• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENERAPAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH AL-IRSYAD GAJAH DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODEL PENERAPAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH AL-IRSYAD GAJAH DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PENERAPAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH

AL-IRSYAD GAJAH DEMAK TAHUN AJARAN 2008/2009

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S-1)

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

NUURIYA SHOFA

NIM: 043111107

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

ABSTRAK

Judul : Model Penerapan HiddenCurriculum pada Pembelajaran Akidah

Akhlak Di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2008/2009.

Penulis : Nuuriya Shofa NIM : 3104107

Permasalahan skripsi ini adalah: 1) Bagaimanakah Model penerapan

HiddenCurriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak.

Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Data di ambil menggunakan metode observasi, dokumentasi, dan interview, setelah data terkumpul kemudian di analisa dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian di harapkan mampu mengungkap bagaimana Model Pengembangan Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak, dan bagaimana pelaksanaan HiddenCurriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak Tahun Ajaran 2008/2009.

Adapun metode pengumpulan data yang di gunakan adalah : 1) Observasi, mengamati secara langsung kegiatan pengembangan pelaksanaan Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak. 2) Interview, wawancara langsung dengan guru akidah akhlak dan pihak yang berkaitan dengan madrasah ( Kepala sekolah dan bagian kurikulum) Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak. 3) Dokumentasi, untuk mengetahui data tentang kelembagaan dan administrasi di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak.

Analisa data yang di gunakan ada beberapa langkah, yaitu : 1) Menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, 2) Mengadakan redaksi data yang di lakukan dengan jalan abstraksi, 3) Menyusun data dalam mengorganisasikan pokok-pokok pikiran tersebut dengan cakupan fokus penelitian dan mengujikannya secara deskriptif, 4) Mengadakan pemeriksaan keabsahan hasil penelitian dengan menghubungkan teori, 5) Mengambil kesimpulan.

Pengembangan Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah Al-Irsyad Gajah Demak di katakana belum secara nyata di kembangkan tetapi secara tidak sadar pendidikan akidah akhlak sudah menerapkannya dalam kurikulum yang sudah berlaku sekarang. Dalam pengembangannya menggunakan metode keteladanan dan pembiasaan dengan model pelaksanaannya berintegrasi dalam bidang studi yang lain dan di butuhkan peran para komponen pendidik. Di antaranya pendidik memberikan contoh yang baik dalam setiap perilakunya sehingga pembelajaran akidah akhlak lebih menekankan contoh konkret dari pada uraian. Dan pendidik akan mempengaruhi watak secara positif sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dan terhayati dalam kehidupan peserta didik. Evaluasi yang di lakukan dengan cara melihat penilaian sehari-hari apakah sudah sesuai dengan akhlak yang di ajarkan agama islam dan akidah dilihat dari pengalaman sehari-hari.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, karena atas karunia dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kehadirat Rasulullah SAW, keluarga, sahabat, serta orang-orang yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Dengan penuh kesadaran, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Perjalanan yang melelahkan dalam penyelesaian skripsi ini, akan lebih berarti dengan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses ini. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Suja’i, M. Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. 2. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, dosen-dosen

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, atas segala didikan, bantuan, dan kerjasamanya.

3. Dosen Wali dan Pembimbing Bapak Drs. H. Djoko Widagdho, M. Pd. yang meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan, serta membagi ilmunya kepada penulis.

4. Drs. Darmuin, M. Ag. sebagai dosen pembimbing skripsi penulis, dengan kesabarannya dan keluasan wawasan keilmuannya banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan sayangi. Ayahanda H. Abdullah, yang banyak memberikan rasa optimisme yang tinggi. Ibunda Hj. Mastianah, sosok yang menawarkan kesabaran dalam hidup, bijak dalam bertindak, dan selalu memahami penulis dalam keadaan apapun sejak kecil sampai saat ini. Sehingga membuatku tetap tegar dalam menyongsong masa depan serta adik-adikku.

(8)

viii

6. Kepala MA Al-Irsyad Gajah Demak, yang telah berkenan memberikan waktu dan bantuannya untuk memberikan informasi dalam penelitian ini kepada penulis.

7. Kepada Waka Kurikulum dan Guru Akidah Akhlak di MA Al-Irsyad Gajah Demak yang sudah meluangkan waktunya untuk penelitian ini.

8. Kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu karena keterbatasan ruang. Terima kasih telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Kepada semuanya, penulis mengucapkan terima kasih disertai do’a semoga segala kebaikannya diterima sebagai amal sholeh dan mendapatkan balasan berlipat dari-Nya. Serta proses yang selama ini penulis alami semoga bermanfaat di kemudian hari, sebagai bekal mengarungi kehidupan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu penyempurnaan baik dari segi substansial (isi) maupun metodologi. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak guna kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, 3 Januari 2010 Penulis

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN LAMPIRAN ... ix

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Penegasan Istilah ... 5

C. Rumusan masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7

E. Kajian Pustaka ... 7

F. Metode Penelitian ... 9

BAB II : MODEL PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK A. Model Pengembangan Hidden Curriculum ... 11

1. Pengertian Hidden Curriculum ... 11

2. Kriteria Kurikulum ... 16

3. Prinsip-prinsip Dasar Kurikulum ... 14

4. Asas-asas Kurikulum ... 15

B. Pembelajaran Akidah Akhlak ... 17

1. Pengertian Akidah Akhlak ... 17

2. Fungsi Mempelajari Akidah Akhlak ... 20

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak ... 21

(10)

x

5. Evaluasi Kurikulum Akidah Akhlak ... 23 C. Model Pengembangan Hidden Curriculum pada Pembelajaran

Akidah Akhlak ... 23

BAB III: GAMBARAN UMUM PENGEMBANGAN HIDDEN

CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH AL IRSYAD GAJAH DEMAK

A. Profil MA Al Irsyad Gajah Demak ... 28 B. Pengembangan Hidden Curriculum pada Pembelajaran Akidah

Akhlak di Madrasah Aliyah al Irsyad Gajah Demak ... 35 C. Pengembangan Evaluasi Hidden Curriculum pada Pembelajaran

Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah al Irsyad Gajah Demak ... 46

BAB IV : ANALISIS MODEL PENGEMBANGAN HIDDEN

CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

DI MADRASAH ALIYAH AL IRSYAD GAJAH DEMAK... 50

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58 C. Penutup ... 59 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : 3.1 Data Guru dan Karyawan MA Al-Irsyad Gajah Demak... 32 Tabel 2 : 3.2 Data Kesiswaan MA Al-Irsayad Gajah Deman ... 33 Tabel 3 : 3.3 Data Sarana dan Prasarana MA Al-IRsyad Gajah Demak ... 34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al-Irsyat Gajah Demak Lampiran 2 : Data Guru dan Karyawan MA Al-Ursyad Gajah Demak Tahun

(12)

1

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata “sekolah”, asosiasi orang langsung terarah pada istilah-istilah seperti ijazah, lulus, tidak lulus, naik, tidak naik, rapor, mata pelajaran dan lain-lain. Hal tersebut secara sadar mempengaruhi cara pandang yang sangat terbatas sebagian masyarakat tentang sekolah. Mereka memandang sekolah dengan pandangan yang sempit sehingga sekolah dipandangnya hanya sebagai tempat untuk mempelajari beberapa mata pelajaran yang tertera dalam buku rapor dan bila dilakukan sesuai dengan aturan yang ada serta siswa mampu memperoleh nilai sesuai dengan harapan maka siswa akan naik kelas dan akhirnya akan lulus dan memperoleh ijazah serta mendapat predikat lulus baik itu SMP, SMA atau sebagainya.

Namun bila dipandang secara luas apa yang disajikan di sekolah adalah lebih jauh dan itu. Dalam undang-undang RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diamanatkan bahwa pendidikan nasional “bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa, berakhlak mula, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1 Sebagai upaya untuk mencapai tujuan di atas, selanjutnya disediakanlah berbagai jenis lembaga pendidikan yang diantaranya dalam bentuk sekolah. Mengacu tujuan tersebut satuan-satuan pendidikan dan berbagai jenjang mulai dan TK sampai dengan SMA menyebutkan tujuan-tujuan institusional nya yang masing-masing mengutamakan pengembangan sikap, karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, (Yogyakarta, Media Wacana Press, 2003), hlm. 12

(13)

2

kerja atau pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain, dalam menentukan arah ke mana siswa akan diarahkan dan harus ada pertimbangan yang proporsional antara pengembangan spiritual dan intelegensi.

Merebak isu-isu moral di kalangan remaja seperti penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar, pornografi dan sebagainya, sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak dapat lagi dianggap sebagai suatu persoalan sederhana, karena tindakan-tindakan tersebut sudah menjurus kepada tindakan kriminal. Kondisi tersebut sangat memperhatikan masyarakat khususnya para orang tua dan guru, sebab pelaku-pelaku beserta korbannya kaum remaja, terutama pelajar.2 Pendidikan umumnya, termasuk pendidikan di sekolah, perlu memberi perhatian pada pengembangan perilaku yang baik dalam diri subjek didik. Pendidikan moral merupakan bagian integral dan pendidikan, lebih-lebih pendidikan keluarga dan pendidikan di sekolah, diharapkan tidak hanya mengembangkan kecerdasan otak dan keterampilan subjek didik, tetapi tidak menumbuhkan kecerdasan moral dan menjadi anak yang berakhlak mulia. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh nilai-nilai moral yang dihayati sebagai pemandu penentu sikap, perilakunya baik dalam hubungan dengan diri sendiri, orang lain, alam sekitar atau hubungan dengan sang pencipta (Tuhan).3

Solusi awal perbaikan moral siswa yaitu pendidikan agama di sekolah. Pendidikan agama pada dasarnya sarat dengan nilai-nilai etika atau moral agama, namun demikian masih memerlukan integrasinya pendidikan budi pekerti. Hal tersebut dimaksudkan bahwa pendidikan agama masih belum berhasil untuk membangun sikap dan etika keberagamaan siswa. Pada dasarnya pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk siswa agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Pendidikan agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia

2

C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta, Rineka Cipta, 2004), hlm.1 3

Tony D. Widiastono (eds), Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas,

(14)

3

dengan visi mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif baik personal maupun sosial4 sebagaimana firman Allah SWT surat An-Nahi ayat 125.

















































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk.” (An Nahl: 125).5

Pendidikan agama Islam merencanakan program bagaimana masalah-masalah di atas, walaupun tergantung pada perkembangan kurikulum. Karena dalam suatu komponen pendidikan tidak bersifat parsial (terpisah) atau berjalan sendiri-sendiri melainkan harus berjalan secara teratur, saling bergantung, komplementer, dan kontinyu. Untuk itu diperlukan kurikulum yang baik, sehingga pendidikan dapat berjalan sesuai arah tujuan pendidikan dan sasaran yang diinginkan. Perubahan kurikulum yang dilakukan dapat tercapai dengan hasil maksimal, sayang pada kenyataan setiap pergantian kurikulum masih menyisakan problem yang belum terpecahkan dan belum mencapai hasil yang diharapkan. Setelah diterapkan kurikulum yang baru para pelaksana lingkungan tidak sepenuhnya menerapkan. Hal tersebut disebabkan kurangnya perencanaan yang matang. Seharusnya perangkat yang mendukung keberhasilan penerapan kurikulum harus disiapkan sebelum pelaksanaan kurikulum, misalnya buku pendukung, media, sosialisasi dan pelatihan terhadap para pelaksana di lapangan. Sehingga kurikulum yang baru tidak menambah problem pendidikan yang baru.

4

Tim Redaksi Ma’arif Press, Himpunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(Semarang: PW LP Ma’arif NU Jawa Tengah, 2006), hlm. 30 5

Departemen Agama RI, Al Qur‘an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 41

(15)

4

Pada hakikatnya setiap kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota masyarakat yang produktif. Setiap kurikulum bagaimana polanya, selalu mempunyai komponen-komponen tertentu, yakni pernyataan tentang tujuan sasaran, seleksi, organisasi bahan isi pelajaran, bentuk kegiatan belajar mengajar yang terakhir evaluasi hasil belajar. Perbedaan kurikulum terletak pada penekanan unsur-unsur tertentu.6 setiap kali orang berbicara mengenai pembaharuan pendidikan perhatian pertama tertuju pada perubahan kurikulum itu sendiri. Selanjutnya kalau ada upaya pembatasan untuk menyelidiki kekurangan, yang dilakukan hanya sebatas pada usaha memperbaiki atau menyempurnakan Buku Kurikulum tersebut, tersusunlah buku baru yang dianggap lebih baik dan sempurna.

Situasi di atas menunjukkan bahwa para pelaku pendidikan Indonesia hanya memperhatikan pada kurikulum yang tertulis Stated Curriculum atau Manifested Curriculum, tetapi aspek lain yang penting justru terabaikan.7 Satu hal yang penting bahwa dalam suatu proses pendidikan terdapat hal-hal yang tidak terdapat pada kurikulum tertulis, proses tersebut dimaksudkan agar siswa lebih terarah sikap dan perilakunya. Kurikulum tersebut biasa dinamakan

hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) atau disebut Unstudied

Curriculum.8 seperti telah dijelaskan di atas keadaan siswa yang mempunyai perilaku tidak sesuai dengan harapan masyarakat, diharapkan dengan adanya

hidden curriculum yang diterapkan pada pembelajaran akidah akhlak,

diharapkan dapat membantu hasil pembelajaran siswa, sehingga mempunyai perilaku yang baik.

Adanya hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak guru dapat mengembangkannya sesuai dengan keadaan siswa yang kemungkinan dapat menuju ke arah positif, seperti dengan interaksi secara langsung di luar proses pembelajaran dan mungkin didukung oleh selain guru akidah akhlak,

6

Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 7 7

Team Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik

Kurikulum PBM, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 1993), hlm. 105 8

(16)

5

yaitu setiap guru diharapkan memasukkan materi akhlak kepada siswa, sehingga masalah-masalah kenakalan dan sebagainya dapat dikurangi bahkan dihilangkan.

Deskripsi yang penulis paparkan di atas, mengkaji tema MODEL

PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN

AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH AL-IRSYAD GAJAH DEMAK.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari salah pengertian skripsi ini, penting penulis menegaskan istilah-istilah yang digunakan dalam skripsi ini, antara lain: 1. Model diartikan “Pola (contoh, acuan ragam) dan sesuatu yang akan di

buat atau dihasilkan”. Adapun yang dimaksud dengan model disini adalah pelaksanaan hiddencurriculum dalam pembelajaran akidah.9

2. Pengembangan diartikan “Proses, cara, perbuatan mengembangkan”. Pengembangan yang dimaksud adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencari perubahan dalam kurikulum akidah akhlak agar menjadi lebih baik dengan cara memunculkan hiddencurriculum.10

3. Hidden curriculum merupakan segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya proses pendidikan dan pembelajaran yang mungkin dapat meningkatkan atau mendorong serta bisa juga melemahkan usaha pencapaian pendidikan.11 Hidden curriculum merupakan segala macam aspek pengalaman yang diperoleh siswa di sekolah yang sangat berpengaruh terhadap karakter siswa, khususnya dalam pengembangan pembelajaran akidah akhlak agar mengena pada siswa.

9

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 751.

10

Ibid., hlm. 538 11

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 25

(17)

6 4. Pembelajaran akidah akhlak

Pembelajaran dalam pendidikan berasal dan kata instruction yang berarti pengajaran.12 Menurut Gagne dan Briggs yang dikutip oleh Nana Sudjana memberi pengertian pembelajaran adalah “instruction is a set of events which effect learners in such a way that warning facilitated”,13 sedangkan menurut E. Mulyasa bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi para peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang baik. Interaksi tersebut banyak diketahui oleh faktor internal yang dipengaruhi oleh diri sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dan lingkungan pembelajaran, tugas seseorang guru yang utama pembelajaran ialah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku peserta didik.14

Pembelajaran akidah akhlak merupakan usaha sadar untuk membimbing menuntun kondisi jiwa khususnya agar dapat menumbuhkan akhlak kebiasaan yang baik sesuai dengan aturan akal manusia syariat agama Islam. Akhlak sendiri merupakan kebiasaan dan sikap yang ada dalam jiwa, yang muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dalam pembentukannya tergantung pada faktor-faktor keturunan lingkungan.15

Jadi dalam hal ini penekanan pada hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah Demak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah pokok yang dikaji skripsi ini, yaitu: 1. Apakah model penerapan hidden curriculum dapat meningkatkan

pembelajaran akidah akhlak di MA Al Irsyad Gajah Demak?

12

John M. Echols dan Hasan Sadili, Kamus Inggris Indonesia, (dan Engglis Indonesia

Dictionari), (Jakarta: Gramedia, 1992) hlm. 325 13

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2000) cet 5, hlm. 13 14

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), cet 3, hlm. 100

15

(18)

7

D. Tujuan dan manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang akan penulis capai, untuk mengetahui pengembangan hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah Demak

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara metodologi hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bernilai bagi pengembangan ilmu pengetahuan; dan

2. Secara pragmatis penelitian ini berguna untuk memberikan kontribusi yang bernilai strategis bagi para praktisi pendidikan baik pada pihak orang tua, masyarakat, maupun pihak sekolah menjalin kerjasama untuk membantu sekolah merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas sekolah.

E. Kajian Pustaka

Tahapan ini penulis berusaha menyeleksi data-data yang ada relevansinya dengan permasalahan di atas, diantaranya sebagai berikut:

Selama ini buku-buku yang berkaitan dengan kurikulum banyak ditemukan, di antaranya: M. Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka setia, 1998). A. Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto,

Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993).16

Buku-buku di atas tersebut secara garis besar membahas landasan teoritis dan kurikulum bagaimana upaya pengembangannya. Buku-buku yang beredar di Indonesia yang membahas hidden curriculum sebagai tema pokok yang dikaji secara lengkap dan rinci penulis belum menemukan.

Penelitian skripsi tentang hidden curriculum penulis temukan yaitu tentang pelaksanaan hidden curriculum pada sistem pendidikan di SMU Muayyad Surakarta, membahas tentang aspek-aspek hidden curriculum apa saja yang ada dalam sistem pendidikan Islam tentu saja di dalamnya terkait

16

(19)

8

dengan aktor dan perangkat lunak dan perangkat keras dan unsur pendidikan ada pada pesantren tersebut.17

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipilih yaitu kualitatif.18 Ciri khas penelitian ini menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung, yang bersifat deskriptif analitik, menekankan pada proses bukan hasil, bersifat induktif serta mengutamakan makna. Jadi sasaran kajiannya berupa pola-pola yang berlaku berdasarkan atas perwujudan dan gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia. Pendekatan kualitatif ini dapat dipandang sebagai prosedur penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis/lisan dan orang-orang dan perilaku dapat diamati.19 Sementara itu gejala-gejala tersebut sebagai satuan yang masing-masing tidak berdiri sendiri, melainkan satu sama lainnya saling berkaitan, merupakan satu kesatuan bulat, menyeluruh, hal ini teori dasar dipakai oleh pendekatan fenomenologi berupa memahami gejala aspek subjektif dan perilaku orang.20

Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan apa adanya di lapangan, hal tersebut merupakan gambaran yang dikembangkan didasarkan atas kenyataan-kenyataan empirik sebagaimana dipahami dan rumusan.

2. Objek Penelitian

Objek yang menjadi penelitian ini adalah model pengembangan

hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak di Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah Demak.

17

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996).

18

Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar

Baru offset, 1989), hlm. 197-199. 19

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif’ (Bandung: Remaja Rosda Karya,

1991), hlm. 9. 20

(20)

9 3. Metode Pengumpulan Data

Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a) Observasi

Observasi yaitu suatu penyelidikan dijalankan secara sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terhadap kejadian-kejadian langsung ditangkap pada waktu kejadian itu terjadi.21 Dan mengamati pembelajaran akidah akhlaq di sekolah. Observasi sebagai metode ilmiah dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena fenomena/kejadian-kejadian di selidiki.

b) Wawancara

Interview merupakan metode pengumpulan data menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan subjek atau responden.22 Dan wawancara langsung dengan guru akidah akhlaq dan pihak yang berkaitan (kepala sekolah) dan bagian kurikulum. Dalam pelaksanaan interview pewawancara membawa pedoman hanya garis besarnya saja, tentang hal-hal akan ditanyakan. Metode ini dilakukan dengan komunikasi langsung untuk memperoleh informasi data yang berkaitan dengan hidden curriculum yang di fokuskan pada pembelajaran PAT di MA Al Irsyad Gajah Demak.

c) Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, dan lainnya.23 Metode ini untuk mengumpulkan data dibutuhkan misalnya data tentang sejarah berdirinya, keadaan siswa, guru serta

21

Yatim Rianto, Metodologi Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar, (Surabaya:

SIC, 1996), hlm. 67 22

Bimo Waigito, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Yogyakarta: Andi offset, 1995), hlm. 49

23

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), hlm. 234

(21)

10

karyawan, struktur organisasi, dan tentang pembelajaran PAT serta sumber data terkait dengan hiddencurriculum.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data, mula-mula peneliti sajikan adalah temuan deskriptif, interpretasi, pembahasan dan terakhir adalah simpulan.24 Itu, analisis data menempuh tiga langkah utama, yaitu reduksi data, display atau sajian data, dan verifikasi/penyimpulan data. Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksi dan mengubah data kasar kedalam catatan lapangan. Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan tindakan yang diusulkan. Adapun verifikasi data adalah penjelasan tentang makna data dalam suatu konfigurasi jelas menunjukkan alur kausalnya sehingga dapat diajukan proposisi-proposisi terkait dengannya.25 Berdasarkan tujuan pendidikan yang dicapai, makna teknik analisis data dalam penelitian ini deskriptif analitik yaitu mendeskripsikan model pengembangan hidden curriculum

pada pembelajaran akidah akhlak di MA Al Irsyad Gajah Demak.

Menjamin kepercayaan data yang diperoleh melalui penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas dengan triangulasi sumber yaitu suatu pengecekan data dengan cara memperbandingkan dan mengecek data yang diperoleh melalui informasi lain. Secara teknik kegiatan triangulasi dilaksanakan dengan dua cara, pertama: mengadakan cek silang dengan informan lain seperti waka kurikulum, kepala sekolah, guru PAI, pihak-pihak yang berkompeten. Kedua: melakukan pengetahuan data, yaitu untuk mengetahui secara pasti data kongkret melalui kegiatan observasi.

Selain cara triangulasi, untuk menjaga keabsahan data adalah dilakukan pengamatan dan pencarian data dengan ketekunan dan ketelitian, yaitu dengan jalan mencermati kejanggalan-kejanggalan dan keterangan yang saling bertentangan antar informan.

24

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), hlm.54 25

(22)

11

BAB II

MODEL PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK

A. Model Pengembangan Hidden Curriculum

1. Pengertian HiddenCurriculum

Sebelum berbicara tentang pengembangan hiddencurriculum lebih luas, maka perlu terlebih dahulu dijelaskan tentang konsep dasar dan hakikat kurikulum itu sendiri. David Pratt dalam Curriculum Design and Development mendefinisikan: “curriculum is an organized set of formal education and or training intention.“26 Kurikulum adalah suatu bentuk satuan yang diorganisir dalam pendidikan formal atau pelatihan. Sedangkan menurut Peter F. Olivia dalam Developing the Curriculum

bahwa: “equated curriculum with the educational program, and olivine it into four basic element: (1) the program of studies, (2) the program of experience, (3) the program of services, and (4) the hidden curriculum.27 Kurikulum dalam program pendidikan terbagi menjadi empat unsur: (1) program studi (2) program pengalaman (3) program layanan dan (4) kurikulum tersembunyi. Sedangkan Abdul Alim Ibrahim dalam Al Mumakhah al Lati Al Mudaris al Lighoh al Arabiyah mengatakan:

ﻉﺍﻮﻧﺍ ﻰﻠﻋ ﻞﻤﺘﺴﻳ ﻰﺳﺭﺪﳌﺍ ﻥﺍﲑﳌﺍ ﰱ ﻮﻫ ﻞﻤﻌﻟﺍ ﺔﻄﺧ ﻮﻫ ﺝﺎﻬﻨﳌﺍ ﲎﻌﻣﻭ

ﻼﺘﻟﺍ ﱃﺍ ﺔﺳﺭﺪﳌﺍ ﺎﻬﻠﺻﻮﺗ ﱴﻟﺍ ﺕﺍﱪﳋﺍ

ﺪﻴﻣ

28

Kurikulum adalah rencana kerja di dalam lingkup madrasah yang memuat berbagai macam materi pembelajaran yang disampaikan madrasah peserta.”

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

26

David Pratt, Design and Development Curriculum, (New York: Harcourt Brace

Javanovich Publishers,1980), hlm.4 27

Peter F Olivia, Developing and Development Curriculum, (New York: Harcourt Brace Javanovich Publishers, 1980), hlm.4

28

Abdul ‘Aiim Ibrahim dalam Al-Mumakhat Al Lati Al Mudaris Al Lughor Al Arobiyah, (Dahar: Ma’arif, U), hlm.32

(23)

12

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.29 Kurikulum merupakan “suatu alat yang amat penting dalam rangka merealisasikan dan mencapai tujuan pendidikan sekolah.30

Berdasarkan pada definisi-definisi para ahli tersebut, menunjukkan bahwa kurikulum diartikan tidak secara sempit atau terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi luas daripada itu. Sehingga dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan aktifitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan pembelajaran, pengaturan strategi dalam pembelajaran. cara evaluasi program pengembangan pembelajaran dan lain-lain. Dalam dunia pendidikan sekarang ini, tujuan pendidikan tidak dapat di tinggalkan karena tanpa tujuan yang jelas pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik. Pengalaman pendidikan sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus dikelola dengan baik. Tempat pendidikan disediakan dengan melihat kondisi lapangan, jangan sampai karena salah memilih tempat pelaksanaan pembelajaran jadi terganggu. Waktu pembelajaran juga harus di atur, karena mata pelajaran yang sulit membutuhkan pemikiran dan menguras tenaga hendaklah diberi prioritas, misalnya waktunya harus jam pertama, karena kondisi siswa masih segar. Disamping itu, mata pelajaran harus disesuaikan dengan kondisi anak didik dengan metode yang sesuai. Dan untuk mengetahui bahwa tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum, maka perlu adanya evaluasi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik berupa peningkatan aktifitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, maupun peningkatan belajar.

Istilah hidden curriculum menunjukkan kepada segala sesuatu yang dapat berpengaruh di dalam berlangsungnya proses pembelajaran

29

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) cet 2, hlm.28

30

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, (Yogyakarta: Media Wacaria Press, 2003), hlm.1 I

(24)

13

yang mungkin bisa mendorong, meningkatkan atau bahkan melemahkan usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dengan kata lain hidden curriculum

menunjukkan pada praktek dan hasil persekolahan yang tidak diuraikan dalam kurikulum terprogram atau petunjuk kurikulum kebijaksanaan sekolah.31 Hidden curriculum disebut juga kurikulum tersembunyi. yang merupakan kegiatan atau pengalaman yang terjadi karena adanya proses interaksi siswa dengan lingkungan selama proses pembelajaran.32 Hasil yang dapat di serap oleh peserta didik tentu saja tidak hanya berasal dan materi pelajaran saja, yang direncanakan secara nyata dalam rencana pelajaran dan sumber belajar, tetapi adanya keadaan peserta didik yang heterogen, fasilitas yang tersedia. sistem dan strategi mengajarnya, hubungan guru dan peserta didik, dan lainnya yang terjadi di lingkungan sekolah. Penyerapan ini seringkali tidak disadari oleh para pelaksana pendidikan di sekolah maupun oleh perencana pendidikan, arahnya tidak dapat diramalkan dengan pasti tergantung pada peserta didik secara individu, juga pada pemahaman guru tentang materi pelajaran yang kadang-kadang sering di rubah sehingga hal ini bisa jadi ke arah positif tetapi juga tidak menutup kemungkinan ke arah negatif.

2. Kriteria Kurikulum

Ada beberapa kriteria kurikulum.33 a. Perumusan dan Penilaian Tujuan

Tujuan kurikulum dibuat untuk mendefinisikan penilaian terhadap tujuan suatu program, tujuan bukan saja merupakan standar dalam rangka pengembangan kurikulum secara menyeluruh. Juga menjadi sari pemilihan komponen-komponen kurikulum untuk menentukan prioritas pada suatu institusi.

31

Subandijah, Pengembangan dan Inovasi, (Jakarta: Raja Grafmdo Persada, 1996),

hlm.25 32

Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996) hlm.17 33

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:

(25)

14

b. Pemilihan dan Pembimbingan (Advising) Siswa

Pengajaran adalah sesuatu yang kompleks. suatu profesi yang menuntut/meminta banyak waktu dan tenaga dalam rangka persiapan dan mempersiapkan para komponen sekolah. Kerumitan pengajaran pada gilirannya membutuhkan design kurikulum yang tepat.

c. Pemilihan Isi Kurikulum

Efektifitas suatu program pendidikan ditentukan oleh banyak unsur. Dua unsur yang penting adalah (1) pemilihan isi dan (2) pemilihan dan penggunaan prosedur instruksional dan alat bantu. Hubungan antara isi dan metode lebih bermakna dalam rangka mempersiapkan guru.

d. Pemilihan dan Penggunaan alat-Alat Instruksional

Unsur-unsur alat instruksional, yakni teknik, metode, media, proses, bahan, dan organisasi yang digunakan oleh guru dalam merangsang kegiatan belajar.

e. Pengorganisasian Kurikulum

Pengorganisasian kurikulum diharapkan dapat mempersiapkan siswa menjadi lebih baik dan menjadi pribadi yang matang.

3. Prinsip-.prinsip Dasar Kurikulum

Kurikulum yang dilaksanakan berlandaskan pada prinsip-prinsip berorientasi pada tujuan, relevansi pendidikan, efisiensi dan efektifitas, keluwesan, berkesinambungan, dan pendidikan seumur hidup. Adapun prinsip-prinsip kurikulum yaitu:34

a. Prinsip berorientasi pada tujuan, merupakan prinsip utama dalam kerangka kurikulum akibat pentingnya fungsi dan peranan sekolah dalam pembinaan siswa

b. Prinsip efisiensi dan efektifitas menunjukkan pada keharusan penggunaan dana, daya dan waktu yang ada secara maksimal untuk mencapai hasil secara optimal

34

(26)

15

c. Prinsip fleksibilitas program berdasarkan pada pertimbangan ekosistem dan pengadaan fasilitas belajar yang ada di sekolah

d. Prinsip berkesinambungan berkenaan dengan penyusunan urutan program dan pemakaian hasil lulusan, baik secara vertikal maupun secara horisontal.

e. Prinsip pendidikan seumur hidup berlandaskan pada pemikiran bahwa pendidikan tidak cukup hanya dilaksanakan di sekolah tetapi juga harus dilanjutkan dalam kehidupan bermasyarakat.

4. Asas-Asas Kurikulum

Pengembangan kurikulum pada hakekatnya sangat kompleks karena banyak faktor yang terlibat didalamnya. Setiap kurikulum didasarkan atas asas-asas tertentu yaitu:35

a. Asas filosofis, pada hakekatnya menentukan tujuan umum pendidikan. Pengembang kurikulum perlu menyelaraskan filosofi tertentu untuk menyelaraskan berbagai macam kepentingan sesuai harapan masyarakat, hal itu dikarenakan masyarakat menuntut standar kualitas yang tinggi dalam pendidikan.

b. Asas sosiologis. yang memberikan dasar untuk menentukan apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mempersiapkan diri anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat seperti norma-norma, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan keadaan masyarakat.36

c. Asas organisatoris, memberikan dasar-dasar, dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun, bagaimana luas dan urutannya.

d. Psikologis, yang memberikan prinsip-prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai dengan taraf perkembangannya.

35

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 1-2 36

Burhanuddin Nurgiyanto, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah,

(27)

16

Untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik, dalam kegiatan pengembangan kurikulum dalam proses pendidikan harus diperhatikan yaitu:37

a. Falsafah hidup bangsa, sekolah dan guru itu sendiri, dalam hal ini negara indonesia adalah negara pancasila., jadi segala kegiatan sekolah yang diselenggarakan harus diarahkan pada pembentukan pribadi peserta didik ke arah manusia yang berjiwa pancasila

b. Pertimbangan harapan. kebutuhan dan permintaan masyarakat akan produk pendidikan.

c. Kesesuaikan kurikulum dengan kondisi peserta didik, pada dasarnya kurikulum untuk peserta didik harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

d. Memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan kurikulum sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi, kemudian disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

Mengembangkan kurikulum merupakan suatu keharusan dan tuntutan, sehingga kurikulum dipandang sebagai sesuatu yang tidak statis akan tetapi sesuatu yang dinamis, sehingga harus dikembangkan terus. Pengembangan kurikulum mempunyai beberapa fungsi yaitu:

a. Menyesuaikan kurikulum dengan potensi lingkungan masyarakat peserta didik, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi b. Pemenuhan kebutuhan masyarakat dan peserta didik

c. Perbaikan dan penyempurnaan kurikulum secara bertahap d. Rekonstruksi kurikulum (sebagai feedback).38

Model pengembangan Hidden Curriculum merupakan sebuah pengalaman yang tidak direncanakan, karena yang dilihat adalah segala sesuatu yang terjadi pada peserta didik di sekolah baik dalam proses pembelajaran atau diluar proses pembelajaran. Setiap peserta didik mempunyai karakteristik yang berbeda dalam belajar di sekolah, sehingga

37

Subandijah op.cit lm.38 38

Muslam, Pengembangan Kurikulum, Teoritis dan Praktis, (Semarang: PKPI2, 2004),

(28)

17

peserta didik mempunyai aturan-aturan sendiri sebagai reaksi terhadap kurikulum formal seperti kurikulum tentang mencontek. membuat pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru dan sebagainya.

Hidden Curriculum lebih mengutamakan pada pengembangan

sikap, karakter, kecakapan dan ketrampilan yang kuat, untuk digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial atau bisa juga melengkapi kekurangan yang belum ada di kurikulum formal sehingga peserta didik berkembang sesuai harapan masyarakat.

B. Pembelajaran Akidah Akhlak 1. Pengertian akidah akhlak

Kata akidah akhlak dan segi etimologi berasal dan bahasa arab yaitu aqada - ya’qidu - agdan - aqidatun. Kata aqdan memiliki arti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk kata akidah memiliki arti keyakinan.39 Sedangkan Ibnu Taimiyah mengemukakan:

ﻰﺘﺣ ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻪﻴﻟﺍ ﻦﺌﻤﻄﺗﻭ ﺐﻠﻘﻟﺍ ﻪﺑ ﻕﺪﺼﻳ ﻥﺍ ﺐﳚ ﻩﺩﺮﻳ ﺎﻣ ﻪﻟﺮﻣﺃ ﺓﺪﻴﻘﻌﻟﺍ

ﻚﺷ ﻪﻄﻟﺎﳜ ﻻﻭ ﺐﻳﺭ ﻪﺟﺯﺎﳝﻻ ﺎﺘﺑﺎﺛ ﺎﻨﻴﻘﻳ ﻥﻮﻜﻳ

40

Akidah adalah sesuatu yang dibenarkan oleh hati dan menjadi tenang karenanya, sehingga menjadi keyakinan yang mantap, tidak tercampur oleh subjek prasangka dan tidak terpengaruh oleh keraguan.

Berdasarkan pengertian tersebut di alas dapat disimpulkan bahwa akidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seseorang, atau dengan kata lain akidah adalah sesuatu yang dibenarkan oleh hati dan menjadi tenang karenanya, sehingga menjadi keyakinan yang menatap, tidak tercampur oleh subjek prasangka dan tidak terpengaruh oleh keraguan. Jadi akidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dan ajaran Islam yang

39

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm.68 40

(29)

18

wajib di pegang oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.

Akhlak secara etimologi berasal dan bahasa arab jama’ dan bentuk mufrodnya ﻖﻠﺧ yang artinya budi pekerti, tingkah laku atau tabiat’.41

Sedangkan akhlak menurut Imam al Ghozali adalah:

ﻷﺍ ﻩﺬﻫ ﻰﻠﻋ ﺐﺒﺴﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﺱﻮﻔﻨﻟﺍ ﰱﺃ ﺰﺠﺘﻳ ﻻ ﺀﺰﺟ ﱴﻟﺍ ﺕﺎﻔﺼﻟﺍ ﻲﻫ ﻕﻼﺧﻻﺍ

ﺮﻈﻨﻟﺍﻭ ﱪﻜﻔﺘﻟﺍ ﱃﺇ ﺔﺟﺎﳊﺍ ﻥﻭﺩ ﻦﻫ ﻝﺎﻤﻋ

42

Akhlak adalah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan tanpa memerlukan fikiran dan pertimbangan.

Pada hakikatnya akhlak ialah suatu sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dan hal tersebut berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa di buat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Akhlak merupakan perilaku yang timbul dan hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu dan membentuk satu kesatuan tingkah laku akhlak yang dihayati dalam hidup kesehari-harian.

Akidah akhlak merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dan ajaran-ajaran Islam yang bersumber dan a! qur’an dan hadits. Mata pelajaran akidah akhlak tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai pengetahuan tentang akidah dan akhlak, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat memahami, menghayati. dan meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pembelajaran akidah akhlak berfungsi untuk mengajak peserta didik dalam berperilaku sesuai ajaran Islam.

41

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1989), hlm 87

42

(30)

19

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 125:















































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dan jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An Nahl: 125).43

Mata pelajaran akidah akhlak menekankan keutuhan dan keterpaduan antara pengetahuan, sikap dan perilaku yang lebih menekankan pada pembentukan ranah afektif dan psikomotorik yang dilandasi oleh ranah kognitif. Oleh sebab itu seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran akidah akhlak harus senantiasa memberi teladan yang baik bagi peserta didik saat berada di lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Dengan demikian pembelajaran akidah akhlak yang disampaikan oleh guru dapat di terima oleh peserta didik semaksimal mungkin, sehingga tujuan yang telah di programkan dapat tercapai.

Keteladanan merupakan metode yang paling berpengaruh dalam mempersiapkan dan membentuk akidah akhlak. Jadi, contoh akhlak yang paling dekat yaitu guru atau pendidik, sehingga diharapkan peserta didik akan meniru pendidik dengan di sadari atau tidak. Hal tersebut dikarenakan subjek didik tidak begitu saja lahir sebagai pribadi bermoral atau berakhlak mulia, tetapi perlu di didik, untuk itu bantuan dan berbagai pihak sangat diharapkan, baik oleh guru atau orang tua.44 Dan adanya ha! tersebut guru harus mempunyai akhlak yang baik sehingga menjadi teladan bagi peserta didik, sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Ahzab ayat 2l:

43

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 21

44

Tonny D.Widiastono, (eds), Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta: Buku Kompas,

(31)

20









































“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al Ahzab: 21)45

2. Fungsi Mempelajari Akidah Akhlak

Mempelajari sesuatu tentunya tidak lepas dan kegunaan dan fungsi yang dipelajari. Adapun fungsi mempelajari akidah akhlak di Madrasah Aliyah sebagai penunjang program pendidikan adalah:46

a. Pengembangan

Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga, sekolah berfungsi untuk mengembangkan keimanan dan ketakwaan peserta didik sehingga nilai-nilai keimanan dan ketakwaan tersebut terus berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

b. Perbaikan

Perbaikan yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, sekolah berfungsi memberikan kesempatan dan dorongan untuk memperbaiki kesalahan yang ada pada peserta didik. c. Pencegahan

Pencegahan yaitu untuk menjaga hal-hal yang negatif dan lingkungan peserta didik atau dan budaya lain yang dapat membahayakan dan menghambat perkembangannya dalam bentuk manusia indonesia seutuhnya. Peserta didik diberikan contoh tentang hal-hal yang negatif dan akibat dan pengaruh lingkungannya atau

45

Departemen Agama RI, op.cit, hlm170 46

(32)

21

budaya asing yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan kepribadian bangsa indonesia.

d. Pengajaran

Pengajaran yaitu penyampaian informasi dan pengetahuan tentang keimanan dan akhlak, penjelasan guru kepada peserta didik tentang keimanan yang tepat menurut ajaran Islam sangat penting. e. Penyaluran

Penyaluran yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

f. Penyesuaian

Penyesuaian yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungan sesuai dengan ajaran agama Islam.

g. Sumber Nilai

Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Ruang Lingkup Pembelajaran Akidah Akhlak

Secara garis besar materi pembelajaran akidah akhlak berisi:47 a. Hubungan Manusia Dengan Allah SWT

Hubungan vertikal antara manusia dengan khalik-Nya mencakup segi akidah, meliputi iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir, dan qadar-qadarNya.

b. Hubungan Manusia Dengan Manusia

Materi yang dipelajari meliputi akhlak dalam pergaulan hidup sesama manusia, membiasakan akhlak yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain serta menjadi akhlak yang buruk.

47

Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompetensi”, http:/www.survco.id/300 52002/1 2pinLphtml, hlm.2.

(33)

22

c. Hubungan Manusia Dengan Alam Lingkungan

Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam lingkungan, baik lingkungan dalam arti luas maupun terhadap mahluk hidup selain manusia yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

4. Strategi Pembelajaran Kurikulum Akidah Akhlak

Strategi pelaksanaan kurikulum tidak lain ialah cara bagaimana melaksanakan kurikulum sebagai program belajar, agar program tersebut dapat mempengaruhi para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan kurikulum dan lebih jauh lagi dapat mencapai tujuan pendidikan.48 Berhasil atau tidaknya kurikulum pendidikan yang telah direncanakan, kuncinya adalah terletak pada proses pembelajaran sebagai ujung tombak dalam mencapai sasaran. Oleh karena itu proses pembelajaran yang terencana, terpola. dan terprogram secara baik merupakan ciri dan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum.

Metode atau strategi pembelajaran menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh peserta didik dan guru. Karena itu penyusunannya berdasarkan perilaku awal peserta didik. Dalam hal ini, ada tiga alternatif pendekatan yang dapat digunakan yakni:

a. Pendekatan Yang Berpusat Pada Mata Pelajaran

Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antara guru dan peserta didik. Dalam hal ini digunakan berbagai metode pembelajaran.

b. Pendekatan Yang Berpusat Pada Peserta Didik

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan kebutuhan, minat dan kemampuan peserta didik. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi pembelajaran, seperti belajar mandiri.

48

Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

(34)

23

c. Pendekatan Yang Berorientasi Pada Kehidupan Masyarakat

Bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat serta untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dengan mengundang masyarakat ke sekolah.49

5. Evaluasi Kurikulum Akidah Akhlak

Evaluasi merupakan hal yang penting yang sifatnya fundamental, sebab untuk terwujudnya keputusan-keputusan yang baik (tepat dan bijaksana), diperlukan adanya data dan informasi yang tepat dan relevan melalui atau dengan cara melakukan evaluasi. Evaluasi juga untuk mengetahui tingkat efisiensi metode yang digunakan dalam proses pembelajaran akidah akhlak dalam jangka waktu tertentu, serta untuk mengetahui seberapa jauh tujuan dan kurikulum akidah akhlak dapat tercapai.

Evaluasi dalam kurikulum akidah akhlak merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku peserta didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat komprehensif dan seluruh aspek-aspek kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius peserta didik. Karena sosok pribadi yang diinginkan oleh pendidikan Islam bukan hanya pribadi yang bersikap religius, tetapi juga memiliki ilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal serta mempunyai akidah yang kuat dan berakhlakul karimah. Evaluasi dalam kurikulum akidah akhlak tidak semestinya bersifat materialistis, artinya ganjaran materi itu jangan terlalu di utamakan, kalaupun dipergunakan harus ditunjukkan bahwa materi hanyalah sebagai alat bukan tujuan.50

C. Model Pengembangan Hidden Curriculum Pada Pembelajaran Akidah Akhlak

Muatan isi kurikulum harus mampu mendorong perkembangan pribadi anak didik yang meliputi perkembangan minat, pikir, dan kemampuan

49

Oemar Hamalik, Prosedur Belajar Mengajar, (Jakarta: Andi Offset, 1990), hlm.27 50

Hasan Langgulung, Azas-Azas Pendidikan Islam, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000),

(35)

24

praktis.51 akhir-akhir ini timbul lagi perdebatan mengenai kurikulum yang relevan. Kalau berbicara tentang kurikulum untuk peserta didik di Indonesia, yang didalamnya selain ada jadwal juga ada silabus, sehingga kurikulum yang dibutuhkan oleh dunia pendidikan indonesia adalah kurikulum yang sesuai dengan para peserta didik.52 proses pembelajaran sendiri ialah proses menjadikan yang diajar belajar. Jadi tugas pokok sekolah adalah mengajar dan lewat mengajar membentuk pribadi yang berintelektual maupun bermoral dewasa, sesuai kemampuan belajarnya. Proses ini berlangsung dengan memakai kurikulum yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.53

Seiring dengan tujuan pendidikan, pemerintah telah mencanangkan dilaksanakannya program “broad-based education” atau secara harfiah bisa di terjemahkan “pendidikan berbasis luas” disetiap satuan pendidikan. Hal ini mengingatkan bahwa sekolah bukan hanya lembaga yang menawarkan mata pelajaran yang di tandai oleh perolehan ijazah belaka, namun banyak sekali hal-hal yang bisa diperoleh dan sekolah yang secara alami terkemas dalam apa yang diistilahkan “hidden curriculum.” Hidden curriculum merupakan segala macam aspek pengalaman yang di peroleh peserta didik dan sekolah yang sangat berpengaruh terhadap karakter peserta didik, karakter tersebut bisa terwujud baik karakter positif atau negatif. Misalnya cara mengajar guru di sekolah yang mengintegrasikan unsur kerja sama dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kolaboratif “cooperative learning”, tentu akan memberikan pengalaman kepada peserta didik tentang kerja sama. Sikap empaty terhadap sesama serta kecakapan terinteraksi juga dapat bersumber dan penerapan pendekatan pembelajaran tersebut. Tata tertib sekolah yang di bangun secara demokratis akan mengajarkan kepada peserta didik bagaimana cara berdemokrasi dalam kehidupan. Hasilnya akan memberikan pengalaman kepada peserta didik aturan main dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh yang baik dalam perilaku tutur kata yang santun dan pendidik maupun

51

Ali Maksum dan Luluk Yunan R, Paradigma, (Jakarta: IRCISOD, 2004) hlm.263 52

P.J. Suwarno, (eds), Sekolah: Mengajar atau Mendidik?, (Yogyakarta: Kanisius, 1989), hlm.126

53

(36)

25

karyawan sekolah lainnya tentu akan ikut mewarnai pola sikap peserta didik dalam kehidupan di masyarakat. Sebaliknya apabila lembaga pendidikan melupakan keberadaan hidden curriculum, tentu pengalaman yang tidak diinginkan akan tercema oleh peserta didik yang selanjutnya akan membawa dampak yang merugikan.54

Di sekolah-sekolah ada kurikulum muatan lokal yang keberadaannya sangat membantu hidden curriculum, pada setiap sekolah muatan lokal mempunyai jenis mata pelajaran berbeda.55 Hal tersebut seperti yang terjadi pada sekolah berbasis madrasah yang kebanyakan muatan lokalnya berisi mata pelajaran agama seperti nahwu/shorof, baca al-Qur’an, ushul fiqih, dan

aswaja.

Pengembangan hidden curriculum sangat tergantung pada pendidik karena pendidik harus benar-benar se-profesional mungkin dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, mengutip uraian Mochtar Buchori, mantan rektor Universitas Muhammadiyah di Jakarta, disebutkan 5 ciri profesional pendidik antara lain, (1) sikapnya yang altruistik, (2) tingkat keahlian melakukan hal-hal yang “biasa” dengan cara yang “luar biasa”, (3) tidak pernah menyebut dirinya profesional, tetapi memperoleh pengakuan dan masyarakat, (4) hidup berlandaskan nilai-nilai etis yang di junjung tinggi bersama kelompoknya, (5) melakukan pekerjaannya itu mencari nafkah (membedakan dengan amatir).56 tetapi pada zaman sekarang sulit untuk menemukan sosok pendidik yang mempunyai profesionalisme tinggi, untuk itu dalam pengembangan hidden curriculum yang mempunyai nilai positif banyak membutuhkan dukungan dan berbagai pihak.

Hidden curriculum merupakan pengalaman peserta didik yang tidak direncanakan atau kurikulum yang tersembunyi. sebagai reaksi terhadap kurikulum yang formal seperti tentang perilaku di sekolah, mencontek,

54

Suflyan Tsauri S. Ag, Hidden Curriculum Dalam Sistem Pendidikan Islam,

(Yogyakarta: 2003) 55

Darmaningtyas, Pendidikan Yang Memiskinkan, (Yogyakarta: Galang Press, 2004),

hlm.89 56

Andreas Herefa, Pembelajaran di Era Serba Otonomi, (fery), (Jakarta: Buku Kompas, 2001), hlm.93-94

(37)

26

pekerjaan rumah, menjadi juara kelas, sikap terhadap guru57 yang paling menonjol dalam pengembangan hidden curriculum yaitu mengenai akhlak atau moral peserta didik. Moral sendiri dipilih karena di sekolah seringnya terjadi penyimpangan-penyimpangan moral peserta didik yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pendidikan agama, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh pengajar/pendidik di sekolah. Jika pendidikan moral dibebankan hanya kepada guru agama maka moralitas yang akan tumbuh hanya sebatas hafalan terhadap doktrin-doktrin agama.58 Pada sekolah berbasis madrasah pengembangan moral peserta didik menjadi tanggung jawab pendidik akidah akhlak. Dalam pelaksanaannya sangat tergantung pada pendidik dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah pendidik menjadi contoh peserta didik dalam berperilaku.

Pengembangan hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak lebih di fokuskan pada moral peserta didik. Pendidik harus menciptakan suasana yang demokratis dan pendidik harus jeli serta kreatif melihat setiap peluang pada setiap pembelajaran berlangsung tanpa mengurangi porsi materi bidang yang direncanakan untuk di kuasai peserta didik. Jadi pengembangan akhlak ini tidak semata-mata tanggung jawab pendidik agama Islam, tetapi semua pendidik di sekolah. Kalau pendidik mau melakukan pendidikan akhlak semburi mengajarkan bidang studinya, sebaiknya mampu merumuskan proses pembelajarannya ke tingkat pemahaman akhlak peserta didik.59

Peran pendidik akidah akhlak dalam pengembangan hiddencurriculum

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai contoh atau teladan dan sebagai figur yang di senangi dan di ambil teladan.

2. Sebagai pihak yang melaksanakan pembiasaan yaitu menanamkan kebiasaan peserta didik untuk melakukan hal yang positif, menjunjung tinggi nilai kesopanan terhadap pendidik, sesama teman dan selalu bersikap jujur.

57

S. Nasution, op. cit, hlm.11 58

C.Asri Budiningsih, op.cit, hlm.2 59

(38)

27

3. Pihak yang melakukan pembinaan yaitu usaha menguatkan norma-norma positif dalam rangka mengurangi nilai-nilai negatif yang di terima oleh peserta didik dan madrasah.

Dalam pelaksanaannya, pendidik akidah akhlak di bantu pendidik BK yang mempunyai peran khusus yaitu sebagai tindak lanjut dan peran pendidik akidah akhlak diantaranya:

1. Sebagai pihak yang mengidentifikasi para peserta didik yang bermasalah khususnya yang berkaitan dengan akhlak peserta didik.

2. Sebagai pihak yang memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap peserta didik yang bermasalah dan peserta didik yang tidak bermasalah (dalam hal akhlak pada khususnya)

3. Sebagai koordinator dalam pelaksanaan kredit point (bentuk hukuman yang diberikan kepada peserta didik yang melakukan pelanggaran tata tertib madrasah yaitu berupa angka).

Pengembangan hidden curriculum pada pembelajaran akidah akhlak sebisa mungkin menciptakan pengalaman peserta didik yang bersifat positif, sehingga suasana yang tergambar di sekolah selalu mengarah kepada hal-hal yang mempunyai nilai moral dengan begitu secara bertahap akan mencetak karakter peserta didik yang berakhlak mulia dengan dukungan komponen sekolah. Dalam pengembangan hidden curriculum dilaksanakan tanpa mengganggu tatanan kurikulum yang sudah ada. Jadi, peran hidden curriculum disini sebagai pendukung pembelajaran akidah akhlak yang sangat penting sehingga apa yang diharapkan masyarakat mengenai peserta didik yang mempunyai nilai yang baik akan terwujud, dan mengurangi sedikit permasalahan tentang kenakalan remaja.

(39)

28

BAB III

GAMBARAN UMUM PENGEMBANGAN HIDDEN CURRICULUM PADA PEMBELAJARAN AKIDAH AKHLAK DI MADRASAH ALIYAH

AL 1RSYAD GAJAH DEMAK A. Profil MA Al Irsyad Gajah Demak

1. Sejarah Berdirinya

Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah adalah lembaga pendidikan Islam menengah atas dalam naungan Departemen Agama yang dikelola oleh pengurus “Perguruan Islam Al Irsyad” desa Gajah Kecamatan Demak sejak tanggal 10 Januari 1982 yang dipelopori oleh Drs. H. Abdul Choliq, K.H Amir Mahmud, H. Abdur Rahman, H. Abdul Wakhid, B.A, H.A. Djazeri, B.A dan Soekarno yang kesemuanya berdomisili di Gajah Kabupaten Demak. Pada awal berdirinya Madrasah Aliyah swasta dengan status “terdaftar” berdasarkan SK Menteri Agama RI Nomor Wk.5d/90/Pgm.MA/1984 tanggal 17 Januari 1984 ini di pimpin oleh Drs. H. Abdul Choliq, MT. yang di bantu oleh beberapa tenaga guru yaitu: a. K.H Amir Mahmud

b. A. Djazeri, B.A c. Djuwadi Djamari d. Soedjono

Nama “Perguruan Islam Al Irsyad”, yang akhirnya berubah status menjadi Yayasan Pendidikan Islam “Al Islam Al Mubarok” dengan akta notaris nomor 18 Tahun 1992 ini, menurut keterangan para perintisnya, diambilkan dan nama seorang ulama besar pendiri masjid Jami’ Gajah dan tokoh penyiar agama Islam di Gajah dan sekitarnya yang bernama “kyai H. Irsyad”, sedangkan kata Al Mubarok di kandung maksud agar lembaga pendidikan ini selalu diberkahi oleh Allah SWT dan juga untuk membedakan dengan organisasi Islam yang telah lahir lebih dahulu yang bernama “Al Irsyad” yang berpusat di Jakarta.60

60

(40)

29

Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah, sejak berdirinya sampai sekarang, telah membuka tiga jurusan yaitu program IPA, IPS, dan Bahasa. Dan dalam perkembangannya mengalami beberapa perubahan yang bervariasi, diantaranya:

a. Tahun 1982-1985 dengan status 100% swasta di pimpin oleh Drs. H. Abdul Choliq, MT.

b. Tahun 1985-1986 beralih status menjadi MAN Filial dari MAN Semarang, dengan pimpinan Drs. H. Abdul Choliq, MT. guru Departemen Agama, tetapi pada awal tahun pelajaran 1986/1 987 beralih menjadi MAN Filial dari MAN Kendal sampai dengan akhir tahun pelajaran 1991/1992.

c. C. Tahun 1989 dengan status MAN Filial dari MAN Kendal, estafet kepemimpinan beralih kepada Drs. MR Sholeh Anwar, guru Departemen Agama.

d. Tahun pelajaran 1992/1993, kembali menjadi swasta murni dengan pimpinan Drs. MH. Sholeh Anwar di bawah pengelolaan Yayasan Pendidikan Islam Al Mubarok Gajah dan bulan Pebruari 1993, mengikuti akreditasi dalam rangka menaikkan status “Terdaftar” menjadi “Diakui” dan pada bulan Agustus 1993, status Madrasah Aliyah Al Irsyad Gajah adalah diakui dengan SK Menteri Agama nomor B/E/IV/MA/O 1 32/1 993 tanggal 21 Agustus I 993.

e. Tahun 1996-1998 dengan status swasta kepemimpinan beralih kepada Drs. Firdaus Faisal (KMS Departemen Agama).

f. Tahun 1998 sampai tahun 2005 estafet kepemimpinan beralih di pegang oleh Drs. Zulaikhah (KMS Departemen Agama).

g. Pada bulan Juni tahun 2005 MA Al Irsyad Gajah beralih status akreditasi menjadi “terakreditasi A” dengan nomor Kw.1 1.4/4/PP.03.2/625.21 14/2005.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian maka fungsi pelayanan dan pengawasan menjadi lebih optimal karena pekerjaan Account Representative terfokus pada masing masing fungsi yang dahulu

Di tambah pula untuk menjaga kesakralan setiap ritus harus tetap menyertakan raja huta dan rokkaya (hulubalang), dan jika salah satu dari mereka tidak disertakan hal itu akan

Untuk menerapkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada siswa Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan melakukan pengembangan soal HOTS sesuai dengan

Subjek dalam penelitian ini adalah tiga guru sekolah dasar yang berada di daerah pinggiran dengan lama mengajar lebih dari lima tahun.. Metode penelitian yang digunakan

Organisasi perpustakaan menurut Indri Hendriyani dalam artikelnya yang berjudul ”organisasi perpustakaan” adalah himpunan orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai

Considering the importance of pronunciation as a component of English, the teacher as the role model of the students’ pronunciation should give more attention to the

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi - Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait -. (319,219)

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul