• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Maria Stella Viany da Silva

06 9114 006

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv “

Dan bila aku berdiri

Tegak sampai hari ini

Bukan karena kuat dan hebatku

Semua Karena Cinta”

Terimakasih Cinta-Joy”

Saat-saat kuputus asa TUHAN datang menghiburku Bila tanpa campur tanganNya tak berguna “Panggilan Tuhan”

Mimpi kan menjadi nyata, Bila ku tetap percaya

Walau rintangan menghadang, Kekuatan masih ada Ku bernyanyi hingga fajar, Cinta dan keyakinanku Percaya akan diriku, Mampu jalani hidupku

Kau takkan tau bila tak mencoba, Jalanmu masih panjang.... PERCAYALAH....

Meraih Mimpi-Gita Gutawa”

So when you feel like hope is gone

Look inside you and be strong

And then you’ll finally see the turth

That a hero lies in you

(5)

v

Dengan segala kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada:

My God, My Savior, My Friend *

JESUS CHRIST*

Atas segala kesempatan berharga Yang kau berikan padaku

Di setiap nafas hidupku

Papa dan Mama Ku tersayang

Atas Cinta, kesabaran, dukungan, nasihat

pengertian dan semangatnya

...

Advent, Velly, dan Valentino

Atas segala sesuatu yang pernah,,telah,,dan akan kita lewatkan bersama

Kalian membuatku merasa lebih berarti

Teman-teman

Yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna-warni

Kamu, Dia, dan Mereka

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

Maria Stella Viany da Silva

ABSTRAK

Penelitian korelasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja denganOrganizational Citizenship Behavior(OCB). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan Organizational Citizenship Behavior

(OCB). Subyek penelitian ini adalah 60 orang karyawan PT. Unimitra Pacifik Kharisma, Jakarta Barat yang telah bekerja selama lebih dari 1 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan terdiri skala kepuasan kerja dan skalaOrganizational Citizenship Behavior(OCB). Koefisien reliabilitas diperoleh dengan teknik Alpha Cronbach dengan nilai 0,890 pada skala kepuasan kerja, 0,826 pada skala OCB-O dan 0,845 pada skala OCB-I. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasiPearson Product Moment.Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,247 pada skala OCB-O dan 0,336 pada skala OCB-I dengan nilai p = 0,00 (p<0,01) yang berarti bahwa Ho ditolak, Ha diterima. Kesimpulan dari penelitian in yaitu bahwa ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan OCB (OCB-O dan OCB-I)

(8)

viii

THE RELATION BETWEEN JOB SATISFACTION AND ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

Maria Stella Viany da Silva

ABSTRACT

This correlational research was aimed to determine the relationship between job satisfaction with Organizational Citizenship Behavior (OCB). The hypothesisof this research was that there was a positive relationship between job satisfaction with Organizational Citizenship Behavior (OCB). The subjects of the research were 60 employees of PT. Unimitra Pacific Kharisma, west Jakarta, who has worked for more 1 year. Data collection tool that was used consists of job satisfaction scale and the scale of OCB. reliability coefficient was found by Alpha Cronbach technique with value 0,890 of job satisfaction scale, 0,826 of OCB-O scale and 0,845 of OCB-I scale. Data was analyzed by correlation technique Pearson Product Momen. Results of the data analysis showed the correlation coefficient (r) 0,247 of OCB-O scale and 0,336 of OCB-I scale with value of p=0,00 (p<0,01) that means Ho is rejected, Ha accepted. Conclusions of this research was that there was a positive relationship between job satisfaction with OCB (OCB-O and OCB-I)

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan berkat-Nya yang luar biasa sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Kepuasan Kerja denganOrganizational Citizenship Behavior(OCB)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini khususnya penulis sampaikan kepada:

1. My God, my savior, my hero Jesus Christ, yang telah menghadirkan saya ke dunia ini. Terima kasih karena Engkau masih memberikan saya kesempatan untuk merasakan pahit manisnya kehidupan ini.

2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani., M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Minta Istono, S. Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih bapak telah banyak menyediakan waktu untuk sabar membimbing, membantu dan memberikan masukan sehingga skripsi ini akhirnya selesai juga.

4. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen pembimbing akademik, dan seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah membimbing penulis sampai tahap akhir.

5. Para staff Fakultas Psikologi. Mas Gandung, Mbak Nani, Pak Gie, Mas Muji, dan Mas Doni yang selalu membantu dari jadi mahasiswa baru sampai meraih gelar sarjana.

6. Karyawan PT. Unimitra Pacifik Kharisma, Jakarta Barat. Terimakasih atas bantuannya dalam mengisi kuisioner, sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

(11)

xi

yang tak pernah lekang oleh waktu cinta kalian untukku, banyak terima kasih kuucapkan pada papa dan mama ku,I realy love you both.

8. My beloved brothers and sister. Fransiskus Borgias Adventus da Silva, Anastasia Filipa Veritas da Silva, dan Silvester Rosario Valentino da Silva. Terimasih atas dukungan, cinta, semangat, doa dan pertanyaan “kapan lulusnya?” sekarang saya sudah lulus,love you all.

9. My best Friend Yoeselvin Yuwana, terimakasih sudah mau mendengarkan segala keluh kesahku, dari yang penting sampe yang gak penting sama sekali, terimakasih atas semangat dan dukungannya dalam segala hal.

10. Yang selalu ada disaat kubutuhkan...Chika, Paymun, Dephonk, Emak, Nobi, Nana ‘ndut terima kasih atas cinta dan persahabatan yang indah, teguran, omelan, ejekan, sindiran, kesabaran, saran, dan kritik yang membangun. Kalian mengajarkan ku banyak hal tentang arti sebuah persahabatan dan kehidupan…hahaha (lebay mode on)

11. Teman-teman di masa berjaya sebagai mahasiswa..hehe..special for Satria, Berto, Rafa, Coro, Adit, Guntur, Yoga, Timo, Nita, Mia, Erisa, Windy, Cha-cha, Rara, Mas Koen, Komeng. Terima kasih atas semangat, dan kebersamaan kita selama ini, kalian membuat hidupku menjadi lebih berwarna….dan semua teman-teman angkatan 2006

12. Teman-teman PSF Angel’s Voice…mas Soemar, mas Yoko, mas Budi, mas Lucky ‘gede’, mb Lucy, Nooy, Shella, Frans, Sherly, Damar, Anton, Bintang, Siska, Anggun, Vivi, Wulan, Aphie, Krisna, Odil, Rani, Pingkan, para pemusik, dan anggota lainnya dari yang tua ampe yang muda…terima kasih telah menemaniku bernyanyi…suara indah kita masih dibutuhkan banyak orang…hoho…

(12)

xii

14. Alma’ers...Mba U-teen, Mba bekti, Mba Nita, Mba Dona, Nia, Cupri, Tika, Piton, Memey, Tika kecil, Yuli.... terimakasih atas kebersamaan yang indah bersama kalian semua...loph u all...

15. Seluruh staf Gloria Edukasindo, Pak Eko, Pak Donny, mba Apri, mba Dati, mba Ranggi, mba Dina, mba Ika, mba Deasy, mba Ayu, mas Bois, mas Gide, mas Andi, mba Esthi, mba Inga, mas Tyo, Heni, Kukuh, dan Nina. Terimakasih atas kebersamaan, dan kesempatan belajar yang sangat berharga. 16. Buat kamu, dia, mereka, dan kalian semua yang saya cintai, terimakasih telah

mewarnai kehidupanku.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 14 Mei 2011

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ……… viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………. ix

KATA PENGANTAR ……….. x

DAFTAR ISI ……….. xiii

DAFTAR TABEL ……….……. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ……….……… xvii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah ………... 1

B. Rumusan Masalah ……….……. 9

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ……….……… 9

BAB II. LANDASAN TEORI.... ………..………... 11

A. Organizational Citizenship Behavior(OCB)…...…....………. 11

1. PengertianOrganizational Citizenship Behavior (OCB)…………... 11

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi OCB ……….. 14

(14)

xiv

B. Kepuasan Kerja...……….. 20

1. Pengertian Kepuasan Kerja...……….. 20

2. Dampak Kepuasan Kerja...………...……… 23

3. Aspek-aspek Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja………..………. 26

C. Hubungan antara Kepuasan Kerja denganOrganizational Citizenship Behavior(OCB) …...……….. 28

D. Hipotesis Penelitian ……….. 32

BAB III. METODE PENELITIAN ……...……….. 34

A. Jenis Penelitian ………. 34

B. Identifikasi Variabel Penelitian .……….. 34

C. Definisi Operasional ………. 34

1. Organizational Citizenship Behavior (OCB) ………. 34

2. Kepuasan Kerja ……….. 35

D. Subyek Penelitian ………. 36

E. Prosedur Penelitian ...………... 36

F. Alat Pengambilan Data ...……… 37

1. Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) ……… 37

2. Skala Kepuasan Kerja …… ……… ……… 38

G. Pertanggungjawaban Alat Ukur ………... 39

1. Validitas ………...……….... 39

2. Uji Kesahihan item………... 40

3. Reliabilitas ………... 42

(15)

xv

1. Uji Asumsi ………. 43

2. Uji Hipotesis ……….. 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……….. 45

A. Gambaran PT. Unimitra Pacific Kharisma ……….. 45

B. Pelaksanaan Penelitian ………. 46

C. Deskripsi Subyek Penelitian ………. 46

D. Deskripsi Data Penelitian ……… 48

1. Uji t Variabel Kepuasan Kerja ………. 50

2. Uji t Variabel OCB (OCB-O dan OCB-I) ………... 50

E. Analisis Data Penelitian ………... 51

1. Uji Asumsi ………... 51

a. Uji Normalitas ……….. 51

b. Uji Linearitas ……….... 52

2. Uji Hipotesis ……… 53

F. Pembahasan ……….. 55

BAB V. PENUTUP ……….… 63

A. Kesimpulan ……….. 63

B. Saran ……… 63

DAFTAR PUSTAKA ………. 65

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Skor Jawaban SkalaOrganizational Citizenship Behavior(OCB) …. 38

Tabel 2 Blue Print skalaOrganizational Citizenship Behavior(OCB) ……… 38

Tabel 3 Skor Jawaban Skala Kepuasan Kerja ……….…. 39

Tabel 4 Blue Print Skala Kepuasan Kerja ……… 39

Tabel 5 SkalaOrganizational Citizenship Behavior(OCB) Setelah Digugurkan………... 41

Tabel 6 Skala Kepuasan Kerja Setelah Digugurkan ………. 42

Tabel 7 Deskripsi Subyek Penelitian ……… 47

Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian ……… 48

Tabel 9 One-Sample Test Kepuasan Kerja ………...………… 50

Tabel 10 One-Sample TestOrganizational Citizenship Behavior(OCB) ……. 51

Tabel 11 Hasil Uji Normalitas ……… 52

Tabel 12 Hasil Uji Linearitas ……….. 53

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Kepuasan Kerja ………... 70

Lampiran 2 SkalaOrganizational Citizenship Behavior(OCB) ………. 74

Lampiran 3 Uji Reliabilitias Skala Kepuasan Kerja ……….... 77

Lampiran 4 Uji Reliabilitas Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) ………... 80

Lampiran 5 Deskripsi Data Penelitian ………. 85

Lampiran 6 Uji Normalitas ……….. 86

Lampiran 7 Uji Linearitas ……… 87

Lampiran 8 Uji Hipotesis ……….…… 88

Lampiran 9 Uji t Rata-rata Empiris dan Teoritis Kepuasan Kerja ……...…… 89

Lampiran 10 Uji t Rata-rata Empiris dan Teoritis Organizational Citizenship Behavior(OCB) ……… 90

Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian…...………... 91

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan bersifat sangat

tidak pasti mengharuskan organisasi-organisasi yang ada dalam suatu

sektor industri untuk senantiasa berusaha meningkatkan efektivitas,

efisiensi, dan kreatifitas. Peningkatan efektivitas, efisiensi, dan kreatifitas

ini sangat bergantung pada kesediaan pada karyawan untuk berkontribusi

secara positif dalam menyikapi perubahan (Greenberg & Baron, 2000).

Perilaku untuk bersedia memberikan kontribusi positif pekerja ini

diharapkan tidak hanya terbatas dalam kewajiban secara formal,

melainkan idealnya lebih dari kewajiban formalnya (Landy, 2004). Dalam

literatur organisasi modern, perilaku dalam bentuk kerelaan untuk

memberikan kontribusi yang lebih dari kewajiban formal bukanlah

merupakan bentuk perilaku organisasi yang dapat dimunculkan melalui

basis kewajiban-kewajiban peran formal karyawan (Robbins, 1998).

Bateman dan Organ (1983) menyebut perilaku ini sebagai Organizational

Citizenship Behavior atau disingkat OCB.

Dewasa ini banyak kajian baru dan menarik di bidang sumber daya

manusia. Manusia dijadikan sebagai subjek dan juga objek dalam

penelitian-penelitian SDM untuk mencari hal-hal baru yang dapat

(19)

Era globalisasi saat ini juga menuntut kinerja organisasi yang tinggi untuk

dapat bertahan hidup di tengah-tengah tingkat persaingan yang sangat

ketat antar organisasi. Perlu dilakukan perubahan internal organisasi untuk

mengimbangi perubahan eksternal yang sedang berlangsung pesat saat ini.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha

pencapaian keberhasilan suatu organisasi. Salah satu aspek baru yang

diungkap tentang manusia adalah OCB (Organizational Citizenship

Behavior).

Ulrich (1998) mengatakan bahwa kunci sukses sebuah perubahan

adalah pada sumber daya manusia yaitu sebagai inisiator dan agen

perubahan terus menerus, pembentuk proses serta budaya yang secara

bersama meningkatkan kemampuan perubahan organisasi. Sumber daya

manusia yang ada dalam suatu organisasi memiliki keanekaragaman yang

cukup tinggi. Adanya keanekaragaman yang cukup tinggi tersebut berarti

kemampuan sebagai agen perubahan juga akan berbeda-beda. Namun

demikian, usaha perubahan organisasi yang membutuhkan partisipasi dari

semua karyawan untuk berperan sebagai agen perubahan, tidak hanya

sekedar mengandalkan kemampuannya saja.

Organisasi pada umumnya percaya bahwa untuk mencapai

keunggulan harus mengusahakan kinerja individual yang

setinggi-tingginya, karena pada dasarnya kinerja individual mempengaruhi kinerja

tim atau kelompok kerja dan pada akhirnya mempengaruhi kinerja

(20)

karyawan yang diharapkan organisasi. Perilaku yang menjadi tuntutan

organisasi saat ini adalah tidak hanya perilaku in-role (perilaku yang

berkaitan dengan tugas-tugas pokok individu dalam suatu perusahaan),

tetapi juga perilaku extra-role. Perilaku extra-role ini disebut juga dengan

OCB (Organizational Citizenship Behaviour).

Para pakar organisasi menyatakan pentingnya OCB bagi

keberhasilan sebuah organisasi, karena pada dasarnya organisasi tidak

dapat mengantisipasi seluruh perilaku dalam organisasi hanya dengan

mengandalkan deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal saja (George,

1998). OCB merupakan istilah yang digunakan untuk mengidentifikasikan

perilaku karyawan sehingga dia dapat disebut sebagai karyawan yang baik

(Sloat, 1999). OCB didefinisikan sebagai perilaku yang ditunjukkan

karyawan dalam suatu organisasi atau perusahaan. Perilaku yang dimaksud

dalam OCB ini yaitu meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi

volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan

prosedur-prosedur di tempat kerja. Perilaku-perilaku ini menggambarkan

nilai tambah karyawan dan merupakan salah satu bentuk perilaku

prososial, yaitu perilaku sosial yang positif, konstruktif dan bermakna

membantu (Aldag & Resckhe, 1997).

Tindakan-tindakan indisipliner yang masih sering terjadi merupakan

sebagian bukti rendahnya kualitas kerja karyawan terutama masalah

mentalitas dan budaya kerja. Pada umumnya karyawan tidak memiliki

(21)

yang dilakukan oleh Danan (2007) pada Politeknik Kesehatan (Poltekkes)

Banjarmasin didapatkan banyak karyawan yang datang terlambat dan

pulang lebih awal. Disamping itu pada saat jam kerja ada beberapa

karyawan berbincang-bincang dengan santai yang tidak ada kaitannya

dengan pekerjaan, merokok saat jam kerja bahkan ada karyawan yang

bermain game di komputer untuk mengisi waktu. Kebanyakan karyawan

berpendapat rajin tidak rajin tidak berpengaruh terhadap imbalan yang

mereka terima. Rendahnya perhatian atasan terhadap bawahan

menimbulkan perasaan kekecewaan karyawan. Hubungan atasan dengan

bawahan bersifat formal dan mekanistis sehingga kurang memberikan

motivasi intrinsik bagi karyawan.

Kasus yang lainnya yaitu berdasarkan pengamatan yang dilakukan

oleh penulis pada karyawan sebuah pabrik mebel. Pada perusahaan

tersebut semua karyawannya berjenis kelamin laki-laki dan bergerak

dalam bidang produksi sampai pengiriman. Dari hasil pengamatan hanya

sedikit karyawan yang berinisiatif untuk membantu karyawan lain yang

belum selesai mengerjakan tugasnya. Mereka merasa telah puas setelah

mereka berhasil mengerjakan tugas yang menjadi bagiannya. Mereka akan

membantu karyawan lain setelah mendapat perintah dari atasannya.

Berdasarkan kasus di atas, dapat dilihat bahwa banyak waktu luang

yang dimiliki karyawan tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik oleh

karyawan tersebut. Kebanyakan dari mereka lebih memilih untuk

(22)

selesai mengerjakan tugasnya. Mereka akan membantu karyawan lain

apabila mendapat perintah dari atasannya, mereka belum mempunyai

inisiatif sendiri untuk membantu karyawan yang lain. Hal ini menunjukkan

bahwa OCB yang dimiliki oleh karyawan masih sangat rendah, terutama

pada karyawan yang bekerja di lapangan atau karyawan yang bekerja di

bagian produksi. Mereka sudah merasa puas apabila tugasnya sudah

selesai dikerjakan dan tidak membantu karyawan lain untuk mencapai

kepuasan terhadap tugasnya,padahaldengan mereka membantu karyawan

lain mungkin saja mereka akan merasa lebih puas dari sebelumnya.

Berdasarkan kasus diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan Organizational

Citizenship Behaviour (OCB).

Organizational Citizenship Behaviour (OCB) dapat meningkatkan

efisiensi dan efektifitas organisasi dengan memberikan kontribusi terhadap

transformasi sumber daya, inovasi, dan daya adaptasi (William dan

Anderson, 1991). Pentingnya OCB secara praktis adalah pada

kemampuannya untuk memperbaiki efisiensi, efektifitas, dan kreatifitas

organisasi melalui kontribusinya dalam transformasi sumber daya, inovasi,

dan adaptabilitas (Organ, 1988). OCB mempunyai lima dimensi menurut

Organ et al (2006) yaitu altruism (perilaku saling tolong-menolong tanpa

pamrih dengan sesama karyawan), sportsmanship (tidak ada keluhan

dalam bekerja, menerima pekerjaan yang dihadapinya), courtesy (berusaha

(23)

(melakukan kewajibannya dalam organisasi), dan conscientiousness

(ketelitian dalam melakukan pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan).

McNeely dan Meglino (Muchinsky, 2003) mengatakan bahwa OCB

ada yang bersifat individual-directed (OCB-I) dan ada yang bersifat

organization-directed (OCB-O). OCB-O berkaitan dengan bagaimana

tanggapan karyawan terhadap karakteristik pekerjaan mereka. OCB-I

berlawanan dengan OCB-O, OCB-I lebih berkaitan dengan perilaku

seperti membantu rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang

tidak membawa dampak langsung dalam proses transaksi antar individu

dengan organisasi.

Beberapa ahli mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi OCB-I dan OCB-O. Podsakoff, Mackenzie, Paine &

Bachrach (2000) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi OCB

antara lain adalah umur dan gender. Karyawan yang sudah berumur dan

berjenis kelamin perempuan, cenderung menunjukkan OCB-I dan OCB-O

yang rendah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Konrad, dkk

(2000) mengemukakan bahwa perilaku-perilaku kerja seperti menolong

orang lain, bersahabat dan bekerja sama dengan orang lain lebih menonjol

dilakukan oleh wanita daripada pria. Beberapa penelitian juga

menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih mengutamakan

pembentukkan relasi daripada pria, dan lebih menunjukkan perilaku

menolong daripada pria (George, 1998). Berdasarkan hasil penelitian di

(24)

karena peneliti ingin melihat bagaimana OCB terjadi pada sebuah

perusahaan yang seluruh karyawannya berjenis kelamin laki-laki.

Penelitian lain mengungkapkan bahwa OCB dipengaruhi oleh faktor

individual, team, dan organisasi. Faktor individual meliputi kepuasan

kerja, kepribadian, dan faktor-faktor demografis seperti usia dan jenis

kelamin.

Salah satu faktor yang mempengaruhi OCB yaitu kepuasan kerja.

Kepuasan kerja seharusnya merupakan penentu utama dari Organizational

Citizenship Behaviour. Karyawan yang puas akan lebih mungkin berbicara

positif tentang organisasi dan membantu orang lain. Organ dan Ryan

(1995) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan antara

kepuasan dan kinerja kerja sebenarnya sama dengan hubungan antara

kepuasan kerja dengan OCB.

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting

untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal. Menurut Handoko (2001)

kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak

menyenangkan para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka.

Kepuasan kerja mencerminkan kepuasan seseorang terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting karena

besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu maupun perusahaan.

Kepuasan kerja sangat penting bagi perusahaan karena berperan untuk

mengetahui bagaimana tanggapan positif karyawan terhadap pekerjaannya,

(25)

kesejahteraan perusahaan. Kepuasan kerja merupakan perasaan karyawan

yang dihubungkan dengan pekerjaannya, yaitu perasaan senang dalam

memandang dan menjalankan pekerjaannya (Davis dan Yoder, 1992).

Harapan yang bisa diperoleh dengan adanya kepuasan kerja adalah

bahwa karyawan yang memiliki kepuasan kerja dapat memberikan sesuatu

yang positif terhadap perusahaannya. Jadi dalam perusahaan, kepuasan

kerja itu sangat penting terutama untuk meningkatkan rasa bangga pada

seseorang karyawan terhadap suatu organisasi atau perusahaan.

Pada dasarnya karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan,

melakukan pekerjaan yang sesuai dengan aturan dan tugasnya

masing-masing. Karyawan yang sudah melaksanakan tugasnya dianggap sudah

merasakan kepuasan kerja sehingga dapat membantu tugas karyawan lain

yang belum selesai. Tetapi pada kenyataannya hanya sedikit karyawan

yang berinisiatif untuk membantu karyawan lain yang belum selesai

mengerjakan tugasnya. Mereka merasa telah puas setelah mereka berhasil

mengerjakan tugas yang menjadi bagiannya dan akan membantu karyawan

lain setelah mendapat perintah dari atasannya. Sedangkan yang diharapkan

oleh perusahaan yaitu karyawan yang sudah selesai dengan tugasnya bisa

membantu karyawan lain yang belum selesai mengerjakan tugasnya

sehingga pekerjaan yang dilakukan bisa selesai dengan cepat. Idealnya,

karyawan yang mempunyai kepuasan kerja yang tinggi kemungkinan

besar akan mempunyai OCB yang tinggi. Penulisan ini ingin menjelaskan

(26)

Citizenship Behaviour. Dalam penelitian ini saya ingin melihat apakah

karyawan dalam sebuah organisasi atau perusahaan melakukan

Organizational Citizenship Behaviour jika mereka mempunyai kepuasan

kerja yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kepuasan kerja karyawan dengan

Organizational Citizenship Behaviour (OCB).

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

kapuasan kerja dengan Organizational Citizenship Behaviour (OCB).

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

a. Menambah pengetahuan pada bidang Psikologi Industri Organisasi

mengenai Organizational Citizenship Behaviour yang dipengaruhi

oleh kepuasan kerja karyawan.

b. Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi pembaca maupun untuk

penelitian di bidang yang sama

2. Praktis

Bagi perusahaan sehubungan dengan pengembangan sumber daya

(27)

hubungan positif antara kepuasan kerja dengan Organizational

Citizenship Behaviour maka hasil ini dapat menjadi rekomendasi bagi

organisasi untuk meningkatkan kepuasan kerja sehingga dapat

menimbulkan keuntungan baik bagi perusahaan maupun bagi

(28)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR (OCB)

1. Pengertian Organizational Citizenship Behaviour (OCB)

Kebanyakan orang menyebut OCB dengan extra role yaitu sikap

atau perilaku karyawan yang memiliki kemampuan untuk melakukan

tugasnya diluar job description. Penilaian kinerja terhadap karyawan

biasanya didasarkan pada job description yang telah disusun oleh

organisasi tersebut, sehingga baik buruknya kinerja seorang karyawan

dilihat dari kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai

dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan sesuai dengan

yang tercantum dalam job description. Melakukan pekerjaan sesuai

dengan tugas yang ada dalam job description ini disebut sebagai in-role

behavior (Dyne dkk, 1998). Saat ini sudah seharusnya bila perusahaan

mengukur kinerja karyawan tidak hanya sebatas tugas-tugas yang terdapat

dalam deskripsi kerjanya saja. Bagaimanapun diperlukan peran ekstra

demi terselesaikannya tugas-tugas yang ada.

Perbedaan yang mendasar antara perilaku in-role dengan perilaku

extra-role adalah pada reward. Pada perilaku in-role biasanya

dihubungkan dengan reward dan sanksi, sedangkan pada perilaku

extra-role biasanya terbebas dari reward dan perilaku yang dilakukan oleh

(29)

(Morrison, 1994). Dibandingkan dengan perilaku in-role yang

dihubungkan dengan penghargaan ekstrinsik atau penghargaan moneter,

maka perilaku extra-role lebih dihubungkan dengan penghargaan intrinsik

(Dyne dkk, 1998; Morrison, 1994). Perilaku ini muncul karena perasaan

sebagai anggota organisasi dan merasa puas apabila dapat melakukan

suatu yang lebih kepada organisasi.

Berbagai macam definisi Organization Citizenship Behavior

(OCB) dikemukakan dengan berbagai macam kajian. OCB didefinisikan

sebagai perilaku yang ditunjukkan karyawan dalam suatu organisasi atau

perusahaan. Perilaku yang dimaksud dalam OCB ini yaitu meliputi

perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra.

Perilaku-perilaku ini menggambarkan nilai tambah karyawan dan

merupakan salah satu bentuk perilaku prososial, yaitu perilaku sosial yang

positif, konstruktif dan bermakna membantu (Aldag & Resckhe, 1997).

Dengan kata lain, OCB merupakan perilaku menolong, patuh terhadap

aturan-aturan dan prosedur di tempat kerja yang menggambarkan nilai

tambah karyawan dan mempunyai makna yang positif.

Organ (2006) mendefinisikan OCB sebagai bentuk perilaku yang

merupakan pilihan dan inisiatif individual, tidak berkaitan dengan system

reward formal dan memberi kontribusi terhadap keefektifan fungsi

organisasi. OCB merupakan sikap membantu yang ditunjukkan oleh

anggota organisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh perusahaan

(30)

(Bateman & Organ dalam Steers, Porter, Bigley, 1996). Hal ini berarti,

perilaku tersebut tidak termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi

kerja karyawan sehingga jika perilaku tersebut tidak ditampilkan tidak

akan ada hukuman.

Organ (dalam Dyne dan Ang, 1998) menekankan bahwa OCB

ditemukan sebagai perilaku yang terbentuk tanpa termasuk dalam

deskripsi kerja karyawan, meliputi mempelajari tugas-tugas baru, sebagai

sukarelawan yang melakukan sesuatu bagi keuntungan kelompok.

Menurut Sloat (1999) OCB adalah tindakan yang mengarah pada

terciptanya kefektifan fungsi-fungsi dalam organisasi dan

tindakan-tindakan secara sukarela serta tidak formal. Dengan kata lain, OCB

merupakan perilaku yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain,

hal itu diekspresikan dalam tindakan-tindakan yang mengarah pada hal-hal

yang bukan untuk memenuhi kepentingan diri sendiri tetapi demi

terwujudnya kesejahteraan orang lain.

William dan Anderson (1991) membagi OCB menjadi dua

kategori, yaitu OCB-O dan OCB-I. OCB-O adalah perilaku yang

memberikan manfaat bagi organisasi pada umumnya, misalnya kehadiran

di tempat kerja melebihi norma yang berlaku dan mentaati

peraturan-peraturan informal yang ada untuk memelihara ketertiban. OCB-I

merupakan perilaku-perilaku yang secara langsung memberikan manfaat

bagi individu dan secara tidak langsung juga memberikan kontribusi pada

(31)

mempunyai perhatian personal pada karyawan lain. Kedua perilaku

tersebut akan meningkatkan fungsi keorganisasian.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

Organizational Citizenship Behavior merupakan perilaku individu yang

tidak diperintahkan secara formal, perilaku menolong, bersifat sukarela

dan bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang

mengutamakan kepentingan organisasi serta tidak berkaitan dengan sistem

reward.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB

Penelitian yang dilakukan oleh Hardaningtyas (2005)

menyimpulkan bahwa OCB dapat juga dipengaruhi oleh kecerdasan

emosi. Kecerdasan emosi merupakan suatu kapasitas yang

mengidentifikasikan seberapa tinggi tingkat kompetensi personal dan

sosial dari orang yang bersangkutan. Penelitian terhadap iklim organisasi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi OCB. Semakin positif

persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi kepadanya, akan

semakin tinggi intensitas OCB (Elvinawanty, 2005).

Penelitian lain mengungkapkan bahwa OCB dipengaruhi oleh:

a. Kualitas hubungan atasan dan bawahan

OCB dipengaruhi oleh hubungan antara atasan dan bawahan yang

(32)

merasa diberi kepercayaan oleh atasan, dan merasa diperhatikan atasan

akan semakin tinggi OCBnya (Riggio, 1990)

b. Kepribadian dan suasana hati

Kepribadian dan suasana hati mempunyai pengaruh terhadap

timbulnya perilaku OCB secara individual maupun kelompok. George

dan Brief (1992) berpendapat bahwa kemauan seseorang untuk

membantu orang lain juga dipengaruhi oleh suasana hati (mood).

Kepribadian merupakan suatu karakteristik yang secara relatif dapat

dikatakan tetap, sedangkan suasana hati merupakan karakteristik yang

dapat berubah-ubah. Sebuah suasana hati yang positif akan

meningkatkan peluang seseorang untuk membantu orang lain.

c. Kepuasan kerja

Penelitian yang dilakukan oleh MacKenzie (1998) mengidentifikasikan

variabel kepuasan kerja yang ternyata berpengaruh pada OCB.

Karyawan yang merasa puas dengan tugas-tugas yang dilakukannya

dapat menunjukkan tingkat OCB yang lebih tinggi dibandingkan

dengan karyawan yang merasa tidak puas degan tugas-tugasnya.

d. Jenis kelamin

Konrad, dkk (2000) mengemukakan bahwa perilaku-perilaku kerja

seperti menolong orang lain, bersahabat dan bekerja sama dengan

orang lain lebih menonjol dilakukan oleh wanita daripada pria.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih

(33)

menunjukkan perilaku menolong daripada pria (George, 1998).

Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang

cukup menyolok antara pria dan wanita dalam perilaku menolong dan

interaksi sosial di tempat mereka bekerja.

e. Masa kerja

Greenberg dan Baron (2000) mengemukakan bahwa karakteristik

personal setiap masa kerja dan jenis kelamin berpengaruh pada OCB.

Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa masa kerja

berkorelasi dengan OCB. Karyawan yang telah lama bekerja di suatu

organisasi akan memiliki keterdekatan dan rasa terikat yang kuat

terhadap organisasi tersebut. Masa kerja yang lama juga akan

meningkatkan rasa percaya diri dan kompetensi karyawan dalam

melakukan pekerjaannya, serta menimbulkan perasaan dan perilaku

positif terhadap organisasi yang mempekerjakannya. Semakin lama

karyawan bekerja di sebuah organisasi, semakin tinggi persepsi

karyawan bahwa mereka memiliki investasi di dalamnya.

f. Persepsi terhadap iklim organisasi

Iklim organisasi dapat menjadi penyebab kuat atas berkembangnya

OCB dalam suatu organisasi. Di dalam iklim organisasi yang positif,

karyawan merasa lebih ingin melakukan pekerjaannya melebihi apa

yang telah disyaratkan dalam uraian pekerjaan, dan akan selalu

(34)

atasan dengan sportif dan dengan penuh kesadaran serta percaya

bahwa mereka diperlakukan secara adil oleh organisasinya.

g. Keadilan prosedural

Penilaian karyawan terhadap keadilan berbagai kebijakan atau

peraturan perusahaan juga mempengaruhi OCB. Penelitian yang

dilakukan oleh Schappe dan Moorman (dalam Danan 2007)

membuktikan hal tersebut. Seseorang yang merasa diperlakukan secara

adil oleh perusahaan melalui berbagai aturannnya akan meningkatkan

OCBnya. Sebaliknya, karyawan yang merasa diperlakukan tidak adil

akan semakin rendah OCBnya.

3. Dimensi dan aspek-aspek OCB

Banyak peneliti yang menguraikan lima dimensi dari

Organizational Citizenship Behavior. Organ dan Podsakoff (2006)

menguraikan lima dimensi OCB yaitu:

a. Altruism yaitu perilaku membantu karyawan lain tanpa ada paksaan

pada tugas-tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi

organisasional, meliputi:

1) Menggantikan rekan kerja yang tidak masuk atau istirahat

2) Membantu rekan kerja lain yang pekejaannya overload

3) Membantu karyawan baru meskipun tidak diminta

4) Membantu karyawan lain yang mempunyai masalah-masalah

(35)

5) Menjadi volunteer untuk mengerjakan sesuatu tanpa diminta

b. Conscientiousness yaitu perilaku yang ditunjukkan dengan berusaha

melakukan lebih dari yang diharapkan perusahaan, seperti kepatuhan

terhadap peraturan dan kehadiran, meliputi:

1) Tiba lebih awal, sehingga siap bekerja pada waktu yang telah

ditentukan

2) Tidak menggunakan waktu istirahat secara berlebihan

3) Mematuhi semua peraturan perusahaan

4) Tidak menghabiskan waktu untuk pembicaraan di luar pekerjaan.

c. Sportsmanship perilaku yang memberikan toleransi terhadap keadaan

yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengajukan

keberatan-keberatan, tidak mengeluh dan tidak membesar-besarkan masalah

kecil, meliputi:

1) Tidak mengeluh tentang segala sesuatu

2) Tidak membesar-besarkan permasalahan di luar proporsinya

3) Tidak menghabiskan banyak waktu untuk membahas masalah yang

tidak penting

d. Courtesy yaitu berbuat baik dan hormat kepada rekan kerja termasuk

perilaku seperti membantu seseorang untuk mencegah terjadinya suatu

permasalahan, atau membuat langkah-langkah untuk mengurangi

berkembangnya suatu masalah, meliputi:

1) Menentukan suatu cara untuk mencegah terjadinya masalah dengan

(36)

2) Berhati-hati terhadap perilaku karyawan yang akan mempengaruhi

kinerja karyawan lain

3) Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan masalah dengan

rekan kerja

e. Civic virtue yaitu menunjukkan pastisipasi sukarela dan dukungan

terhadap fungsi-fungsi organisasi baik secara professional maupun

sosial ilmiah, meliputi:

1) Menyimpan informasi tentang kejadian-kejadian maupun

perubahan-perubahan dalam organisasi

2) Mengikuti perubahan-perubahan dan

perkembangan-perkembangan dalam organisasi

3) Membaca dan mengikuti pengumuman-pengumuman organisasi

4) Membuat pertimbangan dalam menilai apa yang terbaik untuk

organisasi

Organ (2006) juga menambahkan dengan peacekeeping, yaitu

tindakan-tindakan yang menghindari dan menyelesaikan terjadinya konflik

interpersonal (sebagai stabilisator dalam organisasi) dan cheerleading,

yaitu diartikan sebagai bantuan kepada rekan kerjanya untuk mencapai

prestasi yang lebih tinggi.

Penelitian lain yaitu Williams & Anderson, 1991(Koster, dkk

2003) menyatakan bahwa OCB ada yang bersifat individual directed

(37)

a. OCB-O (Organization-directed)

OCB-O adalah perilaku-perilaku yang memberikan manfaat bagi

organisasi pada umumnya, misalnya kehadiran di tempat kerja

melebihi norma yang berlaku dan mentaati peraturan-peraturan

informal yang ada untuk memelihara ketertiban, dimana

conscientiousness, civic virtue dan sportsmanship terdapat di

dalamnya.

b. OCB-I (Individual directed)

merupakan perilaku-perilaku yang secara langsung memberikan

manfaat bagi individu lain dan secara tidak langsung juga memberikan

kontribusi pada organisasi, misalnya membantu rekannya yang tidak

masuk kerja dan mempunyai perhatian personal pada karyawan lain,

dimana altruism, dan courtesy terdapat di dalamnya.

Penelitian ini akan mengukur organization citizenship behavior

berdasarkan pada dimensi OCB yang dikemukakan oleh Williams &

Anderson (1991) yaitu altruism dan courtesy yang termasuk dalam

kategori OCB-I, sementara conscientiousness, civic virtue dan

sportsmanship dikategorikan sebagai OCB-O.

B. KEPUASAN KERJA

1. Pengertian kepuasan kerja

Spector (dalam William, 2004) dan Davis (dalam Seno, 1992)

(38)

suka (tidak puas) dari karyawan terhadap pekerjaan mereka. Perasaan

tersebut menggambarkan seberapa besar kesesuaian antara apa yang

dibutuhkan dari pekerjaannya dan apa yang diberikan dari pekerjaannya.

Perasaan senang dapat terbentuk jika ada kecocokan antara karakter

pekerjaan dengan keinginan karyawan tersebut. Wexley dan Yukl (dalam

Sunartini, 1991) berpendapat bahwa apa yang dirasakan karyawan erat

hubungannya dengan karakteristik kerja yang diperlukan untuk

memuaskan sejumlah kebutuhan karyawan. Seorang karyawan akan

merasa tidak puas jika karakteristik kerja di tempat kerjanya kurang

memadai dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, kepuasan kerja adalah

perasaan suka (puas) atau tidak suka (tidak puas) dari karyawan terhadap

pekerjaan mereka.

Robbins (1998) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap

individu terhadap pekerjaannya. Karyawan dengan tingkat kepuasan kerja

yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaanya, sementara

karyawan yang tidak puas akan mempunyai sikap yang negatif terhadap

pekerjaanya. Tiffin, Robbert Hoppeck dan Caugemi (As’ad, 1995) juga

mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu penilaian, sikap dan

penyesuaian diri karyawan terhadap pekerjaannya. Sikap dan penyesuaian

diri karyawan berkaitan dengan kondisi dan situasi kerja. Karyawan juga

melakukan penilaian terhadap pekerjaannya yaitu seberapa jauh

(39)

kerja merupakan sikap individu terhadap pekerjaannya yang berkaitan

dengan kondisi dan situasi kerja.

Riggio (1990) juga berpendapat bahwa kepuasan kerja terbentuk

dari perasaan dan tingkah laku seorang karyawan terhadap suatu

pekerjaan. Perasaan dan tingkah laku karyawan berasal dari baik dan

buruk, serta positif dan negatifnya suatu pekerjaan yang dapat

menimbulkan rasa puas atau tidak puas pada pekerjaan tersebut. Menurut

Sutrisno Hadi (dalam Panji, 1992) menyatakan bahwa kepuasan kerja pada

dasarnya adalah “security feeling” (perasaan aman) dan mempunyai segi

sosial-ekonomi (gaji dan jaminan sosial), segi sosial psikologi

(kesempatan untuk maju, mendapat penghargaan, berhubungan dengan

masalah pengawasan, berhubungan dengan pergaulan antara karyawan

dengan karyawan atau atapun karyawan dengan atasan). Dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif

yang menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari para karyawan terhadap

kondisi dan situasi kerja, termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi

sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.

Dari pendapat beberapa tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja merupakan perasaan senang (puas) dan tidak senang (tidak

puas) seseorang terhadap pekerjaannya dan sikap individu terhadap

(40)

2. Dampak kepuasan kerja

Berbagai akibat kepuasan kerja dikemukakan oleh Robbins (1993)

sebagai berikut:

a. Produktivitas

Kebanyakan penelitian tentang kepuasan kerja-produktivitas

menggunakan rancangan penelitian yang tidak dapat membuktikan

sebab-akibat. Penelitian yang mengontrol kemungkinan adanya

hubungan sebab akibat antara kepuasan kerja dengan produktivitas

menunjukkan kesimpulan yang lebih valid bahwa produktivitas

menimbulkan kepuasan kerja dan bukan sebaliknya. Jika seorang

karyawan senang dengan pekerjaannya maka ia akan melakukan

pekerjaan tersebut dengan baik dan sebagai akibatnya, organisasi akan

memberikan imbalan atas produktivitas tersebut. Tingginya tingkat

produktivitas yang dicapai dapat meningkatkan verbal recognition,

jumlah gaji, dan kemungkinan promosi. Imbalan yang diperoleh dapat

meningkatkan kepuasan kerja.

b. Angka ketidakhadiran

Ada hubungan yang negatif antara kepuasan kerja dengan angka

ketidakhadiran. Hal ini tentu masuk akal karena karyawan yang tidak

puas akan lebih suka kehilangan pekerjaan tersebut, namun faktor lain

dapat mempengaruhi hubungan ini dan dapat menurunkan koefisien

(41)

c. Turn over

Kepuasan kerja memiliki hubungan yang negatif dengan turn over,

tetapi korelasinya lebih kuat daripada korelasi antara kepuasan kerja

dengan angka ketidakhadiran,

Kreitner dan Kinicki (1991) menambahkan bahwa selain hal yang

sudah disebutkan di atas, ada beberapa akibat yang dapat ditimbulkan oleh

kepuasan kerja, yaitu:

a. Organizational Citizenship Behaviour

Organizational Citizenship Behaviour meliputi tingkah laku karyawan

di luar tugas, misalnya memberikan pernyataan yang membangun

organisasi, menunjukkan ketertarikan pribadi pada pekerjaan lain

dalam organisasi, memberikan saran untuk kemajuan organisasi,

merawat barang milik organisasi, dan hadir tepat waktu. Organisasi

tentu menginginkan agar karyawannya menunjukkan perilaku tersebut,

sedangkan Organizational Citizenship Behaviour memiliki hubungan

dengan kepuasan kerja, sehingga organisasi dapat meningkatkan

frekuensi perilaku di atas dengan cara meningkatkan kepuasan kerja

karyawan.

b. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi merupakan tingkat dimana karyawan memihak

pada organisasi dan berkomitmen terhadap tujuan organisasi. Manajer

dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan tujuan untuk mendapatkan

(42)

organisasi yang tinggi selanjutnya dapat menyebabkan tingginya

produktivitas kerja.

c. Penampilan kerja

Herzberg berpendapat bahwa kepuasan kerja menyebabkan

penampilan kerja yang baik, sementara peneliti lain berpendapat

bahwa penampilan kerja yang baik menyebabkan kepuasan kerja.

d. Implikasi yang lebih luas

Kepuasan kerja memiliki implikasi yang penting karena dapat

mempengaruhi kualitas kehidupan karyawan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ketidakpuasan kerja berhubungan dengan

penyakit jantung, stres yang meningkat, dan kesehatan mental yang

buruk.

Frank J. Landy (2004) mengatakan mengenai adanya hubungan

antara kepuasan kerja dengan beberapa pengeluaran (outcome)

perusahaan, seperti turn over, ketidakhadiran karyawan, dan

produktivitas.

a. Kepuasan kerja dan pengunduran diri karyawan

Secara umum, manager percaya bahwa karyawan yang merasa tidak

bahagia memiliki minat yang rendah untuk datang bekerja daripada

karyawan yang bahagia. Absensi merupakan sebuah kerugian bagi

perusahaan, tampak secara logis bahwa hal tersebut menimbulkan

ketidakpuasan karyawan. George (1998) mengemukakan bahwa

(43)

bahwa dua variabel tersebut pada dasarnya terkait yaitu karyawan yang

tidak bahagia akan lebih banyak meninggalkan pekerjaannya.

b. Kepuasan kerja dan performansi

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cherrington, Reitz dan Scott

(dalam Panji 1992) menyimpulkan bahwa produktivitas yang tinggi

dapat menyebabkan kepuasan kerja meningkat. Namun menurut

penelitian tersebut ada suatu kondisi atau proses yang menyebabkan

hal tersebut terjadi. Memang sulit untuk menyimpulkan bahwa

kepuasan kerja menyebabkan performansi biasa saja bila dihadapkan

atau diberi reward atas kesuksesannya akan meningkatkan

produktivitas dan performansi, hal tersebut yang nantinya akan

memunculkan kepuasan dalam diri karyawan.

Jadi, kepuasan kerja dapat mengakibatkan meningkatnya

produktivitas kerja, organizational citizenship behavior, komitmen

organisasi, dan penampilan kerja, kepuasan kerja juga dapat menyebabkan

menurunnya angka ketidakhadiran dan turn over serta memberi implikasi

yang lebih luas terhadap kualitas kehidupan karyawan (penyakit jantung,

stress yang meningkat, dan kesehatan mental yang buruk).

3. Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan facet yang melihat kepuasan kerja dari beberapa aspek

(44)

a. Aspek jenis pekerjaan

Karyawan cenderung memilih pekerjaan yang memberikan mereka

kesempatan untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan

mereka. Karyawan juga cenderung memilih pekerjaan yang mampu

menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan dan mampu

memberikan feedback berdasarkan hasil pekerjaan mereka. Pada

kondisi kerja yang menantang, kebanyakan karyawan akan merasa

senang dan puas.

b. Aspek pemberian reward

Karyawan menginginkan sistem pembayaran dan kebijaksanaan

promosi yang menurut mereka adil, jelas, dan sesuai dengan harapan

mereka. Promosi memberikan kersempatan bagi perkembangan

pribadi, tanggung jawab yang semakin besar dan meningkatkan status

sosial. Individu yang menerima keputusan promosi yang adil dan

sesuai dengan peraturan akan merasa lebih puas.

c. Aspek kondisi kerja yang mendukung

Karyawan sangat peduli dengan keadaan lingkungan kerja agar

mereka merasa nyaman dan dapat bekerja dengan baik. Beberapa

penelitian menyebutkan bahwa karyawan memilih lingkungan fisik

yang tidak berbahaya atau nyaman, seperti temperatur, cahaya,

(45)

d. Aspek rekan kerja

Bagi sebagain besar karyawan, bekerja juga digunakan untuk

memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga tidaklah

mengherankan jika rekan kerja yang bersahabat dan mendukung dapat

meningkatkan kepuasan kerja seorang karyawan. Perilaku atasan juga

menjadi salah satu penentu kepuasan kerja. Penelitian menemukan

bahwa kepuasan kerja karyawan akan meningkat jika mempunyai

atasan yang pengertian dan bersahabat, memberikan pujian atas hasil

kerja yang baik, dan mau mendengarkan pendapat bawahannyam serta

menunjukkan perhatian kepada mereka.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ada empat aspek yang

membentuk kepuasan kerja yaitu perasaan puas terhadap jenis pekerjaan,

pemberian reward, kondisi kerja yang mendukung, dan rekan kerja.

Aspek-aspek ini akan digunakan dalam alat ukur kepuasan kerja yaitu

skala kepuasan kerja dengan alternatif pilihan kawaban yaitu sangat puas

(SP), puas (P), tidak puas (TP), sangat tidak puas (STP).

C. HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA KARYAWAN DENGAN

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan perilaku

individu yang tidak diperintahkan secara formal, perilaku menolong, bersifat

sukarela dan bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang

(46)

reward. Salah satu faktor yang mempengaruhi OCB yaitu kepuasan kerja.

Kepuasan kerja seharusnya merupakan penentu utama dari OCB, karyawan

yang puas akan lebih mungkin berbicara positif tentang organisasi dan

membantu orang lain. Organ dan Ryan (dalam Organ, dkk 2006) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan antara kepuasan kerja dan

kinerja sebenarnya sama dengan hubungan antara kepuasan kerja dengan

OCB.

Kepuasan kerja ternyata berpengaruh terhadap OCB, penelitian yang

dilakukan oleh MacKenzie (1998) menunjukkan bahwa karyawan yang

merasa puas dengan tugas-tugas yang dilakukannya dapat menunjukkan

tingkat OCB yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang merasa

tidak puas dengan tugas-tugasnya. Kepuasan kerja seorang karyawan

dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu jenis pekerjaan, pemberian reward,

kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja, dan atasan.

Aspek-aspek kepuasan kerja dapat membuat seorang karyawan merasa

puas atau tidak puas. Karyawan yang memilih pekerjaan sesuai dengan

kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya akan lebih cepat merasakan

kepuasan kerja. Selain itu karyawan juga cenderung memilih pekerjaan yang

mampu menawarkan berbagai macam tugas, kebebasan dan mampu

memberikan feedback, serta apabila dihadapkan pada kondisi kerja yang

menantang, kebanyakan karyawan akan merasa senang dan puas. Hal ini

menyebabkan karyawan akan cepat merasakan kepuasan kerja dan

(47)

yang tidak masuk atau sedang istirahat. Sebaliknya karyawan yang memiliki

pekejaan yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya, serta

kurang mampu menghadapi pekerjaan yang menantang, maka akan

merasakan ketidapuasan kerja sehingga tidak melakukan OCB-I terhadap

perusahaanya.

Karyawan menginginkan sistem pembayaran dan kebijaksanaan

promosi yang menurut mereka adil dan sesuai dengan harapan mereka. Hal

ini membuat para karyawan mempunyai semangat untuk melaksanakan

tugasnya dan mematuhi peraturan yang ada dalam perusahaan, dengan

mendapatkan sistem pembayaran yang sesuai dengan harapan maka

karyawan juga akan lebih merasa puas terhadap pekerjaannya sehingga

perilaku OCB-O dapat muncul kembali dengan cara berbicara positif

mengenai perusahaan atau lembaga tempatnya bekerja. Selain itu, mungkin

saja sebaliknya karyawan merasa tidak puas dengan sistem pembayaran dan

kebijaksanaan promosi yang dimiliki oleh tempatnya bekerja, sehingga

memungkinkan karyawan akan berbicara negatif tentang perusahaannya.

Dalam bekerja, karyawan lebih menginginkan tempat kerja yang

nyaman, dan sesuai dengan pekerjaannya. Hal ini akan menimbulkan

kepuasan kerja terhadap karyawan sehingga karyawan akan membantu tugas

karyawan lainnya. Cahaya yang kurang, temperature udara yang rendah, serta

keadaan lingkungan yang tidak sesuai dengan pekerjaan akan membuat

(48)

melakukan pekerjaannya atas dasar keterpaksaan bukan karena perasaan

senang.

Bagi sebagian besar karyawan, bekerja juga digunakan untuk

memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga dengan adanya rekan

kerja yang menyenangkan dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan

sehinga karyawan tersebut akan melakukan OCB-I yaitu dengan cara

menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan masalah dengan rekan kerja.

Sebaliknya karyawan yang sulit melakukan interaksi sosial juga akan

merasakan kesulitan untuk mendapatkan kepuasan kerja.

Atasan yang pengertian dan bersahabat, serta memberikan pujian

terhadap pekerjaan karyawannya akan meningkatkan kepuasan kerja

karyawan. Hal ini akan membuat para karyawan merasa dihargai, sehingga

akan melakukan OCB-O dalam perusahaan yaitu dengan cara mematuhi

semua peraturan, mengikuti perubahan dan perkembangan perusahaan.

Atasan yang otoriter akan membuat karyawan merasa tertekan, hal ini

mengakibatkan karyawan sulit untuk merasakan kepuasan kerja.

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan dengan

organizational citizenship behavior (OCB) pada karyawan. Karyawan yang

tidak merasakan kepuasan kerja akan sulit untuk melakukan OCB dalam

perusahannya. Sebaliknya, karyawan yang merasakan kepuasan kerja akan

(49)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Dari uraian di atas peneliti memiliki hipotesis yaitu:

H1

H

Ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan OCB-O

(organizatioan directed)

2 Ada hubungan positif antara kepuasan kerja dengan OCB-I (individual

(50)

Skema Penelitian

Skema Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan

Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Kepuasan kerja

a. Jenis pekerjaan:

- Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan

keterampilan yang dimiliki, menyukai kondisi kerjayang menantang

b. Pemberian reward

- Mendapatkan sistem pembayaran dan kebijaksanaan promosi yang

adil, dan sesuai dengan harapan

c. Kondisi kerja yang mendukung

- Lingkungan kerja yang nyaman

d. Lingkungan kerja

- Mampu melakukan relasi sosial dengan baik, dan mempunyai rekan

kerja yang menyenangkan, memiliki pimpinan yang pengertian dan

Merasa mempunyai hutang budi, hukum timbal

balik, memberikan feed back bagi perusahaan

OCB-O

a. Conscientiousness:

- Tiba lebi awal

- Mematuhi aturan

perusahaan

b. Civic virtue

- Menyimpan informasi

tentang kejadian-kejadian maupun perubahan dalam perusahaan

- Membaca dan mengikuti

pengumuman perusahaan

c. Sportsmanship

- Tidak mengeluh

- Tidak membesar-besarkan

permasalahan

OCB-I

a. Altruisme

- Menggantikan rekan

kerja yang tidak masuk

- Membantu karyawan

baru meskipun tidak diminta

b. Courtesy

- Menentukan suatu cara

untuk mencegah terjadinyamasalah dengan karyawan lain

- Menghindari hal-hal

yang dapat menimbulkan masalah dengan rekan kerja

(51)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional karena

peneliti ingin melihat hubungan antara kedua variabel yang hendak diukur,

yaitu organization citizenship behavior dan kepuasan kerja.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Kepuasan Kerja

2. Variabel Tergantung : Organizational Citizenship Behavior (OCB)

- OCB-O (organizatioan directed)

- OCB-I (individu directed)

C. Definisi Operasional

1. Organizational Citizenship Behavior (OCB)

Organizational Citizenship Behavior merupakan perilaku individu

yang tidak diperintahkan secara formal, perilaku menolong, bersifat

sukarela dan bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal

yang mengutamakan kepentingan organisasi serta tidak berkaitan dengan

sistem reward. OCB-O adalah perilaku-perilaku yang memberikan

(52)

perilaku-perilaku yang secara langsung memberikan manfaat bagi individu lain dan

secara tidak langsung juga memberikan kontribusi pada.

OCB diukur dengan menggunakan skala OCB-O dan OCB-I yang

berdasarkan komponen-komponen OCB yaitu altruism, dan courtesy

(OCB-I), conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue (OCB-O).

Tinggi rendahnya OCB-I dan OCB-O dapat dilihat melalui skor skala yang

di peroleh karyawan dalam skala OCB. Semakin tinggi skor yang

diperoleh karyawan semakin tinggi OCB-O dan OCB-I karyawan,

sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh karyawan makin rendah

pula OCB-O dan OCB-I karyawan.

2. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan perasaan senang (puas) dan tidak

senang (tidak puas) seseorang terhadap pekerjaannya dan sikap individu

terhadap pekerjaannya yang berkaitan dengan kondisi dan situasi kerja.

Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan skala kepuasan kerja

yang berdasarkan pada aspek-aspek kepuasan kerja yaitu pemberian

rewards, pekerjaan, rekan kerja, dan kondisi kerja, dengan pilihan jawaban

sangat puas (SP), puas (P), tidak puas (TP), dan sangat tidak puas (STP).

Tinggi rendahnya kepuasan kerja dapat dilihat melalui skor skala kepuasan

kerja. Seorang karyawan dikatakan memiliki kepuasan kerja yang tinggi

bila memiliki skor yang tinggi. Namun jika skor yang diperoleh adalah

rendah, maka karyawan tersebut dikatakan kurang merasakan kepuasan

(53)

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah karyawan di PT. Unimitra Pacific Kharisma,

Jakarta Barat. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

pengambilan subyek penelitian dengan menentukan terlebih dahulu ciri-ciri

atau karakteristik subyek yang menjadi penelitian. Karakteristik subyek

ditentukan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jenis kelamin: pria

Pemilihan jenis kelamin pria ini dikarenakan perusahaan ini adalah

perusahaan meubel, dimana karyawan pada perusahaan ini kebanyakan

adalah laki-laki. Selain itu peneliti ingin melihat seberapa besar OCB yang

dimiliki oleh karyawan yang mayoritas adalah laki-laki.

2. Masa kerja 1 tahun ke atas

Pemilihan masa kerja 1 tahun ke atas dikarenakan karyawan yang

bekerja selama 1 tahun ke atas dianggap sudah bisa mengerti

macam-macam pekerjaan yang ada pada perusahaan tersebut.

E. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala OCB-O dan OCB-I serta skala kepuasan kerja

yang telah diuji validitas isinya melalui professional judgment yaitu dosen

pembimbing skripsi.

2. Peneliti melakukan penelitian kepada 66 karyawan yang ada di PT.

(54)

3. Peneliti mengolah semua data yang masuk, kemudian dianalisis dengan

teknik korelasi Pearson Product Moment untuk melihat apakah ada

hubungan antara kepuasan kerja terhadap OCB pada karyawan PT.

Unimitra Pacifik Kharisma,Jakarta Barat.

4. Peneliti membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

F. Alat Pengambilan Data

Alat pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

yang menggunakan rating yang dijumlahkan dengan penskalaan Likert.

Metode ini menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai

skalanya (Azwar, 2005). Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kepuasan kerja dengan OCB. Skala Kepuasan Kerja bertujuan untuk

mengukur tinggi rendahnya kepuasan kerja karyawan PT. Unimitra Pacifik

Kharisma, Jakarta Barat. Sedangkan skala OCB bertujuan untuk mengukur

tinggi rendahnya OCB yang dimiliki oleh karyawan PT. Unimitra Pasifik

Kharisma, Jakarta Barat.

1. Skala OCB-O dan OCB-I

Skala OCB ini dibuat berdasarkan teori Organ (1988) dan

Podsakoff (1990) dengan aspek altruism, dan courtesy (OCB-I),

conscientiousness, sportsmanship, dan civic virtue (OCB-O). Skala OCB

ini terdiri dari item yang bersifat favorable dan item unfavorable. Item

favorable yaitu item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan

(55)

yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang

diukur (Azwar, 1999). Dalam menjawab item-item tersebut, digunakan 4

kategori pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai

(TS), sangat tidak sesuai (STS).

Tabel 1

Skor Jawaban Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) Alternatif Skor

Favorable Unfavorable

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Tabel 2

Blue Print Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) Aspek Favorable Unfavorable total

OCB-I Altruism 1, 11, 21 6, 16, 26 6 item (20%)

2. Skala kepuasan kerja

Skala kepuasan kerja dibuat berdasarkan teori spector (1996) dan

Robbins (1993), dengan aspek jenis pekerjaan, aspek pemberian reward,

aspek kondisi kerja yang mendukung, dan aspek rekan kerja. Keseluruhan

(56)

kategori pilihan jawaban yaitu sangat puas (SP), puas (P), tidak puas (TP),

sangat tidak puas (STP).

Tabel 3

Skor Jawaban Skala Kepuasan Kerja

Alternatif Skor

Blue Print Skala kepuasan kerja

Aspek Favorable Total

G. Pertanggungjawaban Alat ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1997). Salah satu bentuk

validitas adalah validitas isi. Validitas isi diselidiki melalui bentuk analisis

rasional terhadap isi skala yang didasarkan pada penilaian (judgment) yang

bersifat subjektif.

Pada penelitian ini, untuk mengukur validitas pada alat tes dipilih

validitas isi. Pengujian validitas isi ini tidak melalui analisis statistik,

(57)

1996). Dalam hal ini peneliti melakukan analisis rasional terhadap

item-item yang telah disusun untuk melihat kesesuaian antar item-item dengan blue

printnya. Blue print yang disusun telah sesuai dengan batasan domain ukur

yang telah ditetapkan dan mengandung aspek-aspek yang bersangkutan.

Untuk menghindari bias subjektivitas dalam analisis rasional ini juga

diperlukan penilai lain selain peneliti, sehingga analisis rasional ini juga

dilakukan oleh dosen pembimbing.

2. Uji Kesahihan Item

Uji kesahihan item dilakukan berdasarkan koefisien korelasi item

total. Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai 1,00

dengan tanda positif atau negative. Semakin baik daya beda item maka

koefisien korelasinya semakin mendekati 1,00. Koefisien yang mendekati

angka 0 atau negatif mengindikasikan bahwa daya beda itemnya tidak

baik. Uji kesahihan butir item berdasarkan korelasi item total dan

digunakan batasa rix ≥ 0,30. Semua item yang mencapai koefisien korelasi

minimal 0,30 maka daya bedanya dianggap memuaskan. Namun apabila

jumlah item yang lolos seleksi ternyata masih tidak mencukupi jumlah

yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan batas

kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 (Azwar, 1999).

Dari hasil pengujian skala OCB-O diperoleh skor item total yang

bergerak antara -0,171 sampai 0,594. Berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan, maka item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30

(58)

tidak mencapai 0,30. Dari hasil pengujian skala OCB-I diperoleh skor item

total yang bergerak antara -0,018 sampai 0,628. Berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan, maka item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30

digugurkan. Dari 12 pernyataan, 3 item digugurkan karena korelasinya

tidak mencapai 0,30.

Penyebaran item untuk skala OCB setelah penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 5

Skala Organizational Citizenship Behavior (OCB) Setelah Digugurkan

( ) nomor item gugur

Dari hasil pengujian Skala Kepuasan Kerja diperoleh skor item

total yang bergerak antara 0,219 sampai 0,812. Berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan, maka item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30

digugurkan. Dari 24 pernyataan, 6 item digugurkan karena korelasinya

tidak mencapai 0,30. Penyebaran item untuk skala kepuasan kerja setelah

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Aspek Favorable Unfavorable total

OCB-I Altruism 1, 11, 21 (6), 16, 26 5 item (23,80%)

Courtesy (4), 14, 24 (9), 19, 29 4 item (19,05%)

OCB-O Conscientiousness (2), 12, 22 (7), 17, 27 4 item (19,05%)

Sportsmanship (3), 13, 23 8, 18, (28) 4 item (19,05%)

Civic virtue 5, 15,(25) 10,(20), 30 4 item (19,05%)

(59)

Tabel 6

Skala Kepuasan Kerja setelah digugurkan

Aspek Favorable Total

Jenis pekerjaan 1, (5),( 9), 13, 17, (21) 3 item (16.67%)

Pemberian reward 2, 6, 10, 14, 18, 22 6 item (33,33%)

Kondisi kerja 3, 7, (11), 15, 19, (23) 4 item (22,22%)

Rekan kerja 4, (8), 12, 16, 20, 24 5 item (27,78%)

Total 18 item 18 item (100%)

( ) nomor item gugur

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran tersebut relatif

konsisten. Suatu hasil penelitian hanya dapat dipercaya bila dalam

beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap suatu kelompok subyek

yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur

dalam diri subyek belum berubah (Azwar, 1995)

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi

reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang nilai dari 0 sampai

dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00

berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin

rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan konsistensi internal dengan sekali tes melalui teknik Alpha

Cronbach. Pendekatan ini bertujuan untuk melihat konsistensi antar item

(60)

pengenaan tes hanya dilakukan pada sekelompok individu sebagai subyek

sehingga pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisien yang tinggi.

Uji reliabilitas item menggunakan program SPSS for windows

15,0. Pada skala Kepuasan Kerja diperoleh koefisien reliabilitas dari 18

item sebesar 0,890. Pada skala OCB-O diperoleh koefisien reliabilitas dari

12 item sebesar 0,826, dan pada skala OCB-I diperoleh koefisien korelasi

dari 9 item sebesar 0,845.

H. Metode Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah uji

asumsi dan uji hipotesis. Oleh karena penelitian ini bersifat korelasional maka

dalam uji asumsi digunakan uji normalitas dan uji linearitas. Berikut adalah

penjelasan penganalisisan data yang digunakan:

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi

untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada.

Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

distribusi sebaran variabel prediktor dan variabel kriterium dalam

penelitian ini bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov

Gambar

Skor Jawaban Skala Tabel 1 Organizational Citizenship Behavior (OCB)
Tabel 3 Skor Jawaban Skala Kepuasan Kerja
Skala Tabel 5 Organizational Citizenship Behavior (OCB) Setelah Digugurkan
Tabel 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dan Resiliensi Dengan Organizational Citizenship Behavior ( Ocb ) Pada Karyawan Kantor Pusat Pt.Bpd Bali. Jurnal Psikologi

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: (1) Ada hubungan positif antara kepemimpinan transformasional dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) di UMS. (2)

Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap pada budaya organisasi dengan organizational citizenship behavior

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap lingkungan psikososial kerja dan organizational citizenship behavior

Hubungan antara Kepuasan terhadap Pengembangan Karir dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) ..... Definisi Operasional

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara Iklim Organisasi dengan OCB karyawan.. Subyek penelitian adalah karyawan

Hasil penelitian hubungan antara kepuasan kerja dengan OCB ditemukan oleh Rita (2012), menunjukan bahwa hubungan kepuasan kerja dengan organizational citizenship behavior

Koefisien ini menunjukkan bahwa hubungan secara simultan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan OCB adalah positif yang artinya jika kepuasan kerja dan