• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LITERATURE REVIEW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LITERATURE REVIEW"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

8

BAB II

LITERATURE REVIEW

2.1 Perkembangan awal dari komunitas virtual atau online

Buku karya Howard Rheingold, Virtual Community (1993) merupakan buku yang sangat mempengaruhi orang untuk bersama-sama online untuk saling berbagi nilai dan hobi, dan menciptakan dukungan yang kuat dan persahabatan yang mana juga dapat diperkuat saat berinteraksi face-to-face. Dengan interaktif dan kecepatan relatif internet menawarkan para user suatu kebebasan dalam berekspresi dan personal contact, memperbolehkan membagi ide-ide dan pandangan-pandangan tanpa mementingkan batas geografis dan waktu. Hal ini diperdebatkan bahwa perkembangan dari grup perlengkapan internet, seperti newsgroup, BBS, IRC, Mud, dan lain-lain memfasilitasi koneksi secara global dan lokal dimana sistem yang berubah-ubah tersebut mampu untuk digunakan jaringan yang bercabang saat mengakses bahan material, teori dan sumber-sumber yang berpengaruh, dan meningkatkan identitas sosial dan rasa memiliki dari suatu komunitas (sense of belonging).

Pada pembelajaran awal, seperti Hagel dan Armstrong (1997) pengelompokan dari tipe-tipe komunitas virtual, lebih condong ke dalam interaksi komunitas virtual berdasarkan keinginan orang-orang untuk bertemu dengan empat kebutuhan dasar : hobi, hubungan, fantasi, dan transaksi. Kollock dan Smith (1996) mengeksplorasi

(2)

bagaimana mungkin sekelompok orang dalam suatu komunitas komputer pernah mengelola untuk membentuk atau mempertahankan hubungan yang kooperatif dan menyarankan bahwa terdapat tiga motivasi untuk menyediakan public goods: mengantisipasi timbal-balik, reputasi, dan rasa kecocokan. Kemudian mereka menambahkan sebagai lampiran motivasi keempat untuk kontribusi public good dalam komunitas virtual.

Scholars yang tertarik dalam komunitas virtual lebih lanjut menggunakan ide dari community psychology, khususnya dari McMillan dan Chavis (1986) penelitian yang paling berpengaruh dari sense of community masyarakat untuk mempelajari kelompok dan komunitas online (Rovai, 2002; Blanchard dan Markus, 2004). McMillan & Chavis (1986) mendefinisikan "Sense of Community adalah rasa memiliki, suatu perasaan dimana anggota yang peduli terhadap sesama dan kepada kelompoknya, dan kepercayaan yang dibutuhkan anggota akan saling bertemu melalui komitmen mereka untuk bersama-sama." Definisi konseptual dan operasional dari sense of community telah digunakan untuk meenguji komunitas virtual dan lingkungan online. Pada tahap ini, peneliti membedakan identitas pribadi dan kehidupan online dan offline, dan diuji mekanisme pemeliharaan komunitas onlinenya.

2.2 Komunitas Online sebagai “Real Communities”

Studi baru-baru ini menunjukkan bahwa penggunaan internet adalah instrumental, dan terkait dengan pekerjaan, keluarga, dan kehidupan sehari-hari

(3)

pengguna internet. Sebagai contoh di Amerika Serikat, email mewakili lebih dari 85% dari penggunaan internet, dan sebagian besar volume email yang berhubungan dengan tujuan untuk bekerja, untuk tugas-tugas tertentu, dan untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman-teman dalam kehidupan sehari-hari (Anderson dan Tracey, 2001) . Sedangkan chat rooms, news groups, dan multi-purpose internet conference sangat berarti bagi pengguna internet pemula, kepentingan kuantitatif dan kualitatif mereka telah berkurang seiring dengan penyebaran internet. Bahkan dalam role-playing dan informal chat rooms, kehidupan nyata tampaknya membentuk interaksi online.

Dengan demikian, pionir dari penelitian identitas-bangunan di internet, Turkle menyimpulkan studinya dengan memperhatikan bahwa "the notion of the real fights back. People who live parallel lives on the screen are nevertheless bound by the desires, pain, and mortality of their physical selves.” (Turkle, 1995). Demikian pula, Baym yang mempelajari perilaku kelompok berita menyatakan "reality seems to be that many, probably most social users of computer mediated communication, create online selves consistent with their offline identities" (Baym, 1998).

Katz, Rice, dan Aspden (2001) menganalisa hubungan antara penggunaan internet, keterlibatan kewarganegaraan, dan interaksi sosial di Amerika Serikat dan ditemukan sama atau lebih tinggi tingkat keterlibatan komunitas dan politik di kalangan pengguna internet dibandingkan bukan pengguna internet. Mereka juga menemukan asosiasi yang positif antara penggunaan internet dan frekuensi panggilan telepon dan tingkat interaksi sosial yang besar. Temuan yang didapatkan dari

(4)

beberapa penelitian yaitu penggunaan email meningkatkan kehidupan sosial dengan keluarga dan teman, dan juga kontak sosial secara keseluruhan. Hampton Wellman dan Netville melakukan studi di 1998-1999 di Kanada dan ditemukan tidak hanya pengguna yang memiliki lebih banyak kontak informal dengan tetangga, mempertahankan kontak jarak lebih jauh dengan teman dan keluarga, hubungan warga ini telah menjadi "glocalized", mereka yang terlibat baik lokal maupun hubungan jarak jauh. Secara keseluruhan, percobaan Netville menunjukkan adanya umpan balik efek positif antara keramahtamahan di dunia online maupun offline, dengan meningkatkan penggunaan internet dan memelihara hubungan sosial dan keterlibatan sosial untuk kebanyakan pengguna.

2.2.1 Tipe-tipe Komunitas Online

1) Komunitas Geografis

Gerakan komunitas jaringan dimulai pada tahun 1970an. Suatu proyek yang disebut "Community Memory," dimulai pada pertengahan 1970-an, di Berkeley, California mungkin dalam percobaan pertama untuk menciptakan sebuah komputer dalam sebuah jaringan geografis masyarakat (Schuler, 1994). Dan banyak dari masyarakat yang mengikuti situs ini adalah buletin-board dengan sistem textonly user interface. Sebagian besar masyarakat yang didukung-proyek yang ditawarkan gratis akses ke layanan lokal melalui dial-in nomor telepon.

(5)

Salah satu komunitas geografis yang sangat sukses keberadaannya di Web adalah Blacksburg Elektronik Village (Cohill dan Kavanaugh, 1997, dan Rosson Carroll, 1996) (http://www.bev.net/). Blacksburg Elektronik Village dimulai sebagai upaya untuk membagi sebagian dari sumber daya komputasi dari Virginia Tech dengan warga dari Blacksburg, banyak dari mereka adalah siswa, fakultas, atau staf pengajar di Universitas. Saa ini merupakan hasil kerja sama dengan perguruan tinggi swasta dan sumber daya masyarakat.

2) Virtual Community Sites

Situs seperti Geocities (http://geocities.yahoo.com/home/) dan imitators klaim untuk dapat menciptakan sebuah masyarakat elektronik dengan menawarkan hosting gratis untuk individu atau kelompok yang ingin membuat sendiri halaman web. Situs ini adalah disusun dalam tematik lingkungan. Dengan pengecualian beberapa aktivis "memonitor" yang tersedia untuk anggota lain-saran untuk beberapa dari anggota tersebut adalah di lingkungannya masing-masing dengan kontak-lain sulit untuk membayangkan bagaimana Firmware terkait situs ini dapat membentuk masyarakat.

Ruang chat dan dunia maya sedang online di mana sebuah situs komunitas masyarakat memenuhi sebesar mungkin mereka di real-pengaturan kehidupan sosial. AOL chatrooms, Kraton, MUDs dan Moos (lihat situs untuk Musenet di http://www.musenet.org/ untuk link ke beberapa MUDs pendidikan), memungkinkan orang untuk bertemu dan chatting dan dalam beberapa kasus di

(6)

MUDs, untuk membangun proyek-proyek bersama. Ini adalah mungkin yang paling sosial dalam arti yang sebenarnya berkomunikasi dengan orang lain pembaca / pemirsa dari situs. Membangun masyarakat yang kolaboratif dari beberapa aspek PHOSPHORUS situs sangat kaya menawarkan banyak kemungkinan untuk interaksi di antara pengguna dan untuk membentuk masyarakat. Tetapi di banyak situs yang hanya mengandalkan pada chatting, kontak adalah tdk kekal, dan sering dangkal. Forum situs seperti Delphi.com (www.delphi.com) memungkinkan pengunjung ke situs untuk membuat forum diskusi untuk perusahaan mereka sendiri atau kelompok. Sebagian besar forum diselenggarakan sekitar topik menarik seperti investasi, olahraga, agama. Lusenet (http://greenspun.com/bboard/) adalah sebuah situs yang mendukung database-didukung alur diskusi dan Q & A forum sebagai layanan gratis untuk web penerbit.

3) Demographic Community Sites

Situs web yang berdasarkan pada suatu komunitas demografi sedang bertumbuh dalam popularitas. Beberapa contohnya yaitu:

o SeniorNet (http://www.seniornet.com/), dan

o Third Age (http://www.thirdage.com/) untuk usia diatas 55 tahun.

o Women.com Network (http://www.women.com/),

(7)

Terdapat terlalu banyak situs sejenis ini untuk ditinjau atau didaftarkan. Yang terbaik dari situs ini mendorong partisipasi dari pembaca mereka, yang seringkali melibatkan cerita, gambar, huruf dan sering membuat suatu komunitas, suasana yang partisipatif. Yang terburuk adalah bentuk program sederhana yang cukup tinggi ditargetkan dengan sedikit kesempatan untuk interaksi.

4) Ethnic or political communities

Ada beberapa situs berdasarkan komunitas etnis atau politik dimana mencoba untuk saling bekerja sama secara geografis yang tersebar pada sekelompok masyarakat untuk mendukung penyebab umum atau untuk memperkuat sebuah identitas etnis. Salah satu contoh yang sangat baik adalah sebuah situs di Kurdistan (http://www.akakurdistan.com/). Situs ini bergantung pada cerita dan gambar dari pembaca dan menekankan bersama komunitas dan dari sejarah Kurds, walaupun materi kontribusi individu ke situs ini biasanya tidak dilakukan kontak langsung dengan satu sama lain.

2.3 Komunitas Game : Teman dan Lawan

Tentu saja, game yang dimainkan harus fun dan memberikan kesegaran pada diri pemain, tetapi atribut-atribut ini tidak cukup bagi pemain untuk mengatakan bahwa game ini sukses dalam bulan pertama. Apakah anda tau dari pengalaman penyedia game lain, seorang gamer melanjutkan untuk bermain game – dan membayar biaya masuknya – jika rasa komunitas antar gamer terus berkembang.

(8)

Maka dari itu, sense of community ini harus dirawat/dijaga sejauhmana bisa dipertahankan. Namun kita memerlukan beberapa informasi agar dapat di akses oleh pemain :

• FAQ tentang game,

• Wawancara dengan pembuat game atau orang yang berwenang untuk mencapai level yg lebih tinggi dalam game,

• Tutorial tentang cara bermain,

• Database dari pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dan jawaban yang diberikan customer service.

Juga diperlukan informasi tentang service availability, upcoming maintenance, new download, dan sebagainya. Banyaknya informasi yang didapat tersebut dapat membuat gamer memahami value dari menggunakan portal technology. Sementara material ini secara jelas merupakan bagian dari terciptanya suatu komunitas, beberapa pengamat industri percaya bahwa komunitas yang paling efektif terjadi ketika para gamer diberikan alat dasar oleh penyedia game dan komunitas tersebut dapat tercipta dengan sendirinya.

2.3.1

The New Game Community-Oriented Requirements

Kita telah mengidentifiksikan sejumlah kolaborasi dan community-oriented requirements, yang terdiri dari:

(9)

• Kebutuhan untuk mengatur diri-masyarakat dalam bentuk Guilds (komunitas ini memiliki akses ke sejumlah fungsi, seperti halaman Web pribadi untuk guild mereka, kalender yang menjaga mereka, kemampuan dan chatting) • Fokus pada tujuan-dibangun suatu konten (Guild para newbie (anggota baru),

dijalankan oleh komunitas lain, hal ini merupakan persyaratan)

• Personalisasi, dengan mengenali sebuah hubungan guild dan anggota-anggotanya dengan menyediakan pilihan, guild yang berhubungan dengan konten

• Streaming video untuk pendidikan

• Keberadaan atau kehadiran (pertemuan yang berturut-turut di suatu lokasi permainan memungkinkan adanya keinginan untuk berkomunikasi dengan pemain lain di dalam permainan untuk melihat apakah mereka hadir atau berpotensi untuk menjadi teman yang dapat dipercaya)

• Kebutuhan untuk menyediakan beberapa tingkat perjodohan (kemampuan perjodohan ini menggunakan pengumpulan statistik dalam memainkan permainan)

Bila dilihat lebih dalam, sekumpulan komunitas yang berbeda-beda memiliki aktivitas yang saling berhubungan satu sama lain. Sebagian besar komunitas game terbentuk berdasar dari fungsi portal-based yang telah disediakan sesuai dengan konten, content aggregation, dan lainnya.

(10)

2.4 Sense of Community

Sense of Community yang ada belum berfokus pada studi komunitas virtual. Namun beberapa peneliti komunitas virtual ini telah mendeskripsikan perilaku yang dapat kita teliti ketika sense of community ini muncul. Sebagai contoh, penelitian empirikal pada komunitas virtual telah mendidentifikasikan bukti dari perilaku-perilaku tersebut sebagai berikut :

Membership, boundaries, belonging, and group symbols (Baym, 1995, 1997; Curtis, 1997; Greer, 2000; Herring, 1996; Kollock & Smith, 1994; Markus et al., 2000; Phillips, 1996)

Influence, in terms of enforcing and challenging norms (Baym, 1997; Kollock & Smith, 1994; Markus, 1994a, 1994b; McLaughlin et al., 1995; Pliskin & Romm, 1997)

Exchange of support among members (Baym, 1997; 5, Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993)

Shared emotional connections among members (Greer, 2000; Preece, 1999; Rheingold, 1993).

Lebih jelasnya, perilaku-perilaku objektif berhubungan dengan pengalaman pribadi dari SOC yang setidaknya terdapat dalam beberapa persetujuan virtual. Terdapat pertanyaan-pertanyaan yang muncul : apakah member dari setidaknya beberapa persetujuan virtual sebenarnya denga jelas mengalami suatu sense of

(11)

community sama dengan sense of community yang telah diteliti dalam beberapa kelompok orang atau komunitas non-virtual?

2.4.1

Sense of Community: A Psychological Construct

Kelompok yang ditemukan pada beberapa pelajaran dan kelompok dapat mengembangkan suatu perpaduan yang mendukung pembelajaran beberapa perseorangan member. Bagaimanapun tingkat formalitas suatu organisasi, strukturnya harus memberikan cukup ruang untuk elemen self-organizing, dengan kepemimpinan dan keahlian yang ada sesuai dengan tingkatannya. Mempelajari kelompok harus mengandung suatu ukuran dari familiarity dan koherensi, sementara menambahkan rasa toleransi terhadap perbedaan diantara para pelajar.

Mengembangkan suatu sense of community diantara para pelajar bisa sulit untuk dilakukan – sulit untuk merancangnya, karena, secara harafiah, hal ini berada diluar kendali dari setiap wewenang atau hirarki. Sense of Community yang positif dibagi diantara para member pada kelompok yang kompak, hasil dari komunikasi lanjutan dan pertukaran manfaat dan saling bekerja sama. Grup member membutuhkan suatu struktur yang pasti, tetapi mereka juga membutuhkan ijin untuk berinovasi, berbagi pengetahuan, dan menyelesaikan masalah secara kolaboratif. Grup tersebut berhasil menciptakan sense of community yang membutuhkan berbagai macam bentuk dan alat untuk memfasilitasi komunikasi dan membagi pengetahuan. Mereka juga perlu untuk

(12)

menciptakan ritual mereka sendiri, aturan perjanjian, dan kebiasaan berbahasa serta pertukarannya. Rasa hormat dan perhatian perlu ditunjukkan terhadap perbedaan; namun sesungguhnya, bagaimana suatu grup mempertahankan kesatupaduannya sambil menyesuaikan perbedaan-perbedaan diantara para member. Member harus membagi sense of community, dimana dapat didefinisikan sebagai :

…a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members’ needs will be met through their commitment to be together. (McMillan & Chavis, 1986, p. 9)

Ide ini diadaptasi dari McMillan (McMillan, 1996; McMillan & Chavis, 1986) dan Cristol, Lucking, and Rovai (2001), suatu sense of community diantara para pelajar terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut :

Belonging. Member diidentifikasikan dengan kelompok dan merasakan suatu rasa hendak membeli (setidaknya sebagian) untuk mencapai tujuan dan nilai suatu kelompok.

Trust. Member merasa aman dan percaya bersama dengan kelompok dan member akan melakukan suatu hal untuk kebaikan kelompoknya.

Expected learning. Member mengharapkan kelompok tersebut dapat menghasilkan suatu nilai, khususnya dengan rasa hormat dari tujuan pembelajaran mereka.

(13)

Obligation. Member merasakan sesuatu yang sangat penting dan adanya keinginan untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas dan kontribusi untuk mencapai tujuan dari kelompok.

Bentuk "sense of community" ini dapat berguna bagi instruktur dan program evaluator seperti yang mereka ketahui untuk memahami dinamika dari mempelajari interaksi. Laporan perorangan dan kelompok dapat di triangulate dengan menggunakan indikator kualitatif dan kuantitatif dari interaksi online.

Gambar 2.1 McMillan and Chavis (1986) Elements of a Sense of Community and Their Hypothesized Relationships. (Copyright © 1986. Reprinted by permission of John Wiley & Sons, Inc.)

(14)

2.4.2 Asal Mula

Sense of Community (sense of community

pada

komunitas

offline)

Pada awal 1970-an, komunitas psikologis melihat para peneliti mulai serius dalam menginvestigasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi orang bersama-sama dalam lingkungan bertetangga. Pada tahun 1980-an, theoretician mulai mengerjakan konsep dari “sense of community”. Berikut beberapa peneliti yang telah meneliti tentang sense of community:

Tabel 2.1 Beberapa penelitian tentang sense of community dalam komunitas offline

No. Peneliti Hasil penelitian

1. Seymour Sarason (Sarason, 1974 dikutip dalam Plas & Lewis, 1996)

Buku berjudul “The Psychology Sense of Community: Prospects for a community psychology

2. Tajfel (1986) Konsep identitas sosial adalah terkait erat dengan sense of community

3. Kaunismaa (1997) Identitas sosial didasarkan pada kemampuan manusia untuk mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan kita dalam bahasa dan simbol-simbol

4. Tajfel dan Kaunismaa Sense of community merupakan salah satu bagian dari konsep diri, yang harus dilakukan dengan merasa diri sebagai milik dan merasa dekat terhadap kelompok sosial tertentu

5. McMillan dan Chavis (1986)

Sense of community: a feeling that members have of belonging, a feeling that members matter to one another and to the group, and a shared faith that members’ needs will be met through their commitment to be together. • Mengungkapkan sense of community

(15)

dimensi ukuran yang mempunyai elemen dari membership, influence, Integration and fulfillment of needs dan share emotional connection

6. Cristol, Lucking, dan Rovai (2001)

Suatu sense of community diantara para pelajar terdapat beberapa karakteristik sebagai berikut :

Belonging, Trust, Expected learning, dan Obligation

7. Chipuer & Pretty (1999) Sense of Community Index berdasarkan empat dimensi sense of community McMillan dan Chavis

8. Albert M. Muniz, JR & Thomas C. O’guinn (2001)

Sense of community pada brand community mengatakan bahwa sense of community mempunyai 3 komponen dasar yaitu : Consciousness of kind, Rituals and traditions, dan Moral responsibility

9. Nasar & Julian (1995) Dalam komunitas bertetangga, sense of community-nya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti casual contacts, social support, fear of crime, territoriality, dan community size

10. Grace Pretty, Brian Bishop, Adrian Fisher &

Christopher Sonn

Sense of community adalah suatu perubahan fitur dari hubungan manusia dengan orang lain, dan dapat sebagai barometer perubahan dalam suatu komunitas

11. Unger & Wandersman (1985, hal.155)

Sense of community sebagai “perasaan keanggotaan dan memiliki, dan berbagi ikatan emosional sosial”

12. Myers dan Diener (1995, hal 15)

Sense of community sebagai jaringan pendukung hubungan, perasaan "kami" – rasa bangga dan perasaan memiliki ke satu grup.

13. MacCoun (1993) Sense of community terdiri dari tiga bagian yaitu people, organization, dan workgroup.

(16)

Sense of community secara psikologis adalah suatu konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh Seymour Sarason dalam bukunya yang berjudul “The Psychology Sense of Community: Prospects for a community psychology”. Sarason mengusulkan bahwa konsep ini terdiri dari “Kesamaan persepsi dengan sesama, suatu pengakuan yang saling tergantung dengan memberikan kepada atau melakukan apa yang diharapkan untuk orang lain, perasaan yang merupakan bagian dari struktur lebih besar yang stabil dan dapat diandalkan” (Sarason, 1974 dikutip dalam Plas & Lewis, 1996).

Dari penelitian Sarason, terdapat beberapa peneliti lain seperti Tajfel, Kaunismaa, dan lainnya yang mencoba mengemukakan tentang sense of community ini. Tajfel (1981) mendefinisikan identitas sosial sebagai bagian dari individual’s self-concept, yang berasal dari pengetahuan keanggotaannya dalam kelompok sosial, bersama-sama dengan nilai dan emosional yang signifikan dari keanggotaan. Oleh karena itu, konsep identitas sosial adalah terkait erat dengan sense of community. Dalam teori identitas sosial, Tajfel (1986) mengusulkan bahwa dalam mencari peningkatan diri atau identitas diri yang positif, karakteristik individu yang mengkategorikan orang sehingga mereka memilih anggota kelompok yang mereka rasa milik mereka sendiri. Identitas sosial didasarkan pada kemampuan manusia untuk mengetahui sesuatu yang berkaitan dengan kita dalam bahasa dan simbol-simbol (Kaunismaa, 1997). Kemampuan ini adalah sama, apakah individu yang nyata dalam lingkungan sosial atau lingkungan di Web. Dalam studi ini, definisi dari sense of community dipahami

(17)

sejalan dengan Sarason, Tajfel dan Kaunismaa: sense of community merupakan salah satu bagian dari konsep diri, yang harus dilakukan dengan merasa diri sebagai milik dan merasa dekat terhadap kelompok sosial tertentu.

Dapat dilihat bahwa Tajfel dan Kaunismaa berpendapat sama dengan Sarason sehingga peneliti penelitian Sarason dapat menjadi acuan bagi peneliti lain. Walaupun Tajfel dan Kaunismaa berawal dari teori identitas sosial tetapi inti dari teorinya sangat mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sarason.

Namun setelah penelitian mereka, McMillan dan Chavis mulai merasa tertarik dengan studi ini dan juga menghasilkan kerangka deskriptif tentang ukuran dari SoC, McMillan dan Chavis (1986) mengusulkan suatu model teoritikal yang memiliki hipotesa sebagai berikut :

1) Asal usul dari setiap ukuran SoC (dianggap secara bebas),

2) Bagaimana ukuran-ukuran tersebut saling berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan SoC. Namun sebelumnya, hipotesa dari asal usul empat ukuran tersebut yaitu :

Feelings of membership: berasal dari batasan-batasan suatu komunitas (penyimpangan yang membuat batasan-batasan itu ada), persepsi dari keselamatan emosional, rasa memiliki sense of community member, dan identifikasi dengan, suatu kelompok, investasi waktu seseorang dalam kelompok, dan sistem simbol yang umum.

(18)

Feelings of influence: muncul dari proses-proses mempertahankan norma-norma yang ada dalam suatu kelompok.

Integration and fulfillment of needs: berasal dari suatu penghargaan dengan menjadi member seperti status dalam suatu kelompok, kemampuan yang berfungsi dalam kelompok, share value, dan menemukan keperluan yang lain sementara juga memiliki keperluan sendiri yang saling bertemu.

Shared emotional connection: berkembang dari seringnya berinteraksi, interaksi high-quality, event tersendiri, berbagi cerita dan krisis, investasi waktu dan sumber daya, pengaruh dari kehormatan dan penghinaan dari member, dan adanya ikatan spiritual antar member.

McMillan dan chavis (1986) mengungkapkan sense of community dapat diwakilkan kedalam 4 (empat) dimensi ukuran yang mempunyai elemen dari membership, influence, Integration and fulfillment of needs dan share emotional connection dengan item-item terkait. Berikut elemen-elemen sense of community yang dikemukan oleh McMillan dan Chavis :

(19)

Tabel 2.2 Elemen dari Sense of Community

Elements Items

Membership Boundaries that separate us from them Emotional safety

A sense of belonging and identification A common symbol system

Influence Individual members matter to the group The group matters to the individual Making a difference to the group

Individual members influence the group The group influences the individual member Integration and fulfillment of

needs

Benefits and rewards

Members meeting their own needs Members meeting the needs of others Reinforcement and fulfillment of needs Shared emotional connection Identifying with a shared event, history,

time, place or experience Regular and meaningful contact Closure to events

Personal investment Honor

Spiritual connection

Banyak peneliti telah mengadaptasi konseptual dari SoC ini (García, Giuliani, & Wiesenfeld, 1999; Zaff & Devlin, 1998). Peneliti lain telah memodifikasi pengukuran SoC dengan bermacam-macam ukuran sukses (Burroughs & Eby, 1998; Hughey, Speer, & Peterson, 1999). Peneliti lain juga tetap menciptakan pengukuran mereka sendiri tentang SoC (Royal & Rossi, 1999; Schuster, 1998; Skjæveland, Gärling, & Mæland, 1996). Bahkan McMillan (1996) akan menambahkan konsep baru SoC untuk lebih melibatkan unsur “spirit” dan “art” dari suatu komunitas. Walaupun demikian, definisi McMillan dan Chavis dianggap sebagai yang terkuat (Chipuer & Pretty, 1999). Chipuer dan Pretty bahkan telah mengkritik hal ini dalam penelitiannya yang bernama “A

(20)

review of the sense of community index: Current uses, factor structure, reliability, and further development” dan peneliti lain terus melanjutkan redefinisi konsep SoC, memperdebatkan bahwa upaya redefinisi tersebut tidak akan dibangun pada kekuatan teoritikal dari Model SoC McMillan dan Chavis. Dari penelitian Chipuer dan Pretty inilah tercipta Sense of Community Index (SCI) berdasarkan empat dimensi sense of community McMillan dan Chavis, dimana SCI ini terdapat pada lampiran 5.

Terdapat studi lain dari Albert M. Muniz, JR & Thomas C. O’guinn (2001) dalam studinya mengenai sense of community pada brand community mengatakan bahwa sense of community mempunyai 3 komponen dasar yaitu :

1. Consciousness of kind

Para anggota merasakan hubungan yang erat berkaitan dengan suatu merk, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mereka merasakan hubungan yang lebih erat satu dengan yang lainnya.

2. Rituals and traditions

Mewakili proses sosial utama dimana arti sebuah komunitas direproduksi dan disebarkan di dalam maupun di luar komunitas.

3. Moral responsibility

Merupakan apa yang kemudian dapat menghasilkan tindakan kolektif dan berkontribusi terhadap meleburnya suatu kelompok

(21)

Albert M. Muniz beserta teman-temannya memberikan pendapatnya mengenai sense of community sebagai suatu komunitas untuk menciptakan brand image. Namun bila secara psikologis, sense of community yang diteliti oleh Nasar & Julian dalam komunitas bertetangga yang sama halnya dilakukan penelitian oleh McMillan dan Chavis sebelumnya.

Nasar & Julian (1995) memilki pendapat bahwa banyak masalah perkotaan disebabkan oleh menurunnya sense of community. Guna menilai klaim tersebut dan guna mempelajari bagaimana kebijakan mempengaruhi sense of community, kita memerlukan suatu pengukuran yang valid dan dapat diandalkan. Karya ilmiah ini menggambarkan pengembangan dan pengujian 11-item skala Likert terhadap sense of community dalam lingkungan bertetangga, menggunakan respon dari 54 resident pada tiga daerah pinggiran kota di Columbus, Ohio. Sebuah test menggunakan skala dengan 100 resident dalam area single-use dan mixed-use berdekatan antara satu dengan lainnya menemukan sense of community yang lebih signifikan pada lingkungan mixed-use. Sense of community lebih terasa diantara orang-orang yang telah menikah dan para pasangan yang telah memiliki anak dibandingkan dengan para lajang dan pasangan yang belum memiliki anak. Sebuah test terhadap 32 penyewa dalam bangunan apartemen yang bertetangga, satu dengan courtyard outdoor dan yang lain dengan suatu koridor double-loaded interior, menemukan bahwa sense of community lebih terasa pada bangunan courtyard. Nilainya pun sejalan dengan

(22)

dua pengukuran lainnya terkait dengan komunitas; jumlah tetangga yang diketahui berdasar atas nama, dan jumlah teman dalam bangunan yang sama.

Studi yang dilakukan oleh Nasar & Julian ini bertujuan untuk menguji kekuatan pengukuran yang diskriminatif, bukan untuk menjelaskan alasan atas perbedaan yang terjadi dalam sense of community. Sebagaimana studi ini tidak mengendalikan siapa saja yang tinggal pada tiap-tiap area atau bangunan, perbedaan pada sense of community dapat terjadi dari perbedaan yang muncul, entah karena pengaturan secara fisik maupun karena jenis-jenis resident yang memilih untuk tinggal dalam pengaturan semacam itu. Guna menentukan sebabnya, penelitian lanjutan perlu mempertimbangkan kecenderungan para resident terhadap sosialisasi dan privacy mereka sebelum memulai melakukan penelitian. Penelitian tersebut mungkin juga perlu meng-examine area-area dinamis, seperti asrama, dimana penugasan unit secara acak dimungkinkan. Percobaan semacam itu mungkin dapat memperjelas tingkat dimana pengaturan secara fisik memelihara sense of community, atau sekedar menarik resident yang beriorientasi komunitas.

Dengan skala singkat yang valid dan dapat diandalkan, para peneliti bertetangga dapat mengeksplorasi pengaruh sense of community atas faktor-faktor seperti casual contacts, social support, fear of crime, territoriality, dan community size. Mereka juga dapat menggunakan skala ini untuk mempelajari apakah pengembangan neo-tradisional akan menghasilkan sense of community.

(23)

Para perencana dapat menggunakan skala ini untuk menilai sense of community dalam lingkungan bertetangga yang beraneka ragam dan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai program, rencana, dan desain sense of community. Dimana mengembangkan suatu sense of community merupakan suatu tujuan, instrumen ini dapat memberikan si perencana suatu cara untuk mengukur efektivitas atas berbagai usaha.

Dari jurnal “The Australian Psychological Society Ltd”, Grace Pretty, Brian Bishop, Adrian Fisher & Christopher Sonn juga telah melakukan penelitian tentang Psychological sense of community and its relevance to well-being and everyday life in Australia yang memiliki definisi dari proses perspektif tentang sense of community adalah suatu perubahan fitur dari hubungan manusia dengan orang lain, dan dapat sebagai barometer perubahan dalam suatu komunitas. Hal ini dapat bermanfaat dalam membantu orang menciptakan suatu sense of identity dan ketahanan untuk tidak mengarah pada perubahan sosial. Sebagai aspek utama dari pengembangan dan pemeliharaan dari hubungan sosial, sense of community bermanfaat dalam penyesuaian konseptual dan perlindungan faktor-faktor untuk kehidupan yang positif dalam komunitas (masyarakat).

Banyak peneliti yang telah melakukan studi terhadap sense of community ini yang menghasilkan beberapa definisi, seperti yang dikemukakan oleh Unger & Wandersman yang mendefinisikan sense of community sebagai “perasaan keanggotaan dan memiliki, dan berbagi ikatan emosional sosial” (1985, hal.155). Myers dan Diener menggambarkan sense of community sebagai jaringan

(24)

pendukung hubungan, perasaan "kami" – rasa bangga dan perasaan memiliki ke satu grup (1995, hal 15). Lain halnya menurut MacCoun, 1993 sense of community terdiri dai tiga bagian yaitu people : hubungan yang mendukung dan interaksi sosial, organization : organisasi sebagai bagian dari identitas diri dan berbagi nilai-nilai keorganisasian, dan workgroup : keterlibatan tugas dan berbagi tujuan.

Penelitian tentang sense of community yang telah dijelaskan diatas merupakan studi yang dilakukan pada komunitas offline atau face-to-face. Telah dijelaskan di bab 1, tujuan dari penelitian ini ingin mengetahui komponen sense of community yang ada dalam komunitas online maka dari itu diperlukan juga referensi dari peneliti sebelumnya yang telah melakukan penelitian tentang sense of community pada komunitas online dimana komunikasi dan interaksinya dilakukan dengan menggunakan media internet. Studi sense of community mengenai komunitas online memang belum terlalu banyak diangkat, akan tetapi karena semakin banyak bermunculan komunitas pada dunia maya membuat para peneliti tergelitik untuk melakukan studi sense of community tersebut pada komunitas online. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan para peneliti tentang sense of community dalam komunitas online akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab di bawah ini.

(25)

2.4.3.2

Sense of Community

pada komunitas

Online

Tabel 2.3 Beberapa penelitian tentang sense of community dalam komunitas online

No. Peneliti Hasil penelitian

1. Blanchard & Markus (2002)

Lima dimensi dalam sense of virtual community ini, yaitu :

Recognition of members. • Exchange of support Attachment & Obligation

Identity (self) and identification (of others)

Relationship with specific members 2. Andrea Petroczi Terdapat sebelas ukuran yang dijadikan

indikator dalam mengukur kekuatan sense of community dalam komunitas virtual, yaitu frequency, intimacy/closeness, voluntary investment in the tie, advice given/received, desire for companionship, multiple social context (breadth of topics), long period of time (duration), reciprocity, provide support/emotional intensity, mutual confiding (trust), dan sociability/conviviality. 3. Koh and Kim Pada penelitian ini terbentuk tiga dimensi

yang membangun sense of community pada komunitas online, yaitu :

Membership Influence Immersion 4. Anabel Quan y Haase,

Barry Wellman, James Witte & Keith Hampton

Semakin banyak orang menggunakan Internet, semakin positif sense of online community mereka. Studi ini dikemukakan pada penelitian yang berjudul “Capitalizing on the Internet: Social Contact, Civic Engagement, and Sense of Community”

(26)

5. Satu Suvikki Kyröläinen (2001)

Terdapat empat faktor penting yang dikemukakan tentang sense of community in web environment, yaitu :

Reciprocal Improvement Basic trust for others

Common purpose, similiarity Shared History

Para peneliti yang melakukan studi tentang sense of community dalam komunitas online tidak sebanyak pada komunitas offline. Namun penelitian tentang komunitas online ini akan dibahas lebih mendalam dalam thesis ini. Para peneliti yang melakukan studi sense of community dalam komunitas online yang antara lain Blanchard & Markus, yang membahas tentang sense of virtual community pada komunitas Multiple Sports Network dan setelah diteliti mendapatkan lima dimensi dalam sense of virtual community ini, yaitu :

1. Recognition of members. Para anggota melihat MSN sebagai sebuah komunita karena mereka dapat mengenali anggota lainnya. Pada tingkat paling dasar, ini berarti para anggota lainnya mengenali nama anggota lain di postingan. Semua interviewees dilaporkan mengenali setiap anggota adalah kondisi yang penting dari MSN sebagai suatu komunitas. Pengenalan muncul menjadi langkah penting pertama dalam mengalami SOVC.

2. Exchange of support. Banyak anggota MSN berpartisipasi dalam publik dan pertukaran informasi secara pribadi dan dukungan emosional sosial, dan semua anggota mengamati dukungan publik. Pemberian dan penerimaan dukungan berkontribusi pada arti dimana MSN lebih dari

(27)

penyelesaian virtual, MSN merupakan sesuatu yang satu milik dan yang mana memiliki rasa untuk memberikan lampiran atau kewajiban.

3. Attachment & Obligation. Anggota mengalami berbagai tingkat lampiran terhadap komunitas secara keseluruhan. Lampiran ke komunitas lebih dari hubungan dengan masing-masing anggota lainnya. Beberapa anggota dilaporkan bahwa keterlibatan mereka dalam MSN adalah penting untuk mereka, sedangkan yang lain lebih ambivalen tentang lampiran mereka. Obligasi yang dimaksud disini adalah adanya kewajiban yang seharusnya dijalankan dalam komunitas sebagai anggota MSN. Bahkan bila kewajiban tersebut tidak dijalankan oleh anggotanya, dapat dikenakan sangsi oleh pemimpin MSN.

4. Identity (self) and identification (of others). Identifikasi berjalan satu langkah melebihi hanya dengan mengenali nama. Anggota membuat laporan identitas mereka sendiri melalui posting, dan mereka melaporkan perkembangan pemahaman tentang identitas anggota lainnya. Identifikasi anggota diaktifkan untuk mengantisipasi tanggapan lain terhadap isu-isu dan posting.

5. Relationship with specific members. Beberapa anggota MSN meyakini newsgroup adalah komunitas karena telah dikembangkan persahabatan pribadi dengan anggota lain. Hubungan pribadi ini sering dikembangkan melalui komunikasi, online dan kadang-kadang mereka dipindahkan ke interaksi face-to-face.

Terdapat peneliti lain yang mengukur kekuatan sense of community dalam komunitas virtual social networks, yaitu Andrea Petroczi. Dalam penelitiannya, Petroczi menyimpulkan bahwa indikator dalam virtual adalah kelompok yang

(28)

mirip dengan yang ada di offline. Petroczi meneliti terdapat sebelas ukuran yang dijadikan indikator dalam mengukur kekuatan sense of community dalam komunitas virtual, yaitu frequency, intimacy/closeness, voluntary investment in the tie, advice given/received, desire for companionship, multiple social context (breadth of topics), long period of time (duration), reciprocity, provide support/emotional intensity, mutual confiding (trust), dan sociability/conviviality. Percaya, saling mempercayai, multiplexity dan berbagi minat yang sama pentingnya pada kedua jenis kelompok sosial. Aspek yang unik dari komunitas virtual terkait untuk memberikan dan menyediakan bantuan; dan keinginan untuk bertemu langsung. Maka disimpulkan bahwa sense of community pada komunitas virtual ini akan semakin kuat bila juga disepadankan dengan bertemu secara face-to-face.

Lebih lanjut, menurut Koh and Kim yang telah meneliti sense of community dalam komunitas online / internet (virtual community), memiliki pendapat bahwa sense of virtual community mempunyai 3 dimensi yaitu:

1. Membership: people experience feelings of belonging to their virtual community.

2. Influence: people influence other members of their community.

3. Immersion: people feel the state of flow during virtual community navigation.

Dari ketiga dimensi diatas Koh and Kim mendefinisikan sense of virtual community sebagai berikut:

(29)

“The sense of virtual community may be defined as the individual’s feelings of membership, influence, and immersion toward a virtual community. The dimensions of membership, influence, and immersion reflect, respectively, the affective, cognitive, and behavioral aspects of virtual community members, as does the general construct of attitude in the areas of marketing or behavioral science”.

Sering menggunakan internet memiliki efek yang berbeda saat memiliki sense of community umum daripada memiliki sense of online community. Di satu sisi, sering menggunakan Internet tidak terkait dengan keseluruhan maksud dari sense of community atau rasa alienated. Tetapi tidak mengubah orang ataupun mengubah mereka menjadi menghilang dari keseluruhan sense of community. Di sisi lain, semakin banyak orang menggunakan Internet, semakin positif sense of online community mereka. Hasil studi ini dikemukakan oleh Anabel Quan y Haase, Barry Wellman, James Witte & Keith Hampton dalam penelitian mereka yang berjudul “Capitalizing on the Internet: Social Contact, Civic Engagement, and Sense of Community”.

Seorang peneliti lagi yang juga melakukan studi tentang sense of community pada lingkungan web yaitu Satu Suvikki Kyröläinen (2001). Dari hasil penelitiannya terdapat 4 (empat) faktor penting dalam sense of community di virtual community. Berikut adalah empat faktor tersebut beserta komponen – komponen yang membangunnya:

(30)

1. Reciprocal Improvement : faktor yang menekankan pada persepsi responden terhadap partisipasi anggota lain dan keterlibatan responden itu sendiri. Terdapat empat variabel yang ada dalam faktor ini yaitu Social interaction, reciprocity; Awareness, social presence; Trust; dan Norms, conformit.

2. Basic trust for others : faktor yang menekankan terutama pada kepercayaan dan norma. Variabel yang berdiri didalamnya yaitu Trust; Norms, conformity; dan Awareness, social presence.

3. Common purpose, similiarity : faktor yang menekankan pada kesaman tujuan bergabung dalam komunitas. Faktor ini terdiri dari 2 variabel yaitu Common purpose dan Norms, conformity.

4. Shared History : faktor yang menyoroti saling berbagi pengetahuan tentang latar belakang responden, awal ditemukan komunitas, dan pendiri dari komunitas. Variabel yang berada dalam faktor ini adalah Common history dan Awareness, social presence.

(31)

Gambar 2.2 The four critical factors of sense of community, and the variables that compose them.

(32)

Pada gambar diatas menunjukkan faktor-faktor penting dalam sense of community dalam lingkungan web yang diteliti oleh Kyröläinen. Dalam faktor tersebut berdiri variabel-variabel yang saling berhubungan yang dapat dilihat pada gambar 2.2

Studi sense of community pada komunitas online yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti memang masih ada yg belum secara keseluruhan. Namun pada studi penelitian sense of community pada komunitas game online ini akan menggunakan referensi dari penelitian-penelitian sense of community pada komunitas online yang telah disebutkan sebelumnya.

Dari hasil penelitian diatas akan digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya dengan metodologi penelitian yang akan dibahas pada bab tiga.

Gambar

Gambar 2.1 McMillan and Chavis (1986) Elements of a Sense of Community and  Their Hypothesized Relationships
Tabel 2.1 Beberapa penelitian tentang sense of community dalam komunitas offline
Tabel 2.2 Elemen dari Sense of Community
Tabel 2.3 Beberapa penelitian tentang sense of community dalam komunitas online
+2

Referensi

Dokumen terkait

form of community participation in activities such as planning and.. implementation to achieve the development goals of

Penelitian ini akan membahas tentang sense of community dari para gamer yang berada dalam komunitas SEAL ONLINE GAME tersebut. Namun sense of community disini difokuskan

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka menarik untuk dilakukan penelitian tentang peran Sense Of Community dalam meningkatkan brand love pada

Penelitian terkait online brand community Shopee ini berfokus pada community commitment yang dimiliki oleh anggota, karena anggota komunitas pengguna Shopee memiliki

Penelitian ini berfokus pada interaktivitas anggota komunitas virtual Indonesian Hoaxes Community , dalam kolom komentar konten jenis # Ask dengan topik kesehatan di grup

Apabila anggota di dalam komunitas memiliki sense of community yang rendah maka anggota tersebut tidak akan mempunyai perasaan menjadi bagian dari komunitas,

Hubungan dukungan sosial orang tua dengan sense of community pada komunitas jendela malang.. Peran Willingness to Sacrifice Terhadap Perilaku Pro- lingkungan Pada Warga DKI Jakarta

Hasil penelitian ini adalah pola komunikasi kelompok game online dengan studi virtual etnografi pada pengguna game ”Clash of clans” komunitas 1-ron, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola