ini merupakan contoh perhitungan Ierror :

|

| Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa besarnya kesalahan Ieror pada percobaan rangkaian paralel ini dikarenakan berbagai macam faktor, terutama kesalahan dalam membaca Iukur dan dalam menghitung besarnya Ihitung dengan menggunakan persamaan (12). Serta kesalahan dalam mengkalibrasi alat percobaan sebelum digunakan untuk melakukan percobaan. Sehingga persentase kesalahan yang didapatkan cukup besar, dan menandakan bahwa pada percobaan ini dikatakan kurang sempurna atau mengalami kesalahan total. Sehingga perlu adanya pengkajian ulang terhadap percobaan ini.

Dari grafik 2 tersebut, dapat diketahui bahwa dari grafik R1, R2, R3, dan R4 dikatakan kurang linear. Hal ini dikarenakan banyaknya faktor kesalahan yang menyebabkan percobaan ini perlu dikaji ulang. Dan dapat diartikan bahwa percobaan ini mengalami banyak kesalahan.

Dari percobaan ini, maka dapat disimpulkan bahwa tegangan yang diukur sebanding dengan besarnya resistor yang digunakan serta besarnya tegangan yaitu sama saat paralel. Sehingga daya yang dibutuhkan ketika rangkaian di paralel juga lebih kecil daripada yang di rangkaian seri. Sehingga rangkaian yang lebih efektif yaitu rangakaian paralel karena membutukan daya yang lebih kecil dibandingkan dengan rangkaian seri.

IV. KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa rangkaian seri berfungsi untuk mencari nilai tegangan (V) pada suatu hambatan, sedangkan rangkaian paralel berfungsi untuk mencari nilai arus (I) pada suatu hambatan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada asisten, rekan-rekan praktikum dan semua pihak terkait praktikum Rangkaian Seri dan Paralel (E2) dalam melakukan percobaan dan penyelesaian laporan ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Freedman,Young. 2012. “Fisika Universitas”. Erlangga, Jakarta. [2] Giancoli, Douglas C. 2008. “Physics for Scientists and Engineers Fourth

Edition”. Pearson Education International, United States of America. [3] Sears, Francis Weston dan Zemansky, Mark W. 1954. “Fisika untuk

Universitas 2 Listrik Magnet”. Binatjipta, Jakarta.

[4] Sutrisno. 1983. “Elektronik 1 Teori dan Penerapannya”. ITB, Bandung. [5] S, Wasito. 1985. “Teknik Ukur dan Peranti-Ukur Elektronik”. PT Multi

Media, Jakarta.

[6] Tipler, Paul A. 2001. “Fisika untuk Sains dan Teknik”. Erlangga, Jakarta. 0 1 2 0 0.002 0.004 0.006 0.008 I h itu n g I ukur

GRAFIK IUKUR TERHADAP IHITUNG

I R1 I R2 I R3 I R4

Gambar

Gambar 2. Gambar rangkaian percobaan secara paralel
Tabel 2. Data percobaan R max  dan R min  pada rangkaian seri
GRAFIK V UKUR  TERHADAP V HITUNG
Tabel 7. Data perhitungan I eror  pada rangakain paralel  I in (A)  I R1  (%)  I R2  (%)  I R3  (%)  I R4  (%)  5  93.392  99.184  98.94  99.426  6  94.77333  99.44467  99.1  99.48067  9  96.26667  99.55422  99.17778  99.508  12  97.2  99.65433  99.56667

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Bagaimana konsep awal siswa tentang hukum Ohm, Hambatan Kawat, dan Rangkaian Seri Paralel, (2) Bagaimana perubahan konsep

Ciri/karakteristik yang ditemukan dan dibangun sebagai sebuah pengetahuan mengenai konsep rangkaian seri dan rangkaian paralel adalah bentuk rangkaian, karakteristik

Tegangan keluaran dari panel surya jenis poly crystalline silicon yang disusun dengan rangkaian Seri-Paralel Juga dipengaruhi oleh tempratur atau suhu dari panel

Namun daya yang dikeluarkan lebih kecil rangkaian parallel dibandingkan dengan rangkaian seri ini disebabkan karena pada saat pengambilan data, percobaan pertama kali yang

a) Diberikan alat dan bahan, serta LKS SMK TAV: Rangkaian Seri Paralel, siswa dapat melakukan eksperimen untuk menyelidiki hubungan besar tegangan baterai

Berdasarkan percobaan ke-3 ialah hubungan kombinasi dimana rangkaian yang didalamnya terdapat hubungan seri dan paralel dimana tahanannya baik seri maupun tahanan paralel

Apabila beberapa pemakai (alat listrik) bersama-sama dihubungkan pada satu tegangan (misalnya pada tegangan jala-jala, ialah tegangan antara kawat- kawat yang

Pada percobaan A, yaitu saat resistor dipasang seri dan paralel pada saat pengukuran arus maupun tegangan menunjukkan ketika rangkaian resistor dipasang seri nilai arus