• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antologi... Vol... Nomer... Juni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Antologi... Vol... Nomer... Juni"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

PENERAPAN MODEL BENGKEL MENULIS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS

LAPORAN PENGAMATAN SAINS BERBASIS

MULTILITERASI

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri Percobaan di kelas IV Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung)

Dini Martya Fitriany¹, Yunus Abidin², Hana Yunansah³

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

dinimartyafitriany@gmail.com

Abstrak: Penerapan Model Menulis untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Sains Berbasis Multiliterasi(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa SD Negeri Percobaan di kelas IV Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung) Penelitian ini dilatar belakangi oleh masalah kemampuan menulis laporan pengamatan siswa yang masih rendah hal ini disebabkan karena guru kurang menyediakan waktu yang cukup dalam pembelajaran menulis dan kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran yang guru gunakan dalam pembelajaran menulis, sehingga kegiatan pembelajaran tidak menghasilkan kegiatan yang bermakna bagi siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran, meningkatkan aktivitas siswa, dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian tindakan kelas dengan model John Elliot yang terdiri dari 3 siklus dan 3 tindakan pada masing-masing siklusnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembar catatan lapangan, lembar penilaian aktivitas, lembar penilaian kemampuan menulis laporan pengamatan, lembar wawancara dan kamera foto. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh beberapa hasil yaitu proses pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis telah berlangsung dengan baik, kondusif, menyenangkan, dan bermakna. Hal ini ditunjukan oleh meningkatnya perolehan nilai aktivitas dan nilai kemampuan menulis laporan pengamatan siswa. Perolehan nilai aktivitas pada siklus I yaitu 54 dan perolehan nilai kemampuan siswa yaitu 58. Perolehan nilai aktivitas pada siklus III yaitu 89,5 dan nilai kemampuan siswa yaitu 86,75. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa model bengkel menulis mampu meningkatkan kemapuan siswa menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi. Dengan keberhasilan model bengkel menulis dalam meningkatkan proses, aktivitas dan hasil belajar siswa, maka metode ini sangat dianjurkan untuk diterapkan dalam pembelajaran menulis.

(2)

2

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

ABSTRACT

Abstract: Application Writing Model to Improve Writing Ability Based Multiliterasi Science Observation Reports (Classroom Action Research on Elementary School Students experiment in class IV Cileunyi District of Bandung District). This study was motivated by the observation report problems writing ability of students is still low and this is because teachers lack of sufficient time in learning to write and less precise use of the learning model that teachers use in learning to write, so the learning activities do not produce meaningful activities for students. The purpose of this study was to determine the learning process, increase student activity, and enhance students' skills in writing reports based science observations using a model multiliterasi writing workshop. The method used in this research is the method of action research with John Elliot models consisting of 3 cycles and 3 acts on each cycle. The instrument used in this study is the observation sheets, sheet field notes, sheet activity assessment, report writing capability assessment sheets observations, questionnaires and a photo camera. Based on research conducted by investigators, obtained some results, namely the process of learning to write reports based multiliterasi science observations using a model workshop writing has been going well, conducive, delightful, and meaningful. This is evidenced by the increased acquisition activity value and the value of students' ability to write reports observations. Acquisition value of activity in the first cycle is 54 and the acquisition value of the ability of students is 58. Acquisition activity in the third cycle value is 89.5 and the value of the student's ability namely 86.75. Thus it can be concluded that the model is able to boost Traffic writing workshop students wrote a report based multiliterasi science observations. With the success model of writing workshops in improving processes, activities and student learning outcomes, then this method is highly recommended to be applied in learning to write.

Keywords: Writing Reports Observations, Multiliterasi, Model Writing workshop

(3)

3

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

Pendidikan dijadikan sebagai tolak ukur maju mundurnya kualitas suatu bangsa, karena tanpa adanya pendidikan akan terjadi kebodohan dimana-mana. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh setiap umat manusia untuk mampu menjalani kehidupannya dalam pembentukan watak dan perilaku, membangkitkan potensi yang dimiliki, menjadikan pribadi yang cerdas dan berakhlak mulia. Sejalan dengan perkembangan zaman yang begitu pesat, pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi kemajuan zaman. Saat ini pendidikan dihadapkan pada tantangan yang berat, beberapa di antaranya yaitu pendidikan harus mampu menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang utuh di abad ke-21. Abidin (2014, hlm. 8) mengungkapkan kompetensi yang utuh di abad ke-21 tersebut menitikberatkan pada kompetensi berpikir dan komunikasi. Kompetensi berpikir artinya bahwa setiap sumber daya manusia saat ini diharapkan mampu memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif. Kompetensi berkomunikasi artinya bahwa sumber daya manusia hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi dalam melakukan kerja sama dan menyampaikan berbagai ide kritis serta kreatif. Sejalan dengan pandangan di atas Marocco, et al (dalam Abidin, 2014, hlm. 8) mengungkapkan bahwa minimalnya terdapat empat kompetensi belajar yang harus dikuasai yakni kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir kreatif. Jika dilihat dari tantangan tersebut, hal ini merupakan sebuah tantangan besar yang harus dijawab dengan menciptakan kegiatan pembelajaran yang baik, sehingga keempat kompetensi belajar ini dapat

terealisasikan. Salah satu usaha untuk menjawab tantangan ini yaitu dengan adanya perubahan terhadap kurikulum pendidikan. Di Indonesia kurikulum pendidikan sudah mengalami beberapa kali perubahan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga para peserta didik mampu menghadapi dunia yang semakin berkembang pesat. Saat ini dunia pendidikan Indonesia sedang disibukan dengan perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Peralihan ini tentunya membutuhkan penyesuaian agar kurikulum 2013 dapat berjalan dengan lancar. Hadirnya kurukulum 2013 dianggap sebagai angin segar dalam dunia pendidikan saat ini karena kurikulum 2013 hadir dengan pendidikan karakter dan pembelajaran terpadu yang diyakini mampu menjadi jalan dalam meningkatkan kualitas pendidikan saat ini. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, kurikulum 2013 juga menghadirkan berbagai model, pendekataN dan metode baru yang diharapkan mampu menunjang terealisasinya kurikulum 2013 dengan baik, sehingga tujuan pendidikanpun akan tercapai dengan baik pula. Dengan diterapkannya kurikulum 2013 diharapkan mampu menjadi jawaban dari tantangan abad ke-21. Sejalan dengan penerapan kurikulum 2013 dalam menghadapi tantangan abad ke-21, Abidin (2014, hlm. 17) mengungkapkan bahwa pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 ini ditujukan untuk dapat menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Berkaitan dengan pendidikan Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 di SD, pendidikan Bahasa Indonesia menjadi

(4)

4

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab salah satu aspek penting dalam kegiatan

pembelajaran, karena dengan adanya pengintegrasian yang terjadi pada kurikulum 2013 mengharuskan Bahasa Indonesia menjadi media dalam penyampaian materi yang lain. Dalam Bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya yaitu keterampilan menulis

Menulis adalah serangkaian proses yang menuntut seorang penulis mampu menuangkan seluruh ide, gagasan dan argumentasinya mengenai suatu hal dalam sebuah tulisan. Dari hasil observasi yang dilakukan ditemukan masalah bahwa kegiatan pembelajaran menulis di SD dirasa masih kurang baik. Hal ini dilihat dari kemampuan menulis siswa yang masih rendah, siswa masih sulit untuk menentukan topik tulisan, siswa masih sulit dalam menentukan kata awal, siswa masih sulit menentukan isi tulisan sehingga terkadang isi tulisan mereka berputar-putar, siswa sulit untuk mengolah kata, siswa tidak memperhatikan sistematika tulisan, ejaan dan lain sebagainya. Namun demikian tetap saja kegiatan menulis dianggap sebagai kegiatan yang mudah, sehingga banyak yang menyepelekannya. Banyak dijumpai guru di sekolah dasar mengajarkan menulis kepada siswa tanpa pengawasan dan arahan dari guru, karena mereka beranggapan bahwa kegiatan menulis merupakan hal yang mudah. Peserta didik hanya harus menuangkan apa yang peserta didik pikirkan dalam sebuah tulisan, padahal sebenarnya kegiatan menulis tidak sebatas demikian, banyak hal yang harus dipertimbangkan baik dari segi penulisan, isi maupun tata cara menulis yang sebenarnya. Hal ini jelas menjadi faktor rendahnya kemampuan menulis siswa. Selain itu, faktor kurang tepatnya penggunaan pendekatan menulis yang digunakan dan

kemampuan guru dalam menulis yang rendah juga menjadi penyebab rendahnya kemampuan menulis siswa. Kegiatan menulis sebenarnya bukanlah kegiatan

instan seperti yang dIajarkan di SD saat ini. Semestinya kegiatan menulis harus melewati beberapa proses menulis. Dalam kurikulum 2013 kegiatan menulis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia diintegrasikan dengan beberapa bidang ilmu lainnya. Seperti halnya kegiatan menulis laporan pengamatan yang dipadukan dengan pembelajaran IPA, isi dari laporan pengamatan adalah materi dalam pembelajaran IPA tetapi bahasa yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia. Jalas hal ini memerlukan tingkat berpikir yang tinggi. Siswa dituntut mampu membuat hasil tulisan yang berisikan laporan pengamatannya dalam bidang sains, selain siswa harus mampu memperhatikan tulisannya juga harus memperhatikan isi dari tulisannya tersebut. Tergambar jelas bahwa kegiatan pembelajaran laporan pengamatan dalam bidang sains ini merupakan pembelajaran berbasis model multiliterasi. Model ini menghendaki adanya pengintegrasian antara bahasa dan ilmu lainnya. Multiliterasi dalam bidang sains menghendaki adanya kemampuan memahami, berpikir, dan mengaplikasikan konsep dan perspektif sains dalam berbagai kejadian.

Keterampilan menulis sebagai salah satu bagian dari keterampilan multiliterasi menghendaki siswa untuk dapat mengekspresikan ide, gagasan dan argumentasinya dalam bentuk tulisan. Dalam kegiatan menulis ini siswa diharuskan menulis atas hasil membaca, hasil penelitian, ataupun hasil observasi sebagai data mentah untuk dijadikan sebuah tulisan oleh siswa karena siswa harus mampu menuangkan sebuah tulisan yang mencerminkan tanggapan kritisnya. Pada saat menulis siswa harus Laporan Pengamatan Sains berbasis Multiliterasi

(5)

5

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab memperhatikan sistematika tulisan dan

tata cara menulis yang baik. Dapat dikatakan menulis dalam konteks kurikulum 2013 terbilang sulit namun dengan model multilitarasi ini akan tercipta peserta didik yang mampu menulis dengan baik. Oleh sebab itu akan begitu baik jika multiliterasi tercermin dalam proses pembelajaran menulis laporan pengamatan sains.

Untuk menciptakan peserta didik yang mampu menulis dengan baik, dibutuhkan sebuah cara yang mampu menunjang keberhasilan yakni dengan adanya strategi, model, pendekatan, metode dan teknik yang tepat. Dalam hal ini, model bengkel menulis dirasa tepat guna menunjang keberhailan pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi. Model ini diyakini mampu meningkatkan kualitas tulisan siswa baik kualitas isi tulisan maupun kualitas kebahasaannya. Oleh sebab itu, model pembelajaran menulis yang akan penulis terapkan dalam penelitian ini adalah model bengkel menulis. Model ini menghendaki siswa untuk merencanakan, mengorganisasikan, dan menyajikan tulisan agar siswa mampu untuk memilih topik yang tepat dan mengembangkannya dalam berbagai jenis tulisan.

Dengan model bengkel menulis ini diharapkan mampu membuat siswa memahami betul proses menulis, sehingga terciptanya cinta menulis di kalangan peserta didik dan terciptanya seorang penulis yang berkualitas. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan model bengkel menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi”

METODE

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode tindakan kelas. Elliot (dalam Kunandar, 2012, hlm. 43) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan kajian dari sebuah situasi sosial dengan kemungkinan adanya tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut. Sejalan dengan pendapat Elliot, Abidin (2011) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas pada dasarnya adalah penelitian yang dilakukan untuk memecahkan masalah, mengkaji langkah pemecahan masalah itu sendiri, dan atau memperbaiki proses pembelajaran secara berulang atau bersiklus. Dengan demikian dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guna menguji suatu permasalahan dan mencoba memperbaiki masalah tersebut dengan suatu tindakan yang dilakukan berulang-ulang atau bersiklus untuk menemukan hasil dari tindakan tersebut.

Pemilihan metode ini didasarkan atas sejumlah pendapat bahwa menurut Muslich (2012, hlm. 11) dalam upaya meningkatkan kompetensi guru untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa pada saat kegiatan pembelajaran, guru dapat melakukan penelitian tindakan kelas, baik secara mandiri, maupun secara kolaboratif (antar guru dan dosen atau antar guru dan guru). Melalui penelitian tindakan kelas, masalah-masalah dalam pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan optimal guna menciptakan kegiatan pembelajaran yang diharapkan. Pada penelitin tindakan kelas ini menghendaki guru sebagai peneliti dan sebagai agen perubahan karena penelitian tindakan kelas ini harus dilakukan oleh guru (peneliti) secara langsung. Lebih lanjut

(6)

6

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab Muslich (2012, hlm. 11) mengemukakan

bahwa PTK memiliki manfaat yang sangat penting dalam peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran selain dari pada itu pelaksanaan PTK ini akan meningkatkan keprofesionalan guru dalam mengajar. Peningkatan kompetensi dan keprofesionalan guru ini diakibatkan oleh berbagai informasi dan hasil yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi permasalahan yang dialami siswa. Dari berbagai penelitian yang dilakukan guru dalam mengatasi permasalahan yang dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran tentunya akan berdampak juga pada proses pembelajaran dan siswa yaitu terjadinya perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran sehingga kinerja belajar dan kompetensi siswapun ikut mengalami perbaikan dan peningkatan. Selain dari pada itu dari hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru akan berdampak pula pada perbaikan dan peningkatan terhadap penggunaan media, alat bantu belajar, sumber belajar, pengunaan evaluasi, perkembangan pribadi siswa dan kualitas penerapan kurikulum serta seluruh aspek yang sekiranya menjadi sasaran penelitian yang pada awalnya menjadi pemicu masalah dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pandangan para ahli tentang penelitian tindakan kelas tersebut peneliti berasusmsi bahwa penelitian ini mengarah pada peningkatan proses dan hasil kegiatan pembelajaran. Selain proses dan hasil, penelitian ini juga akan digunakan untuk meningkatkan profesionalisme. Oleh sebab itu peneliti memilih menggunakan metode penelitian tindakan kelas dalam penelitian yang akan peneliti lakukan. Dalam pelaksanaannya penelitian tidakan kelas ini akan dilaksanakn dengan tiga siklus, yang

masing-masing siklusnya terdapat tiga tindakan. Sejalan dengan tiga siklus dan 3 tindakan tersebut penelitian ini akan menggunakan model Elliot.

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV di SD Negeri Percobaan dengan jumlah siswa sebanyak 38. Adapun sebagian siswa yang terdapat di sekolah tersebut memiliki kemampuan yang kurang baik dalam aspek menulis seperti kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan. Siswa masih sulit untuk menentukan kata awal mereka dalam menulis, tulisan siswa masih belum tersusun dengan baik, siswa masih sulit menentukan isi tulisan sehingga terkadang isi tulisan mereka berputar-putar, siswa sulit untuk mengolah kata dan lain sebagainya. Bertemali dengan masalah yang terdapat di sekolah tersebut peneliti berniat untuk melakukan penelitian tersebut karena masalah yang terdapat disekolah sesuai dengan bidang penelitian yang akan peneliti lakukan, selain dari pada itu terdapat keterhubungan akses dalam melakukan penelitian disekolah tersebut.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu.

1. Penilaian Kemampuan Menulis Kegiatan penilaian digunakan untuk mengumpulkan data berupa kemampuan siswa menulis laporan pengamatan. Penilaian yang dilakukan adalah penilaian aktivitas dan hasil belajar, adapun karakteristik penilaianaktivitas belajar berupa penentuan topik, drafting/mengembangkan topik tulisan, merevisi, editing, publikasi. Adapun penilaian hasil belajar berupa kemampuan menulis laporan pengamatan yaitu struktur laporan, bahasa laporan, isi laporan.

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menggambarkan seluruh aktivitas yang dilakukan dalam proses pembelajaran, Laporan Pengamatan Sains berbasis Multiliterasi

(7)

7

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab aktivitas tersebut meliputi, aktivitas siswa

dan aktivitas guru yang dilakukan selama proses pembelajaran. Adapun kisi-kisi lembar observasi terlampir.

3. Catatan Lapangan

Kegiatan ini dilakukan untuk mencatat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini menuntut keahlian guru dalam mengamati seluruh proses pembelajaran sehingga guru mampu mendapatkan data yang akurat sebagai catatan kegiatan pembelajaran. 4. Dokumentasi

Kegiatan Dokumentasi merupakan kegiatan mengumpulkan data berupa foto, video dan lain sebagainya mengenai aktivitas yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

5. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tentang siswa perihal pembelajaran dan materi yang diberikan. Pertanyaan dalam wawancara ini berbentuk semi terstruktur.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam mengolah data penelitian yaitu dengan.

1. Teknik Kualitatif

Teknik pengolahan data secara kualitatif merupakan teknik pengolahan data yang dilakukan melalui mendeskripsikan seluruh proses kegiatan penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap variabel-variabel yang diteliti. Proses analisis data dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara.

2. Teknik Kuantitatif

Teknik pengolahan data kuantitatif merupakan teknik pengolahan data berupa angka-angka. Data ini dapat disajikan dalam bentuk statistik deskriptif, grafik, tabel, maupun diagram yang mampu menunjukkan kemajuan proses

pembelajaran yang ditinjau dari hasil belajar.

3. Teknik Trianggulasi

Teknik trianggulasi bertujuan untuk memberikan pemahaman secara menyeluruh mengenai hasil penelitian. Proses pengolahan data triangulasi dapat dilakukan dengan cara menyatukan data kualitatif dan data kuantitatif sehingga data yang didapatkan lebih akurat. Proses pengolahan data ini harus dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai pembelajaran menulis laporan pengamatan dengan menggunakan model bengkel menulis yang telah dilaksanakan sebanyak tiga siklus, dari mulai proses, nilai hasil aktivitas siswa, maupun kemampuan menulis laporan pengamatan mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut tergambar pada grafik dan tabel nilai rata-rata aktivitas dan nilai rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan. Adapun grafik dan tabel penilaian aktivitas maupun kemampuan menulis laporan pengamatan yaitu sebagai berikut.

(8)

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

Gambar 4.25

Nilai rata-rata Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan

Pengamatan

Berdasarkan grafik 4.25 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya peningkatan aktivitas yang terjadi pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan adalah 54, pada siklus II nilai rata-rata siswa yaitu 68, dan pada siklus III nilai rata-rata siswa yaitu 89,5. Peningkatan rata-rata nilai aktivitas siswa dipengaruhi oleh peningkatan kemampuan setiap aktivitas yang dikerjakan siswa. Peningkatan rata-rata nilai pada aspek penilaian kemampuan menulis laporan pengamatan digambarkan pada gambar 4.26

Gambar 4.26

Grafik Rekapitulasi Skor Rata-rata Ketercapaian Indikator Pada Aktivitas

Menulis Laporan Pengamatan Sains Berbasis Multiliterasi dengan Menerapkan Metode Bengkel Menulis

(Writing Workshop)

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh pada setiap aspek penilaian aktivitas mengalami peningkatan dari

54 68 89,5 0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II Siklus III

Nilai rata-rata aktivitas

siswa dalam pembelajaran

menulis laporan

pengamatan

Nilai rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 2 1,78 2 2 2,6 2,6 2,6 2,5 3,36 2,8 3 3,2 3 3,8 4,54

Grafik Rekapitulasi Skor Rata-rata Ketercapaian

Indikator Pada Aktivitas Menulis Laporan Pengamatan Sains Berbasis

Multiliterasi dengan Menerapkan Metode Bengkel Menulis

(Writing Workshop)

Siklus I Siklus II Siklus III

(9)

9

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab setiap siklusnya. Adapun pemaparan

peningkatan rata-rata pada setiap siklus yaitu sebagai berikut.

Pada aspek menentukan topik tulisan mengalami peningkatan sari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 0,9 dan peningkatan yang terjadi dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,4 oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek menentukan topik tulisan yaitu sebesar 1,3. Pada aspek Drafting/mengembangkan topik tulisan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,82 dan peningkatan yang terjadi dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,6 oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek drafting/mengembangkan topik tulisan yaitu sebesar sebesar 1,42. Pada aspek merevisi tulisan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,5 dan peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,5 oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek merevisi tulisan yaitu sebesar 1. Pada aspek mengedit tulisan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 1,36 dan peningkatan yang terjadi pada siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,44. Oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek merevisi tulisan yaitu sebesar 1,8. Pada aspek publikasi tulisan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 0,2 dan peningkatan yang terjadi pada siklu II ke siklus III yaitu sebesar 0,49. Oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada spek publikasi tulisan yaitu sebesar 0,69.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui nilai kenaikan capaian aktivitas siswa pada pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis pada siklus I sampai dengan siklus III. Kenaikan tersebut terlihat signifikan, hal ini terlihat dari naiknya tiap indikator yang terdapat di dalam aktivitas siswa dalam LKP. Indikator yang paling

meningkat pada setiap siklusnya yaitu kegiatan editing tulisan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa untuk menulis karena sudah dilatih berulang kali oleh peneliti selain itu peningkatan ini disebabkan oleh adanya latihan menulis secara berulang dan bimbingan yang diberikan penelti. Dalam kegiatan menulis baiknya perlu melakukan pemaduan berbagai pendekatan menulis, hal ini dilakukan guna meningkatkan kemampuan menlis siswa, sejalan dengan pandangan sebelumnya peneliti juga mencoba untuk memadukan beberapa pendekatan menulis dalam kegiatan penelitiannya tetang menulis. Pada penelitian ini, peneliti memadukan pendekatan frekuentif dan pendekatan korektif.

Dalam penelitian ini, selain penilaian aktivitas yang mengalami peningkatan, penilaian kemampuan menulis laporan pengamatan juga mengalami peningkatan dari setiap siklusnya, peningkatan nilai rata-rata keterampilan menulis laporan pengamatan terdapat pada gambar 4.27 yaitu sebagai berikut.

Gambar 4.27

Nilai rata-rata Kemampuan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Laporan

Pengamatan 58 83 86,75 0 20 40 60 80 100

Siklus I Sikus II Siklus III

Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan

Nilai rata-rata kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan Antologi ... Vol... Nomer... Juni 2015

(10)

10

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

Berdasarkan gambar 4.27 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai kemampuan menulis laporan pengamatan yang diperoleh pada siklus I adalah 58, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 83 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 86,75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis laporan pengamatan dari siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan yang signifikan. peningkatan rata-rata nilai pada aspek penilaian kemampuan menulis laporan pengamatan digambarkan pada gambar 4.28

Gambar 4.28

Grafik Rekapitulasi Skor Rata-rata Ketercapaian Indikator Pada Hasil

Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dengan Model Bengkel

Menulis (Writing Workshop)

Berdasarkan grafik 4.28 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh pada setiap aspek penilaian kemampuan menulis laporan pengamatan mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Adapun pemaparan peningkatan rata-rata pada setiap siklus yaitu sebagai berikut.

Pada aspek struktur laporan pengamatan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,23, namun terjadi penurunan pada siklus II ke siklus III yaitu sebesar peningkatan yang terjadi dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,5 oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek menentukan topik tulisan yaitu sebesar 1,23. Pada aspek isi laporan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 0,77 dan peningkatan yang terjadi dari siklus II ke siklus III yaitu sebesar 0,25 oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek isi laporan yaitu sebesar sebesar 1,02. Pada aspek bahasa laporan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 1,37, namun tidak terjadi peningkatan pada siklus II ke siklus III, nilai rata-rata yang didapatkan pada siklus II dan III sama. Oleh sebab itu peningkatan yang terjadi pada aspek merevisi tulisan yaitu sebesar 1,37.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui nilai kenaikan capaian kemampuan siswa pada pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis pada siklus I sampai dengan siklus III. Kenaikan tersebut terlihat signifikan, hal ini terlihat dari naiknya tiap indikator yang terdapat pada kemampua siswa dalam LKP. Indikator yang paling meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada aspek bahasa laporan namun jika dilihat dari progresifitas kenaikan grafik rekapitulasi skor rata-rata ketercapaian indikator pada hasil kemampuan menulis laporan pengamatan dengan model bengkel 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Struktur laporan pengamatan

Isi laporan Bahasa laporan 2,57 2,23 2,23 3,8 3 3,6 3,75 3,25 3,43 Grafik Rekapitulasi Skor

Rata-rata Ketercapaian Indikator Pada Hasil Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan dengan

Model Bengkel Menulis (Writing Workshop)

Siklus I Siklus II Siklus III

(11)

11

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab menulis telah terjadi penurunan dari siklus

II ke siklus III sebesar 0,17 begitupula dengan aspek strutur laporan mengalami penururan 0,5. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai jenuh untuk menulis, selain itu penurunan yang terjadi pada aspek bahasa laporan dikarenakan penggunaan bahasa yang kurang dioptimalkan karena pada kegiatan ini tulisan dipadukan dengan gambar sehingga kurang terlatihnya penggunaan bahasa siswa

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa indikator yang paling meningkat dilihat dari progresifitas kenaikan pada grafik rekapitulasi skor rata-rata ketercapaian indikator pada hasil kemampuan menulis laporan pengamatan dengan model bengkel menulis, aspek isi laporanlah yang paling meningkat. Meningkatnya kemampuan menulis laporan pengamatan pada aspek isi ini dikarenaan modifikasi laporan pengamatan yang dibuat dengan memadukan tulisan dan gambar sehingga kegiatan pembelajaran mampu menarik minat siswa untuk menulis laporan pengamatan. Modifikasi ini dapat dikatakan sebagai multimodal. Abidin (2015, hlm. 94) mengungkapkan bahwa teks multimodal merupakan teks yang tidak hanya dibatasi dengan kata-kata, namun dapat juga berwujud gambar, visual, performa, musikal, ataupun teks digital berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Lebih lanjut Abidin mengungkapkan bahwa dengan pemanfaatan teks yang bersifat multimodal ini, siswa tidak terbatas hanya dapat menyajikan pemahamannya melalui bahasa tertulis saja tetapi juga dapat menggunakan literasi visual, literasi musikal, literasi performa, literasi teknologi dan beragam literasi lainnya. Beragam cara yang dapat dilakukan ini mampu membuat siswa lebih menguasi dan mengembangkan keserdasan-keserdasan yang dimilikinya.

Selain itu meningkatnya kemampuan menulis laporan pengamatan pada aspek isi laporan juga dipengaruhi oleh kegaitan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, hal ini tercipta karena adanya kegiatan-kegiatan yang menunjang di dalamnya yaitu pemberian motivasi dan penguatan serta melakukan berbagai kegiatan permainan.

Adapun peningkatan penilaian nilai rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan yang peningkatannya paling rendah yaitu pada aspek isi laporan, namun jika dilihat dari progresifitas kenaikan grafik rekapitulasi skor rata-rata ketercapaian indikator pada hasil kemampuan menulis laporan pengamatan dengan model bengkel menulis pada aspek isi laporan ini tidak terjadi penurunan seperti pada aspek bahasa dan aspek struktur laporan. Oleh sebab itu indikator yang paling rendah peningkatannya dilihat dari progresifitas kenaikan pada grafik rekapitulasi skor rata-rata ketercapaian indikator pada hasil kemampuan menulis laporan pengamatan dengan model bengkel menulis dan proses pembelajaran yaitu pada aspek bahasa laporan. Hal ini dikarenakan pada kegiatan menulis laporan pengamatan ini dibuat sesederhana mungin dengan bahasa yang sederhana dan juga adanya keterpaduan tulisan dan gambar sehingga membuat kemampuan siswa berbahasa kurang terlatihkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa model bengkel menulis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi. Pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menerapkan model bengkel menulis dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif dan mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam Antologi ... Vol... Nomer... Juni 2015

(12)

12

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab berkomunikasi melalui media tulis. Selain

itu dengan diterapkannya model bengkel menulis ini juga dapat menciptakan siswa yang benar-benar menjadi seorang penulis karena dengan diterapkannya model bengkel menulis kegiatan menulis akan mencerminkan kegiatan menulis yang persis seperti apa yang kita butuhkan sebagai orang dewasa dalam menulis kehidupan kita, perlu waktu, pilihan dan pengaruh orang lain dalam menulis sebuah tulisan. Menurut Dorn & Soffos (2001, hlm. 32) model Bengkel menulis merupakan sebuah wilayah literasi tempat dimana siswa belajar proses menulis melalui menyediakan waktu secukupnya oleh guru agar siswa secara pasti dapat merencanakan, mengorganisasikan, dan menyajikan tulisannya.

Kegiatan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis ini juga dapat membuat siswa tidak hanya diajarkan untuk mampu menulis tetapi juga siswa diajarkan untuk mampu memahami konten lain seperti materi pelajaran sains yang pada dasarnya kegiatan pmebelajaran seperti ini merupakan kegiatan pembelajaran multiliterasi oleh sebab itu peneliti mencantumkan multiliterasi dalam penelitiannya dengan kegiatan pembelajaran berrbasis multiliterasi. Menurut abidin (2014, hlm. 185) keterampilan menulis dalam multiliterasi adalah kegiatan yang menghendaki siswa untuk membangun makna dan berekspresi untuk menghasilkan gagasan kritis dan kretif atas pengetahuan yang sudah dimiliki siswa. Dari pandangan diatas terlihat jelas bahwa kegiatan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi menuntut kemampuan yang tinggi. Karena dalam hal ini untuk menulis laporan pengamatan, selain dari isi penulis juga harus memperhatikan berbagai aturan penulisan yang baik dan kemapuan

mencari berbagai informasi melalui pengamatan dengan pola pikir yang kritis dalam menanggapi berbagai fenomena sains. Dari berbagai informasi yang didapatkan melalui pengamatan, siswa harus memiliki kemampuan berpikir kritis untuk memilih dan memilah informasi yang perlu atau tidak perlu, penting atau tidak penting di masukan dalam tulisannya, siswapun harus mampu untuk mengorganisasikan berbagai informasi yang didapatkannya sehingga penulis dapat mengkomunikasikan informasi tersebut secara tepat. Dari kegiatan pembelajaran menulis laporan pengamatn sains berbasis multiliterasi dapat menjadikan siswa mampu memiliki empat kompetensi yang harus dimiliki siswa pada abad ke-21.

Peningkatan proses, aktivitas dan hasil dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi yang dilaksanakan oleh peneliti dapat memperkuat penelitin-penelitian relevan sebelumnya yang dilakukan oleh Yoga (2014) dan millah (2013). Hasil penelitian dari kedua peneliti ini juga menunjukan adanya peningkatan baik dari penggunaan model bengkel menulis dan kemampuan menulis laporan pengamatan baik pada aspek proses, aktivitas maupun hasil dalam belajar.

Selain dari keunggulan dari penggunaan model bengkel menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi terdapat juga beberapa kelemahan yang terdapat pada penelitian ini yaitu kemampuan bahasa yang kurang meningkat. Oleh sebab itu sebaiknya dalam kegiatan pembelajaran ini ditambahkan kegiatan khusus yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam konteks berbahasa.

(13)

13

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab KESIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan model bengkel menulis pada pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi di kelas IVC SD Negeri Percobaan, peneliti dapat memberikan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan. Kesimpulan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis dari aktivitas dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Pembelajaran menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis laporan pengamatan secara signifikan dari setiap siklusnya. Hal ini terlihat dari sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran maupun mengerjakan LKP pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa tidak kondusif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, pada siklus II hanya beberapa siswa aja yang belum dapat dikondisikan, dan pada siklus III seluruh siswa kelas IVC sudah dapat dikondisikan dengan baik dalam mengikuti seluruh kegiatan pembelajaran.

2. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model bengkel menulis mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan tersebut dapat terlihat dari aktivitas siswa dalam kegiatan menentukan topik tulisan, drafting/mengembangkan topik tulisan, merevisi, editing, dan publikasi. Pada pelaksanaan siklus I hasil aktivitas belajar siswa diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 54. Pada pelaksanaan siklus II nilai aktivitas mengalami peningkatan yang signifikan, nilai rata-rata pada siklus

II ini yaitu 68. Kemudian pada siklus III nilai rata-rata aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 89,5. Hal ini menunjukan bawa model bengkel menulis cocok untuk diterapkan dalam kegiatan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi.

3. Kemampuan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi dengan menggunakan model bengkel menulis mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi yang meliputi tiga aspek yaitu struktur laporan pengamatan, isi laporan pengamatan, dan bahasa laporan pengamatan. Pada pelaksanaan siklus I, nilai rata-rata hasil kemampuan menulis laporan pengamatan siswa yaitu 58. Pada siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 83. Dan pada siklus III nilai rata-rata kemampuan menulis laporan pengamatan siswa mengalami peningkatan dari siklus-siklus sebelumnya yaitu 86,75. Hal ini menunjukan bawa model bengkel menulis cocok untuk diterapkan dalam kegiatan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi.

B. Implikasi dan Rekomendasi 1. Implikasi

Setelah dilakukan penelitian terhadap proses, aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model bengkel menulis, diperoleh bahwa model tersebut dapat digunakan dalam proses pembelajaran menulis yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan Antologi ... Vol... Nomer... Juni 2015

(14)

14

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1104675 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab kemampuan menulisnya, sehingga siswa

mampu menulis dengan baik. 2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan model bengkel menulis untuk meningkatkan kemampuan menulis laporan pengamatan sains berbasis multiliterasi, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi kepada guru dan peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut. a. Dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran dengan model bengkel menulis diperlukan pemilihan materi yang menaik sehingga mampu menumbuhkan minat siswa belajar. b. Dalam pelaksaan kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan model bengkel menulis diperlukan ruangan yang di desain sedemikian rupa dan memberikan waktu yang cukup untuk menulis sehingga mampu menunjang kegiatan menulis siswa.

c. Dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model bengkel menulis diperlukan berbagai variasi, motivasi, dan permainan agar siswa tidak merasa jenuh dalam melakukan kegiatan menulis.

Dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model bengkel menulis diperlukan penguatan kemampuan bahasa siswa dengan memberikan contoh dan melatih siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain sitem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Muchsin, B. Dkk. (2010). Pendidikan Islam Humanistik. Bandung: PT Refika Aditama

Muslich, M. (2012). Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Millah, E,T. (2013). Model Pembelajaran Bengkel Menulis Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Petunjuk. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Yoga, A. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Scientific Process Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis (Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran Menulis Laporan Pengamatan Kelas V Sekolah Dasar). (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesi: Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar menggunakan media belajar diorama, blockdiagram dan chalkboard (2) membandingkan efektivitas

Researcher : sudah…sudah…… jangan nangis ya… sini ikut miss ika ke kantor.. Biar miss ika

The spatial lag model for the sample with a total noise level equal to or above 50 dB shows that there is no change in the direct effect on the price from the road noise, and

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran matematika menggunakan Adobe Flash CS3 standar kompetensi memecahkan permasalah

PEMBUATAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN GAME BERBASIS METODE DISCOVERY PADA MATERI KONSEP DASAR INSTALASI SISTEM OPERASI DI SMK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil Penelitian Peran Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Dalam Mendorong Persaingan Usaha Yang Sehat Di Sektor Motor Skuter Matic 1. Kriteria Persaingan Usaha Yang Sehat

Salah satunya adalah internet, Internet merupakan sumber informasi yang penting bagi masyarakat di seluruh dunia, berbagai fungsi komunikasi dan penyebaran informasi dapat