A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Kehamilan
a. Definisi
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, dan
akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
(Prawiroharjo,2009; h. 213). Menurut Saifuddin (2009; h. 89) masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lairnya janin, lamanya
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah
fertlisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum sampai
lahirnya janin, dan berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan 7
hari.
b. Pembagian kehamilan dan kunjungan antenatal
Menurut Saifuddin (2009; h.89) kehamilan dibagi menjadi 3,
yaitu:
1) Triwulan I
Dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.
Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan
a) Membangun hubungan saling percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil.
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya.
c) Melakukan tindakan pencegahan seperi tetanus
neonatorum, anemia, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan.
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi.
e) Mendorong prilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan
,istirahat, dan sebagainya).
2) Triwulan II
Dimulai dari bulan ke 4 sampai 6 bulan
Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan
antenatal, terutama pada trimester II perlu didapatkan informasi
yang sangat penting,yaitu:
1) Sama dengan Trimester I.
2) Kewaspadaan khusus mengenai preeklamsia (tanya ibu
mengenai gejala-gejala preeklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui proteinuria.
3) Triwulan III
Dimulai dari bulan ke 7 smapai bulan ke 9.
Menurut Saifuddin (2010; h. N-2) pada setiap kali kunjungan
1) sama dengan Trimester II.
2) Palpasi abdominal untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda.
3) Deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit.
c. Tanda dan gejala
Manuaba (2010; h. 107-109) menjelaskan tanda-tanda
kehamilan dibagi menjadi tanda dugaan hamil dan tanda pasti
hamil.
1) Tanda dugaan hamil
a) Amenorea (terlambat datang bulang)
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi
pembentukan ovulasi.
b) Mual dan muntah(emesis)
Pengaruh esterogen dan progesteron menyebabkan
pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginann yang demikian disebut ngidam.
d) Pingsan
Jika berada ditempat-tempat ramai dan sesak,seorang
e) Payudara tegang
Pengaruh estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin
menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.
f) Sering miksi
Desakan rahim kedepan menyebabkan rahim terasa
penuh.
g) Konstipasi atau obstipasi.
Pengaruh progesteron dapat menghambat gerak
peristaltik usus.
h) Pigmentasi kulit
Keluarnya melanophore stimulating hormon,
menyebabkan pigmentasi di sekitar pipi (kloasma
gravidarium), pada dinding perut (striae livida, striae nigra
dan linea alba makin hitam), dan sekitar payudara
(hiperpigmentasi aerola).
i) Pemekaran vena-vena (Varises)
Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya akan
muncul pada triwulan akhir (Mochtar, 2011; h.35).
2) Tanda pasti hamil
a) Gerakan janin dalam rahim.
c) Denyut jantung janin terdengar dengan stetoskop laenec,
alat kardiotokografi, alat doppler.
d) Terlihat tulang-tulang janin dalam foto rontgen
(Mochtar, 2011; h.36).
d. Perubahan fisiologis dalam kehamilan
1) Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau
beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofit dan hiperplasia,
sehingga beratnya menjadi 3000 gram pada saat akhir
kehamilan (Manuaba, 2010; h.85).
2) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih
lunak dan kebiruan. Perubahan ini terjadi akibat penambahan
vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluhuh serviks
(Prawiroharjo, 2009; h.177).
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel juga akan ditunda. Folikel ini akan berfungsi
6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang minimal
(Prawiroharjo,2009; h.178).
4) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah
merah dan kebiru-biruan yang sering dikenal tanda chadwicks
(Manuaba, 2010; h.92).
5) Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan,kusam,dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha (Prawiroharjo, 2009;
h.179).
6) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai persiapan pemberian ASI pada saat laktasi.
Perkembangan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen,
progesteron, dan somatomamotrofin (Manuaba, 2010; h.92).
e. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan
1) Nausea
Nausea adalah muntah-muntah yang sering terjadi pada
siang atau sore hari (Varney, 2007; h.536).
Penatalaksanaan Nausea menurut Varney (2007; h.573)
a) Makan porsi kecil tetapi sering.
b) Makan biskuit atau roti bakar sebelum beranjak dari tempat
tidur dipagi hari.
c) Jangan menyikat gigi anda segera setelah selesai makan,
untuk menghindari stimulasi reflek gag.
Petialisme disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam
mulut atau peningkatan asupan zat pati yang menstimulasi
kelenjar saliva yang berlebihan. Biasanya dapat juga
mengalami mual (Varney, 2007; h.537).
3) Kram kaki
Kejadian kram betis berkaitan dengan mual, muntah,
kurangnya makanan, sehingga terdapat perubahan
keseimbangan elektrolit dengan kalsium, kalium dan natrium
yang menyebabkan terjadi perubahan berkelanjutan pada
darah dan cairan tubuh (Manuaba,2010; h.228).
Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari kram
kaki, yaitu:
a) Meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya.
b) Anjurkan elevasi kaki secara teratur sepanjang hari.
c) Anjurkan diet yang mengandung kalsium dan pospor.
4) Varises
Varises sering dijumpai di sekitar vulva, vagina, paha, dan
terutama tungkai bawah. Kejadian varises disebabkan oleh
faktor keturunan, faktor multipara, faktor hormon estrogen dan
progesteron selama hamil (Manuaba, 2010; h.228).
Menurut Varney (2007; h.540) penatalaksanaan dari
varises, yaitu:
a) Gunakan kaoskaki penyongkong atau kaoskaki yang
b) Hindari menggunakan pakaian yang ketat.
c) Sediakan waktu istirahat, dengan kaki dielevansi secara
periodik sepanjang hari.
5) Peningkatan frekuansi berkemih
Peningkatan frekuansi berkemih disebabkan oleh
peningkatan berat pada fundus uterus yang menimbulkan
tekanan pada kandung kemih (Varney,2007; h.538).
Menurut Kuswanti (2014; h.128) sering buang air kencing dapat
ditangani dengan cara sebagai berikut:
a) Perbanyak minum pada siang hari.
b) Batasi minum teh, kopi dan soda.
c) Kosongkan saat ada dorongan untuk kencing.
d) Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia,kecuali
jika nokturia sangat mengganggu tidur diamalam hari.
6) Nyeri punggung bagian atas
Nyeri punggung bagian atas disebabkan karena adanya
peningkatan ukuran payudara, yang membuat payudara
menjadi berat (Varney,2007; h.538).
7) Hiperventilasi dan sesak nafas
Uterus mengalami pembesaran hingga terjadi penekanan
pada diagfragma (Varney,2007; h.543).
Menurut Varney (2007; h.543) Hiperventilasi dan sesak
a) Anjurkan wanita berdiri dan meregangkan lengannya di atas
kepala secara berkala dan mengambil nafas dalam.
b) Anjurkan untuk mempertahankan postur tubuh yang baik,
jangan menjatuhkan bahu.
f. Komplikasi
1) Mola Hidatidosa
Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai
dengan hasil konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio
setelah fertilisasi (Yulaikhah, 2009; h 90).
2) Hyperemesis Gravidarum
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi. (Mochtar, 2011; h.141).
3) Preeklamsia
Preeklamsia dan eklamsia adalah kumpulan gejala yang
timbul pada ibu hamil, bersalin, dan selama masa nifas, yang
terdiri atas trias gejala yaitu hipertensi, proteinuria, dan edema,
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. (Yulaikhah,
2009; h.95).
4) Abortus
Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum
Menurut Mochtar (2011; h.151) abortus dibagi menjadi 5,
diantaranya yaitu :
a) Abortus imminens
Menurut Mochtar (2011; h.151) abortus imminens
adalah keguguran mengancam,keguguran belum terjadi
sehingga kehamilan dapat dipertahankan.
b) Abortus insipien
Menurut Mochtar (2011; h. 151-152) abortus insipien
adalah proses keguguran yang sedang berlangsung.
Sedangkan menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus
insipiens adalah abortus yang sedang mengancam yang
ditandai dengan servik mendatar dan ostium uteri
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih berada dikavum
uteri dan dalam proses pengeluaran. Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa abortus insipiens adalah proses
keguguran yang sedang berlangsung dengan ditandai
adanya serviks mendatar dan ostium uteri membuka, akan
tetapi hasil konsepsi masih berada di kavum uteri.
c) Abortus inkompletus
Menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus
inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal. Sedangkan
tertinggal adalah desidua atau plasenta. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa abortus inkompletus adalah
pengeluarah sebagian hasil konsepsi dan plasenta masih
tertinggal.
d) Abortus kompletus
Menurut Prawiroharjo (2009; h.496) abortus kompletus
adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram. Sedangkan menurut Mochtar (2011;
h. 152) abortus kompletus adalahseluruh hasil konsepsi
telah dikeluarkan (fetus dan desidua), sehingga rongga
rahim kosong. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
abortus kompletus adalah seluruh hasil konsepsi (fetus dan
desidua) telah keluar dari kavum uteri.
e) Missed abortion
Missed abortion adalah keadaan dimana janin yang
telah mati masih berada di dalam rahim (Mochtar, 2011;
h.152).
5) Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di
sekitar segmen bawah Rahim sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Yulaikhah, 2009;
h 109).
Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta sebelum
waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan lebih dari
28 minggu (Yulaikhah, 2009; hal.113).
7) Ketuban Pecah Dini (KPD)
KPD adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda
persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi
Rahim disebut periode laten (Yulaikhah, 2009; h.116).
g. Kebijakan program dan kebijakan teknis
1) Kebijakan program
Menurut Saifuddin (2009; h.90; 2010; h. N-2) kunjungan
antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama
kehamilan, yaitu:
a) Satu kali pada triwulan pertama.
b) Satu kali pada triwulan kedua.
c) Dua kali pada triwulan ketiga.
Menurut Saifuddin (2009; h.90) pelayanan atau asuhan standar
minimal, yaitu:
a) (Timbang) berat badan.
b) Ukur (Tekanan) darah.
c) Nilai status gizi (nilai lengan atas) (sulistiyawati, 2011;
h.121).
e) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
(sulistiyawati, 2011; h.121).
f) Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap.
g) Pemberian tablet zat besi, minimun 90 tablet selama
kehamian.
h) Tes terhadap penyakit menular seksual.
i) Tata laksanaan kasus (Sulistiyawati,2011;h 121).
j) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2) Kebijakan teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil
memerlukan pemantauan selama kehamilannya.
Menurut Saifuddin (2009; h.90) penatalaksananan ibu hamil
secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
a) Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksananan awal serta rujukan bila diperlukan.
c) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d) Perencananan antisipatif dan pesiapan dini untuk
melakukan rujukan bila terjadi komplikasi.
2. Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan plasenta) yang telah cukup bulan atau yang telah dapat hidup
diluar kandungan,melalui jalan lahir atau jalan lain,dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri) ( Manuaba, 2010; h.164).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
+ uri) yang dapat hidup didunia luar,dari rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain (Mochtar, 2011; h.15). Persalinan adalah
proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu (JNPK-KR, 2014; H.37). Persalinan adalah rangkaian
proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu
(Varney, 2007; h.672). Persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun kejalan lahir (Saifuddin, 2009;
h.100).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan adalah
proses pengeluaran hasil konsepsi berupa janin, plasenta dan
selaput ketuban yang dapat hidup diluar kandungan melalui jalan
lahir atau jalan lain.
b. Tanda persalinaan
Menurut Manuaba (2010; h.169) terdapat tanda-tanda
persalinan diantaranya, yaitu:
1) Adanya his yang makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi yang semakin pendek.
4) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan servik
(perlunakan servik, pendataran servik, dan terjadi pembukaan
servik).
c. Mekanisme Persalinan normal
1) Engagement
Pada minggu-minggu akhir kehamilan atau pada saat
persalinan dimulai kepala masuk PAP,umumnya dengan
presentasi bipariental (Hidayat, 2010; h.23).
2) Desent
Penurunan kepala janin, kepala turun kedalam rongga
panggul, akibat dari his didaerah fundus kearah
bokong,tekanan dari cairan amnion, kontraksi otot dinding perut
dan diafragma (mengejan), dan badan janin terjadi ekstensi dan
tegang(Hidayat, 2010; h.24).
3) Fleksi
Pada umumnya terjadi fleksi sempurna sehingga sumbu
panjang kepala sejajar sumbu panggul. Fleksi adalah kepala
janin fleksi, dagu menempel ketoraks, posisi kepala berubah
dari oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi diameter
suboksipito-bregmatikus (belakang kepala) (Hidayat, 2010;
h.24).
4) Rotaksi internal
Putar paksi dalam selalu disertai turunnya kepala, putaran
membawa kepala melewati distansia spinarum dengan
diameter biparientalis (Hidayat, 2010; h.26).
5) Ekstensi
6) Rotasi eksternal
Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala
keposisi pada saat engagement (Hidayat, 2010; h.27).
7) Ekspulsi
Setelah putar paksi luar, bahu depan diawah simfisis menjadi
hipoklomion kelahiran bahu blakang, bahu depan dan diikuti
seluruh badan (Hidayat, 2010; h.31).
d. Tahap persalinan
1) Kala I
Menurut JNPK-KR (2014, h.38) Kala I persalinan dimulai
sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat
(frekuansi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap.
Menurut Mochtar (2011, h.71) kala I persalinan ditandai dengan
keluar lendir bercampur darah (bloody show) karena serviks
mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).
Sedangkan menurut Saifuddin (2009; h.100) kala I persalinan
dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap
(10 cm).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala I
yang menyebabkan keluarnya lendir bercampur darah, hingga
pembukaan lengkap.
Kala satu persalinan terdiri dari dua fase, yaitu:
a) Fase laten
(1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.
(2) Berlangsung hingga serviks membuka kurag dari 4cm.
(3) Pada umumnya berlangsung antara 6 hingga 8 jam.
b) Fase aktif
Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan
lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan
rata-rata 1 cm perjam pada nulipara atau primigravida dan lebih
dari 1 cm hingga 2 cm perjam pada multipara.
Menurut Mochtar (2011; h.71) fase aktif dibagi menjadi 3,
yaitu:
(1) Periode akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat sehingga menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Menurut JNPK-KR (2014; h.49. h.53) Asuhan yang
dilakukan pada Kala I yaitu:
b) Memberikan cairan dan nutrisi.
c) Membantu pengaturan posisi ibu pencegahan infeksi
d) Bila sudah memasuki fase aktif pantau DJJ, Kontraksi,nadi
setiap 30 menit.
e) Bila sudah memasuki fase aktif pantau pembukaan sevik,
penurunan kepala, tekanan darah dan temperatur tubuh,
kandung kemih setiap 4 jam.
2) Kala II
Kala II adalah dimulai dengan pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung selama 2
jam untuk primigravida dan 1 jam untuk multigravida.
(Saifuddin,2009; h.100).
Kala II persalinan dimulai dari pembukaan lengkap serviks
(10 cm), dilanjutkan dengan upaya mendorong bayi keluar dari
jalan lahir dan berakhir dengan lahirnya bayi (JNPK-KR, 2014;
h.73). Kala II persalinan adalah kala pengeluaran janin sewaktu
uterus dengan kekuatan his dan kekuatan mengedan
mendorong janin keluar hingga lahir (Mochtar, 2011; h.71). Dari
definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala II persalinan
dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
a) Tanda kala II persalinan
Menurut JNPK-KR (2014, h. 73) tanda-tanda kala II
(1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan
terjadinya kontraksi.
(2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada
rektum atau vagina.
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva dan sfingter ani membuka
(5) Menigkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
(6) Pembukaan serviks telah lengkap
(7) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus
vagina.
3) Kala III
Kala III dalam persalinan Dimulai segera setelah bayi lahir
sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. (Saifuddin,2009; h.101). Sedangkan menurut JNPK-KR
(2014; h.91) kala III dalam persalinan dimulai setelah bayi lahir
dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala III dimulai
dari bayi lahir sampai lahirnya plasenta dan selaput ketuban,
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
a) Menurut JNPK-KR (2014, h.91-92) tanda-tanda
lepasnya plasenta yaitu
(1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
(2) Tali pusat memanjang.
4) Kala IV
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
pertama postpartum (Saifuddin,2009; h.101). Menurut
JNPK-KR (2014; h.91) Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir 2 jam setelah itu.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kala IV dalam
persalinan dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir 2 jam
setelah itu.
Selama kala IV memantau ibu setiap 15 menit pada jam
pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit menit
dijam kedua setelah persalinan (Saifuddin,2009; h.118).
e. Asuhan Persalinan Normal
Menurut Prawiroharjo (2009; h.341-347) terdapat 60 langkah
asuhan persalinan normal, yaitu:
Melihat tanda dan gejala kala dua
1) Mengamati tanda dan gejala kala dua
a) Ibu mempunyai keinginan untuk mengejan.
b) Ibu merasa tekanan semakin meningkat pada rektum
dan/atau vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter anal terbuka.
2) Memastikas perlengkapan, bahan,dan obat-obat esensial siap
digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air yang mengalir dan
mengeringkan dengan handuk satu kali pakai ayau pribadi yang
bersih.
5) Memakai satu sarung DTT atau steril untuk setiap kali
pemeriksaan dalam.
6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan
menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau
steril)dan meletakan kembali dipartus set/wadah desinfeksi
tingkat tinggi atau steril, tanpa mengontaminasi tabung suntik.
Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik.
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekannya dengan
hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi. Jika
mulut vagina, perineum anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkan dengan cara seksama dengan cara menyeka
dari depan kebelakang.Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung
tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, langkah
# 9).
8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap, Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan
pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskanya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas)
10) Memastikan Denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal
(100-180 kali/menit).
a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b) Mendokumentasikan hasil hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil-hasil penilaian dan asuhan lainnya pada
partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
pimpinan meneran
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan meneran.
Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu
serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan temuan.
b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka
dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat
ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia merasa nyaman).
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk
meneran.
c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihanya (tidak memonta ibu berbaring terlentang).
d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga mendukung dan memberi semangat
pada ibu.
f) Menganjurkan asupan cairan per oral.
h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segeran dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu
primipara atau 60 menit (1jam) untuk ibu multi para, merujuk
segera, jika ibu tidak mempunyai keingina untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau
mengambil posisi yang aman jika belum ingin meneran
dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di
antara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi
segera setelah 60 mrnit meneran, merujuk ibu dengan
segera .
Persiapan Pertolong Kelahiran Bayi.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakan handuk bersih dia atas perut ibu untuk mengeringkan
bayi.
15) Meletakan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Menolong Kelahiran Bayi.
Lahirnya Kepala.
letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan
yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi,
membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu
untuk meneran perlahan-lahan atau bernafas cepat saat kepala
lahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan
kain atau kasa yang bersih. (Langkah ini tidak harus dilakukan).
20) Memerika lilitan tali puasat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera
proses kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya
di dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahir Bahu.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
tangan di masing-masing sisi muka bayi, menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu
anterior muncul dibarah arkus pubis dan kemudian menarik ke
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada dibagian bawah ke arah perenium,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut,
mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perenium, gunakan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi
saat dilahirkan,Menggunakan tangan anterior (bagian atas)
untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menjaga
saat punggung kaki terlahir.Memegang kedua mata kaki bayi
dengan hati-hati membantu kelahiran bayi.
Penanganan Bayi Baru Lahir.
25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakan bayi di tempat yang memungkinkan). Bila bayi
mengalami asfiksia,lakukan resusitasi. (lihat bab 26 resusitasi
neoratus).
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk
dan membiarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan
oksitosin/i.m. (lehiat keterangan dibawah ini).
arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama
(ke arah ibu).
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan
kering,menutupi bagian kepala,membiarkan tali pusat
terbuka,jika cinta mengalami kesulitan bernapas,ambil tindakan
yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
Oksitosin
31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32) Memberitahi kepada ibu bahwa ia akan disuntik.
33) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan
oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu
bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
Penegangan Tali Pusat Terkendali.
34) Memindahkan klem pada tali pusat.
35) Meletakan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali
pusat dan klem dengan tangan yang lain.
36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah
uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakan
( dorso kersinal) dengan hati-hati untuk membantu terjadinya
inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga
kontraksi berikut mulai.
a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seseorang
anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.
Mengeluarkan Plasenta
37) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil
menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian ke arah atas,
mengikuti kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus.
a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarah 5-10 cm dari vulva.
b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan
tali pusat selama 15 menit
c) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit I.M.
e) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
f) Memulai penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.
g) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir pada waktu 30 menit
sejak kelahiran bayi.
38) Jika plasenta terlihat di intosius vagina, melanjutkan kelahiran
plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang
plasenta dengan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
a) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan
disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan
serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril
untuk melepaskan bagian slaput yang tertinggal.
Pemijat Uterus.
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, meletakan telapak tangan di fundus dan
melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).
Menilai Pendarahan.
40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janindan selaput ketuban untuk memastikan bahwa
plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.Meletakan
a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase
selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
41) Mengevakuasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan
segera menjahit laserasi yang mengalami pendarahan aktif.
Melakukan Prosedur Pasca Persalinan.
42) Menilai ulang uterus dan memastikanya berkontraksi dengan
baik.
43) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat
tinggi dan mengeringkanya dengan kain yang bersih dan kering.
44) Menempatkan klem di tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
bersebrangan dengan simpul mati yang pertama.
46) Melepaskan klem bedah dan meletakan klem bedah dan
meletakanya di larutan klorin 0,5%.
47) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainya bersih dan kering.
48) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan pendarahan
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
c) Setiap 20-30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, perawatan yang
sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan jahitan, lakukan
penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik
yang sesuai.
50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana meakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51) Mengevaluasi kehilangan darah.
52) Memeriksa tekanan darah,nadi, dan keadaan kandung kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama 2 jam pasca persalinan.
a) Memeriksa temeperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
2 jam pertama pasca persalinan.
b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak
normal.
Kebersihan dan Keamanan.
53) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat
55) Memebersihkan ibu dengan menggunakan cairan disinfeksi
tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan
ASI. Menganjurkan keluarga memberikan ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.
58) Mencelup sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,
Membalikkan bagiab dalam keluar dan mere ndam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
f. Kegawatdaruratan Persalinan
1) Retensio plasenta
Terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam (30
menit) setelah persalinan bayi (Manuaba, 2010; h.399).
2) Persalinan lama
Persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada
primigravida dan 18 jam pada multigravida (Manuaba, 2010;
Keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mau menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir
(Prawiroharjo, 2009; h. 524).
4) Inversio uteri
Keadaan ketika fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,
yang dapat terjadi secara mendadak atau perlahan (Manuaba,
2010; h.406).
g. Kebijakan palayanan dan rekomendasi kebijakan teknis asuhan
persalian.
Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat kebijakan pelayanan
asuhan persalinan, yaitu:
1) Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas
kesehatan terlatih.
2) Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai
untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal
harus tersedia 24 jam.
3) Obat- obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia
bagi seluruh petugas terlatih.
Menurut Saifuddin (2009; h.101) terdapat rekomendasi
kebijakan teknis asuhan persalian.
1) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukan sebagian
dari persalinan yang bersih dan aman, termasuk hadirnya
keluarga atau orang-orang yang memberi dukungan bagi ibu.
2) Patograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan
berfungsi sebagai suatu catatan rekamedik untuk bersalin.
3) Selama persalinan normal, intervensi dilaksanakan jike
benar-benar dibutuhkan.prosedur ini dibutuhkan jika ada infeksi atau
penyulit.
4) Manajemen aktif kala III, termasuk memberikan oksitosin IM,
melakukan jepitan dan pemotongan tali pusat secara
dini,melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan
segera masase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan
normal.
5) Penolong persainan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi
setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah kelahiran,atau sampai
ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap
15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam
kedua.masase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk
memastikan tonus tetap baik, perdarahan minimal dan
pencegahan perdarahan.
6) Selama 24 jam pertama setelah persalinan, funds harus
dimasase sampai tonus baik. Ibu atau keluarga dapat diajarkan
7) Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus
segera diselimuti dan bayi dikeringkan serta dijaga kehangatan
untuk mencegah hipotermi.
8) Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus
disediakan oleh petugas dan keluarga.
3. NIFAS
a. Definisi
Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 mingu
(Saifuddin, 2010; h. N-25).
Menurut Prawiroharjo (2009; h.356) masa nifas atau
puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari).setelah itu Menurut Mochtar (2011; h.18)
masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil,lamanya yaitu 6-8 minggu.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masa nifas
adalah dimulai setelah proses persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, lamanya 6
sampai 8 minggu.
b. Perubahan-perubahan fisiologi masa nifas
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi)
hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil (Mochtar, 2011;
h. 87).
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
infolusi.
Waktu involusi Tinggi fundus Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram
2) Lochea
Menurut Manuaba (2010; h.201) lokia adalah pengeluaran
cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi
plasenta. Pengeluaran lokia dibagi menjadi empat yaitu:
a) Lokia rubra :keluar dari hari ke satu sampai hari ke
tiga,berwarna merah dan hitam. Terdiri dari sel desidua,
vernic caseosa, lanugo,sisa mekonium dan sisa darah.
b) Lokia sanguinolenta : keluar dari hari ketiga sampai hari
ketuju, berwarna putih bercampur merah.
d) Lokia alba : keluar setelah hari ke empat belas berwarna
putih.
3) Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti
corong, berwarna merah kehitaman (Mochtar, 2011; h.88).
4) Vagina dan ostium vagina
Pada awal masa nifas, vagina dan ostiumnya membentuk
saluran yang berdinding halus dan lebar yang ukurannya
secara perlahan akan berkurang namun jarang kembali ke
ukuran saat nulipara. Rugae mulai muncul kembali pada
minggu ketiga namun tidak semenonjol sebelumnya
(Cunningham, 2012; h.674).
5) Rasa Nyeri setelah melahirkan
Disebabkan karena adanya kontraksi rahim, biasanya
berlangsung 2-4 hari pasca persalinan (Mochtar, 2011; h.87).
6) Penurunan berat badan
Pada kondisi setelah persalinan atau pengeluaran bayi dan
pengeluaran darah normal, berat badan akan turun 5 sampai 6
kg (Cunningham, 2012; h.677).
7) Laktasi atau pengeluaran air susu
Setelah pelahiran, payudara mulai menyekresi kolostrum,
suatu cairan berwarna kuning lemon tua. Setelah itu akan
muncul air susu ibu yang merupakan suspensi lemak dan
c. Tujuan asuhan masa nifas
Menurut Saifuddin (2009; h.122) tujuan asuhan masa nifas
dibagi menjadi beberapa,diantaranya yaitu :
1) Menjaga kesehatan fisik dan psikologik ibu
2) Mendeteksi masalah,merujuk atau mengobati bila terjadi
komplikasi pada ibu.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi,keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan pada
bayinya.
4) Memberikan pelayanan pada keluarga berencana.
d. Komplikasi pada masa nifas
1) Infeksi
Infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu
tubuh melebihi 38 ºC (Manuaba, 2010; h.415).
2) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama . Penyebab
terjadinya perdarahan adalah terdapat sisa plasenta atau slaput
ketuban,infeksi pada endometrium, dan inversio uteri
(Manuaba, 2010; h.418).
3) Bendungan ASI
e. Program dan kebijakan teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah, mendeteksi,
menangani maslah-masalah yang terjadi (Saifuddin, 2009; h.123).
Tabel 2.2 Program dan kebijakan teknis
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8jam
setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan(rujuk jika perdarahan berlanjut). c. Memberikan konseling keibu
atau salah satu anggota keluarganya bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubung an antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran,atau setelah keadaan ibu dan bayi stabil.
2 6 hari setelah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tada penyulit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan kepada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah persalinan
1) Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan).
4 6 minggu
setelah persalinan
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang ia tau bayinya alami. b. Memberikan konseling KB
secara dini.
4. Bayi baru lahir
a. Definisi
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan mengalami trauma kelahiran
serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauteri kekehidupan ekstrauterin (Dewi, 2011, h.1).
Menurut Prawirohardjo (2009; h.349) segera setelah bayi lahir
lakukan penilaian awal, yang dilakuakn oleh bidan yaitu dengan
menilai:
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur dengan
mekonium?
3) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis?
4) Apakah tonus otot bayi baik?
c. Penilaian APGAR
Menurut Sondakh (2013, h.158) penilaian keadaan umum bayi
dimuali satu menit setelah lahir , kemudian penilaian berikutnya
dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh dengan menggunakan
nilai APGAR (tabel 2.1). Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah bayi menderia asfiksia atau tidak.
Tabel 2.3 penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR.
0 1 2
Appearance (warna kulit)
Pucat Badan merah dan ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan Pulse rate (frekuansi
nadi)
Tidak ada
Kurang dari 100
Lebih dari 100
Grimace (reaksi rangsang) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimace) Batuk/bersin
Activity (tonus otot) Tidak ada
Ekstremitas dalam sedikit fleksi
Menurut Dewi (2011; h. 3) interpretasi dari nilai APGAR, yaitu:
1) Nilai 1-3 adalaha asfiksia berat.
2) Nilai 4-6 asfiksia sedang.
3) Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal).
d. Ciri-ciri bayi baru lahir normal
Menurut Dewi (2011; h.2) ciri-ciri bayi baru lahir normal, yaitu:
1) Berat badan 2500-4000 gram.
2) Panjang badan 48-52 cm.
3) Frekuensi jantung pada menit pertama ±180 x/menit kemudian
turun 120-160 x/menit.
4) Pernafasan pada menit-menit pertama ±80 x/menit kemudian
turun 40-60 x/menit.
5) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan
cukup.
6) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah
sempurna.
7) Kuku agak panjang dan lemas. Respiration
(pernapasan)
Tidak ada
Lemah/tidak teratur
a) Perempuan : labia mayora menutupi labia minora.
b) Laki-laki : testis sudah turun dan skrotum sudah ada.
9) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
10) Reflek morro sudah baik.
11) Reflek gaps atau menggenggam sudah baik.
12) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan.
e. Mekanisme kehilangan panas
Menurut Prawirohardjo (2009; h.367) bayi kehilangan panas
melalui empat cara, yaitu:
1) Konduksi
Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit
bayi.
2) Konveksi
Pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi.
3) Evaporasi
Kehilangan panas melalui penguapan air pada kulit bayi
yang basah.
4) Radiasi
Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secraa
langsung dengan kulit bayi.
1) Kunjungan Neonatal hari ke-1 (KN 1)
a) Untuk bayi yang lahir di fasilitas kesehatan pelayanan
dapat di laksanakan sebelum bayi pulang dari fasilitas
kesehatan (>24 jam).
b) Untuk bayi yang lahir di rumah ,bila bidan meninggalkan
bayi sebelum 24 jam ,maka pelayanan dilaksanakan pada
6 jam setelah lahir.
Hal yang di laksanakan :
a) Jaga kehangatan tubuh bayi.
b) Berikan Asi Ekslusif.
c) Cegah Infeksi.
d) Rawat tali Pusat.
2) Kunjungan neonatal hari ke 3- 7(KN 2)
a) Jaga kehangatan tubuh bayi.
b) Berikan Asi Ekslusif.
c) Cegah Infeksi.
d) Rawat tali Pusat.
3) Kunjungan neonatal minggu ke -3 (KN 3)
Hal yang di lakukan meliputi :
a) Memeriksa ada/tidaknya tanda bahaya atau gejala sakit
pada bayi.
b) Menjaga kehangatan bayi.
1) Perdarahan tali pusat
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma ikatan
tali pusat yang longgar, robekan umbilicus,tersayatnya dinding
umbilicus sewaktu seksio sesaria (Dewi, 2011; h.9).
2) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang
tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga
menurunkan O2 dan meningkatkan CO2 (Manuaba, 2010;
h.421).
3) Kejang neonatus
Merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain
sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan
saraf pusat (Dewi, 2011; h.9).
5. Keluarga berencana
a. Definisi
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi. Sedangkan kontrasepsi adalah cara, alat, atau
obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi (Mochtar, 2011;
h.195).
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
agar diperoleh suatu keluarga bahagia, pengaturan kelahiran,
pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga (Sulistiawati, 2013; h.13).
2) Tujuan demografis
Dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan penduduk
(Mochtar, 2011; h.191).
3) Normatif
Dapat dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
sejahtera (NKKBS) yang pada waktunya akan menjadi falsafah
hidup masyarakat indonesia (Mochtar, 2011; h.191).
c. Sasaran program KB
Sasaran dari program KB, yaitu para pasangan usia subur
(PUS). Mereka diharapkan menjadi peserta Keluarga Berencana
Lestari sehingga memberikan efek langsung pada penurunan
fertilitas (Mochtar, 2011; h.191).
d. Jenis-jenis kontrasepsi
1) Kontrasepsi Non-Hormonal
a) Sanggama terputus (Koitus iterruptus)
(1) Definisi
Penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya
Menurut Affandi (2012; h. MK-15) keuntungan
senggama terputus, yaitu:
(a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
(b) Tidak mengganggu produksi ASI.
(c) Tidak ada efek samping.
(d) Dapat digunakan setiap waktu.
(e) Tidak membutuhkan biaya.
(3) Kekurangan
Menurut Manuaba (2010; h. 596) Kekurangan dari
senggama terputus, yaitu:
(a) Mengganggu kepuasan kedua belah pihak.
(b) Kegagalan hamil sekitar 30% sampai 35%.
b) Pembilasan pascasanggrama
(1) Definisi
Pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa ta
mbahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera
setelah koitus (Anwar, 2011; h.439).
(2) Kekurangan
Evektifitas cara ini hanya dalam batas-batas tertentu
karena sebelum dilakukan pembilasan spermatozoa
dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri
(Anwar, 2011; h.439).
c) Spermisida
Bahan kimia yang digunakan untuk membunuh
sperma (Affandi, 2012; h. MK-24).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-18) keuntungan
spermisida, yaitu:
(a) Tidak mengganggu produksi ASI.
(b) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(c) Mudah digunakan.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-18) kekurangan
spermisida, yaitu:
(a) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung kepada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(b) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah
aplikasi sebelum menggunakannya.
d) Kondom
(1) Definisi
Kondom merupakan selubung atau sarung karet
yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya
penis pada saat hubungan seksual (Affandi, 2012;
MK-17).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-18) keuntungan
kondom, yaitu:
(a) Efektif bila digunakan dengan benar.
(b) Tidak menggangggu produksi ASI.
(c) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(d) Murah dan dibeli secara umum.
(3) kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-19) kekurangan
senggama terputus, yaitu:
(a) Agak mengganggu hubungan seksual.
(b) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan.
(c) Merepotkan menjelang hubungan hubungan
senggrama (Manuaba, 2010; h.597).
(d) Dapat menimbulkan iritasi atau alergi (Manuaba,
2010; h.597).
e) Diafragma
(1) Definisi
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung,
vagina sebelum berhubungan seksual dan menutupi
serviks (Affandi, 2012; h. MK-1).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-19-22) keuntungan
diafragma, yaitu:
(a) Efektif bila digunakan dengan benar.
(b) Tidak menggangggu produksi ASI.
(c) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(d) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang 6 jam sebelumnya.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-22) Kekurangan
diafragma, yaitu:
(a) Keberhasilan kontrasepsi bergantung kepada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
(b) Evektivitas sedang.
(c) Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat harus
berada didalam posisinya.
2) Kontrasepsi hormonal
Pil kontrasepsi kombinasi adalah pil kontrasepsi
yang berisi estrogen dan progesteron (Mochtar, 2011;
h.204).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-31) keuntungan pil
kombinasi, yaitu:
(a) Memiliki efektivitas yang tinggi.
(b) Resiko terhadap kesehatan sanagt kecil.
(c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(d) Dapat digunakan dalam jangka panjang selama
perempuan masih ingin menggunakannya untuk
mencegah kehamilan.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-32) keterbatasan pil
kombinasi, yaitu:
(a) Mahal dan membosankan karena harus digunakan
tiap hari.
(b) Berat badan naik sedikit.
(c) Tidak boleh diberikan kepada perempuan menyusui
karena mengurangi produksi ASI.
(d) Pusing dan nyeri payudara.
b) Pil mini (Mini pil)
Pil mini adalah pil kontrasepsi yang hanya terdiri dari
progesteron dalam dosis rendah (0,5 mg atau kurang)
dan diberikan secara terus menerus tanpa berhenti
(Mochtar, 2011; h.208).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-51) keuntungan mini
pil, yaitu:
(a) Sangat efektif (98,5) bila digunakan dengan benar.
(b) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(c) Tidak mempengaruhi ASI.
(d) Nyaman dan mudah digunakan
(e) Dapat dihentikan setiap saat.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-51) kekurangan mini
pil, yaitu:
(a) Hampir 30-60% mengalami haid.
(b) Peningkatan/penurunan berat badan.
(c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang
sama.
(d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih
besar.
Suntikan tiap bulan yang mengandung dua macam
hormon, hormon progestin dan hormon estrogen seperti
hormon alami pada tubuh perempuan (Anwar, 2011;
h.450).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-36) keuntungan
suntikan kombinasi, yaitu:
(a) Resiko terhadap kesehatan kecil.
(b) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
(c) Jangka panjang.
(d) Efek samping sangat kecil.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-36) kekurangan
suntikan kombinasi, yaitu:
(a) Terjadi perubahan kola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak.
(b) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan
setelah penghentian pemakaian.
(c) Penambahan berat badan.
d) Suntikan progestin
Kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
hormon progestin (Affandi, 2012; h. MK-43).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-44) keuntungan
suntikan progetin, yaitu:
(a) Sangat efektif.
(b) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.
(c) Tidak berpengaruh terhadap ASI.
(d) Menurunkan kejadian penyakit kanker payudara.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan
suntikan progestin, yaitu:
(a) Siklus haid menjadi memendek atau memanjang.
(b) Tidak haid.
(c) Haid yang banyak atau sedikit.
(d) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
e) Kontrasepsi implan
(1) Definisi
Implan adalah kontrasepsi hormonal yang
efektif,tidak permanen dan dapat mencegah kehamilan
antara 3 sampai 5 tahun (Affandi, 2012; h.MK-55).
(a) Kesuburan akan cepat kembali pulih (Affandi,2012;
h. MK-61).
(b) Dipasang selama 5 tahun (Manuaba,2010; h.603).
(c) Biaya murah (Manuaba,2010; h.603).
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-62) kekurangan
implan, yaitu:
(a) Perdarahan yang lama selama beberapa bulan
pemakaian pertama.
(b) Tidak haid.
(c) Berat badan bertambah (Manuaba,2010; h.603).
(d) Liang senggrama terasa kering(Manuaba, 2010;
h.603).
f) AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
(1) Definisi
Memasukan benda atau alat kedalam uterus untuk
tujuan mencegah terjadinya kehamilan (Anwar,2011;
h.451).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-81) keuntungan
AKDR, yaitu:
(a) Efektivitasannya tinggi.
(b) Efektivitasannya segera setelah pemasangan.
(d) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan
AKDR, yaitu:
(a) Terjadinya perubahan siklus haid yakni haid lebih
lama dan banyak.
(b) Saat haid lebih sakit.
(c) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari
setelah pemasangan.
3) Kontrasepsi mantap
a) Tubektomi
(1) Definisi
Metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak
ingin anak lagi (Affandi,2012; h.MK-89). Tubektomi
adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
fertilitas seorang perempuan. Jadi Tubektomi adalah
metode kontrasepsi perempuan dengan prosedur
pembedahan untuk menghentikan fertilitas.
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-92) keuntungan
tubektomi, yaitu:
(a) Sangat efektif
(d) Pembedahan sederhana,dapat dilakukan dengan
anastesi lokal.
(3) Kekurangan
Menurut Affandi (2012; h. MK-44) kekurangan
tubektomi, yaitu:
(a) Harus di pertimbangkan mengenai sifat
permanennya.
(b) Klien dapat menyesal dikemudian hari.
(c) Rasa sakit dalam jangka pendek setelah tindakan.
b) Vasektomi
(1) Definisi
Metode kontrasepsi untuk laki-laki yang tidak ingin
anak lagi. Metode ini membuat sperma tidak dapat
mencapai vesikula seminalis (Affandi,2012; h.MK-95).
(2) Keuntungan
Menurut Affandi (2012; h. MK-98) keuntungan
vasektomi, yaitu:
(a) Sangat evektif.
(b) Tindakan bedah yang aman dan sederhana.
(c) Efektif setelah 20 kali ejakulasi atau 3 bulan.
Menurut Affandi (2012; h. MK-96) kekurangan
vasektomi, yaitu:
(a) Permanen.
(b) Bila tidak siap ada penyesalan dikemudian hari.
(c) Ada nyeri pascabedah.
(d) Perlu pengosongan depot sperma.
e. Penapisan
Tabel 2. 4 Daftar Tilik penampisan klien metode hormonal
Metode hormonal YA TIDAK
Apakah hari pertama haid terakhir 7hari
yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui dan kurang dari
6 minggu pasca persalinan.
Apakah mengalami perdarahan/bercak
antara haid setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit/mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis,paha atau dada,atau tungkai
bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah di atas
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
AKDR (semua jenis pelepas tembaga
dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu.
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik
apakah pernah mengalami haid banyak(lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam )
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membutuhkan analgetika
atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami
perdarahan/perdaarahan bercak atara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
Tabel 2.5 Daftar tilik penampisan klien metode operasi
Keadaan klien Dapat dilakukan
pada fasilitas rawat jalan
Dilakukan pada fasilitas
rujukan
Keadaan
umum(anamnesi
s dan
pemeriksaan fisik)
Keadan umum
baik,tidak ada tanda-tanda penyakit
jantung,paru,atau ginjal
Diabetes tidak terkontrol
,riwayat gangguan pembekuan darah,
tanda-tanda penyakit jantung,paru,atau ginjal.
Keadaan emosional
Tenang Cemas,takut
Tekanan darah <160/100mmHg 160/100mmHg
Infeksi atau kelainan
skrotum/inguinal
Normal Tanda-tanda infeksi atau kelainan
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN
1. Manajemen 7 langkah varney
Manajemen asuhan kebidanan menurut Varney adalan sebagai
berikut :
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu:
a. Riwayat Kesehatan.
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan.
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Pada langkah yang pertama ini, dikumpulkan semua data
ynang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasi sehingga ditentukan masalah
atay diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu
lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
momenklatur ( tata krama) diagnosis kebidanan.
a. Diakui dan telah di syahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langung dengan praktis kebidanan.
c. Memiliki ciri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktik
kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan managenen
kebidanan.
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosis potensial lainya berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau Dokter / di konsultasikan atau ditangani bersama
Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang
meyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang
tidak lengkap dapat dilengkapi.
Langkah VI : Melaksanakan perencanaan.
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh
dilangkah kelima harus dilakukan secara efisien dan
aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainya.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah terakhiran ini yang dilakukan oleh bidan adalah:
a. Melakukan evaluasi keefektifitasan asuhan yang sudah
diberikan, yang mencangkup pemenuhan kebutuhan untuk
menilai apakah sudah benar-benar terlaksana atau terpenuhi
sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi
dalam masalah dan diagnosis.
b. Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
Menurut Mangkuji (2013; h.8) pendokumentasian asuhan
kebidanan dengan cara SOAP, yaitu:
a. Subyektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
klien (ekspre