• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP - Repository UM Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP - Repository UM Pontianak"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI

ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP

SKRIPSI

OLEH

:

AGUSTINA

081710726

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

(2)

DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI

ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP

SKRIPSI

OLEH

:

AGUSTINA

081710726

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

(3)
(4)
(5)
(6)

iv

MOTTO

Hidup di dunia adalah tempat bagi kita mencari bekal menuju akhirat...

banyak atau sedikit yang kita bawa tergantung dari perbuatan yang kita lakukan

kebaikan akan menambah bekal mu....

keburukan akan mengurangi bekal mu...

hidup ini hanyalah sebuah pilihan hingga waktu itu sendiri yang akan

menghentikannya...

bekalmu hanya dapat dicari dengan ilmu

ilmu adalah kompas perbuatan

baik ataukah buruk bekal yang akan kita membawa

kedunia yang sesungguhnya

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan

Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali

bagi orang-orang yang khusyu

(7)

v

Persembahan

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt yang mana atas

berkat dan rahmat – Nyalah serta segala urusan yang dipermudahkan oleh –

Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Hanya allah segala penentu rencana manusia ,karena ridho - Nya lah yang sangat diharapkan manusia agar segala urusan kehidupan didunia ini berkah serta bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Amin

Persembahan yang utama untuk orang yang paling berkorban untuk hidup saya, sehingga saya bisa terlahir dunia ini yaitu almarmu bapak saat ambong dan ibusakniahtercinta selama ini tetesan keringat kerja keras beliaulah sehingga saya bisa dibesarkan dan dibiayai hingga mendapatkan ilmu dan gelar di sekolah pilihan saya . Doa yang tulus yang beliau berikan disetiap menghadapmu illahi, yang memberikan semangat dan motivasi yang sangat unggul buat diri saya, serta yang paling terpenting adalah kasih sayang yang tidak pernah tergantikan dengan apa pun yang ada didunia kecuali balasan Allah diakhirat nanti yaitu disurga- Nya. Amin.

Buat suamiku tercinta muhammat hendrik, terimakasih untuk nasehat, dukungan, doa, kasih sayang dan perhatiannya sehingga bisa

menyelesaikan tugas akhir serta motivasi yang tidak henti – hentinya

diberikan didalam setiap langkah yang sering kali coba menghentikan langkah kaki Q, dan untuk anakku terrcinta Fadilah Akbar penyemangat hidup penghapus air mata ketika bersedih, pelebar senyum ketika termanggu.

(8)

vi

mampu membangunkan kembali semangat. Semoga apapun bentuk kebaikan bapak dan ibu berikan dapat balasan yang terbaik kelak diakhirat nanti. Amin.

(9)

vii ABSTRAK

Agustina (081710726). Deskripsi Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa

Kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Pontianak. Dibimbing oleh: Dedeh Kurniasih, S.Pd; M. Si selaku pembimbing I dan Fitriani, S.Si; M.Si; M.Sc selaku pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi serta mengetahui penyebab miskonsepsi siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun 2016 pada materi asam basa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitiannya adalah penelitian survey. Teknik pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sebanyak 34 siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda beralasan disertai Certainty Of Response Index (CRI) dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan siswa mengalami miskonsepsi pada indikator mengidentifikasi sifat asam, basa dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan sebesar 70,6%, indikator megelompokkan larutan asam, basa dan garam menggunakan indikator kertas lakmus sebesar 71,6%, indikator mengidentifikasi asam, basa dan garam menggunakan indikator universal sebesar 69,6%, indikator meyebutkan nama alat yang digunakan sebagai identifikasi sifat-sifat asam, basa dan garam sebesar 70,6% dan indikator menyebutkan nama bahan-bahan alam yang digunakan sebagai identifikasi sifat-sifat asam, basa dan garam sebesar 79,4%. Rata-rata miskonsepsi yang dialami siswa pada materi asam basa sebesar 71,47%. Berdasarkan hasil wawancara diketahui penyebab miskonsepsi siswa berasal dari Intuisi yang Salah sebesar 54,32%, Pemikiran Asosiatif sebesar 12,54% dan Alasan Tidak Lengkap sebesar 33,14. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa miskonsepsi siswa kelas VII A di SMP Negeri 5 Sungai Kakap masih terglong tinggi dan penyebab miskonsepsi dominan berasal dari Intuisi yang Salah.

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi yang

berjudul“Deskripsi Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa Kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap”.

Peneliti pada penyusunan skipsi ini banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini, dengan segala

ketulusan dan kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu terutama pada :

1. Dr. Mawardi,M.M,selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak

yang telah memberikan pengarahan, dorongan dan motivasi dalam

penyusunan skipsi.

2. Dini Hadiarti, M.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP

Universitas Muhammadiyah Pontianak yag telah member pengarahan,

dorongan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

3. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing I dan Fitriani, S.Si, M.Si,

M.Sc selaku Pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan,

kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.

4. Tuti Kurniati S.Pd, M.Siselaku penguji I dan Rizmahardian, S.Si, M.Si, M.Sc

selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan

skripsi.

5. Dini Hadiarti, M.Sc selaku validator I danNurdianti Awaliyah, S.Siselaku

validator II yang telah memberi kritik dan saran.

6. Dosen dan Staf FKIP kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah

(11)

ix

7. M. Arip, S.Sos selaku kepala SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang telah

memberikan izin penelitian ini.

8. Yuni Indah Sari, S.Pselaku Guru IPA di SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang telahmemberikansemangat, pengarahandanmotivasi.

9. Kedua orang tua, suami tercinta, saudara-saudara, keluarga dan orang terdekat

yang telah memberikan semangat, dukungan, do’a dan kasih sayangnya. 10.Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan kimia angkatan 2008 FKIP

Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberi dukungan dan

motivasi.

11.Serta semua pihak yang turut membantu peneliti secara langsung atau tidak

langsung atas informasi yang diberikan.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum

sempurna. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata peneliti berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Pontianak, Mei2018 Peneliti

AGUSTINA

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……… HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENESAHAN TIM PENGUJI……… HALAMAN PERNYATAAN………..

HALAMAN MOTO………

HALAMAN PERSEMBAHAN………... ABSTRAK……… KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR LAMPIRAN……….. DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN………...

A. LatarBelakang………...

B. RumusanMasalah………...

C. TujuanPenelitian……….

D. ManfaatPenelitian………

E. DefinisiOperasional……….

1. Miskonsepsi………...……….

2. Penyebab Miskonsepsi...……….. 3. Tes Diagnostik...

4. Certainty of Response Index (CRI)...

5. Materi Asam Basa... BAB II TINJAUANPUSTAKA……….

A. Kimia Sebagai Mata Pelajaran di SMP………

B. Pengertian konsep, konsepsi dan miskonsepsi……… C. Cara Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi...

(13)

xi

E. Faktor penyebab miskonspsi...

F. Materi Asaam Basa... BAB III METODE PENELITIAN………..

A. MetodedanBentukPenelitian……….

B. Subjek Penelitia...……….

C. Watu dan Tempat Penelitian ………

D. ProsedurPenelitian………

E. TeknikdanAlatPengumpul Data……….

1. TeknikPengumpul Data……….

2. AlatPengumpul Data………..

3. Validitas dan Reliabilitas...

F. Teknik Analisis Data...………. 1. Analisis Hasil Tes………... 2. Analisis Hasil Wawancara... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...

A. HasilPenelitian……….

B. Pembahasan………...

BAB V PENUTUP………...

A. Kesimpulan………...

B. Saran……….

DAFTAR PUSTAKA………... DAFTAR LAMPIRAN...

13

17

22

22

22

22

23

25

25

25

27

29

29

31

33

33

37

51

51

51

53

(14)

xii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7

Nilaiketidak tuntasanbelajar siswa...

Kategori tingkat pemahaman konsep...

Contoh zat asam dalam kehidupan sehari-hari...

Contoh zat basa dalam kehidupan sehari-hari...

Contoh garam dalam kehidupan sehari-hari……….. Jadwal pelaksanaan penelitian...

Kategori tingkat pemahaman konsep...

Matriks uji Gregory...

Kriteria validasi isi menurut Gregory...

Format tingkat pemahaman siswa tiap butir soal...

Format rekapitulasi jumlah persentase tingkat pemahaman

siswa pada materi asam basa...

Format miskonsepsi siswa pada materi asam basa...

Format analisis wawancara penyebab miskonsepsi siswa....

Format rekapitulasi penyebab miskonsepsi siswa...

Rubrik wawancara siswa...

Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi sifat asam, basa

dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan...

Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi sifat asam, basa

dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan...

Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan

indikator kertas lakmus...

Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan

indikator kertas lakmus...

Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan

indikator kertas lakmus...

Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi larutandengan

indikator universal...

(15)

xiii Tabel 4.8

Tabel 4.9

Tabel 4.10

Tabel 4.11

indikator kertas lakmus...

Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan

indikator kertas lakmus...

Miskonsepsi siwa dalam mengidentifikasi sifat asam basa

dan garam...

Miskonsepsi siwa dalam mengidentifikasi sifat asam basa

dan garam...

Persentase penyebab miskonsepsi siswa pada materi asam

basa... 44

45

46

47

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A

Lampiran A-1 Daftar nilai ketidaktuntasan belajar siswa pada

materi asam basa………... 56

Lampiran A-2 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA………... 57

Lampiran A-3 Lampiran B Kisi-kisi sebaran soal………... 58

Lampiran B-1 Kisi-kisi soal tes………... 59

Lampiran B-2 Soal tes...………... 60

Lampiran B-3 Kunci jawaban………... 61

Lampiran B-4 Pedoman lembar jawaban siswa... 62

Lampiran B-5 Kisi-kisi wawancara……… 63

Lampiran C Lampiran C-1 Lampiran C-2 Perhitungan validitas isi butir soal... Hasil ujui coba instrumen... 64 65 Lampiran C-3 Rekapitulasi totaluntuk tiap kategori jawaban siswa... 67

Lampiran C-4 Rekapitulasi tingkat pemahaman siswa……... 68

Lampiran C-5 Rata-rata konsep siswa dalam tiap indikator…... 69

Lampiran C-6 Persentase konsep siswa dalam tiap butir soal.... 70

Lampiran C-7 Rekapitulasi total faktor penyebab miskonsepsi siswa...………... 71

Lampiran C-8 Lampiran C-9 Rekapitulasi jawaban siswa ……… Rekapitulasi faktor penyebab miskonsepsi siswa... 72 73 Lampiran D Lampiran D-1 Surat Keterangan Validator……… 74

Lampiran D-2 Surat Izin Penelitian………... 75

(17)

xv

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1

Gambar 2.2

Gambar 2.3

Gambar 4.1

Gambar 4.2

Gambar 4.3

Gambar 4.4

Bahan alam yang digunakan sebagai indikator alami...

Indikator universal...

Kertas lakmus...

Grafik persentsetotal pemahaman konsep siswa...

Grafik persentaase kategori siswa dalam tiap indikator...

Grafik persentase pemahaman konsep siswa dalam tiap

soal...

Grafik persentase total faktor penyebab miskonsepsi

siswa... 20

20

21

33

34

35

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan

berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan kimia

(Trianto, 2010:7). Oleh karena itu, ilmu kimia merupakan cabang ilmu yang

termasuk dalam rumpun IPA, maka kimia mempunyai karakteristik yang sama

dengan IPA yaitu yang memuat konsep-konsep yang bersifat teoritis.Ilmu kimia

telah banyak memberikan sumbangan yang sangat besar dalam kehidupan

manusia, baik di bidang makanan, pakaian, kesehatan, kosmetik, teknik, dan

pertanian (Ashadi, 2009: 189). Mengingat pentingnya peranan kimia ini, maka

sudah selayaknya ilmu kimia harus dipelajari secara mendalam di lembaga

pendidikan.

Sejak tahun ajaran 2004/2005, ilmu kimia telah diajarkan di tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP/MTs) dan terintegrasi dalam mata pelajaran IPA/sains.

Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata

pelajaran IPA, yaitu agar siswa memiliki kemampuan mengembangkan

pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, hukum serta teori-teori

yang saling keterkaitan dan penerapannya untuk menyesuaikan masalah dalam

kehidupan sehari-hari sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, konsep, dan

keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya

(Depdiknas, 2006: 417).

Konsep-konsep kimia yang diberikan pada siswa kelas VII SMP meliputi

konsep asam basa, unsur senyawa dan campuran, serta perubahan materi. Antara

materi-materi tersebut asam basa merupakan salah satu materi yang penting

untuk dipelajari dalam kimia, konsep asam basa ini mempelajari tentang teori

(19)

kekuatan asam basa yang berhubungan erat dengan konsep kimia yang akan

dipelajari kelas VIII seperti konsep bahan-bahan kimia dalam kehidupan

sehari-hari serta konsep zat adiktif dan spikotropika.

Namun ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan

siswa menengah dan mahasiswa.Tingginya tingkat kesulitan dalam memahami

pelajaran kimia disebabkan oleh karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang antara

lain sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Konsep tertentu tidak bisa

dijelaskan tanpa menggunakan analogi atau model sehingga dibutuhkan daya

nalar yang tinggi dalam mempelajari ilmu kimia. Selain itu, ilmu kimia bersifat

kontinyu yaitu saling berhubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang

lainnya. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah

ada dalam pikiran siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan

konsep lainnya, sehingga konsep yang baru terebut tidak dapat digunakan oleh

siswa dan tidak mempunyai arti. Kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan

antara konsep seringkali menimbulkan miskonsepsi (Berg, 1991: 10).

Seringkali siswa menafsirkan sendiri konsep yang dirasakan sulit sesuai

dengan prakonsep yang sudah dimilikinya. Adakalanya penafsiran siswa tidak

sesuai dengan konsep yang disepakati oleh para ahli. Konsep yang berbeda inilah

yang disebut sebagai miskonsepsi. Miskonsepsi disebut juga salah konsep karena

menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang

diterima ahli pada bidang tersebut (Suparno, 2005: 4).

Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami

oleh siswa tidak hanya terjadi pada konsep asam basa. Miskonseps ijuga terjadi

pada konsep-konsep materi kimia lainnya. Seperti penelitianyang dilakukan oleh

Noly (2010) SMP Negeri 1 Bawang. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep

wujud zat. Sebanyak 51,2% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kalor

sebagai suatu energi dan pengaruh kalor dalam perubahan suhu suatu zat, 32,4%

siswa mengalami miskonsepsi pada kelompok konsep perubahan wujud zat, 26,

6% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep suhusebagai besaran yang

menyatakan derajat panas dingin suatu benda, dan sebanyak 21,9% siswa

(20)

Konsep-konsep kimia umumnya diajarkan secara bertahap dari konsep yang

mudah ke sukar, dari konsep yang sederhana kekonsep yang lebih kompleks,

sehingga jika konsep yang mudah dan sederhana saja sudah mengalami

miskonsepsi, maka lebih lanjut pemahaman konsep-konsep kimia yang sukar dan

kompleks, siswa akan semakin kesulitan dan mengalami kesalahan pemahaman

konsep secara berlarut-larut.

Berdasarkan beberapa uraian yang menyangkut tentang miskonsepsi,

dampak dari miskonsepsi itu sendiri juga terjadi disalah satu SMA di Waru

Sidoarjo, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khoirul, N &Suyono (2015),

menyebutkan bahwa sebesar 58% dari total 13 siswa di kelas IPA 1 dan 72% dari

total 14 siswa di kelas XII IPA 2 menyisakan miskonsepsi pada konsep asam basa

setelah dilakukannya prevensi kedua.Masih tingginya status prevensi kedua

inimenunjukkan bahwa pada konsep asam dan basa sebagian siswa menjawab

salah, tetapi siswa yakin jawaban tersebut adalah benar.

Sebagai materi yang baru yang diajarkan ditingkat SMP, sebagian besar

siswa mengalami kekeliruan dalam membangun pemahaman konsep, terutama

dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Secara kasat mata hal

tersebut tidak dapat dilihat,sehingga siswa hanya bisa membayangkan. Keadaan

inilah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam membangun

pemahamannya

Hal ini juga dialami oleh siswa di SMP Negeri 5 Sungai Kakap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA (Lampiran A-2) 27 April 2016

diketahui bahwa siswa masih salah dalam memahami konsep tentang asam basa.

Hal ini terbukti pada jawaban siswa saat menjawab pertanyaan ulangan harian

pada materi asam basa, masih banyak siswa yang keliru dalam membedakan sifat

asam basa. Selain itu,siswa juga keliru dalam mengidentifikasi warna indikator

kertas lakmus. Guru juga menyatakan didalam kelas siswa cenderung pasif,

interaksi siswa dengan guru masih lemah. Siswa tidak berani bertanya ketika

diberikan kesempatan bertanya oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang berani

mengajukan pertanyaan pada materi yang belum dipahami. Antusias siswa juga

(21)

diberikan oleh guru. Guru juga menyatakan kemungkinan siswa salah memahami

apa yang telah disampaikan oleh guru sehingga kurangnya menjadi salah satu

faktor yang menyebabkan siswa tidak mencapai KKM yaitu 75 yang telah

ditentukan oleh sekolah, nilai rata-rata ketidaktuntasan dapat terlihat pada Tabel

1.1.

Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Ketidaktuntasan Belajar Siswa pada Materi Asam BasaSemester Ganjil Kelas VII Tahun 2015

Kelas

Jumlah Siswa Jumlah Siswa (%) Tuntas Tidak

Tuntas

Tuntas Tidak Tuntas A

B

C

D

7

9

13

6

27

25

20

28

20,6

26,5

39,4

17,6

79,4

73,5

60,6

82,4

Rata-rata ketidaktuntasan

73,9

Sumber: Daftar nilai guru mata pelajaran IPA

Tabel 1.1 menunjukkan data nilai rata-rataketidaktuntasan belajar siswa

pada materi asam basa kelas VII SMPNegeri 5 Sungai Kakap tahun 2015sebesar

73,9%. Berdasarkan hasil nilaiulangan harian pada materi asam basa dan

wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA membuktikan bahwa siswa masih

belum memahami konsep secara benar dan utuh, akibatnya siswa akan mengalami

miskonsepsi. Miskonsepsi menurut Suparno (2013) adalah suatu konsepsi yang

tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang diakui oleh para ahli.Setiap siswa

memiliki prakonsepsi yang dibawa sebagai pengetahuan. Demikian juga setiap

siswa dapat memiliki konsepsi yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Setiap

siswa senantiasa aktif membangun struktur kognitifnya berdasarkan pemilihan

informasi yang tersedia sesuai dengan keinginannya. Ketika mereka berusaha

membangun struktur kognitif dengan memilih informasi yang ada, baik informasi

(22)

informasi tersebut. Prakonsepsi dan konsepsi yang benar dapat menjadi salah

ketika seseorang membangun struktur kognitif baru berdasarkan masukan

informasi yang salah, atau sebaliknya. Semua itu dapat menjadi penyebab

terjadinya miskonsepsi pada diri siswa.

Untuk mendeteksi keberadaan miskonsepsi pada siswa dapat dilakukan

melalui berbagai macam teknik. Salah satunya teknik yang dinilai mampu untuk

mengidentifikasi dengan baik yaitu dengan tes diagnostik pilihan ganda beralasan

disertai Certainty Of Response Index (CRI) sebagai pendeteksi tingkat

pemahaman konsep siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.

Untuk melihat sejauh mana tingkat keyakinan yang dimiliki siswa dalam

menjawab pertanyaandapat diukur dengan suatu skala, skala yang digunakan

adalah skala enam dengan rentang nilai (0-5). Salah satu hal yang penting untuk

diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI

untuk menjawab suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan

hasil identifikasi yang dilakukan (Tayubi, 2005: 1).

Menurut Suparno (2005: 55), ada tiga langkah untuk mengatasi

miskonsepsi yang dilakukan siswa, yaitu mencari atau mengungkapkan

miskonsepsi yang dilakukan siswa, menemukan penyebab miskonsepsi tersebut

dan memilih menerapkan perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi

tersebut. Dengan demikian, mencari atau mengungkapkan miskonsepsi siswa

sebagai langkah awal untuk mengatasi miskonsepsi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik

meneliti lebih lanjut miskonsepsi pada materi asam basa di kelas VII SMPNegeri

5 Sungai Kakap tahun 2016/2017. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai miskonsepsi siswa tentang konsep asam basa dan dapat memberikan

informasi bagi guru dan peneliti lain untuk memilih metode atau model pelajaran

yang cocok dalam pembelajaran agar miskonsepsi siswa tentang asam basa dapat

(23)

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Miskonsepsisiswa pada materi asam basa di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai

Kakap tahun ajaran 2016/2017

2. Faktor penyebabmiskonsepsi siswa pada materi asam basa di kelas VII SMP

Negeri 5 Sungai Kakaptahun ajaran 2016/2017.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsi miskonsepsi siswa pada materi asam basa di kelas VII

SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun ajaran 2016/2017.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi siswa pada materi asam

basa di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun ajaran 2016/2017.

C. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh yaitu:

1. Bagi siswa, memberikan informasi kepada siswa mengenai konsep-konsep

yang tidak sesuai dengan konsep para kimiawan pada materi asam basa.

2. Bagi guru kimia, sebagai referensi tentang miskonsepsi pada materi asam

basa, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk memperbaiki miskonsepsi siswa

khususnya pada materi asam basa.

3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas sekolah melalui hasil belajar

siswa khususnya pada mata pelajaran kimia.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi unuk meneliti lebih lanjut tentang

miskonsepsi belajar kimia khususnya materi asam basa.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait

dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau tercakup dalam

paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah.

1. Miskonsepsi

Miskonsepsi memiliki arti sebagai sesuatuyang tidak akurat akan konsep,

(24)

konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konse-konsep yang tidak

benar (Suparno, 2005: 5). Miskonsepsi dalam penelitian ini adalah gambaran

konsepsi siswa yang berbeda dengan konsep ilmiah tentang asam basa. Pada

penelitian adalah ilmuan yang menjadi patkan adalah menurut Syukri, S.

