i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SD KANISIUS SENGKAN YOGYAKARTA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh : RONI BASKORO NIM : 081134206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
vi
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN
“
Saya pasti bisa membahagiakan orang-orang disekitar saya!
”
Skripsi ini saya persembahan kepada: 1. Ayah saya, alm. Sumidi 2. Ibu saya, Surtiyah 3. Ayah saya, Aji Setiaji 4. Ibu saya, Dwi Siswantari
5. Adik saya Meila Nurhidayati dan alm. Dita 6. Keluarga Pakdhe Tohar sekeluarga
7. Keluarga pakdhe Sumardi sekeluarga, keluarga budhe Suminah sekeluarga, keluarga bulik Suratmi sekeluarga
8. Naomi Astor
9. Segenap Dosen dan sekretariat PGSD Universitas Sanata Dharma
10.Teman-teman band LOLENLONES, yaitu Gober, Anton, Desi, Kharisma berserta seluruh sheriff
11.Teman-teman UKM Band Sexen Universitas Sanata Dharma
12.Aris, Yordan, Lito, Tanto, Kensi, Trias, Simbok, Ermi, Priyo, Eka, Andang, Daniel, Anang, dan seluruh teman-teman di PGSD Universitas Sanata Dharma
vii ABSTRAK
Baskoro, Roni. 2001. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011. PGSD. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.
RONI BASKORO (081134206)
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2011
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan bantuan media gambar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan pada bulan Mei 2011. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Peningkatan kemampuan menulis diukur menggunakan hasil dari peningkatan rata-rata menulis puisi kelas. Instrumen penilaian pada penelitian ini disusun berdasarkan unsur-unsur intrinsik puisi yaitu diksi, pencitraan, kata-kata konkrit, gaya bahasa dan rima. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik dokumentasi, sedangkan analisis data diolah menggunakan teknik dokumentasi dan uji t.
Hasil penenlitian menunjukkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa ditunjukkandenganpeningkatan nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar 6,15 meningkat menjadi 6,34 pada siklus I. Pada siklus II, penelitian ini berhasil meningkatkan rata-rata kelas menjadi 7.51, atau di atas nilai KKM yaitu 7,00.
viii ABSTRACT
Baskoro, Roni. 2001. The Use Of Picture As Learning Media To Improve Students’ Ability In Writing Poem Of Fifth Grade Students Of Kanisius Sengkan Elementary School Yogyakarta In The Odd-Semester Of Academic Year 2010 / 2011. A Thesis. Elementary School Teacher Training Study Program. The Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University.
RONI BASKORO (081134206) Sanata Dharma University Yogyakarta 2011
The purpose of this research is to know any students’ ability in writing poem by using pictures. This research belongs to classroom action research. Classroom
action research is method in order to develop student’s writing poem ability. This research held in SD Kanisius Sengkan on May 2010. Subject of this research are 5th grade students of SD Kanisius Sengkan, whereas the object of this research is
student’s writing poem ability.
This research did in two cycles of action. Escalation of writing ability
measured by the average of class’s writing poem escalation. This research did in two cycles of assessment instrument based on intrinsic elements that is diction, imagery, concrete words, language and rhyme. Thecnique of data collection performed by using documentation techniques from the test while the data analyze measured with inferential techniques and t test.
Therefore, the use of picture as learning media can improve students’ ability
in writing poem effectively in the odd-semester of academic year 2010 / 2011. It was
proved by the average of students’ scores which are increased from 6.15 into 6,34 in first cycle. In the second action of the research succed to increase the average score of the class into 7,51,it means that score is up to the KKM scores that is 7,00
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN vi
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN BAGAN xvi
xiii BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Puisi 6
d. Bahasa Kiasan (figurative language) 13
e. Rima 14
B. Media 16
1. Pengertian Media Pendidikan 16
xiv
7) Peta 23
b. Media Audio 24
c. Media Proyeksi Diam 24
C. Manfaat Media Gambar/Foto Dalam Pembelajaran
Siswa Sekolah Dasar 25
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian 29
B. Rencana Tindakan 29
Siklus I 30
Siklus II 32
C. Pengumpulan Data dan Instrumen 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 41
1. Deskripsi Tindakan 41
2. Hasil Tindakan 52
B. Pembahasan Hasil Penelitian 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 67
B. Saran 67
DAFTAR PUSTAKA 69
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Instrumen 35
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa 35
Tabel 3.3 Skala skoring aspek “diksi” menulis puisi siswa 35
Tabel 3.4 Skala skoring aspek “pencitraan” menulis puisi siswa 36
Tabel 3.5 Skala skoring aspek “kata-kata konkret” menulis puisi siswa 36
Tabel 3.6 Skala skoring aspek “bahasa kiasan (figurative language)” 36
Tabel 3.7 Skala skoring aspek “ritme dan rima” menulis puisi siswa 37 Tabel 3.8 Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kondisi awal
hingga siklus 2 37
xvi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 2.1 Sketsa siklus daur hidup kupu-kupu 17 Gambar 2.2 Bagan Pohon struktur organisasi kelas di sekolah dasar 18
Gambar 2.3 Bagan Arus 19
Gambar 2.4 Bagan garis waktu perkembangan alat transportasi 20
Gambar 2.5 Grafik lingkaran 21
Gambar 2.6 Grafik batang 21
Gambar 2.7 Grafik garis 22
Gambar 2.8 Poster 23
Gambar 2.9 Stasiun kereta api 26
Grafik 4.1 Pencapaian skor setiap unsur intrisik puisi siklus I 54 Grafik 4.2 Pencapaian skor setiap aspek unsur intrisik puisi siklus 2 57 Grafik 4.3 Pencapaian skor setiap aspek pada siklus I dan siklus 2 61 Grafik 4.2 Nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kondisi awal
dan siklus 1 63
Grafik 4.3 Nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kondisi awal,
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket 1 dan angket 2 72
Lampiran 2 Silabus 75
Lampiran 3 Siklus 1 (rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar
kerja siswa, dan lembar evaluasi 78
Lampiran 4 Siklus 2 (rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar
kerja siswa, dan lembar evaluasi 86
Lampiran 5 Rubrik penilaian 94
Lampiran 6 Foto kegiatan penelitian 97
Lampiran 7 Contoh lembar pekerjaan siswa 100
Lampiran 8 Daftar nilai dan Uji t 108
Lampiran 9 Pengantar 117
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I dari penelitian ini adalah sebagai bab pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan penelitian, tujuan penelitian serta manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Berbahasa adalah salah satu aspek berkehidupan yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial, budaya maupun perkembangannya. Melalui berbahasa, segala bentuk informasi disampaikan dari satu individu kepada individu yang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia juga berbahasa untuk berkomunikasi dan memberikan informasi terhadap sesamanya.
Bahasa adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemahaman, pikiran, perasaan, dan ide (Verhaar dalam Kusumawati, 2007:3). Di jenjang pendidikan SD, siswa sudah mulai dikenalkan dengan keterampilan berbahasa. Siswa juga diharapkan mampu mengungkapkan semua pengalaman, pemahaman, pikiran, perasaan siswa tersebut.
2
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menulis puisi siswa kelas V SD terdapat dalam kurikulum pembelajaran Bahasa Indonesia, tepatnya terdapat dalam standar isi KTSP yang dikeluarkan oleh Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Tabel 1.1 Standar Kompetensi dan kompetensi Dasar pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD semester 2.
8. Menulis
Menulis puisi bebas dengan plihan kata yang tepat
8.3 Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan laporan dan puisi bebas
Pada pelaksanaan sebuah pembelajaran menulis puisi siswa kelas V SD, kompetensi ini sulit dikuasai siswa. Sebagai contoh, nilai rata-rata kelas pada kompetensi menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan hanya menunjuk pada angka 6,15. Jumlah ini tentu menunjukkan bahwa nilai rata-rata menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan jauh di bawah nilai harapan, yaitu sebesar 7,00 (KKM).
3
SD tersebut untuk menulis puisi. Beberapa hal tersebut diantaranya adalah kurangnya kemampuan siswa berimajinasi, perbendaharaan kata, pemilihan kata, membuat rima hingga keterbatasan geografis siswa. Hal lain yang juga menjadi kesulitan siswa di SD ini adalah memahami langkah-langkah membuat puisi.
Peneliti juga telah mencoba membagikan angket untuk mengetatahui media apa yang begitu menarik bagi siswa, mudah didapatkan dan tentu saja dapat membantu kesulitan-kesulitan siswa dalam menulis tersebut. Berdasarkan angket yang telah dibagikan kepada siswa, sebagian dari siswa memilih media gambar untuk membantu kesulitan-kesulitan siswa menulis puisi.
Sebagai calon guru SD, peneliti mencoba membantu kesulitan yang dialami siswa V di SD dalam menulis puisi. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas dan memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat penelitian. Alasan peneliti memilih SD Kanisius Sengkan sebagai tempat penelitian karena lokasi tersebut mudah dijangkau. Selanjutnya, seluruh siswa kelas VB SD Kanisius Sengkan Yogyakarta menjadi sampel penelitian.
B. Batasan Masalah
4
kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan dengan media gambar.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasannya, masalah yang timbul pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta semester gasal tahun pelajaran 2010/2011?
2. Seberapa tinggikah peningkatan kemampuan menulis puisi siswa dengan menggunakan media gambar?
D. Batasan Pengertian
Untuk memperjelas pengertian-pengertian yang terdapat dalam penelitian ini, penulis membuat batasan terhadap beberapa pengertian tersebut. Berikut adalah beberapa batasan pengertian yang terdapat dalam penelitian ini:
a. Puisi bebas adalah puisi yang bebas dan tidak menganut aturan struktural b. Peningkatan kemampuan menulis puisi siswa yang ingin dicapai adalah
peningkatan kemampuan menulis puisi yang hanya dilihat dari unsur fisik saja, dan diukur berdasarkan metode puisi (diksi, kata-kata konkrit, bahasa kiasan serta rima).
5
d. Gaya bahasa yang digunakan dalam penulisan puisi bebas ini adalah gaya bahasa kiasan
e. Media gambar yang digunakan adalah media gambar piktorial yang berupa foto, contohnya foto seorang petugas bersih yang sedang mengangkut sampah dengan gerobaknya di sebuah pasar.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah sebagai berikut:
a. untuk mengetahui apakah media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2010/2011 b. untuk mengetahui seberapa tinggi peningkatan kemampuan menulis puisi
siswa kelas V SD Kanisius Sengkan berkat penggunaan media gambar
F. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan profesionalitas peneliti sebagai calon guru sekolah dasar
b. Dapat menjadi sebuah acuan mengajar para guru sekolah dasar dalam melaksanakan pembelajaran menulis puisi.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II dari penelitian ini berisi mengenai kajian pustaka. Kajian pustaka dari bab II ini mencakup kajian pustaka tentang puisi, media dan manfaat media gambar bagi pembelajaran.
A. Puisi
1. Pengertian Puisi
Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang mempunyai arti pembuatan. Di dalam bahasa Inggris puisi disebut poem atau poetry. Puisi mempunyai arti “membuat” atau“pembuatan” karena lewat puisi
pada dasarnya seseorang telah berhasil menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu, baik secara fisik
atau batiniah. Amiruddin (dalam Agustin, 2008:20) berpendapat bahwa “puisi
adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyajian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi seperti halnya lukisan yang
menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya”
Pengertian puisi memang tidak dapat dibatasi secara ketat dan memuaskan. Untuk lebih meluaskan pandangan tentang pengertian puisi, berikut ini akan dikemukan 3 pendapat ahli. Watts-Dunton (dalam
Situmorang, 1980:7) mendefinisikan, “Puisi adalah ekspresi yang konkrit dan
7
yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosionil dan berirama, (poetry is the concrete and artistic expression of the human mind in emotional and rhythmical language)”. Selain itu, John Dryden (dalam
Situmorang, 1980:7) juga memberikan pendapat, “Puisi adalah musik yang
tersusun rapi”, (poetry is articulate music), dan Shelly (dalam Taum:14)
mengemukakan “Puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah (peak experience) dalam hidup manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan, puisi adalah ekspresi pikiran manusia berdasarkan pengalaman-pengalaman, yang bersifat artistik dan disusun secara berirama.
Pengertian puisi saat ini telah mengalami perkembangan yakni pada penciptaan puisi yang modern dan tidak lagi terikat oleh kaidah-kaidah banyaknya baris, banyaknya kata, banyaknya suku kata, rima dan irama dalam tiap baris. Menurut perkembangannya, puisi dapat diuraikan sebagai berikut: a. Puisi Lama/ Puisi Tradisional.
“Puisi lama adalah puisi asli yang terdapat dalam berbagai lingkungan budaya nusantara, baik yang sudah ditulis maupun yang masih
hidup dalam bentuk tradisi lisan” (Taum:28). Puisi lama belum
8 b. Puisi Baru/Puisi Modern.
“Puisi modern/baru adalah a) puisi yang diciptakan oleh orang-orang yang mendapat pendidikan Barat dan merasa diri berbeda dari kebanyakan, b) mereka melihat sastra sebagai relief atau lambang kebebasan masa lampau (puisi adalah sebuah kebebasan), c) mereka pada umumnya adalah para nasionalis, pejuang kemerdekaan yang penuh
semangat cinta tanah air” (Taum:36). Di Indonesia, puisi modern
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cukup dan beragam. Berdasarkan pertumbuhan dan perkembangannya, puisi modern dapat dikelompokkan dalam angkatan balai pustaka (1920-1933), angkatan pujangga baru (1933-1942), angkatan Jepang (1942-19450, angkatan 45 (1945-1953), angkatan 50-an (1953-1966), angkatan 66 (1966-1970), angkatan
Puisi mengacu pada segi bentuknya dibagi menjadi puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat adalah jenis puisi yang digolongkan dalam puisi lama, sedangkan puisi bebas adalah jenis puisi yang terdapat dalam puisi baru/modern. “Puisi bebas atau yang lebih dikenal puisi modern mulai
dipopulerkan oleh penyair angkatan 45 yang dipelopori Chairil Anwar”
(Sumardi dkk.,1985:4). c. Puisi Kontemporer.
9
memiliki arti bersamaan dan waktu. Kemudian puisi kontemporer dapat diartikan sebagai sebuah sastra sezaman, sastra yang bersamaan waktunya dengan kita, sastra mutakhir.
Perkembangan puisi diatas juga dipengaruhi oleh sudut pandang seorang penyair, tujuan pembuatan oleh penyair dan situasi kondisi zaman penyair. Selanjutnya, berdasarkan isi dan bahasa yang digunakan, puisi dapat dibedakan menjadi puisi epik, puisi lirik dan puisi dramatik
a. Puisi Epik disebut juga naratif, bentuk puisi ini agaknya panjang dan berisi kepahlawan, tokoh, kebangsaan, masalah surga dan neraka, Tuhan dan kematian, Puisi epik bersifat objektif.
b. Puisi Lirik memiliki ciri antara lain; bersifat subjektif dan personal, yaitu menceritakan masalah-masalah yang bersumber dari dalam diri manusia (penyairnya). Bentuknya cenderung pendek dan biasanya menggunakan kata ganti orang pertama. Isi puisi lirik tentang cinta, kematian, masalah kemudaan dan ketuaaan.
c. Puisi Dramatik merupakan puisi yang bersifat objektif. Dalam hal ini penyair seolah-olah keluar dari dalam dirinya dan berbicara melalui toko. 2. Metode Puisi
10
amanat (atention). Selanjutnya, unsur metode puisi membangun struktur luar dari puisi terdiri atas diction (diksi), imagery (pencitraan), the concrete word (kata-kata konkret), figurative language (majas), rhythm and rime (ritme dan rima). Metode puisi yang membangun struktur luar puisi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
a. Diksi (diction)
Menurut KBBI, diksi berarti “pilihan yang tepat dan selaras”
(dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga terbentuk efek tertentu (sesuai yang diharapkan). Kata-kata dalam puisi
memiliki makna konotatif, “Kata-katanya juga dipilih yang puitis artinya memiliki artinya mempunyai efek keindahandan berbeda dari kata-kata yang kita pakai dalam kehidupan sehari-hari (Koten, 2010:16)
b. Pencitraan (imagery)
“Imagery atau pencitraan adalah daya bayang” (situmorang,
1974:20). Pencitraan di dalam puisi merupakan ungkapan daya bayang yang berupa pengalaman indrawi. Cuddon (dalam situmorang, 1989:15) mengungkapkan imagery sebagai istilah yang umum menunjuk pada penggunaan bahasa untuk menampilkan objek-objek, tindakan, perasaan, pemikiran, ide, pernyataan pemikiran dan pengalaman-pengalaman yang
bersifat sifat indra atau bukan indra”. Setelah pilihan kata terbentuk,
perasaan-11
perasaan yang diungkapkan oleh penyair. Pengalaman-pengalaman indrawi tersebut adalah sebagai berikut:
1) Pencitraan penglihatan (visual imagery) Contoh:
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
(Hartono Andangjaya dalam Taum: 62)
Pada kalimat puisi di atas, “kursi-kursi tua yang disana”,
“meja”, “jendela-jendela” menggambar pengalaman citraan
penglihatan penyair.
2) Pencitraan Pendengaran (auditory imagery) Contoh:
Anjing-anjing menyalak
Gagak-gagak menjerit
Pada kalimat puisi di atas, “menyalak”, “menjerit” merupakan kata-kata yang menunjukkan pengalaman pendengaran penyair. Penyair ingin menggambarkan suasana yang ramai dan berisik.
3) Pencitraan perabaan (tactile imagery) Contoh:
12
Ketika tanganmu menjamah, dingin dan kaku
Kita pun terdiam dalam pandang yang beku
Ismail (dalam Badrun, 1989:20)
Kutipan puisi di atas menunjukkan pengalaman perabaan, yaitu rasa dingin. Pengalaman perabaan ditunjukkan penyair dengan kata
“dingin”, “beku”, “kaku”
4) Pencitraan pengecapan Contoh:
Hidup terasa pahit bagiku
Hari-hariku begitu tawar dan membosankan
Kutipan puisi di atas menunjukkan pengalaman pengecapan penyair. Penyair menggambarkan hidup yang susah dengan citraan
pengecapan yaitu dengan kata “pahit”, dan “tawar”
5) Pencitraan gerak (kinestetik imagery) Contoh:
Malam semakin merangkak
13
Penyair menggambarkan malam yang semakin larut dengan menggunakan dengan pengalaman pencitraan gerak, yang
digambarkan dengan kata “merangkak”, “berputar-putar”.
c. Kata-kata konkret
“Kata-kata konkrit yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera
yang memungkinkan munculnya imaji” (koten, 2010:17). Kata-kata konkret digunakan penyair untuk mengungkapkan dengan tepat keinginannya melukiskan suatu keadaan, membayangkan dengan tepat
akan apa yang hendak dikemukankannya. “Kata konkret digunakan
dengan maksud menggambarkan situasi tertentu (yang dibayangkan penyair) secara lebih nyata” (Taum, 2004:63). “Jadi penyair memilih kata-kata yang konkret untuk melukiskan atau mengatakan sesuatu itu dengan setepat-tepatnya, secermat-cermatnya dan sekonkrit-konkritnya” (Situmorang, 1980:22)
d. Bahasa kiasan (figurative language)
14
Bahasa Kiasan (figurative language) adalah figura bahasa atau gaya bahasa. Badrun (1989:26) mengungkapkan bahasa kiasan sebagai salah satu alat kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang digambarkan dalam puisi menjadi jelas, hidup, intensif dan menarik.
Bahasa kiasan dipergunakan penyair mendukung pencitraan untuk membantu penyair menyampaikan amanat atau maksud dengan baik.
“Yang dimaksud dengan figurative language ialah cara yang
dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imagery dengan mempergunakan gaya bahasa, gaya perbandingan, gaya
kiasan, gaya pelambang sehingga makin jelas makna atau lukisan yang
hendak dikemukakan” (Situmorang, 1980:23). Gaya bahasa kiasan yang
sering digunakan penyair dalam puisi diantaranya adalah metafora, simile, personifikasi, sinekdoki, metonimia, simbol dan allegori.
Contoh :
Kami baru saja tiba
Dan matahari baru saja turun dari peraduannya
Petang lewat sampai malam
Hingga bulan turun menyeka mimpimu
15 e. Rima
Di dalam puisi terdapat pengulangan-pengulang bunyi berpola di
akhir kalimat puisi yang menimbulkan rima. “Rima adalah persamaan
bunyi di akhir kalimat” (Taum, 2004:59). Rima dalam puisi erat hubungannya dengan unsur batin puisi yang terdapat dalam hakekat puisi yaitu sense. Rima dalam penulisan puisi mempunyai pola diantaranya A-A-A-A, A-A-B-B, A-B-A-B, dan A-B-B-A.
Contoh :
Aku sangat sayang padanya
Setiap hari aku bermain dengannya
Mulai dari pagi hingga petang
Bahkan sampai malam menjelang
Bait puisi di atas adalah contoh bait puisi yang mempunyai pola rima A-A-B-B. Bait puisi mempunyai rima denga pola ini artinya dua baris pertama mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama dan dua baris terakhir mempunyai akhiran dengan bunyi yang sama juga tetapi berbeda dengan bunyi akhiran kedua baris pertama.
3. Menulis Puisi
16
orang lain. Menulis juga kegiatan ekspresif (Tarigan,1982:3). Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman dan penghayatan dengan menggunakan media tulis sebagai wadahnya (Bait, 1987:12).
Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa kemampuan menulis puisi pada intinya adalah kecakapan atau keterampilan mengungkapkan pikiran, isi jiwa atau perasaan, pengalaman dan penghayatan melalui sebuah tulisan puisi. Tentu saja tulisan puisi yang dipakai harus merupakan hasil kesepakatan para pemakai bahasa yang satu dengan yang lainnya. Ini berarti menulis adalah melakukan hubungan dengan tulisan (Trisnawati,2008:20)
B. Media
Kata media berasal dari bahasa latin, yaitu Medòë. “Medòë adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Sadiman 1986:6). Media
juga memiliki karakteristik yang tidak sama. Selanjutnya, dibawah ini akan dipaparkan mengenai pengertian dan karakteristik media di bidang pendidikan. 1. Pengertian Media Pendidikan
17
dkk.,1986:6) mengatakan media pendidikan adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
2. Karakteristik Media
Media mempunyai karakteristik dan kekhususan. Karakteristik atau ciri-ciri khas suatu media yang digunakan dalam sebuah pembelajaran berbeda menurut tujuan atau maksud pengelompokkannya. Sadiman dkk. (1986:28) menyimpulkan untuk tujuan-tujuan praktis, jenis media yang lazim dipakai dalam kegiatan belajar mengajar khususnya di Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Media Grafis
Media grafis mempunyai tujuan yang sama, yaitu mengantarkan pesan dari sumber ke penerima pesan, hanya saja pengantar yang dipakai menyangkut indra penglihatan. Media grafis mempunyai jenis yang banyak, beberapa di antaranya akan kita bicarakan sebagai berikut:
1) Gambar/Foto
Media gambar erat hubungannya dengan indera penglihatan.
Gambar/foto adalah “tiruan” dari aslinya yang dituang/direkam dalam
media dua dimensi. “Foto menghadirkan ilustrasi melalui gambar yang
hampir menyamai kenyataan dari sesuatu objek atau situasi ” (Arsyad,
18 2) Sketsa
Gambar 2.1. :
sketsa siklus daur hidup kupu-kupu
Sketsa biasa digunakan seorang guru untuk menjelaskan suatu
proses secara lisan/verbal. “Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa
detail” (Sadiman, 1986:33). Sketsa juga membantu skema berfikir
siswa, contoh pada proses siklus daur hidup kupu-kupu pada gambar 2.1. di atas.
3) Bagan/chart
Sadiman (1986:35) menyatakan bagan/chart memiliki fungsi pokok menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan secara visual. Bagan/chart membantu siswa mengerti tentang sebuah urutan atau hirarki. Berikut ini adalah jenis-jenis bagan/chart:
19
KETUA KELAS
SEKERTARIS BENDAHARA KEAMANAN
Bagan ini berbentuk sebuah pohon dengan batang, cabang, dan ranting-rantingnya. Bagan pohon dipakai untuk menunjukkan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas/keturunan.
Gambar 2.2.
Bagan Pohon struktur organisasi kelas di sekolah dasar
Bagan Arus (flow chart)
“Bagan arus mengggambarkan arus suatu proses atau dapat
pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar
berbagai bagian atau seksi suatu organisasi”. Tanda panah
seringkali digunakan untuk menggambarkan arah arus, contohnya bagan di bawah ini:
20
Bagan garis waktu (time line chart)
Bermanfaat untuk menggambarkan hubungan antara peristiwa dan waktu. Misalnya untuk menunjukkan peristiwa sejarah transportasi berdasarkan urutan waktu digambarkan dalam bagan garis waktu tahun 1800 sampai dengan tahun 2000 sebagai berikut:
Gambar 2.4.
Bagan garis waktu perkembangan alat transportasi
4) Grafik
Sadiman (1986:40) mengatakan grafik adalah gambar sederhana yang menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Media ini berfungsi untuk menggambarkan data kuantitatif secara teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan suatu objek atau atau peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas. Berikut ini adalah contoh beberapa jenis dari grafik:
21
Berikut ini adalah grafik latar belakang pendidikan orang tua siswa di SD Karang Jambu. Jumlah total persentase dari seluruh item pada bagan lingkaran adalah 100 %
Gambar 2.5. Grafik lingkaran
Grafik Batang
Berikut ini adalah grafik perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa oleh 4 orang siswa
Gambar 2.6. Grafik batang
Siswa Jumlah
22
1980 1981 1982 1983 1984 1985
Grafik Garis
Berikut ini adalah grafik perbandingan penderita malaria di sebuah rumah sakit dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1985.
Gambar 2.7. Grafik garis
5) Poster
Poster adalah gambar besar yang memberi tekanan pada satu atau dua ide pokok yang dirancang kuat dengan warna dan pesan untuk menangkap perhatian orang yang sedang melintas di jalan agar ia berhenti dan mengamati dan kemudian ia dapat menangkap gagasan
yang berarti di dalam ingatannya. “Poster tidak saja penting untuk
menyampaikan kesan-kesan tertentu, tetapi dia mampu pula mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.
23 Gambar 2.8. Poster
6) Papan Flanel/Flannel board
Papan flannel adalah media grafis yang terbuah dari papan yang berlapis flannel. Papan tersebuat digunakan untuk menempelkan gambar-gambar, angka-angka maupun huruf-huruf yang bisa dilepas atau dipasang dengan mudah.
7) Peta
Peta adalah gambar permukaan bumi secara langsung ataupun tidak langsung mengungkapkan banyak informasi (lokasi, luas, bentuk, persebaran penduduk, dataran, perairan, iklim, sumber daya alam, sumber ekonomi, dan lain sebagainya). Peta terbentuk dari kombinasi yang abstrak dari titik-titik, garis-garis, simbol-simbol, bidang-bidang dan warna-warna dalam paparan gambar yang sederhana.
ANTI POLUSI !
HEMAT
24 b. Media Audio
“Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan erat dengan
indera pendengaran” (Sadiman dkk., 1986:52). Tidak berbeda dengan
media lainnya, media audio sendiri berfungsi sebagai penyalur pesan audio dari sumber ke penerima pesan.
Kelebihan dari media audio adalah dapat meningkatkan komunikasi audio, mengembangkan kemampuan apresiasi dan imajinasi, cocok untuk pembelajaran bahasa dan musik, serta dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Sedangkan keterbatasannya antara lain hanya dapat menggunakan medium audio saja, pengadaannya lebih mahal terutama untuk sasaran luas, dan daya jangkaunya agak terbatas. Sadiman dkk. (1986:52) menyimpulkan beberapa jenis dari media audio antara lain adalah radio, alat perekam magnetic atau tape recorder, laboratorium bahasa.
c. Media Proyeksi Diam
25
rekaman audio. Beberapa jenis dari media proyeksi diam antara lain adalah film bingkai, film rangkai, media tranparansi atau overhead projector (OHP), proyektor, televisi (TV), video cassette, compact disc
(CD).
C. Penggunaan Media Gambar/Foto Dalam Pembelajaran Siswa Sekolah Dasar Banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih suatu media. Materi pembelajaran, kultur dan budaya, atau tingkat ketertarikan siswa pada sebuah media dapat menjadi hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan media. Selain itu, membuat atau memperoleh sebuah media juga menjadi pertimbangan dalam memilih sebuah media.
Di sekolah dasar, media gambar/foto paling sering digunakan karena gambar sendiri sangat dekat dengan kehidupan anak-anak. Berikut ini adalah keunggulan media gambar/foto dalam meningkatkan kemampuan membuat puisi siswa SD dibandingkan media lain adalah media gambar/foto lebih konkrit, dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, serta murah dan mudah didapatkan.
1. Lebih konkrit.
26
Gambar 2.9. Stasiun kereta api
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
Gambar 2.10. Stasiun kereta api
Pengalaman indrawi sebuah objek adalah hal yang sangat membantu
27
peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa: anak-anak dibawa ke
objek/peristiwa tersebut” (Sadiman dkk, 1986:29-30). Gambar dapat mengatasi kesulitan ini. Gambar 2.9. dapat memberi contoh bahwa sebuah stasiun kereta api dapat disajikan ke kelas lewat gambar/foto. Gambar 2.9. dapat membantu siswa membuat sebuah deskripsi atau sebuah puisi:
3. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
Kemampuan imajinasi siswa SD tentu tidak melebihi dari pengalamannya mengamati objek/peristiwa. Dengan bantuan media gambar/foto siswa bahkan siswa dapat mengamati dan berimajinasi mengenai objek/peristiwa yang tidak mudah dicapai siswa, luar angkasa atau puncak gunung berapi misalnya.
4. Murah harganya dan mudah didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus. Kemajuan teknologi dan printing bahkan memungkinkan siswa membuat media gambar/foto. Kemajuan teknologi informatika juga membantu siswa mencari atau mendapatkan media gambar/foto.
28
Hal-hal tersebut di atas menjadi pertimbangan peneliti untuk menggunakan media gambar/foto untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas V
SD Kanisius Sengkan. “Di antara media yang sering digunakan dalam pembelajaran, maka gambar/foto adalah media yang paling dikenal dan sangat sering dipakai di mana-mana” (Rinanto, 1982:22).
D. Kerangka Berfikir
“Menulis adalah kegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman dan penghayatan
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai wadahnya” (Bait, 1987:12). Dalam menulis puisipun siswa juga berkegiatan memaparkan isi jiwa, pengalaman dan melakukan penghayatan.
Dari penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam menulis puisi siswa memerlukan sebuah media untuk mengingatkan kembali ingatannya akan pengalaman yang dialamaninya. Media gambar adalah salah satu media yang dengan mudah membantu siswa berimajinasi akan pengalamannya. Pada akhirnya, dengan media gambar siswa dapat menuangkan pengalaman indrawi dengan mudah, menuangkan isi jiwa berdasarkan pengalaman yang dialaminya, dan melakukan penghayatan dengan bahasa tulis sebagai wadahnya.
E. Hipotesis Tindakan
Dari penjelasan dan segala hasil pemikiran yang diperoleh dari kerangka berpikir maka diperoleh hipotesis:
“Pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian ini mencakup setting penelitian, rencana tindakan penelitian, pengumpulan data dan instrumen dan yang terakhir analisis data untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis puisi siswa.
A. Setting Penelitian
Setting penelitian ini mengambil subjek penelitian siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta. Tempat penelitian adalah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta dengan alamat jln. Kaliurang km 7 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada semester gasal tahun ajaran 2010/2011 dengan objek penelitian pelajaran Bahasa Indonesia kelasV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.
B. Rencana Tindakan 1. Persiapan
a. Meminta izin penelitian kepada kepala sekolah SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
b. Melakukan pengamatan, membagikan angket, skoring dan rata-rata menulis puisi kelas IV SD Kanisius Sengkan Yogyakarta
30 e. Perumusan masalah
f. Perumusan hipotesis
g. Penyusunan rencana penelitian dalam siklus-siklus h. Penyusunan silabus, RPP, LKS dan instrumen penelitian i. Mempersiapkan media gambar yang diperlukan
2. Rencana Tindakan Setiap Siklus
Setelah dilakukan observasi awal, akan diperoleh gambaran kelas dan permasalahan yang terjadi, dan akan dilakukan tindakan atas permasalahan tersebut dengan langkah sebagai berikut:
Siklus 1
a. Rencana Tindakan
1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi siswa
2) Mengulas pengetahuan dan pengalaman siswa tentang puisi 3) Siswa dibantu guru mempelajari unsur fisik atau metode puisi
4) Siswa membentuk kelompok yang terdiri 2 orang dan masing-masing siswa mendapat lembar kegiatan siswa
5) Siswa dibantu guru mengerjakan lembar kegiatan siswa
31
8) Beberapa perwakilan kelompok maju di kelas, menceritakan tentang isi gambar/foto
9) Setiap kelompok membuat daftar kata-kata, berupa hal-hal atau benda-benda dalam gambar yang bisa dirasakan oleh panca indra
10)Setiap kelompok memulai menulis puisi dengan bantuan daftar kata 11)Setiap kelompok mengumpulkan hasil puisi yang mereka buat
12)Beberapa kelompok membacakan hasil membuat puisi, sebagai bentuk apresiasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai rencana tindakan.
c. Observasi
1) Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran 2) Analisis dari hasil yang diperoleh siswa
3) Melakukan penilaian dengan aspek penilaian berupa diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa kiasan dan rima
d. Refleksi
1) Mengidentifikasi kesulitan, hambatan, dan kejadian-kejadian khusus 2) Mendiskusikan hasil menulis puisi siswa dengan guru kelas
32 Siklus 2
a. Rencana Tindakan
1) Pembelajaran dimulai dengan doa, salam, apersepsi dan motivasi siswa
2) Mengulas kembali pengetahuan maupun pengalaman baru siswa tentang puisi
3) Siswa diingatkan kembali tentang model dan unsur-unsur puisi
4) Setiap siswa mendapat gambar yang berupa sebuah foto dengan ukuran A4
5) Siswa tidak mendapat bantuan dari guru untuk membuat judul maupun tema dari puisi, tetapi siswa bebas menentukan judul puisi yang mereka buat
6) Siswa membuat daftar kata-kata hasil pengindraan gambar terlebih dahulu, kemudian menggunakannya sebagai panduan dalam membuat baris-baris puisi
7) Siswa membuat puisi dengan bantuan daftar kata-kata dan gambar yang ada
8) Siswa diperbolehkan keluar dari ruangan kelas untuk membuat pusi, kemudian setelah durasi waktu yang disepakati bersama kembali ke ruangan kelas.
33 b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah melakukan pembelajaran sesuai rencana tindakan yang ada atau merealisasikan rencana tindakan
c. Observasi
a. Mencatat temuan-temuan yang ada di dalam pembelajaran b. Analisis dari hasil yang diperoleh siswa
c. Melakukan penilaian dengan aspek penilaian berupa diksi, citraan, kata-kata konkret, bahasa kiasan dan rima
d. Refleksi
Refleksi pada siklus ini lebih mengacu pada hasil evaluasi tindakan II
C. Pengumpulan Data dan Instrumen
Tabel 3.1 Pengumpulan data dan Instrumen
No Peubah Indikator Data Pengumpulan data
34
nilai rata-rata menulis puisi siswa meningkat, maka kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan juga dianggap meningkat.
Data hasil dari penelitian ini berjenis data kuantitatif atau berupa skor, yang selanjutnya diubah menjadi nilai. Pengumpulan data diambil dari produk yang berupa puisi karya siswa, dan teknik pengumpulannya adalah sebagai berikut: 1. Kondisi Awal
Keadaan awal rata-rata menulis puisi diambil menggunakan teknik dokumentasi, yaitu menulis puisi siswa kelas V tahun ajaran 2009/2010. Hasil menulis puisi siswa tersebut dianalisis dengan mencari nilai rata-rata.
2. Kondisi Akhir
Kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan diperoleh dari tes menulis puisi siswa yang dibantu dengan sebuah media, yaitu media gambar. Validitas tes kemampuan mengarang ini menggunakan Validitas Muka. Validitas jenis ini menyatakan suatu instrumen tes valid apabila telah disetujui oleh para ahli (Nazir, 2006:149).
Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan penilaian pada metode puisi saja. Unsur-unsur tersebut terdiri atas diction (diksi), imagery (pencitraan), the concrete word (kata-kata konkret), figurative language (majas), rhythm and rime
35
Tabel 3.2 Rubrik Penilaian Kemampuan Menulis Puisi Siswa
Komponen Penilaian
Skor
Maksimal Bobot
Total skor (Total skor x bobot)
Diksi 3 2 …………
Pencitraan 3 3 …………
Kata-kata konkrit 3 2 …………
Bahasa Kiasan 3 2 …………
Rima 3 1 …………
Tabel di atas menggambarkan bahwa skor masksimal tiap-tiap komponen menulis puisi siswa. Dalam mengambil skor, peneliti mengacu pada tabel descriptor yang dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3.3 Skala skoring aspek “diksi” menulis puisi siswa
Kriteria Penilaian Skor Pilihan kata dalam puisi menggambarkan/melukiskan objek 3 Terdapat 1-2 pilihan kata yang tidak menggambarkan/melukiskan
objek
2
Terdapat 3 atau lebih pilihan kata yang tidak menggambarkan/melukiskan objek
36
Tabel 3.4 Skala skoring aspek “pencitraan” menulis puisi siswa
Kriteria Penilaian Skor Terdapat penggunaan 3 atau lebih pencitraan dalam puisi 3 Terdapat penggunaan 1-2 pencitraan dalam puisi 2 Tidak terdapat penggunaan pencitraan dalam puisi 1
Tabel 3.5 Skala skoring aspek “kata-kata konkret” menulis puisi siswa
Kriteria Penilaian Skor Di dalam puisi terdapat 3 atau lebih kata-kata konkrit yang
menggambarkan/melukiskan objek
3
Di dalam puisi terdapat 1- 3 kata-kata konkrit yang menggambarkan/melukiskan objek
2
Di dalam puisi tidak terdapat sama sekali kata-kata konkrit yang menggambarkan/melukiskan objek
1
Tabel 3.6 Skala skoring aspek “bahasa kiasan (figurative language)”
Kriteria Penilaian Skor Di dalam puisi terdapat penggunaan 3 atau lebih jenis majas 3 Di dalam puisi terdapat penggunaan 1-2 jenis majas 2
37
Tabel 3.7 Skala skoring aspek “ritme dan rima” menulis puisi siswa
Kriteria Penilaian Skor Semua bait dalam puisi yang menggunakan rima yang teratur 3 Terdapat 1-2 bait dalam puisi yang menggunakan rima yang teratur 2 Bait dalam puisi sama sekali tidak menggunakan rima yang teratur 1
D. Analisis Data
Setelah dilakukan tindakan, kemampuan menulis puisi siswa diharapkan mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan menulis puisi dari kondisi awal hingga siklus 2 digambarkan dengan tabel di bawah ini.
Tabel 3.8 Tabel kriteria keberhasilan menulis puisi siswa pada kondisi awal hingga siklus 2
38
dengan menggunakan uji t. Berikut ini adalah langkah-langkah analisis data kemampuan menulis puisi siswa.
1. Penghitungan skor menulis puisi siswa (scoring)
Jumlah skor menulis puisi yang diperoleh siswa diambil berdasarkan rubrik skor yang telah dibuat sebelumnya
2. Penilaian
Pada tahap penilaian, jumlah skor yang diperoleh siswa diubah menjadi nilai. Langkah merubah jumlah skor menulis puisi siswa menjadi nilai menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai
=
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x 10
3. Menghitung nilai rata-rata (mean) kelas
Menghitung nilai rata-rata menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan, dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
∑
X (jumlah nilai seluruh siswa)Jumlah siswa
4. Uji perbedaan rata-rata kelas (mean)
Untuk mengetahui apakah perbedaan rata-rata kelas (mean) yang signifikan (meyakinkan) maka diperlukan sebuah test rata-rata (mean). Tes ini
39
sering disebut tes “t”, dikembangkan oleh konsultan statistik Irlandia yang bernama William seely Gosset. Tahap-tahap untuk mencari perbedaan rata-rata adalah sebagai berikut:
a) Menyiapkan tabel perhitungan untuk mencari ∑𝐷 dan ∑𝐷2. b) Mencari SD dari distance.
Untuk mencari SD dari distance gunakan cara berikut:
𝑆𝐷𝐷 = ∑𝐷
SD = Standar Deviasi
D = Distance (selisih dari x dan y) c) Ha dan H0 dalam bentuk kalimat.
Ha : Terdapat peningkatan nilai rata antara kondisi awal dengan
rata-rata setelah diadakannya tindakan.
H0 : Tidak ada peningkatan nilai rata antara kondisi awal dengan
rata-rata setelah diadakannya tindakan. d) Hipotesis statistiknya:
Ha : µ<≠ µ>
H0 : µ< = µ>
40
𝑡
𝑜=
∑𝐷 𝑁 𝑆𝐷 𝐷 𝑁−1
f) Menentukan taraf signifikansinya.
Dalam penelitian ini taraf signifikansinya (α) = 0,01
g) Tentukan kriteria pengujian yaitu: Tolak H0 terima Ha, jika:
to > tt, df.= n – 1
Terima H0 tolak Ha, jika:
to ≤ tt, df.= n – 1
h) Membandingkan to dengan tt kemudian menarik kesimpulan
41 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dari penelitian ini merupakan bab yang berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya. Pada bab ini akan diuraikan menjadi sub bab hasil penelitian yang berisi deskripsi penelitian dan deskripsi hasil penelitian, kemudian diakhiri dengan sub bab pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
Sub bab hasil penelitian ini akan menjelaskan deskripsi tindakan penelitian dan deskripsi hasil tindakan penelitian tersebut.
1. Deskripsi Tindakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Gambar pada Siswa Kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta Semester Gasal Tahun Pelajaran 2010/2011” dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2011. Penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu dua minggu.
42
Di dalam penelitian ini terdapat dua perbedaan siklus. Perbedaan pertama dari kedua siklus diatas pada siklus I siswa mendapat bantuan media gambar dengan 1 tema, sedangkan pada siklus II siswa mendapat bantuan dan bebas memilih 2 tema gambar. Perbedaan kedua dari kedua siklus adalah pada siklus I siswa dibantu dengan beberapa kartu kata, sedangkan pada siklus II siswa diharapkan mampu membuat kata-kata tersebut secara mandiri. Kartu kata atau kata-kata yang dimaksud adalah bentuk pencitraan siswa dari media gambar yang diperoleh.
Pada pembelajaran siklus I siswa meningkatkan kemampuan menulis
puisi dengan bantuan media gambar yang bertema “Pengemis”. Pada
pembelajaran siklus II siswa meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan
bantuan media gambar dan siswa bebas memilih tema “Gunung Merapi” atau
“Pantai”.
a. Siklus I
Siklus I terdiri atas tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi dan pengumpulan data, dan refleksi
1) Tahap Perencanaan Tindakan
43
angket, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada KTSP 2006.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Kartu Kata
Kartu kata berupa potongan-potongan kertas ivory yang berukuran 15 cm x 15 cm, yang di dalam setiap kartu terdapat sebuah kata.
Media gambar
Media gambar berupa 50 lembar photo, berukuran 22 cm x 30 cm dengan jenis kertas Ivory 260 gram.
Lembar evaluasi menulis puisi siswa 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
44
Kegiatan awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa dan salam. Presensi kelas dan persiapan belajar oleh siswa. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi. Kegiatan apersepsi pertama yang dilakukan berupa menyanyikan lagu
“Bintang Kecil” dan memperhatikan lirik lagu tersebut sebagai
sebuah bentuk puisi. Kegiatan apersepsi selanjutnya dengan memperlihatkan contoh foto yang menggambarkan tempat-tempat indah dan menakjubkan, kejadian-kejadian yang menarik maupun situasi-situasi yang sebelumnya belum pernah dilihat siswa. Siswa tampak sangat tertarik dengan kedua kegiatan apersepsi ini.
Kegiatan Inti
Di awal kegiatan inti masing-masing siswa mendapat sebuah Lembar Kerja Siswa (LKS). Siswa dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3 siswa. Setiap kelompok mendapat 4 lembar media foto, berukuran 22 cm x 30 cm dengan jenis kertas Ivory 260 gram.
45
kartu kata yang tidak berhubungan dengan gambar yang mereka peroleh. Selanjutnya siswa menuliskan kata-kata tersebut dalam kegiatan 1 Lembar Kerja Siswa (LKS).
Kegiatan kedua dari kegiatan inti pembelajaran siswa membentuk kalimat-kalimat puisi bersama kelompok. Kalimat puisi tersebut dibentuk dengan bantuan kata-kata yang telah dipilih siswa. Setiap kata membentuk sebuah kalimat, dan kalimat yang dirangkai siswa merupakan gambaran keadaan atau situasi dari media gambar yang mereka peroleh.
Kegiatan ketiga dari kegiatan inti pembelajaran siklus ini adalah masing-masing siswa merangkai berbagai kalimat puisi yang ada pada kegiatan kedua ke dalam sebuah lembar evaluasi atau lembar menulis puisi. Kegiatan ini diakhiri diskusi siswa dengan kelompok untuk memberi judul dari puisi yang siswa buat. Selanjutnya, siswa mengumpulkan lembar menulis puisi siswa.
Kegiatan Akhir
46
Pembelajaran pada siklus I ini diakhiri dengan doa bersama dan mengucapkan salam.
3)Observasi dan Pengumpulan Data
Pada pembelajaran siklus I ini, guru wali kelas V SD Kanisius Sengkan sebagai mitra dalam penelitian ikut serta melakukan observasi di kelas. Dari hasil observasi yang dilakukan wali kelas pada pembelajaran siklus I, didapat penemuan sebagai berikut :
Sebagian besar siswa merasa senang dengan media-media gambar yang ditampilkan oleh peneliti.
Siswa menjadi menemukan banyak hal yang dapat dideskripsikan menjadi kalimat puisi
Kebebasan mengeluarkan imajinasi bersama kelompok dengan menulis atau bercerita membuat suasana kelas menjadi ramai
47
meningkat dari kondisi awal atau kondisi menulis puisi siswa sebelum dibantu dengan media gambar.
4)Refleksi Siklus I
Tahap terakhir dari siklus I adalah tahapan refleksi. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti melanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siklus I. Peneliti mengambil hasil observasi dan hasil menulis puisi siswa sebagai bahan mengarang. Observasi dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, sedangkan tes mengarang dilakukan di akhir pembelajaran siklus I. Hal-hal yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung, antara lain :
Terjadi peningkatan kemampuan menulis puisi siswa, meskipun nilai rata-rata menulis puisi siswa belum mencapai KKM 70.
Media gambar sudah mampu membantu siswa berimajinai membuat kalimat puisi, tetapi siswa belum mampu merasakan rangsangan indera yang diperoleh melalui gambar.
Bahasa yang digunakan masih lugas, artinya siswa belum mampu menggali lebih dalam emosi setiap kalimat puisi yang sesungguhnya dapat dituang siswa dalam bentuk bahasa kiasan.
48 b. Siklus II
Siklus I terdiri atas tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi dan pengumpulan data, dan refleksi
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari:
Silabus dan Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berpedoman pada KTSP 2006.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Media gambar
Media gambar berupa 50 lembar photo, berukuran 22 cm x 30 cm dengan jenis kertas Ivory 260 gram.
Lembar evaluasi yang berupa lembar menulis puisi siswa. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
49
setiap indra siswa tersebut dalam sebuah kata, dan kata tersebut digunakan siswa untuk membuat kalimat puisi. Pada tindakan siklus II ini juga siswa mendapat kesempatan untuk memilih salah satu dari dua tema gambar yang disediakan oleh peneliti. Berikut adalah rician kegiatan siklus II :
Kegiatan Awal
Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa dan salam. Presensi kelas dan persiapan belajar oleh siswa. Setelah siswa siap mengikuti pembelajaran, guru melakukan pre-test secara lisan mengenai unsur unsur fisik puisi.
Kegiatan Inti
Di awal kegiatan inti masing-masing siswa mendapat sebuah Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru menempelkan beberapa gambar yang terbagi menjadi dua tema media gambar, tema
“Pantai” dan “Gunung Merapi”. Selanjutnya siswa memilih tema
gambar yang mereka sukai, sehingga kelas terbagi menjadi dua kelompok.
50
suasana dalam gambar. Selanjutnya, menuliskan pengalaman indra yg mereka peroleh setelah mereka berhasil merasakan rangsangan terhadap kelima indra, yaitu indra pendengaran, indra penglihatan, indra peraba, indra pengecapan serta indra penciuman.
Kegiatan kedua dari kegiatan inti pembelajaran siswa membentuk kalimat-kalimat puisi bersama kelompok. Kalimat puisi tersebut dibentuk dengan bantuan kata-kata yang telah dipilih siswa. Setiap kata membentuk sebuah kalimat, dan kalimat yang dirangkai siswa merupakan gambaran keadaan atau situasi dari media gambar yang mereka peroleh.
Kegiatan ketiga dari kegiatan inti pembelajaran siklus ini adalah masing-masing siswa merangkai berbagai kalimat puisi yang ada pada kegiatan kedua ke dalam sebuah lembar evaluasi atau lembar menulis puisi. Kegiatan ini diakhiri diskusi siswa dengan memberi judul pada puisi.
Kegiatan Akhir
51
Pembelajaran pada siklus I ini diakhiri dengan doa bersama dan mengucapkan salam.
3) Observasi dan Pengumpulan Data
Pada pembelajaran siklus I ini, guru wali kelas V SD Kanisius Sengkan sebagai mitra dalam penelitian ikut serta melakukan observasi di kelas. Dari hasil observasi yang dilakukan wali kelas pada pembelajaran siklus I, didapat penemuan sebagai berikut :
Media gambar masih cukup menarik bagi siswa.
Imajinasi pencitraan indrawi siswa terhadap gambar terlalu meluas, misal kerap kali siswa membuat kata pencitraan indrawi yang tidak terdapat dalam gambar.
Walaupun siswa tidak dibagi dalam kelompok tetapi beberapa siswa masih terlihat berdiskusi dengan teman.
Siswa tidak mengalami kesulitan dalam merangkai kalimat-kalimat ke dalam sebuah bait puisi, tetapi beberapa siswa masih kurang teliti membentuk bait puisi sehingga masih belum menghasilkan rima yang baik
Pada tahap pembelajaran siklus I, peneliti telah mengambil data kuantitatif menulis puisi siswa kelas V SD Kanius Sengkan. Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan memberikan tes
52
instrumen yang telah disusun oleh peneliti pada perencanaan. setelah dilakukan penilaian didapati bahwa nilai rata-rata menulis puisi siswa meningkat dari kondisi awal atau kondisi menulis puisi siswa sebelum dibantu dengan media gambar.
4) Refleksi Siklus II
Tahap terakhir dari siklus I adalah tahapan refleksi. Setelah melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti melanjutkan dengan refleksi untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan siklus I. Peneliti mengambil hasil observasi dan hasil menulis puisi siswa sebagai bahan refleksi. Observasi dilakukan ketika pembelajaran berlangsung, sedangkan tes mengarang dilakukan di akhir pembelajaran siklus I. Hal-hal yang ditemukan selama proses pembelajaran berlangsung, antara lain :
Terjadi peningkatan kemampuan menulis puisi siswa, yaitu nilai rata-rata menulis puisi siswa telah mencapai KKM 7,00.
Siswa mampu mengerahkan dengan baik kelima indera dalam berimajinasi menulis puisi.
Siswa telah mampu menggunakan bahasa kiasan dalam bentuk majas untuk melukiskan emosi dari kalimat puisi.
53
teliti membentuk bait puisi sehingga masih belum menghasilkan rima yang baik
2. Hasil Tindakan
Sebelum melaksanakan kedua tindakan, peneliti telah memperoleh nilai kondisi awal kemampuan mengarang siswa dari guru Bahasa Indonesia sebagai mitra peneliti. Berikut ini adalah data kemampuan awal menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan:
Tabel 4.1 Nilai kemampuan menulis puisi siswa pada kondisi awal
54
Rata-rata kelas 6.15
Dari data yang diperoleh dari guru kelas sebagai mitra penelitian tersebut, rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan adalah 6.15. Data tersebut menunjukan bahwa rata-rata nilai kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Kanius Sengkan berada di bawah KKM 70. Oleh karena masalah tersebut peneliti melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan bantuan media gambar dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa. Selanjutnya, peneliti melakukan tindakan siklus I dengan penjabaran hasil tindakan sebagai berikut :
1. Hasil Kemampuan Mengarang Siklus I
55
“Kata-Kata Konkrit” 81,81%, komponen “Bahasa Kiasan” 41,41%, dan
aspek “Rima” siswa memperoleh 52,52% dari skor maksimal. Hal ini menunjukkan pada siklus I terdapat peningkatan pencapaian skor pada setiap komponen menulis puisi siswa. Untuk lebih jelasnya, perbandingan pencapaian skor siswa setiap komponen dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 4.1 Pencapaian skor setiap unsur intrinsik puisi siklus I
Di dalam batasan masalah penelitian ini, unsur intrinsik puisi menjadi acuan pencapaian skor atau scoring dari hasil menulis puisi siswa. Dari pencapaian skor tersebut didapat nilai rata-rata kelas sebesar 6,15. Berikut ini adalah rekap nilai dan nilai rata-rata hasil dari menulis puisi siswa siklus I.
Tabel 4.2 Rekap nilai kemampuan menulis puisi siswa siklus I 82,82
52,52 59,59
81,81
57
209,3 33
Nilai rata-rata (mean) kelas = 6,34 2. Hasil Kemampuan Mengarang Siklus II
Dari hasil tes menulis puisi siswa kelas V SD Kanisius Sengkan pada siklus II diperoleh pencapaian skor tiap aspek dari unsur intrisik
puisi mengalami peningkatan. Untuk aspek “Diksi”, siswa mendapat skor
rata-rata 92,92% dari skor maksimalnya, aspek “Pencitraan” 72,72%,
aspek “Kata-Kata Konkrit” 82,82%, komponen “Bahasa Kiasan” 67,67%,
dan aspek “Rima” siswa memperoleh 57,57% dari skor maksimal. Untuk lebih jelasnya, perbandingan pencapaian skor siswa setiap komponen dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 4.3 Pencapaian skor setiap aspek unsur intrisik puisi siklus 2
Nilai rata-rata (mean) kelas =
92,92
57,57 72,72
82,82
58
Di dalam batasan masalah penelitian ini, unsur intrinsik puisi menjadi acuan pencapaian skor atau scoring dari hasil menulis puisi siswa. Dari pencapaian skor tersebut didapat nilai rata-rata kelas sebesar 7,51. Berikut ini adalah rekap nilai dan nilai rata-rata hasil dari menulis puisi siswa siklus II.
Tabel 4.3 Rekap nilai kemampuan menulis puisi siswa siklus II
59
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian di analisis menggunakan teknik dokumentasi. Berikut ini perbandingan nilai yang dicapai siswa pada kondisi awal, siklus I hingga siklus II.
Nilai rata-rata (mean) kelas =
60
Tabel 4.3 Perbandingan nilai siswa pada kondisi awal, siklus I dan siklus II No
NAMA SISWA Kondisi
61
32 Fgap 7 6 7,3
33 Oma 6.2 7,3 6,7
JUMLAH NILAI 203.2 209,3 248
Perbandingan nilai setiap siswa pada tabel 4.3 menunjukkan peningkatan dan penurunan hasil menulis puisi siswa. Dibandingkan dengan kondisi awal, siklus I menunjukkan 48,5 % dari total seluruh siswa dalam kelas mengalami peningkatan nilai yang signifikan. Berbeda dengan hal tersebut, hasil dari siklus I juga menunjukkan 51,5 % dari total seluruh siswa dalam kelas mengalami penurunan nilai. Berdasarkan pengamatan peniliti, penurunan hasil menulis puisi siswa tersebut diakibatkan terbatasnya durasi penelitian dan ketidakmampuan peneliti menguasai kelas sehingga siswa kurang mampu mengikuti petunjuk menulis puisi menggunakan bantuan media gambar dengan baik. Selain itu, adaptasi siswa terhadap media gambar yang baru diterapkan dalam menulis puisi di SD Kanisius Sengkan membuat siswa belum mampu memanfaatkan media tersebut dengan baik.
62
signifikan atau sebesar 93,9 % dari total seluruh siswa dalam kelas V SD Kanisius Sengkan.
Hasil pencapaian menulis puisi siswa juga dapat dilihat dari setiap aspek intrinsik puisi yang dicapai. Hasil menulis puisi siklus I dan siklus II dapat dibandingkan dalam tabel 4.4 dan grafik 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.3 Perbandingan pencapaian setiap aspek intrinsik menulis puisi siklus I dan siklus II dalam persentase
No Aspek Persentase (%)
Grafik 4.4 Pencapaian skor setiap aspek pada siklus I dan siklus 2
Dari hasil membandingkan dua data antara siklus I dan siklus II, dapat dibuat kesimpulan pencapaian setiap aspek intinsik menulis puisi sebagai berikut:
63
1. Aspek diksi dan aspek kata-kata konkret merupakan aspek yang mengalami pencapaian paling tinggi. Kemudahan siswa membuat pilihan kata dan kata-kata konkret berdasarkan pengalamaan penginderaan yang siswa dapatkan dari media gambar membuat kedua aspek tersebut mengalami pencapaian paling tinggi.
2. Aspek bahasa kiasan dan aspek rima adalah aspek yang pencapaiannya paling rendah. Perbendaharaan siswa kelas V SD mengenai puisi masih sangat terbatas. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan membuat rima dalam setiap bait puisi masih sulit untuk ditingkatkan
3. Terjadi peningkatan yang signifikan aspek gaya bahasa siklus II dibandingkan siklus I. Imajinasi siswa pada objek yang terdapat dalam media gambar pada siklus II lebih bebas. Adapun hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuan siswa mengandaikan objek dalam media gambar menjadi hidup (personifikasi), mengandaikan secara berlebihan (hiperbola), atau mengungkapkan sebuah objek dengan memakai kata atau kelompok kata yang merupakan bukan arti sesungguhnya.
64
peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa jika dibandingkan dengan kondisi awal yaitu sebesar 6,15. Peningkatan rata-rata kemampuan mengarang pada siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini :
Grafik 4.2 Nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kondisi awal dan siklus 1
Hasil tindakan siklus I memang telah menunjukkan peningkatan nilai rata-rata menulis puisi. Jika melihat kembali Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi ini, nilai rata-rata kelas setelah tindakan siklus I belum mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 7,00. Beberapa hal berikut ini menjadi kesulitan yang dialami dalam siklus I :
1. Peneliti kurang mampu menguasai kelas sehingga setiap siswa tidak mampu menerima arahan dari peneliti dengan baik.
(6.15)
65
2. Siswa telah mampu membuat kalimat puisi, tetapi siswa belum mampu membuat bahasa kiasan/majas sehingga kalimat-kalimat puisi siswa masih belum terasa hidup.
3. Keterbatasan siswa membuat kalimat dalam puisi membuat rima dalam setiap bait puisi kurang terbentuk dengan baik oleh siswa
Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti melanjutkan penelitian pada tahap berikutnya, yaitu siklus II. setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata mengarang siswa kembali meningkat menjadi 7,51. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan mengarang pada kondisi awal, siklus I, dan II dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
Grafik 4.4 Nilai rata-rata kemampuan menulis puisi siswa kondisi awal, siklus 1 dan siklus 2.
Jika melihat kembali pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi ini, nilai rata-rata siklus II sebesar 7,51 sudah mencapai KKM yang telah ditentukan
(7.51)