• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN IBADAH SISWA SMP ISLAM AL AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN IBADAH SISWA SMP ISLAM AL AZHAR 18 SALATIGA TAHUN 2012"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN 2012

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Kepada

Program Studi Pendidikan Islam

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)

Oleh

Akhmad Ilman Nafia1, Samino2, dan Muinudinillah Basri3 1

Mahasiswa Magister Pendidikan Islam UMS Surakarta 2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012

(2)
(3)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Akhmad Ilman Nafia NIM : O 100 100 001 Program Studi : Pendidikan Islam Jenis : Tesis

Judul Tesis : Pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga tahun 2012

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Memberi hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sesungguhnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 17 Januari 2013 Yang Menyatakan

(4)

2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta) ABSTRACT

The management of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. The formulation of the problems raised in this research are; (1) How contextual learning plan of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?, (2) How the implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?, (3) How contextual learning evaluation of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?. The purposes of this study were; (1) to describe the planning of contextual learning of Islamic religious educations in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, (2) to describe the implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, (3) to describe the evaluation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

The methodology of this research was the field research, because the researcher collected the data directly in the field. The aim was to describe the management of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. The object of study were the principal, the curriculum coordinators, the theacers, and the students. Techniques of the data collection were; interview, observation, and documentation. The techniques of data analysis was the data that had been collected from the field consisting of field notes, interviews from a variety of sources, such as the related report documents, articles related to the research, and other references book which were still relevant. In addition,data analysis was also done by organized, sorted,categorized and grouped

The result of this study were planning done by technical and non technical analysis, and planning of learning scenarios by relating the material and the objective conditions experienced by the students. The implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga was the inquiry, questioning, learning community, modeling, reflecting, and learning evaluation prioritize the behavior change of the students throught the scholl community as a basis fot valuation.

Keywords: contextual learning, islamic religious education and the improvement of worship

(5)

2

Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3

Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta) ABSTRAK

Pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga?, (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga?, (3) Bagaimanakah evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mendiskripsikan perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. (2) Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga, (3) Untuk mendiskripsikan Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena peneliti langsung menggali data di lapangan. Bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. Objek penelitian kepala sekolah, koordinator kurikulum, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data: Wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Teknik analisis data. Data yang sudah terkumpul dari lapangan yang terdiri dari catatan lapangan, hasil wawancara dari berbagai sumber, dokumen yang berupa laporan yang terkait, artikel yang berhubungan dengan penelitian, dan dari buku-buku acuan lain yang masih relevan. Disamping itu, analisis data juga dilakukan dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengategorikannya.

Hasil penelitian ini adalah perencanaan dilakukan dengan melakukan analisa teknis dan non teknis, serta merencanakan skenario pembelajaran dengan mengaitkan materi dan kondisi objektif yang dialami siswa. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar yaitu Inquiri, Questioning, Leanrning Community, Modelling, Refleksi, dan Evaluasi pembelajaran kontekstual memprioritaskan perubahan perilaku peserta didik dan seluruh warga sekolah sebagai dasar penilainan.

Kata kunci: pembelajaran kontekstual, pendidikan agama islam dan peningkatan ibadah

(6)

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat di era global seharusnya mampu memfasilitasi perkembangan kecerdasan baik intelektual, emosional dan spiritual. Gulen sebagaimana dikutip Asma Asfaruddin (2005: 18-19) hakikat pendidikan adalah tempat pelatihan dari semua aspek kondisi manusia dalam mempromosikan pengembangan holistik individu, spiritual, moral, rasional dan psikologis. Kualitas pendidikan tidak hanya terdiskripsikan dibalik simbol angka saja, namun pendidikan juga harus mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh Suprijono (2011: vi) bahwa ketrampilan intelektual, sosial, dan personal dibangun tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi dan spiritual.

Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah salah satu ciri manusia berkualitas dalam rumusan UU No. 20 Tahun 2003 di atas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia, artinya salah satu indikator kompetensi dalam pendidikan nasional adalah keunggulan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak yang mulia. Hakikat tujuan pendidikan nasional menjelaskan bahwa sistem pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin pembangunan kehidupan yang berharkat dan bermartabat, sebagai makhluk yang mampu menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak

(7)

mulia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan upaya memberdayakan peserta didik untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya, yaitu yang menjunjung tinggi dan memegang dengan teguh norma-norma agama dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu, maupun makhluk sosial.

Rosnani Hasyim dalam jurnal internasional berpendapat ;

…..that people fulfill their roles as `abd and khalifah, all of their intellectual, physical, spiritual, emotional, moral, social, and other potentials have to be developed. Therefore, the role of education and instruction is to initiate the germination and later flowering of each child’s potential. To this effect, Islamic education is designed to produce God-conscious (taqwa) people who serve Him and who are aware of their individual vertical relations with Him (hablu min Allah) and their horizontal social relations with their fellow human beings (hablu min al-nas)……..

Rosnani berpendapat bahwa Pendidikan harusnya menyentuh pada aspek haikikat manusia itu sendiri sebagai Abd’ dan Kholifah, artinya pendidikan harus mampu memunculkan kesadaran dalam mengembangkan potensi fitrah yang dimiliki dalam rangka patuh dan tunduk pencipta, dan pendidikan juga harus mampu menanamkan kesadaran manusia dalam rangka mengembangkan kompetensi intekeltual, personal, dan sosial sebagai bentuk tanggung jawab pengabdian sebagai makhluk sosial

Di dalam surat At Tahrim (66) ayat 6 :











































Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari pendidikan nasional memiliki peran yang strategis dalam merealisasikan tujuan besar pendidikan

(8)

nasional khususnya pembentukan dalam aspek iman dan taqwa. Seperti yang diungkapkan oleh Mahmud Al-Sayyid dalam Suharto (2011: 168) pendidikan Islam harus mencakup aspek kognitif (fikkriyah ma’rafiyah), affektif (khuliqiyyah), psikomotorik (jihadiyyah), spiritual (ruhiyyah) dan sosial kemasyarakatan (ijtima’iyah). Dalam pandangan Islam, kompetensi iman dan takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), juga akhlak mulia diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Jadi, dapat di garis bawahi bahwa dalam pandangan Islam, peran kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal, yaitu:

a. Landasan yang kuat berupa iman dan takwa

b. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi

Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Islam saat ini adalah mulai tergerusnya budaya Islam kedalam arus globalisasi. Pendidikan agama yang disampaikan di kelas seakan hanyalah pertemuan formal yang hanya mengena dalam aspek kognitif saja, seharusnya pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi jauh lebih penting bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupannya yang senantiasa dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka bekerja. Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dengan Pendekatan Kontekstual. Seperti yang diungkapkan Muhammad Jauhar (2011: 182) berikut Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan

(9)

mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari

Sehubungan dengan hal tersebut makadalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian pembelajaran kontekstual dalam pendidikan agama Islam sebagai salah satu alternatif model dalam pengembangan pembelajaran PAI di sekolah. Maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul; pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam AL Azhar 18 Salatiga

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga, dengan tiga sub fokus sebagai berikut :

a. Bagaimana perencanaan pembelajaran kontekstual pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga? b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kontekstual pendidikan Agama

Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga? c. Bagaimana evaluasi pembelajaran kontekstual pendidikan Agama Islam

dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga? 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

c. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.

(10)

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan khazanah teori yang berkaitan dengan pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Agama Islam.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain diuraikan sebagai berikut.

1) Bagi siswa, memberikan motivasi dan informasi tentang belajar secara langsung serta dapat memecahkan permasalahan sehingga dapat mengamalkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan atau memperkaya khasanah dalam proses kegiatan belajar mengajar.

3) Bagi yayasan pendidikan AL-Azhar Salatiga, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan SMP Islam AL-Azhar 18 Salatiga sebagai lembaga pendidikan yang lebih dinamis dan kreatif sesuai tuntutan perkembangan zaman.

4) Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman secara langsung tentang penerapan pendidikan kontekstual Pendidikan Agama Islam dan memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon pendidik siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. B. Kajian Pustaka

Pembealajaran kontekstual dalam mencapai keberhasilan belajar memiliki karakteristik yang berbeda dengan metode pembelajaran lainya, pembelajaran

(11)

kontekstual lebih menekankan pada perubahan perilaku yang sesuai dengan tujuan belajar. Oleh sebab itu, metode ini banyak menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian. Secara umum penelitian akan mengacu pada penelitian lain yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian selanjutnya. Penelitian terdahulu dalam bidang yang diteliti, diantaranya:

1. Peningkatan Pemahaman Belajar Konsep IPA Materi Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan Melalui Pembelajaran Kontekstual (Studi Kasus pada Siswa Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010). Skripsi Durrotun Nashihah: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga Tahun 2010.

Berdasarkan hasil dari data per siklus menunjukkan bahwa perolehan nilai rata- rata pada pra siklus yaitu 62 dengan tingkat ketuntasan 62%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 68 dengan tingkat ketuntasannya 69%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 71 dengan tingkat ketuntasannya 77%. Pada siklus III nilai rata-rata kelas 78 dengan tingkat ketuntasannya 85%. Ini berarti menunjukkan bahwa hasil per siklusnya, mengalami peningkatan yang tergolong baik dan penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebanyak ≥ 75%.

2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning pada kelas IV SD Negeri 1 Cingkrong Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Skripsi Tri Susilowati: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga, Agustus 2009. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Berdasarkan tindakan kelas putaran I dari hasil belajar siswa yang diukur dengan tes formatif dari 30 siswa baru 16 siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan belajar yang telah ditentukan guru yaitu 65. Untuk Kompetensi Dasar ”Zikir sesudah salat” dengan penggunaan metode quetioning, hasilnya belajar siswa belum maksimal (2) Berdasarkan tindakan kelas putaran kedua

(12)

dengan menghadirkan model dalam proses pembelajaran, hasil belajar dari 30 siswa sebanyak 27 siswa dinyatakan tuntas belajar. Penelitian ini tidak dilaksanakan SIKLUS 3 karena sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar. 3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Contextual Teaching and

Learning (CTL) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas VIII Di SMPN 18 Malang. Skripsi Sahiran: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Malang, Agustus 2009.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan metode CTL dapat meningkatkan motivasi siswa. Terlihat pada siklus I tingkat aktifitas siswa yang berkategori sangat baik (A) mencapai 15,7%, sedangkan kerjasama siswa dalam kelompok yang tergolong sangat baik (A) mencapai 35,8%, dalam ranah perhatian siswa yang tergolong A sebanyak 13,1%, dan untuk kategori perhatian yaitu mencapai 27,8% untuk nilai A. Peningkatan terjadi pada siklus II dan III, itu terbukti dari analisis data Bab IV diatas. Jadi penerapan metode

CTL dapat meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas VIII SMP 18 Malang

4. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NU KH. Mukmin Sidoarjo (2009/2010). M. Samik Rafiqi MI Darul 'Ulum II, Pamekasan. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpukan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I daya serap klasikal 59% dan siklus II daya serap klasikal 91%. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Kelas V MI NU KH. Mukmin Sidoarjo.

Dari hasil penelitian yang dikembangkan terdahulu dapat ditarik kesimpulan bahwa judul dan subtansi penelitian penulis belum ada yang meneliti,

(13)

begitu juga lokasinya. Oleh karna itu penelitian ini memenuhi unsur orisinalitas. Penelitian ini memiliki ciri khusus dibandingkan dengan penelitian di atas, karena penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan design penelitian lapangan (field research). Penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar, dalam penelitian ini dikaji lebih mendalam terkait pembelajaran kontekstual beserta proses penerapan secara teknis materi Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan Ibadah siswa

C. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian.

Berdasarkan tujuan penelitian ini, jenis penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, metode ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan (Sugiyono, 2010: 33).

2. Design Penelitian

Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian lapangan (field research), karena peneliti langsung menggali data di lapangan. Disamping itu, penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2008: 3).

3. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong (2005: 157) Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain lain

a. Kata kata dan tindakan

Dalam penelitian ini sumber data kata kata dan tindakan adalah hasil wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan untuk menggali data kepada kepala sekolah, koordinator kurikulum, guru PAI, Siswa, dan Wali Murid. Pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan kegiatan

(14)

yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. b. Tertulis

Sumber tertulis dalam penelitian ini adalah adalah buku, arsip, dokumen yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa seperti buku buku pembelajaran kontekstual, RPP, Lembar penilaian, profil sekolah, dll.

c. Foto

Sumber penelitian tambahan dalam penelitian ini adalah Foto foto terkait pembelajaran kontektual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga

4. Metode Pengumpulan Data

Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:

a. Interview atau wawancara

Interview adalah “suatu cara mengumpulkan data dengan menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam suatu permasalahan” (Suryabrata, 2006: 17). Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data secara langsung kepada responden yang memiliki kompetensi dalam penggalian data penelitian ini, sehingga akan diperoleh data yang terkait dengan pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan penelitian (Suharsimi, 2010: 31). Metode ini penulis gunakan untuk

(15)

memperoleh data tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, keadaan guru dan siswa serta photo-photo penunjang penelitian

c. Observasi

Observasi adalah “melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Suharsimi, 2010;30). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan, dan menganalisa terhadap pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam Peningakan Ibadah siswa.

5. Pengecekan Keabsahan Temuan

Teknik pemeriksaan data dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan beberapa kriteria tertentu, yang dibagi menjadi empat kriteria yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan keabsahan, yaitu:

a. Uji kredibilitas (Credibility) 1) Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan peneliti lakukan jika data belum dapat mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga

2) Meningkatkan Ketekunan

Memperpanjang masa observasi, menganalisis kasus negatif, menggunakan bahan referensi, tri angulasi serta member check. jika data belum dapat mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga

3) Keteralihan (transferability)

Konsep ini merupakan pengganti dari vadilitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal diperlukan dalam penelitian kuantitatif untuk memperoleh generalisasi. Dalam kualitatif generalisasi tidak dipastikan, ini bergantung pada pemakai, apakah akan dipastikan

(16)

lagi atau tidak, karena tidak akan terjadi situasi yang sama.

Transferability hanya melihat kemiripan sebagai kemungkinan terhadap situasi-situasi yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk transferabilitas ini dilakukan dengan uraian rinci (Thick descrition)

4) Kebergantungan (Dependendability)

Konsep ini merupakan pengganti dari konsep reability dalam penelitian kuantitatif, reability tercapai bila alat ukur yang digunakan secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian kualitatif, alat ukur bukan benda melainkan manusia atau si peneliti itu sendiri. Lain dari pada itu, rancangan penelitian terus berkembang. Yang dapat dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data yang sudah dipolakan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga

5) Kepastian (confirmability)

Konsep ini merupakan pengganti dari konsep objektifitas pada penelitian kuantitatif. Bila pada kualitatif, objektifitas itu diukur melalui orangnya atau penelitianya. Diakui bahwa peneliti itu memiliki pengalaman subjektif. Namun, bila pengamatan tersebut dapat disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa dipandang objektif. Jadi persoalan objektifitas dan subjektifitas dalam peneliti kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang (Meleong, 2008: 140).

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema, atau kategori tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis,

(17)

menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep (Suharsimi, 2010: 133). analisis data ini sendiri akan dilakukan dalam tiga cara yaitu :

a. Reduksi Data

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. peneliti dalam melakukan peneletian, menemukan segala sesuatu atau data yang mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga

b. Pengkajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya Sugiyono (2010: 341) c. Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010: 345) adalah penarikan kesimpulan dan verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga

Perencanaan dalam merumuskan pembelajaran kontekstual materi pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

(18)

a. Analisa yang mendalam terhadap lingkungan sekitar

b. Mengaitkan antara materi PAI dengan kehidupan nyata yang di alami anak c. Melakukan musyawarah di awal pembelajaran kepada siswa dalam

melakukan pengamatan lingkungan sekitar atau permasalahan yang sering dialami anak

d. Melakukan skenario pembelajaran (RPP)

e. Bekerjasama dengan siswa untuk membuat kontrak belajar

Dari pernyataan ahli dan wawancara di atas menunjukkan dalam merencanakan pembelajaran kontekstual diperlukan analisa yang mendalam untuk menentukan objek atau fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar anak dengan cara berdiskusi dengan peserta didik terkait masalah yang akan di jadikan bahan pembelajaran, siswa juga dilibatkan dalam konsep pelaksanaanya.

2. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga

a. Menemukan (Inquiry)

Berdasarkan pernyataan para ahli dan hasil wawancara kepada guru dan murid di atas disertai dengan pengamatan peneliti secara langsung Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah di SMP Islam AL Azhar dilaksanakan oleh Guru dengan memberikan stimulus atau menggugah siswa untuk melakukan usaha berfikir atau usaha untuk menemukan sendiri hikmah dari setiap pembelajaran ibadah, sehingga siswa menemukan sendiri pengetahuan tersebut, dan hal tersebut secara tidak langsung akan membangun kesadaran siswa dalam hal ibadah dibanding dengan pengetahuan yang diberikan guru (doktrin) kepada siswa.

b. Bertanya (Questioning)

Dari pernyataan di atas, secara jelas digambarkan bahwa informasi yang didapat oleh peserta didik, selain dari proses pembelajaran, namun juga didapat dari hasil bertanya, di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga, guru

(19)

memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk menggali informasi dengan bertanya kepada siapapun seluruh warga sekolah untuk kepentingan pembelajaran. Bertanya merupakan aktifitas mandiri peserta didik yang merasakan sesuatu yang belum dipahami atau dimengerti, bertanya merupakan salah satu indikator motivasi belajar siswa dalam mengambil makna dari sebuah materi pembelajaran, dengan bertanya siswa dapat mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan guru dapat melakukan analisa terhadap pertanyaan siswa untuk menilai keberhasilan pembelajaran.

c. Maysarakat Belajar (Learning Community)

Pernyataan ahli sesuai dengan hasil wawancara kepada guru dan siswa, learning community merupakan salah satu keutamaan dari pembelajarn kontekstual, karena pembelajaran harus bersifat komperhensif dimulai dari pendidik, teman peserta didik, pegawai, lingkungan belajar, seluruhnya harus mengacu pada tujuan pembelajaran, di SMP Islam Al-Azhar siswa diberikan kesempatan belajar kepada teman sejawat yang memiliki kemampuan lebih, karena pada dasarnya pembelajaran adalah proses transformasi ilmu, transformasi ilmu tidak hanya dilakukan oleh guru kepada murid namun seluruh warga dan lingkungan sekolah harus bisa memberikan transformasi ilmu kepada peserta didik, karena pembelajaran kontekstual mengedepankan falsafah pembelajaran kontruktifisme dimana siswa menjadi pribadi yang mengembangkan, menemukan, menaganalisa, dan mengambil hikmah sendiri dari pembelajaran yang diikuti

d. Permodelan (Modeling)

Terkait hal ini pernyataan ahli dan hasil wawancara kepada guru dan murid sesuai. Dalam pembelajaran kontesktual di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga, Seluruh warga sekolah termasuk guru, pegawai, teman sejawat, lingkungan harus bisa menjadi model atau sesuatu yang bisa ditiru

(20)

oleh siswa terutama dalam penampilan seperti busana muslim, budaya muslim seperti cium tangan guru, salam, tidak berbaur dengan non muhrim, berkata yang baik. Jika lingkungan sekolah bisa dijadikan model pembealajaran yang baik, maka peserta didik akan terbiasa dengan lingkungan atau budaya islami di sekolah, dan kebiasaan tersebut akan meresap kepada sikap peserta didik yang akan dilakukan dimanapun tempatnya.

e. Refleksi (Reflection)

Dari pernyataan ahli sesuai dengan wawancara terhadap guru dan murid. Pembelajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar, tolak ukur dari keberhasilan bersifat dinamis, keberhasilan pembelajaran tiada batas, karena pembelajaran kontekstual memprioritaskan perubahan perilaku yang sebaik baiknya, sehingga dibutuhkan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

3. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga

Hasil dokumentasi yang peneliti peroleh terkait penilaian pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al Azhar Adalah Sebagai berikut:

a. Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa adalah perubahan perilaku yang dialami siswa, khususnya kesadaran dalam menjalankan ibadah dan mengilhaminya dalam bentuk perilaku keseharian

b. Berdasarkan data dokumentasi, instrument penilaian dalam pembelajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 dibagi dua yaitu instrument test dan instrument non test

(21)

1) Instrument test

Prinsip penilaian dalam instrument test adalah objektivitas dan subjektif berdasar, dalam hal ini karakteristik penilaian instrument test ini adalah:

a) Benar Salah (true and false)

b) Menjodohkan (Matching)

c) Pilihan Ganda (Multiple choice)

d) Test Uraian Bebas (extended responses test)

e) Test Uraian Terbatas (Restriced Response Test) 2) Instrument non test

Instrument non test merupakan bagian dari alat ukur hasil belajar peserta didik. Instrument non test yang digunakan dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Al Azhar 18 adalah; participation charts, checking lists, Rating scale, attitude scales

a) Participation charts

Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses belajar mengajar dalam pembelajaran kontestual adalah keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan mengajar tersebut, dengan demikian keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ini harus diukur karena ia memiliki informasi yang kaya tentang hasil belajar mengajar yang bersifat non kognitif, participation chartz ini digunakan untuk mengetahui laju kembang anak dengan menggunakan pengamatan dalam perkembangan aktifitas keseharianya.

b) Checking list (Daftar cek)

Esensi dari check list adalah untuk menyatakan ada tidaknya suatu unsure, komponen, sifat, karakteristik atau kejadian dalam suatu peristiwa, tugas atau satu kesatuan yang

(22)

komplek. Dalam daftar cek pengamat hanya dapat menyatakan ada atau tidaknya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat atau derajat kualitas hal tersebut seperrti pada rhating scale. Pada pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam Daftar cek digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perkembangan karakter pada anak dalam jangka waktu tertentu.

c) Rating scale

Rating scale adalah alat pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang suatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam hubunganya dengan yang lain, pengukuran non tes ini biasanya berisikan tentang suatu pernyataan tentang karakteristik atau kualitas sesuatu yang akan diukur, dalam rating scale ini menurut pengamatan penulis, pengamatan yang dilakukan oleh guru terhadap indikator indikator pembelajaran yang bersifat non test, seperti kejujuran, kedisiplinan, kesopanan, dengan system penilaian huruf (A, B, C , K)

d) Attitude scale

Perubahan sikap merupakan prioritas penilaian dalam pembelajaran kontekstual, sikap sebagai suatu konstruk yang dapat diamati dan diukur, sikap adalah identitas kecenderungan positive atau negative terhadap suatu objek psikologis tertentu. Untuk mengukur sikap harus dikontruksi skala sikap, yang dimulai dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang diukur dan dengan kata lain “sikap terhadap apa?” sehingga di tentukan dalam Attitude scale ini dengan indicator indicator sikap yang ditentukan terlebih dahulu, dalam pengamatan peneliti indicator sikap dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar adalah berisikan tentang sebuah gambaran masalah yang terjadi dan

(23)

secara teks dideskrepsikan oleh guru terkait beberapa perilaku peserta didik dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satu point adalah bagaimana yang dilakukan peserta didik ketikan mendengar adzan, ada sebuah deskripsi bahwa anak yang bernama (x) langsung mengambil wudlu, disisi lain anak yang bernama (y) masih berbincang dengan temannya di depan masjid. c. Setiap peserta didik memiliki rekam laku atau penilaian test dan non test

seperti yang dijelaskan di point b

Berdasarkan para ahli dapat digaris bawahi sesuai dengan hasil wawancara terhadap guru, siswa, dan wali murid disertai dengan hasil dokumentasi terkait instrument penilaian pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan prinsip bahwa perubahan perilaku menjadi prioritas utama dalam penilaian, maka secara langsung akan merangsang kesadaran kolektif seluruh warga sekolah untuk saling menjaga perilaku, selanjutnya akan menjadikan kebiasaan, selanjutnya kebiasaan akan membentuk nilai pada perilaku dan kebiasaan tersebut secara tidak disadari akan membentuk sikap dari seluruh warga sekolah, artinya pembelajaran kontekstual tidak hanya berhenti pada perubahan perilaku peserta didiknya namun akan membawa kesadaran kolektif seluruh warga sekolah

E. Penutup

1. Simpulan dan Saran

Berdasarkan fokus dalam penelitian ini maka, kesimpulan kami rinci dalam tiga aspek sebagai berikut :

a. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga

1) Perencanaan diawali dengan analisa oleh guru terhadap kondisi lingkungan siswa dengan cara memberikan kesempatan siswa untuk terlibat dalam proses perencanaan

2) Identifikasi masalah yang di alami langsung oleh siswa sebagai awal perencenaan strategi pembelajaran

(24)

3) Mengaitkan permasalahan yang dialami oleh siswa ke dalam materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam

4) Siswa dilibatkan dalam pembuatan konsep pembelajaran kontekstual dengan tujuan agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat dipahami seluruh siswa, sebagai awal pembentukan nilai yang ada dalam pembelajaran

b. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga

1) Menemukan (Inquiry)

Guru memberikan stimulus atau menggugah siswa untuk melakukan usaha berfikir atau usaha untuk menemukan sendiri hikmah dari setiap pembelajaran ibadah, Strategi penemuan pengetahuan yang dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan kesempatan siswa untuk membuat testimony, dan disampaikan kepada teman-teman yang lain, dengan maksud agar teman yang lain termotivasi, terdorong, dan memudahkan teman yang lain dalam menemukan hikmah dalam beribadah

2) Bertanya (Questioning)

Pembajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga dilaksanakan dengan Tanya jawab interaktif dari keseluruhan unsur yang terlibat dalam pembelajaran, melalui Tanya jawab diharapkan peserta didik mampu menggali informasi dan memiliki ketrampilan untuk melakukan konfirmasi artinya siswa mampu mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

3) Maysarakat Belajar (Learning Community)

Pembelajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial, melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi

(25)

lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari kolaborasi dan berkooperasi, Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang kelas ini, di sekitar sini, juga orang orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.

4) Permodelan (Modeling)

Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Al Azhar, Dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam guru selain berperan sebagai stimulator, guru juga berperan sebagai pemberi contoh (model), namun guru bukan satu satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa yang sudah berhasil dalam pembelajaran. Seorang bisa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya, Dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam guru selain berperan sebagai stimulator, guru juga berperan sebagai penmberi contoh (model)

5) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Dalam pembelajaran kontekstual refleksi dilakukan secara terus menerus setiap hari, guru melakukan pengamatan terhadap peserta didik dalam perkembangan kesadaran ibadahnya, dan hasil refleksi merupakan bahan untuk memperbaiki pembelajaran, indikator pembelajaran kontekstual dalam peningkatan ibadah adalah perubahan perilaku (personal, sosial dan kesadaran emosional)

c. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga

(26)

1) Standard penilaian atau evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam tidak hanya menggunakan penilaian angka namun, disertai dengan penilaian perilaku keseharian

2) Perubahan perilaku menjadi prioritas penilaian dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam

Penilaian perilaku dilakukan secara menyeluruh (kesopanan, pergaulan, penampilan, kesadaran sosial, kesadaran menjalankan ibadah di sekolah dan dirumah)

2. Implikasi

a. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam

Jika perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah di lakukan dengan baik seperti melakukan analisa teknis seperti sarana prasarana, jadwal, dan administrasi pembelajaran, melakukan analisa non teknis seperti keadaan siswa terkait kemampuan, mental, dan potensi yang berbeda beda selanjutnya menyusun skenario pembelajaran yang mengaitkan antara materi belajar dengan strategi pembelajaran kontekstual, dan melakukan rencana evaluasi, maka pembelajaran kontekstual akan berjalan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan

b. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam

Prinsip utama yang harus terealisasi dalam pembelajaran kontekstual adalah; pertama, Inquiry artinya siswa diberikan kesempatan dan kebebasan untuk menemukan pengetahuanya secara mandiri dan dalam hal ini guru berperan sebagai stimulator atau perangsang agar siswa secara aktif berusaha menemukan nilai dari setiap pembelajaran. kedua Questioning artinya siswa diberikan kesempatan untuk mengolah informasi yang didapatkan dari setiap pembelajaran dengan diberikan kesempatan seluasnya untuk bertanya karena bertanya merupakan bagian dari aktifitas mandiri siswa untuk mencari informasi dan pengetahuan. ketiga Learning Community artinya segala sesuatu yang berhubungan dengan

(27)

pembelajaran seperti lingkungan, sarana prasarana, media, metode segalanya harus mengarah pada tujuan pembelajaran termasuk guru, teman sejawat, dan seluruh warga sekolah, artinya siswa diberikan kesempatan seluasnya untuk belajar terhadap sesuatu yang ada disekitarnya termasuk belajar dengan teman sejawatnya atau warga sekolah yang lain seperti “pak bon” sekalipun, keempat modeling

(permodelan) artinya seluruh warga sekolah termasuk guru, pegawai, teman sejawat, lingkungan harus bisa menjadi model atau sesuatu yang bisa ditiru oleh siswa terutama dalam penampilan seperti busana muslim, budaya muslim seperti cium tangan guru, salam, tidak berbaur dengan non muhrim, berkata yang baik, dsb. Kelima refleksi, dalam pembelajaran kontekstual tolak ukur dari keberhasilan bersifat dinamis, keberhasilan pembelajaran tiada batas, karena pembelajaran kontekstual memprioritaskan perubahan perilaku yang sebaik baiknya, sehingga dibutuhkan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Jika kelima prinsip tersebut dapat dijalankan dengan baik maka effektifitas pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dapat terimplementasikan dengan baik.

c. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam

Jika evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan prinsip bahwa perubahan perilaku menjadi prioritas utama dalam penilaian, maka secara langsung akan merangsang kesadaran kolektif seluruh warga sekolah untuk saling menjaga perilaku, selanjutnya akan menjadikan kebiasaan, selanjutnya kebiasaan akan membentuk nilai pada perilaku dan kebiasaan tersebut secara tidak disadari akan membentuk sikap dari seluruh warga sekolah, artinya pembelajaran kontekstual tidak hanya berhenti pada perubahan perilaku peserta didiknya namun akan membawa kesadaran kolektif seluruh warga sekolah

(28)

3. Saran

Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

a. Kepada Kepala Sekolah

1) Semangat untuk menciptakan budaya islami sekolah sangat berpengaruh terhadap suasana nyaman, tenteram, damai di sekolah, maka peneliti memberikan masukan agar hal ini terus dikembangkan 2) Kondisi geografis sekolah yang jauh dari lingkungan penduduk

mengakibatkan sosialisasi peserta didik terhadap masyarakat sangat kurang, untuk itu peneliti memberikan saran agar sekolah membentuk desa binaan dengan tujuan sebagai sasaran amal bagi sekolah, dan untuk mengembangkan kesadaran peserta didik terhadap pentingnya bersosialisasi terhadap masyarakat

b. Kepada Guru

1) Pembelajaran kontekstual terbukti mampu merubah perilaku peserta didik kepada yang lebih baik, namun dalam hal ini pembelajaran kontekstual masih terbatas pada materi, artinya tidak semua materi dalam Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dengan pembelajaran kontekstual, untuk itu peneliti memberikan masukan kepada guru khususnya guru agama untuk bisa mengembangkan pembelajaran kontekstual ini pada materi yang masih berjalan secara klasikal dengan melakukan strategi dan skenario yang baik

2) Penilaian dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa memprioritaskan perubahan perilaku peserta didik, dalam hal ini penilaian perilaku belum teradministrasikan dengan baik, dalam hal ini peneliti memberikan saran dalam hal penilaian agar teradministrasikan dengan baik seperti membuat berita acara harian tiap peserta didik dengan pengamatan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai perilaku temannya setiap hari, sehingga setiap hari setiap siswa memiliki raport perilaku.

(29)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Akhmad Ilman Nafia lahir disebuah desa pesantren tepatnya di desa Kesongo, Tuntang, Kab. Semarang , Jawa Tengah pada tanggal 09 Desember 1985. Menyelesaikan Pendidikan dasar di SD Kesongo III 1999, SLTP N 2 Tuntang 2002 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di tempuh di SMK Muhammadiyah lulus tahun 2004. Selanjutnya penulis bekerja menjadi buruh di salah satu perusahaan seni di Salatiga, Setahun kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana S-1 pada Jurusan Tarbiyah Fakultas Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga lulus tahun 2010. Setelah lulus S-1 penulis langsung melanjutkan pendidikan S-2 Program Magister Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (UMS) Surakarta. Pada tanggal 21 Januari 2012 penulis berhasil menyelesaikan tesisnya yang berjudul “Pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Ibadah Siswa SMP Islam AL Azhar 18 Salatiga” dihadapan dewan penguji dan dinyatakan lulus dalam menyelesaikan pendidikan S-2 Program Magister Pendidikan Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (UMS) Surakarta. Selain kuliah, penulis juga aktif dan pernah menjadi Ketua Umum di HMI Cabang Salatiga periode 2010-2011.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan para perangkat kelurahan yang akan menduduki pos -pos tertentu ini, maka untuk Kelurahan Buntalan masih ada pejabat desa yang masih menduduki pada posnya

Pengembangan media pembelajaran komik manga digital berbasis android pada materi sistem hormon untuk kelas XI di MAN 2 BandarLampung yang memudahkan pemahaman

Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Pemerintah Kabupaten Sukamara, khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga melakukan pembinaan bagi kepala Sekolah

RUMPAKA KAWIH KILININGANGAMELAN KLASIK CICIH CANGKURILEUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Instrumén Analisis. Instrumén anu dipaké

ekonomi syariah yang memadai. lni merupakan peluang yang sangat prospektif, sekaligus merupakan tantangan bagi kalangan akademisi dan dunia pendidikan kita. Tingginya kebutuhan

First, notwithstanding the rapid growth of manufacturing exports from the late 1980s, non-oil primary products, both agricultural products and minerals, still accounted in

WACANA KEBEBASAN PEKERJA PERS DI MEDIA TV (Studi pada kasus Luviana dalam film “D iBalik Frekuensi ” karya Ucu..

Kemudian kami juga ingin mengucapkan terima kasih dan syukur kepada orang tua kami masing-masing atas dukungan yang diberikan baik secara materi maupun dukungan semangat yang