(1999) dan Chang, R. (2003).Pengukuran Dalam penelitian ini yaitu

menggunakan tes diagnostik disertai Certainty of Respon Index(CRI).

2. Penyebab miskonsepsi

Penyebab miskonsepsi yang diteliti berasal dari siswa khususnya pada

Pemikiran Asosiatif, Alasan Tidak Lengkap atau salah, Intuisi yang Salah.

Untuk mengetahui penyebab miskonsepsi yang terjadi,dilakukan dengan

menganalisis hasil jawaban siswa yang kemudian dilanjutkan dengan

wawancara kepada siswa berdasarkan miskonsepsi yang ada.

3. Tes Diagnostik

Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui

miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Tes diagnostik yang diberikan berjumlah

10 soal pilihan ganda beralasan disertai dengan CRI dilembar jawaban siswa,

dengan tingkat kesukaran soal yaitu 25% soal mudah, 50% soal sedang, dan 25

soal sulit/sukar.

4. Certainty Of Response Index (CRI)

Certainty of Response Index (CRI) adalah ukuran tingkat

keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang

diberikan untuk dapat membedakan antara siswa yang paham konsep,

miskonsepsi dan siswa tidak paham konsep(Hakim, 2012: 545). Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes diagnostik berupa tes pilihan

ganda beralasan menggunakan metode Certainty of Response Index (CRI).

5. Materi Asam Basa

Materi pokok yang teliti di kelas VII SMPNegeri 5 Sungai Kakap adalah

konsep asam basa mencakup konsep: (1) Sifat Asam Basa; (2) Identifikasi

(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kimia Sebagai Mata Pelajaran di SMP

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Penyelenggaraan mata pelajaran

Ilmu Pesngetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih siswa agar dapat

menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah,

memiliki keterampilan proses sains serta dapat mengembangkan keterampilan

berfikir kritis dan kreatif. Dikatakan oleh BSNP, bahwa dalam penerapannya mata

pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam perkembangan manusia, baik

dalam hal perkembangan teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupan

maupun dalam hal penerapan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat baik

dalam aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya (Depdiknas, 2006: 155).

Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: 1) Memberikan pengalaman pada

siswa sehingga mereka kompeten dalam melakukan pengukuran berbagai besaran

fisis, 2) Menanamkan pada siswa pentingnya pengamatan empiris dalam menguji

suatu pernyataan ilmiah (menguji hipotesis), 3) Latihan berfikir kuantitatif yang

mendukung kegiatan belajar IPA terutama materi kimia sebagai penerapan

masalah-masalah nyata yang berkaitandengan peristiwa yang terjadi disekeliling

mereka, 4) Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam

kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alatsederhana maupun penjelasan

berbagai kemampuan IPA dalam menyelesaikan berbagai masalah kimia dalam

kehidupan sehari-hari (Hasruddin, 2001: 4).

Substansi mata pelajaran IPAdi SMP merupakan IPA Terpadu yang

merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian anatara lain meliputi bidang

yaitu Fisika, Biologi dan Kimia.Maka dalam pelaksanaannya tidak lagi

(26)

9

peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas

dinyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan IPA

Terpadu (Depdiknas, 2006: 417).

Kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA yaitu (Rusmansyah

dan Irhasyuarna, 2002: 353):

1. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak

Atom, molekul, ion merupakanmateri dasar kimia yang tidak tampak, yang

menurut siswa dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut

tanpa mengalaminya secara langsung. Atom merupakan pusat kegiatan

kimia, maka walaupun atom tidak terlihat secara langsung, tetapi dalam

angan-angan dapat membentuk satu gambaran untuk mewakili sebuah atom,

misalnya sebuah atom oksigen digambarkan sebagai bulatan.

2. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya

Kebanyakan objek yang ada didunia ini merupakan campuran zat-zat kimia

yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari, maka pelajaran kimia

dimulai dari gambar yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggapmurni

atau hanya dua atau tiga zat-zat saja. Dalam penyederhanaannya diperlukan

pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa atau mahasiswa tidak

mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.

3. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat

Topik-topik ilmu kimia seringkali harus dipelajari dengan urutan tertentu.

Misalnya, untuk dapat memahami bagaimana menggabungkan atom-atom

untuk membentuk molekul, maka karakteristik atom harus dipelajari terlebih

dahulu. Selain itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada

bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning dan

sebagainya. Hal ini menuntut untuk tanggapan yang cepat dan selektif

dalam menerima semua kemajuan tersebut.

4. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal

Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik)

(27)

seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia dan lain-lainnya,

juga harus dipelajari.

5. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak

Banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa ataupun mahasiswa, dituntut

untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang

tersedia dapat digunakan seefesien mungkin.

Kesulitan mempelajari ilmu kimia menurut Rusmansyah & Irhasyuarna

(2002: 173)dapat bersumber pada:

1. Kesulitan dalam memahami istilah

Kesulitan ini timbul karena kebanyakkan siswa hanya hafal akan istilah

tetapi tidak memahami degan benar maksud dari istilah yang sering

digunakan dalam pelajaran kimia.

2. Kesulitan dalam mempelajari konsep kimia

Kebanyakkan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara

keseluruhan merupakan konsep atau materi bersifat abstrak dan kompleks

sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep tersebut dengan

benar dan mendalam.

3. Kesulitan angka

Dalam mempelajari kimia siswa dituntut untuk terampil dalam

rumusan/operasi matematis. Namun, sering dijumpai siswa yang kurang

memahami rumusan tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa tidak

mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik, siswa tidak hafal rumus

matematika yang banyak digunakan dalam perhitungan-perhitungan kimia,

sehingga siswa tidak terampil dalam menggunakan operasi-operasi dasar

matematika.

B. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Miskonsepsi

Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan sebagai rancangan atau

buram surat, ide atau pegertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit,

gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang

(28)

(2007: 25) konsep merupakan desain awal untuk mengkonstruksi pengetahuan

seseorang dalam memahami sesuatu. Jadi konsep merupakan abstraksi dari

ciri-ciri suatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang

memungkinkan manusia berfikir ( bahasa adalah alat berfikir).

Menurut Halomoan (2010: 3), konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri

sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan

manusia berpikir. Tafsiran seseorang terhadap banyaknya konsep berbeda-beda.

Tafsiran konsep oleh seseorang inilah yang disebut dengan konsepsi. Secara

bahasa dapat diartikan pendapat (paham). Sehingga, konsepsi dapat

berartipemahaman seseorang yang terbentuk dari abstraksi peristiwa konkrit dari

suatu konsep objek tertentu.

Pemahaman setiap orang mengenai suatu konsep disebut konsepsi, dimana

setiap orang memiliki konsepsi yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Daya

pikir dan daya tangkap setiap pesertadidik terhadap stimulus yang ada

dilingkungan tidak akan sama persis. Ada kemungkinan beberapa pesertadidik

memiliki konsepsi yang salah terhadap suatu konsep, keadaan inilah yang disebut

sebagai miskonsepsi (Liliansari, 1998: 29). Menurut Suparno(2005:

4)miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah

atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang tersebut.

Miskonsepsi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Berg, 1999: 17):

1. Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki

2. Seringkali “sisa” miskonsepsi terus-menerus mengganggu, soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit,

miskonsepsi muncul lagi

3. Sering kali terjadi regenerasi, yaitu peserta didik yang sudah mengatasi

miskonsepsi, beberapa bulan mengalami miskonsepsi kembali.

4. Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tidak dapat dihilangkan atau

dihindari.

5. Guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadipada

peserta didiknya dan tidak menyesuaikan proses pembelajaran dengan

(29)

6. Peserta didik yang pandai dan yang lemah dapat terkena miskonsepsi.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka miskonsepsi dapat

diartikan sebagai konsepsi siswa yang terbentuk dari suatu pengalaman tidak

sesuai dengan konsepsi para ahli dalam bidangnya, sehingga dapat menjadi

penghalang untuk membentuk pengetahuan yang benar.

C. Cara Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi

Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi dapat dilakukan berbagai cara

antara lain: melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif

dalam kelas. Langkah-langkah untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan

dengan berbagai cara, yaitu (Sudarmo, 2005: 68):

1. Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir

suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda

atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis, vektoris, grafis, atau

penjelasan dengan kata-kata.

2. Memberikan pertanyaan, pertanyaan terbalik (reverse question) atau

pertanyaan yang kaya konteks.

3. Mengkoreksi langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan

soal-soal essai.

4. Mengajukkan pertanyaan-pertanyaan lisan pada siswa.

5. Mewawancarai siswa.

D. Certainty Of Response Index (CRI)

Certainty of Response Index (CRI)adalah salah satu cara untuk membedakan

antara yang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep. Certainty of

Response Index (CRI)merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden

dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. Certainty of Response

Index (CRI)didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap

jawaban suatu soal (Hakim dkk, 2012:545).

Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala Certainty of Response

(30)

menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu

pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata.

Sebaliknya Certainty of Response Index (CRI)yang tinggi mencerminkan

keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab

pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden

mengalami miskonsepsi atau tidak paham konsep dapat dibedakan secara

sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal dengan

tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban Certainty of Response Index

(CRI)yang yang didasarkan pada suatu skala dengan rentang nilai (0-5) dapat

dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Pilihan

Jawaban

Alasan Nilai CRI Deskripsi Benar Benar Benar Salah Salah Benar Salah Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah Benar Salah >2,5 <2,5 >2,5 >2,5 >2,5 <2,5 <2,5 <2,5

Memahami konsep dengan baik Memahami konsep dengan baik tetapi

kurang yakin Miskonsepsi Miskonsepsi Miskonsepsi Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Sumber: Hakim, ddk (2012:549)

E. Faktor Penyebab Miskonsepsi

Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai

pelajaran yang sulit untuk pesertadidik oleh guru kimia, peneliti dan pendidik

pada umumnya. Meskipun alasannya bervariasi dari sifat-sifat konsep kimia yang

abstrak hingga kesulitan penggunaan bahasa kimia.Miskonsepsi yang terjadi pada

siswa disebabkan oleh beberapa faktorbersumber dari siswa, guru dan buku teks.

Adapun faktor utama siswa mengalami miskonsepsi kebanyakan bersumber dari

diri siswa sendiri. Hal ini sesuai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa

miskonsepsi paling banyak berasala dari pelajar (Suparno, 2005: 71). Menurut

(31)

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa

(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Menurut

Suparno (2005: 53), secara garis besar ada lima kelompok penyebab terjadinya

miskonsepsi pada peserta didik, yaitu: (1) peseta didik, (2) guru, (3) buku teks

pelajaran, (4) konteks, dan (5) metode mengajar.

1. Siswa

a. Prakonsepsi

Prakonsepsi atau konsep awal siswa adalah konsep yang telah dimiliki

siswasebelum siswa mengikuti pelajaran formal di sekolah. Konsep yang

dimiliki siswamungkin benar, mungkin juga keliru. Konsep awal yang

keliru dapat menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran di

sekolah. Konsep awal biasanya diperoleh dari orang tua, teman atau dari

pengalaman di lingkungan siswa itu sendiri.

b. Pemikiran Asosiatif Siswa

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang-kadang juga

menimbulkan miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan oeh guru

dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa, karena dalam

kehidupan sehari-hari kata dan istilah itumempunyai arti yang berbeda.

c. Pemikiran Humanistik

Pandangan manusiawi sering kali digunakan siswa untuk memandang

sebuah benda. Tingkah laku benda dianggap seperti tingkah laku manusia

sehingga mungkin menimbulkan pemikiran yang salah tentang benda

tersebut.

d. Alasan Tidak lengkap

Menurut Comins, miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau

penalaran siswa yang tidak lengkap atau keliru. Alasan yang tidak

lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh tidak lengkap.

Akibatnya, siswa manarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan

(32)

e. Intuisi Yang Salah

Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan

mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatusebelum secara

objektif dan rasional diteliti. Intuisi ini biasanya berasal dari pengamatan

akan benda-benda atau kejadian yang secara terus menerus. Akhirnya

secara spontan, bila siswa mengalami fisik tertentu, yang muncul dalam

benak siswa adalah pengertian yang spontan itu. Jika pemikiran yang

spontan itu keliru, maka dapat menyebabkan miskonsepsi.

f. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa

Tahap perkembangan kognitif siswamenurut Jean Piaget meliputi tahap

sensori-motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit dan

tahap operasional formal. Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai

dengan bahan yang digeluti dapat menyebabkan adanyamiskonsepsi

siswa.

g. Kemampuan Siswa

Siswa yang kurang mampu mempelajari IPA, sering mengalami kesulitan

menangkap konsep yang benardalam proses pembelajaran. Meskipun

guru telah menyampaikan bahan ajar dengan benar dan pelan-pelan serta

buku teks ditulis dengan benar sesuai pengertian para ahli, pengertian

yang mereka tangkap dapat tidak lengkap atau bahkan salah.

h. Minat Siswa

Minat siswa terhadap pelajaran IPA juga berpengaruh pada miskonsepsi

siswa. Siswa yang tidak berminat pada pelajaran IPA, biasanya kurang

memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang disampaikan.

Akibatnya mereka akan lebih mudah salah menangkap dan membentuk

miskonsepsi.

2. Guru

Guru tidak menguasai bahan/tidak kompeten, bukan lulusan bidang ilmu

yang diajarkan, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide atau sikap

guru yang kurang baik dalam berelasi dengan siswa. Ketidakmampuan dan

(33)

yang bersangkutan, serta ketidakmampuan menujukkan hubungan konsep satu

dengan konsep lainnya pada situasi dan kondisi yang tepat (Liliawati,

2009:160).

3. Buku Teks

Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada

kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan

miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan

dalam buku diktat adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus

dan konstanta (Liliawati, 2009: 160). Selain itu faktor lain yang menyebabkan

miskonsepsi adalah penggunaan bahasa yang terlalu sulitdan kompleks.

4. Konteks

Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari

kekacawan penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah.

Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai

dengan konsep IPA/ kimia, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari

pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya,

kemudian membetulkan dengan konsep yang benar dengan memberikan

pengalaman yang sesuai dengan konsep IPA/kimia.

5. Metode Mengajar

Menurut Suparno (2005: 82), cara mengajar yang dapat menjadi

penyebab khusus miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode

ceramah dan menulis, langsung berbentuk matematis, tidak mengungkapkan

miskonsepsi siswa, tugas tidak dikoreksi, model analogi, model praktikum dan

diskusi yang tidak sesuai langkah-langkah yang ditentukan. Metode mengajar

yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang diajarkan dan

kefanatikkan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari karena

akan membatasi cara pandang kita tehadap masalah pengetahuan. Agar

penyampaian konsep dapat dipahami siswa. Penggunaan metode mengajar

yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang salah dari konsep yang

(34)

konsepyang digambarkan dapat pula menyebabkan miskonsepsi pada diri siswa

(Liliawati:2009:160).

F. Materi Asam Basa

Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung zat

tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin, dan sebagainya. Sifat asam basa tidak

hanya terdapat dalam larutan air, tetapi juga dalam larutan lainnya seperti

amoniak, eter dan benzena, cukup sulit mengetahui sifat asam dan basalarutan

yang sesungguhnya. Svante Agusust Arrhenius menyatakan bahwa sifat asam atau

basa jenis suatu zat ditentukan oleh jenis ion yang dihasilkan dalam air. Asam

Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion

OH-(Syukri, S. 1999: 386)

1. Sifat umum asam, basa dan garam

Sifat-sifat asam menurut Arrheniussebagai berikut (Chang, R. 2003:96):

a. Asam

1. Asam memiliki rasa masam; misalnya, cuka yang mempunyai rasa

dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang

mengandung asam sitrat

2. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;

misalnya mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah.

3. Asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan

besi menghasilkan gas hidrogen. Sebagaimana dijelaskan pada reaksi

berikut:

2HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq)+ H2(g)

4. Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat sepertiNa2CO3, CaCO3, dan NaHCO3 menghasilkangas karbondioksida. Sebagaimana dijelaskan pada reaksi berikut:

HCl(aq) + NaHCO3(s) NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g) 5. Larutan dalam air menghantarkan aruslistrik

Beberapa contoh zat asam dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat

(35)

Tabel 2.2 Macam- Macam Zat Asam dalam Kehidupan Sehari-Hari

No Nama Keberadaan produk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Asam asetat Asam askorbat Asam sitrat Asam borat Asam karbonat Asam klorida Asam nitrat Asam fospat Asam sulfat Asam tartrat Larutan cuka Jeruk, tomat, sayur

Jeruk

Larutan pencuci mata Minuman karbonasi Asam lambung, obat tetes mata

Pupuk, peledak (TNT) Deterjen, pupuk

Aki, pupuk Anggur (Syukri, S. 1999: 389)

b. Basa

1. Basa memiliki rasa pahit

2. Basa terasa licin; misalnya sabun

3. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;

misalnya, merubah warna lakmus dari merah menjadi biru.

4. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.

Beberapa contoh zat basa di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat

pada Tabel 2.2.

Tabel 2.3 Beberapa Contoh Zat Basa Dalam Kehidupan Sehari-Hari Nama Senyawa Keberadaan Produk

Aluminium hidroksida Kalsium hidroksida Magnesium hidroksida Natrium hidroksida Kalium hidroksida Deodoran, antasida Mortar dan plester

Antasida

Pembersih pipa saluran air, bahan sabun

Bahan pembuat sabun (Syukri, S. 1999: 398)

c. Garam

Asam dan basa merupakan dua macam zat yang mempuyai sifat

berlawanan. Campuran asam dan basa akan bereaksi membentuk garam.

(36)

Asam klorida + natrium hidroksida natrium klorida + air

HCl + NaOH NaCl + H2O

Dalam reaksi tersebut terjadi penggabungan antara ion negatif asam dan dan

ion positif basa membentuk garam dan air. Jadi, reaksi asam dan basa

disebut penggaraman(Chang, R. 2003:99).Berikut ini beberapa zat garam di

dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.4Contoh Garam Dalam Kehidupan Sehari-Hari Nama Senyawa Keberadaan Produk Natrium klorida

Natrium bikarbonat Kalsium karbonat Amonium klorida Kalium karbonat magnesium sulfat

Alum

Garam dapur Baking soda

Kalsit Salmiak

Potash Garam inggris

Tawas (Syukri, S. 1999: 410)

2. Mengidentifikasi Asam, Basa, dan Garam

Air yang dipakai sehari-hari bukanlah air murni, tetapi mengandung

berbagai zat terlarut yang tidak diketahui dengan pasti. Bila mengandung

senyawa elektrolit, kemungkinan air akan bersifat asam atau basa, cara yang

paling aman dan mudah untuk menunjukkan suatu larutan bersifat asam atau

basa ialah menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa akan

berubah warna apabila berada dalam lingkungan asam, basa, atau netral.

Macam-macam indikator diantaranya (Syukri, 1999: 424-425):

a). Indikator Alami

Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari bahan-bahan alami,

cara memperolehnya dengan cara mengekstrak. Ekstrak dari bahan-bahan

ini dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam basa.

Berbagai bunga yang berwarna atau tumbuhan mahkota bunga, kunyit, kulit

manggis, dan kubis ungu. Kelebihan dari indikator alami ini yaitu mudah

didapatkan di alam Beberapa bahan alam yang dapat dijadikan indikator

(37)

Gambar 2.1Bahan alam yang digunakan sebagai indikator alami b). Indikator Universal

indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam

indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan

warnanya. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada yang berupa

kertas. Indikator yang berupa kertas merupakan kertas serap dan kotak

kemasan indikator jenis ini dilengkapi denganpeta warna dengan warna

standar untuk pH 1-14. Peta warna dan penggunaan indikator universal

dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(38)

c). Indikator Lakmus

Kertas lakmus adalah kertas yang mengandung suatu senyawa

yang disebut indikator, yaitu yang mempunyai warna khusus pada pH

tertentu. Dengan mengubah pH larutan, warna indikator juga dapat berubah

dengan sendirinya. Apabila air yang mengandung senyawa elektrolit

dicelupkan kertas lakmus menjadi merah, menandakan air bersifat asam,

dan bila biru bersifat basa dan jika tidak merubah warna dari pada lakmus

menandakan air bersifat netral(Syukri, S. 1999: 242).Warna pada kertas

lakmus dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 kertas lakmus

3. Skala Keasaman dan Kebasaan

Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh konsentrasi ion-ion yang

dihasilkan. Asam kuat menghasikan lebih banyak ion hidrogen (H+), sedang basa kuat menghasilkan lebih banyak ion hidroksida (OH-) di dalam air. Tingkat keasaman suatu larutan dapat juga dinyatakan dalam skala pH. Pada

dasarnya, skala atau tingkat keasaman bergantung pada konsentrasi ion

hidrogen dalam larutan itu. Skala pH merupakan suatu cara untuk

mengambarkan konsentrasi ion-ion hidrogen dalam larutan asam atau

konsentrasi.Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan rentang nilai

0-14 (Syukri, S. 1999426):

a. Larutan dengan pH < 7 bersifat asam.

b. Larutan dengan pH = 7 bersifat netral.

(39)

22 BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggambarkan tentang miskonsepsi siswa tentang materi

asam basa. Metodeyang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif

jenis survey. Menurut Nawawi, H. (2005: 15) metode deskriptif adalah prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan

lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana

adanya. Menurut Tjokrosujono (1995: 67) penelitian deskriptif dibagi menjadi

menjadi enam jenis yaitu studi kasus, survei, studi pengembangan, studi tindak

lanjut, analisis isi, dan studi korelasi.

B. Subjek Penelitian

Moeliono, A (1993: 862) mendeskripsikan subjek peneliti adalah orang

yang diamati sebagai sasaran peneliti. Teknik yang digunakan dalam pengambilan

subjek adalah teknik purposive sampling.Purposive samplingadalah teknik

penentuan subjek berdasarkan suatu pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan

peneliti (Morissan, 2012:118).

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap

dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang diambil berdasarkan hasil diskusi

dengan guru mata pelajaran IPA.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri

5 Sungi Kakap. Waktu dan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Waktu kegiatan Kegiatan

1 15 September

2016

Mengadakan uji coba soal pada siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Sungai Kakap

2 20 September

2016.

Memberian soal tes pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap

3 21 September

2016.

(40)

23 D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap.

b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes soal pilihan ganda

beralasan terbuka.

c. Melakukan validasi instrumen penelitian dengan dua orang dosen

program studi kimia fakultas keguruan dan ilmu pendidikan

d. Merevisi instrumen yang telah divalidasi.

e. Melakukan uji coba yang telah divalidasi di kelas VII D SMP Negeri 5

Sungai Kakap.

f. Menghitung realibilitas soal tes.

2. Tahap Pelakanaan

a. Memberikan soal tes kepada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai

Kakap sebagai subjek penelitian.

b. Mengoreksi dan menganalisis jawaban siswa untuk mengetahui jumlah

miskonsepsi dan bentuk miskonsepsi pada siswa kelas VII A SMP

Negeri 5 Sungai Kakap.

c. Mewancarai siswa untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi

berdasarkan hasil analisis jawaban siswa.

3. Tahapa Akhir

a. Menganalisis hasil wawancara dari siswa yang mengalami miskonsepsi.

b. Menarik kesimpulan.

(41)

Adapun prosedur penelitian yang dijelaskan seperti pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Peneliti Observasi

Pembuatan instrumen

Validasi soal tes

Memberikan soal tes kepada siswa

Analisis hasil tes

Penarikan kesimpulan

Uji coba instrumen

Analisis data hasil uji coba instrumen untuk mengukur tingkat kesukaran dan daya

pembeda soal tes Tahap persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Akhir Melakukan wawancara

Analisis hasil wawancara

Laporan hasil penelitian Valid

(42)

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik pengukuran

Teknik yang digunakan dalam penelitian iniadalah teknik

pengukuran. Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan

berupa kecerdasan, kecakapan nyata dalam bidang tertentu, panjang, berat

dan lain-lain dibandingkan dengan norma-norma tertentu (Nawawi, 2005:

133). Teknik pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pengukuran dengan instrumen berupa tes pilihan ganda beralasan yang

disertai Certainty of Response Index (CRI) .

b. Teknik komunikasi langsung

Teknik komunikasi langsungadalah cara pengumpulan data yang

mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara

lisan atau tatap muka (face to face)dengan sumber data, baik dalam situasi

yang sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan

tertentu (Nawawi, 2010:101). Teknik komunikasi langsung yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara. Wawancara

dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari miskonsepsi siswa

berdasarkan jawaban dan alasan yang telah dianalisis.

2. Alat Pengumpulan Data a. Tes

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan,maka dalam

penelitian ini diperlukan data yang dapat mengungkapkan miskonsepsi

siswa terhadap materi asam basa. Alat pengumpul data dalam penelitian

ini berupa tes diagnostik berbentuk pilihan ganda beralasan yang disertai

Certainty of Respon Index (CRI) dengan skala yang digunakan adalah

skala dengan rentang nilai (0-5). Interpretasi dari CRI beralasan yang

(43)

Tabel 3.2 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Pilihan

Jawaban

Alasan Nilai CRI Deskripsi Benar Benar Benar Salah Salah Benar Salah Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah Benar Salah >2,5 <2,5 >2,5 >2,5 >2,5 <2,5 <2,5 <2,5

Memahami konsep dengan baik

Memahami konsep dengan baik tetapi kurang yakin

Miskonsepsi Miskonsepsi Miskonsepsi Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep

b. Wawancara

Wawancara dilakukan bertujuan mempertegas hasil yang diperoleh

melalui CRI dan lebih menekankan pada bentuk miskonsepsi yang lebih

spesifik terhadap konsep tertentu. Menurut Arikunto (2010: 198)

wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk

memperoleh informasi dari terwawancara. Oleh karena itu,sebelum

melakukan wawancara pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu

melakukan beberapa langkah-langkah berikut:

1) Menganalisis jawaban tes soal siswa.

2) Menentukan kategori tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan

pilihan jawaban benar dan salah.

3) Menganalisis jawaban siswa untuk membedakan antara paham

konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan nilai CRI.

4) Mengelompokkan siswa yang masuk kedalam kategori miskonsepsi

5) Membuat pedoman wawancara yang dikonsultasikan terlebih dahulu

dengan dosen pembimbing sebelum digunakan dilapangan.

Setelah melakukan langkah-langkah tersebut kemudian dilakukan

wawancara kepada siswa yang masuk kedalam kategori miskonsepsi.

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui fakto-faktor penyebab siswa

mengalami miskonsepsi, kemudian data yang didapat dianalisis untuk

(44)

3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas instrumen

Selain harus dapat diandalkan, suatu pengukuran harus pula

memiliki validitas, validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran

empiris cukup mengambarkan arti sebenarnya dari konsep yang telah

diteliti, dengan kata lain, suatu instrumen pengukuran yang valid

mengukur apa yang seharusnya diukur, atau mengukur apa yang hendak

diukur (Morissan, 2012: 103). Dalam menentukan validitas pengukuran

memerlukan suatu evaluasi terhadap kaitannya antara definisi operasional

variabel dengan defenisi konseptual. Validitas yang digunakan dalam

penelitian ini adalah validitas isi menurut Gregory. Validitas isi

menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butiran dalam suatu tes

atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional

perilaku sampel yang dikenal tes tersebut, dengan penelitian menggunakan

pedoman telaah butiran soal.Soal tes yang telah disusun dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing. Untuk melihat validasi isi tes, maka tes

tersebut diajukan kepada validator yang terdiri dari dua orang dosen

Program Studi Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Martiks uji Gregory ditunjukkan seperti pada Tabel 3.3 dengan

kriteria validasi pada Tabel 3.4.

Tabel 3.3 Matriks Uji Gregory penilai 1 Penilaian Kurang releven

skor (1-2)

Sangat releven skor (2-3) penilai 2 Kurang releven

skor (1-2)

A (- -) B (+ -)

Sangat releven Skor (3-4)

C (- +) D (++)

(45)

Penilaian berdasarkan Tabel Matriks Uji Gregory dinyatakan dalam

tingkatan validitas tiap butir soal. Validitas isi dapat dihitung dengan

mengunakan rumus seperti pada persamaan 3.1

Validitas isi(CV) = 𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷(3.1)

Dari persamaan 3.1 dapat dicari validitas hitung (CV) untuk tiap butir soal

dimana A merupakan sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara kedua

penilai, B&Cmerupakan sel yang menunjukkan perbedaan pandangan

antara kedua penilai dan D merupakan sel yang menunjukkan persetujuan

antara kedua penilai.

Tabel 3.4 Kriteria Validasi Isi Menurut Gregory

No Nilai Validitas

1 2 3 4 5

0,89-1,00 0,60-0,79 0,40-0,59 0,20-0,39 0,00-0,19

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Hairida, 2012: 29)

Hasil hitung validitas isi terhadap hasil instrumen soal dengan

menggunakan formula Gregory adalah 1 (sangat tinggi) Lampiran C-1.

b. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen secara internal dengan internal

consistency. Hal lain dilakukan dengan cara mengujikan instrumen sekali

saja, kemudian datayang diperoleh dianalisis dengan rumus tertentu. Hasil

analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instumen

(Sugiono, 2012: 131).

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dikatakan memepunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut

dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2009: 86). Untuk

mengetahui tingkat reliabilitas tes, makates uji coba terhadap siswa kelas

VII yang telah mempelajari teori asam basa. Data yang diperoleh dari uji

(46)

ditunjukkan pada Persamaan 3.2, karena pada nilai tes hanya nomor yang

benar yang dinilai dan tiap nomor yang benardiberi nilai 1 (Nazir, M.

1988).

KR. 20 = 𝒌

(𝒌−1){1 − ∑ 𝒑.𝒒

𝒔2 } (3.2)

Dari persamaan 3.2 diketahuik adalah jumlah soal dalam tes, p

adalah proporsi responyang benar, q proporsi respon yang salah, dan

s2adalah varians skor.Varians skor dapat diperoleh menggunakan

Persamaan 3.3.

s2 = ∑(𝑿+𝒀)𝟐 𝒏 − [

∑(𝑿+𝒀) 𝒏𝟐 ]

𝟐 (3.3)

Dari Persamaan 3.3 diketahuiX adalah skor pada nomor soal ganjil,

Y adalah skor pada nomor soal genap dan n adalah jumlah responden. Data

untuk perhitungan KR.20 diperoleh dari hasil uji coba pada sejumlah

individu diluar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama. Ujicoba soal

tes dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang berjumlah

32 siswa. Dari hasil ujicoba soal tes diperoleh koefisien reliabilitas sebesar

0,73 (tinggi) dapat dilihat pada Lampiran C-2.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang miskonsepsi

siswa setelah pembelajaran dilaksanakan yaitu mengenai konsep asam basa.

Menurut Sugiyono (2009: 37) penyajian data hasil penelitian dengan

menggunakan tabel merupakan penyajian yang banyak digunakan, karena lebih

efisien. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,

yaitu:

1. Analisis Hasil Tes

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan miskonsepsi

siswa kelasVII A SMPNegeri 5 Sungai Kakap tentang asam basaberdasarkan data

yang dianalisis adalah hasil jawaban tes pilihan ganda beralasan yang disertai

Certainty of Response Index (CRI). Langkah-langkah untuk menganalisis hasil tes

(47)

a. Menghitung skor jawaban siswa benar dan salah. Jawaban benar diberi skor (1)

dan yang menjawab salah diberi skor (0)

b. Menentukan tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan pilihan jawaban

dan nilai CRI setiap butir soal sesuai dengan format pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Format Tingkat Pemahaman Siswa Tiap Butir Soal No Soal:

Konsep Ilmuan:

Pilihan Konsep siswa

Nilai CRI Pemahaman Konsep

Tinggi (>2,5)

Rendah (<2,5)

PK M TPK

Keterangan:

PK : Paham Konsep M : Miskonsepsi

TPK : Tidak Paham Konsep

c. Merekapitulasi jumlah Persentase Tingkat Pemahaman siswa sesuai format

rekapitulasi pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Format Rekapitulasi Jumlah Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Asam Basa

No Soal

Persentase Siswa (%)

Paham Konsep (PK)

Miskonsepsi (M)

Tidak Paham Konsep (TPK)

Persentase siswa pada setiap kategori dapat dihitung dengan

menggunakanrumus seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 3.4.

P =Nf × 100% (3.4)

Perhitungan persentase siswa untuk setiap kategori dimana N merupakan

jumlah dari seluruh siswayang menjadi subjek penelitian sedangkan f

(48)

d. Menghitung jumlah siswa yang memiliki miskonsepsi pada setiap soal. Format

menghitungjumlah siswa yang memiliki miskonsepsi pada materi asam basa

dapat dilihat pada Tabel3.7.

Tabel 3.7 Format Miskonsepsi Siswa Pada Materi Asam Basa No

Soal

Indikator Deskripsi miskonsepsi Siswa (%)

1 2 3 4

2. Analisis Hasil Wawancara

a. Wawancara kepada siswa yang megalami miskonsepsi berdasarkan hasil

jawaban siswa pada soal tes. Format rekapitulasi hasil wawancara tiap

bentukmiskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel. 3.8 Format Analisis Wawancara Penyebab Miskonsepsi Siswa Nomor Soal

Bentuk Miskonsepsi Kode Siswa

Jumlah Siswa

Pertanyaan Jawaban Siswa Jumlah

b. Merekapitulasi penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada setiap

butir soal. Format rekapitulasi penyebab miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel

3.9.

Tabel 3.9 Format Rekapitulasi Penyebab Miskonsepsi Siswa No Soal Penyebab Miskonsepsi Persentase

(%)

IS PA ATL

Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat disebabkan oleh: 1)

Intuisi yang Salah (IS), 2) Pikiran Asosiatif (PA), 3) Alasan Tidak Lengkap

(49)

Berdasarkan Tabel 3.10 penyebab miskonsepsi siswa dapat diketahui

melalui rubrik wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.10

Tabel 3.10 Rubrik Wawancara Siswa

Faktor Penyebab Alasan (B/S) Asal Konsep Catatan Pemikiran Asosiatif

(PA)

Benar/Salah Guru/Buku Lengkap Intuisi yang Salah

(IS)

Benar/ Salah Pribadi/ Teman Lengkap/Tidak Alasan Tidak

Lengkap (ATL)

Benar/ Salah Guru/Buku Tidak Lengkap

Siswa

Gambar

Tabel 4.8 Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan
Tabel 1.1 menunjukkan data  nilai rata-rataketidaktuntasan belajar siswa
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep
Tabel 2.2 Macam- Macam Zat Asam dalam  Kehidupan Sehari-Hari
+7

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab miskonsepsi siswa dalam memahami materi larutan asam basa antara lain: motivasi dan kesiapan belajar siswa, pengetahuan yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep larutan dan asam basa yang mengalami miskonsepsi pada buku teks kimia SMA kelas X dan XI dan memberikan penyelesaian atas

Selain indikator yang digunakan dalam percobaan ini, beberapa indikator alami yang dapat digunakan untuk menguji sifat asam basa suatu larutan adalah jenis

Miskonsepsi dapat teridentifikasi dari 26 siswa yang menjadi subjek penelitian dengan menggunakan tes diagnostik bentuk essay pada materi larutan asam basa yang

Cara menentukan senyawa bersifat asam, basa, atau netral dapat menggunakan kertas lakmus dan larutan indikator atau indikator alami.. Berikut adalah beberapa cara menguji

Indikator yang memiliki persentase miskonsepsi yang signifikan yaitu Menjelaskan teori asam dan basa menurut Arrhenius 73%, Mengidentifikasi sifat larutan asam dan

Warna Indikator Dalam Larutan Asam Cuka Garam NaOH 1. Perubahan warna apa yang terjadi pada ekstrak yang ditetesi dengan larutan asam, basa.. Penentuan Skala Keasaman dan Kebasaan

Melalui percobaan, peserta didik dapat menyajikan laporan hasil pengamatan terhadap sifat larutan asam, basa, dan garam menggunakan indikator kertas lakmus dengan