• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP BRAND DALAM FILM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP BRAND DALAM FILM"

Copied!
182
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG

MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP

BRAND DALAM FILM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Manajemen

Oleh :

Redemtus Redi Wijaya NIM : 04 2214 041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv MOTTO

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab ia yang memelihara

kamu”. (1 petrus 5: 7)

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah

dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur”. (filipi 4:6)

“Segala perkara dapat ku tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan

kepadaku “ (filipus 4 :13)

Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat..

(5)

v

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

My Saviour, My Lord, Tuhan Yesus Kristus,

Papa (Ongka Wijaya) & Mama (Anance Wijaya) tercinta

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG

MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP

BRAND DALAM FILM

Redemtus Redi Wijaya

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata DharmaYogyakarta

2011

Brand placement bukan merupakan hal baru dalam dunia pemasaran, termasuk di Indonesia setidaknya dalam beberapa tahun terakhir. Dalam dunia perfilman di Amerika Serikat praktek inipun sudah bisa ditemukan pada tahun 1920-an oleh perusahaan rokok. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor dalam brand placement yang mempengaruhi sikap penonton terhadap

brand dalam film. Berdasarkan penelitian sebelumnya faktor-faktor dalam brand placement yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah acceptance, ethics & regulation, attention, reference dan interest. Film yang menjadi obyek penelitian

adalah film Indonesia yang berjudul “Love” yang rilis pada tahun 2008, dan brand

yang muncul dalam film tersebut adalah KFC, Aqua, Nokia, Toyota, dan Big Bird.

Penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden yang sudah pernah

menonton film ”Love” di Yogyakarta. Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi berganda.

Pada penelitian ini diketahui bahwa acceptance, ethics & regulation,

attention, reference, dan interest hanya berpengaruh sebesar 32,9% pada sikap penonton terhadap brand sedangkan 67,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor

ethics & regulation,attention dan interest tidak berpengaruh signifikan pada sikap penonton terhadap brand.

(9)

ix ABSTRACT

BRAND PLACEMENT FACTORS AFFECTING THE AUDIENCE ATTITUDES TOWARD BRAND DEPICTED IN A MOVIE

Redemtus Redi Wijaya

Management Study Program of Economic Faculty Sanata Dharma University Yogyakarta

2011

Brand placement is not a new thing in the world of marketing, including in Indonesia, at least in recent years. In the world of cinema in the United States even this practice have been found in the 1920's by tobacco companies. The present research was conducted to determine the factors on brand placement that influence the audience attitude on brand in the movie in the Indonesian context. Based on previous research the factors of brand placement used in the present study are the acceptance, ethics & regulation, attention, reference and interest. The film which becomes object of research is the Indonesian movie entitled "Love" that released in 2008, and the brands that appear in the movie is KFC, Aqua, Nokia, Toyota and Big bird.

The research was conducted on 100 respondents in Yogyakarta who had seen the movie "Love". The analysis used in this research were descriptive analysis and multiple regression analysis.

Results show that acceptance, ethics & regulation, attention, reference, and interest affect of 32.9% of the audience attitudes toward the brand, while the rest was influenced by other factors. Each of the dimensions of attention, ethics & regulation and interest have no significant effect on attitude.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala hormat, puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP BRAND DALAM FILM”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan, doa, serta dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Terutama kepada:

1. My Saviour, My Lord, Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Mu, atas kekuatan, dan cinta-Mu

2. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J.

3. Bapak Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

xi

5. Ibu Ike Janita Dewi, SE, MBA, PhD., selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan mencurahkan perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.

6. Ibu Dra. Diah Utari Bertha Rivieda, M.Si., selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, koreksi, dan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis selama proses perkuliahan.

8. Seluruh staf perpustakaan dan administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dalam penyediaan literatur dan pelayanan administrasi. Khusus untuk Kopma USD (Mbak Lusi dan Mbak Marni) terima kasih doa, restu, dan tempatnya hingga penulis dapat memperoleh data guna menyelesaikan skripsi ini.

9. Papa dan Mama tercinta terimakasih atas dukungan, doa, semangat, dorongan, kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Tanpa dukungan materi dan spiritual penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Om Toro dan Tante Erna terima kasih untuk semua bantuan, dukungan, dan tempat tinggal yang nyaman sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11.Yudhit (bee) terima kasih untuk cintamu yang begitu besar, perhatianmu, dan

(12)
(13)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Manajemen Brand ... 10

(14)

xiv

C. Komunikasi Brand melalui Media Iklan ... 12

Proses Komunikasi ... 14

Langkah - Langkah dalam Mengembangkan ... 16

Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 19

D. Analisa Strategi Brand Placement... 23

1. Konsep Brand Placement ... 23

2. Implementasi Strategi Brand Placement ... 26

E. Sikap Konsumen ... 33

1. Pengertian Sikap ... 33

2. Sikap Terhadap Iklan ... 35

3. Sikap Penonton Terhadap Brand Placement dalam Film .. 35

4. Sinopsis Film Love ... 38

5. Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 41

B. Metode Pengumpulan Data ... 42

C. Metode Pengukuran Data ... 42

D. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi 1. Variabel penelitian ... 44

2. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 47

(15)

xv

Pengujian Validitas ... 51

Pengujian Reliabilitas ... 52

F. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif ... 53

2. Analisis Regresi Berganda ... 53

3. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 54

4. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 57

5. Uji Asumsi Klasik ... 59

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Instrumen ... 62

Hasil Uji Validitas ... 63

Hasil Uji Reliabilitas ... 65

B. Karakteristik Responden ... 67

1. Jenis Kelamin Responden ... 67

2. Usia ... 68

3. Kepastian Menonton Film ... 68

C. Pengujian Asumsi Klasik ... 69

1. Hasil Uji Asumsi Klasik Normalitas ... 70

2. Hasil Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas ... 72

3. Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas ... 73

(16)

xvi

2. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand

KFC ... 75

3. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand Aqua ... 80

4. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand Nokia ... 85

5. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand Toyota ... 90

6. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand Big Bird ... 95

7. Uji Parsial (Uji t) dan Uji Keseluruhan (Uji F) brand (KFC, Aqua, Nokia, Toyota, Big Bird) ... 100

E. Ringkasan dan Diskusi Hasil Penelitian Pembahasan Pengujian Signifikansi Pengaruh Parsial dengan Uji t ... 106

Pembahasan Pengujian Regresi Linear Berganda ... 111

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI MANAJERIAL DAN PENELITIAN LANJUTAN A. Kesimpulan ... 113

B. Implikasi Manajerial ... 115

1. Bagi Pengiklan / Produsen dan Production House ... 115

2. Penelitian Lanjutan ... 116

(17)
(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Brand Placement Pada Film Box Office Hollywood ... 37

Tabel III.1 Tabel Pernyataan Karakteristik Responden ... 48

Tabel III.2 Tabel Pernyataan Sikap Terhadap Brand Placement ... 48

Tabel III.3 Tabel Pernyataan Sikap Terhadap Brand ... 50

Tabel IV.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 64

Tabel IV.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 66

Tabel IV.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel IV.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 68

Tabel IV.5 Kepastian Responden Dalam Menonton Film ... 69

Tabel IV.6 Hasil Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas ... 73

Tabel IV.7 Rangkuman Hasil Uji t ... 106

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persaingan bisnis yang semakin ketat di kalangan produsen menuntut perusahaan untuk melakukan strategi pemasaran semaksimal mungkin. Berbagai strategi komunikasi pemasaran ditempuh oleh perusahaan agar dapat menyampaikan berbagai macam produk ciptaan mereka kepada konsumen.

Komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan di dalam mengkomunikasikan berbagai macam produknya, pada umumnya menggunakan media iklan tradisional seperti iklan televisi, iklan koran serta majalah, iklan radio, dsb. Kondisi tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia dimana wilayah Indonesia yang luas dan tersebarnya target audiens di berbagai pulau, diikuti dengan taraf ekonomi yang masih rendah, membuat televisi dan radio sebagai media yang masih memberikan ketertarikan.

(21)

Beberapa contoh dampak langsung dari pertumbuhan media iklan tradisional tersebut adalah meningkatnya anggaran iklan dari produk perusahaan dengan pertimbangan bahwa beriklan di satu stasiun televisi saja tidak cukup untuk menjangkau semua target audiens perusahaan, serta adanya pertimbangan bahwa konsumen selalu mengganti saluran televisi pada saat munculnya commercial break atau jeda iklan.

Kondisi tersebut menyebabkan pemasar harus selektif di dalam memilih media iklan yang efektif serta efisien di dalam meningkatkan promosi dan omzet penjualan sebagai hasil dari komunikasi pemasaran yang efektif.

Salah satu cara jitu yang dewasa ini mulai sering digunakan oleh pemasar adalah dengan menggunakan strategi penempatan merek atau brand placement. Strategi brand placement adalah kegiatan – kegiatan penempatan nama merek, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam sebuah film, acara televisi ataupun media bergerak lain untuk meningkatkan ingatan audiens akan merek tersebut dan untuk merangsang terciptanya pembelian (Adiwiijaya, 2007).

Dalam pengertiannya brand placement diartikan dibawah ini sebagai berikut: Brand placement merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh banyak perusahaan periklanan maupun perusahaan pengiklan untuk menampilkan produknya dengan kesan bahwa keberadan produk tersebut seolah-olah menjadi bagian dari suatu tayangan. Pada prakteknya, keberaaan

(22)

jenis variasi media yang dijadikan medium penempatannya (Rumambi, 2008, 50).

Strategi ini sering dikaitkan dengan sponsorship karena memiliki suatu kemiripan yaitu sama-sama ditampilkan dalam suatu acara dan sering disorot oleh suatu kamera. Namun apabila dicermati terdapat perbedaan yang nyata yang membedakan sponshorship dan brand placement yang menyatakan bahwa kedua strategi mempromosikan ini adalah beda.

Brand placement adalah bahwa keberadaannya tidak menyebutkan

kata „sponsor‟ dalam tampilan film atau acara televisi yang diikutinya karena

tampil sebagai bagian dari acara/tayangan (Rumambi, 2008 : 50). Sedangkan sebaliknya suatu sponsorship pasti keberadaannya disebutkan „sponsor‟ oleh

suatu acara dalam tampilan film atau acara televisi yang diikutinya dan tampil dalam bagian dari acara/tayangan karena merupakan sebagai sponsor dalam suatu acara.

Pernyataan tentang brand placement ini diperkuat oleh pendapat Balasubramanian, yang menyatakan brand placement sebagai contoh jelas/menonjol dari hybrid message atau upaya mempengaruhi penonton yang dilakukan dengan biaya tertentu, namun tidak teridentifikasi sebagai sponsor (Rumambi, 2008 : 50).

Suatu brand placement banyak muncul tidak hanya di televisi saja,

(23)

teater dll). Karena begitu luasnya brand placement ini muncul maka penulis memfokuskan pada acara televisi khusus film saja.

Film selalu diminati oleh berbagai kalangan. Melalui film penonton diajak untuk larut dalam segala situasi dari adegan yang ditampilkan. Tak hayal lagi apabila produsen suatu barang maupun jasa mempergunakan situasi tersebut untuk dapat mengenalkan produk kepada para peminat film. Film yang menjadi objek penelitian ini adalah film “Love”. Alasan penulis memilih film tersebut adalah pertama pernah ditampilkan di stasiun televisi di jam yang paling sering ditonton sehingga kemungkinan penonton tidak merasa asing lagi dengan film tersebut. Kedua film tersebut mencangkup semua penonton dari yang berusia remaja sampai usia dewasa.

Selain kedua alasan tersebut film ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa film tersebut banyak menampilkan brand placement. Brand placement

ini muncul pada setiap adegan yang ada dalam film. Kira – kira terdapat 5

brand yang ditampilkan dalam film ini.

Dalam aplikasinya terdapat tantangan bagi sponsor maupun perusahaan terkait (baik itu production house, perusahaan televisi/broadcaster, percetakan, grup musik, dll) untuk bisa mengetahui faktor – faktor utama yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand placement serta seberapa besar kontribusi masing-masing faktor yang ada. Menurut Argan terdapat 5 faktor yang mempengaruhi sikap penonton terhadap

brand placement yaitu acceptance, ethics & regulation, attention, reference

(24)

Pada umumnya brand placement ini muncul di suatu adegan dan seolah – olah menjadi bagian di dalam suatu adegan tersebut. Strategi brand placement dipilih diantara sekian banyak cara (iklan, sponsor) karena dianggap memberikan kontribusi yang besar bagi suatu produk untuk dipromosikan. Untuk itu diperlukan penelitian yang sistematis untuk mengkaji efektivitas brand placement di suatu film. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “FAKTOR-FAKTOR BRAND PLACEMENT YANG

MEMPENGARUHI SIKAP PENONTON TERHADAP BRAND

DALAM FILM”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka pokok masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah faktor kesesuaian (acceptance) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

2. Apakah faktor etika dan regulasi (ethics & regulation) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

3. Apakah faktor perhatian (attention) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

4. Apakah faktor referensi (reference) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

(25)

6. Apakah faktor kesesuaian (acceptance), etika dan regulasi (ethics & regulation), perhatian (attention), referensi (reference), dan ketertarikan (interest) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

C. Batasan Masalah

1. Objek penelitian yang dipakai adalah brand placement pada film “Love”. 2. Brand yang muncul dalam film adalah KFC, Aqua, Nokia, Toyota, dan

Big Bird.

3. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Yogyakarta.

4. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang pernah menyaksikan film “Love” di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 5. Brand placement adalah suatu strategi yang dilakukan oleh banyak

perusahaan periklanan maupun perusahaan pengiklan untuk menampilkan produknya dengan kesan bahwa keberadan produk tersebut seolah-olah menjadi bagian dari suatu tayangan. Faktor-faktor pendukung yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand placement yaitu

acceptance, ethics & regulation, attention,reference dan interest.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah faktor kesesuaian (acceptance) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

2. Untuk mengetahui apakah faktor etika dan regulasi (ethics & regulation)

(26)

3. Untuk mengetahui apakah faktor perhatian (attention) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

4. Untuk mengetahui apakah faktor referensi (reference) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

5. Untuk mengetahui apakah faktor ketertarikan (interest) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

6. Untuk mengetahui apakah faktor kesesuaian (acceptance), etika dan regulasi (ethics & regulation), perhatian (attention), referensi (reference),

dan ketertarikan (interest) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand?

E. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan

a. Penelitian akan dapat memberikan informasi tentang faktor – faktor yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand placement pada

film “Love” sehingga dapat dijadikan bahan masukan bagi pengelola film ini.

b. Penelitian akan dapat memberikan informasi faktor-faktor utama yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand placement serta seberapa besar kontribusi masing-masing faktor yang ada yang memberikan manfaat bagi perusahaan terkait.

(27)

tersebut yang nantinya bisa bermanfaat bagi perusahaan terkait untuk menciptakan strategi komunikasi brand yang baru.

2. Penulis

a. Penelitian merupakan sarana pengaplikasian teori manajemen pemasaran yang telah diambil baik yang bersumber dari litelatur buku maupun jurnal ilmiah.

b. Penelitian ini merupakan kesempatan yang baik bagi peneliti sebagai sarana dan media untuk menerapkan pengetahuan secara praktis tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan studi ilmiah yang dipelajari.

3. Masyarakat dan Khalayak Umum

Bagi masyarakat dapat menambah wawasan dan referensi bacaan bagi mereka yang membutuhkan dan sebagai pembanding dalam penelitian selanjutnya dalam bidang ekuitas dan niat beli konsumen.

F. Sistematika Penulisan I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah, kerangka pemikiran, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, hipotesis penelitian dan sistematika penulisan.

II LANDASAN TEORI

(28)

III METEDOLOGI PENELITIAN

Berisikan metode-metode yang dipakai dan diterapkan pada pengolahan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner.

IV ANALISIS DATA

Berisikan pengolahan dan analisis data dan penafsiran hasil yang diperoleh dari penelitian.

V PENUTUP

(29)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen Brand

Beberapa definisi tentang brand adalah sebagai berikut:

Brand adalah sebuah nama, tanda, simbol, atau rancangan atu kombinasi dari unsur-unsur tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa pesaing” (Kotler dan Keller, 2009 : 258).

“Brand is not merely the physical product, but is also composed of brand

attributes, symbols, brand-consumer relationships, benefits of self-expression, customer profiles, associations with the culture of the country of origin, and corporate identity. In essence, the brand provides a simple means for the

customer to distinguish it from its peers.” (Aaker, 2004 : 243)

Berdasarkan beberapa definisi brand di atas dapat disimpulkan bahwa

brand merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature,

manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Brand terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian nama atau brand pada suatu produk hendaknya tidak hanya merupakan suatu simbol, karena brand memiliki enam tingkat pengertian yaitu (Tjiptono, 2005):

1. Atribut

(30)

2. Manfaat

Selain atribut, brand juga memiliki serangkaiaan manfaat. Konsumen tidak perlu membeli atribut, brand membeli manfaat. Produsen harus dapat menterjemahkan atribut menjadi manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai

Brand yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai

brand yang berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna brand

tersebut. 4. Budaya

Brand dapat juga sebagai suatu perwakilan suatu budaya. 5. Kepribadian

Brand memiliki kepribadian yang berhubungan dengan penggunanya. 6. Pemakai

Brand dapat menunjukkan jenis konsumen yang memakai brand.

B. Peranan Brand

Menurut Kotler & Keller (2009 : 259), brand memiliki fungsi bagi perusahaan sebagai berikut:

1. Menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk. 2. Membantu mengatur catatan persediaan dan catatan akuntansi.

(31)

properti hukum yang sangat berharga, dapat mempengaruhi konsumen, dapat dibeli dan dijual, serta memberikan keamanan pendapatan masa depan yang langgeng.

C. Komunikasi Brand melalui Media Iklan

Menurut Fary M. Farghob, Managing Director Draf Indonesia (dalam Adiwiijaya & S. Pantja Djati, 2007) penggunaan komunikasi produk yang gencar melalui media televisi tidak memberikan jaminan bahwa produk tersebut akan diserap dengan cepat oleh pasar. Fary menambahkan bahwa pada era terdahulu memang iklan televisi pernah menjadi raja di dunia pemasaran, namun kini bentuk iklan 30 detik sedang mengalami penurunan. Di Amerika Serikat, tambah Fary, kiblat dunia pertelevisian, rating acara

prime time mulai ditinggalkan seiring menurunnya waktu para pemirsa menonton televisi.

(32)

untuk menciptakan materi POS yang kuat yang akan mempengaruhi keputusan para konsumen saat berbelanja (Sinar Harapan, 2003).

Dalam dunia periklanan, terdapat pembagian dua jenis aktivitas utama iklan yang dikenal dengan istilah Above The Line (ATL) dan Below The Line

(BTL). ATL adalah kegiatan iklan dengan menggunakan media massa seperti televisi, radio, koran, majalah, dan billboard untuk menjangkau target audiens secara luas. Sedangkan BTL adalah kegiatan iklan dengan menggunakan media yang lebih spesifik di dalam menjangkau kelompok konsumen tertentu seperti melalui pembagian brosur, sampling produk, penyelenggaraan event – event tertentu, dsb.

Perubahan karakteristik dari tingkah laku konsumen (consumer behavior) dimana saat ini konsumen tidak suka untuk ”dipaksa” dalam melihat

iklan serta tidak efektifnya penggunaan media iklan tradisional atau ATL menciptakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC) atau yang dikenal dengan istilah dalam bahasa Indonesia adalah Komunikasi Pemasaran Terpadu.

Konsep IMC muncul sejak tahun 1980 dimana Theodore Levitt (1982) dalam bukunya ”Innovation in Marketing” memperkenalkan kata koordinasi

dan integrasi di dalam beragam kegiatan promosi. Perusahaan melihat bahwa pentingnya koordinasi dan integrasi dari berbagai elemen promosi dan aktivitas marketing lainnya untuk berkomunikasi dengan para pelanggannya.

(33)

semua aktivitas marketing, tidak hanya sekedar promosi tetapi juga melakukan komunikasi dengan para pelanggannya. Pemasar sadar bahwa persepsi konsumen terhadap suatu perusahaan ataupun brand produk merupakan sintesis dari seperangkat kontak yang konsumen alami dan pesan yang diterima oleh konsumen. Sehingga semua elemen pemasaran mulai dari bauran pemasaran yang meliputi produk, harga, distribusi, dan promosi, event-event marketing, publisitas, website, dan elemen lain dikoordinasikan dan diintegrasikan menjadi satu kesatuan strategi komunikasi yang terpadu.

Pentingnya penerapan IMC sangat dipahami oleh para produsen dan pemasar di Indonesia. Prosentase pembagian anggaran komunikasi perusahaan yang pada umumnya didominasi oleh biaya komunikasi ATL, kini mulai bergeser porsinya dengan alokasi biaya komunikasi untuk BTL. Pemasar mulai menyadari bahwa kombinasi komunikasi ATL dan BTL yang seimbang mampu menciptakan IMC yang dapat memberikan efek lebih besar dan kuat. 1. Proses Komunikasi

(34)

Gambar II.1

Elemen Dalam Proses Komunikasi

Sumber: Duncan (2005 : 107) Keterangan bagan:

a. Sender adalah pihak yang berperan di dalam menyampaikan pesan kepada pihak lain.

b. Encoding adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk – bentuk simbolis.

c. Message adalah pesan yang hendak disampaikan atau dikirim.

d. Media adalah saluran komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan.

e. Decoding adalah proses dimana penerima pesan menerima dan mengintrepretasikan pesan yang diterima.

f. Receiver adalah pihak yang berperan sebagai penerima pesan.

g. Response adalah reaksi yang timbul dari pihak penerima pesan setelah menerima sebuah pesan.

Sender Encoding Message

Noise

Feedback Response

(35)

h. Feedback adalah bagian dari response pihak receiver yang disampaikan kepada sender.

i. Noise adalah gangguan yang timbul dalam proses komunikasi. 2. Langkah - Langkah dalam Mengembangkan Komunikasi Efektif

Berikut ini adalah langkah – langkah yang dapat dilakukan oleh produsen atau pemasar di dalam menciptakan dan mengembangkan komunikasi efektif terhadap konsumen, yaitu (Kotler & Amstrong, 2005): a. Mengidentifikasi target audiens perusahaan.

Langkah awal yang perlu untuk dilakukan adalah mengidentifikasi siapa yang menjadi target audiens perusahaan. Target audiens perusahaan bisa merupakan calon konsumen potensial atau pelanggan perusahaan serta orang – orang yang berperan dalam memberikan pengaruh dan mempunyai otoritas dalam pengambilan keputusan pembelian.

b. Menetapkan sasaran – sasaran komunikasi yang ingin dicapai.

Untuk dapat menetapkan sasaran komunikasi yang tepat maka pemasar harus memahami tahapan – tahapan normal yang dilalui oleh seorang konsumen sebelum memutuskan untuk melakukan pembelian. Tahapan tersebut, terdiri dari enam tahap dikenal dengan istilah buyer readiness stage. Berikut tahapan dari buyer readiness stage, yaitu: 1) Awareness adalah kesadaran konsumen atas sebuah produk atau

(36)

2) Knowledge adalah pengetahuan konsumen atas sebuah produk atau

brand tertentu.

3) Liking adalah perasaan suka konsumen atas sebuah produk atau

brand tertentu.

4) Preference adalah preferensi konsumen atas sebuah produk atau

brand tertentu

5) Conviction adalah keyakinan konsumen atas sebuah produk atau

brand tertentu.

6) Purchase adalah pembelian konsumen atas sebuah produk atau

brand tertentu.

Pemasar perlu untuk mengetahui posisi konsumen pada tahapan dalam buyer readiness stage sehingga dapat menetapkan sasaran komunikasi yang efektif.

c. Mendesain pesan yang hendak dikomunikasikan.

Hal yang harus diperhatikan di dalam mendesain sebuah pesan yang akan dikomunikasikan adalah:

1) Message Content

Isi dari sebuah pesan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:

(37)

target audiens. Sedangkan moral appeals berarti isi pesan yang disampaikan berkaitan dengan nilai – nilai dari target audiens. 2) Message Structure

Sebuah pesan yang akan disampaikan kepada target audiens memiliki tiga pilihan struktur pesan, yaitu:

- Memberikan kesimpulan pada akhir pesan yang disampaikan atau memberikan kesempatan kepada target audiens untuk membuat kesimpulan sendiri.

- Menempatkan pendapat yang kuat di awal pesan atau di akhir

pesan.

- Menampilkan hanya kelebihan sebuah produk atau selain menampilkan kelebihan produk dan juga menampilkan keterbatasan suatu produk.

3) Message Format

Format sebuah pesan berhubungan dengan pembuatan dan pemakaian dari headline, coppy, ilustrasi, dan warna. Pemasar harus dapat mengkombinasikan dengan baik elemen – elemen yang dapat digunakan dalam menyusun sebuah format pesan yang baik untuk dapat menarik perhatian target audiens dan meningkatkan efektivitas sebuah pesan.

d. Memilih media dalam komunikasi pesan.

(38)

personal melibatkan percakapan antara dua orang atau lebih bisa melalui tatap muka, telepon, surat, dan internet. Sedangkan komunikasi non personal bisa dilakukan melalui media cetak (koran, majalah, brosur), media siaran (televisi, radio), media display (billboard, rambu, poster), dan media online (internet).

e. Memilih sumber pesan

Sumber pesan adalah pihak yang dijadikan sumber di dalam penyampaian pesan. Kesalahan dalam pemilihan sumber pesan akan memberikan dampak atas hasil dari komunikasi pemasaran yang dilakukan. Pemasar dapat menggunakan opinion leader dan bahkan karakter film kartun untuk menjadi sumber pesan.

f. Mengumpulkan respon balik dari target audiens.

Tahap akhir yang harus dilakukan pemasar adalah mengumpulkan respon balik dari target audiens atas kegiatan komunikasi yang telah dilakukan. Respon balik ini sangat penting sebab jika respon balik konsumen terhadap suatu komunikasi pemasaran negatif maka pemasar dapat dengan segera mengubah strategi program komunikasi produknya.

3. Komunikasi Pemasaran Terpadu

(39)

untuk mengirim pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan berkenaan dengan perusahaan dan produknya (Kotler dan Amstrong, 2005).

Sedangkan definisi IMC menurut American Association of Advertising Agencies adalah sebuah konsep perencanaan komunikasi pemasaran yang memberikan nilai tambah terhadap suatu perencanaan yang mendalam dengan cara melakukan evaluasi terhadap peran strategis dari berbagai macam ilmu komunikasi dan mengkombinasikannya untuk menghasilkan keakuratan, konsistensi, dan efek komunikasi secara maksimal melalui integrasi dari pesan – pesan yang terpisah.

Paul Smith (1996), dalam artikelnya yang berjudul Admap

menyatakan bahwa IMC adalah konsep sederhana yang menyatukan semua bentuk dari komunikasi menjadi satu kesatuan solusi. Pada intinya IMC mengintegrasikan semua alat – alat promosi sehingga alat – alat tersebut dapat bekerja bersama – sama secara harmonis.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep dari IMC (Blythe, 2003) yaitu:

a. Perubahan pada pasar konsumen

1) Adanya luapan informasi yang timbul akibat meningkatnya jumlah pesan – pesan komersial.

2) Iklan di media masa mulai mengalami penurunan dalam menarik perhatian dari konsumen.

(40)

4) Meningkatnya jumlah produk imitasi yang tidak memiliki keunikan khusus dibandingkan dengan produk pesaingnya.

5) Meningkatnya penggunaan media untuk menarik perhatian dari masyarakat terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.

b. Perubahan pada pasar bisnis

1) Terjadinya proses merger, akusisi, dan perubahan struktur organisasi dan manajemen pada perusahaan – perusahaan.

2) Ketertarikan pihak manajemen perusahaan terhadap hasil jangka pendek.

3) Meningkatnya pemahaman akan pentingnya strategi komunikasi. 4) Meningkatnya pemahaman akan pentingnya komunikasi internal

perusahaan yang baik.

Berikut ini beberapa manfaat dari penerapan IMC bagi perusahaan menurut Yeshin (2004):

a. Konsistensi pesan yang dikirim

Melalui IMC, perusahaan dapat memastikan kesamaan pesan yang dikirimkan kepada target audiens untuk setiap komponen dalam program komunikasi perusahaan.

(41)

terpisah. Konsistensi pesan yang dikomunikasikan akan secara otomatis mempengaruhi efektifitas komunikasi pemasaran perusahaan. b. Kesatuan organisasi perusahaan.

Penerapan IMC memberikan dampak baik secara internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Dampak internal yang timbul adalah adanya pengertian dari seluruh karyawan mengenai tujuan - tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan sehingga branda dapat bekerja secara bersama – sama di dalam mencapai tujuan – tujuan tersebut. Dampak penerapan IMC pada internal perusahaan akan berdampak pada eksternal perusahaan. Dimana perusahaan dapat menampilkan citra produk ataupun citra perusahaan, yang mendukung tercapainya tujuan – tujuan dari perusahaan.

c. Hubungan dengan mitra kerja

(42)

D. Analisa Strategi Brand Placement 1. Konsep Brand Placement

Brand placement sebagai salah satu implementasi dari IMC merupakan cara yang dianggap jitu oleh para pemasar untuk menyapaikan pesan dari berbagai produk mereka. Dalam hal ini strategi brand placement diartikan sebagai strategi kegiatan penempatan nama brand, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam sebuah film, acara televisi ataupun media bergerak lain untuk meningkatkan ingatan audience akan brand tersebut dan untuk merangsang terciptanya pembelian (Adiwijaya, 2007).

Menurut Rumambi pengertian brand placement adalah suatu strategi yang dilakukan oleh banyak perusahaan periklanan maupun perusahaan pengiklan untuk menampilkan produknya dengan kesan bahwa keberadan produk tersebut seolah-olah menjadi bagian dari suatu tayangan. Pada prakteknya, keberaadan product/brand placement

dimana sebuah brand/product ditampilkan, terdapat beberapa jenis variasi media yang dijadikan medium penempatannya (Rumambi, 2008 : 50)

(43)

brand akan terangkat. Tingginya kegiatan brand placement dalam komunikasi brand produk industri mengindikasikan bahwa pengiklan menggunakan teknik di dalalm mempengaruhi sikap konsumen terhadap sebuah brand (Avery and Ferraro, 2000).

Astous and Seguin (1998) membagi bentuk brand placement

dalam tiga jenis yaitu: 1) Implicit Brand Placement

Jenis dari brand placment dimana sebuah brand / produk / perusahaan tampil dalam sebuah film atau program tanpa disebutkan secara formal. Sifat brand placement ini adalah pasif sehingga nama brand, logo ataupun nama perusahaan muncul tanpa adanya penjelasan apapun mengenai manfaat ataupun kelebihan.

2) Integrated ExplicitBrand Placement

Jenis dari brand placement dimana sebuah brand / produk / perusahaan disebutkan secara formal dalam sebuah program. Sifat

brand placement ini adalah aktif, dan pada tipe ini manfaat ataupun keunggulan produk dikomunikasikan.

3) Non Integrated Explicit Brand Placement

(44)

dimunculkan pada awal atau pertengahan dan mungkin diakhir acara ataupun merupakan bagian dari nama program atau film.

Russel (1998) mengklasifikasikan brand placement dalam tiga dimensi yaitu visual, auditory dan plot connection.

1) Visual Dimention

Dimensi ini merujuk pada tampilan sebuah brand dalam sebuah layar atau dikenal dengan istilah screen placement. Bentuk dimensi ini memiliki tingkatan yang berbeda, tergantung pada jumlah tampilan dalam layar, gaya pengambilan kamera atas suatu produk dan sebagainya.

2) Auditory Dimention

Dimensi ini merujuk pada penyebutan suatu brand dalam sebuah dialog atau dikenal dengan istilah script placement. Bentuk dimensi ini memiliki variasi tingkatan, tergantung pada konteks penyebutan brand, frekuensi penyebutan brand dan penekanan atas suatu brand melalui gaya bahasa, intonasi dan penempatan pada dialog serta aktor yang menyebutkan brand tersebut.

3) Plot Connection Dimention (PCD)

Dimensi ini merujuk pada integrasi penempatan brand

(45)

2. Implementasi Strategi Brand Placement Melalui Media Film Media yang paling sering digunakan oleh pemasar dalam mengimplementasikan strategi brand placement adalah penempatan

brand dalam sebuah film atau yang dikenal dengan istilah brand cameo.

Berikut beberapa keunggulan yang menjadi pertimbangan pemasar dalam menggunakan brand placement dibandingkan memasang iklan produk melalui media televisi:

1) Beberapa konsumen merasa bahwa penggunaan nama brand dalam sebuah film merupakan hal yang biasa dan ditujukan untuk membuat film semakin tampak nyata (Adiwiijaya & S. Pantja Djati, 2007 : 18).

2) Permirsa dapat melakukan banyak hal di rumah selagi menonton televisi sehingga mengurangi atensi pemirsa dan mengurangi efektivitas pesan yang hendak disampaikan.

3) Jika pada film, maka pemirsa memilih sendiri dengan kemauannya untuk menontonnya tanpa paksaan sehingga brand lebih terbuka terhadap komunikasi brand yang tersedia dalam film yang sedang ditontonnya.

(46)

5) Banyaknya media iklan yang muncul, kesamaan jenis program acara lintas stasiun televisi juga turut berkontribusi dalam penggunaan brand placement.

6) Keunikan dari brand placement adalah proses penyampaian brand

dan keselarasannya dalam sebuah cerita, tidak ada persaingan komunikasi dalam media yang sama pada saat bersamaan.

7) Hal tersebut diatas dapat meningkatkan brand knowledge, yaitu konsep yang terdiri dari sebuah pemahaman brand dalam pikiran konsumen dari segala macam variasi asosiasi yg mungkin timbul. 8) Penelitian membuktikan bahwa pemirsa menyukai brand

placement karena brand tersebut terlihat nyata dan mendukung karakter pemeran utama, menciptakan nuansa historis dan memberi kesan kehidupan yang nyata dan sehari – hari.

9) Bagi pemasar, tersedianya captive audience dengan daya jangkau dibandingkan iklan tradisional, merupakan salah satu daya tarik untuk penempatan brand secara natural dan nyata. (Turcotte, 1995) 10)Brand placement berbeda dengan penggunaan selebriti sebagi

endorser dalam sebuah iklan. Penggunaan selebriti dalam mengendorse produk dan brand dilakukan untuk tujuan komersil dimana dilakukan pada pertengahan sebuah acara televisi ataupun diawal pemutaran film layar lebar. Hal tersebut membuat konsumen ”anti” terhadap iklan televisi sedangkan brand

(47)

dalam mengekspose sebuah brand dan produk selama proses natural dari narasi atau adegan dan juga program acara televisi. 11)Media tradisional telah gagal dalam memancing atensi dari

konsumen dan penggunaan brand placement merupakan alat potensial dalam mengubah pola pembelanjaan konsumen.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemasar sebelum melakukan brand placement dalam hal ini penggunaan brand cameo yaitu:

1) Jenis penggunaan strategi brand placement dalam konteks sebuah film dapat dilakukan melalui tiga cara (Adiwiijaya & S. Pantja, 2007):

i. Menyajikan tampilan yang jelas atas produk dan nama brand. Aktivitas ini merupakan implementasi dari visual dimention

dalam strategi brand placement. Istilah dalam praktek lapangan untuk aktivitas tersebut adalah screen placement.

ii. Penggunaan produk atau brand dalam adegan film.

Aktivitas ini merupakan implementasi dari plot connection dimention dalam strategi brand placement.

iii. Digunakan dan dibicarakan dalam dialog film oleh pemeran utama.

Aktivitas ini merupakan implementasi dari Audio Dimention

(48)

2) Merujuk pada konsep teori dari brand placement, maka berikut adalah hal–hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan ketiga jenis dari strategi brand placement:

a) Brand placement yang terlalu dominan tampil dalam sebuah film, termasuk dalam PCD yang rendah. Meskipun tampil singkat dengan penempatan yang tepat serta didukung oleh pemeran utama bias merupakan PCD yang kuat.

b) Penelitian membuktikan bahwa kedua dimensi diatas memiliki fungsi yang berbeda di dalam proses penempatan brand. Perbedaan tersebut muncul pada proses encoding pesan yang disampaikan dan asosiasi yang muncul dalam benak konsumen pada saat menerima pesan tersebut. (Unnava, Agarwal and Haugtved, 1996).

c) Visual Dimention menciptakan suatu konteks dalam sebuah cerita sedangkan plot menciptakan sebuah cerita menjadi lebih realistis sedangkan dimensi auditori akan menguatkan keyakinan konsumen akan suatu brand dibandingkan hanya sekedar ditampilkan tanpa adanya penjelasan (Solomon and Englis, 1994).

(49)

3) Pemirsa akan melihat kualitas sebuah brand berdasarkan kualitas karakter pengguna dalam film. Untuk itu pemasar harus selektif dan berhati – hati di dalam menempatkan brand atau produknya di dalam sebuah film. Kesalahan dalam pemilihan film turut berkontribusi terhadap citra dan persepsi konsumen terhadap brand

dari produk perusahaan. Selain itu untuk mendapatkan efek yang maksimal maka brand harus dapat merefleksikan karakter dan kelas dari aktor penggunanya.

4) Strategi penempatan brand harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kejelasan tampilan dalam film dan mengintegrasikannya dengan alur cerita dari sebuah film sehingga dapat memperkaya tema dan karakter dari film yang bersangkutan (Hirschman, 1998).

Strategi brand placement dengan menggunakan strategi brand cameo dalam sebuah film sudah lazim digunakan di negara Amerika dan negara – negara Eropa. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil survey dari Forrester Research bekerjasama dengan ANA (Association of National Advertisers) menyatakan bahwa:

“78% pengiklan merasakan kalau iklan televisi sudah semakin tidak

(50)

Bahkan sebuah website www.brandchannel.com yang merupakan salah satu website yang khusus membahas branding world

seperti menyediakan artikel dengan topik – topik seputar brand, diskusi tentang brand, dan studi kasus brand mulai memberikan penghargaan terhadap brandbrand yang dinilai berhasil dalam menerapkan strategi brand placement melalui strategi brand cameo.

Salah satu contoh yang menarik mengenai penerapan strategi

brand placement adalah untuk kasus brand Ford. Berikut poin – poin utama dari studi kasus dari produsen mobil dari Amerika dengan brand Ford, yang secara aktif dan teratur menerapkan strategi brand placement:

1) Brand placement dilakukan mulai tahun 1968 dengan menampilkan Ford Mustang GT dan banyak sekali disebutkan

brand Ford dalam dialog – dialog yang dilakukan oleh pemeran utama pada film ”Bullitt”

2) 1973 Ford meluncurkan Ford Falcon pada film “Grease Is The Word.”

3) Pada tahun 1990, film “RoboCop” menggunakan Ford Taurus sebagai mobil polisi untuk aktor pemeran utamanya.

4) Selama tahun 2005, Ford melakukan brand (product) placement

(51)

5) Tahun 2005 Ford melakukan product placement di beberapa film horor seperti “Boogeyman”, “The Fog”,” Saw II”, dan “The Ring Two”.

Dari poin – poin utama pada studi kasus brand mobil Ford, dapat diketahui bahwa produsen mobil Amerika tersebut secara aktif mulai dari tahun 1973 sampai dengan tahun 2005 (selama 32 tahun) tetap konsisten dalam menerapkan strategi brand placement. Dari fakta tersebut dapat dinilai bahwa strategi brand placement terbukti efektif di dalam meningkatkan awareness dan juga tingkat penjualan dari sebuah produk. Jika strategi tersebut gagal maka tentu Ford sudah menghentikan strategi tersebut sejak tahun 1973. Keseriusan Ford dalam mengimplementasikan strategi brand placement membawa

brand tersebut menjadi pemenang dalam kompetisi Brand / (Product) Placement Award untuk kategori Overall Product Placement.

Berikut hasil survey dari website brand channel mengenai tren penggunaan strategi brand placement pada beberapa film box office hollywood Amerika, yaitu:

Tabel II.1

Data Brand Placement Pada Film Box Office Hollywood

Tahun Film Brand

2002 35 591

2003 42 762

2004 37 483

(52)

Pada tabel II.2, terlihat tren peningkatan brand placement pada film – film produksi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 sempat terjadi penurunan brand placement disebabkan pada tahun tersebut banyak film Hollywood yang mengangkat cerita fantasi dan historis seperti

The Passion of The Christ, Troy, Van Helsing, Alien VS Predator

sehingga sulit bagi penempatan brand produk pada film jenis tersebut. Data tersebut memberikan petunjuk bahwa strategi brand placement

adalah strategi yang sudah umum dan bukanlah hal yang baru di Amerika.

E. Sikap Konsumen

1. Pengertian Sikap

Sikap disebut juga sebagai konsep yang paling khusus dan sangat dibutuhkan dalam psikologis sosial kontemporer. Sikap juga merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen.

(53)

Engel dalam Yulistiano dan suryandari (2003 : 214) membagi sikap menjadi tiga komponen sebagai berikut:

1) Kognitif

Komponen pertama dari model sikap tiga komponen terdiri dari berbagai kognisi seseorang, yaitu pengetahuan dari persepsi yang diperoleh berdasarkan kombinasi pengalaman langsung dengan obyek sikap dan informasi yang berkaitan dari berbagai sumber. Pengetahuan ini dan persepsi yang ditimbulkan biasanya mengambil bentuk kepercayaan, yaitu bahwa obyek sikap mempunyai berbagai sifat dan perilaku tertentu akan menimbulkan hasil-hasil tertentu.

2) Afektif

Afektif memberikan tanggapan tentang perasaan terhadap obyek dan atributnya. Indra yang bekerja akan memberikan interpretasi terhadap sebuah obyek atau dalam sebuah iklan adalah produk / merek dan bagian-bagian dari penayangan iklan itu sendiri.

3) Konasi

(54)

2. Sikap terhadap Iklan

Sikap terhadap iklan adalah cara konsumen mengenai sebuah iklan: sikap terhadap iklan (affective) merupakan cara konsumen merasakan hal tersebut. Assael (2001 : 368) mendefinisikan sikap terhadap iklan sebagai berikut ”Attitude toward the ad is the

consumer`s predisposition to respond favorably or anfavorably to a

particular ad”. yaitu sikap terhadap iklan adalah kecenderungan

konsumen menjawab dengan baik atau tidak baik pada iklan tertentu. Respon kognitif yang positif (support arguments dan source bolstering) umumnya akan menghasilkan sikap positif konsumen terhadap iklan: respon kognitif yang negatif (counterarguments dan source derogation) umumnya menghasilkan sikap negatif.

Karena aspek afektif yang dominan maka sikap terhadap iklan diukur dalam afektif penerima pesan yang menilai baik-tidak baik, suka-tidak suka, menarik-tidak menarik, kreatif-tidak kreatif, informati-tidak informatif.

3. Sikap Penonton Terhadap Brand Placement dalam Film

Nebenzahl dan Secunda (1993) adalah yang pertama kali melakukan penelitian terhadap terhadap sikap penonton terhadap

brand placement dalam film. Mereka menyimpulkan bahwa responden pada umumnya memiliki sikap yang positif terhadap brand placement

dan menganggapnya sebagai perkembangan dari cinema advertising.

(55)

cenderung menghindari pernyataan ”secara etik brand placement

adalah hal yang tidak benar” dan ”saya tidak menyukai brand

placement”. Penelitian lain yang dilakukan di Skotlandia

menyimpulkan bahwa 48% responden berpendapat bahwa brand placement adalah suatu subliminal advertising atau promosi bawah sadar, dimana 19% diantara seluruh responden yang menunjukan pendapat yang negatif terhadap brand placement, dan 23% menyatakan bahwa penonton harusnya diberi tahu terlebih dahulu bahwa akan ada brand yang ditampilkan dalam film (Karrh, Frith, & Callison, 2001). Menurut Gupta dan Gould (1997), mahasiswa di Amerika secara umum menunjukan sikap yang positif terhadap brand placement. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Gould, Gupta, dan Grabner-Krauter (2000) terhadap responden di Amerika, Austria, dan Prancis. Penelitian ini juga menganalisis penelitian Gupta dan Gould (1997) dan menemukan bahwa segmen yang berpendapat ” brand placement tidak terlihat seperti iklan” dan segmen yang menyatakan ”brand placement terlihat seperti iklan” keduanya menyikapi positif brand placement dan

(56)

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Penonton Terhadap Brand Placement

Dari hasil penelitian, Argan et al (2007) terdapat 5 faktor pendukung yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand placement

yaitu:

1) Acceptance (kesesuaian)

Faktor acceptance adalah faktor mengenai bagaimana penerimaan penonton terhadap brand yang muncul dalam sebuah film. Penerimaan yang dimaksud adalah sesuai atau tidak sesuainya brand yang muncul dengan alur cerita film.

2) Ethics & regulation (etika & regulasi)

Mengenai tanggapan penonton tentang munculnya brand placement dalam sebuah film yang dilihat secara etika dan regulasi. Tentang menggangu atau tidaknya kemunculan brand dalam film. 3) Attention (perhatian)

Mengenai seberapa besar perhatian penonton terhadap kemunculan brand dalam sebuah film.

4) Reference (referensi)

reference adalah referensi penonton atas sebuah produk atau brand tertentu yang dimunculkan oleh aktor dan aktris dalam sebuah film,

(57)

Interest adalah ketertarikan penonton terhadap brand

tertentu yang muncul dalam sebuah film dan seberapa besar ketertarikan tersebut untuk membuatnya mencari informasi lebih tentang brand tersebut.

G. Sinopsis Film Love

Film “Love” sendiri merupakan sebuah film Indonesia yang dirilis

pada tahun 2008. Film yang disutradarai oleh Kabir Bhatia ini dibintangi antara lain oleh Widyawati, Sophan Sophiaan, Luna Maya, Irwansyah, Acha Septriasa, Laudya Cynthia Bella, Darius Sinathrya, Surya Saputra, Fauzi Baidillah dan Wulan Guritno. “Love” bercerita tentang lima cerita cinta. Kisah

pak guru dengan ibu penjaga warung, kisah cinta segitiga antara wanita bersuami, kisah pertemuan pada pandangan pertama, kisah “beda kelas” dari

novelis sukses dengan penjaga toko hingga kisah pahit seorang adik yang merelakan kekasihnya dinikahi kakaknya sendiri. Film ini dirilis pada 14 Februari 2008 yang bertepatan dengan peringatan hari kasih sayang sedunia. “Love” berhasil menyabet "Movie of the Year" pada Guardians e-Awards

2008.

H. Hipotesis penelitian

Argan et al., (2007), menyimpulkan, berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa sikap penonton terhadap brand placement

(58)

faktor tersebut memiliki sejumlah variabel indikator yang dapat menganalisis sikap penonton yang dihasilkan.

Gambar II. 2

Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap terhadap brand

Factors:

H1a H1b

H1c H1d

H1e

Sumber : dibuat oleh penulis

Dari bagan diatas penelitian ini dilakukan, untuk menguji beberapa hipotesis :

1. Faktor kesesuaian (acceptance) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

2. Faktor etika dan regulasi (ethics & regulation) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

3. Faktor perhatian (attention) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

4. Faktor referensi (reference) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

reference

Sikap terhadap

brand acceptance

ethics & regulation

attention

(59)

5. Faktor ketertarikan (interest) mempengaruhi sikap penonton terhadap brand.

6. Faktor kesesuaian (acceptance), etika dan regulasi (ethics & regulation), perhatian (attention), referensi (reference), dan ketertarikan (interest) mempengaruhi sikap penonton terhadap

brand.

(60)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey. Dalam penelitian survey

informasi dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Umumnya pengertian survey dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi.

Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, Masri dan effendi, Sofyan, 1989:3). Pada umumnya yang merupakan unit analisa dalam penelitian survey adalah individu tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa unit analisanya adalah beberapa individu sekaligus.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian dilakukan di kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Penelitian dilakukan pada bulan September 2010. C. Subjek dan Objek

1. Subjek Penelitian

(61)

dengan objek penelitian. (Kusumawati, 2005). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang pernah menyaksikan film “Love”.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ialah sesuatu yang akan diteliti. (Kusumawati, 2005). Objek penelitian dalam penelitian ini adalah brand yang muncul

dalam film “Love” dan faktor- faktor yang mempengaruhi sikap penonton terhadap brand dalam film

D. Populasi dan Sampel

1.

Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari obyek (individu) yang akan diteliti pada wilayah tertentu (Singarimbun, 1985:34). Populasi juga dapat dirtikan sebagai sekelompok elemen yang melengkapi dan biasanya berupa orang, objek, transaksi atau kejadian dimana orang tertarik untuk mempelajarinya ( Kuncoro, 2003:107). Populasi yang dipilih dan diteliti pada penelitian ini adalah penonton yang pernah menyaksikan

film “Love”. Film “Love” sendiri merupakan sebuah film Indonesia yang dirilis pada tahun 2008.

2. Sampel

(62)

non-probabiliy sampling setiap faktor dalam populasi tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu untuk dipilih tidak diketahui. Pemilihan unit sampling didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subyektif dan tidak pada penggunaan teori probabilitas (Santoso & Tjiptono, 2001: 89). Ciri dari penentuan sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa Sanata Dharma yang pernah menyaksikan film “Love”. Responden yang dipilih adalah orang yang memenuhi ciri dari sampel tersebut. Peneliti mengambil sebanyak 100 penonton.

E. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah Data primer. Data primer adalah informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya. Dalam hal ini peneliti sebagai pengumpul data. Data dicatat secara langsung dan diperoleh dari lokasi penelitian serta yang berhubungan dengan objek penelitian. Metode penentuan sampel yang dipakai merupakan metode pengumpulan data primer melalui komunikasi tertulis dengan responden sebagai sampel individual yang representatif. Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil dari wawancara dan kuesioner

yang disebarkan pada mahasiswa yang pernah menonton film ”Love” di

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(63)

responden akan diputarkan kembali bagian-bagian tertentu dalam film “Love” yang memunculkan brand placement.

F. Metode Pengkuran Data

Peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden melalui kuesioner. Kuesioner yang dipergunakan bersifat tertutup (structure questionaire ) dimana responden hanya memilih jawaban-jawaban yang telah disediakan yang dianggap paling tepat. Kuesioner yang telah diisi diukur dengan Skala Likert. Skala Likert merupakan skala untuk menunjukkan responden yang menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai pertanyaan mengenai perilaku objek atau kejadian (Kuncoro, 2003:157). Pengukuran data dari kuesioner menggunakan lima kategori Skala Likert dan memiliki empat bobot sebagai berikut :

SS ( Sangat Setuju ) : 5

S ( Setuju ) : 4

R (Ragu – ragu) : 3 TS ( Tidak Setuju ) : 2 STS ( Sangat Tidak Setuju) : 1

Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian dibagi dalam dua bagian yaitu:

1. Bagian pertama merupakan pertanyaan mengenai karateristik responden yang terdiri atas:

(64)

1) Pria 2) Wanita b. Usia

1) 18 – 23 tahun 2) 24 – 29 tahun 3) 30 – 35 tahun

c. Responden yang pernah menonton film Indonesia yang berjudul

“Love”.

2. Bagian kedua dalam kuesioner terdiri dari pernyataan sikap responden terhadap brand placement.

3. Bagian ketiga dalam kuesioner terdiri dari pernyataan sikap responden terhadap brand.

G. Variabel Penelitian dan Operasionalisasi 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.

a. Variabel independen atau variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor dalam brand placement yaitu:

1) Acceptance

(65)

dalam film.

2) Ethics and Regulation

Mengenai bagaimana penonton melihat brand placement secara

etika.

3) Attention

Mengenai bagaimana penonton memperhatikan brand placement

dalam film.

4) Reference

Mengenai bagaimana referensi penonton yang terbentuk terhadap

brand placement dalam film.

5) Interest

Mengenai seberapa besar ketertarikan penonton terhadap brand

placement dalam film.

b. Variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah sikap (attitude) penonton terhadap brand dalam film, brand

yang muncul antara lain:

1) KFC (Kentucky Fried Chiken)

KFC (dulu dikenal dengan nama Kentucky Fried Chicken) adalah suatu merek dagang waralaba dari Yum! Brands, Inc., yang bermarkas di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Didirikan oleh Col. Harland Sanders, KFC dikenal terutama karena ayam gorengnya, yang biasa disajikan dalam bucket.

(66)

PT. Fastfood Indonesia, Tbk (IDX: FAST) yang didirikan oleh Kelompok Usaha Gelael pada tahun 1978, dan terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1994. Restoran KFC pertama di Indonesia dibuka pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta.

2) Aqua

Aqua adalah sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) yang diproduksi oleh Aqua Golden Mississipi di Indonesia sejak tahun 1973. Selain di Indonesia, Aqua juga dijual di Singapura. Aqua adalah merek AMDK dengan penjualan terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu merek AMDK yang paling terkenal di Indonesia, sehingga telah menjadi seperti merek generik untuk AMDK.

3) Nokia

Nokia Corporation adalah produsen peralatan telekomunikasi terbesar di dunia serta merupakan perusahaan terbesar di Finlandia. Kantor pusatnya berada di kota Espoo, Finlandia, dan perusahaan ini paling dikenal lewat produk-produk telepon genggamnya. Nokia memproduksi telepon genggam untuk seluruh pasar dan protokol utama, termasuk GSM, CDMA, dan W-CDMA (UMTS).

4) TOYOTA

(67)

mobil yang berasal dari Jepang, yang berpusat di Toyota, Aichi. Saat ini, Toyota merupakan pabrikan penghasil mobil terbesar di dunia.

Toyota Motor Corporation didirikan pada September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyoda. Divisi mobil perusahaan tersebut kemudian dipisahkan pada 27 Agustus 1937 untuk menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini.

Berangkat dari industri tekstil, Perusahaan yang memproduksi 1 mobil tiap 6 detik ini ternyata menggunakan penamaan Toyota lebih karena penyebutannya lebih enak daripada memakai nama keluarga pendirinya, Toyoda.

5) Big Bird

Didirikan pada tahun 1979, Big Bird adalah perpanjangan alami dari taksi Blue Bird dan limosin Golden Bird.

Big Bird spesialisasi dalam menyediakan bus disewa untuk keperluan bisnis dan liburan, dengan pilihan ber-AC dan bus reguler 10-54 tempat duduk dengan kursi reclining yang nyaman dan ruang untuk kaki yang memadai.

(68)

2. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Saat melakukan penelitian, peneliti memasukan variabel operasional untuk mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang disajikan ke dalam bentuk kuesioner yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mencerminkan variabel-variabel dalam model penelitian. Di bawah ini adalah operasional variabel-variabel penelitian yang disertai dengan karakteristik pada masing-masing variabel yang dipilih. Pernyataan tersebut akan ditulis dalam bentuk kuesioner berdasarkan Variabell dari tiap variabel yang disusun secara terstruktur.

Tabel III.1

Tabel Pernyataan Karakteristik Responden

Variabel Pertanyaan

Karakteristik responden

Apa jenis kelamin anda? Berapa usia anda saat ini?

Apakah anda pernah menonton film Indonesia

yang berjudul “Love”?

Tabel III.2

Tabel Pernyataan Sikap Responden Terhadap Brand Placement

Variabel Pernyataan

acceptance Brand yang muncul sudah sesuai dengan alur cerita

(69)

Saya mendukung adanya munculnya brand dalam sebuah film

Brand (sebagai sponsor) membantu perkembangan & kemajuan dunia film

Saya merasa ditampilkannya brand dalam film adalah hal yang wajar

Brand yang dipakai dalam alur cerita memiliki kontribusi dalam cerita film

ethics &

regulation

Penempatan brand dalam sebuah film seharusnya dilarang

Penempatan brand mengganggu sebuah film

Penggunaan produk dengan brand tertentu dalam

film menurut saya sudah sesuai etika

Brand yang muncul sesuai dengan alur cerita tidak menggangu saya saat menonton film

Attention Saya memperhatikan adanya brand yang muncul dalam film

Saya memperhatikan apakah brand yang muncul sejalan dengan alur cerita film

Saya memperhatikan brand, logo, gambar produk muncul di dalam sebuah film

Saya memperhatikan ketika aktor / aktris

menggunakan produk dengan brand tertentu

Reference Aktor dan aktris favorit dalam film mendukung keberadaan brand dalam film tersebut

Gambar

Gambar II.1 Elemen Dalam Proses Komunikasi .....................................   15
Gambar II.1
Tabel II.1
Gambar II. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Personalisasi reward dalam penelitian ini masih terbatas karena menggunakan Finite State Machine yang perilakunya terbatas, sehingga jika dimainkan berulangkali maka

Menurut Tim Seni Musik SMA (2008), istilah not balok berasal dari pengaruh bahasa Belanda: noten balk, yaitu notasi musik yang menggunakan lima garis horizontal untuk menempatkan

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Pemeriksaan variasi periode kawin pertama postpartus dikumpulkan dari data reproduksi sapi FH dara dan induk di kedua lokasi yang dikumpulkan oleh stasiun bibit BPTU

Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh Metode Inkuiri Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Luas dan Keliling Lingkaran Kelas VIII MTs Darul

Acara yang disajikan harus relevan dengan kepentingan khalayak, baik dari aspek sosio-kultural, sosio-ekonomi, dan sosio-religi maupun aspek-aspek lain yang terkait dengan

tetap biaya untuk membeli bahan baku, upah tenaga kerja langsung, biaya transportasi, biaya. pemasaran,

Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Penjara Seumur Hidup terhadap Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana , Jurnal Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya