• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - MIA WULANDARI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - MIA WULANDARI BAB II"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi

infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

yang bermakna (Soegijanto, 2005).

(ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di

dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak

mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih

dapat terjadibaik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua

jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita daripada pria (Sudoyo

Aru,dkk 2009).

(ISK) merupakan faktor resiko yang penting pada terjadinya

insufisiensi ginjal atau stadium terminal sakit ginjal. Infeksi saluran kemih

terjadi secara asending oleh sistitis karena kuan berasal dari flora fekal

yang menimbulkan koloni perineum lalu kuman masuk melalui uretra

(Widagdo, 2012).

(ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan

bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai

infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang mencapai > 100.000 unit

koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan

(2)

Prevalensi ISK bervariasi menurut jenis kelamin dan umur.ISK dapat

menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orangtua. Pada

umumnya wanita lebih sering mengalami episode ISK daripada pria, karena

uretra wanita lebih pendek daripada pria.Namun, pada masa neonatus, ISK

lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak menjalani

sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%).Dengan bertambahnya usia

insiden ISK terbalik, yaitu pada masa sekolah, ISK pada anak perempuan

(3%) sedangkan pada anak laki-laki (1,1%). Insiden ini pada usia remaja anak

perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%. Bakteriuria asimptomatik pada

wanita usia 18-40 tahun adalah 5 sampai 6% dan angka itu meningkat menjadi

20% pada wanita usia lanjut (Purnomo, 2011).

Kesimpulan dari pengertian tentang penyakit infeksi saluran kemih di

atas yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang

bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak

pada anak perempuan dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang umur

karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak, usia remaja, dewasa dan

lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air putih dan (air

kencing susah keluar dan sedikit).

B. Klasifikasi

Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam

yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK

(3)

disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK

complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien

yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya

penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh

antibiotika.

C. Etiologi

E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,

enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk

2009).

1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

a. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )

b. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan

kandung kemih yang kurang efektif.

b. Mobilitas menurun

c. Nutrisi yang sering kurang baik

d. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

e. Adanya hambatan pada aliran darah

(4)

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli

(80% kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan

organisme yang paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini

biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag

menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,

Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus

koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya ISK di masa

kanak-kanak (Wong, 2008).

D. Anatomi Fisiologi

Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut meningkatkan

insidensi bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang sekitar

2 cm (¾ inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa

memberikan kemudahanjalan masuk invasi organism. Di samping itu,

penutupan uretra pada akhir mikturisi dapat mengembalikan bakteri

pengontaminasi ke dalam kandung kemih. Uretra laki-laki yang panjang

(sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada pria (dewasa) dan sifat antibakteri yang

di miliki oleh secret prostat akan menghambat masuk serta tumbuhnya

kuman-kuman pathogen (Wong, 2008).

E. Gambaran Klinis

Menurut Wong (2008), adapun gambaran klinis dari penyakit infeksi

(5)

1. Periode neonates (Lahir hingga usia 1 bulan)

kemampuan menyusu buru, muntah-muntah (vomitus) , berat

badan tidak bertambah, Respirasi cepat (asidosis), gawat nafas (distres

pernafasan) , pneumomediastinum atau pneumotoraks spontan, sering

berkemih, pancaran urine buruk, ikterus, kejang,dehidrasi, anomali atau

stigmata lainnya, pembesaran ginjal atau kandung kemih.

2. Periode bayi (1 bulan hingga 24 bulan)

Kemampuan menyusu buruk, muntah-muntah (vomitus), berat

badan tidak bertambah, rasa haus berlebihan, sering berkemih, mengejan

atau menjerit saat berkemih, urine berbau busuk, pucat, demam, ruam

popok persisten, serangan kejang (dengan atau tanpa demam) , dehidrasi,

pembesaran ginjal atau kandung kemih.

3. Periode Kanak-kanak (2 hingg 14 tahun)

Selera makan buruk, muntah-muntah (vomitus), gagal tumbuh, rasa

haus berlebihan, Enuresis, inkontinensia, sering berkemih, nyeri saat

berkemih, pembengkakan wajah, kejang, pucat, keletihan, adanya darah

dalam urine, nyeri abdomen atau punggung, edema, hipertensi, tetanus.

F. Patofisiologis

Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau urine bebas dari

mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat

mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media

(6)

2) hematogen seperti pada penularan M. tubercolis atau S aureus, 3) limfogen,

dan 4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi.

Sebagianbesar mikro-organisme memasuki saluran kemih melalui cara

asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal

dari floral normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina,

prepisum kemih melalui uretra-prostrat-vas deferens-testis (pada

pria)-buli-buli-ureter, dan sampai ke ginjal.

Terjadi infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan

antara mikroorganisme penyebab infeksi (uroptogen) sebagai agent dan epitel

saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh

karena pertahankan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent

meningkat (Purnomo, 2011).

G. Komplikasi

Menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :

gagal ginjal akut, urosepsis, nekrosis papilla ginjal, terbentuknya batu saluran

kemih, supurasi atau pembentukan abses, dan granuloma.

H. Penatalaksanaan Medis

Menurut ikatan dokter Indonesia IDI (2011), beberapa penatalaksaan

medis mengenai infeksi saluran kemih (ISK) antara lain :

1. Medikamentosa

Penyebab tersering ISK ialah Escherichia coli. Sebelum ada hasil

(7)

7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Jenis antibiotik dan dosis dapat

dilihat pada lampiran. Anak yang mengalami dehidrasi, muntah, atau tidak

dapat minum oral, berusia satu bulan atau kurang, atau dicurigai

mengalami urosepsis sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk rehidrasi dan

terapi antibiotik intravena.

2. Bedah

Koreksi bedah sesuai dengan kelainan saluran kemih yang

ditemukan.

3. Suportif

Selain pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan

cairan yang cukup, perawatan hygiene daerah perineum dan periuretra,

serta pencegahan konstipasi.

4. Pemantauan

Terapi

Pengobatan fase akut di mulai, gejala ISK umumnya menghilang.

Bila belum menghilang, dipikirkan untuk mengganti antibiotik yang lain.

Pemeriksaan kultur dan uji resistensi urin ulang dilakukan 3 hari setelah

pengobatan fase akut dihentikan, dan bila memungkinkan setelah 1 bulan

dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan antibiotic sesuai hasil uji

kepekaan.

5. Tumbuh kembang

ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh

kembang, sedangkan ISK kompleks bila disertai dengan gagal ginjal

(8)

I. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wong (2008), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic pada infeksi

saluran kemih (ISK) yaitu :

1. Biopsi gijal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau

perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan

mikroskop cahaya, electron, atau imunofluresen.

2. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang

ultrasonic melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di

daerah kandung kemih.

3. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati

isi skrotum dan testis.

4. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran

sempit dan analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang

tepat.

5. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril

6. Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria,

(Leukosit >5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB).

J. Penatalaksanaan Keperawatan 1. Diagnosa Keperawatan

Menurut Sudoyo (2009), adapun masalah keperawatan yang muncul pada

ISK yaitu:

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung

(9)

b. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik

pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain

d. Defisiensi pengatahuan berhubungan dengan tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d kurangnya sumber informasi

K. Intervensi

Menurut NANDA (2012), adapun rencana tindakan keperwatan yang

dilakukan yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung

kemih dan struktur traktus urinarius lain.

Tujuan : Nyeri berkurang dengan K.H:

Kriteria hasil :

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, mampu menggunakan

tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)

Intervensi :

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi.

2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

(10)

4. Berikan analgesik

5. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman (batasi pengunjung,

ciptakan suasana yang tidak berisik).

b. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal

Kriteria hasil :

1. Suhu dalam rentang normal (36-37 oC)

2. Nadi dan RR dalam rentang normal (nadi 60-100) (RR 16-24).

3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

1) Monitor suhu sesering mungkin

2) Monitor watna dan suhu kulit

3) Berikan kompre hangat

4) Berikn anti piretik

5) Kolaborasi pemberian cairan intravena

6) Tingkatkan sirkulasi udara

c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik

pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain

Tujuan : Masalah disfungsi pada eliminasi urine teratasi dengan K.H :

Kriteria hasil :

a. Kandung kemih kosong secara penuh

b. Bebas dari ISK

(11)

Intervensi

1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada

inkontinensia (misalnya output urine, pola berkemih, fungsi

kognitif, dan masalah kencing persisten)

2. Masukan kateter kemih, sesuai

3. Anjurkan pasien atau keluarga untuk merekam output urin, sesuai

4. Memantau asupan dan keluaran

5. Membantu dengan toilet secara berkala, sesuai

d. Defisiensi pengatahuan berhubungan dengan tentang kondisi,

prognosis, dan kebutuhan pengobatan b.d kurangnya sumber informasi

Tujuan : Keluarga dapat mengerti dan mengetahui tentang penyakit

yang diderita pasien dengan K.H :

Kriteria hasil :

a. Pasien dan keluarga menyatakan pengetahua tentang penyakit

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan

Intervensi

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik

2. Berikan demonstrasi tentang melakukan kompres hangat

3. Identifikasi kemungkinan penyebab

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Dempster Shafer merupakan metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit ikan nila dengan gejala-gejala

Penelitian ini menggunakan objek Susu Kental Manis Frisian Flag Gold, yang mana kemasan yang digunakan sebagai pembeda dengan perusahaan sejenis serta konsep yang digunakan

:al ini kemungkinan disebabkan kain pertama setelah proses pencelupan dan  pencucian pada saat dilakukan proses pengeringan menggunakan mesin stenter kami kurang teliti

diisolasi dengan menggunakan metode presipitasi alkohol mirip dengan yang menggunakan presipitasi aceton dan sangat berbeda dengan sifat sensori gelatin

Pd., selaku Tim Penguji Skripsi sekaligus sebagai Kepala Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Camat juga berperan sebagai kepala wilayah (wilayah kerja, namun tidak memiliki daerah dalam arti daerah kewenangan), karena melaksanakan tugas umum pemerintahan di wilayah

Penulis bersyukur atas terselesaikan skripsi ini dengan judul “Muatan Materi Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Dan Pelaksanaannya Dalam Proses Pembelajaran , Analisis Isi

Fokus wawancara adalah tentang perkembangan sekolah, usaha yang telah dilakukan kepala sekolah dalam pendayagunaan dana, sarana dan prasarana, super visi, hubungan sekolah