i
KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010
YANG SEDANG MENULIS SKRIPSI DALAM MENGELOLA EMOSINYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
UPAYA-UPAYA MEMPERCEPAT PENYELESAIAN SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Elisabeth Pethrisia Purnomo NIM: 101114078
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ORA ET LABORA
Tuhan membuat segala sesuatu
Indah pada waktunya
Pengkotbah 3:11
(ThomaMs Alva Edison)
Everyday may not be good, but there is something good
Skripsi ini saya
persembahkan
kepada:
Tuhan Yesus Kristus
Orangtuaku tercinta
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
vii ABSTRAK
KEMAMPUAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010
YANG SEDANG MENULIS SKRIPSI DALAM MENGELOLA EMOSINYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN
UPAYA-UPAYA MEMPERCEPAT PENYELESAIAN SKRIPSI Elisabeth Pethrisia Purnomo
Universitas Sanata Dharma 2014
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya dan membuat usulan upaya-upaya mempercepat penyelesaian skripsi.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi yang berjumlah 72 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosinya yang terbagi dalam lima aspek, yaitu menyadari emosi, mengungkapkan emosi dengan tepat, menunjukkan adaptabilitas, menunjukkan sifat bersungguh-sungguh, dan menunjukkan sifat dapat dipercaya. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya berdasarkan kriteria Azwar. Terdapat tiga tingkat kemampuan mahasiswa mengelola emosi yaitu, rendah/ kurang mampu, sedang/ cukup mampu, dan tinggi/ sangat mampu.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa: 30 (41,6%) mahasiswa tergolong sangat mampu (tinggi) mengelola emosinya, 42 (58,3%) mahasiswa tergolong cukup mampu (sedang) mengelola emosinya, dan tidak ada (0%) mahasiswa yang tergolong kurang mampu (rendah) mengelola emosinya. Usul-usul mahasiswa BK USD angkatan 2010 untuk mempercepat penyelesaian skripsi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu usul yang diharapkan dari pihak dosen pembimbing, usul-usul yang diharapkan dari pihak prodi BK USD, dan usul-usul-usul-usul yang diharapkan dari pihak mahasiswa.
viii ABSTRACT
THE ABILITY OF THE STUDENTS OF GUIDANCE AND COUNSELING STUDY PROGRAM AT SANATA DHARMA UNIVERSITY BATCH 2010 WHO ARE WRITING THE UNDERGRADUATE THESIS IN MANAGING
THEIR EMOTIONS AND ITS IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED EFFORTS IN EXPEDITING THE COMPLETION OF THEIR
UNDERGRADUATE THESIS By:
Elisabeth Pethrisia Purnomo Sanata Dharma University
2014
This research aims to obtain a description of the ability of the students of guidance and counseling study program at Sanata Dharma University batch 2010 who are writing the undergraduate thesis in managing their emotions and to make recommendations of the suggested efforts in expediting the completion of their undergraduate thesis.
This study belongs to a descriptive research with survey method. The subject of this research is all students of guidance and counseling study program at Sanata Dharma University batch 2010 who are writing undergraduate thesis, consisting of 72 students. The research instrument used is in the form of a questionnaire that describes the ability of students in managing their emotions which was divided into five aspects, namely recognizing emotions, expressing emotions appropriately, demonstrating adaptability, indicating the nature of doing something seriously, and demonstrating trustworthiness. The technique of data analysis used is categorization of the ability of the students of guidance and counseling study program at Sanata Dharma University batch 2010 who are writing the undergraduate thesis in managing their emotions based on Azwar’s criteria. There are three levels of students’ ability in managing emotions, namely low, moderate, and high.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.
2. Drs. R. H. Dj. Sinurat, M. A., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.
4. Mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010, atas kesediaannya mengisi kuesioner dan kebersamaan selama empat tahun.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..…... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….…... . ii
HALAMAN PENGESAHAN……….……….. . iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….….. . iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………..…... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...…... vi
ABSTRAK………. . vii
ABSTRACT……… viii
KATA PENGANTAR……….…... ix
DAFTAR ISI……….. . xi
DAFTAR TABEL………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN……….. xv
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah……….. 1
B. Rumusan Masalah………... 4
C. Tujuan Penelitian……….….... 5
D. Manfaat Penelitian………... 5
E. Batasan Istilah……….……... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 8
A. Mengelola Emosi... 8
xii
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Emosi... 10
3. Macam-macam Emosi... 13
4. Kegunaan Emosi... 15
5. Definisi Kemampuan Mengelola Emosi... 17
6. Cara Mengelola Emosi... 19
7. Aspek-aspek Kemampuan Mengelola Emosi... 27
B. Mahasiswa Sebagai Individu Pada Masa Dewasa Awal... 29
1. Definisi Masa Dewasa Awal... 29
2. Emosi Pada Masa Dewasa Awal... 30
C. Hasil Peneltian Lain... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 33
A. Jenis Penelitian... 33
B. Subjek Penelitian... 33
C. Kuesioner Penelitian... 34
D. Validitas dan Reliabilitas... 35
E. Prosedur Pengumpulan Data... 39
F. Teknik Analisis Data... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN MAHASISWA DAN PIHAK PRODI BK USD UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN SKRIPSI... 42 A. Hasil Penelitian... 42
B. Pembahasan Peneltiian... 45 C. Upaya-upaya yang Dapat Dilakukan Mahasiswa dan Pihak Prodi BK USD
untuk Mempercepat Penyelesaian Skripsi...
xiii
D. Keterbatasan Penelitian... 53
BAB V PENUTUP... 54
A. Kesimpulan... 54
B. Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA... 56
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi... 35
Tabel 2. Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid... 37
Tabel 3. Kriteria Guilford... 38
Tabel 4. Norma Kategorisasi... 40
Tabel 5. Kategori Kemampuan Mahasiswa Prodi BK USD Angkatan 2010 yang Sedang Menulis Skripsi dalam Mengelola Emosinya... 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Penulisan skripsi merupakan salah satu syarat kelulusan bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di jenjang S1. Skripsi merupakan karya ilmiah yang memaparkan hasil penelitian dengan mengikuti kaidah dan etika keilmuan. Penulisan skripsi menantang mahasiswa untuk mampu memadukan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan menjelaskan masalah yang terkait dengan bidang keilmuan yang diambilnya di perguruan tinggi. Penulisan skripsi akan membutuhkan waktu yang lama jika ketekunan, minat, serta motivasi penulis skripsi terhadap skripsinya rendah.
Berdasarkan kurikulum 2006, penyelenggaraan pendidikan di prodi BK USD dengan beban 152 SKS dapat diselesaikan dalam waktu 8 sampai paling lama 14 semester, maka masa studi yang ideal adalah empat tahun. Data yang diperoleh dari sekretariat prodi BK USD menunjukkan bahwa pada tahun 2008 hingga tahun 2013, mahasiswa BK yang lulus empat tahun berjumlah 7 orang dari 308 jumlah keseluruhan mahasiswa yang ada di Prodi BK USD angkatan 2004-2009. Data di atas menunjukkan angka kelulusan yang rendah.
xvii
Penulisan skripsi kerap kali menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian besar mahasiswa. Ada faktor yang dapat menyebabkannya, antara lain: adanya persepsi bahwa menulis skripsi adalah hal yang sulit, adanya pandangan bahwa skripsi adalah penentu masa depan, timbulnya kecemasan jika mendapatkan dosen pembimbing skripsi yang terkenal menyusahkan mahasiswa saat menyusun skripsinya, adanya kecemasan sewaktu tidak dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu, dan kurang mampunya mahasiswa dalam mengelola emosinya. Menyusun kerangka berpikir, melakukan kajian teori, dan melaksanakan penelitian merupakan hal-hal yang sering dipandang sulit oleh para mahasiswa. Pandangan ini akan sangat menghambat mahasiswa menyelesaikan skripsinya.
xviii
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk menyadari dan mengungkapkan emosi-emosi yang dialami, serta menunjukkan adaptabilitas yang baik, kesungguhan, dan sifat dapat dipercaya. Orang yang memiliki kemampuan mengelola emosi yang baik dapat mengelola rasa marah, rasa kecewa, dan frustrasi dengan baik (Safaria dan Saputra, 2012: 9). Kemampuan mengelola emosi membantu seseorang menyelesaikan tugas dengan maksimal. Pencapaian kesuksesan seseorang dipengaruhi oleh sejauh mana orang tersebut memiliki kemampuan mengelola emosi dengan baik. Seseorang yang gagal mengelola emosi, akan mengalami banyak kesulitan untuk menempuh karier dan mencapai cita-cita, karena produktivitasnya tidak optimal (Hariwijaya, 2005: 1).
Menurut Ghom dan Clore (Safaria dan Saputra, 2012: 13) ada dua macam emosi yang sering dialami oleh manusia, yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif akan membawa individu berpikiran dan berperilaku positif. Begitu juga sebaliknya, emosi negatif akan mengarahkan pikiran dan perilakunya pada hal-hal yang negatif. Jika mahasiswa senang mengerjakan skripsinya, maka skripsinya akan cepat selesai. Mahasiswa yang merasa takut, cemas, gelisah, bahkan depresi karena penulisan skripsi biasanya akan cenderung menunda-nunda, sehingga penulisan skripsi akan terhambat dan kelulusannya pun akan terlambat.
xix
antara lain kurikulum masih sangat padat sampai di semester akhir, ada berbagai perasaan negatif yang dialami ketika menulis skripsi seperti rasa malas, bingung, jenuh terhadap pengerjaan skripsi, dan rasa kecewa terhadap dosen pembimbing skripsi yang tidak dapat mereka kelola dengan baik. Peneliti menduga bahwa banyak mahasiswa BK USD yang sedang menulis skripsi kurang mampu mengelola emosinya dengan baik. Kemampuan menglola emosi yang kurang baik inilah menjadi salah satu faktor utama yang membuat penyelesaian skripsi menjadi lambat.
Hal inilah yang ingin diteliti. Kalau ternyata kemampuan mahasiswa BK dalam mengelola emosinya rendah, dapatlah diusulkan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosinya. Peneliti juga ingin mengetahui usul-usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 untuk mempercepat penyelesaian penulisan skripsi.
B. Rumusan Masalah
xx
1. Seberapa tinggi kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya?
2. Apa usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi untuk mempercepat penyelesaian skripsi?
3. Upaya-upaya mana yang dapat dilakukan mahasiswa dan pihak prodi BK USD untuk mempercepat penyelesaian skripsi?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya.
2. Mengetahui usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi untuk mempercepat penyelesaian skripsi.
3. Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dan pihak prodi BK USD untuk mempercepat penyelesaian skripsi.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
xxi 2. Manfaat praktis
a. Bagi dosen Prodi BK USD
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan berupa informasi mengenai keadaan emosi mahasiswa prodi BK USD 2010 yang sedang menulis skripsi, yang kiranya memberikan inspirasi mengenai hal yang perlu dilakukan dosen prodi BK USD untuk membantu mahasiswa BK mempercepat penyelesaian skripsinya. b. Bagi mahasiswa prodi BK USD
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai keadaan emosi mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dan mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat penyelesaian skripsi.
c. Bagi penulis
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti:
1) Memperoleh pengalaman melakukan penelitian dalam mengungkap kemampuan mahasiswa BK yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosi.
2) Memperdalam pengetahuan tentang emosi, khususnya mengelola emosi.
xxii E. Batasan Istilah
1. Mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi
Mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma pada jenjang S1, yang berada di program studi BK angkatan 2010 dan sedang menyusun skripsi.
2. Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi untuk menyadari dan mengungkapkan emosi-emosi yang dialaminya, serta menunjukkan adaptabilitas yang baik, kesungguhan, dan sifat dapat dipercaya sewaktu menulis skripsi, seperti yang dimaksudkan dalam butir-butir kuesioner yang digunakan.
3. Upaya mempercepat penyelesaian skripsi
xxiii BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian tentang kemampuan mengelola emosi, mahasiswa sebagai individu pada masa dewasa awal, dan hasil penelitian lain.
A. Mengelola Emosi 1. Emosi
a. Definisi emosi dan perasaan
Akar kata emosi ialah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh” (Goleman, 2007:7). Selain itu, Chia (1985, dalam Safaria dan Saputra, 2012: 12) mengemukakan bahwa emosi berasal dari kata “e” yang berarti energi dan motion yang berarti getaran. Jadi emosi bisa dikatakan sebagai sebuah energi yang terus bergerak dan bergetar. Menurut Oxford English Dictionary (Goleman, 2007: 411) emosi adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap.
Berbagai definisi emosi dikemukakan oleh banyak ahli, antara lain: Jahja (2011: 59) berpendapat bahwa emosi merupakan suatu keadaan pada diri organisme ataupun individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi mulai dari tingkatan yang lemah sampai tingkatan yang kuat (mendalam), seperti tidak terlalu kecewa dan sangat kecewa. Emosi adalah keadaan yang
xxiv
ditimbulkan oleh situasi tertentu; emosi cenderung menimbulkan perilaku yang mengarahkan atau menyingkir terhadap sesuatu. Menurut Goleman (1997, dalam Safaria dan Saputra, 2012: 12) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak. William James (dalam Sobur, 2009: 399) berpendapat bahwa emosi ialah kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Albin (1986: 18) mengemukakan bahwa “emosi dapat merangsang pikiran baru, khayalan baru dan tingkah laku baru”. Emosi yang timbul akan mendorong orang untuk bertingkah laku tertentu.
Jahja (2011: 58) mengemukakan bahwa “perasaan dan emosi adalah suatu keadaan kejiwaan pada individu sebagai akibat adanya peristiwa atau persepsi yang dialami oleh individu”. Menurut
Chaplin (dalam Jahja, 2011: 61) perasaan adalah keadaan individu sebagai akibat dari persepsi akibat stimulus baik internal maupun eksternal. Sedangkan emosi merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang lebih kuat.
xxv
sebagai fungsi manusia untuk menghayati nilai suatu objek. Dapat juga diartikan sebagai suatu jenis aktivitas psikhis dengan mana manusia langsung mengalami atau menghayati nilai. Dirgagunarsa (dalam Sobur, 2009: 427) berpendapat bahwa perasaan (feel) mempunyai dua arti. Pertama, ditinjau secara fisiologis, perasaan berarti pengindraan sehingga merupakan salah satu fungsi tubuh untuk mengadakan kontak dengan dunia luar. Kedua, secara psikologis, perasaan yaitu penilaian terhadap suatu hal. Contoh ungkapan penilaian yang dimaksud seperti: “Saya rasa orang itu sedang membicarakan saya”.
Dari berbagai definisi mengenai emosi dan perasaan, terlihat jelas perbedaan antara emosi dan perasaan. Dalam emosi terkandung perasaan. Emosi adalah perasaan yang sebegitu intens sehingga terjadi perubahan fisiologis, seperti denyut jantung bertambah cepat bila terkejut, buluroma berdiri kalau takut, bernafas panjang kalau kecewa.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya emosi
Ada beberapa faktor yang memperngaruhi timbulnya emosi, antara lain:
1) Faktor belajar
xxvi
emosi individu sampai masa dewasanya. Faktor belajar yang dimaksudkan yaitu:
(a) Belajar secara coba dan ralat: anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau sama sekali tidak memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa anak-anak awal.
(b) Belajar dengan cara meniru: anak menunjukkan emosi dan ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati yaitu dengan cara mengamati hal-hal yang menjadi penyebab munculnya emosi tertentu pada orang lain.
(c) Belajar dengan cara mempersamakan diri: anak menirukan reaksi emosional orang lain yang timbul oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Belajar dengan cara mempersamakan diri memiliki dua perbedaan dengan metode menirukan, yaitu anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya, serta motivasi untuk menirukan orang yang dikagumi lebih kuat dibandingkan dengan motivasi untuk menirukan sembarang orang.
xxvii
dapat berbeda dengan reaksi setelah terjadi pengkondisian. Pengkondisian terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan karena anak kecil kurang mampu manalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.
(e) Pelatihan: belajar di bawah bimbingan dan pengawasan. Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
2) Distorsi kognitif
Menurut Burns (1998, dalam Safaria dan Saputra, 2012: 126) distorsi kognitif atau kekacauan kognitif dapat menimbulkan emosi negatif. Ada sepuluh pikiran yang merupakan distorsi kognitif, yaitu:
(a) Pemikiran “segalanya atau tidak sama sekali”. Contoh: seorang ketua yang mengatakan “karena saya tidak bisa mengurus
anggota saya, maka saya adalah nol besar”.
xxviii
(c) Filter mental, yaitu menemukan sebuah hal kecil yang negatif dan terus memikirkannya sehingga pandangan dalam diri individu menjadi gelap.
(d) Mendiskualifikasikan yang positif, yaitu menolak pengalaman-pengalaman positif.
(e) Loncatan kesimpulan, yaitu membuat sebuah penafsiran negatif walau tidak ada fakta yang jelas.
(f) Pembesaran, yaitu melebih-lebihkan segala sesuatu.
(g) Penalaran emosional, yaitu menganggap bahwa emosi-emosi negatif adalah cerminan realita atau berfokus pada hal-hal yang negatif.
(h) Pernyataan harus, yaitu mencoba menggerakkan diri sendiri dengan kata “harus”.
(i) Memberi cap salah atau salah memberi cap, yaitu suatu bentuk ekstrem dari overgeneralisasi, selain mengurangi kesalahan
dalam diri individu, individu memberi sebuah cap negatif pada diri sendiri.
(j) Personalisasi, yaitu memandang diri sebagai penyebab dari suatu peristiwa eksternal yang negatif.
c. Macam-macam emosi
xxix
senang, dll dan emosi negatif yang dapat membawa dampak tidak menyenangkan dan menyusahkan seperti: sedih kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustrasi, marah, dendam, dll. Menurut Goleman (2007:141) ada beberapa golongan emosi yaitu:
1) Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, benci.
2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditolak, dan putus asa.
3) Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali.
4) Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, terhibur, bangga, kenikmatan indrawi, takjub, terpesona, puas, dll.
5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.
6) Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.
7) Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati
yang hancur lebur.
xxx
cocok, cinta, diakui, damai, enak, geli, kagum, betah, lega, mantap, nyaman, nikmat, optimis, pantas, puas, penuh harapan, penuh harga diri, riang, rindu, syukur, santai, simpati, sabar, terlindung, terhibur, tenang, tertarik, terharu, tabah, terpukau, terpesona, tergugah, dan suka. Sedangkan perasaan tidak senang meliputi: apatis, antipati, asing, benci, bingung, bosan, berat hati, berdukacita, bersalah, curiga, cemburu, canggung, diabaikan, dihina, dendam, dingin, dikerjai, gugup, heran, hampa, hancur, iri hati, jengkel, jera, jauh, khawatir, kecewa, kesepian, kehilangan, iba, kecil hati, lesu, lemah, malu, marah, malas, merana, muak, jijik, pesimis, putus asa, pasrah, panik, patah hati, panas hati, ragu-ragu, prihatin, risih, rendah, sedih, sakit hati, segan, masgul, terancam, tertipu, takut, terkejut, terpukul, tertekan, terpaksa, tidak tega, tidak mampu, tersinggung,tersiksa, terganggu, tersayat, terpojok, tersesat, tercekam, tak berdaya, tegang, goyah, terasing, dan duka.
d. Kegunaan emosi
xxxi
Hammen (dalam Sobur, 2009: 400) menyebutkan empat kegunaan emosi, yaitu:
1) Emosi adalah pembangkit energi: tanpa emosi, kita adalah mati. Hidup berarti merasai, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitkan energi kita; marah menggerakkan kita untuk menyerang; takut menggerakkan kita untuk lari, dll.
2) Emosi adalah pembawa informasi: bagaimana keadaan diri kita dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah, kita mengetahui bahwa kita dihambat atau diserang orang lain; sedih berarti kita kehilangan sesuatu yang kita senangi; bahagia berarti memperoleh sesuatu yang disenangi.
3) Emosi adalah pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal: berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara universal. Pembicaraan yang menyertakan seluruh emosi, seperti dalam berpidato, dipandang lebih dinamis dan lebih meyakinkan.
4) Emosi merupakan sumber informasi tentang keberhasilan kita: kita mendambakan kesehatan dan mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat. Kita mencari keindahan dan mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita merasakan kenikmatan estetis dalam diri kita.
xxxii
1) Emosi adalah bentuk komunikasi: guratan ekspresi yang terlihat pada raut muka dapat menunjukkan emosi seseorang. Guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata.
2) Emosi dapat mengorganisasi dan memotivasi tindakan: secara teoritis, emosi dapat memotivasi perilaku. Pada situasi tertentu, emosi dapat merangsang reaksi untuk menghadapi situasi tersebut.
2. Kemampuan Mengelola Emosi
a. Definisi kemampuan mengelola emosi
xxxiii
temperantia, yang dapat berarti kendali diri atau pengendalian tindakan emosional yang berlebihan yang tujuannya ialah keseimbangan emosi dan bukan menekan emosi (Goleman, 2007: 77). Goleman (1999: 127) berpendapat bahwa “mengelola emosi
oleh diri sendiri tidak hanya berarti meredam rasa tertekan atau menahan gejolak emosi; ini juga bisa berarti dengan sengaja menghayati suatu emosi, termasuk yang tidak menyenangkan”.
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk melepaskan suasana hati yang tidak mengenakkan (Goleman, 2007: 76). Menurut Stone dan Dillehunt (Goleman, 2007: 428) kemampuan mengelola emosi adalah memantau “omongan sendiri”
untuk menangkap pesan-pesan negatif seperti ejekan-ejekan tersembunyi; menyadari apa yang ada dibalik suatu perasaan; menemukan cara-cara untuk menangani rasa takut dan cemas, amarah, dan kesedihan. Goleman (Sunar, 2010: 161) berpendapat bahwa mengelola emosi ialah mengolah emosi sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat terhadap pelaksanaan tugas; peka tetapi bukan perasa, sanggup menahan gejolak keinginan hati sebelum tercapainya suatu sasaran; mampu bangkit dari kegagalan dan bertahan dari tekanan emosi.
xxxiv
dialaminya, serta menunjukkan adaptabilitas yang baik, kesungguhan, dan sifat dapat dipercaya. Shapiro (1997, dalam Safaria dan Saputra, 2012: 8) menegaskan bahwa “individu yang
memiliki kemampuan mengelola emosi akan lebih cakap menangani ketegangan emosi”. Goleman (1999: 129) mengemukakan bahwa “kecakapan mengelola emosi menyiratkan bahwa kita memiliki
pilihan bagaimana kita mengungkapkan perasaan“. Seseorang yang
gagal mengelola emosi, akan mengalami banyak kesulitan untuk menempuh karier dan mencapai cita-cita, karena prodiktivitasnya tidak optimal (Hariwijaya, 2005: 1).
b. Cara mengelola emosi
Ada banyak cara yang dikemukakan oleh beberapa ahli untuk mengelola emosi, di antaranya ialah:
1) Mengungkapkan emosi dengan tepat.
xxxv
(a) Mengidentifikasi atau menyebut nama emosi itu; sebagai contoh, untuk mengungkap emosi kecewa bisa dengan berkata: “saya merasa kecewa”.
(b) Kiasan emosi; sebagai contoh “hati saya seperti disayat sembilu” untuk mengungkap emosi pedih karena
tersinggung.
(c) Menunjukkan bentuk tindakan yang ingin dilakukan; sebagai contoh untuk ungkapan emosi marah dapat mengatakan: “saya merasa seperti ingin menjotos
hidungmu”.
(d) Kiasan kata-kata; sebagai contoh “saya merasa seperti menari di atas awan” untuk menunjukkan emosi gembira.
Jadi, ada dua hal pokok dalam mengungkap emosi secara verbal dan deskriptif yaitu dengan berisikan pernyataan pribadi (saya, aku, dll) dan salah satu dari keempat hal berikut, yakni nama emosi, kiasan emosi, bentuk tindakan yang ditimbulkan oleh emosi, dan kiasan kata-kata.
Pengungkapan emosi secara tidak langsung terjadi dalam bentuk:
xxxvi
(b) Memerintah, contoh: kita merasa sangat marah pada seseorang, untuk mengungkapkannya kita berkata “Pergi kau!”.
(c) Bertanya, contoh: kita jengkel ketika berbicara pada seseorang, maka ungkapannya “Kamu mengerti yang saya
bicarakan atau tidak?”
(d) Menuduh, contoh: kita sangat kecewa ketika menemukan benda yang kita butuhkan, ungkapan kita “Kau yang mengambil dan menyembunyikannya, ya”.
(e) Menyendiri, contoh: seorang gadis iri pada temannya yang banyak memiliki teman lelaki, maka ungkapannya “Kalau
mau tahu kiat untuk memikat teman pria silahkan datang ke kamar saya, lho”.
(f) Memuji, contoh: seorang pemuda yang tertarik pada seorang gadis, ungkapannya “Wah, baju ini sangat pantas
untukmu, kamu terlihat cantik sekali”.
(g) Mencela, contoh: seorang sekretaris senior tidak suka pada rekannya yang masih muda, ungkapannya “Ketikan anda
ceroboh sekali”.
(h) Memberikan sebutan, contoh: mahasiswa sering menyebut seorang dosennya “Killer” untuk mengungkap rasa kesal
xxxvii
Pengungkapan secara nonverbal dapat dilakukan dengan menunjukkan perilaku tertentu yang sesuai dengan emosi yang sedang dialami, sebagai contoh emosi senang; wajah tersenyum, dll. Pengungkapan emosi secara verbal dan nonverbal harus sejalan.
Adams dan Lenz (1995: 25-29) terdapat tiga macam pengungkapan emosi, yaitu:
(a) Non asertif: tidak menyatakan emosi, perkiraan, kebutuhan, keinginan, pendapat kita pada orang lain. Orang yang non asertif selalu berusaha dengan kesadaran penuh untuk menghindari konflik. Mereka lebih banyak bereaksi dari pada beraksi; mereka menggunakan lebih banyak waktu dan energi untuk menanggapi apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain dari pada mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dan bertindak atas kemauan sendiri. Maka banyak orang lain mengambil keuntungan dari mereka; membuat keputusan bagi mereka, meremehkan masukan-masukan mereka, bahkan memberi mereka lebih banyak pekerjaan.
xxxviii
atau menyakiti orang lain. Agresif yang ekstrim dapat membuat hubungan dengan orang lain menjadi rusak. Ada juga agresif pasif, biasanya dilakukan dengan cara memanipulasi orang lain, membohongi mereka, atau dengan diam-diam melawan mereka.
(c) Asertif: mengerti apa yang kita perlukan dan inginkan, menjelaskan hal tersebut pada orang lain, bekerja dengan cara kita sendiri untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri sambil tetap menunjukkan hormat kepada orang lain. Bersikap asertif sangat membutuhkan keterbukaan diri secara jujur tanpa melanggar hak dan kebutuhan orang lain. Bersedia menyelesaikan konflik jika timbul konflik. Ini merupakan cara yang terbaik dibandingkan kedua cara sebelumnya.
2) Mengelola emosi dengan Model A-B-C
xxxix
Langkah-langkah mengelola emosi dengan model A-B-C ialah sebagai berikut:
(a) Pencatatan pikiran negatif: digunakan untuk melatih diri dalam mengenali dan mencatat pikiran-pikiran yang sifatnya mencela atau mengkritik diri sendiri. adapun langkah-langkah menulis catatan harian pikiran negatif: buat tabel yang berisi enam kolom dan pada masing-masing kolom isikan judul kolom yaitu situasi, emosi, pemikiran-pemikiran otomatis, distorsi kognitif, tanggapan rasional, dan hasil akhir emosi. Pada kolom situasi, tuliskan kejadian aktual yang menimbulkan emosi negatif, kemudian, tentukan nama emosi yang sedang anda rasakan dan berikan presentase emosi. Tuliskan pemikiran otomatis yang ada, kemudian pilih tipe distorsi kognitif yang terjadi (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya). Buatlah tanggapan
xl
rasionalnya dan identifikasi kembali persentase emosi yang dialami.
(b) Membuat lembar kesenangan: setelah membuat catatan kognitif, buatlah daftar kegiatan yang menimbulkan rasa senang dan rasa puas dengan membuat kolom yang berisi judul-judul pada tiap kolom yaitu: kegiatan untuk kepuasan, dengan siapa melakukan, kepuasan yang diramalkan, dan kepuasan aktual.
(c) Memvisualisasikan keberhasilan: membuat daftar keuntungan dari suatu yang akan dihadapi dan cenderung bersifat tidak menyenangkan. Langkah-langkahnya yaitu dengan membuat daftar pikiran positif terhadap semua yang akan dihadapi, tuliskan sebanyak-banyaknya pikiran positif tesebut. Khayalkanlah hal-hal tersebut sebelum tidur dan usahakanlah dengan kondisi yang rileks.
xli
menilai perilakunya sendiri. Yang terakhir ialah pengukuhan diri. Pengukuhan diri ini bertujuan untuk mempertahankan perilaku yang sudah baik.
(e) Teknik problem solving: ada tujuh tahap dalam proses pemecahan masalah, yaitu:
(1) Indentifikasi masalah: memahami permasalahan secara jelas dan obyektif.
(2) Menetapkan tujuan pemecahan masalah: tentukan tujuan dalam memecahkan masalah, termasuk merumuskan harapan-harapan.
(3) Mengembangkan berbagai alternatif solusi sebanyak mungkin: cari alternatif solusi yang benar-benar bisa dilakukan.
(4) Mengevaluasi alternatif solusi yang ada: evaluasilah alternatif solusi yang paling mungkin untuk mencapai tujuan.
(5) Memilih alternatif solusi terbaik: pilih satu alternatif yang terbaik.
(6) Menerapkan solusi tersebut: terapkan dan motivasilah diri sendiri agar dapat menerapkan solusi yang ada dengan menyeluruh.
xlii
c. Aspek-aspek kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi merupakan salah satu dari kelima aspek kecerdasan emosi (menyadari emosi, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan) yang pada hakikatnya saling berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain (Goleman, 1999: 41). Penelitian ini berfokus pada salah satu aspek kecerdasan emosi yaitu aspek mengelola emosi. Menurut Goleman (1999: 42, 115-166) aspek-aspek mengelola emosi meliputi:
1) Pengendalian diri: menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali.
2) Sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan menunjukkan integritas.
3) Sifat bersungguh-sungguh: menunjukkan integritas dan sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri. 4) Adaptabilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan. 5) Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan,
pendekatan, dan informasi-informasi baru.
xliii
Dalam penelitian ini, peneliti menyimpulkan aspek-aspek kemampuan mengelola emosi sebagai berikut:
1) Menyadari emosi: Mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya.
Orang dengan kecakapan ini mampu:
(a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakan berserta alasannya.
(b) Mengetahui bagaimana perasaan mempengaruhi kinerja.
2) Mengungkapkan emosi dengan tepat. Orang dengan kecakapan ini mampu: (a) Mengungkapkan emosi secara verbal (b) Mengungkapkan emosi secara nonverbal.
3) Menunjukkan adaptabilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan.
Orang dengan kecakapan ini mampu:
(a) Terampil menangani pesatnya perubahan situasi.
(b) Siap mengubah tanggapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
4) Menunjukkan sifat bersungguh-sungguh: menunjukkan integritas dan sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.
xliv (a) Mematuhi komitmen.
(b) Bertanggung jawab untuk memperjuangkan tujuan mereka.
(c) Cermat dalam bekerja.
5) Menunjukkan sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan menunjukkan integritas.
orang dengan kecakapan ini mampu: (a) Bertindak menurut etika.
(b) Membangun kepercayaan lewat keandalan diri. (c) Berpegang pada prinsip secara teguh.
B. Mahasiswa Sebagai Individu Pada Masa Dewasa Awal 1. Definisi masa dewasa awal
Hurlock (1990: 246) mengemukakan bahwa istilah adult berasal dari kata kerja Latin yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”, akan
tetapi adult berasal dari kata kerja lampau yaitu adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau
xlv
masa yang sulit karena pada masa ini individu yang dahulu bergantung pada orangtua, harus belajar untuk mandiri.
2. Emosi pada masa dewasa awal
Jahja (2011: 248) mengemukakan bahwa “pada usia 20 tahun
dan tidak lebih dari 30 tahun, kondisi emosi individu pada masa ini ialah labil, mereka mudah resah dan memberontak”. Karakteristik emosi pada masa ini ialah sangat bergelora dan mudah tegang serta mengalami banyak kekhawatiran. Hal ini disebabkan oleh tuntutan yang semakin tinggi pada diri mereka. Hurlock (1990: 249) menyatakan bahwa masa dewasa awal merupakan masa ketegangan emosi karena individu mulai memasuki dunia baru, dunia bekerja bahkan berkeluarga. Biasanya individu akan mengalami kebingungan dan keresahan emosi.
Kedewasaan emosi pada masa dewasa dapat dilihat dari bagaimana individu mampu mengelola emosinya, yaitu dengan menggunakan akal sehatnya dalam bertindak dan tidak terlarut dalam emosi yang dirasakannya (Jahja, 2011: 251). Menurut Hurlock (1990: 213) kematangan emosi terjadi apabila individu tidak “meledakkan”
xlvi
terbuka dalam menghadapi berbagai kenyataan hidup, tabah menghadapi kesulitan dan persoalan hidup, dan dapat merasa puas, serta memiliki lapang dada.
C. Hasil Penelitian Lain
Peneliti belum menemukan penelitian tentang kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosi, maka yang ditemukan adalah penelitian mengenai kemampuan mengelola emosi pada remaja seperti yang ditulis oleh Nadia Fitriansyah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul deskripsi kemampuan mengenal emosi dan mengelola emosi pada siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Sedayu Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dan implikasinya terhadap topik bimbingan klasikal. Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya masalah yang terjadi pada remaja akibat masa transisi antara masa anak ke masa dewasa seperti masalah emosi. Masalah-masalah emosi yang dialami remaja seperti mengalami gejolak emosi yang kuat akibat perubahan hormon di dalam tubuh. Selain itu, tuntutan-tuntutan dari lingkungan dan permasalahan dalam diri remaja membuat emosi remaja mudah berubah-ubah. Energi emosi yang besar pada remaja jika tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang cara mengelolanya akan mengakibatkan remaja terjerumus pada hal-hal negatif.
xlvii
xlviii BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, kuesioner penelitian, validitas dan reliabilitas, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006: 72). Yang mau dideskripsikan dalam penelitian ini adalah kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya dan usul-usul untuk mempercepat penyelesaian skripsi. B. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi. Penelitian ini adalah penelitian populasi, karena semua anggota populasi dijadikan subjek penelitian. Angkatan ini yang sedang menulis skripsi berjumlah 72 mahasiswa yang terdiri dari 2 kelas dengan rincian sebagai berikut:
xlix a. Kelas A= 41 mahasiswa.
b. Kelas B= 31 Mahasiswa. C. Kuesioner Penelitian
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Item kuesioner ada yang tertutup dan ada yang terbuka (pertanyaan terbuka pada bagian akhir alat). Item kuesioner yang tertutup ada yang favorable yaitu item yang menunjukkan adanya kemampuan mengelola
emosi dan ada yang unfavorable yaitu item yang menunjukkan tidak adanya kemampuan mengelola emosi. Item favorable diberi skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (4), Sesuai (3), Kurang Sesuai (2), dan Tidak Sesuai (1). Sedangkan item yang unfavorable diberi skor sebagai berikut: Sangat Sesuai (1), Sesuai (2), Kurang Sesuai (3), dan Tidak Sesuai (4).
Butir-butir kuesioner bertolak dari lima aspek mengelola emosi yang peneliti simpulkan pada halaman 27-29, yaitu:
1. Menyadari emosi
2. Mengungkapkan emosi secara tepat 3. Menunjukkan adaptabilitas
4. Menunjukkan sifat bersungguh-sungguh 5. Menunjukkan sifat dapat dipercaya
l
Tabel 1. Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Mengelola Emosi
D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas dalam pengertian secara umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya (Azwar, 2005:7). Masidjo (1995:244) menjelaskan bahwa validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Penelitian ini menggunakan validitas isi; butir-butir kuesioner mencerminkan ciri No Aspek Mengelola
Emosi
Indikator Item Fav Item Unfav
1
Menyadari emosi
Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakan.
Mengungkapkan emosi secara verbal. 3, 27 15, 39, 49 Mengungkapkan emosi secara non verbal. 28, 40 4, 16 3
Menunjukkan adaptabilitas
Terampil menangani perubahan situasi. 41 5, 17, 29 Siap mengubah tanggapan untuk Berpegang pada prinsip secara teguh. 24, 36, 48 12
li
dari hal yang akan diukur, yaitu kemampuan mengelola emosi. Teknik statistik yang digunakan untuk menganalisa butir-butir kuesioner adalah teknik korelasi product moment . Rumus teknik korelasi product moment adalah sebagai berikut (Arikunto, 2004: 65):
Ket:
= korelasi produk moment = nilai setiap butir
= nilai dari jumlah butir = jumlah responden
lii
Tabel 2. Jumlah Item-item yang Valid dan Tidak Valid
No Aspek Mengelola 1 Menyadari emosi a. Mengetahui emosi mana
liii
Uji coba instrumen ini bersifat uji coba terpakai yang berarti peneliti hanya satu kali menyebarkan instrumen untuk dipakai dalam mengumpulkan data penelitian. Butir instumen yang memiliki nilai validitas rendah, yaitu di bawah 0,30 tidak dipakai dalam analisa data. 2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya (Masidjo, 1995:209). Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half), dengan rumus berikut ini.
r
i=
Keterangan:
ri = reliabilitas internal seluru instrument
rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua. Hasil perhitungan reliabilitas instrumen adalah 0,937. Menurut kriteria Guilford (dalam Masidjo, 1995: 209) yang disajikan pada tabel 3, hasil ini termasuk sangat tinggi.
Tabel 3. Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi 2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
liv E. Prosedur Pengumpulan Data
Peneliti memperoleh data yang dibutuhkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi.
2. Menjabarkan aspek-aspek kemampuan mengelola emosi ke dalam indikator-indikator.
3. Menyusun butir-butir kuesioner yang sesuai dengan indikator-indikator kemampuan mengelola emosi.
4. Uji coba alat (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas. Uji coba kuesioner dalam penelitian ini merupakan uji coba terpakai. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu. Ujicoba dilakukan pada tanggal 05- 12 Mei 2014.
F. Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan langkah-langkah berikut:
1. Memberi skor pada item kuesioner dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata butir dengan mengunakan microsoft office excel.
lv
mengelola emosinya dengan menggunakan rumus Product Moment dari Pearson melalui program komputer SPSS 15.
4. Menghitung koefisien reliabilitas instrumen kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya dengan menggunakan teknik belah dua dari Spearman Brown (split half ).
5. Mengkategorisasi tingkat kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya dengan menggunakan kategorisasi jenjang ordinal. Norma pengkategorisasian yang digunakan berpedoman pada norma pengkategorisasian yang dikemukakan oleh Azwar (2007: 109). Terdapat tiga jenjang kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rendah/ kurang mampu, sedang/ cukup mampu, dan tinggi/ sangat mampu. Norma kategorisasi dapat dilihat pabda tabel 4.
Tabel 4. Norma Kategorisasi
Penghitungan Skor Keterangan
X ≤ [µ-1,0(σ)] Rendah
[µ-1,0(σ)]≤X < [µ+1,0(σ)] Sedang
lvi Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan perhitungan skala Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek
penelitian menurut perhitungan skala Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6
satuan deviasi sebaran
µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan minimum
lvii BAB IV
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN UPAYA-UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN MAHASISWA DAN PIHAK PRODI BK
USD UNTUK MEMPERCEPAT PENYELESAIAN SKRIPSI
Pada bab ini disajikan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, upaya-upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dan pihak prodi BK USD untuk mempercepat penyelesaian skripsi, dan keterbatasan penelitian.
A.Hasil Penelitian
1. Kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya
Norma yang digunakan untuk mengelompokkan tinggi rendahnya kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosinya sudah disajikan dalam bab 3. Dengan mengikuti norma kategorisasi tersebut, diperolehlah hasil perhitungan sebagai berikut:
X maksimum teoritik : 4 x 45 = 180 X minimum teoritik : 1 x 45 = 45 Luas jarak : 180 – 45 = 135 σ (standar deviasi) : 135 : 6 = 22,5
µ (mean teoritik) : (180+45) : 2 = 112,5
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dapatlah dilihat kategori kemampuan mahasiswa dalam mengelola emosinya seperti yang disajikan dalam tabel 5.
lviii
Tabel 5. Kategori Kemampuan Mahasiswa Prodi BK USD Angkatan 2010 yang Sedang Menulis Skripsi dalam Mengelola Emosinya.
Formula Kriteria Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
X ≤ [µ-1,0(σ)] ≤ 90 0 0% Rendah/ Kurang mampu
[µ-1,0(σ)]≤X < [µ+1,0(σ)] 91 – 135 42 58, 3% Sedang/ Cukup mampu
[µ+1,0(σ)] ≤ X 135 ≤ 30 41,6% Tinggi/ Sangat mampu
Dari tabel 5 tampak bahwa:
a. Ada 30 (41,6%) mahasiswa yang tergolong sangat mampu (tinggi) mengelola emosinya.
b. Ada 42 (58,3%) mahasiswa yang tergolong cukup mampu (sedang) mengelola emosinya.
c. Tidak ada (0%) mahasiswa yang tergolong kurang mampu (rendah) mengelola emosinya.
Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi termasuk cukup mampu mengelola emosinya.
2. Usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 untuk mempercepat penyelesaian skripsi
lix
a. Usul-usul yang diharapkan dari pihak dosen pembimbing. b. Usul-usul yang diharapkan dari pihak prodi BK USD. c. Usul-usul yang diharapkan dari pihak mahasiswa.
Usul-usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 untuk mempercepat penyelesaian skripsi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Usul-usul Mahasiswa Prodi BK USD Angkatan 2010 untuk Mempercepat Penyelesaian Skripsi
Usul yang Diharapkan Dari
No Usulan Mahasiswa Frekuensi Persentase
Dosen pembimbing
1. Memberikan jadwal bimbingan yang tetap pada mahasiswa.
6 8,3%
2. Melaksanakan bimbingan secara konsisten pada waktu yang telah dijanjikan.
8 11,1%
3. Memberikan waktu luang yang lebih untuk mahasiswa dapat mengkonsultasikan skripsinya.
5 6,7%
4. Memberikan motivasi pada mahasiswa. 6 8,3%
5. Memberikan arahan yang jelas tetapi tidak memaksakan pendapatnya pada mahasiswa.
4 5,5%
6. Memberikan ketegasan berupa sanksi pada mahasiswa yang tidak hadir pada jam bimbingan.
1 1,4%
7. Memberikan revisian yang konsisten. 2 2,8%
8. Tidak mempersulit mahasiswa. 11 15,3%
Pihak prodi BK
9. Membuat kegiatan khusus berupa seminar tentang cara-cara yang efektif dalam menulis skripsi.
4 5,5%
10. Penetapan dosen pembimbing untuk mahasiswa dilakukan lebih awal.
3 4,2%
11. Mengadakan bimbingan klasikal angkatan. 3 4,2% 12. Mengadakan kegiatan rutin agar mahasiswa tetap
rutin datang ke kampus.
1 1,4%
13. PPL dan KKN sudah selesai sebelum semester 8. 10 13,8%
14. PPL dikurangi waktunya. 4 5,5%
15. Menetapkan mahasiswa agar lulus TKBI (Tes Kemampuan Berbahasa Inggris) sebelum semester 8.
1 1,4%
16. Pembagian yang rata untuk tugas para dosen agar dosen dapat membimbing skripsi dengan fokus.
1 1,4%
17. Mengadakan fasilitas seperti buku-buku yang terkait dengan ilmu BK.
lx Mahasiswa
18. Fokus dan berkomitmen pada skripsi. 4 5,5%
19. Rajin hadir pada jam bimbingan. 7 9,7%
20. Proaktif. 4 5,5%
21. Giat mencari buku-buku yang menunjang penulisan skripsi.
24. Bergaul dengan teman-teman yang memiliki motivasi yang tinggi dalam mengerjakan skripsi.
1 1,4%
25. Memotivasi diri. 7 9,7%
Ada 10 responden yang tidak memberikan usul untuk mempercepat penyelesaian skripsi.
B.Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan hasil penelitian mengenai kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya
lxi
peneliti ini berdasarkan pengamatan peneliti saat mengawasi pengisian kuesioner.
Kemampuan mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi dalam mengelola emosinya tergolong cukup mampu boleh jadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain 1) mahasiswa mampu menyadari berbagai emosi yang dialaminya sewaktu menulis skripsi, 2) mahasiswa mampu mengungkapkan emosinya secara tepat, 3) mahasiswa mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan, 4) mahasiswa memiliki kesungguhan hati untuk dapat menyelesaikan skripsinya dengan cepat, 5) mahasiswa memiliki inisiatif dan tidak terpaku oleh keadaan, 6) mahasiswa mampu menjaga pikiran yang positif, dan 7) lingkungan yang mendukung tercapainya tujuan mahasiswa, yaitu menyelesaikan skripsi dengan cepat.
Safaria dan Saputra (2012: 14) mengemukakan bahwa “orang yang
mampu memahami emosi apa yang sedang mereka alami dan rasakan, akan lebih mampu mengelola emosinya”. Individu yang menyadari emosi dapat
lxii
beberapa dosen prodi BK mengajak mahasiswa berefleksi sehingga mahasiswa terlatih untuk berefleksi.
Kemampuan mengungkapkan emosi dengan tepat merupakan salah satu cara mengelola emosi yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan psikologis (Safaria dan Saputra, 2012: 14). Kemampuan mahasiswa dalam mengungkapkan emosi dengan tepat bisa jadi dipengaruhi oleh faktor belajar. Salah satu mata kuliah yaitu komunikasi antar pribadi misalnya, mahasiswa mendapat pelajaran tentang bagaimana mengungkapkan emosi dengan tepat. Faktor lain adalah hubungan yang baik dengan dosen. Sebagian besar mahasiswa dekat dengan dosen, sehingga bisa jadi mahasiswa tidak canggung untuk mengungkapkan emosi yang dialaminya.
lxiii
seperti meminta bantuan teman untuk membantu mengoreksi skripsinya. Alternatif baru membuat mahasiswa tidak terpaku oleh perubahan melainkan mencari jalan keluar untuk mengatasi perubahan.
Goleman (1999: 149) mengemukakan bahwa “kesungguhan hati adalah
pangkal sukses dalam semua bidang”. Kesungguhan hati mahasiswa dalam
menyelesaikan skripsinya dipengaruhi oleh motivasi yang kuat dan target yang jelas. Motivasi yang kuat dan target yang jelas membuat mahasiswa mampu mengelola emosinya. Kesungguhan hati ditunjukkan dengan usaha dalam mencapai target penulisan skripsi, usaha untuk mencari buku-buku yang relevan, dan segala macam daya juang yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi.
Mahasiswa yang memiliki inisiatif dan tidak terpaku oleh keadaan menunjukkan kemauan memperbaiki kekurangannya dalam menulis skripsi, keberanian mengambil keputusan sendiri tanpa menunggu arahan dari dosen, inisiatif untuk mengerjakan skripsi semampunya tanpa menunggu perintah dari dosen, dll. Sikap ini menunjukkan sifat dapat dipercaya. Sikap-sikap ini dipengaruhi oleh kesadaran akan pentingnya inisiatif diri dalam penyelesaian skripsi.
lxiv
negatif dan berfokus pada yang negatif maka bisa jadi mahasiswa kehilangan motivasinya untuk menulis skripsi dan mengalami depresi, kecemasan, dll. Mahasiswa dapat semakin mampu mengelola emosi kalau mahasiswa memiliki pikiran yang positif.
lxv
lingkungan yang menunjang tercapainya tujuan, 8) menemukan cara-cara untuk menangani berbagai perasaan negatif yang dialami.
Hal yang perlu dilakukan oleh orang tua agar kemampuan mengelola emosi mahasiswa dapat tetap dipertahankan tinggi, antara lain 1) terus memberi dukungan berupa kata-kata positif pada mahasiswa untuk penyelesaian skripsinya, 2) memberikan target penyelesaian skripsi pada mahasiswa sesuai dengan kemampuan mahasiswa, 3) tidak menekan mahasiswa dengan sikap otoriter.
2. Pembahasan hasil penelitian mengenai usul mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 untuk mempercepat penyelesaian skripsi
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengisian kuesioner terbuka tentang usulan mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian skripsi diperoleh hasil sebagai berikut:
a. Ada 8 usulan yang diharapkan dari pihak dosen pembimbing. b. Ada 9 usulan yang diharapkan dari pihak prodi BK.
c. Ada 8 usulan yang diharapkan dari pihak mahasiswa.
lxvi
dan malas. Mahasiswa juga merasa bahwa dosen kurang memberikan motivasi pada mahasiswa. Sebagian mahasiswa bisa jadi belum memiliki motivasi yang kuat dan masih membutuhkan motivasi dari orang lain untuk menyelesaikan skripsinya.
Usulan dengan persentase tertinggi yang diharapkan dari pihak prodi BK adalah pelaksanaan PPL dan KKN selesai sebelum semester 8 sehingga pada semester 8 mahasiswa dapat memfokuskan perhatiannya pada penulisan skripsi. Menurut kurikulum yang berlaku, KKN berada pada semester 8 dan masih ada tiga kali PPL dalam jarak waktu yang berdekatan di semester 7. Ini bisa membuat mahasiswa tidak dapat memfokuskan perhatiannya pada pengerjaaan skripsi karena masih memiliki kewajiban untuk menyelesaikan laporan KKN dan bahkan laporan PPL yang belum selesai. Usulan dengan persentase tertinggi yang diharapkan dari pihak mahasiswa adalah rajin datang pada jam bimbingan dan memotivasi diri. Rajin datang bimbingan sangat membantu percepatan dalam penyelesaian skripsi karena dengan rajin pada jam bimbingan mahasiswa akan memiliki kemajuan dalam penulisan skripsinya. Memotivasi diri dapat menjadi salah satu cara dalam mengelola emosi karena di dalam memotivasi diri terdapat usaha untuk bangkit dari perasaan-perasaan negatif yang akan mamperlambat penyelesaian skripsi.
lxvii
sanksi bagi mahasiswa yang tidak hadir pada jam bimbingan, dosen tidak mempersulit mahasiswa, dan prodi BK diharapkan membuat kegiatan rutin agar mahasiswa tetap rutin datang ke kampus. Usulan-usulan tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa masih tergantung pada hal-hal di luar dirinya dalam menyelesaikan skripsi. Mahasiswa belum memiliki kesadaran diri untuk berfokus pada apa yang bisa dilakukannya sendiri untuk menyelesaikan skripsinya.
C.Upaya-Upaya yang Dapat Dilakukan Mahasiswa dan Pihak Prodi BK USD untuk Mempercepat Penyelesaian Skripsi
lxviii
memiliki motivasi tinggi dalam menulis skripsi, 12) memiliki rasa hormat pada dosen pembimbing.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pihak prodi BK untuk membantu mahasiswa mempercepat penyelesaian skripsi antara lain 1) membuat kegiatan yang dapat memicu motivasi mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian skripsinya, 2) menilik ulang kurikulum yang ada untuk mempersiapkan mahasiswa mempercepat penyelesaian skripsinya, 3) memberikan penghargaan pada mahasiswa yang mampu menyelesaikan skripsinya tepat waktu.
D.Keterbatasan Penelitian
lxix BAB V PENUTUP
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari penelitian. Bagian saran memuat saran untuk beberapa pihak.
A.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan adalah mahasiswa prodi BK USD angkatan 2010 yang sedang menulis skripsi memiliki kemampuan yang cukup tinggi dalam mengelola emosinya.
B.Saran
Berikut ini dikemukakan saran bagi beberapa pihak: 1. Pihak prodi BK USD
Pihak prodi BK USD hendaknya membuat kegiatan yang dapat memicu motivasi mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian skripsinya dan menilik ulang kurikulum yang ada untuk mempersiapkan mahasiswa mempercepat penyelesaian skripsinya.
2. Peneliti lain
a. Dalam menyusun kuesioner hendaknya digunakan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian.
b. Peneliti secara tatap muka memberikan kuesioner kepada responden dan memperhatikan selama subjek mengisi kuesioner.
lxx
c. Mengemukakan secara lisan pendahuluan kuesioner agar responden memahami perintah dari pengisian kuesioner.
d. Dalam menyusun kisi-kisi kuesioner hendaknya dibuat keseimbangan jumlah item pada setiap aspek dan indikator.
lxxi
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Linda dan Lenz, Elinor. 1995. Jadilah Diri Anda Sendiri: Efektifitas pribadi dalam hidup dan hubungan anda. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Albin, Rochelle Semmel. 1986. Emosi: Bagaimana Mengenal, Menerima dan Mengarahkannya. Yogyakarta: Kanisius.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.
Azwar. S. 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset.
Azwar, Saifudin. 2007. Penyusunan Skala Psikologis, Ed. 2. Yogyakarta: PustakaPelajar.
Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi (terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka.
Goleman, Daniel. 2007. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hariwijaya, M. 2005. Tes EQ: Tes Kecerdasan Emosional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Alih bahasa: dr. Med Meitasari Tjandrasa dan Dra. Muslichah Zarkasih. Jakarta: Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Januarti, R. 2009. Hubungan antara Persepsi terhadap Dosen Pembimbing dengan Tingkat Stress dalam Menulis Skripsi [Skripsi]. Univerversitas Muhammadiyah Surakarta.
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Safaria, Triantoro dan Saputra, N.E. 2012. Manajemen Emosi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sinurat, R. H. Dj. 1999. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
lxxii
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya .
Sunar, Dwi. 2010. Edisi Lengkap Tes IQ, EQ & SQ: Cara Mudah Mengenali dan Memahami Kepribadian Anda. Yogyakarta: FlashBooks.
lxxiii
LAMPIRAN I
lxxiv
Kuesioner Mengelola Emosi
Pengantar:
Dengan ini saya memohon kesediaan anda untuk mengisi kuesioner ini yang dimaksudkan untuk menggali pengalaman anda sendiri dalam mengelola emosi. Diharapkan anda menjawab secara jujur, sesuai dengan pengalaman anda yang sesungguhnya. Nama tidak perlu dicantumkan.
Atas kesediaanya saya ucapkan terimakasih.
Hormat saya,
Elisabeth Pethrisia Purnomo Petunjuk Pengisian Instrumen:
Berikut ini disajikan sejumlah pernyataan mengenai pengalaman anda dalam mengelola emosi. Seberapa sesuai maksud masing-masing pernyataan berikut dengan pengalaman anda? Berilah tanda centang (√) pada kolom alternatif jawaban yang sesuai bagi anda. Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:
Sangat Sesuai : SS
Sesuai : S
Kurang Sesuai : KS Tidak Sesuai : TS
Selamat Mengerjakan, GBU
lxxv Alternatif jawaban:
SS : Sangat Sesuai S : Sesuai KS : Kurang Sesuai TS : Tidak Sesuai No Seberapa sesuai maksud masing-masing pernyataan
berikut dengan pengalaman anda?
Alternatif Jawaban
SS S KS TS
1 Saya sulit mengidentifikasi perasaan negatif yang saya alami ketika dosen tidak jadi hadir pada jam bimbingan yang disepakati.
2 Saya sadar bahwa bila saya jengkel pada dosen pembimbing, saya menjadi tidak fokus mengerjakan skripsi.
3 Saya menyatakan perasaan saya kepada dosen pembimbing dengan cara menyebutkan perasaan apa yang saya alami. 4 Saya berusaha menunjukkan muka yang ramah pada dosen
pembimbing meskipun saya sangat jengkel padanya.
5 Saya bingung dan tidak tahu mau melakukan apa ketika saya jenuh mengerjakan skripsi.
6 Saya mudah menyesuaikan diri dengan perubahan jadwal bimbingan skripsi.
7 Saya sering tidak tepat waktu dalam mengumpulkan revisian skripsi saya.
8 Saya bersemangat untuk terus sungguh-sungguh berusaha agar skripsi saya menjadi skripsi yang baik.
9 Saya menyadari tujuan atau manfaat dari menulis skripsi. 10 Dalam hati saya mencaci dosen pembimbing yang tidak
konsisten dengan koreksinya pada skripsi saya.
11 Saya menunjukkan kemajuan dalam penulisan skripsi saya di setiap minggunya.
12 Saya menerima ajakan teman untuk jalan-jalan saat saya seharusnya menulis skripsi.
13 Saya menyadari perasaan-perasaan negatif yang saya alami sewaktu berhadapan dengan dosen pembimbing.
14 Saya sadar bahwa ketika saya merasa senang, saya menjadi bersemangat mengerjakan skripsi.
15 Saya memilih untuk diam saja ketika saya merasa kecewa pada dosen pembimbing.
16 Saya biasa mengangguk-anggukkan kepala agar dosen mendapat kesan bahwa saya memahami yang ia katakan sekalipun saya tidak memahaminya.
17 Banyaknya hal yang harus saya revisi membuat saya malas mengerjakan skripsi.