• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1506591137bab 7 rencana pembangunan CK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 7 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1506591137bab 7 rencana pembangunan CK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-1

BAB 7

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Desa-desa terhubung dengan desa lain atau dengan pusat pertumbuhan dan pelayanan

jasa melalui jalan tanah. Lebar badan jalan belum cukup untuk dapat berpapasan dua

buah kendaraan roda empat. Permukaan jalan belum diperkeras dan badan jalan tidak

dilengkapi dengan drainase samping. Alinyemen vertikal dan horisontal mengikuti

kontur alami sehingga aspek keselamatan dan kenyamanan tidak selalu dapat dipenuhi.

Rambu jalan dan alat-alat kelengkapan keselamatan jalan belum tersedia.

Jalan lingkungan di kota kecamatan atau kota-kota lain di Kabupaten Melawi banyak

yang masih belum diperkeras dan memiliki fasilitas kelengkapan jalan. Permukaan jalan

ada yang masih belum diaspal atau baru diberi perkerasan setara lapis penetrasi.

Sasaran pembangunan jalan poros/jalan lingkungan adalah:

1. Meningkatkan kondisi jalan lingkungan yang menghubungkan kawasan

permukiman di perkotaan dengan pusat pelayanan dan jasa.

2. Membuka akses desa/dusun/kawasan (pembukaan keterisolasian).

3. Menghubungkan desa/dusun dengan pusat-pusat pertumbuhan.

4. Menghubungkan desa/dusun dengan pusat-pusat pelayanan.

5. Meningkatkan keamanan, kenyamanan dan keawetan jalan serta memudahkan

transportasi manusia dan barang.

Untuk dapat mencapai sasaran ditetapkan indikator dan kegiatan pokok investasi.

Koordinator program investasi jalan poros dan jalan lingkungan adalah Dinas Pekerjaan

umum dengan indikator program dan kegiatan pokok yang akan dilakukan yaitu:

Indikator Program

Kegiatan Pokok

Uraian Satuan

1 Prosentase panjang jalan dengan

kondisi baik

% 1 Perencanaan rehabilitasi/ pemeliharaan jalan

(2)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-2 Indikator Program

Kegiatan Pokok

Uraian Satuan

2 Meningkatnya kualitas jalan % 3 Rehabilitasi/ pemeliharaan jalan

3 Meningkatnya jalan yang

permukaannya aspal

% 4 Rehabilitasi/ pemeliharaan jembatan

4 Tingkat pemenuhan kebutuhan

jalan dan jembatan Perdesaan

% 5 Penataan lingkungan pemukiman penduduk

perdesaaan

Di kawasan permukiman perkotaan masalah yang dihadapi adalah seringkali jalan

permukiman dibuat seadanya tidak atau belum terintegrasi dengan perencanaan

kota/tata ruang wilayah.

Permasalahan yang dihadapi adalah letak desa-desa yang terpencar. Topografi kawasan

bergelombang sampai berkontur tajam. Permukaan tanah umumnya tertutup

tumbuhan (pepohonan dan semak belukar). Iklim wilayah yang basah dengan curah

hujan tinggi (> 2000 mm per tahun) mempertinggi resiko kerusakan badan jalan akibat

erosi.

Semua kondisi tersebut meningkatkan kesulitan dalam membuat jalan yang aman,

nyaman dan awet. Juga menimbulkan permasalahan dalam menentukan skala prioritas

pembangunan jalan.

Selain permasalahan juga dijumpai potensi yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong

program investasi jalan, yaitu ketersediaan material untuk bahan konstruksi (quarry)

yang melimpah. Material tanah kualitas baik, batu kali, kerikil dan pasir yang dapat

diperoleh dari sekitar lokasi konstruksi akan dapat mengurangi biaya pembangunan

jalan.

Selain itu juga dibeberap lokasi terdapat perkebunan yang mempunyai kemampuan

untuk membuka dan membangun jalan. Kerjasama dengan pihak perkebunan dalam

bentuk corporate social responsibility dapat dimanfaatkan untuk membantu proses

penyiapan badan jalan. Perusahaan membantu dengan alat-alat berat untuk membuka

dan membentuk badan jalan. Selanjutnya investasi digunkan untuk perkerasan badan

(3)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-3 7.1.1. Rencana Pemecahan Masalah dan Rekomendasi

Untuk dapat memecahkan masalah penyusunan prioritas pembangunan jalan

poros/jalan lingkungan direkomendasikan melalui identifikasi kawasan pusat

pertumbuhan. Beberapa desa atau dusun dikelompokkan berdasarkan aspek sosial,

budaya, ekonomi dan geografi. Kemudian ditentukan desa/dusun unggulan yang

menjadi pusat pertumbuhan dan pelayanan jasa. Desa/dusun ini disebut desa/dusun

pusat pertumbuhan. Jalan lingkungan dibangun di desa/dusun tersebut, selanjutnya

jalan poros dibangun dari desa/dusun lain ke desa/dusun yang menjadi pusat

pertumbuhan.

Untuk kawasan perkotaan pemecahan masalah dilakukan dengan cara membuat

rencana jalan lingkungan yang terintegrasi dengan perencanaan kota/tata ruang

wilayah. Sehingga letak, ukuran dan koneksivitas jalan lingkungan dapat sesuai dengan

kebutuhan kota dan perkembangannya.

Hambatan karena masalah fisik wilayah diatasi dengan membuat perencanaan yang

teliti terutama pada aspek keamanan dan kekuatan badan jalan. Bila memungkinkan,

trase jalan harus menghidari bentang alam yang sulit (lereng curam, tanah rawan

longsor/terban). Konsekuensinya trase dapat menjadi lebih panjang tetapi keamanan

dan kekuatan jalan dapat dijamin. Perencanaan yang teliti juga berarti pemilihan

material badan jalan yang baik dan penyusunan pedoman pembangunan jalan yang

dapat menjamin mutu konstruksi.

Dana pembangunan jalan poros/jalan lingkungan dapat bersumber dari APBN, APBD

Provinsi dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan

konstruksi. Bila ruas jalan cukup panjang dan memerlukan biaya konstruksi yang mahal,

maka dapat dilakukan pembangunan secara bertahap. Pembangunan bertahap dapat

menggunakan dua macam pola, yaitu:

1. Bertahap dari segi kuantitas (panjang atau lebar badan jalan atau keduanya).

2. Bertahap dari segi kualitas, misalnya dimulai dari pembukaan badan jalan,

kemudian dilanjutkan dengan jalan tanah diperkeras (perbaikan tanah),

kemudian konstruksi telford dan akhirnya konstruksi lapen. Setiap tahap

dilakukan pada tahun yang berbeda dengan rentang waktu antar tahap

(4)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-4 Untuk memudahkan perawatan jalan, maka dapat dihidupkan kembali mandor jalan

yang betanggung jawab pada pengawasan dan pemeliharaan jalan poros /jalan

lingkungan. Mandor jalan ditunjuk dari penduduk desa/dusun yang dilewati jalan.

Selain bertugas mengawasi kondisi jalan, mandor jalan bersama pemimpin desa/dusun

baik pemimpin formal maupun non formal bertugas mendorong masyarakat untuk ikut

bertanggung jawab pada pemeliharaan jalan. Bila penggunaan jalan dapat diawasi

(misalnya tidak ada kelebihan beban, pencurian rambu keselamatan) maka umur jalan

akan maksimal (sesuai umur rencana). Selain itu bila ada kerusakan kecil (minor) dapat

langsung diperbaiki secara swadaya melalui gotong royong masyarakat desa sehingga

tidak menyebar menjadi kerusakan besar.

7.2. Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan

sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk

mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya

wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Undang-undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Peraturan

Pemerintah nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang

nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung serta pelaksanaan lebih detail di

bawahnya mengamanatkan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung merupakan

kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan hanya bangunan gedung negara

dan rumah negara yang merupakan kewenangan pusat.

Selain itu, Undang-undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan sebagai penjabaran rencana tata ruang wilayah (RTRW).

1. Strategi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Strategi dalam mendukung keberhasilan penataan bangunan dan lingkungan,

(5)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-5

a. Menyelenggarakan penataan bangunan gedung agar tertib, fungsional,

andal dan efisien;

b. Menyelenggarakan penataan lingkungan permukiman agar produktif dan

berjatidiri;

c. Menyelenggarakan penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar

dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi;

d. Menyelenggarakan penataan bangunan dan lingkungan untuk mewujudkan

arsitektur perkotaan dan pelestarian arsitektur bangunan gedung yang

dilindungi dan dilestarikan untuk menunjang kearifan budaya lokal;

e. Mengembangkan teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung

untuk menunjang pembangunan regional/ internasional yang

berkelanjutan.

2. Kebijakan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan, yaitu:

a. Meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung, termasuk

bangunan gedung dan rumah negara;

b. Meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk

memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan

Permukiman;

c. Meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan

permukiman;

d. Meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan

jatidiri dan produktivitas masyarakat;

e. Mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi

pertumbuhan kota;

f. Mengembangkan kemitraan antara pemrintah, swasta dan lembaga

nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan

Penataan Lingkungan Permukiman;

g. Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/

mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional;

h. Menjaga kelestarian nilai-nilai arsitektur Bangunan Gedung yang dilindungi

(6)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-6 i. Mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa

arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang

kompeten.

3. Program/Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Program/ kegiatan penataan bangunan gedung dan lingkungan yang dapat

dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan Pembinaan Teknis Bangunan dan Gedung

1) Kegiatan diseminasi peraturan perundang-undangan penataan

bangunan dan lingkungan;

2) Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

3) Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

4) Pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan

gedung;

5) Pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara;

6) Pembinaan teknis pembangunan gedung negara;

7) Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK);

8) Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan

Gedung;

9) Percontohan pendataan bangunan gedung;

10) Percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan;

11) Rehabilitasi bangunan gedung negara;

12) Dukungan prasarana dan sarana Pusat Informasi Pengembangan

Permukiman dan Bangunan (PIPPB).

b. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1) Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

2) Bantuan teknis pengelolaan Ruang terbuka Hijau (RTH);

3) Pembangunan prasarana dan sarana peningkatan lingkungan

permukiman kumuh dan nelayan;

4) Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan permukiman

tradisional;

c. Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di Perkotaan

(7)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-7 2) Bantuan penanggulangan kemiskinan terpadu (PAKET) dan Replikasi.

4. Kebijakan Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan di Kabupaten Melawi

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam penataan gedung dan lingkungan

didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Melawi, yaitu

untuk:

a. Mewujudkan pemanfaatan ruang daerah yang serasi dan optimal sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan serta sesuai

dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan daerah yang

berkelanjutan.

b. Mewujudkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan dalam

pengelolaan kawasan, untuk menjamin tetap berlangsungnya konservasi air

dan tanah, menjamin tersedianya air tanah dan permukaan serta

penanggulangan banjir.

c. Mengembangkan perekonomian wilayah yang produktif, efektif dan efisien

berdasarkan karakteristik wilayah, bagi terciptanya kesejahteraan

masyarakat yang berkeadilan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Strategi pemanfaatan ruang daerah merupakan pelaksanaan kebijakan penataan ruang

daerah yang meliputi:

a. Mendorong terselenggaranya pengembangan kawasan yang berdasar atas

keterpaduan antar perkotaan dan perdesaan sebagai satu kesatuan wilayah

perencanaan;

b. Mendorong terselenggaranya pembangunan kawasan yang dapat

menjamin tetap berlangsungnya konservasi air dan tanah, menjamin

tersedianya air tanah dan air permukaan serta penanggulangan banjir

dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan yang berkelanjutan

dalam pengelolaan kawasan.

c. Mendorong pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efektif

dan efisien berdasarkan karakteristik wilayah bagi terciptanya kesejahteraan

masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan.

Permasalahan yang dihadapi adalah belum ada rencana tata ruang wilayah perdesaan

(8)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-8 dilakukan pengaturan letak bangunan dan fasilitas umum yang dapat menciptakan

lingkungan sehat, aman dan nyaman. Rendahnya kepadatan dan tersedianya lahan

memberikan peluang untuk dapat menata permukiman menjadi lebih baik. Tata ruang

dapat dibuat sebelum permukiman tumbuh menjadi sangat padat dan mengkonsumsi

semua ruang terbuka yang ada.

Perlu disusun tata ruang wilayah perdesaan dan kota kecamatan yang disesuaikan

dengan karakteristik wilayah. Tata ruang juga harus sesuai dengan karakteristik wilayah.

Selain tata ruang juga diperlukan perangkat aturan untuk mengatur tata cara

membangun, apa saja yang harus disediakan oleh setiap orang yang membangun

rumah atau perumahan (fasilitas pembuangan dan pengolahan air kotor, fasilitas

pengolahan sampah, hidran, ruang terbuka), batas-batas bangunan (garis sempadan

bangunan, jarak antar angunan yang aman terhadap bahaya kebakaran).

Dana investasi pengembangan permukiman dapat bersumber dari APBN, APBD

Provinsi dan Kabupaten. Dana digunakan untuk menyusun rencana tata ruang,

peraturan daerah tentang tata ruang dan membuat model-model percontohan

permukiman yang layak huni, sehat, aman dan nyaman. Dana tersebut juga dapat

diinvestasikan untuk perbaikan permukiman yang sudah ada.

Masyarakat perlu mendapatkan informasi secara lengkap mngenai rencana tata ruang

dan manfaat mengikuti aturan tata ruang bagi kehidupan. Penyampaian informasi

dilakukan melalui kampanye rencana tata ruang dan peraturan tentang tata ruang.

Lembaga pemerintah yang mengawasi rencana tata ruang dan bagaiman aturan

mengenai tata ruang dijalankan perlu mendapatkan penguatan. Tujuannya agar aturan

tata ruang dapat dijalankan dan tidak menjadi korban berbagai kepentingan terutama

kepentingan ekonomi.

7.3. Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan

merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Pengembangan

(9)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-9 perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air

dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan

sarana air minum di perkotaan.

Penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Pengembangan Air

Minum harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum (RI-SPAM) sebagai acuan/pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan

pengembangan air minum pada suatu daerah. Pemerintah Kabupaten Melawi saat ini

telah menyelesaikan Studi Identifikasi Sumber Air Baku Potensial sehingga diharapkan

dapat menjadi acuan/pedoman dalam penyediaan air untuk berbagai keperluan

termasuk air minum baik di kawasan perkotaan dan perdesaan.

Beberapa desa di Kabupaten Melawi sudah memiliki sistem penyediaan air bersih

perdesaan. Pada beberapa lokasi sistem ini juga sudah dilengkapi dengan bangunan

pengolahan sederhana. Transmisi dan distribusinya dilakukan dengan saluran tertutup

(pipa) dan bangunan pengambilan umumnya berupa bangunan penangkap mata air

(broncaptering).

Beberapa dusun dan desa menyediakan sistem air bersihnya secara swadaya dengan

menggunakan material lokal seperti bambu untuk penyaluran air bersih. Kondisi

topografi yang bergelombang dan berkontur tajam menyediakan beda tinggi yang

cukup untuk menyalurkan air menggunakan gaya gravitasi.

Sasaran pengembangan air bersih adalah:

1. Perluasan pelayanan air bersih perdesaan melalui pemanfataan sumber-sumber

air baru dan perluasan jaringan transmisi/distribusi.

2. Penambahan kapasitas pelayanan sehingga selain dapat memenuhi kebutuhan

minimum per orang juga dapat menambah jumlah orang yang dapat dilayani.

Penambahan kapasitas pelayanan juga berarti perluasan kawasan yang dapat

dilayani dengan sistem penyediaan air bersih.

(10)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-10 4. Membangun sarana pengolahan air bersih di setiap wilayah kecamatan sehingga

air dari sumber dapat ditingkatkan kualitasnya sebelum didistribusikan ke

penduduk.

5. Menyediakan pelayanan air bersih yang andal baik dari segi kualitas, kuantitas

maupun kontinuitas.

Permasalahan yang dihadapi adalah ancaman kelestarian sumber-sumber air. Perubahan

penggunaan lahan (tata guna lahan) yang tidak terkendali akan mengancam kelestarian

sumber-sumber air seperti mata air pegunungan, sungai dan air tanah (dalam maupun

dangkal). Penataan kawasan dan pengaturan penggunaan lahan dalam bentu Peraturan

Daerah Tata Ruang Kabupaten mutlak diperlukan untuk melindungi dan menjamin

kelestarian sumber-sumber air.

Potensi ketersediaan air di Kabupaten Melawi cukup besar, hanya saja belum

dimanfaatkan sepenuhnya karena sebagian besar kawasan masih terisolir. Oleh karena

itu pembukaan jalan poros akn membantu percepatan penyediaan sarana air bersih.

Potensi cadangan air tawar yang besar pada daerah yang bergelombang dan memiliki

topografi tajam dapat dimanfaatkan untuk menyediakan air berih secara murah. Murah

karena air mengalir menggunakan gaya gravitasi tanpa memerlukan pompa. Artinya

pasokan energi dari luar dalam proses penyediaan air bersih dapat dikurangi, hanya

terbatas pada unit pengolahan dan pada titik-titik simpul distribusi pemukiman.

Rancangan sistem penyediaan air bersih harus dibuat dengan mengutamakan

penggunaan bahan lokal sehingga biaya transportasi bahan dapat ditekan (terkait

dengan keterisolasian daerah). Selain itu sistem pengoperasian dan perawatannya harus

sesederhana mungkin sehingga masyarakat dapat melakukannya sendiri. Karena sifat

pemukiman yang terpencar dengan kerapatan penduduk rendah, maka sistem

individual atau sistem cluster dapat dipertimbangkan sebagai pengganti sistem terpusat.

Sistem terpusat di daerah yang kepadatannya rendah dengan perumahan/pemukiman

terpencar memerlukan jaringan transmisi dan distribusi yang panjang. Akibatnya biaya

(11)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-11 Dana pembangunan sistem penyediaan air bersih dapat bersumber dari APBN, APBD

Provinsi dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan

konstruksi. Bila sistem penyediaan air bersih memerlukan bangunan air yang besar

(bendung, waduk) dengan pipa transmisi yang panjang, maka dapat dilakukan

pembangunan secara bertahap. Pembangunan bertahap dapat artinya bangunan air

terlebih dahulu kemudian pipa transmisi dan distribusi secara bertahap.

Dapat juga digunakan skema campuran antara dana pemerintah dan swadaya.

Bangunan air dan pipa transmisi dibangun dengan dana pemerintah. Sedangkan sistem

distribusi (sambungan rumah) dibangun swadaya oleh masyarakat.

Masyarakat desa dan masyarakat adat dapat dilibatkan dalam pelestarian

sumber-sumber air. Caranya dengan mengangkat aturan adat yang melindungi kelestarian

lingkungan. Selain itu masyarakat dapat dilatih dan difasilitasi untuk membentuk

lembaga berupa Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Pengelola Air Bersih Desa (PAB

Desa). BUM Desa ini menjalankan sistem penyediaan air bersih dengan mengambil

keuntungan dalam jumpah tertentu. Keuntungan ini digunakan untuk merewat dan

meluaskan sistem, termasuk untuk melatih serta menggaji petugas yang mengoperasikan

bangunan pengambilan dan pengolahan air bersih. Lembaga yang dibentuk juga

bertanggung jawab pada pengawasan kelestarian sumber air. Lebih jauh lagi lembaga

tersebut dapat menjadi wirausaha (enterpreneur) di bidang air bersih dengan

melakukan perluasan usaha penyediaan air bersih ke desa/dusun lain Bila skema ini

dapat berjalan maka upaya perluasan penyediaan

7.4. Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

7.4.1. Persampahan

Sampah padat umumnya belum diolah. Setiap rumah tangga di desa/dusun umumnya

membakar atau menimbun sampah padat yang mereka hasilkan. Di kota-kota

kecamatan sampah dikumpulkan kemudian diangkut ke tempat pembuangan akhir. Di

tempat pembuangan akhir ini sampah dan air lindi umumnya belum dikelola. Sampah

organik dibiarkan membusuk dan sampah non organik dibiarkan hancur karena sebab

(12)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-12 Tempat pembuangan sampah sementara belum dibuat dengan baik, misalnya hanya

berupa bak terbuka sehingga menyebarkan bau dan lalat.

Sasaran pengembangan prasarana sampah adalah:

1. Menyiapkan lahan untuk pengolahan persampahan dan membuat instalasi

pengolahan sampah terpadu.

2. Menciptakan peluang untuk berusaha dari pengolahan sampah yang

berwawasan lingkungan dengan menerapkan konsep usaha daur ulang sampah,

pemanfaatan kembali sampah, energy recovery (pemulihan energi) dari sampah

dan pengomposan berbahan baku sampah.

3. Mengurangi sampah semaksimal mungkin dimulai dari sumbernya.

4. Mengedepankan peran dan partisipasi aktif masyarakat sebagai mitra dalam

pengelolaan sampah.

5. Memperkuat kapasitas lembaga pengelola persampahan.

6. Mengembangkan kemitraan dengan swasta dalam pengelolaan sampah.

Permasalahan yang dihadapi adalah belum ada rencana induk pengelolaan sampah

padat terpadu yang mampu menyelesaikan persoalan sampah dari sumber sampai

pengolahan akhir. Saat ini belum tersedia Tempat Pembuangan Sampah Sementara

(TPS) dan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang layak secata teknik dan

sosial. Armada kendaraan pengangkut sampah dari TPS ke TPA masih terbatas. Karena

jumlah penduduk masih sedikit dan kepadatannya rendah, maka sampah padat belum

merupakan masalah yang besar. Budaya desa juga berdampak langsung pada pola

konsumsi dan sampah padat yang dihasilkan. Di pedesaan umumnya setiap orang atau

setiap rumah tangga menghasilkan lebih sedikit sampah padat. Komposisi sampah

didominasi oleh sampah organik.

Perlu dilakukan perencanaan prasarana sampah yang dapat menjawab permasalahan

sampah padat sejak dari sumber sampai ke tempat pembuangan akhir. Permasalahan

sampah adalah permasalahan yang memiliki banyak sisi dimana masalah budaya,

pendidikan dan ekonomi berperan penting selain masalah teknik. Oleh karena itu

perencanaan yang dimaksudkan adalah perencanaan yang mencakup masalah teknik

(13)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-13 dimaksud adalah rencana induk penanganan sampah perkotaan atau perdesaan. Selain

rencana induk juga dibuat rancangan teknik prasarana sampah yang disesuaikan dengan

karakteristik wilayah.

Dana pembangunan prasarana sampah dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi dan

Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan rencana

pengelolaan (termasuk pengadaan peralatan dan pelatihan kepada masyarakat).

Prasarana sampah dapat dibagi menjadi pembuatan TPS dan TPA, penyediaan

peralatan (mobil pengangkut sampah dan insenerator) serta pelatihan (pelatihan daur

ulang sampah).

Masyarakat dapat dilibatkan dalam pengelolaan sampah padat dengan cara mendidik

mereka untuk mengurangi sampah, menggunakan kembali bahan yang sudah terpakai

atau mendaur ulang. Masyarakat dapat diberdayakan melalui program pemberian nilai

ekonomi pada sampah. Jika volume sampah padat masih kecil dan kemampuan alam

untuk membersihkannya masih cukup (kasus pada daerah dengan jumlah penduduk

kecil dan kepadatan rendah) maka masyarakat diajak serta dengan cara memberikan

pelatihan pemusnahan/pengolahan sampah yang aman.

7.4.2. Drainase

Kota-kota Kecamatan serta desa/dusun di wilayah Kabupaten Melawi umumnya belum

memiliki sistem drainase yang tertata dengan baik. Drainase yang ada berupa drainase

lokal. Artinya drainase dibangun untuk menyelesaikan masalah genangan atau untuk

membuang air pada titik tertentu saja. Sistem belum dirancang untuk melayani seluruh

kawasan.

Pertumbuhan penduduk dan kepadatan penduduk di perkotaan yang cepat

menimbulkan tekanan terhadap ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan,

kawasan jasa perdagangan, industri yang selanjutnya menjadi kawasan terbangun.

Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan

sarana perkotaan yang baik dan menjangkau kepada masyarakat berpenghasilan

(14)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-14 Dalam penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang drainase ini

mengacu pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 239/KPTS/1987 tentang

Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase kota dan fungsi utama sebagai

pengendalian banjir. Selain itu harus memperhatikan keterpaduan pelaksanaannya

dengan prasarana dan sarana kota lainnya (persampahan, air limbah, perumahan dan

tata bangunan serta jalan kota), sehingga dapat meminimalkan biaya pelaksanaan,

biaya operasional dan pemeliharaan.

Penanganan drainase perlu memperhatikan fungsi drainase perkotaan sebagai prasarana

kota yang dilandaskan pada konsep drainase yang berwawasan lingkungan. Berlainan

dengan paradigma lama yang prinsipnya mengalirkan limpasan air hujan ke badan air

penerima secepatnya, tetapi prinsipnya agar air hujan yang jatuh ditahan dulu agar

lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan buatan/ alamiah,

seperti: kolam tandon, waduk, sumur resapan, penataan landscape dll.

Sasaran pengembangan air drainase adalah:

1. Memperbaiki kualitas lingkungan dengan meniadakan genangan yang berpotensi

menjadi tempat berbiaknya vektor penyakit atau dapat menjadi sumber

pencemar atau yang dapat menjadi tempat transmisi penyakit.

2. Mencegah terjadinya banjir di wilayah pemukiman penduduk.

3. Memperbaiki jaringan, memperluas jaringan dan merawat jaringan.

4. Meningkatkan mutu jarigan drainase menuju sistem drainase yang lebih sehat.

Misalnya dengan pemisahan antara saluran air hujan dan saluran air kotor,

penggunaan saluran tertutup untuk air kotor dan konstruksi saluran yang lebih

baik sehingga mengurangi kontaminasi air tanah oleh air kotor dari dalam

saluran.

5. Rancangan sistem drainase harus dibuat dengan mengutamakan penggunaan

bahan lokal sehingga biaya transportasi bahan dapat ditekan (terkait dengan

keterisolasian daerah). Selain itu sistem pengoperasian dan perawatannya harus

sesederhana mungkin sehingga masyarakat dapat melakukannya sendiri. Karena

sifat pemukiman yang terpencar dengan kerapatan penduduk rendah, maka

sistem cluster dengan beberapa titik pembuangan ke badan air dapat

(15)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-15 yang kepadatannya rendah dengan perumahan/pemukiman terpencar

memerlukan saluran drainase yang panjang. Akibatnya biaya pembangunan dan

pemeliharaan akan menjadi mahal.

6. Dana pembangunan sistem drainase dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi

dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan

konstruksi. Pembangunan sistem drianase dapat dilakukan secara bertahap

berdasarkan skala kebutuhan penangan genangan/banjir. Pembangunan

bertahap artinya dimulai dari daerah yang paling memerlukan untuk kemudian

diperluas hingga melayani seluruh kawasan kota/desa/dusun.

7. Masyarakat dapat dilibatkan dalam pemeliharaan sistem drainase melalui

pendidikan akan pentingnya lingkungan sehat bebas dari genangan. Selain itu

melalui penyadaran bahwa lahan yang bebas dari genangan akan semakin tinggi

nilai ekonominya, maka masyarakat akan secara sadar dengan swadaya mereka

berusaha merawat dan menjaga sistem drianase yang sudah dibangun.

7.4.3. Air Limbah

Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipal wasterwater) yang

terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci,

dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah

tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air limbah

permukiman ini perlu dikelola agar tidak menimbulkan dampak seperti mencemari air

permukaan dan air tanah, di samping sangat beresiko menimbulkan penyakit, seperti:

diare, thypus, kolera dan lainnya.

Sasaran program/ kegiatan pengelolaan air limbah permukiman mengacu pada Rencana

Program Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, yaitu:

- Pencapaian open defecation free hingga akhir tahun 2009 di semua Kabupaten/

Kota;

- Peningkatan utilitas IPLT dan IPAL yang telah dibangun;

- Pengembangan lebih lanjut pelayanan sistem pembuangan air limbah;

- Berkurangnya pencemaran sungai akibat pembuangan tinja hingga 50 % di akhir

(16)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-16 Upaya pencapaian sasaran RPJMN nasional untuk sub bidang air limbah tahun 2004 -

2009, kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan meliputi:

- Peningkatan akses pelayanan air limbah baik melalui sistem on-site maupun

off-site di perkotaan dan perdesaan;

- Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah

permukiman;

- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan

sistem pengelolaan air limbah permukiman;

- Penguatan kelembagaan;

- Pengembangan perangkat peraturan perundang-undangan.

Kebijakan Pemerintah Kabupaten Melawi dalam pengelolaan air limbah diharapkan

dapat menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat

ini, seperti: peningkatan prasarana dan sarana dasar permukiman sehingga menjadikan

perumahan yang layak huni.

Kota maupun desa yang ada di Kabupaten Melawi belum memiliki prasarana

pengolahan air limbah yang baik. Pengolahan air limbah baru dilakukan untuk air

buangan dari WC. Teknologi pengolahan yang digunakan umumnya adalah pemisahan

lumpur dalam air limbah menggunakan septic tank. Penggunaan septic tank juga

terbatas hanya pada rumah-rumah yang dibangun di perkotaaan saja. Septic tank yang

digunakan umumnya belum memenuhi ketetentuan teknik yang benar sehingga belum

mampu menghasilkan buangan (effluent) yang memenuhi baku mutu lingkungan. Selain

septic tank, rumah-rumah juga ada yang menggunakan sistem cubluk. Di perdesaan

umumnya tidak dilakukan pengolahan air limbah. Air limbah dari rumah-rumah di

perdesaan dibuang langsung ke tanah atau badan air.

Septic tank atau cubluk hanya digunakan untuk mengolah black water saja, sedangkan

grey water dari dapur, mandi dan cuci umumnya tidak diolah. Air buangan yang

tergolong grey water dibuang langsung ke tanah atau badan air tanpa pengolahan.

Tidak ada saluran pembuang dari rumah-rumah yang dilengkapi dengan bak

(17)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-17 Sasaran pengembangan prasarana air limbah adalah:

1. Menyediakan sistem pengolahan air limbah individual (on-site) di rumah

penduduk.

2. Mengembangkan sistem pengolahan limbah komunal (off-site) di pemukiman

penduduk terutama di perkotaan atau pemukiman padat dan kumuh.

3. Mengembangkan sistem pengolahan air limbah mandiri yang terdesentralisasi

untuk kawasan terpencil.

4. Mengembangkan teknologi pengolahan air limbah yang sesuai dengan kondisi

sosial ekonomi dan iklim setempat, serta sedapat mungkin mengoptimalkan

kondisi biofisik, sehingga dapat mendukung perkembangan pengolahan air

limbah berbasis masyarakat.

5. Mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang dapat memenuhi standar

baku mutu khususnya di pusat pertumbuhan dan perkotaan.

6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan air limbah.

Permasalahan yang dihadapi adalah belum tersedia sistem drainase yang melayani

seluruh kawasan sebabagi satu unit drainase. Lebih jauh lagi drainase belum terintegrasi

dengan sistem pengolahan air kotor. Drainase umumnya bercampur antara sistem

pembuang air hujan dengan sistem pembuang air kotor. Akibatnya air luapan dari

drainase sangat kotor, berpotensi mencemari lingkungan dan dapat menjadi vektor

penyakit.

Karena faktor topografi wilayah (bergelombang sampai berbukit), maka sistem drainase

kawasan dapat menggunakan sistem gravitasi. Sistem ini relatif murah dan mudah

dalam pengoperasiannya.

Perlu disiapkan rancangan teknik septic tank yang mampu mengolah air limbah hingga

menghasilkan buangan sesuai baku mutu. Cubluk perlu ditingkatkan hingga menjadi

septic tank. Septic tank dilengkapi dengan sumur atau bidang resapan. Untuk grey

water digunakan sistem pengolahan sederhana berupa susunan saringan, bak

pengendap atau penangkap lemak dan sumur atau bidang resapan. Karena pemukiman

di wilayah Kabupaten Melawi sebagian besar terpencar dengan kepadatan rendah

(18)

(kabupaten melawi) pt. trias erisko konsultan VII-18 kelompok rumah yang berdekatan memiliki sistem pengolahan air limbah

masing-masing. Sistem pengolahan limbah terpusat pada daerah dengan kepadatan rendah dan

pemukiman terpencar memerlukan biaya investasi yang besar untuk saluran, pipa dan

pompa. Disamping itu bila sistem pengolahan air limbah memiliki jaringan pipa yang

terlalu panjang akan menyebabkan biaya perawatan dan resiko kegagalan bertambah

besar. Sistem pengolahan dapat menggunakan sistem biologi yang relatif lebih murah

dan sesuai dengan kondisi biofisik kawasan.

Dana pembangunan prasarana air limbah dapat bersumber dari APBN, APBD Provinsi

dan Kabupaten. Dana dapat dibagi untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi.

Pembangunan prasarana air limbah dapat dilakukan untuk sistem individual (setiap

rumah) baru kemudian menjadi sistem komunal dengan pusat pengolahan air limbah

kawasan.

Masyarakat dapat dilibatkan dalam pembangunan prasarana air limbah khususnya pada

sistem individual. Peran serta masyarakat dimulai dengan memberikan pendidikan akan

pentingnya lingkungan sehat bebas dari gangguan akibat air limbah yang tidak diolah.

Juga perlu diberikan penjelasan mengenai berbagai resiko kesehatan akibat

pembuangan air limbah tanpa pengolahan. Untuk sistem individual, setelah dibangun

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya Nama: Destriati NIM: H0713047 Program Studi: Agroteknologi menyatakan bahwa dalam skripsi saya yang berjudul “ APLIKASI SUMBER EKSTRAK DAN LAMA

Struktur PDRB Aceh dengan migas menunjukkan bahwa dua sektor yang merupakan. leading sector bagi perekonomian Aceh selama triwulan III-2012 ialah sektor

• EIS adalah sistem berbasis komputer untuk mendukung manajer puncak dalam mengakses informasi (dalam dan luar) secara mudah dan relevan dengan CSF (Critical Success Factor)

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pada kesempatan yang berbahagia ini, saya juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat Kabupaten Sambas

Bupati/Walikota sudah membentuk lembaga yang menangani rehabilitasi hutan dan lahan (misalnya Dinas yang mengurusi kehutanan atau Kelompok Kerja RHL), maka lembaga ini

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tulisan ini akan mengkaji mengenai pendapatan keluarga, lokasi sekolah, budaya, dan harapan memperoleh pekerjaan sebagai

1) Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan lancar meskipun terdapat beberapa kekurangan pada siklus I yakni langkah

Oleh karena itu, menarik untuk mengamati secara empiris bagaimana tanggung jawab sosial (yang sering disebut kinerja sosial) yang telah dilakukan di dalam