• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PANGEBATAN BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KEDISIPLINAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI PANGEBATAN BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Pola Asuh

a. Pengertian Pola Asuh

Orang tua hendaknya selalu memberikan kasih sayang kepada

anaknya. Yusuf (2010:37) menyatakan bahwa orang tua bertanggung

jawab untuk memberikan asuhan yang baik bagi anak mereka. Asuhan

yang baik akan mempengaruhi anak tumbuh dengan baik pula. Pola

asuh orang tua terhadap anak dipengaruhi oleh beberapa hal seperti

lingkungan sekitar. Hasan (2011:24) mengungkapkan bahwa pola asuh

yang baik serta penuh perhatian akan menjadikan seorang anak tumbuh

dengan baik, namun jika orang tua tidak terlalu perduli dengan pola

asuh anak, akan membuat seorang anak tumbuh dengan kurang baik.

Uraian di atas menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sangat penting

bagi anak, karena anak akan menjadi cerminan dari orang tua.

Pola asuh dapat diartikan seluruh cara perlakuan orang tua yang

diterapkan pada anak, bukan ditentukan oleh kebutuhan anak dan

kemampuan dari orang tuanya. Wahyuning (2003:126) menyatakan

bahwa pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang

diterapkan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua

(2)

perawatan seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong

keberhasilan dan melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan

tingkah laku umum yang diteriama oleh masyarakat. Fine dalam

Wahyuning (2003:126) menyatakan bahwa pengasuhan anak adalah

bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk menjadi

masyarakat yang baik. Pola asuh yang diharapkan ialah pola asuh yang

bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak,

melainkan kebutuhan batin seperti perhatian dan dukungan.

Pola Asuh dari orang tua adalah sarana atau kapal yang

menjadi kendaraan untuk mengkomunikasikan nilai-nilai moral pada

anak-anak. Poerwadarminta (2007:66) dalam Kamus Umum Bahasa

Indonesia mengungkapkan bahwa pola asuh adalah sebuah sistem

kerja atau bentuk struktur yang tetap, merawat dan mendidik anak atau

membimbing, membantu, melatih supaya dapat berdiri sendiri. Hasan

(2011:21) mengemukakan bahwa mengasuh anak adalah mendidik dan

memelihara anak, seperti mengurus makannya, minumnya,

pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai

dewasa.

Sikap orang tua terhadap anak merupakan bentuk pola asuh,

seberapa banyak orang tua lebih menggunakan kekuasaan dalam

mengasuh anak-anaknya untuk selalu patuh dan tunduk, atau apakah

orang tua lebih banyak memberikan kebebasan secara penuh, tidak

(3)

(2010:207) menyatakan bahwa pola asuh orang tua diapresiasi anak

sebagai undangan, bantuan, bimbingan dan dorongan untuk

membentuknya mengembangkan diri sebagai pribadi yang berkarakter

adalah orang tua yang mampu memancarkan kewibawaan pada anak.

Rahardjo (2005:32) mengungkapkan bahwa lingkungan keluarga

memiliki peran penting dalam pembentukan konsep diri seorang anak.

Anastasia dalam Rahardjo (2005:32) menyatakan pendapat bahwa

dengan melihat hal tersebut maka sikap orang tua terhadap anak akan

sangat menentukan konsep diri anak. Rahman (2014:13) menyatakan

bahwa sikap perilaku dan kebiasaan orang tua akan dilihat , dinilai, dan

ditiru anak dan secara tidak sadar akan di terima didalam pikiran,

sehingga membentuk karakter anak. Definisi-definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa orang tua yang menjadi penentu seorang anak akan

tumbuh dengan baik dan berkepribadian baik pula.

Simpulan dari uraian di atas adalah keluarga merupakan kunci

dalam mengasuh dan membimbing anak-anaknya dalam membentuk

sifat dan sikap, karena tingkah laku anak merupakan cerminan dari

tingkah laku orang tua. Orang tua harus saling bekerja sama dan

membentuk pribadi anak. Keluarga yang harmonis akan meghasilkan

pengasuhan yang baik bagi anak. Pola asuh yang baik ialah pola asuh

yang penuh dengan perhatian, karena pengasuhan orang tua dianggap

sebagai bentuk bimbingan bagi anak. Konsep diri anak ditentukan dari

(4)

Pekerjaan orang tua juga akan mempengaruhi gaya pengasuhan

anak, gaya pengasuhan tersebut akan diketahui seberapa disiplin anak

berdasarkan pekerjaan orang tua, sebagai contoh pekerjaan Buruh.

Orang tua dengan pekerjaan Buruh mempunyai lebih sedikit waktu

untuk mengurus anak, hal tersebut dapat berakibat pada anak. Anak

akan merasa kurang diperhatikan dan akan mencari perhatian di

sekolah atau di lingkungan rumahnya.

b. Macam-macam Pola Asuh

Orang tua sejatinya tidak bersikap menghukum maupun acuh

terhadap anak, seharusnya orang tua menetapkan aturan-aturan dan

bersikap hangat terhadap anak. Ormrod (2008:94) mengungkapkan

bahwa para peneliti telah mengidentifikasi berbagai macam cara pola

asuh orang tua terhadap anak. Baumrind dalam Ormrod menyatakan

bahwa pola asuh yang berbeda-beda berhubungan dengan perilaku dan

sifat kepribadian yang berbeda-beda pada anak.

1) Pengasuhan Otoritarian

Gaya pengasuhan otoritarian merupakan suatu gaya

membatasi dan menghukum yang menuntut anak untuk mengikuti

perintah-perintah orang tua dang menghormati kerja keras mereka.

Orang tua yang otoriter bahkan mungkin sering memukul anak,

menekan aturan tanpa penjelasan dan selalu menunjukan amarah

kepada anak. Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa anak

(5)

bahagia, memiliki rasa takut, tidak percaya diri saat dirinya

dibandingkan dengan orang lain, tidak mampu memulai aktivitas,

dan kemampuan komunikasinya lemah. Anak dengan pola asuh

otoriter mungkin berperilaku agresif.

Orang tua yang bersikap otoriter menjadi pendorong anak

untuk berperilaku agresif. Farrington (Shochib,2010:5)

menyatakan bahwa sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku

orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara anak

dengan orang tua dan antara ayah dan ibu, orang tua yang bercerai,

serta ekonomi lemah menjadi pendorong utama seorang anak

berperilaku agresif. Orang tua harus mengasuh anak dengan gaya

pengasuhan yang tidak memberi penekanan kepada anak sehingga

anak dapat berperilaku baik di lingkungan maupun di sekolah.

Pengasuhan otoritarian memandang penting kontrol dan

kepatuhan tanpa syarat. Orang tu mencoba membuat anak

menyesuaikan diri dengan serangkaian standar perilaku dan

menghukum mereka secara keras atas pelanggaran yang telah

dilakukannya. Hale-Benson dalam Ormrod (2008:94) meyatakan

bahwa dalam lingkungan keluarga dengan kondisi ekonomi lemah

yang serba kekurangan atau lingkungan kumuh yang penuh bahaya

di setiap sudutnya. Orang tua mungkin justru akan berbuat

kebaikan bagi anak-anaknya dengan menerapkan aturan-aturan

(6)

Kesimpulan dari pendapat di atas adalah bahwa lingkungan

menjadi satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengasuh anak,

seperti yang telah kita ketahui bahwa lingkungan sangat

mempengaruhi perilaku anak. Lingkungan yang baik akan

mempengaruhi seseorang berperilaku baik, sebaliknya lingkungan

yang tidak baik akan mempengaruhi seseorang berperilaku tidak

baik.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa gaya pengasuhan

otoritarian merupakan gaya pengasuhan yang tegas terhadap anak

mereka. Gaya pengasuhan ini akan membuat anak merasa kurang

bahagia dan kurang percaya diri saat berada di lingkungan

masyarakat maupun sekolah. Anak juga akan memiliki sifat agresif

terhadap orang lain. Anak dapat menjadi disiplin di depan orang

tua, namun dapat berperilaku tidak disiplin di belakang orang tua

mereka. Sifat agresif tersebut merupakan akibat dari sikap orang

tua yang kasar dan keras, sehingga akan membuat suasana dingin

antara anak dan orang tua.

2) Pengasuhan Otoritatif

Orang tua tipe otoritatif akan menerima dan melibatkan

anak sepenuhnya. Gaya pengasuhan ini sering kita sebut sebagai

gaya pengasuhan demokratis. Orang tua memberikan kehangatan,

bimbingan, dan komunikasi dua arah (Hasan,2011:26). Ormrod

(7)

menggunakan pola asuh otiritatif akan tumbuh dengan baik karena

perilaku mereka dianggap ideal. Anak-anak tersebut mampu

mendengarkan orang lain dengan hormat, mampu mengikuti aturan

saat memasuki masa sekolah, berusaha hidup mandiri, dan

berjuang meraih prestasi akademis. Ungkapan di atas dapat

disimpulkan bahwa seorang anak yang tumbuh dengan gaya

pengasuhan otoritatif akan tumbuh menjadi seseorang yang

berperilaku disiplin.

Pengasuhan otoritatif mendorong anak untuk mandiri

namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka.

Santrock (2007:167) mengungkapkan bahwa orang tua yang

otoritatif menunjukan kesenangan dan dukungan sebagai respons

terhadap perilaku kostruktif anak. Papalia (2010:395) menyatakan

bahwa orang tua mencintai dan menerima, tetapi juga menuntut

perilaku yang baik, dan kokoh dalam mempertahankan standar, dan

memiliki keinginan untuk menjatuhkan hukuman yang bijaksana

dan terbatas ketika memang hal tersebut dibutuhkan, dalam

konteks hubungan yang hangat dan suportif.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan gaya

otoritatif merupakan gaya pengasuhan yang paling ideal digunakan

oleh orang tua dalam mengasuh anak. Orang tua membawa

pengasuhan anak dalam kehangatan sebuah keluarga. Anak dengan

(8)

menghormati orang lain dan mampu menaati peraturan yang ada.

Hukuman yang digunakan dalam pengasuhan tersebut ialah

hukuman yang bijaksana bagi anak. Hukuman tersebut akan

berdampak baik pada anak saat berada di lingkungan sekolah, anak

akan berperilaku disiplin, patuh terhadap guru, saling menghormati

dan dapat berprestasi dengan baik.

3) Pengasuhan Permisif

Pengasuhan gaya permisif ialah gaya pengasuhan orang tua

yang sangat terlibat dalam kehidupan anak, namun tidak terlalu

menuntut atau mengontrol anak. Santrock (2007:167) menyatakan

bahwa orang tua membiarkan anak melakukan apa yang mereka

inginkan, alhasil anak tidak pernah belajar mengendalikan

perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan

keinginannya. Papalia (2010:395) mengungkapkan bahwa orang

tua dengan gaya permisif mengomunikasikan tentang keputusan

dan kebijakan kepada anak-anak. Anak cenderung menjadi tidak

dewasa serta sangat kurang control diri dan eksplorasi, dengan kata

lain seorang anak dengan gaya pengasuhan permisif akan tumbuh

menjadi anak yank manja, tidak patuh, agresif, kurang mandiri,

kurang disiplin, ingin menang sendiri, pemalu dan tidak mudah

bergaul.

Orang tua dengan pengasuhan permisif akan mendorong

(9)

dan Martin dalam Santrock (2002:258) menyatakan bahwa

pengasuhan permisif terjadi dalam dua bentuk. Pertama

pengasuhan yang permissive-indifferent, ialah suatu gaya

pengasuhan orang tua yang sangat tidak terlibat dalam kehidupan

anak. Kedua pengasuhan yang permissive-indulgent, ialah suatu

gaya pengasuhan orang tua yang sangat terlibat dalam kehidupan

anak-anak tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap

mereka.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa orang tua dengan

gaya pengasuhan permisif membebaskan anak dalam melakukan

sesuatu yang anak sukai. Anak yang tumbuh dengan gaya

pengasuhan tersebut akan cenderung menjadi anak yang manja,

akibatnya anak dapat menjadi kurang mandiri, malu dan tidak

percaya diri. Anak dengan gaya pengasuhan permisif akan menjadi

anak yang acuh, kurang bertanggung jawab, dan berperilaku

kurang disiplin.

Simpulan uraian di atas ialah bahwa orang tua dalam

pengasuhan acuh tak acuh tidak begitu perduli pengasuhan anak. Anak

akan bahwa dirinya tidak dipedulikan, hal tersebut dapat membuat

anak merasa rendah diri dan bertingkah seperti anak kecil. Anak

dengan pengasuhan tersebut biasanya terjadi karena kedua orang tua

mereka yang sibuk bekerja, karena itu orang tua tidak mengetahui

(10)

Maccoby dan Martin dalam Santrock (2007:168)

mengungkapkan bahwa keempat klasifikasi pengasuhan tersebut

melibatkan kombinasi antara penerimaan dan sikap responsif di satu

sisi serta tuntutan dan kendali di sisi. Hart dalam Santrock menyatakan

bahwa pengasuhan otoritatif merupakan gaya yang paling ideal,

karena:

1) Orang tua yang otoritatif menerapkan keseimbangan yang tepat

antara kendali dan otonomi, sehingga member anak kesempatan

untuk membentuk kemandirian sembari memberikan standar,

batas, dan panduan yang dibutuhkan anak.

2) Orang tua yang otoritatif lebih cenderung melibatkan anak dalam

kegiatan memberi dan menerima secara verbal dan

memperbolehkan anak mengutarakan pandangan anak. Jenis

diskusi keluarga ini membantu anak memahami hubungan sosial

dan apa yang dibutuhkan untuk menjadi orang yang berkompeten

secara sosial.

3) Kehangatan dan keterlibatan orang tua yang diberikan oleh orang

tua yang otoritatif membuat anak lebih bisa menerima pengaruh

orang tua.

Pola asuh orang tua akan berpengaruh terhadap perilaku

disiplin anak di sekolah. Kaitan pola asuh dengan perilaku disiplin

(11)

tua memegang peran penting dalam perilaku disiplin siswa yang

nantinya akan mempengaruhi proses belajar anak di sekolah.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa pengasuhan otoritatif

merupakan gaya pengasuhan yang sangat ideal bagi anak-anak. Anak

dengan gaya pengasuhan otoritatif diberikan kesempatan untuk

melakukan kemandirian diri, namun dengan batasan tertentu.

Pengasuhan otoritatif juga dikenal sebagai pengasuhan demokratis,

karena pada pengasuhan tersebut anak dilibatkan dalam diskusi

keluarga dan diperbolehkan untuk mengutarakan pendapat yang akan

membuat anak lebih berani dan dapat bergaul di lingkungan

masyarakat nantinya.

2. Disiplin

Anak memerlukan disiplin untuk memenuhi kebutuhan tertentu

dalam perkembangannya. Mustari (2014:36) menyatakan bahwa disiplin

diperlukan ketika seseorang mempunyai cita-cita. Disiplin adalah kata

kunci kemajuan dan kesuksesan, bukan hanya untuk prestasi, jabatan,

harta, kemampuan, dan lain-lain. Disiplin juga diperluakan untuk sekedar

hobi, terciptanya disiplin harus dari kesadaran anak itu sendiri. Disiplin

sangat penting di dalam lingkungan sekolah, karena belajar mengajar

dapat berlangsung baik dengan adanya perilaku disiplin dari para

penghuninya.

Disiplin dan “disciple” berasal dari kata yang sama, yaitu seorang

(12)

Orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid

yang belajar dari orang tua dan guru untuk hidup yang berguna dan

bahagia. Disiplin merupakan cara masyarakat mengajarkan anak perilaku

moral (Hurlock,1978:82). Orang tua tidak mau cukup berusaha untuk

menanamkan disiplin, hal tersebut akan membuat hubungan orang tua

dengan anak sulit dan tidak menyenangkan.

Disiplin diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut

standar yang ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak.

Kemendiknas (2010:33) berpendapat bahwa disiplin merupakan tindakan

yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan. Hurlock (1987:84) terdapat empat unsur pokok disiplin yaitu:

peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut

dan dalam cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya,

hukuman untuk pelanggaran peraturan, dan penghargaan untuk perilaku

yang baik yang sejalan dengan peraturan yang berlaku. Disiplin menurut

Zuriah (2008:69) ialah sikap dan perilaku sebagai cerminan dan ketaatan,

kepatuhan, ketertiban, kesetiaan, ketelitian, dan keteraturan perilaku

seseorang terhadap norma dan aturan yang berlaku.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa disiplin merupakan suatu

hal yang penting bagi seorang anak. Disiplin sangat dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari seperti disiplin mandi, disiplin makan, disiplin tidur.

Sikap disiplin seseorang dapat dibentuk, tergantung cara orang tua mereka

(13)

memanjakan anak, sehingga hal tersebut dapat membuat anak tumbuh

menjadi kurang disiplin.

Hurlock (1987:92) berpendapat bahwa ada tiga cara menanamkan

disiplin yaitu:

a) Cara Mendisiplin Otoriter

Teknik cara mendisiplin otoriter ialah mencakup hukuman

yang berat bila terjadi kegagalan memenuhi standar dan sedikit, atau

sama sekali tidak ada persetujuan, pujian atau tanda-tanda penghargaan

lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan. Disiplin otoriter

selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk

hukuman, terutama hukuman badan.

b) Cara Mendisiplin Permisif

Disiplin permisif berarti sedikit disiplin atau tidak berdisiplin.

Disiplin permisif biasanya tidak membimbing anak ke pola perilaku

yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan hukuman. Orang

tua menganggap kebebasan sama dengan laissez-faire, membiarkan

anak meraba-raba dalam situasi yang tersulit untuk ditanggulangi oleh

anak itu sendiri tanpa bimbingan atau pengendalian.

c) Cara Mendisiplin Demokratis

Disiplin cara demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan

penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu

diharapkan. Penjelasan seperti saat anak melanggar peraturan atau

(14)

mengingatkan anak kepada aturan-aturan yang telah anak buat dengan

orang tua. Diskusi seperti melibatkan anak saat orang tua membuat

aturan dan penerapan aturan tersebut, misalnya bertanya apa yang anak

inginkan jika prestasinya meningkat dan apa hukuman yang akan anak

terima jika prestasinya menurun. Penalaran seperti saat melarang anak

melakukan sesuatu orang tua harus menyertakan alasan yang mudah

diterima anak, misalnya “Kamu tidak boleh menonton TV lagi, karena

sekarang waktunya belajar”. Metode ini lebih menekankan aspek

edukatif dari disiplin dari pada aspek hukumannya. Disiplin

demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan

penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah

keras dan biasanya tidak berbetuk hukuman badan.

Tiga cara mendisiplin di atas dapat diketahui bahwa peran pola

asuh orang tua sangat penting. Orang tua dituntut untuk dapat mengawasi

dan membimbing anak mereka. Orang tua harus senantiasa mengawasi

perilaku anak terlebih lagi perilaku disiplin di sekolah, lingkungan, dan

rumah. Pola asuh sangat berperan penting dalam perkembangan perilaku

disiplin anak, semakin baik pola asuh yang diterapkan orang tua kepada

anak, semakin baik pula perilaku disiplin anak di sekolah.

Simpulan dari uraian di atas ialah bahwa terdapat tiga cara

mendisiplin yaitu cara mendisiplin otoriter, cara mendisiplin permisif, dan

cara mendisiplin demokratis. Disiplin otoriter ialah disiplin yang

(15)

permisif ialah bentuk disiplin yang memberikan kebebasan kepada anak

untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Disiplin demokratis ialah

disiplin dengan menggunakan diskusi dalam penyelesaiannya,

penghargaan lebih diutamakan pada didiplin demokratis.

3. Prestasi Belajar

Anak sangat membutuhkan bimbingan dan dukungan orang tua

untuk meningkatkan prestasi belajarnya di sekolah. Hasan (2011:20)

mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan dalam pendidikan, anak

akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti dengan perbaikan

sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional. Arifin ( 2013: 12)

menjelaskan bahwa prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie”, yang

kemudian dalam bahasa Indonesia di artikan menjadi “prestasi” yang

berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia (Poerwadaminta,1976:768) ialah prestasi diartikan sebagai hasil

yang telah di capai, sedangkan belajar di artikan sebagai berusaha supaya

mendapatkan sesuatu kepandaian. Pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar di peroleh oleh seseorang setelah ia melakukan

sebuah uasaha yaitu belajar. Prestasi seseorang bergantung dari cara orang

tua mendidik anak.

Prestasi belajar yang baik dapat tercermin dari seberapa disiplin

seseorang dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Arifin (2013:12)

menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk

(16)

1) Prestasi belajar sebagai indicator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai peserta didik.

2) belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi

pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

dapat dijadikan indicator tingkat kesuksesan peserta didik di

masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus

utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang

diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Fungsi di atas menjelaskan bahwa sangat penting bagi kita untuk

memahami prestasi belajar seorang anak, karena prestasi belajar tidak

hanya digunakan sebagai indikator keberhasilan bidang studi saja, tetapi

juga sebagai indikator kualitas intitusi pendidikan. Prestasi belajar ini

sangat bermanfaat bagi guru sebagai umpat balik dalam pelaksanaan

proses pembelajaran.

Orang tua dan guru harus selalu berdampingan dalam

meningkatkan prestasi belajar anak. Hamdani (2011:139) menyebutkan

(17)

dari dalam diri siswa tersebut, seperti kecerdasan, faktor jasmaniah, sikap,

minat dan bakat siswa. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar

diri siswa. Faktor eksternal di bagi menjadi dua bagian yaitu lingkungan

sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial berupa guru, kepala

sekolah, teman sekelas, rumah, alat belajar dan lain sebagainya.

Sedangkan lingkungan nonsosial berupa gedung, tempat tinggal dan waktu

belajar. Slameto dalam Hamdani (2011:143), menjelaskan bahwa faktor

ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah keluarga,

keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Terlihat dari uraian di atas bahwa keluarga dalam hal ini orang tua,

dapat mempengaruhi prestasi belajar anak di bidang akademik. Keluarga

merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak. Keluarga

yang harmonis dapat membantu keberhasilan proses belajar anak. Anak

akan merasa nyaman sehingga dapat membuat anak terdorong untuk lebih

disiplin belajar, karena itu orang tua harus benar-benar memperhatikan

pola asuh terhadap anak mereka. Pola asuh yang baik dapat memberikan

motivasi kepada siswa untuk dapat bersikap disiplin dalam segala hal.

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian tentang pola asuh telah dilakukan, diantaranya:

Rahardjo (2005) tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Prestasi

Belajar dengan Konsep Diri pada Siswa SD Al-Irsyad I Purwokerto”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dan

prestasi belajar dengan konsep diri siswa SD Al-Irsyad 1 Purwokerto. Dari

(18)

product moment r = 0,618 dengan p = 0,000. Diperoleh data ada dua jenis pola

asuh dominan yaitu 80 siswa mendapatkan nol pola asuh demokratis (58%)

dan 58 siswa (42%) mendapatkan pola asuh yang tak terbedakan(campuran).

Penelitian lain oleh Rahmania dan Putra (2006) tentang “Hubungan

Antara Persepsi terhadap Pola Asuh Otoriter Orang tua dengan

Kecenderungan Pemalu (Shynes) pada Remaja Awal”, dari penelitian tersebut

diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh

otoriter orang tua dengan kecenderungan pemalu (shynes). Kedua variabel

tersebut memiliki korelasi yang positif, yang artinya semakin besar persepsi

remaja awal terhadap pola asuh orang otoriter orang tua maka akan semakin

besar pula kecenderungan shyness yang akan mereka alami.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian lainnya ialah, jika dalam

penelitian Rahmania dan Putra ditemukan adanya hubungan antara persepsi

terhadap pola asuh otoriter orang tua terhadap kecenderungan pemalu.

Sedangkan pada penelitian Rahardjo ditemukan dua jenis pola asuh yang

dominan yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh terbedakan, pada penelitian

ini akan dicari pengaruh pola asuh orang tua terhadap kedisiplinan dan prestasi

belajar siswa.

C. KERANGKA PIKIR

Orang tua memainkan peran penting dalam upaya membentuk

kepribadian anak. Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat

penting bagi perkembangan para anak. Fungsi dasar keluarga adalah

(19)

menyatakan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk memberikan asuhan

yang baik bagi anak. Pola asuh menurut Wiwit (2003:126) ialah seluruh cara

perlakuan orang tua yang diterapkan pada anak. Orang tua mempunyai

peranan sangat penting bagi tumbuh kembangnya anak sehingga menjadi

seorang pribadi yang sehat, cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia.

Pengasuhan anak menunjuk kepada pendidikan umum yang diterapkan

pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi antara orang tua

(pengasuh) dengan anak (yang diasuh). Interaksi tersebut mencakup perawatan

seperti mencukupi kebutuhan makanan, mendorong keberhasilan dan

melindung, maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang

diteriama oleh masyarakat. Pengasuhan anak menurut Fine dalam Wiwit

(2003:126) merupakan bagian penting dan mendasar, menyiapkan anak untuk

menjadi masyarakat yang baik.

Peranan orang tua bagi pendidikan anak di sekolah adalah memberikan

dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti pendidikan agama,

budi pekerti, sopan santun, perilaku disiplin, estetika, kasih saying, rasa aman,

dasar-dasar untuk mematuhi peraturan, dan menanamkan

kebiasaan-kebiasaan. Hasan (2011:20) mengungkapkan bahwa orang tua yang berperan

dalam pendidikan, anak akan menunjukan peningkatan prestasi belajar, diikuti

dengan perbaikan sikap, kedisiplinan, stabilitas sosioemosional.

Disiplin merupakan sikap yang semestinya dimiliki seorang anak dalai

kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun di rumah. Sikap disiplin dapat

di bentuk sejak dini pada anak. Sikap disiplin juga di perlukan anak dalam

(20)

melakukan sebuah usaha yaitu belajar. Belajar tidak dapat meningkatkan

prestasi belajar apabila belajar tersebut tidak dilakukan secara disiplin.

Adapun skema kerangka berpikir yang peneliti rumuskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka dirumuskan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap

kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap

prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap

kedisiplinan siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan.

4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap

prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri Pangebatan. POLA ASUH

ORANG TUA (X)

PRESTASI BELAJAR SISWA

(Y2) KEDISIPLINAN

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu gerak yang dominan dalam permainan sepak bola adalah menendang bola. Menendang bola adalah mengoperkan bola ke teman seregu dengan tepat, sehingga bola mudah diterima oleh

Analisis akan relasi pragmatis dari suatu ornamen dan ragam hias dengan cara bekerjanya dalam sistem tanda sebagai bahasa rupa dari berbagai sampel dari era

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah biaya produksi,penerimaan dan keuntungan usaha pupuk organik CV Agroniaga Mandiri Kecamatan Bintauna Kabupaten Bolaang

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dianalisis, terdapat 3 variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan kejadian

adalah untuk lebih mendalami pribadi anak, merangsang kecerdasan, dan mengasah bakat anak. Pola interaksi pembelajaran yang baik di TK dimaksudkan untuk lebih

Orang yang menyakini allah memiliki sifat al-akhir akan menjadiakn allah sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup selainnya, tidak ada permintaan kepada selainnya,

Alhamdulillah, Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Pemberi Petunjuk yang telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

activity of ceria-promoted Ni catalyst supported on powder alumina (96%) was quite close to the equilibrium CO conversion (99.6%) at the same temperature (250 ° C) and CO/S molar