BAB III
METODOLOGI RISET
3.1. Conceptual Framework
Gambar III.1 Conceptual Framework riset studi kasus
Develop Concept Select Case Conduct case study Analyze case Draw Pattern Matching Conclusion Design data collection Modify Concept Develop policy implications Write patterned matching report
Define & Design Prepare, Collect & Analyze Analyze & Conclude
Conceptual framework yang digunakan terbagi atas tiga bagian seperti terlihat diatas. Riset ini bermula dari konsep awal yang didefine dari permasalahan awal yang ada pada kasus BTEL yang sudah dipilih sebelumnya. Lalu mendesain cara koleksi data yang tepat dan melakukan studi terhadap kasus. Bagian kedua adalah mempersiapkan proses koleksi data yang mungkin akan berubah-ubah sesuai penemuan yang ada dilapangan, hal ini dapat dikerjakan berulang kali tergantung pada kondisi lapangan dari kasus yang ditemukan (lihat garis merah putus-putus). Setelah berhasil mendapatkan data yang diinginkan, maka akan dilakukan analisa terhadap kasus dan pada tahap ini dapat dibuat
pilot case.
Bagian ketiga adalah menganalisa lebih dalam dengan melakukan pengecekan hasil analisa dengan metode pattern matching untuk mendapatkan kesimpulan. Dari kesimpulan yang didapatkan, maka dapat dibuat konsep baru dari hasil analisa terhadap permasalahan awal yang ada pada BTEL (pada tahap ini bisa berupa pilihan model atau bahkan emerging model/ model baru). Implikasi-implikasi dari hasil studi kasus juga
akan dijelaskan setelahnya. Dan tahap terakhir dari riset studi kasus ini adalah menuliskan laporan yang sudah di validasi dengan menggunakan metode pattern matching didalam kesimpulan riset.
Dari conceptual framework yang tergambar diatas, maka riset yang bertujuan untuk memberikan rekomendasi terhadap pihak BTEL dalam perencanaan strategi memilih model bisnis proses untuk manajemen proyeknya dengan melakukan assesment dan wawancara kedalam internal dan eksternal perusahaan agar dapat melihat kondisi perusahaan yang sebenarnya dan membuat rekomendasi model lain atau yang baru sama sekali untuk manajemen proyek BTEL.
3.2. Keuntungan Menggunakan Maturity Model Dalam Manajemen Proyek
Sebagai perusahaan yang ingin mencapai keunggulan dadaya saing yang lestari sudah pasti mereka harus mengaplikasi salah satu model CMM yang ada, terlebih sudah diumumkan kepada publik oleh departemen pertahanan Amerika Serikat yang hanya akan memberikan kontrak kerjanya yang bernilai besar hanya kepada perusahaan yang mengaplikasi CMM minimal mencapai keberhasilan pada tingkat 3. Ini diperuntukan bagi jenis perusahaan supplier/ penyedia barang dan jasa, mereka akan mampu melipat gandakan bisnis yang mereka jalankan apabila mampu mencapai minimal tingkat 3.
Begitu pula untuk perusahaan procurer/pembeli atau pengguna barang dan jasa, dengan menggunakan salah satu model maturity yang sudah ada dipasaran saat ini akan mampu mengontrol keseluruhan waktu, biaya dan kualitas yang telah menjadi asset perusahaan jenis ini.
(sumber: Terry, 2003, managementconcept inc.)
Pada gambar dibawah ini dapat terlihat proses dari pengembangan manajemen proyek yang kompetitif. Langkah-langkah yang tergambar akan terlihat hampir serupa dengan langkah yang ada pada PMMM. Pada langkah pertama terlihat sebuah organisasi dalam perusahaan yang sedang menjalankan pelathan manajemen proyek, yang akan membawa pengembangan pada keahlian dan keteampilan bagi perusahaan itu sendiri.
Namun walaupun dengan dasar keahlian dan keterampilan saja perusahaan masih bisa dikatakan belum mature. Dasar keahlian dan keterampilan dalam manajemen proyek harus dijadikan desain kompetensi perusahaan secara keseluruhan untuk mendapatkan kelebihan-kelebihannya bagi perusahaan secara keseluruhan.
Project Management Training Strategic Competency Sustained Competitive Advantage Project Management Competencies Project Management Skills Leads to Are the source to Are the foundation to Is the pathway to
Immaturity Maturity Excellence
Gambar III.2. Manajemen proyek yang kompetitif (Sumber: Kerzner, 2001,149)
Hal ini lebih dari sekedar mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai manajemen proyek saja. Tapi juga mencakup pengembangan terhadap budaya perusahaan yang berdasarkan pada perilaku organisasi yang efektif dan membuat metodologi manajemen proyek yang dikembangkan dengan baik, dan juga menggunakan peralatan pendukung yang memadai. Peralatan pendukung dapat dikarakteristikkan menjadi tiga bagian (immaturity, maturity dan excellence).
Apabila perusahaan menyadari bahwa manajemen proyek merupakan kompetensi intinya, maka perusahaan dapat merubah kompetensi ini menjadi keunggulan daya saing yang lestari (KDSL)/ sustainable competitive advantage. Tujuan utamanya adalah menjadikan keunggulan daya saing yang lestari menjadi batu loncatan menuju strategi kompetensi yang menjadi usaha utama dalam aktifitas perencanaan strategi. Hal ini membutuhkan dukungan pihak eksekutif yang sangat kuat dan keyakinan perusahaan
bahwa manajemen proyek benar-benar berimplikasi terhadap semua pemikiran dasar dari perusahaan.
3.3. Penggunaan PMMM pada Manajemen Proyek Bakrie Telecom
Metodologi atau frame work yang akan dipakai dalam menentukan model manajemen proyek yang tepat bagi BTEL adalah menggunakan PMMM (Project Management Maturity Model) sebagai salah satu tools/ peralatan-nya. PMMM merupakan model yang dapat digunakan untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan atau menjalankan strategic planning dalam manajemen proyek yang dipilih oleh perusahaan dan mencapai tingkatan maturity dalam waktu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam kenyataannya pada saat mengolah data tentang tingkatan Maturity (atau fase life cycle) sebuah manajemen proyek, dapat terjadi overlapping antar tingkatan dan tidak selalu berjalan sekuensial seperti yang diinginkan. Karena adanya faktor resiko, faktor pembelajaran dari kesalahan sebelumnya, dan faktor lainnya. Penggunaan desain PMMM adalah untuk membantu organisasi atau perusahaan agar sejalan antara berbagai aspek dari sisi operasionalnya dengan keseluruhan strategi bisnis perusahaan.
Gambar III.3. Pelaksanaan Proyek Jaringan Telekomunikasi (Sumber: IEC, www.iec.org)
Dalam dunia pertelekomunikasian dunia ada beberapa standar manajemen proyek yang bisa diambil, salah satunya dari organisasi International Engineering Consortium yang membuat standar untuk digunakan oleh seluruh perusahaan yang berkaitan dengan industri telekomunikasi di seluruh dunia.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses atau kegiatan pengadaan data-data untuk kepentingan riset dengan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Beberapa cara pengumpulan data menurut Robert K. Yin: 1. Wawancara
2. Studi Dokumen
3. Rekaman Arsip (hampir sama dengan dokumen) 4. Survey Lapangan (Observasi langsung)
5. Observasi personal terhadap objek secara langsung 6. Mempelajari artifak fisik yang ada
(2003: 86)
Teknik pengumpulan data yang digunakan :
1. Untuk mengetahui tingkat kematangan manajemen proyek terhadap strategi dan tujuan manajemen, akan digunakan instrumen penilaian sesuai model PMMM. 2. Untuk mengetahui aktivitas manajemen proyek, akan dilakukan pengamatan
langsung atau observasi langsung dan wawancara.
3. Untuk menunjang kesimpulan variabel dan penyimpulan dari semua informasi yang diterima baik itu informasi dari perusahaan maupun dari luar perusahaan, akan dilakukan survey pada literatur, antara lain : buku, data-data sekunder, internet, koran, jurnal, majalah, dsb, dan juga melakukan wawancara pada pakar manajemen proyek di dalam PT Bakrie Telecom, tbk., pada pihak vendor dan juga pada pakar dari sisi akademisi.
Dari sejumlah karyawan BTEL yang aktif berkecimpung didalam manajemen proyek akan diberikan instrumen penilaian hanya kepada, sebagai berikut:
• Manajemen tingkat atas: Level General Manager (GM), terdapat sekitar 3 orang sampel dari populasi GM yang berkenaan dengan Manajemen Proyek sekitar 16 orang.
• Manajemen tingkat menengah: Level Manager (yang hanya difokuskan pada
Project Manager), sekitar 3 orang sampel dari populasi Manager yang berkenaan dengan Manajemen Proyek sekitar 5 orang.
• Manajemen tingkat bawah: Level Supervisor (dan yang setara), terdapat sekitar 3 orang sampel dari populasi Supervisor yang berkenaan dengan Manajemen Proyek sekitar 32 orang.
Dari jumlah populasi 43 orang maka sampel akan didapatkan dengan total hanya 9 orang. Pengambilan sampel tidak menggunaan rumus Slovin yang biasa digunakan untuk memperkecil error rate sample, yaitu:
n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : faktor kesalahan(%)
Namun hasil dari penilaian telah akan diperkuat dengan menggunakan pendekatan prinsip triangulation yang akan dibahas pada sub-bab selanjutnya.
3.5. Rencana Analisa Data Menggunakan Triangulation
Untuk mendapatkan data yang akurat, menurut Robert K. Yin harus memperhatikan tiga prinsip dasar yang akan membuat data tersebut valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Tiga prinsip dasar tersebut adalah: a). menggunakan banyak, tidak hanya satu sumber bukti, b). membuat kumpulan data dari studi kasus, c). menjaga ikatan rantai dari bukti yang ada. Dari ketiga prinsip yang ada, dapat dipakai salah satu saja, dua atau ketiganya
sekaligus untuk menjadikan data yang dipakai untuk analisa suatu studi kasus menjadi
valid.
Dengan memperhatikan ketiga prinsip diatas, maka akan digunakan prinsip yang pertama yaitu menggunakan sumber bukti yang lebih dari satu. Penggunaan prinsip ini bisa menggunakan triangulation sebagai rasionalisasinya. Proses triangulation dibagi menjadi empat jenis dalam melakukan evaluasi, diantaranya adalah menggunakan
triangulation pada:
• Sumber-sumber data (data triangulation)
• Dari evaluator/ periset yang berbeda (investigator triangulation) • Beberapa perspektif dengan menggunakan data yang sama (theory
triangulation), dan
• Metode-metode yang digunakan (methodological triangulation)
Maka rencana analisa oleh periset akan menggunakan pengambilan data sesuai dengan metode triangulation pada data-data yang didapatkan (melakukan assesment pada 3 tingkatan manajemen yang berbeda pada 3 region yang berbeda) dan pada hasil wawancara dengan 3 atau lebih pakar manajemen proyek (berbeda perspektif) dari pihak internal dan eksternal BTEL untuk mendapatkan model akhir dari studi kasus ini yang sebelumnya akan dilakukan pattern matching terlebih dahulu.