• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN ORGANISASI SOLIDARITAS KEROHANIAN ISLAM (SKI) AR-ROYYAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMA N 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN ORGANISASI SOLIDARITAS KEROHANIAN ISLAM (SKI) AR-ROYYAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SMA N 1 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN ORGANISASI SOLIDARITAS KEROHANIAN

ISLAM (SKI) AR-ROYYAN DALAM MEMBENTUK

KARAKTER SISWA DI SMA N 1 SALATIGA TAHUN

PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Najmul Laili

NIM 11113037

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

ORANG CERDAS ADALAH ORANG YANG TAHU BAHWA DIRINYA

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Keluargaku tercinta, yang tane mereka penulis bukanlah apa-apa. Kepada

orang tuaku, Bapak Zuhroni, Ibu Siti Syarifah, serta kedua adikku Hikmah Nur‟aini dan Zahida Alya Rahma.

2. Teman-teman se-angkatan, yaitu PAI 2013 yang senantiasa menghiasi

rutinitas di kampus menjadi menyenangkan, terutama kepada sahabat-sahabatku Dek Bella, Mbak Azizah, Kang Sayyid, dan Kak Yudha yang senantiasa memberikan semangat kepadaku.

3. Seluruh keluarga besar HMI Cabang Salatiga, khususnya kepada HMI

Cabang Salatiga Komisariat Walisongo. Terima kasih untuk dukungan Kanda dan Yunda semuanya.

4. SMA N 1 Salatiga, kepala sekolah beserta jajarannya, adik-adik siswa-siswi

yang baik sekali kepada kakak-kakak PPL IAIN Salatiga 2016, terutama adik-adik dari SKI Ar-Royyan. Dan juga teman-teman penulis selama PPL, Mas Munif, Mas Ekky, Mas Ikhsan, Mas Fiqqi, Mas Aji, Mbak Faiq, Mbak Umi, Mbak Sirril, Mbak Tina, Mbak Alfin, Mbak Novita, dan Mbak Sunna.

5. Seluruh warga Dusun Suruhan, Desa Rogomulyo, Kecamatan Kaliwungu,

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Atas berkat Allah Swt. yang tercurahkan kepada seluruh makhluk yag telah Ia ciptakan, sepantasnya kita untuk lebih banyak bersyukur serta selalu meningat akan kuasa Allah yang begitu luas akan segala sesuatu, yang atas ridlo-Nya, penulis telah dimudahkan segala urusannya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Peran Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”.

Selain sebagai tugas wajib untuk memeperoleh gelar sarjana, skripsi ini dibuat dengan tujuan dapat menjadi jalan alternatif untuk menanamkan sebuah karakter terpuji kepada peserta didik sebagai jawaban atas krisis moral, serta degradasi mental yang sedang melanda bangsa Indonesia sekarng ini. Harapan penulis dengan adanya kegiatan kerohanian Islam di sekolah dapat berperan dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkarakter dan berbudi luhur.

Rasa hormat penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan membantu dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M. Pd. selaku Dekan FTIK.

3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag. selaku Ketua Jurusan PAI.

(8)
(9)

ix

ABSTRAK

Laili, Najmul. 2017. Peran Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)

Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S. Ag., M. Phil.

Kata kunci: membentuk karakter, organisasi solidaritas kerohanian Islam

Penelitian ini membahas tentang peran organisasi solidaritas kerohanian islam Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa di SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017. Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk kegiatan SKI Ar-Royyan, bagaimana peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk karakter siswa, dan apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan SKI Ar-Royyan. Pendekatan dari penelitan ini bersifat kualitatif dan jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang mana penelitian ini metode yang dipakai untuk mengumpulkan data yaitu melalui metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Peneliti bertindak langsung sebagai instrumen dan sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan atau responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data tersebut berupa keterangan para key informan, sedangkan data tambahan berupa catatan lapangan. Keseluruhan data tersebut selain diperoleh melalui wawancara, juga didapatkan dari observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu mengadakan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamat triangulasi.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penegasan Istilah ... 8

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II LANDASAN TEORI ... 21

(11)

xi

B. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) ... 24

C. Karakter ... 35

D. Peran Organisasi Kerohanian Islam dalam Pembentukan karakter ... 44

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Sekolah ... 46

B. Gambaran Umum Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan ... 56

C. Penyajian Data ... 59

BAB IV PEMBAHASAN ... 104

A. Analisis Data ... 104

B. Pengecekan Keabsahan Data ... 110

BAB V PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 54

Tabel 2. Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah ... 55

Tabel 3. Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017 ... 56

Tabel 4. Indikator Pembentukan Karakter Siswa ... 67

Tabel 5. Penyajian Data Pembentukan Karakter ... 73

Tabel 6. Catatan Lapangan Wakasekbid Kesiswaaan ... 111

Tabel 7. Catatan Lapangan Pembina ... 111

Tabel 8. Catatan Lapangan Peserta Didik ... 112

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah syariat Allah yang diturunkan kepada umat manusia di muka bumi agar mereka beribadah kepada-Nya. Penanaman keyakinan terhadap Tuhan hanya bisa dilakukan melalui proses pendidikan baik di rumah, sekolah maupun lingkungan. Pendidikan Islam merupakan kebutuhan manusia, karena sebagai makhuluk pedagogis, manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan (Majid, 2005: 130).

Perilaku keagamaan merupakan aturan-aturan mengenai tingkah laku atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan

Tuhan (hablumminallah) dan sesama manusia (hablumminannas). Perilaku

keagamaan merupakan ekspresi dari rasa agama yang dimiliki oleh manusia. Rasa agama merupakan dorongan dari dalam jiwa yang membentuk rasa percaya kepada Tuhan dan dorongan taat aturan-Nya.

(14)

2

dengan orang lain. Lepas dari ikatan keluarga kemudian bergabung dengan teman-teman sebaya. Penggabungan dengan teman-teman sebaya berarti perkenalan dengan nilai, norma, tata cara, dan adat istiadat yang baru (Gunarsa, 2012: 86). Keadaan jiwa remaja yang demikian itu nampak pula dalam kehidupan agama yang mudah goyah, timbul kebimbangan, kerisauan dan konflik batin (Ahyadi, 2001: 43).

Usia remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia, di mana awal masa remaja berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun sampai enam belas atau tujuh belas tahun (Hurlock, 1996: 206). Masa ini adalah masa paling kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan juga dalam pembentukan kepribadiannya. Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak menuju kedewasaan maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan beragama.

Pada era ini, arus globalisasi membawa pengaruh yang cukup besar di negeri ini. Budaya barat mulai semakin marak terutama di kalangan remaja yang mengakibatkan mulai tergoyahnya budaya ketimuran yang dimiliki oleh bangsa ini. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya perbuatan-perbuatan negatif seperti minum-minuman

keras, penggunaan obat-obat terlarang dan free sex. Hal-hal tersebut sudah

(15)

3

tuntunan pergaulan bebas tanpa batas. Filterisasipun semakin terlihat mengendur sehingga budaya-budaya tersebut semakin mudah masuk ke negeri ini.

Dampak dari globalisasi membawa dekadensi moral yang berakibat pada perilaku-perilaku menyimpang. Nilai-nilai Islam seperti, kejujuran, toleransi, tolong-menolong, keadilan, mental positif yang unggul mulai tergantikan dengan penipuan, penindasan, penyelewengan, aksi anarki, dan rasa dendam. Sehingga, lambat laun sikap egoisme masyarakat semakin terlihat. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Apalagi sasaran dari bangsa barat yang semakin menggencarkan nilai-nilai negatif melalui budayanya ditujukan kepada generasi penerus bangsa yang tidak

lain adalah para remaja. Kondisi faktual bangsa yang hampir “sempurna”

kehancurannya, harus disiasati bersama.

Selain itu, perilaku keagamaan remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan dan teman sebayanya. Salah satu contohnya, apabila seorang remaja berteman dengan teman yang suka mengikuti kajian kerohanian, maka ia juga akan ikut terlibat, namun berbeda apabila bergaul dengan teman yang acuh tak acuh terhadap agama, maka ia juga akan menjadi acuh tak acuh terhadap agamanya.

Kondisi riil mengenai perilaku moral siswa di SMA N 1 Salatiga yang saat ini masih banyak didapati perilaku yang belum sesuai dengan nilai-nilai keislaman. Hal ini terbukti dengan masih adanya siswa

(16)

4

melakukan aktivitas pembelajaran, tidak jujur pada saat ulangan, berkata kotor, belum adanya konsistensi dalam berbusana yang sesuai dengan ajaran Islam, selain itu masih ada siswa yang belum melaksanakan salat jama‟ah dzuhur berjama‟ah dan tidak sedikit pula yang masih sering

menunda-nunda kewajiban ibadah salat.

Perilaku dan akhlak yang belum sesuai harus segera ditangani, karena akhlak merupakan dasar sebuah karakter diri. Pribadi yang berakhlak baik nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat yang baik pula. Akhlaklah yang membedakan karakter manusia dengan makhluk lainnya (Syafri, 2014: 68).

Peran pendidikan moral (moral education) atau pendidikan

karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan

untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda bangsa ini, terutama untuk menyelamatkan moral generasi muda.

Karakter bangsa yang semakin ironi dapat diatasi dengan adanya pembinaan dalam membangun karakter melalui proses pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara berkesinambungan. Sebagaimana dikatakan Aminudin: “Ibnu Miskawaih, Ibnu Sina dan Al-Ghazali, sepakat bahwa akhlak dapat dibentuk melalui pendidikan, pelatihan, pembinaan

dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh” (Aminudin, 2002: 155).

(17)

5

seluruh warga sekolah) melalui semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui berbagai kebaikan (virtues) yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama Islam,

mereka senantiasa menjadikan Al-Qur‟an dan sunnah sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Salahudin, 2013: 45).

(18)

6

Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, penulis berkeinginan untuk mengadakan penelitian skripsi yang berjudul “Peran

Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan dalam Membentuk Karakter Siswa di SMA N 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017”. Oleh karena itu, penulis ingin mendalami dan menggali

informasi dari SMA N 1 Salatiga, tentang bagaimana peran SKI Ar-Royyan dalam membentuk kararakter siswa di sekolah tersebut.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan, di antaranya:

1. Bagaimana kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga

tahun pelajaran 2016/2017?

2. Bagaimana peran SKI Ar-Royyan membentuk karakter siswa di SMA

N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan

organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

(19)

7

penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51).

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1

Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui peran SKI Ar-Royyan membentuk karakter siswa di

SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan

kegiatan organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga tahun pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah terhadap referensi ilmu pendidikan, khususnya dalam pendidikan karakter dalam kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler maupun organisasi kerohanian Islam.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat

(20)

8

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa arti kata yang terdapat dalam judul penelitian.

1. Peran Organisasi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, istilah peran menurut bahasa adalah fungsi, kedudukan, sebagai kedudukan. Sedangkan menurut istilah diartikan dengan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat (Salim, 1995:1132).

Sedangkan istilah organisasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) diperkumpulan dsb untuk tujuan tertentu, kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama (Depdikbud, 1985: 803).

Di dalam sumber buku lain, dituliskan bahwa pengertian

organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang

mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu (Muhammad, 2005: 24).

(21)

9

Organisasi tidak sekedar berarti wadah kelompok yang bekerja sama untuk untuk mencapai suatu tujuan, akan tetap juga merupakan mekanisme yang berlangsung dalam proses kerja sama itu.

Jadi, peran organisasi yang dimaksud di sini adalah peran organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga dalam membentuk siswa menjadi pribadi yang berkarakter.

1. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)

Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) biasa dikenal dengan istilah Kerohanian Islam (Rohis).

Kerohanian berasal dari kata dasar (rohani) yang mendapat awalan ke- dan akhiran -an yang berarti hal-hal tentang rohani (Depdikbud, 1985: 752). Sedangkan Islam adalah pengikraran dengan lidah dan membenarkan dengan hati serta mengerjakan dengan sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri pada Allah Swt.

dalam segala qadha dan qadar-Nya (Al-Shiddieqy, 1977: 34).

Kata “kerohanian Islam” ini disebut juga dengan istilah

“Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh

siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Koesmarwanti, 2000:124).

(22)

10

Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) yang dimaksud di sini adalah suatu unit kerja bidang keagamaan, khususnya agama Islam dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA N 1 Salatiga. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) adalah salah satu organisasi keagamaaan di bawah naungan OSIS SMA N 1 Salatiga yang memiliki tujuan untuk pembinaan diri dan pengembangan potensi diri yang berkenaan dengan kerohanian Islam.

2. Membentuk Karakter

Asal karakter berasal dari bahas Latin “kharakter”,

kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia “karakter”, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran (Majid, 2013: 11).

Hermawan Kertajaya mendefinisikan karakter adalah “ciri

khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut

adalah “asli” dan mengakar kepada kepribadian benda atau individu

tersebut dan merupakan „mesin‟ pendorong bagaimana seorang

(23)

11

Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku (Salahudin, 2013: 42).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang menjadi kepribadian khusus sebagai pendorong dan penggerak serta membedakannya dengan yang lain.

Dalam membentuk peserta didik berkarakter dapat

dilaksanakan melalui pendidikan akhlak. Tujuan puncak pendidikan akhlak adalah terbentuknya karakter positif dalam perilaku peserta didik.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan dari penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2011: 6).

(24)

12

di lapangan. Lapangan dalam hal ini diartikan sebagai lokasi penelitian, yaitu di SMA N 1 Salatiga.

Penelitian lapangan (field research) dapat juga dianggap

sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan

tentang suatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟

(Moleong, 2011: 26).

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti pada awalnya adalah sebagai mahasiswa PPP (Praktikum Pengembangan Profesi). Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Dan dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pengamat partisipan dan kehadiran peneliti diketahui statusnya oleh informan.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi SMA N 1 Salatiga, Jalan Kemiri No. 1, Kota Salatiga.

4. Sumber Data

a. Data Primer

(25)

13

menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan (Moleong, 2011: 157).

Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang

bersifat up to date. Untuk mendapatkannya, peneliti harus

mengumpulkannya secara langsung. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Peneliti menggunakan data primer ini untuk mendapatkan berbagai informasi langsung mengenai peran organisasi SKI Ar-Royyan di SMA N 1 Salatiga yaitu dengan cara wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembina SKI Ar-Royyan, pengurus SKI Ar-Royyan dan yang berterkaitan dengan penelitian tersebut.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen SKI. Selain itu, data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran, hasil-hasil studi, tesis, hasil survey, studi historis, dan sebagainya (Setiawan, 2014: 10).

(26)

14

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan penelitian, oleh karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data untuk mendapatkan data yang valid.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang utama. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian (Gulo, 2002:110)

a. Metode Observasi Partisipasi (participant observation)

Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Hadi,

1995: 136). Objek observasi dalam penelitian kualitatif terdapat tiga

komponen, yakni place (tempat), actor (pelaku), dan activities

(aktivitas) (Sugiyono, 2010: 314).

(27)

15

b. Metode Wawancara Mendalam (indepth interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011: 186).

Metode wawancara merupakan salah satu metode

pengumpulan data yang terpenting sehingga tanpa wawancara peneliti akan kehilangan informan yang hanya dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data yang

semacam itu adalah tulang punggung suatu penelitian

(Singarimbun, 1983: 145).

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam (indepth interview) dengan subjek yang

(28)

16

SMA N 1 Salatiga dengan segala bentuk kegiatan yang dilakukan. Adapun subjek yang diwawancarai adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, pembina SKI Royyan, pengurus SKI Ar-Royyan serta anggota SKI Ar-Ar-Royyan.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi

dilaksanakan untuk memperoleh data tambahan. Metode

dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti profil sekolah terutama kegiatan organisasi SKI, arsip-arsip, gambar, serta dokumen yang relevan untuk membantu menganalisis data.

6. Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248).

(29)

17

kesimpulan atau verifikasi.

Adapun langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2010: 336-337):

a. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data pada hal-hal yang penting dari sekian banyak data yang diperoleh dari data hasil observasi, wawancara, dan catatan lapangan yang tidak terpola. Langkah ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

b. Penyajian data (data display)

Setelah data reduksi maka data yang diperoleh didisplay, yakni dengan menyajikan sekumpulan data dan informasi yang sudah tersusun dan memungkinkan untuk diambil sebuah kesimpulan.

a. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Prosedur penarikan kesimpulan didasarkan pada data informasi yang tersusun pada bentuk yang terpola pada penyajian data.

(30)

18

7. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam menguji keabsahan data diperlukan teknik triangulasi agar data yang didapatkan dalam penelitian valid dan reliabel.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2011: 330). Jenis teknik triangulasi yang digunakan antara lain:

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

Triangulasi sumber yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: pembina, siswa, dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik pengumpulan data digunakan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Dalam penelitian ini di mana peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi pada seorang sumber dengan data permasalahan yang sama.

c. Triangulasi waktu

(31)

19

melakukan pengecekan dengan wawancara dalam waktu yang berbeda.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini memuat 5 (lima) bab, yang antara bab satu dengan bab berikutnya memiliki keterkaitan yang saling mengisi terhadap substansi yang ada. Adapun rincian sistematis penulisan ini sebagai berikut:

Bab I, berisi tentang pendahuluan, yaitu uraian umum latar belakang penelitan, fokus penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, berisi tentang landasan teori dari penelitian, pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang telah diuji kebenarannya yang berkaitan dengan objek formal penelitian. Sesuai dengan judul skripsi maka pembahasan pada bab ini berisi: definisi organisasi, definisi kerohanian Islam, dan definisi karakter.

Bab III, berisi penyajian hasil penelitian tentang temuan penelitian, yaitu gambaran umum SMA N 1 Salatiga, Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI) Ar-Royyan dan penyajian data.

(32)

20

(33)

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Organisasi

1. Pengertian Organisasi

Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, istilah peran menurut bahasa adalah fungsi, kedudukan, sebagai kedudukan. Sedangkan menurut istilah diartikan dengan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang yang memiliki kedudukan dalam masyarakat (Salim, 1995:1132).

Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani “Organon” yang berarti alat atau instrumen. Karena memang

sebenarnya organisasi digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan. Berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dapat diselesaikan dengan ikut menjadi anggota organisasi (Siswanto, 2008: 54).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi adalah kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dsb) di perkumpulan dsb untuk tujuan tertentu, kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama (Depdiknas, 2007: 803).

(34)

22

mencapai hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai individu-individu secara sendiri.

Sedangkan menurut Boone dan Kurtz dalam Herlambang (2014: 111), organisasi adalah suatu proses tersusun yang orang-orangnya berinteraksi untuk mecapai tujuan. Dalam pengertian tersebut ada tiga elemen pokok sebuah organisasi, yaitu:

a. Adanya interaksi manusia

b. Kegiatan yang mengarah kepada tujuan

c. Adanya struktur yang jelas.

2. Hakikat Organisasi

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa sebuah organisasi merupakan:

a. Kumpulan individu-individu

Organisasi merupakan kumpulan orang yang berserikat dan bekerja sama.

b. Memiliki tujuan

Kriteria kedua terbentunya organisasi adalah memiliki tujuan. Walaupun terdapat sekumpulan orang, namun mereka tidak memiliki tujuan yang sama, maka tidak dapat dikatakan sebagai organisasi.

c. Koordinasi

(35)

23

Pengkoordinasian ini merupakan kegiatan penting agar organisasi tersebut dapat terarah (Siswanto, 2008: 56).

3. Tujuan Organisasi

Afzalurahman berpendapat bahwa tujuan organisasi berupa efektivitas organisasi dengan tercapai tujuan yang bersifat meterial dan spiritual. Pengertian ini memiliki konsekuensi bahwa pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan material dan non-materi yang membutuhkan pemenuhan (Siswanto, 2008: 59).

4. Fungsi/peran organisasi

Organisasi memiliki beberapa fungsi/peran, di antaranya:

a. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

Setiap organisasi memiliki kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Misalnya semua organisasi cenderung memerlukan gedung sebagai tempat beroperasinya organisasi, biaya, fasilitas, tenaga kerja yang rajin dan terampil, dan yang lainnya.

b. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab

(36)

24

c. Memproduksi barang atau orang

Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi memiliki produk masing-masing. Misalnya organisasi pendidikan guru produksinya adalah calon-calon guru.

d. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang

Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang

membimbing, mengelola, mengarahkan, dan menyebabkan

pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru, dan arah yang baru.

Bentuk dari pengaruh organisasi misalnya organisasi surat kabar mempengaruhi kita terhadap apa yang kita baca, perusahaan mobil mempengaruhi kita terhadap apa kendaraan yang kita kendarai. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung kepada kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktifitas organisasi.

B. Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)

1. Pengertian Solidaritas Kerohanian Islam

(37)

25

sempurna oleh anggota tubuh dan menyerahkan diri pada Allah Swt.

dalam segala qadha dan qadar-Nya (Al-Shiddieqy, 1977: 34).

Kata “kerohanian Islam” ini disebut juga dengan istilah

“Rohis” yang berarti sebagai suatu wadah besar yang dimiliki oleh

siswa untuk menjalankan aktivitas dakwah di sekolah (Koesmarwanti, 2000:124).

Rohis merupakan sebuah organisasi memperdalam dan memperkuat ajaran Islam. Rohis sering disebut juga Dewan Keluarga Masjid (DKM). Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakulikuler di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. (Wikipedia, Rohani Islam, (Online), (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rohani_Islam, diakses 31 Maret 2017).

Organisasi Rohis adalah sekumpulan orang-orang atau kelompok orang atau wadah tertentu dan untuk mencapai tujuan dan cita-cita yang sama dalam badan kerohanian, sehingga manusia yang tergabung di dalamnya dapat mengembangkan diri berdasarkan konsep nilai-nilai keislaman dan mendapatkan siraman kerohanian. (Henry,

2010, Ekstrakulikuler Rohani Islam (ROHIS), (Online),

( http://hendrifirmansyah.blogspot.co.id/2010/07/ekstrakulikuler-rohani-islam-rohis.html, diakses 30 Maret 2017).

(38)

26

bahwa mereka yang aktif di organisasi ini haruslah orang-orang yang tingkat religiusitasnya tinggi, ahli di bidang baca tulis Al-Qur‟an atau setidaknya memiliki kemampuan lebih di bidang yang berkenaan dengan kerohanian Islam. Padahal, untuk menjadi anggota SKI tidak serumit yang siswa bayangkan. Siapapun dapat menjadi anggota lembaga khusus ini.

Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) termasuk di dalamnya SKI, disediakan bukan hanya untuk menyalurkan bakat dan minat siswa agar dapat berkembang sesuai keinginannya, tetapi juga sebagai sarana untuk belajar berorganisasi, bekerja sama serta mengembangkan karakter dan sikap atau kepribadian agar menjadi siswa yang berbasis Islam. Anggota yang aktif dalam organisasi SKI kelak akan menjadi agent of change dan merupakan harapan bagi masyarakat muslim yang mampu mengembangkan watak-watak akhlakul karimah dan berjiwa Qur‟ani dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan kegiatan organisasi kerohanian Islam

Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara

anggota pria (ikhwan) dan wanita (akhwat). Tetapi tidak selalu. Hal ini

dikarenakan perbedaan mahram di antara anggota ikhwan dan akhwat

(39)

27

Tujuan utama Rohis adalah mendidik siswa menjadi lebih Islami dan mengenal dengan baik ajaran dan segala hal tentang Islam. Dalam pelaksanaannya, anggota Rohis memiliki kelebihan dalam penyampaian dakwah dan cara mengenal Allah lebih dekat melalui

alam dengan cara pembelajaran Islam di alam terbuka (rihlah).

(Wikipedia, Rohani Islam, (Online),

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rohani_Islam, diakses 31 Maret 2017).

3. Peran organisasi solidaritas kerohanian Islam

Sebuah organisasi pasti memiliki perannya masing-masing, tidak terkecuali dengan organisasi kerohanian Islam. Berikut ini merupakan peran pada pokonya dapat dijelaskan menjadi 4, yaitu:

a. Lembaga keagamaan

Kerohanian Islam identik dengan agama Islam, hal ini disebabkan kerohanian Islam memiliki motif, tujuan serta usaha yang bersumber pada agama Islam. Dan semua kegiatan yang dilaksanakan tidak lepas dari kerangka ajaran Islam. Kerohanian Islam juga dipandang sebagai pusat kegiatan remaja yang bernafaskan Islam, sehingga diharapkan dapat menjadi wadah yang mampu menghasilkan kader-kader bangsa yang berkarakter.

b. Lembaga dakwah

(40)

28

sebagainya yang tidak hanya diikuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran yang ada di sekolah. Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan oleh Rohis adalah dakwah aktual yaitu telibatnya Rohis secara langsung dengan objek dakwah melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat sosial keagamaan (Oepen, 1987: 92).

c. Lembaga perjuangan

Kalau kita membaca kembali buku-buku sejarah tentang bagaimana perjuangan Rasulullah Saw. dalam menegakkan Islam, maka akan ditemui nama-nama pahlawan yang sebagian besar masih berusia muda. Ini menunjukkan bahwa bendera Islam tidak akan berkibar tinggi membentang luas kekuasaannya di permukaan bumi dan tidak akan tersebar dakwahnya di penjuru alam kecuali melalui tangan sekelompok orang-orang beriman dari kalangan generasi muda („Ulwan, 2003: 15)

d. Lembaga kemasyarakatan

(41)

29

4. Bentuk kegiatan organisasi solidaritas kerohanian Islam

Rohis memiliki tugas yang cukup serius yaitu sebagai lembaga

dakwah. Sebagaimana Firman Allah Swt. dalam al-Qur‟an surat Ali

„Imran ayat 104:

ِرَكْنُوْلا ِيَع َىْىَهْنَيَو ِفوُرْعَوْلبِب َىوُرُهْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َىىُعْدَي ٌةَّهُأ ْنُكْنِه ْيُكَتْلَو

َىىُحِلْفُوْلا ُنُه َكِئَلوُأَو

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung.” (El Ishaq, 2016: 12).

Dakwah tersebut dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan yang tidak hanya diikuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran yang ada di sekolah.

Beberapa aktifitas yang dapat dilakukan adalah dakwah yang

dibagi menjadi dua macam, yaitu bersifat ammah (umum) dan bersifat

khashah (khusus).

a. Dakwah ammah (umum)

Dakwah ammah dalam sekolah adalah proses penyebaran

fitrah Islamiyah dalam rangka menarik simpati, dan meraih dukungan dari lingkungan sekolah. Karena sifatnya demikian, dakwah ini harus dibuat dalam bentuk yang menarik, sehingga

memunculkan objek untuk mengikutinya. Dakwah ammah meliputi

(Buku Panduan Dakwah Sekolah.pdf):

(42)

30

Program ini diadakan khusus untuk penyambutan adik-adik yang menjadi siswa baru. Target program ini adalah mengenalkan siswa baru dengan berbagai kegiatan dakwah sekolah, para pengurus, dan alumninya.

2) Ceramah umum/tabligh

Ceramah umum adalah salah satu program yang populer bagi

penyebaran fikrah Islamiyah secara masal dikalangan siswa,

guru-guru dan karyawan. Biasanya diadakan dalam rangka menyambut momen tertentu seperti PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).

3) Penyuluhan problem remaja

Progaram penyuluhan program remaja seperti narkoba, tawuran, dan seks bebas. Program seperti ini juga menarik minat para siswa karena permasalahan seperti ini sangat dekat dengan kehidupan mereka dan dapat memenuhi rasa ingin tahu mereka secara positif.

4) Studi dasar Islam

Studi dasar Islam atau lebih sering dikenal sebagai dauroh

atau pesantren kilat adalah program kajian dasar Islam dalam jangka waktu tertentu antara 2-5 hari tergantung situasi dan kondisi. Materinya antara lain tentang akidah, makna syahadatain, mengenal Allah, mengenal Rasul, mengenal Islam,

(43)

31

risalah, ukhuwah urgensi tarbiyah Islamiyah, dan sebagainya. 5) Rihlah/tafakur alam

Rihlah bertujuan untuk menyegarkan kembali jiwa yang penat sambil menghayati kebesaran ciptaan Allah Swt. dan

menguatkan ukhuwah.

6) Olahraga

Olahraga dapat menjadi program rutin informal bagi para anggota dakwah sekolah dan simpatisannya dengan tujuan

sebagai tarbiyah jasadiyah sekaligus menggalang ukhuwah dan

solidaritas pengurus.

7) Bazar dan pameran

Bazar yang dimaksud adalah bazar buku, majalah, kaset,

VCD, stationary, busana dan berbagai produk Islami lainnya.

Pameran yang Islami seperti: pameran foto-foto perkembangan

dunia Islam dari berbagai zaman dan penjuru dunia, software

komputer/program multimedia Islam, dan sebagainya.

8) Perlombaan

Program perlombaan yang biasanya diikutkan dalam program utama PHBI merupakan wahana menjaring bakat dan minat para

siswa di bidang keagamaan, ajang perkenalan (ta’aruf)

silaturahmi antar kelas yang berbeda, dan syiar Islam.

9) Majalah dinding

(44)

32

wahana informasi keislaman dan pusat informasi kegiatan Islam, baik internal sekolah maupun eksternal.

10)Buletin dakwah

Program ini dimaksudkan agar obyek dakwah sekolah

senantiasa mendapat suplai fikroh atau informasi keislaman

secara kontinu dan berkala.

11)Kursus membaca al-Qur‟an

Progaram ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak guru agama Islam di sekolah, sehingga mereka turut mendukung dan menjadikan sebagai bagian dari penilaian mata pelajaran agama Islam.

12)Perpustakaan Islam

Perpustakaan Islam sangat penting peranannya bagi dakwah sekolah. Inilah sumber ilmu dan pengetahuan, dan mempercepat kematangan keislaman siswa.

13)Shalat jum‟at berjamaah

Apabila sekolah memiliki fasilitas untuk shalat Jum‟at

berjamaah di dalam lingkungan sekolah (masjid sekolah), maka jangan sia-siakan untuk mengelolanya dengan penceramah yang

berkualitas dan berfikroh baik. Selain itu, apabila

memungkinkan hendaknya penceramah digilir antara kepala

sekolah, kalangan guru, dan siswa sebagai media latihan tabligh

(45)

33

guru.

14)VCD Islam rental

Saat ini telah berkembang pula puluhan item VCD film-film, nasyid, dokumenter terkait dengan dunia Islam dengan format dan kualitas gambar yang tidak kalah dengan film konvensional.

15)Informasi perguruan tinggi

Kegiatan ini sangat menarik minat kelas III dan bernilai efektif bagi tumbuhnya simpati dan kesan yang baik bagi para aktifis dakwah sekolah dan alumninya di mata masyarakat, siswa, guru, dan kepala sekolah.

16)Try out SPMB

Program pelayanan ini juga efektif dengan dua tujuan sekaligus, yaitu membantu persiapan SPMB khususnya para siswa muslim serta menggalang simpati, silaturahmi, dan ukhuwah.

17)Pelatihan keterampilan

(46)

34

yang baik, bertukar pengalaman dan penghimpunan potensi.

18)Pengajian guru

Pengajian guru dapat diadakan dengan pendekatan siswa, alumni, dan guru aktifis dakwah sekolah, termasuk guru agama Islam. Diharapkan lama kelamaan kegiatan ini memiliki manajemen yang terpisah dan dikelola oleh internal guru sendiri sehingga lebih alamiah dan permanen.

19)Mudzaharah dunia Islam

Informasi muzhaharah dunia Islam hendaknya selalu disampaikan kepada segenap siswa dan khususnya bagi para aktifis dan simpatisannya. Kegiatan ini sangat baik bagi

percepatan kematangan fikroh, hamasah (semangat) dan

kematangan pribadi.

b. Dakwah khashah (khusus)

Dakwah khashah adalah proses pembinaan dalam rangka

pembentukan kader-kader dakwah di lingkungan sekolah. Dakwah khashah bersifat selektif dan terbatas dan lebih berorientasi pada proses pengkaderan dan pembentukan kepribadian, objek dakwah ini memiliki karakter yang khashah (khusus), harus diperoleh melalui proses pemilihan dan penyeleksian. Dakwah ini meliputi (Koesmarwanti, 2000: 159-161):

1) Mabit

(47)

35

isya‟ dan diakhiri dengan shalat subuh.

2) Diskusi atau bedah buku (mujaadalah)

Diskusi atau bedah buku ini merupakan kegiatan yang

bernuansa pemikiran (fikriyah) dan wawasan (tsaqaafiyah).

Kegiatan ini berjutuan untuk mempertajam pemahaman, memeperluas wawasan serta meluruskan pemahaman peserta tarbiyah.

3) Daurah/pelatihan

Daurah atau pelatihan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada siswa, misalnya

daurah al-Qur‟an (bertujuan untuk membenarkan bacaan al

-Qur‟an), daurah bahasa arab (bertujuan untuk penguasaan

bahasa arab), dan sebagainya.

4) Penugasan

Penugasan yaitu suatu bentuk tugas mandiri yang diberikan kepada peserta halaqah. Penugasan tersebut dapat berupa

hafalan al-Qur‟an, hadis, atau penugasan dakwah.

C. Karakter

1. Pengertian karakter dan pembentukan karakter

Asal karakter berasal dari bahas Latin “kharakter”,

(48)

36

tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran (Majid, 2013: 11).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa karakter adalah sifat atau ciri kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari oang lain; tabiat; watak. Dengan demikian, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia perbuat (Damayanti, 2014: 11).

Sedangkan pengertian pembentukan karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu pembentukan bermakna proses, cara, membuat membentuk (Depdiknas, 2007: 136). Dalam hal ini, pembentukan dapat diartikan sebagai proses, cara atau perbuatan membentuk yang dilakukan dengan cara membimbing, mengarahkan, dan mendidik.

(49)

37

Pembentukan dan pembinaan karakter melalui pendidikan karakter menjadi kebutuhan mendesak mengingat demoralisasi dan degradasi pengetahuan dan moral sudah sedemikian akut menjangkiti bangsa ini di semua lapisan masyarakat.

Menurut Ratna Megawangi dalam Asmani (2013: 48) pendidikan karakter adalah untuk mengukir akhlak melalui proses knowing the good, loving the good, and acting the good (suatu proses pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, emosi, dan fisik sehingga berakhlak mulia)

Tujuan pendidikan karakter adalah untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta

didik mampu secara mandiri meningkatkan menggunakan

pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi, serta

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Muslich, 2011: 81).

Implementasi akhlak dalam Islam tersimpul dalam karakter pribadi Rasulullah Saw. bersemai nilai-nilai akhlak yang agung dan mulia (Majid, 2013: 59). Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Al Ahzab ayat 21:

(50)

38

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

(Majid, 2013: 59).

Kegiatan ekstrakulikuler maupun organisasi yang selama ini diselenggarakan di sekolah merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karekter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakulikuler merupakan pendidikan di luar mata pelajaran untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan keutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Melalui ekstrakulikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik (Muslich, 2011: 86-86).

Dalam literatur Islam ditemukan bahwa faktor gen atau keturunan diakui sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter. Namun, akhir-akhir ini ditemukan bahwa yang paling berdampak pada karakter seseorang selain gen yaitu makanan, teman, orangtua, dan tujuan merupakan faktor terkuat dalam mewarnai karakter seseorang. Dengan demikian, jelaslah bahwa karakter dapat dibentuk.

(51)

39

a. Suatu proses terus-menerus dilakukan untuk membentuk tabiat,

watak, dan sifat-sifat kejiwaan yang berlandaskan pada semangat pengabdian dan kebersamaan.

b. Menyempurnakan karakter yang ada untuk mewujudkan karakter

yang diharapkan.

c. Membina nilai/karakter sehingga menampilkan karakter yang

kondusif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang dilandasi nilai-nilai dan falsafah hidup.

3. Nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional

Nilai-nilai karakter merupakan nilai yang dapat membantu interaksi bersama orang lain secara lebih baik. Berikut ini merupakan delapan belas nilai karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Salahudin, 2013: 54-56):

a. Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan

ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan

dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan

(52)

40

d. Disiplin, yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh

pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya

sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung

pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis, yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang

menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang ingin selalu

berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, berwawasan

yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air, yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

(53)

41

l. Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa

senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.

n. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca berbagai bacaan yang memberikan manfaat bagai dirinya.

p. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tindakan yang berupaya

mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, karekter dimulai dalam sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(54)

42

Pembentukan karakter akan terjadi sepanjang masa sejak manusia itu dilahirkan hingga manusia itu meninggal dunia. Pembentukan karakter itu sendiri adalah suatu proses yang dialami oleh semua manusia sejak lahir hingga meninggal dunia yang berupa perubahan sikap, sifat, watak yang dihasilkan oleh proses kehidupan yang dialami seseorang melalui berbagai tahapan kehidupan.

Ada banyak pendapat yang berkaitan tentang proses pembentukan karakter ini. Namun, secara sederhana terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, pada usia dini disebut tahap pembentukan karakter. Kedua, pada usia remaja disebut tahap pengembangan. Ketiga, pada usia dewasa disebut tahap pemantapan. Keempat, pada usia tua disebut tahap pembijaksanaan. (Naim, 2012: 57)

Namun demikian, tidak semua orang setuju dengan pembagian tersebut, sebab dalam realitanya tidak sedikit orang yang sudah dewasa ternyata karakternya belum terbentuk. Hal ini menunjukkan bahwasanya pembentukan karakter tidak selalu terpengaruh pada umum seseorang. Manusia yang berkarakter adalah manusia yang dalam perilaku dan segala hal yang brekaitan aktivitas hidupnya sarat dengan nilai-nilai kebaikan. (Naim, 2012: 60).

5. Pilar-pilar pendidikan karakter

a. Moral Knowing

(55)

43

baik, walaupun secara kognitif ia mengetahuinya (moral knowing),

yaitu karena ia tidak terlatih untuk melakukan kebajikan atau moral action.

Moral knowing ini terdiri dari enam hal, yaitu: (1) moral awareness (kesadaran moral), (2) knowing moral values

(mengetahui nilai-nilai moral), (3) perspectiv taking (penentuan

sudut pandang), (4) moral reasoning (logika moral), (5) decision

making (keberanian mengambil menentukan sikap), dan (6) self knowledge (pengenalan diri).

Keenam hal tersebut adalah komponen-komponen yang harus diajarkan kepada siswa untuk mengisi ranah pengetahuan mereka.

b. Moral Feeling

Moral feeling adalah aspek yang lain yang harus ditanamkan kepada anak yang merupakan sumber energi dari diri manusia untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip moral. Terdapat enam hal yang merupakan aspek emosi yang harus mampu dirasakan oleh seseorang untuk menjadi manusia berkarakter, yaitu: (1) conscience (nurani), (2) self esteem (percaya diri), (3) empathy (merasakan penderitaan orang lain), (4) loving the good

(mencintai kebenaran), (5) self control (mampu mengontrol diri),

(56)

44

Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata.

D. Peran Organisasi Kerohanian Islam dalam Pembentukan karakter

Kelompok atau organisasi memiliki pengaruh yang kuat bagi pengembangan diri anggotanya. Seseorang yang masuk dalam organisasi sosial yang santun, maka ia akan berupaya untuk bersikap santun sebagaimana identitas kelompoknya.

Mengingat organisasi atau kelompok memiliki pengaruh yang besar terhadap anggotanya, maka menempatkan organisasi (apapun bentuknya) sebagai media untuk membangun karakter anggota kelompok menjadi penting (El Ishaq, 2016: 136).

Organisasi SKI yang bernafaskan al-Qur‟an dan Sunnah

merupakan salah satu sarana dalam membentuk kualitas anggotanya yaitu peserta didik agar menjadi muslim yang seutuhnya serta mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki agar senantiasa berhubungan dengan Allah Swt., manusia, dan alam semesta.

Peran organisasi SKI dalam membentuk karakter peserta didik terwujud dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh SKI itu sendiri sebagai suatu dakwah Islamiyah yang diperuntukkan kepada anggota, pengurus, maupun warga sekolah.

(57)

45

ramadhan, tafakur alam, dan lain sebagainya yang bertujuan memperdalam iman dan takwa peserta didik.

Siswa yang aktif dalam organisasi SKI dan sering berpartisipasi dalam segala bentuk kegiatan SKI cenderung memiliki karakter yang baik karena cenderung mendasarkan sikap dan perilakunya

dengan dalil-dalil al-Qur‟an dan Sunnah-sunnah yang telah dikajinya

(58)

46

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

E. Gambaran Umum Sekolah

5. Sejarah Berdirinya SMA N 1 Salatiga

SMA N 1 Salatiga berdiri sejak tahun 1954, di antara pertimbangan pendiriannya adalah sebagai berikut:

a. Membantu warga Salatiga yang ingin melanjutkan pendidikannya

ke jenjang yang lebih tinngi (SLTA Negeri)

b. Di Kota Salatiga belum terdapat SLTA negeri, sehinga warga

Salatiga yang ingin melanjutkan pendidikannya ke SMA negeri harus keluar kota (Semarang, Solo, dll)

c. Di Salatiga sudah ada tiga SMA swasta yang apabila menempuh

ujian harus didaftarkan dan dilaksanakan di Semarang

Dengan latar belakang tersebut di atas, maka beberapa tokoh masyarakat dan cendekiawan, khususnya yang mempunyai kedudukan di DPRD berembuk (musyawarah). Dari hasil berembuk tersebut, maka pada tanggal 01 Juli 1954 didirikanlah SMA B di Salatiga.

(59)

47

Setelah diperoleh persetujuan dan perijinan dari Inspektorat SMA di Jakarta, langkah selanjutnya adalah:

a. Usaha mencari gedung

Atas usaha Bapak M. Soedijono (Walikota Kepala Daerah Kotapraja Salatiga) yang juga pengurus yayasan SMA B Salatiga, dilakukan persetujuan dengan jawatan sosial. Jawatan sosial menyerahkan gedung di Jl. Diponegoro No. 39 yang semula digunakan untuk penampungan orang jompo warga Belanda, oleh Bapak Soemardi (Kepala Kantor Perumahan Kotapraja Salatiga) penampungan orang jompo di pindah ke tempat lain.

b. Usaha mencari perabot

Setelah diperoleh gedung, maka langkah berikutnya adalah mencari perabotan utuk kelengkapan sebuah sekolah. Untuk membeli perabotan sekolah, atas persetujuan DPRD, Walikotapraja mengeluarkan dana.

c. Menyiapkan tenaga pengajar

Untuk sementara tenaga pengajar diambil dari cendekiawan yang mau atau rela berjuang serta guru-guru SMA swasta dan guru dari luar kota Salatiga.

(60)

48

dijadikan SMA Negeri. Dengan pertimbangan Salatiga sebagai Kotapraja sudah memiliki beberapa SMP Negeri dan Swasta, maka Salatiga diberikan satu SMA Negeri.

Usaha ini mulanya bertepatan dengan kunjungan Bapak Moch. Yamin, S. H. ke Salatiga dan selanjutnya diajukan pada saat Bapak Sarino Mangunsarkoro (Mantan menteri PP dan K, anggota DPR) berkunjung ke Salatiga. Usaha tersebut membuahkan hasil, dan sejak 01 Agustus 1954 SMA B Salatiga diresmikan sebagai SMA Negeri Salatiga, dengan alamat Jl. Dionegoro No. 39 sebagai rumah sekolah.

Karena kekurangan lokal kelas, meskipun sudah menjadi sekolah negeri, SMA Negeri Salatiga hanya memiliki satu jurusan, yaitu SMA bagian B (Pasti Alam). Setelah keadaan stabil, baik ketenangan maupun administrasi, maka tahun 1958/1959 SMA Negeri Salatiga membuka SMA bagian A (Jurusan Sastra). Sehubungan dengan hal tersebut, sekolah memperoleh otoritasi (terlegalisir tanggal 25 Agustus 1959) untuk memperbaiki gedung induk. Pada tahun 196/1961 membuka SMA bagian C (Jurusan Sosial), dengn demikian SMA Negeri Salatiga sudah lengkap menjadi jurusan A, B, dan C.

(61)

49

Mengingat semakin bertambahnya siswa, pada tahun 1962/1963 lokal pinjaman bertambah yaitu di SMP 2 pada tahun 1963/1964 menambah lokal lagi di SMP 1 Salatiga. Pada tahun 1964/1965 pinjaman gedung di SMP 2 dan SMP 1 dikembalikan. Hanya menggunakan gedung SGTK, dan pelajaran terpaksa dilaksanakan pada sore hari. Karena SMA Negeri diberi tempat di CHKM (Sekolah Rakyat Cina) di JL. Ksatrian (sekarang JL. Ahmad Yani) terhitung sejak 27 Mei 1966.

Berkat usaha keras Bapak Soedijono (Walikota) pada tahun 1967 SMA Negeri Salatiga menempati gedung baru di Jl. Kemiri No. 1. Sejak ini secara berangsur-angsur kelas-demi kelas dapat dipindahkan.

Sampai dengan tahun ajaran 1980/1981 ruang kelas yang ada di gedung jalan Diponegoro masih dimanfaatkan sebagai kelas IPS. Dengan demikian pembelajaran masih dilakukan di dua tempat. Di jalan Diponegoro 39 untuk kelas IPS dan di jalan Kemiri 1 untuk kelas IPA.

Mulai tahun ajaran 1981/1982 semua kegiatan pembelajaran intrakulikuler sudah dilakukan di gedung yang yang ada di jalan Kemiri 1 Salatiga. Artinya, semua kelas telah dioperasikan di satu atap. Sedangkan gedung yang ada di jalan Diponegoro 39 digunakan untuk kegiatan keterampilan dan kesenian.

(62)

50

Salatiga untuk digunakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) AMA. Dengan demikian semua aktifitas operasional SMA N 1 Salatiga dipusatkan di Gedung Jalan Kemiri 1 Salatiga.

6. Profil Sekolah

a. Identitas sekolah

1) Nama sekolah : SMA N 1 Salatiga

2) NPSN : 20328447

3) Akreditasi : A

4) Jenjang : SMA

5) Status : Negeri

b. Lokasi sekolah

1) Alamat : Jl. Kemiri No. 1 Salatiga

2) Kelurahan : Sidorejo Lor

3) Kecamatan : Sidorejo

4) Kota : Salatiga

5) Provinsi : Jawa Tengah

6) Kodepos : 50711

c. Data pelengkap sekolah

1) SK Pendirian Sekolah : 3142/6/111

2) Tanggal SK Pendirian : 1901-01-01

3) Status Kepemilikan : Kepemilikan Daerah

4) SK Izin Operasional :

(63)

51

6) Nomor Rekening : 297517111

7) Nama Bank : BNI

8) Cabang KCP/Unit : Salatiga

9) Rekening Atas Nama : SMA N 1 Salatiga

10)MBS : Tidak

11)Luas Tanah Milik (m2) : 2020

12)Luas Tanah Bukan Milik (m2) : 900

13)Nama Wajib Pajak :

14)NPWP : 2.91969E+12

d. Kontak Sekolah

1) No telepon : 0298-326867

2) Fax : 0298-326867

3) Email : sma1sltg@yahoo.com

4) Website : http://www.sman1salatiga.sch.id

5) Kepala Sekolah : Drs. Suyitno, M. Pd.

7. Visi, Misi, dan Tujuan SMA N 1 Salatiga

a. Visi

“Beriman, berkarakter, berbudaya, berdaya saing, dan berwawasan

lingkungan”.

b. Misi

1) Mewujudkan insan yang bertaqwa melalui pendidikan dengan

melaksanakan ajaran agama

(64)

52

3) Mewujudkan insan berkarakter melalui kegiatan intrakulikuler,

ekstarkulikuler, dan kegiatan organisasi sekolah

4) Mewujudkan insan yang gemar meneliti dan cinta lingkungan

5) Mewujudkan insa yang cinta menjunjung tinggi kebersamaan,

kekeluargaan, dan kegotong royongan

6) Mewujudkan insan yang aktif, kretif, inovatif, dan kompetitif

secara nasional dan internasional

7) Mewujudkan insan yang berperilaku hidup bersih dan sehat

8) Mewujudkan insan yang perduli dan berupaya dalam

pengelolaan lingkungan hidup

c. Tujuan

1) Mampu melaksanakan Kurikulum 2013 dan Program Cerdas

Istimewa Bakat Istimewa (CIBI)

2) Mampu memperoleh medali dalam olimpiade Matematika,

Sains, dan prestasi non akademik tingkat Nasional dan Internasional

3) Mampu melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, kreatif,

dan inovatif untuk semua mata pelajaran

4) Mampu memiliki tenaga pendidik dan kependidikan yang

profesional

5) Mampu memiliki sarana prasarana pembelajaran yang memadai

(65)

53

6) Mampu memiliki layanan manajemen berbasis Information

Communication Technology (ICT) dan manajemen mutu ISO 9001 tahun 2008

7) Mampu menjalin kerjasama dengan stakeholder untuk menggali

dana yang memadai, wajar, dan berkeadilan untuk

meningkatkan kemajuan sekolah

8) Mampu memiliki perangkat penilaian yang relevan

9) Mampu mewujudkan nilai-nilai keagamaan dan mampu

beradaptasi dengan perkembangan budaya global sesuai jati diri bangsa

10)Mampu berperilaku hidup bersih dan sehat

11)Mampu mengelola lingkungan dan mengendalikan pencemaran

lingkungan

12)Mampu memiliki lingkungan yang hijau, bersih, indah, dan

nyaman

8. Data Sarana dan Prasarana Sekolah

Secara umum, SMA N 1 Salatiga memiliki 4 gedung utama yaitu gedung A, B, C, dan D. Selain keempat gedung tersebut, terdapat gedung yang terpisah yaitu Gedung Laboratorium, Gedung Serba Guna, Kantin Sehat, dan Masjid.

(66)

54

Tabel 1: Sarana dan Prasarana Sekolah

No Fasilitas No Fasilitas

29 3 unit kamar mandi karyawan

10 2 ruang laboratorium

kimia

30 1 unit kaman mandi dan WC kepala sekolah

11 Ruang laboratorium

astronomi

31 20 unit kamar mandi dan WC peserta didik

12 2 ruang laboratorium biologi 32 Ruang SKI

13 3 laboratorium bahasa 33 Ruang fotocoy

14 Perpustakaan 34 Lorong piala

(67)

55

16 Ruang agama Katolik 36 Dapur

17 Ruang rapat 37 Kantin sehat

18 Lapangan sepak bola 38 Kantin kejujuran

19 Lapangan basket 39 Lahan parkir kendaraan roda 2 dan

roda 4 20 UKS

9. Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah

Tabel 2: Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah

Guru/ Staf

Laki- Laki

Perem-

puan Jumlah Keterangan

(68)

56

10.Data Siswa

Tabel 3: Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

Kelas X 120 189 309

Kelas XI 108 207 315

Kelas XII 128 194 322

Jumlah 356 590 946

11.Kurikulum

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013.

Sistem pembelajaran menggunakan pendekatan scientific.

Tempat pembelajarannya indoor dan outdoor.

F. Gambaran Umum Organisasi Solidaritas Kerohanian Islam (SKI)

Ar-Royyan

1. Sejarah Organisasi SKI Ar-Royyan

SKI Ar-Royyan adalah organisasi siswa yang berasaskan Islam yang didirikan oleh pelajar muslim SMA N 1 Salatiga. Organisasi ini termasuk organisasi terbesar kedua setelah OSIS. Organisasi ini bernama SKI Ar-Royyan yang dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu SKI Ar-Rijal (kaum laki-laki) dan SKI An-Nisa‟

(69)

57

SKI ini dibagi menjadi dua, yaitu SKI pasif (umum) untuk semua anggota SKI, dan SKI aktif untuk semua pengurus. Jumlah untuk seluruh anggota SKI yaitu 178 siwa. Organisasi ini juga termasuk lembaga dakwah di sekolah.

Selain itu, organisasi ini juga menjadi team penasehat yang

selalu mengajak anggotanya maupun pengurusnya untuk amar ma’ruf

nahi munkar. Sebagaimana dalam anggaran dasar SKI Ar-Royyan, didirikan dengan tujuan mempertebal keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. dengan cara mendorong dan mengembangkan dakwah

Islam. Firman Allah dalam QS. Ali-„Imran: 104:

ِرَكْنُوْلا ِيَع َىْىَهْنَيَو ِفوُرْعَوْلبِب َىوُرُهْأَيَو ِرْيَخْلا ىَلِإ َىىُعْدَي ٌةَّهُأ ْنُكْنِه ْيُكَتْلَو

َىىُحِلْفُوْلا ُنُه َكِئَلوُأَو

Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung.” (El Ishaq, 2016: 12).

Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri

kepada Allah, dan Munkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan

diri pada Allah.

2. Visi, Misi dan Tujuan SKI Ar-Royyan

a. Visi

“Menghidupkan syiar Islam dalam lingkup sekolah”

b. Misi

Gambar

Tabel 1: Sarana dan Prasarana Sekolah
Tabel 2: Data Pendidik dan Kependidikan Sekolah
Tabel 3: Data Siswa Tahun Pelajaran 2016/2017
Tabel 4: Indikator Pembentukan Karakter Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait