• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH

DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL

KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Disusun oleh LAILATUL JANAH

NIM 11113022

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

DEKLARASI

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 13 Juni 2017 Penulis,

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : LAILATUL JANAH

NIM : 11113022

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 13 Juni 2017 Yang Menyatakan,

(5)

Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.

Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi

Saudara LAILATUL JANAH

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : LAILATUL JANAH

NIM : 11113022

Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH

DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN

SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH

MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL

KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)

Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 13 Juni 2017 Pembimbing

(6)

SKRIPSI

PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA

SALATIGA 2016)

DISUSUN OLEH: LAILATUL JANAH

NIM: 11113022

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Agustus dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

Ketua Penguji : Dr. Fatchurohman, M. Pd. Sekretaris Penguji : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Pd. Penguji I : Sutrisna, M. Pd.

Penguji II : Mufiq, S. Ag, M. Phil.

Salatiga, 21 Agustus 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)

Suwardi, M.Pd.

NIP. 19670121 199903 1 002

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716

(7)

MOTTO







































Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada

Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka

masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke

dalam surga-Ku

”.

(

Q.S. Al Fajr: 28-30)









“Ya Tuhanku, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat,

wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku

dengan orang-orang yang saleh

.

(QS. Yūsuf:101)

Mengingat kematian adalah pemberi

nasihat yang paling mengingatkan.

(8)

Al-Bashri-PERSEMBAHAN

Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan

rahmat Allah SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh

karena itu, penulis persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu

memberikan kasih sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku

kehidupan ini. Yaitu teruntuk:

1.

Ibu Nyai H.Latifah Zoemri dan keluarga, terimakasih atas semua ilmu

yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan

ku mendatang.

2.

Seluruh Asatidz PPTI Al-Falah, terimakasih atas semua ilmu yang

telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku

mendatang.

3.

Bapak dan Ibunda ku tercinta, Bapak Marsudi dan Ibu Siti Saidah

yang tiada henti selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan,

bimbingan dan nasehat dalam kehidupan ini.

4.

Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang membimbing dan mendidik

ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

5.

Semua dosen dan guru-guru ku yang telah membimbing dan memberikan

ilmu kepada ku.

6.

Kakak ku tersayang, mbak koni’ah dan mas Andi Yudananto yang selalu

memberikan arahan dan motivasi, ponakanku terkasihTalita Syafiyya

Rahma, serta nenekku tercinta mbah Marsiyam beserta keluarga yang

selalu mendo’akanku dan se

bagai sumber inspirasi dalam hidup ku dan

semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian.

7.

Teman-Teman PPTI Al-Falah Salatiga, terimakasih atas kasih sayang

9.

Keluarga besar FK-WAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang),

semoga bisa menjadi tauladan yang baik, khususnya bagi masyarakat

Magelang dan sekitarnya. Walaupun kita sudah tidak bersama-sama

lagi semoga silaturrahmi tetap terjalin.

10.

Keluarga besar Biro Konsultasi dan Psikologi Tazkia IAIN Salatiga,

(9)

11.

TIM Majelis Do’a Mawar Allah (MDMA) dan Pusat Informasi dan

Konseling (PIK) SAHAJASA IAIN Salatiga yang memberikanku

banyak inspirasi dan pengalaman. Semoga lebih jaya di tahun-tahun

beikutnya.

12.

TPQ Al- Muhajirin Grogol Salatiga yang telah memberikanku

pengalaman dalam mengajar.

13.

Keluarga besar RA/ KB Syaamila Kids Argomulyo Salatiga yang telah

memberikanku pengalaman dalam mendidik anak-anak.

14.

Sahabat-Sahabat ku C22 family, mbak umi, mbak chusna,mbak indah,

dek eki, dek mila, dek uul,dek malik, dek ummah, dek muna, dek marlina,

terimakasih sudah menemani perjalanan hidup ku dan memberikan

keceriaan dalam hari-hari ku.

15.

Teman-

temanku “vero Amico” Sahabat sejati Alumnus MAN 1 Kota

Magelang ( Oliv, Aida, Zuni, Yanti, Arsyad, Fitry, Rury, Aris, Siska,

Jaelani, Yusuf) Semoga persahaban kita langgeng sampai ajal

memisahkan kita.

16.

Teman-teman PPL di SMA N 1 Bringin ( Olip, Alifah, Restu, Ema,

Ratna, Wahyu, Hani,kholid, Rizal, Alif)

17.

Teman-teman KKN Posko 59 Dsn Pereng, Desa Pakel, Kab. Boyolali

(Mba Istri, Olip, Mb Sopy, Mb Puji, Bening, Arsyad, Arif, Hadi) yang

sudah mensupport demi terselesainya skripsi ini.

18.

Mas Qin yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

19.

Calon imamku dimanapun berada semoga kita dipertemukan

dipertemuan terindah yang di ridlai Allah SWT.

20.

Teman

teman seperjuanganku angkatan 2013, khususnya teman-teman

(10)

KATA PENGANTAR

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah

PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM

MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA

JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)”

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku ketua IAIN Salatiga. 2. Ibu Siti Rukhayati M. Ag, selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.

3. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku dekan fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak Prof. Budiharjo M.Ag selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik. 6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya

(11)

studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.

8. K.H. Muhammad Zoemri RWS (Alm) beserta ibu Nyai Hj.Latifah selaku Pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah yang telah membina, mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama studi di ponpes.

9. Keluarga besar Majelis Dzikir Mahasiswa Al- Khidmah Kota Salatiga yang memberikan ijin penelitian kepada penulis.

10.Kepada orangtua yang selalu berkorban apapun demi keberhasilan penulis, Bapak Marsudi beserta Ibu Siti Saidah tercinta.

11.Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi serta dukungan dalam penulisan skripsi ini.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal ‘alamin.

Salatiga, 13 Juni 2017 Penulis,

(12)

ABSTRAK

Janah, Lailatul. 2017.Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga 2016). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Ag.

Kata Kunci: Majelis Dzikir, Kecerdasan Spiritual.

Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang hamba dengan Allah SWT. Banyak manfaat yang didapat para ahli dzikir baik batiniyah maupun lahiriyah. Bagi jamaah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir selalu berusaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap keinginannya untuk menciptakan kecerdasan spiritual tersebut. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga 2016). Fokus penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Apa kegiatan yang ada dalam majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga? (2) Apa peran majelis dzikir Al Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual? (3) Faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga?

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Kajian Penelitian Terdahulu ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Majelis Dzikir ... 14

(14)

C. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 40

E. Analisis Data ... 44

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 45

G. Tahap-tahap Penelitian ... 46

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data ... 48

B. Temuan Penelitian ... 64

C. Analisis Data ... 76

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 101

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Verbatim Wawancara

Lampiran 3 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi Lampiran 4 Surat Keterangan Bukti Penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam kesehariannya manusia tidak lepas dari dua kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani atau yang biasa disebut dengan kebutuhan duniawiyah adalah kebutuhan manusia yang bersifat fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan kebutuhan yang bersifat material lainnya. Sedangkan kebutuhan rohani atau kebutuhan ukhrawiyah adalah kebutuhan manusia yang berhubungan dengan jiwa atau hati, seperti ketentraman jiwa, kedamaian hati, dan kesejahteraan hidup. Urgensi dari terpenuhinya dua kebutuhan tersebut adalah tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan kentenangan jiwa dan hati salah satunya adalah dengan berdzikir. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du ayat 28 yaitu:

tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan

mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Al Qur’an dan

(17)

Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang hamba dengan Allah SWT. Majelis dzikir juga dapat melunakkan hati dan menjernihkan pikiran dari sifat keduniawiyan. Di dalam majelis dzikir tidak sedikit seseorang yang menetaskan air matanya karena terhanyut oleh dorongan rohani dan sanubarinya yang mengharapkan kelak di akhirat bisa bertemu dengan Dzatnya Allah SWT.

Banyak manfaat yang didapat para ahli dzikir ini baik batiniyah maupun lahiriyah. Manfaat batiniyah diantaranya adalah sebagai ikhtiar bertaubat kepada Allah SWT baik yang masih hidup dan bermanfaat bagi yang telah meninggal dunia. Kedua, merekatkan tali persaudaraan antara sesama penyambung silaturrahmi. Ketiga, untuk selalu meningkatkan diri sendiri dan seluruh jamaah bahwa akhir kehidupan adalah kematian yang tidak akan terlewatkan satu jiwapun didunia ini. Keempat, ditengah hiruk-pikuk dunia ini, manusia yang selalu bergelut dengan materi dan duniawi tentu memerlukan kesejukan ruhani (Muhyidin, 1981: 18).

(18)

menemukan makna hidup dan kebahagiaan, seseorang memerlukan kecerdasan spiritual.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, karena selalu terdorong oleh kebutuhan untuk pertanyaan “mendasar” atau “pokok”.

Mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup? Buat apa saya melanjutkan hidup saat saya lelah, depresi atau merasakan terkalahkan? Apakah yang dapat membuat semua berharga? Kita arahkan, bahwa ditentukan oleh suatu kerinduan yang sangat manusiawi untuk menentukan makna nilai dari upaya atau yang membawa kita melampaui diri kita dan keadaan saat ini, sesuatu yang membuat kita dan perilaku kita bermakna (Danah Zohar dan Ian Marshal, 2001:4)

Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan makna hidup dan kebahagiaan. Inilah sebabnya, kecerdasan spiritual dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam seseorang karena menemukan makna dari kehidupan dan kebahagiaan adalah tujuan dari setiap orang dalam hidupnya. Untuk apa mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi bila hidupnya tidak bahagia? Untuk apa dapat meraih kesuksesan, baik itu dalam karier, kekayaan maupun dalam kehidupan sosial, bila tidak merasakan sebuah kebahagiaan? Itulah sebabnya, kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling penting dan tinggi (Azzet, 2014: 10).

Bila diamati kondisi riil jama’ah, ada pengaruh jamaah majelis

(19)

kecerdasan spiritual. Meskipun tidak semua jama’ah mengalami

perkembangan kecerdasan spiritual, akan tetapi majelis dzikir pada umumnya berperan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual jama’ah.

Dzikir dalam Islam adalah bagian dari ibadah. Dzikir secara harfiah berarti “ingat”, atau dalam kata yang lebih lengkap biasa di sebut dengan dzikrullah yang berarti “ingat kepada Allah”. Akan tetapi dewasa

ini, dzikir yang dibalut dalam sebuah majelis ternyata menjadi bagian yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.

Jamaah Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga merupakan majelis dzikir yang dalam menyelanggarakan kegiatan lebih kompleks karena mempunyai ritual-ritual yang jarang sekali ditemukan di majelis dzikir lainnya. Dengan berkumpul dan berkhidmah di majelis yang mulia ini dengan harapan mendapatkan berkah dari majelis-majelis yang mulia yaitu majelis kirim do’a, majelis istighosah, majelis khotmil qur’an,

majelis maulidurrasul SAW. Yangmana Jama’ah Al-Khidmah itu sendiri

dirintis oleh Hadrotus Syekh Romo KH Ahmad Asrori Al Ishaqi RA. Yang telah mengajak kita semua untuk selalu mengingat kepada Allah SWT, menambah mahabbah kita kepada para Nabi, Habaib, Auliya, dengan berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat dan

(20)

Bagi jamaah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir selalu berusaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap keinginannya untuk menciptakan kecerdasan spiritual tersebut. Berdasarkan pada latar belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian dan menyusun sebuah skripsi yang berjudul “ Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah Dalam

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga 2016).

B. Fokus Penelitian

Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu :

1. Apa kegiatan majelis dzikir Mahasiwa Al-Khidmah Kota Salatiga? 2. Apa peran majelis dzikir Mahasiwa Al-Khidmah Kota Salatiga dalam

mengembangkan kecerdasan spiritual?

3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiwa Al Khidmah Kota Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga.

(21)

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan sumbangsih dan kontribusi pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di bidang psikologi pendidikan.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menerapkan konsep-konsep dan mengembangkan pemikiran tentang kecerdasan spiritual.

c. Menambah wawasan khasanah keilmuan sekaligus bisa dijadikan bahan acuan dalam penulisan lebih lanjut yang kritis dan representatif.

d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan referensi bagi para peneliti di bidang psikologi pendidikan, dan pendidikan keagamaan.

2. Manfaat Praktis

a. Mengetahui konsep kecerdasan spiritual melalui Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah.

(22)

c. Mengetahui peran dzikir dalam pengembangan kecerdasan spiritual melalui Majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah.

d. Bagi para anggota majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, hasil penelitian ini dapat membantu dan menciptakan kecerdasan spiritual.

e. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk memberikan pendidikan psikologi bagi lembaga dan mahasiswa IAIN Salatiga.

f. Bagi peneliti, untuk memotivasi diri dan menjadikan bekal hidup dalam bermasyarakat, beribadah kepada Allah SWT dan berharap menjadi hamba yang beruntung di dunia dan di akhirat.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu untuk dijadikan sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu yang hampir memiliki kesamaan topik dengan penelitian yang dilakukan peneliti di antaranya yaitu:

1. Penelitian yang di lakukan oleh Khoirul Anam yang berjudul Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam

(23)

anggota keluarga. Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah

memberikan dorongan lebih baik dan meningkatnya kualitas beribadah. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang mampu memberikan ketenangan, kenyamanan, kesabaran serta membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah serta sejahtera secara lahir dan batin kepada para jama’ah.

2. Penelitian yang di lakukan oleh Lilik Maftukhatul Mukhoyyaroh yang berjudul Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimpang pada siswa kelas VIII MTs Al-Uswah

Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun 2011.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual terhadap kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimpang pada siswa MTs Al-Uswah Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan spiritual siswa yang mendapat nilai A berjumlah 24 siswa dengan prosentase 61,5%, yang mendapat nilai B berjumlah 15 dengan prosentase 38,5%, yang mendapat nilai C berjumalah 0% dengan prosentase 0%. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh positif antara hubungan kecerdasan spiritual dengan kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimpang pada siswa kelas VIII MTs Al Uswah Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun 2011.

(24)

kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 34 responden atau sebesar 34% yang berada pada kategori sedang sebanyak 59 responden atau 59%, dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 responden atau sebesar 7%. Perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 55 responden atau 55%, yang berada pada kategori rendah sebanyak 5 responden atau sebesar 5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Kecerdan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 berada pada kategori sedang. Setelah di hitung dengan rumus product moment hasilnya r hitung = 0,199. Kemudian di konsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N sebesar 100 = 0,195. Jadi, 0, 199>0,195. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka hasilnya signifikan. Artinya ada hubungan positif antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Faizatun yang berjudul Efektifitas Metode Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok

Pesantren Suryabuana Desa BalakKecamatan Pakis Kabupaten Magelang.

(25)

Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir Khoffi (dalam hati). Dengan dzikir tersebut dimaksudkan untuk melunakkan hati santri supaya menjadi lembut dan selalu ingat kepada Allah. Metode berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok Pesantren Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang terjadi pada santri setelah melewati masa-masa penanganan ditempat tersebut bahkan santri yang pernah ditangani oleh pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh total namun, ada sebagian dari mereka yang tidak dapat sembuh total karena penyakitnya yang sudah parah. Dalam prakteknya ditemui sejumlah hambatan yaitu sarana prasarana tempat khusus santri yang mengalami problem psikologis belum ada, terbatasnya dukungan dari orang tua, lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian santri itu sendiri, dan belum maratanya kemampuan devisi Inabah dalam menangani santri. Sedangkan daya dukungnya adalah letak geografis yang relatif sejuk, adanya devisi Inabah yang menangani santri tersebut, sarana prasarana berupa masjid, pendopo, dan kolam untuk mandi taubat, dukungan masyarakat pada umumnya.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Syarifah yang berjudul Pengaruh Intensitas mengikuti Majlis Dzikir terhadap Kecerdasan Emosional di

Lembaga Pendidikan Al Hikmah Desa Pedut Kelurahan Wonodoyo Kecamatan

(26)

kategori tinggi 6,6%, kategori sedang sebesar68%, kategori rendah sebesar

25,33%. (2) Tingkat Kecerdasan emosional jamaah dzikir Al Hikmah adalah

kategori baik 10%, kategori cukup 56,66%, dan kategori kurang 33,33%. (3)

Ada pengaruh positive antara intensitas mengikuti majlis dzikir terhadap

kecerdasan emosional jama’ah dzikir Al Hikmah. Koefisien antara variabel

intensitas mengikuti majlis dzikir dan variabel kecerdasan emosional jamaah

adalah sebesar = 0,428. pada taraf signifikasi 1% = 0,210, 0,428>0,210. Jadi

semakin sering jama’ah mengikuti majlis dzikir, semakin tinggi juga tingkat

kecerdasan emosional jama’ah majlis dzikir di desa Pedut. F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyusun serta mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi ini dikelompokkan menjadi 5 bab. Dimana antara bab satu dengan bab yang lainya saling berhubungan.

BAB I : PENDAHULUAN

(27)

BAB II : LANDASAN TEORI

Kajian pustaka yang berisi tentang tinjauan umum tentang peran majlis dzikir dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, terdiri dari beberapa sub bab, diantaranya yaitu pembahasan pengertian peran, pengertian dzikir, keutamaan dzikir, manfaat dan macam-macam dzikir. Sedangkan tentang kecerdasan spiritual meliputi pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan cara mengembangkankecerdasan spiritual.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bagian ini berisi tentang prndekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan dan keabsahan data, serta tahap-tahap penelitian..

BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS

(28)

BAB V : PENUTUP

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI A. MAJELIS DZIKIR

1. Pengertian Peran Majelis Dzikir

Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.

Majelis secara bahasa berarti tempat untuk duduk, maksudnya majelis dalam hal ini adalah tempat berkumpulnya orang – orang yang sedang melakukan sebuah rutinitas kegiatan secara bersama-sama. Istilah majelis juga sering dipakai oleh beberapa jama’ah atau kelompok dalam melakukan kegiatan- kegiatan secara bersama ( Ikhsan, 2013: 13).

(30)

(ucapan) melalui bacaan-bacaan tertentu. Dzikir memiliki cakupan makna yang sangat luas, karena setiap amalan baik yang dilakukan karena Allah merupakan bagian dari berdzikir kepada-Nya. (Amin dan Al-Fandi, 2013:1). Dzikir juga dapat dimaknai sebagai doa dan wirid, atau melafalkan suatu bacaan-bacaan yang baik dan mengucapkannya itu bernilai ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

Dapat disimpulkan bahwa makna majelis dzikir adalah tempat untuk mengingat Allah SWT dengan asma-asma-Nya yang agung, beribadah, memuji, berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan

bersholawat kepada Rasulullah SAW secara bersama-sama dan secara terbuka yang dipimpin oleh imam majelis yang telah ditunjuk oleh pengurus. Majelis dzikir ini juga dilaksanakan ibadah sholat sunnah hajat yang dilaksanakan sebelum melakukan ibadah dzikir, do’a dan

sholawat bersama. 2. Manfaat Majelis dzikir

(31)

Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28:

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Al Qur’an dan Tejemahahnya, 2008: 252).

Maka berdzikir (mengingat) Allah mempunyai pengaruh besar dalam mendapatkan hal-hal yang dicari, hal ini karena keistimewaannya, dan karena pahala yang diharapkan seorang hamba.

Unsur utama dalam berdzikir adalah Allah SWT. Allah adalah awal dan akhir segala dzikir manusia. Orang yang berdzikir menggunakan lisannya, kemudian diyakini dalam hatinya, serta pikirannya pun mengukuhkannya, maka dzikir yang demikian itulah yang mampu mendekatkan diri pada Allah SWT.

Dzikir sendiri mengingat Allah SWT seraya membaca kalimat-kalimat atau asma-asma Allah SWT. Kegiatan majelis dzikir diantara kalimat-kalimat yang dibaca adalah sebagai berikut:

a. Istighfar

(32)

akan tumbuh niat untuk bertaubat kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nashr ayat 3:

Artinya : “Maka bertasbihlah dengan memuji Allahmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah

Maha Penerima taubat”(Al Qur’an dan Tejemahahnya, 2008: 603)

b. Membaca asma-asma Allah

(33)

c. Tahlil

Kalimat tahlil berbunyi laa illaaha illallah artinya tiada Tuhan selain Allah. Inilah kalimat dzikir yang paling utama. Mentauhidkan Allah SWT yang memang Dia yang Maha Tunggal dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya apalagi menandingi-Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT.

Dengan demikian menjadi kewajiban hamba menyembah, mengesakan, menaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al - Mu’minun

Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Allahmu, Maka bertakwalah kepada-Ku” (Al Qur’an dan Tejemahahnya, 2008: 345)

(34)

d. Sholawat

Aboebakar Atjah (1993: 287) menyatakan dalam bukunya bahwa sholawat adalah membaca sholawat dan salam kepada baginda Rasulullah SAW, yang tersimpan dalam lafadz-lafadz tertentu, karena bersholawat kepada Nabi itu termasuk amal ibadah yang diberi pahala oleh Allah kepada orang yang mengerjakannya. Sebagaiman dalam firman Allah SWT, dalam QS. Al-Ahzab ayat 56:

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam

penghormatan kepadanya” (Al Qur’an dan Tejemahahnya, 2008: 426)

Dalam majelis dzikir biasanya pembacaan sholawat adalah dengan membaca maulidurrosul (membaca biografi Nabi Muhammad), membaca syair-syair yang memujinya dengan sifat-sifatnya, kemuliaannnya dan kemu’jizatan-Nya. Sholawat kepada

(35)

istimewa, karena Allah selalu menurunkan rahmat-Nya dan malaikat selalu berdo’a untuknya, serta memerintahkan orang

-orang yang beriman bersholawat kepada-Nya. Dan dengan membaca sholawat ini dengan harapan kelak mendapatkan pertolongan atau syafa’at Nabi Muhammad SAW.

3. Macam-macam dzikir

Adapun cara dan bentuk berdzikir mempunyai tiga macam cara: a. Dzikir dengan hati.

Yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah SWT. Sehingga timbul dalam fikiran bahwa Allah adalah dzat yang Maha kuasa, semua yang ada dalam semesta ini pastilah yang menciptakan adalah Allah SWT, maka dengan berdzikir keimanan seseorang akan semakin bertambah.

b. Dzikir dengan lisan (ucapan).

Yaitu dengan mengucapkan lafadz-lafadz yang dalamnya mengandung asma-asma Allah SWT yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya misalnya mengucapkan lafadz takbir, tahmid, tasbih, tahlil, sholawat, membaca Al Qur’an dan lain

sebagainya.

c. Dzikir dengan perbuatan

(36)

yang harus dilakukan adalah semua amalan harus dilandasi dengan niat, untuk mendapatkan ridho Allah SWT (Quasem, 1988: 236). 4. Manfaat Majelis Dzikir

Yazid (2008: 61-87) dalam bukunya bahwa manfaat berdzikir (mengingat Allah SWT) sangat banyak diantaranya sebagai berikut :

a. Mendatangkan keridhoan Allah SWT.

b. Menghilangkan kesedihan dan kemurahan hati. c. Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman . d. Melapangkan rizki.

e. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi Allah, sehingga mendorong untuknya selalu berbuat bijak.

f. Malaikat akan selalu memintakan ampun kepada Allah bagi orang-orang yang berdzikir.

g. Orang-orang yang berdzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa dekat dengan-Nya dan Allah bersamanya dan lain –lain.

M. Quraish Shihab mengutip pendapat, bahwa Imam Ghozali menyebutkan ada empat puluh manfaat, dua puluh di dunia dan dua puluh lainnya di akhirat. Diantara manfaat yang diraih oleh pedzikir di dunia antara lain:

1) Dia akan disebut-sebut atau diingat, dipuji dan di cintai Allah SWT.

(37)

3) Allah akan menjadi teman yang menghibur.

4) Memiliki harga diri sehingga tidak merasa butuh kepada siapapun selain Allah SWT.

5) Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada.

6) Memiliki cahaya kalbu yang menerangi guna meraih pengetahuan dan hikmah.

7) Memiliki wibawa yang mengesankan. 8) Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain.

9) Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat melangkah dan duduk.

10) Pengabul doa (Shihab, 2008: 131-132). 11) Memperoleh rahmat dan inayah Allah SWT.

12) Memberikan sinar kepada hati serta menghilangkan kekacauan jiwa dan kegelisahan pikiran.

13) Menghasilkan ampunan dari Allah SWT.

14) Menjadi ukuran derajat yang diperoleh di sisi Allah SWT. 15) Di jaga dan dikawal oleh malaikat.

16) Memelihara diri dari setan dan perbuatan maksiat. 17) Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

18) Mendapat sebutan dari Allah SWT dihadapan hamba-hamba yang pilihan.

(38)

20) Menjadikan berderajat tinggi di sisi Allah SWT (Soejtipto, 1986:78).

5. Keutamaan Majelis Dzikir

Seandainya tidak ayat al-Qur’an atau hadits Nabi yang menerangkan tentang dzikrullah, maka dzikir yang hakiki kepada Yang Maha Pemberi nikmat ini tetaplah sangat penting. Sebab, kita adalah hamba-Nya, maka kita harus selalu mengingat-Nya jangan sampai melalaikan-Nya. Dialah Yang Maha Pemberi yang telah memberi nikmat dan kebaikan yang tidak terhitung banyaknya tanpa batas waktu. Karena itu, berdzikir kepada Allah dan mensyukuri karunia-Nya merupakan sesuatu yang fitrah bagi seorang hamba (al-Kandalawi, 2003: 357).

Majelis dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan menghapus dosa-dosa kecil. Keterangan tersebut termaktub dalam al-Qur’an Surat al-Ahzab ayat 43 yang artinya: ‘’Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu),

supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang

terang). Dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang

beriman’’ (Departemen Agama RI, 2006: 599).

(39)

َنِم ٍداَنُم ْمُهَدان َّلاإ َكِلذِب َنْوُدْيِرُيَلا ,ىَلَعَت الله َنوُرُكْذَي اْوُعَمَتْجا ٍمْوَق ْنِم اَم

وباو دمحأ هاور( ٍتاَنَسَح ْمُكِتَائِّيَس ْمُكَل ُتْلَّدَب ْدَق ْمُكَل اًروُفْغَم اومْوُق , ِءاَمَّسلا

.)ىناربطلاو ىلعي

Artinya: “Setiap kali ada sekelompok kaum yang berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, dan dengan majelis dzikir ini mereka hanya bertujuan untuk Allah semata, niscaya mereka akan dipanggil oleh Dzat yang

memanggil dari langit, “berdzikirlah kalian sementara dosa-dosa kalian sudah diampuni, Aku telah mengganti kejelekan kalian

dengan kebaikan” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan ath-Thabrani), (Al-Ghazali, 1998:11).

Penegasan Allah SWT tersebut menunjukkan, adanya perlakuan khusus Allah SWT dan para malaikat kepada orang-orang yang banyak berdzikir. Perlakuan khusus tersebut, diberikan oleh Allah dan para malaikat, sebagai suatu petunjuk bahwa kegiatan dzikrullah, merupakan suatu ibadah wajib yang memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lain, dan karenanya kepada pelaksanaan ibadah tersebut, akan diberikan berbagai keutamaan (Majid dan Aziz, 2004: 19).

B. KECERDASAN SPIRITUAL 1.Pengertian Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbauan ke

-an. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam pikiran (Poerwadarminta, 1997: 363). Dengan demikian kecerdasan adalah perkembangan akal budi seperti kepandaian, ketajaman pikiran, (Jhon M. Echols, 2000: 546).

(40)

Echols, 2000: 764). Pendapat lain mengatakan spiritual berkaitan dengan roh, semangat, atau jiwa. Dapat juga diartikan dengan religious yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai-nilai transendental (Chaplin terjemahan Karini Kartono, 1989: 480).

Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani dan kemampuan mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain. Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau abstrak-abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir (Walidah, 2013: 43).

Spiritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (segala sesuatu) yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau batin. Sedangkan batin adalah sesuatu yang terdapat dalam hati; sesuatu yang menyangkut jiwa (perasaan hati dan sebagainya); ia menceritakan apa yang terasa dalam batinnya, atau sesuatu yang tersembunyi (gaib); tidak kelihatan.

Dari definisi Spiritual, dan batin tersebut dapat kita serap makna bahwa spiritual menyangkut hal-hal yang ada “dalam” diri manusia, bahkan “diluar” diri manusia. Para pakar “kecerdasan ketiga” (SQ)

meyakini bahwa nilai-nilai spiritualitas inilah yang dapat memberikan makna kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap hidup ini bukan datang dari luar, tapi ia datang dari dalam (Nasution, 2009: 10).

(41)

al- Bashiir (Maha Melihat). Dia menciptakan miliaran binatang dan tumbuhan, tidak sulit baginya untuk melihat apa yang dikerjakan manusia. Bahkan, Dia mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati. Ke mana pun kita pergi, disanalah Allah senantisa melihat. Kemanapun kita bersembunyi Allah senantiasa mengetahui. Kedua, percayalah bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberlangsungan kehidupan manusia adalah karena manusia saling terhubung dan saling tergantung. Misalnya, manusia membutuhkan oksigen yang dikeluarkan oleh tumbuhan dan tumbuhan mendapatkan karbondioksida dari manusia. Bayangkan jika pasokan oksigen tidak disiapkan oleh Allah melalui berjuta-juta tumbuhan yang ada di bumi, keberlangsungan hidup manusia tidak akan lestari. Ketiga, Dengarkan suara hati. Suara hati merupakan sistem yang sudah ada dalam diri manusia, yang disebut juga intuisi. Intuisi akan selalu ada sepanjang manusia masih hidup dan ketajamannya bisa diasah. Intuisi berkaitan dengan kemampuan mengindra pesan-pesan dari “gudang” penyimpanan memori yang disebut suara hati. Keempat,

(42)

Kecerdasan spiritual, menurut Marsha Sinetar, adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektifitas yang terinspirasi, the is- ness atau pengkhayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi bagian (Sudirman Tebba, 2003: 20).

Dengan kata lain kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami oleh dorongan dan efektifitas. Keberadaan atau hidup ilahi yang mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan kemampuan yang paling dalam yang berarti mewujudkan hal terbaik, utuh dan paling manusia dalam batin (Triantoro Safari, 2007: 15).

Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, yakni tingkat baru kesadaran yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar, yang membantu menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh, yang dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tapi lebih kreatif menemukan nilai-nilai baru, juga dapat menyeimbangkan makna dan nilai serta menempatkan kehidupan dalam konteks yang lebih luas (Mahdi, 2006: 39).

Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku mereka, SQ: Spiritual Quetiont mendefinisikan bahwa: “Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

(43)

yang diperlukan untuk memfungsikan 1Q dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi (Nasution, 2009: 13).”

2.Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual

Menurut Jalaluddin Rakhmat, (2004: 27) ciri atau karakteristik kecerdasan spiritul ialah:

a. Mengenal motif kita yang paling dalam b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi c. Bersikap responsif pada diri yang dalam

d. Dapat memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan atau penderitaan

e. Sanggup berdiri menentang dan berbeda dengan orang banyak f. Enggan menganggu atau menyakiti

g. Memperlakukan agama secara cerdas

Seseorang yang tinggi SQnya juga cenderung menjadi seorang pemimipin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung untuk membawa visi dan nilai lebih tinggi kepada orang lain dan memberi inspirasi kepada orang lain. Danah Zohar dan Ian Marshall mengindikasikan tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik mencakup hal-hal berikut:

(44)

bermuka dua. Fleksibel disini juga bukan berarti tidak mempunyai pendirian. Akan tetapi, fleksibel karena pengetahuannya yang luas dan dalam serta sikap dari hati yang tidak kaku. Orang yang fleksibel seperti ini lebih mudah menyesuaikan diri dalam berbagai macam situasai dan kondisi. Orang yang fleksibel juga tidak mau memaksakan kehendak dan tidak jarang tampak mudah mengalah dengan orang lain. Meskipun demikian, dengan bersifat fleksibel mudah menerima kenyataan dengan hati yang lapang.

2) Tingkat kesadaran yang tinggi

Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi berarti mengenal dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih mudah mengendalikan diri dalam berbagai situasai dan keadaan, termasuk dalam mengendalikan emosi. Dengan mengenal diri sendiri secara baik, seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang lain. Dalam tahap spiritual selanjutnya, lebih mudah baginya untuk mengenal Tuhannya.

(45)

3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan

Kemampuan menghadapi penderitaan di dapatkan karena seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan ini terjadi sesungguhnya untuk membangun dirinya agar menjadi manusia yang lebih kuat.

4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit

Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang paling tinggi bisa menghadapi dan mengelola rasa sakit atau takut dengan baik. Dengan sabar akan menghadapi segala sesuatu. Kesabaran dengan banyak hal memang bisa bermakna sebagai keberanian seseorang dalam menghadapi kehidupan.

5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai

Visi dan nilai dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada keyakinan kepada Tuhan, atau bisa juga berangkat dari visi dan nilai yang diyakininya berasal dari pengalaman hidup. Visi dan nilai yang dimiliki oleh seseorang bisa membuat hidupnya terarah, tidak goyah ketika menghadapi cobaan dan lebih mudah dalam meraih kebahagiaan.

6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

(46)

menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena bisa berfikir lebih selektif dalam mempertimbangkan berbagai hal. Inilah yang sering disebut dalam ilmu managemen sebagai langkah yang selektif.

7) Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal (holisticview)

Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh sesorang dapat mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah.

8) Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang mendasar

Dengan pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana” seseorang dapat

memahami masalah dengan baik, tidak secara parsial dan dapat mengambil keputusan dengan baik.

9) Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih tinggi pada orang lain

(47)

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual

Zohar dan Marshall menyebutkan dalam bukunya bahwa menggunakan SQ untuk:

a. Menjadikan manusia apa adanya sekarang dan memberi potensi lagi untuk terus berkembang.

b. Menjadi lebih kreatif, menghadirkannya ketika diinginkan agar menjadi luwes, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang kreatif.

c. Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu pribadi terpuruk terjabak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masa lalu akibat kesedihan. Karena dengan SQ akan didasari bahwa mempunyai masalah ekstensial dan membuat manusia mengatasinya atau paling tidak bisa berdamai dengan masalah tersebut.

d. SQ dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat membuat kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ suara hati akan menuntun kejalan yang lebih benar.

e. Mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus fanatik dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam. f. SQ memungkinkan menjembatani atau menyatukan hal yang

bersifat personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain, karenanya akan sadar akan ingritas orang lain dan integritas.

(48)

membuat sadar mengenai makna dan prinsip sehingga ego akan dinomer duakan, dan hidup berdasarkan prinsip yang abadi.

h. Menggunakan SQ dalam menghadapi pilihan dan realitas yang pasti akan datang dan harus dihadapi apapun bentuknya. Baik atau buruk jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba datang tanpa diduga, (Zohar & Marshall, 2007: 12-13).

4. Faktor Yang Menghambat Kecerdasan Spiritual

Ada enam faktor yang membuat seseorang dapat terhambat spiritualnya yaitu:

a. Adanya ketidakseimbangan yang dinamis antara id, ego, dan super ego, ketidak seimbangan antara ego sadar yang rasional dan tuntutan dari alam tidak sadar secara umum.

b.Adanya orang tua yang tidak menyayangi anaknya. c. Mengharap terlalu banyak.

d.Adanya ajaran yang menekan insting.

e. Adanya aturan moral yang menekan insting ilmiah.

f. Adanya luka jiwa, yaitu jiwa yang menggambarkan pengalaman. g.Perasaan terasing dan tidak berharga (Trihandini, 2005: 28). 5. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

(49)

a. Mengadakan ziarah, istigotsah dan i’tikaf

Sebagai media taqarrabun ila Allah, muhasabah dan motivasi, kesabaran, pengharapan, meningkatkan kohesifitas dan kebersamaan. b. Jam’iyyah, halaqah

Sebagai pengembangan diri interaktif problem solver, ketahanan mental, penajaman kognitif dan memori.

c. Humor Santri

Sebagai media pengelola stress, sebuah keakraban untuk memediasi konflik, kejenuhan, kreativitas dan dinamika.

d. Sowan dan Musofahah

Sebagai internalisasi modelling, perimbangan dimensi kepribadian. e. Riyadhah

Sebagai penempa diri, pembentukan harga diri, dan mentalitas sportifitas (Mahpur, 2008, hal 139).

Menurut Danah Zohar, ada istilah mendapatkan kecerdasan spiritual, dalam istilah yang dipakai al-Ghazali adalah menjadikan hati bersinar. Ada 10 macam cara agar hati bersinar menurut al-Ghazali, yang diistilahkan oleh Danah Zohar dengan kecerdasan spiritual yaitu:

a. Tobat

(50)

f. Kecintaan, kerinduan, sayang dan kerelaan g.Niat, keikhlasan dan jujur

h.Pengawasan diri dan pemeriksaannya i. Berfikir mendalam

j. Mengingat kematian serta kehidupan setelah mati.

C. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual

Majelis dzikir adalah tempat berkumpul untuk beribadah, memuji,

berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan bersholawat kepada

Rasulullah SAW secara bersaama-sama dan secara terbuka yang dipimpin oleh imam majelis yang telah ditunjuk oleh pengurus. Dalam majelis dzikir ini juga dilaksanakan ibadah sholat sunah hajat yang dilaksanakan sebelum melakukan ibadah dzikir, do’a dan sholawat bersama. Diadakan di tempat yang berbeda-beda. Majelis ini diikuti oleh mahasiswa dari beberapa sekolah tinggi dan berbagai fakultas di Kota Salatiga. Mereka merasakan manfaat banyak dan bersifat positif dalam menjalani kehidupan.

Dengan berkumpul dan berkhidmah di majelis yang mulia ini dengan harapan mendapatkan berkah dari majelis-majelis yang mulia seperti majelis kirim do’a, majelis istighosah, majelis khotmil qur’an,

(51)

Hadrotus Syeh Romo KH Ahmad Asrori Al Ishaqi RA. Yang telah mengajak kita semua untuk selalu mengingat kepada Allah SWT, menambah mahabbah kita kepada para Nabi, Habaib, Auliya, dengan berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat dan diakui

umatnya Rasulillah SAW sebagai umat yang senantiasa senang berdzikir dan bertaqwa kepada Allah SWT sehingga kelak kita dikumpulkan kedalam surganya Allah dengan orang-orang yang sholih.

Jika mengacu pada salah satu pengertian kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Marshall bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi makna/ value yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya dibandingkan dengan yang lain. Maka timbul pertanyaan apa kaitan antara majelis dzikir dengan kecerdasan spiritual? Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan majelis dzikir, jama’ah lebih sabar dan tabah dalam menghadapi berbagai macam masalah, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, memperlakukan agama secara cerdas, selalu ingat akan kematian sehingga jamaah semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di majelis dzikir Al Khidmah, akan terbentuk kecerdasan spiritual bagi para jamaah. Bagi jama’ah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir Al Khidmah selalu

(52)
(53)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Izzati, 2015: 11).

(54)

keadaan gejala perubahan sikap jama’ah ke arah yang lebih baik

setelah mengikuti kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengumpul data mengenai peran Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Peneliti harus berusaha untuk mengamati, mendampingi, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas terlaksananya majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.

B. Lokasi penelitian

Penelitian ini akan dilakukan secara umun di Majelis dzikir Al-Khidmah Mahasiswa IAIN Salatiga, khususnya kantor sekretariat Majelis Dzikir Al Khidmah Kota Salatiga, masjid Darul Amal Salatiga, masjid Jami’ At Thoyyar IAIN Salatiga dimana kegiatan

Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dilaksanakan setiap bulan di tempat tersebut secara bergiliran. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena peneliti tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang ada dalam majelis tersebut.

C. Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer

(55)

mengembangkan kecerdasan spiritual. Adapun untuk memperoleh data dengan melakukan wawancara dengan para informan yang telah ditentukan meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan peran

Majelis dzikir Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu: Pembina Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, Pengurus Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, dan jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah.

Dari informasi-informan kunci tersebut akan dilakukan penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau penunjang penelitian ini ( Arikunto, 2006: 145). Data sekunder dalam penelitian ini adalah foto terkait dengan kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga serta foto wawancara peneliti dengan beberapa responden.

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Metode Interview atau Wawancara

(56)

untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data yang beragam dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks (Sarosa, 2012: 45).

Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara : (Arikunto, 2010: 270).

1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan hasil pedoman ini lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara sebagai pengemudi jawaban responden.

2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada nomer yang sesuai.

Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data dari informan untuk menggali data tentang peran majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan Spiritual.

(57)

menurut Moeleong (2012: 190) dapat diselenggarakan menurut tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut.

Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan di wawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar diantara beberapa orang memenehi persyaratan. Tahap kedua, ialah mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya. Tahap ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan wawancara.

Adapun tujuan dari wawancara ini, menurut Nasution (2003: 73), yaitu “ untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alam

pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi”.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang sedang diteliti.

a. Metode Observasi

(58)

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (J.R. Raco, 2010: 115). Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada objek penelitian ini untuk mendapatkan data yang dirasa kurang diperoleh dari pengumpulan data melalui teknik wawancara. Dalam observasi ini peneliti melakukan pengamatan langsung kepada jama’ah Majelis Dzikir

Al-Khidmah yang berada di lokasi penelitian kegiatan tersebut berlangsung serta mencari data-data yang mendukung dalam penelitian.

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian namun melalui dokumentasi-dokumentasi (Hasan, 2002:87). Dalam metode dokumentasi peneliti mencari dokumen-dokumen penting yang mendukung data berkaitan dengan penelitian, dan untuk memperkuat data-data yang didapat.

(59)

dan misi, dokumen-dokumen kegiatan, foto kegiatan dan lain sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-catatan yang ada di Majelis Dzikir Al- Khidmah Kota Salatiga. E. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor, 1992) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan teperinci. 2. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu

untuk dibuang, laporan-laporan yang diambil hanya yang pokok saja, difokuskan pada hal-hal yang penting.

(60)

Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis seluruh data yang terkumpul dalam peran Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu teknik triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai pembanding terhadap data data itu (Moleong, 2011: 332). Ada empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode, penyidik, dan teori.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut: a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil

wawancara

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

c. Membandingkan keadaan dan pandangan seseorang dengan berbagai pendapat orang lain.

(61)

G. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahapan penelitian bertajuk peran Majelis dzikir Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual sebagai berikut:

a. Tahap sebelum ke lapangan

Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi kepada pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian, dilanjutkan penyelesaian perijinan lokasi penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi:

1)Survei awal untuk mengetahui gambaran umum tentang Majelis Dzikir Al-Khidmah dan menemui pihak penanggung jawab kegiatan tersebut yang akan dijadikan subyek penelitian serta meminta ijin untuk melakukan penelitian.

2)Memasukkan sejumlah orang sebagai responden penelitian. 3)Melakukan penelitian secara langsung ke rumah tempat

tinggal jama’ah, kantor sekretariat Majelis Dzikir Al

Khidmah Kota Salatiga, masjid Darul Amal Salatiga, masjid jami’ At Thoyyar IAIN Salatiga, untuk

(62)

wawancara kepada responden sebagai langkah awal pengumpulan data.

c. Tahap analisis data

Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi dan wawancara dengan mendalam dengan pembina, pengurus, dan jamaah.

d. Tahap penulisan Laporan.

(63)

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. PAPARAN DATA

1. Sejarah Berdirinya Majelis Dzikir Al Khidmah

Sejarah Al Khidmah tidak lepas dari seorang tokoh ulama sufi kharismatik di wilayah Surabaya Jawa Timur. Pendiri Al Khidmah dan sekaligus seoarang Pengasuh Pondok Pesantren Al Fitrah Surabaya yakni KH.Ahmad Asrori al-Ishaqi. Beliau adalah salah satu pasangan putra dari KH. Utsman Ishaqy dan Nyai Qomariyah binti kyai Munaji. Kata al-Ishaqi dinisbatkan kepada maulana Ishaq, ayah dari Sunan Giri. Kyai Asrori merupakan putra ke lima dari Sembilan bersaudara. Kyai Utsman merupakan seorang murid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah penerus dari mursyid sebelumnya yakni KH. Romli Tamim Jombang Jawa Timur (Yusuf, 2014:20-21). Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas; cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur. Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya.

(64)

berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kyai Sonhaji. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kyai Asrori terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kyai Asrori tak surut. Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga seorang penggagas Al Khidmah, sebuah jama’ah yang sebagian

Referensi

Dokumen terkait

Umumnya masyaratkat awam khususnya di Panji Lor belum mengetahui informasi tentang pengelolaan sampah dapur di kalangan rumah tangga, maka dari itu penyuluhan dan

Persebaran kandungan klorofil-a berdasarkan pengamatan dan overlay dengan hasil arus pasang menuju surut menunjukkan bahwa pada stasiun 1,2,3,4 mempunyai

Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif karena pada ibu yang Pada stadium laten tidak nampak adanya gejala, namun infeksi masih aktif karena pada

Belum menjadi konsep yang mantap karena masih banyak individu dalam suatu kebudayaan yang memiliki kepribadian menyimpang dari kepribadian umum yang ditentukan.. berdasarkan

dengan Asas dan Tujuan Penanaman Modal, Bidang Usaha dan Bentuk Badan Usaha, Kebijakan Penanaman Modal Daerah, Penyelenggaraan Pelayanan Penanaman Modal, Hak, Kewajiban

Analisis Daya Dukung Lateral dan Defleksi Tiang Pancang Tunggal Menggunakan LPILE Plus ( A Program for the Analysis Foundation Under Lateral Loading). Untuk mendapatkan nilai

1) Salah satu cara meminimalisir torsi cogging yaitu dengan konfigurasi pemasangan magnet permanen, untuk mengetahui cara meminimalisir torsi cogging di buat 3 model

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id