• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG - Elib Repository"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA

DI WILAYAH PUSKESMAS II GOMBONG

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

NAMA : Muhammad Bima Billy Ardy

NIM : A01401924

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v Program Studi DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017

Muhammad Bima Billy Ardy, Fajar Agung Nugroho

ABSTRAK

PENERAPAN TERAPI MADU PADA PASIEN DIABETES MELLITUS UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS II GOMBONG

Latar Belakang. Pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 8.554.155 orang. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki.

Tujuan Penelitian. Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan luka.

Metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subyek studi kasus ini adalah pada salah satu keluarga yang mengalami luka diabetik di kaki. Analisis data dan penyajian data yang digunakan yaitu teks yang bersifat naratif dan tabel distribusi frekuensi.

Hasil. Hasil skor pengkajian dengan DESIGN pasien sebelum dan sesudah diberikan perawatan luka menggunakan madu termasuk dalam kategori bagus, dengan kedalaman luka yang bernilai 3 (Lesi sampai lapisan dermis) menjadi bernilai 2 (Lesi sampai lapisan dermis) dalam jangka waktu pemberian selama 3x24 Jam.

Pembahasan. Pemberian terapi madu dalam perawatan luka dapat mempercepat proses penyembuhan luka diabetik.

Kesimpulan. Luka diabetic menjadi lebik baik setelah diberikan terapi madu dalam pemberian perawatan luka untuk mempercepat proses penyembuhan.

(6)

v DIII Study Program of Nursing

Muhammadiyah Gombong Health Sciences College KTI, July 2017

Muhammad Bima Billy Ardy, Fajar Agung Nugroho

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF HONEY THERAPY IN PASTENT DIABETES MELLITUS TO ACCELERATE THE HEALING PROCESS IN WORKING

AREAS OF PUSKESMAS II GOMBONG

Background. In 2013 Diabetes Mellitus sufferers in Indonesia reached 8,554,155 people. Complications that often occur in people with Diabetes Mellitus is the occurrence of pathological changes in the limbs, namely the incidence of leg injuries. Research purposes. Describing the effectiveness of Nursing Care with the provision of honey therapy in patients with Diabetes Mellitus in accelerating the process of wound healing.

Method. The method used in this research is descriptive method with case study approach. The subject of this case study was in one of the families who suffered diabetic wounds in the legs. Data analysis and presentation of data used is narrative text and frequency distribution table.

Results. The results of the assessment scores with the DESIGN of the patients before and after the wound treatment were administered included in the good category, with a wounded depth of 3 (Lesions to dermis layer) to be 2 (Lesion to dermis) within 3x24 hours.

Discussion. Provision of honey therapy in wound care can accelerate the process of healing diabetic wounds.

Conclusion. The diabetic wound becomes better after being given honey treatment in wound care to speed up the healing process.

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan judul “Penerapan Terapi Madu Pada Pasien Diabetes Mellitus Untuk Mempercepat Proses Penyembuhan di RSUD Dr. Soedirman Kebumen”.

Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.

Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman dan nikmat sehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

2. Ibu Herniyatun, M. Kep. Sp. Mat selaku ketua STIKES Muhammadiyah Gombong.

3. Ibu Nurlaila, S. Kep. Ns M. Kep selaku ketua prodi D III Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong dan selaku pembimbing proposal karya tulis ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan saran yang membangun untuk penulis. 4. Bapak Fajar Agung Nugroho, MNS selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah. 5. Seluruh dosen dan staf karyawan Prodi DIII Keperawatan yang telah membantu

kelancaran proses penulisan proposal karya tulis ilmiah.

(8)

vii

Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini pada waktu yang akan datang. Harapan penulis semoga proposal karya tulis ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca pada umumnya.

Gombong 10 Juni 2017

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN ORISINALITAS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Studi Kasus ... 3

D. Manfaat Studi Kasus ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Penerapan terapi madu pada pasien Diabetes Mellitus untuk mempercepat proses penyembuhan A. Pengkajian ... 4

B. Diagnosa ... 11

C. Perencanaan... 11

D. Pelaksanaan ... 12

E. Evaluasi ... 12

2. Ulkus pada Diabetes Mellitus A. Pengertian ... 12

B. Etiologi ... 13

C. Manifestasi Klinis ... 13

D. Komplikasi ... 14

E. Penatalaksanaan ... 14

(10)

viiii

4. Pengertian Penyembuhan Luka ... 19

BAB III METODE STUDI KASUS A. Rancangan Studi Kasus ... 20

B. Subyek Studi Kasus ... 20

C. Fokus Studi Kasus ... 20

D. Definisi Operasional... 20

E. Instrumen Studi Kasus ... 20

F. Metode Pengumpulan Data ... 21

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus ... 22

H. Etika Studi Kasus ... 22

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Kasus ... 23

B. Pembahasan ... 24

C. Keterbatasan Studi Kasus ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 29

2. Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

INFORMED CONSENT LAMPIRAN

(11)

ixi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Instrumen Penilaian DESIGN ... 9

2. Gambar 2.2 Instrumen Penilain DESIGN (2) ... 10

3. Gambar 2.3 Komposis Madu ... 18

4. Gambar 4.1 Luka Grade II Hari Pertama ... 25

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association (ADA) adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, penurunan kerja insulin, atau akibat dari keduanya. Diagnosis Diabetes Mellitus menurut ADA jika hasil pemeriksaan gula darah : 1) Kadar gula sewaktu lebih atau sama dengan 200 mg/dl, 2) Kadar gula puasa lebih atau sama dengan 126 mg/dl, 3) Kadar gula darah lebih atau sama dengan 200 mg/dl pada 2 jam setelah beban glukosa 75 pada tes toleransi glukosa. (ADA, 2011).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, disertai dengan kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut dan kronik. Penyakit ini menimbulkan beberapa komplikasi, komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien Diabetes Mellitus adalah terjadinya perubahan patologis pada anggota gerak, yaitu timbulnya luka pada kaki. Luka yang apabila tidak dirawat dengan baik akan berkembang menjadi ulkus gangrene (Suyono S, 2007). Jadi Diabetes Mellitus adalah kelompok penyakit heterogen yang ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) akibat gangguan sekresi insulin, penurunan kerja insulin, atau keduanya, dan menimbulkan berbagai komplikasi akut dan kronik.

(13)

2

Populasi penderita Diabetes Mellitus di Indonesia saat ini menduduki peringkat kelima terbanyak di dunia (WHO, 2013). Berdasarkan data IDF Diabetes Atlas, pada tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai 8.554.155 orang. Bahkan angka tersebut semakin naik pada tahun 2014 hingga mencapai 9,1 juta orang. Tahun 2035 jumlah penderita Diabetes Mellitus diprediksi melonjak hingga ke angka 14,1 juta orang dengan tingkat prevalensi 6,67 persen untuk populasi orang dewasa (DINKES, 2013).

Luka diabetik sangat mudah menimbulkan komplikasi berupa infeksi akibat invasi bakteri serta adanya hiperglikemia menjadi tempat yang optimal untuk pertumbuhan bakteri (Sudoyo AW, 2008). Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi pada luka diabetic adalah bakteri yang menghasilkan biofilm. Biofilm ini dihasilkan oleh bakteri Staphylococcuc aureus, dan

Pseudomonas aeuroginosa. Adanya biofilm pada dasar luka dapat

menghambat aktivitas fagosisotis neutrofil polimorfonuklear dalam proses penyembuhan luka (Abidin RK, 2013).

Penanganan luka pada pasien Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi non-farmakologis. Madu merupakan terapi non-farmakologis yang biasa diberikan dalam perawatan luka Diabetes Mellitus. Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada perlukaan dan aksi anti inflamasinya dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, sehingga selain mempercepat penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit (Hammad S, 2012).

(14)

3

dilakukan perawatan luka Diabetes Mellitus dengan madu diharapkan angka kematian dan amputasi pada penderita Diabetes Mellitus dapat menurun, dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik mengambil topik “Pemberian terapi madu pada penderita luka Diabetes Mellitus untuk mempercepat proses penyembuhan luka”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan ?

C. Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan ke-efektifan Asuhan Keperawatan dengan pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus dalam mempercepat proses penyembuhan.

D. Manfaat Studi Kasus

Studi kasus ini, diharapakan memberikan manfaat bagi : 1. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam merawat luka penderita Diabetes Mellitus dengan pemberian terapi madu.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Menambahkan keluasan ilmu dan terapan bidang keperawatan dalam pemberian terapi madu pada penderita Diabetes Mellitus.

3. Penulis

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin RK. Faktor penghambat proses proliferasi luka diabetic foot ulcer pada pasien diabetes mellitus tipe ii di klinik kitamura Pontianak. [Tanjungpura]: Keperawatan Universitas Tanjungpura; (2013) [cited 13 Februari 2014].

ADA. (2011). Diagnosis and Clasification of Diabetes Mellitus.

Aden, R. (2010). Manfaat dan Khasiat Madu. Hanggat Kreator : Yogyakarta. 128 hlm.

Andyagreeni. (2010). Tanda Klinis Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Askandar. (2009). Hidup Sehat dan Bahagia bersama Diabetes Mellitus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

DINKES. (2013). IDF Diabetes Atlas.

Dr. Nabyl RA. (2011). Prinsip Pencegahan Diabetes Mellitus. Jakarta : CV. Trans Info Media

Hammad S. 99 resep sehat dengan madu. Solo: Aqwamedika; (2012).

Hardjito K, Wijayanti LA, Saputri NM., (2012). Senam kegel dan penyembuhan luka jahitan perineum pada ibu post partum. 2-TRIK : Tunas-Tunas Riset Kesehatan.

Prodan A, Rusu M, Campean R, Prodan R. (2008). A Java framework for analyzing and processing wound images for medical education. Proceedings 20th European Conference on Modelling and Simulation (ECMS).

Sanada, Kuniko. (2008). Why Not Try Growing Bonsai. Nipponia

Setyarini EA, Barus LS, Dwitari A., (2013). Perbedaan alat ganti verband antara dressing set dan dressing trolley terhadap resiko infeksi nosokomial dalam perawatan luka. Jurna Kesehatan STIkes Santo Borromeus.

(16)

Soegondo. (2009). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Mellitus untuk Mencegah Komplikasi Kerusakan Oragn-Organ Tubuh.

Subekti. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Penyakit dan Komplikasi Pada Penderita Diabetes Mellitus Dengan Tindakan Mengontrol Kadar Gula Darah di Wilayah Kerja Puskesmas I Gatak Sukoharjo. Berita Ilmu Keperawatan ISSN.

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2008.

Suyono S. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Edisi 4. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2007.

(17)

SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin(L/P) : Umur/Tgl Lahir : Alamat : Telepon :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari :

saya sendiri/*sebagaiorangtua/*suami/*istri/*anak/*wali dari: Nama :

Jenis Kelamin(L/P) : Umur/Tgl Lahir : Alamat : Telp :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis berupa………. Dari penjelasan yang diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut, serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinana pasca tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.

Kebumen,………2017

Perawat/Pelaksana, Yang membuat pernyataan,

Ttd Ttd

(………) (………..)

(18)

LAMPIRAN

SOP (Standart Operasional Prosedure) Perawatan Luka 1. Pengertian

Penggantian/mengganti balutan untuk membantu dalam proses penyembuhan luka.

2. Tujuan

- Menghilangkan sekresi yang menumpuk & jaringan mati pada luka insisi. - Mempermudah proses penyembuhan luka.

- Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme terhadap luka/insisi. 3. Pengkajian

- Mengkaji program/intruksi medik mengenai prosedur rawat luka, tipe balutan, dan frekuensi ganti balut.

- Mengkaji tipe dan lokasi luka/insisi.

- Mengkaji tingakt nyeri klien dan kapan terakhir kali mendapat obat penghilang nyeri.

- Mengkaji riwayat alergi pada obat atau plester. 4. Intervensi

A. Persiapan Alat :

1. Set ganti balut steril (pinset cirugis, pinset anatomis, kasa, dan lidi kapas).

2. Kasa steril tambahan atau bantalan penutup (bila dibutuhkan). 3. Handuk.

4. Handscoen bersih dan handscoen steril. 5. Kapas bulat.

(19)

10.Bengkok. 11.Bak Instrumen. 12.Perlak/pengalas.

13.Kantong plastic tempat sampah

B. Persiapan Pasien

- Menjelaskan kepada klien beserta keluarga mengenai tujuan dan prosedur tindakan yang akan segera dilakukan.

- Menjamin atas pemenuhan kebutuhan privacy klien.

- Mengatur ketinggian tempat tidur untuk memudahkan tindakan yang akan dilakukan.

C. Implementasi

1. Mencuci tangan.

2. Menyiapkan dan mendekatkan alat. 3. Membuka set ganti balut.

4. Menggunakan handsoen bersih.

5. Meletakan handuk menutup bagian tubuh privasi klien yang terbuka. 6. Meletakan perlak dibawah luka.

7. Mengatur posisi yang nyaman dan tepat untuk perawatan luka.

8. Membuka plester searah tumbuhnya rambut dan membuka balutan dengan hati-hati, masukan balutan kotor kedalam kantong plastic yang telah disediakan.

9. Membuka hanscoen bersih dan mengganti dengan handscoen steril. 10. Membuka sekitar luka dengan alcohol swab.

(20)

12. Membersihkan sisi sebelah luka dari bagian atas kebawah diikuti sisi sebelahnya dengan arah usapan menjauhi dari area lokasi luka (1 alkohol swab untuk 1 kali usapan).

13. Mengolesi luka dengan bethadine mulai sejak dari tengah luka.

14. Menutup luka dengan kasa steril, dan lakukan fiksasi dengan plester pada area pinggiran kasa pembalut.

15. Menuliskan tanggal dan waktu mengganti balutan pada plester dan tempelkan pada balutan.

16. Merapihkan klien dan membereskan alat-alat. 17. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan. D. Evaluasi

- Mengevalusi respon serta toleransi klien selama, dan sesudah prosedur. - Mengevaluasi kebutuhan frekuensi ganti balut.

- Mengevaluasi adanya tanda-tanda alergi terhadap plester.

- Mengevaluasi adanya tanda-tanda infeksi dan adanya cairan luka juga karakteristiknya.

E. Dokumentasi

- Mencatat lokasi, tipe luka dan kondisi luka insisi. - Mencatat kondisi luka sebelumnya.

(21)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S DENGAN MASALAH

KEPERAWATAN ULKUS DIABETES MELITUS DI DESA KLOPOGODO

RT02 RW06 KECAMATAN GOMBONG KABUPATEN GOMBONG

A. DATA UMUM

1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. S (65 Tahun)

2. Alamat : Klopogodo RT02 RW06 3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh

4. Pendidikan Kepala keluarga : SMA Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :

No Nama Umur JK Hub. Dengan KK Pekerjaan Pendidikan

1 Ny. S 57 Thn P Istri - SD

5. Genogram

(22)

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan : Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

6. Tipe Keluarga

Keluarga Tn. S termasuk keluarga inti yaitu keluarga yang dalam satu rumah hanya ada ayah, ibu, anak, yaitu Tn. S (KK), Ny. S (Istri), Sdr I (Anak).

7. Suku Bangsa

Keluarga Tn. S bersuku bangsa Jawa, Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia.

8. Agama

Keluarga Tn. S semua beragama Islam dan taat menjalankan ibadah. 9. Status Sosial, Ekonomi Keluarga

Keluarga Tn . S mengatakan sekarang ini tidak memiliki penghasilan karena Tn. S hanya berkerja sebagai buruh dan Ny. S tidak bisa kemana-mana karena penyakit yang dialaminya.

10.Aktivitas Rekreasi Keluarga

(23)

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini

Saat ini keluarga Tn. S sudah mencapai tahap perkembangan keluarga dewasa dengan anak satu-satunya yang belum menikah berusia 37 tahun, serta belum mempunyai pekerjaan.

Tugas perkembangan saat ini adalah :

a. Membantu orang tua memasuki masa tua

b. Membantu anak untuk mandiri dan sosialisasi di masyarakat c. Penataan kembali peran dan tugas serta kegiatan rumah tangga 2. Riwayat Keluarga Inti

Dalam keluarga Tn. S hanya Ny. S yang pernah dirawat di Rumah Sakit karena mempunyai penyakit DM dan terdapat Ulkus di kakinya. Ny. S mengatakan kakinya bengkak sudah 2 bulan yang lalu, sejak kaki Ny. S terdapat Ulkus dan bau, klien tidak pernah keluar rumah untuk bersosialisasi karena malu diejek oleh temanya, klien mengeluh aktivitas sehari-hari terganggu.

3. Riwayat Keluarga Sebelumnya

(24)

C. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

1. Karakteristik Kamar

Mandi

Dapur

Kamar Tidur

Ruang Keluarga Kamar

Tidur

Ruang Tamu

Teras

Rumah Tn. S merupakan jenis rumah permanen ukuran 3x5m, milik pribadi yang terdiri dari teras, kamar tidur dua, ruang keluarga, ruang tamu, kamar mandi dan dapur, atap rumah menggunakan genteng, lantai dengan keramik, sudah memiliki kamar mandi yang sumber airnya dari sumur, lantai sedikit kotor dan ruang tamu sedikit berantakan.

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Sekitar lingkungan rumah Tn. S sebagian besar merupakan sekelompok social, antar rumah berjarak dekat, dan ada kegiatan setiap tanggal 16. 3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. S merupakan penghuni baru di desa klopogodo sejak 5 tahun yang lalu, sebelumnya keluarga Tn. S tinggal di Jakarta, kendaraan yang digunakan sehari-hari angkutan umum.

4. Sistem pendukung keluarga

(25)

D. STRUKTUR KELUARGA

1. Pola komunikasi keluarga

Bahasa yang digunakan sehari-hari bahasa Indonesia dan bahasa jawa, pola komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terbuka.

2. Struktur kekuatan keluarga

Ny. S mengatakan kalau ada masalah diselesaikan dengan musyawarah dan keputusan sepihak.

3. Struktur peran

Keluarga Tn. S sudah berperan dengan semestinya, Tn. S bekerja mencari nafkah dan Ny. S dirumah menjadi ibu rumah tangga.

4. Nilai dan norma keluarga

Keluarga Tn. S tidak ada kepercayaan dengan tradisi-tradisi yang ada di masyarakat.

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Afektif

Keluarga Tn. S saling mendukung dan menerima sehingga terjalin keluarga yang bahagia.

2. Fungsi Sosial

Keluarga Tn. S dalam bersosial dapat bersosialisasi dengan baik, Ny. S mengatakan ingin mengaji di masjid dan mengikuti kerja bakti mingguan. 3. Fungsi Perawatan

a. Kemampuan keluarga mengenali masalah

Keluarga Tn. S sudah mengetahui penyakit DM sejak 11 tahun yang lalu, namun masih belum mengerti tentang penyebab, gejala, dan pencegahanya.

(26)

Ny. S sudah mengetahui cara merawat Ulkus DMnya dengan menggunakan air hangat dan dioleskan minyak ditepi luka, dan meminum obat herbal.

c. Kemampuan keluarga mengambil keputusan

Keluarga Ny. S langsung membawa ke rumah sakit saat pertama kali Ny. S mengalami Ulkus DM.

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan yang sehat

Keluarga Tn. S sudah mampu memelihara lingkungan yang sehat seperti membersihkan ruangan dan teras.

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Keluarga Tn. S sudah mempunyai BPJS.

4. Fungsi Reproduksi

Jumlah anak dari Tn. S dan Ny. S adalah 1, Ny. S tidak menggunakan KB suntik, Ny. S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi.

5. Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn. S mengatakan belum merasa cukup dengan ekonomi sekarang, kebutuhan kadang tidak tercukupi.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangkan pendek dan panjang a. Stressor jangka pendek

Tiap bulan harus membayar tagihan listrik yang jumlahnya tidak sedikit

b. Stressor jangka panjang

Biaya kehidupan yang semakin maju dan mahal. 2. Kemampuan keluarga berperan terhadap stressor

(27)

3. Strategi koping yang digunakan

Keluarga Tn. S mengatakan menghadapi masalah dengan bersama.

G. HARAPAN KELUARGA

Harapan keluarga Tn. S adalah penyakit Ny. S segera sembuh dan masalah ekonomi keluarga mampu tercukupi, anakya mendapat pekerjaan yang tetap.

H. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik Tn. S Ny. S Sdr. I

Keadaan Umum Composmentis Composmentis Composmentis TTV :

(28)
(29)

Ekstremitas atas dan dikaki kiri & kanan

Anggota gerak

Data Fokus Diagnosa Keperawatan DS :

- Ny. S mengatakan kaki kanan dan kirinya bengkak dan luka sejak 2 bulan yang lalu

- Ny. S mengatakan bau busuk sudah berkurang

DO :

(30)

penyebab, gejala, dapat cara pencegahanya

- Ny. S mengatakan merawat lukanya dengan air hangat dan di oleskan minyak di tepi luka

DO :

- Ny. S sering menanyakan cara menurunkan gula darah

- Ny. S bingung saat ditanya penyebab, gejala, dan cara pencegahan penyakit DM

Skala untuk menentukan prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Intgritas Jaringan

No Kriteria Bobot Hasil

1

2

3

Sifat masalah

Skala : Tidak/Kurang sehat/aktual Ancaman kesehatan/resiko Keadaan sejahtera/potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah

Sebagian Tidak dapat

(31)

4

Sedang Rendah

Menjadinya masalah

Skala : Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani Masalah tidak dirasakan 2. Kurang Pengetahuan Tentang Penyakit

No Kriteria Bobot Hasil

Skala : Tidak/Kurang sehat/aktual Ancaman kesehatan/resiko Keadaan sejahtera/potensial

Kemungkinan masalah dapat diubah Skala : Mudah

Sebagian Tidak dapat

Potensial masalah untuk dicegah/diubah Skala : Tinggi

Sedang Rendah

Menjadinya masalah

Skala : Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani

(32)

Masalah tidak dirasakan 0 keperawatan selama 3x24 Jam diharapkan masalah Kerusakaan Jaringan Integritas dapat teratasi dengan kriteria hasil :

Pengukuran DESIGN :

3. Berikan perawatan luka dengan menggunakan terapi madu

4. Monitor luka dengan metode DESIGN

K. IMPLEMENTASI

No Implementasi Evaluasi

1 1. Melakukan pengkajian luka dengan metode DESIGN 2. Meminta persetujuan

diberikanya perawatan luka menggunakan terapi madu 3. Memberikan perawatan luka

DS :

- Klien mengatakan setuju diberikan perawatan luka dengan menggunakan terapi madu

(33)

dengan menggunakan terapi madu

4. Memonitor luka dengan metode DESIGN

- Terdapat luka dikaki kanan dan kiri klien

2 1. Memberikan perawatan luka dengan menggunakan terapi madu

2. Memonitor luka dengan metode DESIGN

DS : Klien mengatakan luka terasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan luka 3 1. Memberikan perawatan luka

dengan menggunakan terapi madu

2. Memonitor luka dengan metode DESIGN

(34)

L. EVALUASI

No SOAP

1 S :

- Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan luka menggunakan terapi madu

- Klien mengatakan setuju diberikan perawatan luka dengan menggunakan terapi madu

O : Pengukuran DESIGN D : 2 I : 1 P : 1 E : 2 G : 5 S : 2 N : 0

A : Masalah belum kerusakan integritas jaringan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi nomor 3 dan 4

2 S : Klien mengatakan merasa lebih nyaman setelah diberikan perawatan luka menggunakan terapi madu

O : Pengukuran DESIGN D : 2 I : 0 P : 1 E : 2 G : 5 S : 2 N : 0

A : Masalah kerusakan integritas jaringan belum teratasi P : Lanjutkan intervensi nomor 3 dan 4

(35)

O : Pengukuran DESIGN D : 2 I : 0 P : 1 E : 1 G : 5 S : 2 N : 0

(36)
(37)
(38)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian prosedur atas audit lembaga koperasi dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di

Carole Jaya mengembangkan produk olahan daging sapi berupa Dendeng Sapi sebagai salah satu cara pengawetan daging dan juga untuk meningkatkan nilai jual dari daging sapi

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pada setiap siklus dapat disimpulkan bahwa: Penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir

Hasil perhitungan rasio keserasian Kota Makassar tahun anggaran 2007-2011 yang menunjukkan masih rendahnya rasio belanja pembangunan apabila dibandingkan dengan

Terdapat 17 atribut keragaman yang digunakan pada penelitian ini yaitu atribut lokasi, tempat parkir, keramahan dan kesopanan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan penyajian

Kuliah Kerja Media (KKM) yang dilaksanakan pada tanggal 15 Pebruari hingga 15 April 2017 bertujuan untuk memenuhi Tugas Akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan, Fakultas

Adapun judul skripsi ini adalah ”Sanitasi dan Pemantauan Jentik Nyamuk pada Toilet Sekolah Dasar Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN