• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS - Dewi Lestari BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI MEDIS - Dewi Lestari BAB II"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

A. TINJAUAN TEORI MEDIS

1. Kehamilan

a. Definisi

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa

dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, dan

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan

(Prawiroharjo,2009; h. 213). Menurut Saifuddin (2009; h. 89) masa

kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lairnya janin, lamanya

adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

fertlisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum sampai

lahirnya janin, dan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan 7

hari.

b. Pembagian kehamilan dan kunjungan antenatal

Menurut Saifuddin (2009; h.89) kehamilan dibagi menjadi 3,

yaitu:

1) Triwulan I

Dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.

Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan

(2)

a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas

kesehatan dan ibu hamil.

b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

c) Melakukan tindakan pencegahan seperi tetanus

neonatorum, anemia, penggunaan praktek tradisional yang

merugikan.

d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk

menghadapi komplikasi.

e) Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan

,istirahat, dan sebagainya).

2) Triwulan II

Dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan

Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan

antenatal, terutama pada trimester II perlu didapatkan informasi

yang sangat penting,yaitu:

1) Sama dengan Trimester I.

2) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu

mengenai gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah,

evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria.

3) Triwulan III

Dimulai dari bulan ke 7 smapai bulan ke 9.

Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan

(3)

1) sama dengan Trimester II.

2) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada

kehamilan ganda.

3) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang

memerlukan kelahiran di rumah sakit.

c. Tanda dan gejala

Manuaba (2010; h. 107-109) menjelaskan tanda-tanda

kehamilan dibagi menjadi tanda dugaan hamil dan tanda pasti

hamil.

1) Tanda dugaan hamil

a) Amenorea (terlambat datang bulang)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan ovulasi.

b) Mual dan muntah(emesis)

Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan

pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

c) Ngidam

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginann yang demikian disebut ngidam.

d) Pingsan

Jika berada ditempat-tempat ramai dan sesak,seorang

(4)

e) Payudara tegang

Pengaruh estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin

menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

f) Sering miksi

Desakan rahim kedepan menyebabkan rahim terasa

penuh.

g) Konstipasi atau obstipasi.

Pengaruh progesteron dapat menghambat gerak

peristaltik usus.

h) Pigmentasi kulit

Keluarnya melanophore stimulating hormon,

menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi (kloasma

gravidarium), pada dinding perut (striae livida, striae nigra

dan linea alba makin hitam), dan sekitar payudara

(hiperpigmentasi aerola).

i) Pemekaran vena-vena (Varises)

Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya akan

muncul pada triwulan akhir (Mochtar, 2011; h.35).

2) Tanda pasti hamil

a) Gerakan janin dalam rahim.

(5)

c) Denyut jantung janin terdengar dengan stetoskop laenec,

alat kardiotokografi, alat doppler.

d) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen

(Mochtar, 2011; h.36).

d. Perubahan fisiologis dalam kehamilan

1) Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau

beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofit dan hiperplasia,

sehingga beratnya menjadi 3000 gram pada saat akhir

kehamilan (Manuaba, 2010; h.85).

2) Serviks

Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih

lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan

vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluhuh serviks

(Prawiroharjo, 2009; h.177).

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel juga akan ditunda. Folikel ini akan berfungsi

6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang minimal

(Prawiroharjo,2009; h.178).

4) Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

(6)

merah dan kebiru-biruan yang sering dikenal tanda chadwicks

(Manuaba, 2010; h.92).

5) Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan,kusam,dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha (Prawiroharjo, 2009;

h.179).

6) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan pemberian ASI pada saat laktasi.

Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen,

progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h.92).

e. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan

1) Nausea

Nausea adalah muntah-muntah yang sering terjadi pada

siang atau sore hari (Varney, 2007; h.536).

Penatalaksanaan Nausea menurut Varney (2007; h.573)

a) Makan porsi kecil tetapi sering.

b) Makan biskuit atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat

tidur dipagi hari.

c) Jangan menyikat gigi anda segera setelah selesai makan,

untuk menghindari stimulasi reflek gag.

(7)

Petialisme disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam

mulut atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi

kelenjar saliva yang berlebihan. Biasanya dapat juga

mengalami mual (Varney, 2007; h.537).

3) Kram kaki

Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah,

kurangnya makanan, sehingga terdapat perubahan

keseimbangan elektrolit dengan kalsium, kalium dan natrium

yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan pada

darah dan cairan tubuh (Manuaba,2010; h.228).

Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari kram

kaki, yaitu:

a) Meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya.

b) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.

c) Anjurkan diet yang mengandung kalsium dan pospor.

4) Varises

Varises sering dijumpai di sekitar vulva, vagina, paha, dan

terutama tungkai bawah. Kejadian varises disebabkan oleh

faktor keturunan, faktor multipara, faktor hormon estrogen dan

progesteron selama hamil (Manuaba, 2010; h.228).

Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari

varises, yaitu:

a) Gunakan kaoskaki penyongkong atau kaoskaki yang

(8)

b) Hindari menggunakan pakaian yang ketat.

c) Sediakan waktu istirahat, dengan kaki dielevansi secara

periodik sepanjang hari.

5) Peningkatan frekuansi berkemih

Peningkatan frekuansi berkemih disebabkan oleh

peningkatan berat pada fundus uterus yang menimbulkan

tekanan pada kandung kemih (Varney,2007; h.538).

Menurut Kuswanti (2014; h.128) sering buang air kencing dapat

ditangani dengan cara sebagai berikut:

a) Perbanyak minum pada siang hari.

b) Batasi minum teh, kopi dan soda.

c) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.

d) Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia,kecuali

jika nokturia sangat mengganggu tidur diamalam hari.

6) Nyeri punggung bagian atas

Nyeri punggung bagian atas disebabkan karena adanya

peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara

menjadi berat (Varney,2007; h.538).

7) Hiperventilasi dan sesak nafas

Uterus mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan

pada diagfragma (Varney,2007; h.543).

Menurut Varney (2007; h.543) Hiperventilasi dan sesak

(9)

a) Anjurkan wanita berdiri dan meregangkan lengannya di atas

kepala secara berkala dan mengambil nafas dalam.

b) Anjurkan untuk mempertahankan postur tubuh yang baik,

jangan menjatuhkan bahu.

f. Komplikasi

1) Mola Hidatidosa

Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai

dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio

setelah fertilisasi (Yulaikhah, 2009; h 90).

2) Hyperemesis Gravidarum

Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah

berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan

sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena

terjadi dehidrasi. (Mochtar, 2011; h.141).

3) Preeklamsia

Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang

timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang

terdiri atas trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema,

kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. (Yulaikhah,

2009; h.95).

4) Abortus

Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum

(10)

Menurut Mochtar (2011; h.151) abortus dibagi menjadi 5,

diantaranya yaitu :

a) Abortus imminens

Menurut Mochtar (2011; h.151) abortus imminens

adalah keguguran mengancam,keguguran belum terjadi

sehingga kehamilan dapat dipertahankan.

b) Abortus insipien

Menurut Mochtar (2011; h. 151-152) abortus insipien

adalah proses keguguran yang sedang berlangsung.

Sedangkan menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus

insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang

ditandai dengan servik mendatar dan ostium uteri

membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih berada dikavum

uteri dan dalam proses pengeluaran. Dari definisi tersebut

dapat disimpulkan bahwa abortus insipiens adalah proses

keguguran yang sedang berlangsung dengan ditandai

adanya serviks mendatar dan ostium uteri membuka, akan

tetapi hasil konsepsi masih berada di kavum uteri.

c) Abortus inkompletus

Menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus

inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar

dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Sedangkan

(11)

tertinggal adalah desidua atau plasenta. Dari definisi diatas

dapat disimpulkan bahwa abortus inkompletus adalah

pengeluarah sebagian hasil konsepsi dan plasenta masih

tertinggal.

d) Abortus kompletus

Menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus kompletus

adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri

pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin

kurang dari 500 gram. Sedangkan menurut Mochtar (2011;

h. 152) abortus kompletus adalahseluruh hasil konsepsi

telah dikeluarkan (fetus dan desidua), sehingga rongga

rahim kosong. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi (fetus dan

desidua) telah keluar dari kavum uteri.

e) Missed abortion

Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang

telah mati masih berada di dalam rahim (Mochtar, 2011;

h.152).

5) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di

sekitar segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Yulaikhah, 2009;

h 109).

(12)

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum

waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan lebih dari

28 minggu (Yulaikhah, 2009; hal.113).

7) Ketuban Pecah Dini (KPD)

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda

persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda

persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi

Rahim disebut periode laten (Yulaikhah, 2009; h.116).

g. Kebijakan program dan kebijakan teknis

1) Kebijakan program

Menurut Saifuddin (2009; h.90; 2010; h. N-2) kunjungan

antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama

kehamilan, yaitu:

a) Satu kali pada triwulan pertama.

b) Satu kali pada triwulan kedua.

c) Dua kali pada triwulan ketiga.

Menurut Saifuddin (2009; h.90) pelayanan atau asuhan standar

minimal, yaitu:

a) (Timbang) berat badan.

b) Ukur (Tekanan) darah.

c) Nilai status gizi (nilai lengan atas) (sulistiyawati, 2011;

h.121).

(13)

e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

(sulistiyawati, 2011; h.121).

f) Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap.

g) Pemberian tablet zat besi, minimun 90 tablet selama

kehamian.

h) Tes terhadap penyakit menular seksual.

i) Tata laksanaan kasus (Sulistiyawati,2011;h 121).

j) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.

2) Kebijakan teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau

komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil

memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

Menurut Saifuddin (2009; h.90) penatalaksananan ibu hamil

secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai

berikut:

a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.

b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan

penatalaksananan awal serta rujukan bila diperlukan.

c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

d) Perencananan antisipatif dan pesiapan dini untuk

melakukan rujukan bila terjadi komplikasi.

2. Persalinan

(14)

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta) yang telah cukup bulan atau yang telah dapat hidup

diluar kandungan,melalui jalan lahir atau jalan lain,dengan bantuan

atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) ( Manuaba, 2010; h.164).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

+ uri) yang dapat hidup didunia luar,dari rahim melalui jalan lahir

atau dengan jalan lain (Mochtar, 2011; h.15). Persalinan adalah

proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus ibu (JNPK-KR, 2014; H.37). Persalinan adalah rangkaian

proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu

(Varney, 2007; h.672). Persalinan adalah proses membuka dan

menipisnya serviks dan janin turun kejalan lahir (Saifuddin, 2009;

h.100).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah

proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin, plasenta dan

selaput ketuban yang dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain.

b. Tanda persalinaan

Menurut Manuaba (2010; h.169) terdapat tanda-tanda

persalinan diantaranya, yaitu:

1) Adanya his yang makin sering terjadi dan teratur dengan jarak

kontraksi yang semakin pendek.

(15)

4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan servik

(perlunakan servik, pendataran servik, dan terjadi pembukaan

servik).

c. Mekanisme Persalinan normal

1) Engagement

Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat

persalinan dimulai kepala masuk PAP,umumnya dengan

presentasi bipariental (Hidayat, 2010; h.23).

2) Desent

Penurunan kepala janin, kepala turun kedalam rongga

panggul, akibat dari his didaerah fundus kearah

bokong,tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut

dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan

tegang(Hidayat, 2010; h.24).

3) Fleksi

Pada umumnya terjadi fleksi sempurna sehingga sumbu

panjang kepala sejajar sumbu panggul. Fleksi adalah kepala

janin fleksi, dagu menempel ketoraks, posisi kepala berubah

dari oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter

suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Hidayat, 2010;

h.24).

4) Rotaksi internal

Putar paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran

(16)

membawa kepala melewati distansia spinarum dengan

diameter biparientalis (Hidayat, 2010; h.26).

5) Ekstensi

6) Rotasi eksternal

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala

keposisi pada saat engagement (Hidayat, 2010; h.27).

7) Ekspulsi

Setelah putar paksi luar, bahu depan diawah simfisis menjadi

hipoklomion kelahiran bahu blakang, bahu depan dan diikuti

seluruh badan (Hidayat, 2010; h.31).

d. Tahap persalinan

1) Kala I

Menurut JNPK-KR (2014, h.38) Kala I persalinan dimulai

sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat

(frekuansi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap.

Menurut Mochtar (2011, h.71) kala I persalinan ditandai dengan

keluar lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks

mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

Sedangkan menurut Saifuddin (2009; h.100) kala I persalinan

dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap

(10 cm).

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala I

(17)

yang menyebabkan keluarnya lendir bercampur darah, hingga

pembukaan lengkap.

Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu:

a) Fase laten

(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

(2) Berlangsung hingga serviks membuka kurag dari 4cm.

(3) Pada umumnya berlangsung antara 6 hingga 8 jam.

b) Fase aktif

Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan

lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan

rata-rata 1 cm perjam pada nulipara atau primigravida dan lebih

dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multipara.

Menurut Mochtar (2011; h.71) fase aktif dibagi menjadi 3,

yaitu:

(1) Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm.

(2) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat sehingga menjadi 9 cm.

(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2

jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).

Menurut JNPK-KR (2014; h.49. h.53) Asuhan yang

dilakukan pada Kala I yaitu:

(18)

b) Memberikan cairan dan nutrisi.

c) Membantu pengaturan posisi ibu pencegahan infeksi

d) Bila sudah memasuki fase aktif pantau DJJ, Kontraksi,nadi

setiap 30 menit.

e) Bila sudah memasuki fase aktif pantau pembukaan sevik,

penurunan kepala, tekanan darah dan temperatur tubuh,

kandung kemih setiap 4 jam.

2) Kala II

Kala II adalah dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)

sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung selama 2

jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida.

(Saifuddin,2009; h.100).

Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks

(10 cm), dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari

jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR, 2014;

h.73). Kala II persalinan adalah kala pengeluaran janin sewaktu

uterus dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan

mendorong janin keluar hingga lahir (Mochtar, 2011; h.71). Dari

definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala II persalinan

dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.

a) Tanda kala II persalinan

Menurut JNPK-KR (2014, h. 73) tanda-tanda kala II

(19)

(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rektum atau vagina.

(3) Perineum menonjol

(4) Vulva dan sfingter ani membuka

(5) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

(6) Pembukaan serviks telah lengkap

(7) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus

vagina.

3) Kala III

Kala III dalam persalinan Dimulai segera setelah bayi lahir

sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit. (Saifuddin,2009; h.101). Sedangkan menurut JNPK-KR

(2014; h.91) kala III dalam persalinan dimulai setelah bayi lahir

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala III dimulai

dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

a) Menurut JNPK-KR (2014, h.91-92) tanda-tanda

lepasnya plasenta yaitu

(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

(2) Tali pusat memanjang.

(20)

4) Kala IV

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

pertama postpartum (Saifuddin,2009; h.101). Menurut

JNPK-KR (2014; h.91) Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan

berakhir 2 jam setelah itu.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala IV dalam

persalinan dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir 2 jam

setelah itu.

Selama kala IV memantau ibu setiap 15 menit pada jam

pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit menit

dijam kedua setelah persalinan (Saifuddin,2009; h.118).

e. Asuhan Persalinan Normal

Menurut Prawiroharjo (2009; h.341-347) terdapat 60 langkah

asuhan persalinan normal, yaitu:

Melihat tanda dan gejala kala dua

1) Mengamati tanda dan gejala kala dua

a) Ibu mempunyai keinginan untuk mengejan.

b) Ibu merasa tekanan semakin meningkat pada rektum

dan/atau vagina.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal terbuka.

(21)

2) Memastikas perlengkapan, bahan,dan obat-obat esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan

menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,

mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan

mengeringkan dengan handuk satu kali pakai ayau pribadi yang

bersih.

5) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk setiap kali

pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan

menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau

steril)dan meletakan kembali dipartus set/wadah desinfeksi

tingkat tinggi atau steril, tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik.

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan

hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau

kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika

mulut vagina, perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,

membersihkan dengan cara seksama dengan cara menyeka

dari depan kebelakang.Membuang kapas atau kasa yang

terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung

(22)

tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, langkah

# 9).

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah

lengkap, Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan

pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan

tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam

larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskanya dalam

keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin

0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)

10) Memastikan Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi

berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

(100-180 kali/menit).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ,

dan semua hasil-hasil penilaian dan asuhan lainnya pada

partograf.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses

pimpinan meneran

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan

janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman

(23)

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan meneran.

Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu

serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan

mendokumentasikan temuan temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka

dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat

ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah

duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai

keinginan untuk meneran.

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk

meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai

pilihanya (tidak memonta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

(24)

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segeran dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu

primipara atau 60 menit (1jam) untuk ibu multi para, merujuk

segera, jika ibu tidak mempunyai keingina untuk meneran.

i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau

mengambil posisi yang aman jika belum ingin meneran

dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada

puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di

antara kontraksi.

j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi

segera setelah 60 mrnit meneran, merujuk ibu dengan

segera .

Persiapan Pertolong Kelahiran Bayi.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakan handuk bersih dia atas perut ibu untuk mengeringkan

bayi.

15) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong

ibu.

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi.

Lahirnya Kepala.

(25)

letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan

yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,

membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu

untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala

lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan

kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).

20) Memerika lilitan tali puasat dan mengambil tindakan yang

sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera

proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan

lewat bagian atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya

di dua tempat dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

Lahir Bahu.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan

tangan di masing-masing sisi muka bayi, menganjurkan ibu

untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut

menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu

anterior muncul dibarah arkus pubis dan kemudian menarik ke

(26)

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai

kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perenium,

membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut,

mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati

perenium, gunakan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi

saat dilahirkan,Menggunakan tangan anterior (bagian atas)

untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat

keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada

di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menjaga

saat punggung kaki terlahir.Memegang kedua mata kaki bayi

dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.

Penanganan Bayi Baru Lahir.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian

meletakan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,

meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi

mengalami asfiksia,lakukan resusitasi. (lihat bab 26 resusitasi

neoratus).

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk

dan membiarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan

oksitosin/i.m. (lehiat keterangan dibawah ini).

(27)

arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama

(ke arah ibu).

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan

kering,menutupi bagian kepala,membiarkan tali pusat

terbuka,jika cinta mengalami kesulitan bernapas,ambil tindakan

yang sesuai.

30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu

menghendakinya.

Oksitosin

31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi

abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi

kedua.

32) Memberitahi kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu

bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali.

34) Memindahkan klem pada tali pusat.

35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat

(28)

palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali

pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan

penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah

uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakan

( dorso kersinal) dengan hati-hati untuk membantu terjadinya

inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga

kontraksi berikut mulai.

a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang

anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

Mengeluarkan Plasenta

37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil

menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas,

mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan

berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga

berjarah 5-10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan

tali pusat selama 15 menit

c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.

(29)

e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

f) Memulai penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir pada waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi.

38) Jika plasenta terlihat di intosius vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang

plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut

perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan

disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan

serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan

atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril

untuk melepaskan bagian slaput yang tertinggal.

Pemijat Uterus.

39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut

hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

Menilai Pendarahan.

40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janindan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.Meletakan

(30)

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase

selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41) Mengevakuasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pasca Persalinan.

42) Menilai ulang uterus dan memastikanya berkontraksi dengan

baik.

43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan

kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang

masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat

tinggi dan mengeringkanya dengan kain yang bersih dan kering.

44) Menempatkan klem di tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau

steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan

simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang

bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.

46) Melepaskan klem bedah dan meletakan klem bedah dan

meletakanya di larutan klorin 0,5%.

47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.

Memastikan handuk atau kainya bersih dan kering.

48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan

(31)

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.

c) Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, perawatan yang

sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik

yang sesuai.

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana meakukan masase

uterus dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah.

52) Memeriksa tekanan darah,nadi, dan keadaan kandung kemih

setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan

setiap 30 menit selama 2 jam pasca persalinan.

a) Memeriksa temeperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama

2 jam pertama pasca persalinan.

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak

normal.

Kebersihan dan Keamanan.

53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas

peralatan setelah dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat

(32)

55) Memebersihkan ibu dengan menggunakan cairan disinfeksi

tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.

Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan

ASI. Menganjurkan keluarga memberikan ibu minuman dan

makanan yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan

dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelup sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

Membalikkan bagiab dalam keluar dan mere ndam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Dokumentasi

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

f. Kegawatdaruratan Persalinan

1) Retensio plasenta

Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30

menit) setelah persalinan bayi (Manuaba, 2010; h.399).

2) Persalinan lama

Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada

primigravida dan 18 jam pada multigravida (Manuaba, 2010;

(33)

Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang

menyebabkan uterus tidak mau menutup perdarahan terbuka

dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir

(Prawiroharjo, 2009; h. 524).

4) Inversio uteri

Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,

yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,

2010; h.406).

g. Kebijakan palayanan dan rekomendasi kebijakan teknis asuhan

persalian.

Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat kebijakan pelayanan

asuhan persalinan, yaitu:

1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas

kesehatan terlatih.

2) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai

untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal

harus tersedia 24 jam.

3) Obat- obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia

bagi seluruh petugas terlatih.

Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat rekomendasi

kebijakan teknis asuhan persalian.

(34)

1) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagian

dari persalinan yang bersih dan aman, termasuk hadirnya

keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.

2) Patograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan

berfungsi sebagai suatu catatan rekamedik untuk bersalin.

3) Selama persalinan normal, intervensi dilaksanakan jike

benar-benar dibutuhkan.prosedur ini dibutuhkan jika ada infeksi atau

penyulit.

4) Manajemen aktif kala III, termasuk memberikan oksitosin IM,

melakukan jepitan dan pemotongan tali pusat secara

dini,melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan

segera masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan

normal.

5) Penolong persainan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi

setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran,atau sampai

ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap

15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam

kedua.masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk

memastikan tonus tetap baik, perdarahan minimal dan

pencegahan perdarahan.

6) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, funds harus

dimasase sampai tonus baik. Ibu atau keluarga dapat diajarkan

(35)

7) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus

segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatan

untuk mencegah hipotermi.

8) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus

disediakan oleh petugas dan keluarga.

3. NIFAS

a. Definisi

Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 mingu

(Saifuddin, 2010; h. N-25).

Menurut Prawiroharjo (2009; h.356) masa nifas atau

puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari).setelah itu Menurut Mochtar (2011; h.18)

masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan

selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil,lamanya yaitu 6-8 minggu.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masa nifas

adalah dimulai setelah proses persalinan selesai sampai alat-alat

kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, lamanya 6

sampai 8 minggu.

b. Perubahan-perubahan fisiologi masa nifas

(36)

Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi)

hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2011;

h. 87).

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa

infolusi.

Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram

2) Lochea

Menurut Manuaba (2010; h.201) lokia adalah pengeluaran

cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi

plasenta. Pengeluaran lokia dibagi menjadi empat yaitu:

a) Lokia rubra :keluar dari hari ke satu sampai hari ke

tiga,berwarna merah dan hitam. Terdiri dari sel desidua,

vernic caseosa, lanugo,sisa mekonium dan sisa darah.

b) Lokia sanguinolenta : keluar dari hari ketiga sampai hari

ketuju, berwarna putih bercampur merah.

(37)

d) Lokia alba : keluar setelah hari ke empat belas berwarna

putih.

3) Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti

corong, berwarna merah kehitaman (Mochtar, 2011; h.88).

4) Vagina dan ostium vagina

Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk

saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya

secara perlahan akan berkurang namun jarang kembali ke

ukuran saat nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada

minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya

(Cunningham, 2012; h.674).

5) Rasa Nyeri setelah melahirkan

Disebabkan karena adanya kontraksi rahim, biasanya

berlangsung 2-4 hari pasca persalinan (Mochtar, 2011; h.87).

6) Penurunan berat badan

Pada kondisi setelah persalinan atau pengeluaran bayi dan

pengeluaran darah normal, berat badan akan turun 5 sampai 6

kg (Cunningham, 2012; h.677).

7) Laktasi atau pengeluaran air susu

Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum,

suatu cairan berwarna kuning lemon tua. Setelah itu akan

muncul air susu ibu yang merupakan suspensi lemak dan

(38)

c. Tujuan asuhan masa nifas

Menurut Saifuddin (2009; h.122) tujuan asuhan masa nifas

dibagi menjadi beberapa,diantaranya yaitu :

1) Menjaga kesehatan fisik dan psikologik ibu

2) Mendeteksi masalah,merujuk atau mengobati bila terjadi

komplikasi pada ibu.

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kesehatan diri, nutrisi,keluarga berencana, menyusui,

pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan pada

bayinya.

4) Memberikan pelayanan pada keluarga berencana.

d. Komplikasi pada masa nifas

1) Infeksi

Infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa

nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu

tubuh melebihi 38 ºC (Manuaba, 2010; h.415).

2) Perdarahan kala nifas sekunder

Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama . Penyebab

terjadinya perdarahan adalah terdapat sisa plasenta atau slaput

ketuban,infeksi pada endometrium, dan inversio uteri

(Manuaba, 2010; h.418).

3) Bendungan ASI

(39)

e. Program dan kebijakan teknis

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk

menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi,

menangani maslah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2009; h.123).

Tabel 2.2 Program dan kebijakan teknis

Kunjungan Waktu Tujuan

1 6-8jam

setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan(rujuk jika perdarahan berlanjut). c. Memberikan konseling keibu

atau salah satu anggota keluarganya bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.

e. Melakukan hubung an antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran,atau setelah keadaan ibu dan bayi stabil.

2 6 hari setelah

(40)

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tada penyulit.

e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan kepada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3 2 minggu

setelah persalinan

1) Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).

4 6 minggu

setelah persalinan

a. Menanyakan penyulit-penyulit yang ia tau bayinya alami. b. Memberikan konseling KB

secara dini.

4. Bayi baru lahir

a. Definisi

Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan mengalami trauma kelahiran

serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan

intrauteri kekehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011, h.1).

(41)

Menurut Prawirohardjo (2009; h.349) segera setelah bayi lahir

lakukan penilaian awal, yang dilakuakn oleh bidan yaitu dengan

menilai:

1) Apakah kehamilan cukup bulan?

2) Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur dengan

mekonium?

3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?

4) Apakah tonus otot bayi baik?

c. Penilaian APGAR

Menurut Sondakh (2013, h.158) penilaian keadaan umum bayi

dimuali satu menit setelah lahir , kemudian penilaian berikutnya

dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh dengan menggunakan

nilai APGAR (tabel 2.1). Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah bayi menderia asfiksia atau tidak.

Tabel 2.3 penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR.

0 1 2

Appearance (warna kulit)

Pucat Badan merah dan ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan Pulse rate (frekuansi

nadi)

Tidak ada

Kurang dari 100

Lebih dari 100

Grimace (reaksi rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace) Batuk/bersin

Activity (tonus otot) Tidak ada

Ekstremitas dalam sedikit fleksi

(42)

Menurut Dewi (2011; h. 3) interpretasi dari nilai APGAR, yaitu:

1) Nilai 1-3 adalaha asfiksia berat.

2) Nilai 4-6 asfiksia sedang.

3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).

d. Ciri-ciri bayi baru lahir normal

Menurut Dewi (2011; h.2) ciri-ciri bayi baru lahir normal, yaitu:

1) Berat badan 2500-4000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Frekuensi jantung pada menit pertama ±180 x/menit kemudian

turun 120-160 x/menit.

4) Pernafasan pada menit-menit pertama ±80 x/menit kemudian

turun 40-60 x/menit.

5) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan

cukup.

6) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

7) Kuku agak panjang dan lemas. Respiration

(pernapasan)

Tidak ada

Lemah/tidak teratur

(43)

a) Perempuan : labia mayora menutupi labia minora.

b) Laki-laki : testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

9) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

10) Reflek morro sudah baik.

11) Reflek gaps atau menggenggam sudah baik.

12) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.

e. Mekanisme kehilangan panas

Menurut Prawirohardjo (2009; h.367) bayi kehilangan panas

melalui empat cara, yaitu:

1) Konduksi

Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit

bayi.

2) Konveksi

Pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi.

3) Evaporasi

Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi

yang basah.

4) Radiasi

Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secraa

langsung dengan kulit bayi.

(44)

1) Kunjungan Neonatal hari ke-1 (KN 1)

a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan

dapat di laksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas

kesehatan (>24 jam).

b) Untuk bayi yang lahir di rumah ,bila bidan meninggalkan

bayi sebelum 24 jam ,maka pelayanan dilaksanakan pada

6 jam setelah lahir.

Hal yang di laksanakan :

a) Jaga kehangatan tubuh bayi.

b) Berikan Asi Ekslusif.

c) Cegah Infeksi.

d) Rawat tali Pusat.

2) Kunjungan neonatal hari ke 3- 7(KN 2)

a) Jaga kehangatan tubuh bayi.

b) Berikan Asi Ekslusif.

c) Cegah Infeksi.

d) Rawat tali Pusat.

3) Kunjungan neonatal minggu ke -3 (KN 3)

Hal yang di lakukan meliputi :

a) Memeriksa ada/tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit

pada bayi.

b) Menjaga kehangatan bayi.

(45)

1) Perdarahan tali pusat

Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma ikatan

tali pusat yang longgar, robekan umbilicus,tersayatnya dinding

umbilicus sewaktu seksio sesaria (Dewi, 2011; h.9).

2) Asfiksia neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang

tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga

menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 (Manuaba, 2010;

h.421).

3) Kejang neonatus

Merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain

sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan

saraf pusat (Dewi, 2011; h.9).

5. Keluarga berencana

a. Definisi

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan

atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai

kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi adalah cara, alat, atau

obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2011;

h.195).

b. Tujuan

1) Tujuan Umum

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

(46)

agar diperoleh suatu keluarga bahagia, pengaturan kelahiran,

pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan

kesejahteraan keluarga (Sulistiawati, 2013; h.13).

2) Tujuan demografis

Dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan penduduk

(Mochtar, 2011; h.191).

3) Normatif

Dapat dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan

sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah

hidup masyarakat indonesia (Mochtar, 2011; h.191).

c. Sasaran program KB

Sasaran dari program KB, yaitu para pasangan usia subur

(PUS). Mereka diharapkan menjadi peserta Keluarga Berencana

Lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan

fertilitas (Mochtar, 2011; h.191).

d. Jenis-jenis kontrasepsi

1) Kontrasepsi Non-Hormonal

a) Sanggama terputus (Koitus iterruptus)

(1) Definisi

Penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya

(47)

Menurut Affandi (2012; h. MK-15) keuntungan

senggama terputus, yaitu:

(a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar.

(b) Tidak mengganggu produksi ASI.

(c) Tidak ada efek samping.

(d) Dapat digunakan setiap waktu.

(e) Tidak membutuhkan biaya.

(3) Kekurangan

Menurut Manuaba (2010; h. 596) Kekurangan dari

senggama terputus, yaitu:

(a) Mengganggu kepuasan kedua belah pihak.

(b) Kegagalan hamil sekitar 30% sampai 35%.

b) Pembilasan pascasanggrama

(1) Definisi

Pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa ta

mbahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera

setelah koitus (Anwar, 2011; h.439).

(2) Kekurangan

Evektifitas cara ini hanya dalam batas-batas tertentu

karena sebelum dilakukan pembilasan spermatozoa

dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri

(Anwar, 2011; h.439).

c) Spermisida

(48)

Bahan kimia yang digunakan untuk membunuh

sperma (Affandi, 2012; h. MK-24).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-18) keuntungan

spermisida, yaitu:

(a) Tidak mengganggu produksi ASI.

(b) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(c) Mudah digunakan.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-18) kekurangan

spermisida, yaitu:

(a) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung kepada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(b) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah

aplikasi sebelum menggunakannya.

d) Kondom

(1) Definisi

Kondom merupakan selubung atau sarung karet

yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya

(49)

penis pada saat hubungan seksual (Affandi, 2012;

MK-17).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-18) keuntungan

kondom, yaitu:

(a) Efektif bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak menggangggu produksi ASI.

(c) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(d) Murah dan dibeli secara umum.

(3) kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-19) kekurangan

senggama terputus, yaitu:

(a) Agak mengganggu hubungan seksual.

(b) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan.

(c) Merepotkan menjelang hubungan hubungan

senggrama (Manuaba, 2010; h.597).

(d) Dapat menimbulkan iritasi atau alergi (Manuaba,

2010; h.597).

e) Diafragma

(1) Definisi

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,

(50)

vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi

serviks (Affandi, 2012; h. MK-1).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-19-22) keuntungan

diafragma, yaitu:

(a) Efektif bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak menggangggu produksi ASI.

(c) Tidak mengganggu kesehatan klien.

(d) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah

terpasang 6 jam sebelumnya.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-22) Kekurangan

diafragma, yaitu:

(a) Keberhasilan kontrasepsi bergantung kepada

kepatuhan mengikuti cara penggunaan.

(b) Evektivitas sedang.

(c) Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat harus

berada didalam posisinya.

2) Kontrasepsi hormonal

(51)

Pil kontrasepsi kombinasi adalah pil kontrasepsi

yang berisi estrogen dan progesteron (Mochtar, 2011;

h.204).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-31) keuntungan pil

kombinasi, yaitu:

(a) Memiliki efektivitas yang tinggi.

(b) Resiko terhadap kesehatan sanagt kecil.

(c) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(d) Dapat digunakan dalam jangka panjang selama

perempuan masih ingin menggunakannya untuk

mencegah kehamilan.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-32) keterbatasan pil

kombinasi, yaitu:

(a) Mahal dan membosankan karena harus digunakan

tiap hari.

(b) Berat badan naik sedikit.

(c) Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui

karena mengurangi produksi ASI.

(d) Pusing dan nyeri payudara.

b) Pil mini (Mini pil)

(52)

Pil mini adalah pil kontrasepsi yang hanya terdiri dari

progesteron dalam dosis rendah (0,5 mg atau kurang)

dan diberikan secara terus menerus tanpa berhenti

(Mochtar, 2011; h.208).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-51) keuntungan mini

pil, yaitu:

(a) Sangat efektif (98,5) bila digunakan dengan benar.

(b) Tidak mengganggu hubungan seksual.

(c) Tidak mempengaruhi ASI.

(d) Nyaman dan mudah digunakan

(e) Dapat dihentikan setiap saat.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-51) kekurangan mini

pil, yaitu:

(a) Hampir 30-60% mengalami haid.

(b) Peningkatan/penurunan berat badan.

(c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang

sama.

(d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih

besar.

(53)

Suntikan tiap bulan yang mengandung dua macam

hormon, hormon progestin dan hormon estrogen seperti

hormon alami pada tubuh perempuan (Anwar, 2011;

h.450).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-36) keuntungan

suntikan kombinasi, yaitu:

(a) Resiko terhadap kesehatan kecil.

(b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.

(c) Jangka panjang.

(d) Efek samping sangat kecil.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-36) kekurangan

suntikan kombinasi, yaitu:

(a) Terjadi perubahan kola haid, seperti tidak teratur,

perdarahan bercak.

(b) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan

setelah penghentian pemakaian.

(c) Penambahan berat badan.

d) Suntikan progestin

(54)

Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung

hormon progestin (Affandi, 2012; h. MK-43).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-44) keuntungan

suntikan progetin, yaitu:

(a) Sangat efektif.

(b) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.

(c) Tidak berpengaruh terhadap ASI.

(d) Menurunkan kejadian penyakit kanker payudara.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan

suntikan progestin, yaitu:

(a) Siklus haid menjadi memendek atau memanjang.

(b) Tidak haid.

(c) Haid yang banyak atau sedikit.

(d) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian

pemakaian.

e) Kontrasepsi implan

(1) Definisi

Implan adalah kontrasepsi hormonal yang

efektif,tidak permanen dan dapat mencegah kehamilan

antara 3 sampai 5 tahun (Affandi, 2012; h.MK-55).

(55)

(a) Kesuburan akan cepat kembali pulih (Affandi,2012;

h. MK-61).

(b) Dipasang selama 5 tahun (Manuaba,2010; h.603).

(c) Biaya murah (Manuaba,2010; h.603).

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-62) kekurangan

implan, yaitu:

(a) Perdarahan yang lama selama beberapa bulan

pemakaian pertama.

(b) Tidak haid.

(c) Berat badan bertambah (Manuaba,2010; h.603).

(d) Liang senggrama terasa kering(Manuaba, 2010;

h.603).

f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

(1) Definisi

Memasukan benda atau alat kedalam uterus untuk

tujuan mencegah terjadinya kehamilan (Anwar,2011;

h.451).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-81) keuntungan

AKDR, yaitu:

(a) Efektivitasannya tinggi.

(b) Efektivitasannya segera setelah pemasangan.

(56)

(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan

AKDR, yaitu:

(a) Terjadinya perubahan siklus haid yakni haid lebih

lama dan banyak.

(b) Saat haid lebih sakit.

(c) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan.

3) Kontrasepsi mantap

a) Tubektomi

(1) Definisi

Metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak

ingin anak lagi (Affandi,2012; h.MK-89). Tubektomi

adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan

fertilitas seorang perempuan. Jadi Tubektomi adalah

metode kontrasepsi perempuan dengan prosedur

pembedahan untuk menghentikan fertilitas.

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-92) keuntungan

tubektomi, yaitu:

(a) Sangat efektif

(57)

(d) Pembedahan sederhana,dapat dilakukan dengan

anastesi lokal.

(3) Kekurangan

Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan

tubektomi, yaitu:

(a) Harus di pertimbangkan mengenai sifat

permanennya.

(b) Klien dapat menyesal dikemudian hari.

(c) Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan.

b) Vasektomi

(1) Definisi

Metode kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin

anak lagi. Metode ini membuat sperma tidak dapat

mencapai vesikula seminalis (Affandi,2012; h.MK-95).

(2) Keuntungan

Menurut Affandi (2012; h. MK-98) keuntungan

vasektomi, yaitu:

(a) Sangat evektif.

(b) Tindakan bedah yang aman dan sederhana.

(c) Efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.

(58)

Menurut Affandi (2012; h. MK-96) kekurangan

vasektomi, yaitu:

(a) Permanen.

(b) Bila tidak siap ada penyesalan dikemudian hari.

(c) Ada nyeri pascabedah.

(d) Perlu pengosongan depot sperma.

e. Penapisan

Tabel 2. 4 Daftar Tilik penampisan klien metode hormonal

Metode hormonal YA TIDAK

Apakah hari pertama haid terakhir 7hari

yang lalu atau lebih

Apakah anda menyusui dan kurang dari

6 minggu pasca persalinan.

Apakah mengalami perdarahan/bercak

antara haid setelah senggama

Apakah pernah ikterus pada kulit/mata

Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual

Apakah pernah nyeri hebat pada betis,paha atau dada,atau tungkai

bengkak (edema)

Apakah pernah tekanan darah di atas

(59)

Apakah ada massa atau benjolan pada payudara

AKDR (semua jenis pelepas tembaga

dan progestin)

Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)

Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik

apakah pernah mengalami haid banyak(lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam )

Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)

Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika

atau istirahat baring

Apakah pernah mengalami

perdarahan/perdaarahan bercak atara haid atau setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau

(60)

Tabel 2.5 Daftar tilik penampisan klien metode operasi

Keadaan klien Dapat dilakukan

pada fasilitas rawat jalan

Dilakukan pada fasilitas

rujukan

Keadaan

umum(anamnesi

s dan

pemeriksaan fisik)

Keadan umum

baik,tidak ada tanda-tanda penyakit

jantung,paru,atau ginjal

Diabetes tidak terkontrol

,riwayat gangguan pembekuan darah,

tanda-tanda penyakit jantung,paru,atau ginjal.

Keadaan emosional

Tenang Cemas,takut

Tekanan darah <160/100mmHg  160/100mmHg

Infeksi atau kelainan

skrotum/inguinal

Normal Tanda-tanda infeksi atau kelainan

(61)

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN

1. Manajemen 7 langkah varney

Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney adalan sebagai

berikut :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:

a. Riwayat Kesehatan.

b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.

c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya

dengan hasil studi.

Pada langkah yang pertama ini, dikumpulkan semua data

ynang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar

terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien

berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data

yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diinterpretasi sehingga ditentukan masalah

atay diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu

(62)

lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar

momenklatur ( tata krama) diagnosis kebidanan.

a. Diakui dan telah di syahkan oleh profesi.

b. Berhubungan langung dengan praktis kebidanan.

c. Memiliki ciri khas kebidanan.

d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik

kebidanan.

e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan managenen

kebidanan.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lainya berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan

diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah

potensial ini benar-benar terjadi.

Langkah IV:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang

memerlukan penanganan segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan

atau Dokter / di konsultasikan atau ditangani bersama

(63)

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang

meyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

Langkah VI : Melaksanakan perencanaan.

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh

dilangkah kelima harus dilakukan secara efisien dan

aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian

lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah terakhiran ini yang dilakukan oleh bidan adalah:

a. Melakukan evaluasi keefektifitasan asuhan yang sudah

diberikan, yang mencangkup pemenuhan kebutuhan untuk

menilai apakah sudah benar-benar terlaksana atau terpenuhi

sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi

dalam masalah dan diagnosis.

b. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif

(64)

Menurut Mangkuji (2013; h.8) pendokumentasian asuhan

kebidanan dengan cara SOAP, yaitu:

a. Subyektif

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien (ekspre

Gambar

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
Tabel 2.2 Program dan kebijakan teknis
Tabel 2.3 penilaian keadaan umum bayi  berdasarkan nilai APGAR.
Tabel 2. 4 Daftar Tilik penampisan klien metode hormonal
+2

Referensi

Dokumen terkait

• Aljabar boolean merupakan aljabar yang terdiri atas suatu himpunan dengan dua operator biner yang didefinisikan pada himpunan tersebut.. •

Untuk membangun sistem penyimpanan data transkrip nilai mahasiswa yang hasil simpanannya tidak dapat dibaca oleh orang, dalam penelitian ini telah dikembangkan model

Rumusan masalah yang melatarbelakangi pembuatan Tugas Akhir ini adalah “Bagaimana membangun sebuah sistem pendukung keputusan (SPPK) yang dapat memberikan informasi mengenai

Tujuan dari penelitian ini untuk memastikan pengawasan pangan berlangsung sesuai dengan kebutuhan di BBPOM Semarang, sehingga dilakukan analisis kesesuaian dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fasilitas fisik, produk, harga, promosi dan pelayanan depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) dengan keputusan konsumen

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Biaya pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 1990- 2005.. Terdapat hubungan yang

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul Efek

Analisis pertama dilakukan untuk mengetahui tingkat motivasi karyawan bagian operasional, analisis kedua dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kerja karyawan Bagian