DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP
SKRIPSI
OLEH
:AGUSTINA
081710726
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
DESKRIPSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI
ASAM BASA KELAS VII SMP NEGERI 5 SUNGAI KAKAP
SKRIPSI
OLEH
:AGUSTINA
081710726
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Program Studi
Pendidikan Kimia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
iv
MOTTO
Hidup di dunia adalah tempat bagi kita mencari bekal menuju akhirat...
banyak atau sedikit yang kita bawa tergantung dari perbuatan yang kita lakukan
kebaikan akan menambah bekal mu....
keburukan akan mengurangi bekal mu...
hidup ini hanyalah sebuah pilihan hingga waktu itu sendiri yang akan
menghentikannya...
bekalmu hanya dapat dicari dengan ilmu
ilmu adalah kompas perbuatan
baik ataukah buruk bekal yang akan kita membawa
kedunia yang sesungguhnya
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan
Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali
bagi orang-orang yang khusyu
v
Persembahan
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Swt yang mana atas
berkat dan rahmat – Nyalah serta segala urusan yang dipermudahkan oleh –
Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Hanya allah segala penentu rencana manusia ,karena ridho - Nya lah yang sangat diharapkan manusia agar segala urusan kehidupan didunia ini berkah serta bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Amin
Persembahan yang utama untuk orang yang paling berkorban untuk hidup saya, sehingga saya bisa terlahir dunia ini yaitu almarmu bapak saat ambong dan ibusakniahtercinta selama ini tetesan keringat kerja keras beliaulah sehingga saya bisa dibesarkan dan dibiayai hingga mendapatkan ilmu dan gelar di sekolah pilihan saya . Doa yang tulus yang beliau berikan disetiap menghadapmu illahi, yang memberikan semangat dan motivasi yang sangat unggul buat diri saya, serta yang paling terpenting adalah kasih sayang yang tidak pernah tergantikan dengan apa pun yang ada didunia kecuali balasan Allah diakhirat nanti yaitu disurga- Nya. Amin.
Buat suamiku tercinta muhammat hendrik, terimakasih untuk nasehat, dukungan, doa, kasih sayang dan perhatiannya sehingga bisa
menyelesaikan tugas akhir serta motivasi yang tidak henti – hentinya
diberikan didalam setiap langkah yang sering kali coba menghentikan langkah kaki Q, dan untuk anakku terrcinta Fadilah Akbar penyemangat hidup penghapus air mata ketika bersedih, pelebar senyum ketika termanggu.
vi
mampu membangunkan kembali semangat. Semoga apapun bentuk kebaikan bapak dan ibu berikan dapat balasan yang terbaik kelak diakhirat nanti. Amin.
vii ABSTRAK
Agustina (081710726). Deskripsi Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa
Kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Pontianak. Dibimbing oleh: Dedeh Kurniasih, S.Pd; M. Si selaku pembimbing I dan Fitriani, S.Si; M.Si; M.Sc selaku pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan miskonsepsi serta mengetahui penyebab miskonsepsi siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun 2016 pada materi asam basa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitiannya adalah penelitian survey. Teknik pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sebanyak 34 siswa. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa tes pilihan ganda beralasan disertai Certainty Of Response Index (CRI) dan wawancara. Hasil analisis menunjukkan siswa mengalami miskonsepsi pada indikator mengidentifikasi sifat asam, basa dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan sebesar 70,6%, indikator megelompokkan larutan asam, basa dan garam menggunakan indikator kertas lakmus sebesar 71,6%, indikator mengidentifikasi asam, basa dan garam menggunakan indikator universal sebesar 69,6%, indikator meyebutkan nama alat yang digunakan sebagai identifikasi sifat-sifat asam, basa dan garam sebesar 70,6% dan indikator menyebutkan nama bahan-bahan alam yang digunakan sebagai identifikasi sifat-sifat asam, basa dan garam sebesar 79,4%. Rata-rata miskonsepsi yang dialami siswa pada materi asam basa sebesar 71,47%. Berdasarkan hasil wawancara diketahui penyebab miskonsepsi siswa berasal dari Intuisi yang Salah sebesar 54,32%, Pemikiran Asosiatif sebesar 12,54% dan Alasan Tidak Lengkap sebesar 33,14. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa miskonsepsi siswa kelas VII A di SMP Negeri 5 Sungai Kakap masih terglong tinggi dan penyebab miskonsepsi dominan berasal dari Intuisi yang Salah.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skipsi yang
berjudul“Deskripsi Miskonsepsi Siswa pada Materi Asam Basa Kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap”.
Peneliti pada penyusunan skipsi ini banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini, dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu terutama pada :
1. Dr. Mawardi,M.M,selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
yang telah memberikan pengarahan, dorongan dan motivasi dalam
penyusunan skipsi.
2. Dini Hadiarti, M.Sc selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak yag telah member pengarahan,
dorongan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
3. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing I dan Fitriani, S.Si, M.Si,
M.Sc selaku Pembimbing II yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan,
kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.
4. Tuti Kurniati S.Pd, M.Siselaku penguji I dan Rizmahardian, S.Si, M.Si, M.Sc
selaku penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi.
5. Dini Hadiarti, M.Sc selaku validator I danNurdianti Awaliyah, S.Siselaku
validator II yang telah memberi kritik dan saran.
6. Dosen dan Staf FKIP kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah
ix
7. M. Arip, S.Sos selaku kepala SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang telah
memberikan izin penelitian ini.
8. Yuni Indah Sari, S.Pselaku Guru IPA di SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang telahmemberikansemangat, pengarahandanmotivasi.
9. Kedua orang tua, suami tercinta, saudara-saudara, keluarga dan orang terdekat
yang telah memberikan semangat, dukungan, do’a dan kasih sayangnya. 10.Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Pendidikan kimia angkatan 2008 FKIP
Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberi dukungan dan
motivasi.
11.Serta semua pihak yang turut membantu peneliti secara langsung atau tidak
langsung atas informasi yang diberikan.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum
sempurna. Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata peneliti berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Pontianak, Mei2018 Peneliti
AGUSTINA
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL……… HALAMAN JUDUL……… HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PENESAHAN TIM PENGUJI……… HALAMAN PERNYATAAN………..
HALAMAN MOTO………
HALAMAN PERSEMBAHAN………... ABSTRAK……… KATA PENGANTAR……….. DAFTAR ISI……… DAFTAR TABEL……… DAFTAR LAMPIRAN……….. DAFTAR GAMBAR...
BAB I PENDAHULUAN………...
A. LatarBelakang………...
B. RumusanMasalah………...
C. TujuanPenelitian……….
D. ManfaatPenelitian………
E. DefinisiOperasional……….
1. Miskonsepsi………...……….
2. Penyebab Miskonsepsi...……….. 3. Tes Diagnostik...
4. Certainty of Response Index (CRI)...
5. Materi Asam Basa... BAB II TINJAUANPUSTAKA……….
A. Kimia Sebagai Mata Pelajaran di SMP………
B. Pengertian konsep, konsepsi dan miskonsepsi……… C. Cara Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi...
xi
E. Faktor penyebab miskonspsi...
F. Materi Asaam Basa... BAB III METODE PENELITIAN………..
A. MetodedanBentukPenelitian……….
B. Subjek Penelitia...……….
C. Watu dan Tempat Penelitian ………
D. ProsedurPenelitian………
E. TeknikdanAlatPengumpul Data……….
1. TeknikPengumpul Data……….
2. AlatPengumpul Data………..
3. Validitas dan Reliabilitas...
F. Teknik Analisis Data...………. 1. Analisis Hasil Tes………... 2. Analisis Hasil Wawancara... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...
A. HasilPenelitian……….
B. Pembahasan………...
BAB V PENUTUP………...
A. Kesimpulan………...
B. Saran……….
DAFTAR PUSTAKA………... DAFTAR LAMPIRAN...
13
17
22
22
22
22
23
25
25
25
27
29
29
31
33
33
37
51
51
51
53
xii DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7
Nilaiketidak tuntasanbelajar siswa...
Kategori tingkat pemahaman konsep...
Contoh zat asam dalam kehidupan sehari-hari...
Contoh zat basa dalam kehidupan sehari-hari...
Contoh garam dalam kehidupan sehari-hari……….. Jadwal pelaksanaan penelitian...
Kategori tingkat pemahaman konsep...
Matriks uji Gregory...
Kriteria validasi isi menurut Gregory...
Format tingkat pemahaman siswa tiap butir soal...
Format rekapitulasi jumlah persentase tingkat pemahaman
siswa pada materi asam basa...
Format miskonsepsi siswa pada materi asam basa...
Format analisis wawancara penyebab miskonsepsi siswa....
Format rekapitulasi penyebab miskonsepsi siswa...
Rubrik wawancara siswa...
Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi sifat asam, basa
dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan...
Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi sifat asam, basa
dan garam berdasarkan ciri-ciri larutan...
Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan
indikator kertas lakmus...
Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan
indikator kertas lakmus...
Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan
indikator kertas lakmus...
Miskonsepsi siswa dalam mengidentifikasi larutandengan
indikator universal...
xiii Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
indikator kertas lakmus...
Miskonsepsi siswa dalam mengelompkkan larutan dengan
indikator kertas lakmus...
Miskonsepsi siwa dalam mengidentifikasi sifat asam basa
dan garam...
Miskonsepsi siwa dalam mengidentifikasi sifat asam basa
dan garam...
Persentase penyebab miskonsepsi siswa pada materi asam
basa... 44
45
46
47
xiv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A
Lampiran A-1 Daftar nilai ketidaktuntasan belajar siswa pada
materi asam basa………... 56
Lampiran A-2 Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA………... 57
Lampiran A-3 Lampiran B Kisi-kisi sebaran soal………... 58
Lampiran B-1 Kisi-kisi soal tes………... 59
Lampiran B-2 Soal tes...………... 60
Lampiran B-3 Kunci jawaban………... 61
Lampiran B-4 Pedoman lembar jawaban siswa... 62
Lampiran B-5 Kisi-kisi wawancara……… 63
Lampiran C Lampiran C-1 Lampiran C-2 Perhitungan validitas isi butir soal... Hasil ujui coba instrumen... 64 65 Lampiran C-3 Rekapitulasi totaluntuk tiap kategori jawaban siswa... 67
Lampiran C-4 Rekapitulasi tingkat pemahaman siswa……... 68
Lampiran C-5 Rata-rata konsep siswa dalam tiap indikator…... 69
Lampiran C-6 Persentase konsep siswa dalam tiap butir soal.... 70
Lampiran C-7 Rekapitulasi total faktor penyebab miskonsepsi siswa...………... 71
Lampiran C-8 Lampiran C-9 Rekapitulasi jawaban siswa ……… Rekapitulasi faktor penyebab miskonsepsi siswa... 72 73 Lampiran D Lampiran D-1 Surat Keterangan Validator……… 74
Lampiran D-2 Surat Izin Penelitian………... 75
xv
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Bahan alam yang digunakan sebagai indikator alami...
Indikator universal...
Kertas lakmus...
Grafik persentsetotal pemahaman konsep siswa...
Grafik persentaase kategori siswa dalam tiap indikator...
Grafik persentase pemahaman konsep siswa dalam tiap
soal...
Grafik persentase total faktor penyebab miskonsepsi
siswa... 20
20
21
33
34
35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan kimia
(Trianto, 2010:7). Oleh karena itu, ilmu kimia merupakan cabang ilmu yang
termasuk dalam rumpun IPA, maka kimia mempunyai karakteristik yang sama
dengan IPA yaitu yang memuat konsep-konsep yang bersifat teoritis.Ilmu kimia
telah banyak memberikan sumbangan yang sangat besar dalam kehidupan
manusia, baik di bidang makanan, pakaian, kesehatan, kosmetik, teknik, dan
pertanian (Ashadi, 2009: 189). Mengingat pentingnya peranan kimia ini, maka
sudah selayaknya ilmu kimia harus dipelajari secara mendalam di lembaga
pendidikan.
Sejak tahun ajaran 2004/2005, ilmu kimia telah diajarkan di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP/MTs) dan terintegrasi dalam mata pelajaran IPA/sains.
Hal ini dilakukan dalam rangka mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata
pelajaran IPA, yaitu agar siswa memiliki kemampuan mengembangkan
pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep, hukum serta teori-teori
yang saling keterkaitan dan penerapannya untuk menyesuaikan masalah dalam
kehidupan sehari-hari sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, konsep, dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya
(Depdiknas, 2006: 417).
Konsep-konsep kimia yang diberikan pada siswa kelas VII SMP meliputi
konsep asam basa, unsur senyawa dan campuran, serta perubahan materi. Antara
materi-materi tersebut asam basa merupakan salah satu materi yang penting
untuk dipelajari dalam kimia, konsep asam basa ini mempelajari tentang teori
kekuatan asam basa yang berhubungan erat dengan konsep kimia yang akan
dipelajari kelas VIII seperti konsep bahan-bahan kimia dalam kehidupan
sehari-hari serta konsep zat adiktif dan spikotropika.
Namun ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan
siswa menengah dan mahasiswa.Tingginya tingkat kesulitan dalam memahami
pelajaran kimia disebabkan oleh karakteristik ilmu kimia itu sendiri yang antara
lain sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Konsep tertentu tidak bisa
dijelaskan tanpa menggunakan analogi atau model sehingga dibutuhkan daya
nalar yang tinggi dalam mempelajari ilmu kimia. Selain itu, ilmu kimia bersifat
kontinyu yaitu saling berhubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang
lainnya. Dengan demikian konsep baru tidak masuk jaringan konsep yang telah
ada dalam pikiran siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa hubungan dengan
konsep lainnya, sehingga konsep yang baru terebut tidak dapat digunakan oleh
siswa dan tidak mempunyai arti. Kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan
antara konsep seringkali menimbulkan miskonsepsi (Berg, 1991: 10).
Seringkali siswa menafsirkan sendiri konsep yang dirasakan sulit sesuai
dengan prakonsep yang sudah dimilikinya. Adakalanya penafsiran siswa tidak
sesuai dengan konsep yang disepakati oleh para ahli. Konsep yang berbeda inilah
yang disebut sebagai miskonsepsi. Miskonsepsi disebut juga salah konsep karena
menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang
diterima ahli pada bidang tersebut (Suparno, 2005: 4).
Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami
oleh siswa tidak hanya terjadi pada konsep asam basa. Miskonseps ijuga terjadi
pada konsep-konsep materi kimia lainnya. Seperti penelitianyang dilakukan oleh
Noly (2010) SMP Negeri 1 Bawang. Siswa mengalami miskonsepsi pada konsep
wujud zat. Sebanyak 51,2% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep kalor
sebagai suatu energi dan pengaruh kalor dalam perubahan suhu suatu zat, 32,4%
siswa mengalami miskonsepsi pada kelompok konsep perubahan wujud zat, 26,
6% siswa mengalami miskonsepsi pada konsep suhusebagai besaran yang
menyatakan derajat panas dingin suatu benda, dan sebanyak 21,9% siswa
Konsep-konsep kimia umumnya diajarkan secara bertahap dari konsep yang
mudah ke sukar, dari konsep yang sederhana kekonsep yang lebih kompleks,
sehingga jika konsep yang mudah dan sederhana saja sudah mengalami
miskonsepsi, maka lebih lanjut pemahaman konsep-konsep kimia yang sukar dan
kompleks, siswa akan semakin kesulitan dan mengalami kesalahan pemahaman
konsep secara berlarut-larut.
Berdasarkan beberapa uraian yang menyangkut tentang miskonsepsi,
dampak dari miskonsepsi itu sendiri juga terjadi disalah satu SMA di Waru
Sidoarjo, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khoirul, N &Suyono (2015),
menyebutkan bahwa sebesar 58% dari total 13 siswa di kelas IPA 1 dan 72% dari
total 14 siswa di kelas XII IPA 2 menyisakan miskonsepsi pada konsep asam basa
setelah dilakukannya prevensi kedua.Masih tingginya status prevensi kedua
inimenunjukkan bahwa pada konsep asam dan basa sebagian siswa menjawab
salah, tetapi siswa yakin jawaban tersebut adalah benar.
Sebagai materi yang baru yang diajarkan ditingkat SMP, sebagian besar
siswa mengalami kekeliruan dalam membangun pemahaman konsep, terutama
dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. Secara kasat mata hal
tersebut tidak dapat dilihat,sehingga siswa hanya bisa membayangkan. Keadaan
inilah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam membangun
pemahamannya
Hal ini juga dialami oleh siswa di SMP Negeri 5 Sungai Kakap.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPA (Lampiran A-2) 27 April 2016
diketahui bahwa siswa masih salah dalam memahami konsep tentang asam basa.
Hal ini terbukti pada jawaban siswa saat menjawab pertanyaan ulangan harian
pada materi asam basa, masih banyak siswa yang keliru dalam membedakan sifat
asam basa. Selain itu,siswa juga keliru dalam mengidentifikasi warna indikator
kertas lakmus. Guru juga menyatakan didalam kelas siswa cenderung pasif,
interaksi siswa dengan guru masih lemah. Siswa tidak berani bertanya ketika
diberikan kesempatan bertanya oleh guru, hanya beberapa siswa saja yang berani
mengajukan pertanyaan pada materi yang belum dipahami. Antusias siswa juga
diberikan oleh guru. Guru juga menyatakan kemungkinan siswa salah memahami
apa yang telah disampaikan oleh guru sehingga kurangnya menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan siswa tidak mencapai KKM yaitu 75 yang telah
ditentukan oleh sekolah, nilai rata-rata ketidaktuntasan dapat terlihat pada Tabel
1.1.
Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Ketidaktuntasan Belajar Siswa pada Materi Asam BasaSemester Ganjil Kelas VII Tahun 2015
Kelas
Jumlah Siswa Jumlah Siswa (%) Tuntas Tidak
Tuntas
Tuntas Tidak Tuntas A
B
C
D
7
9
13
6
27
25
20
28
20,6
26,5
39,4
17,6
79,4
73,5
60,6
82,4
Rata-rata ketidaktuntasan
73,9
Sumber: Daftar nilai guru mata pelajaran IPA
Tabel 1.1 menunjukkan data nilai rata-rataketidaktuntasan belajar siswa
pada materi asam basa kelas VII SMPNegeri 5 Sungai Kakap tahun 2015sebesar
73,9%. Berdasarkan hasil nilaiulangan harian pada materi asam basa dan
wawancara terhadap guru mata pelajaran IPA membuktikan bahwa siswa masih
belum memahami konsep secara benar dan utuh, akibatnya siswa akan mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi menurut Suparno (2013) adalah suatu konsepsi yang
tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah yang diakui oleh para ahli.Setiap siswa
memiliki prakonsepsi yang dibawa sebagai pengetahuan. Demikian juga setiap
siswa dapat memiliki konsepsi yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Setiap
siswa senantiasa aktif membangun struktur kognitifnya berdasarkan pemilihan
informasi yang tersedia sesuai dengan keinginannya. Ketika mereka berusaha
membangun struktur kognitif dengan memilih informasi yang ada, baik informasi
informasi tersebut. Prakonsepsi dan konsepsi yang benar dapat menjadi salah
ketika seseorang membangun struktur kognitif baru berdasarkan masukan
informasi yang salah, atau sebaliknya. Semua itu dapat menjadi penyebab
terjadinya miskonsepsi pada diri siswa.
Untuk mendeteksi keberadaan miskonsepsi pada siswa dapat dilakukan
melalui berbagai macam teknik. Salah satunya teknik yang dinilai mampu untuk
mengidentifikasi dengan baik yaitu dengan tes diagnostik pilihan ganda beralasan
disertai Certainty Of Response Index (CRI) sebagai pendeteksi tingkat
pemahaman konsep siswa dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan.
Untuk melihat sejauh mana tingkat keyakinan yang dimiliki siswa dalam
menjawab pertanyaandapat diukur dengan suatu skala, skala yang digunakan
adalah skala enam dengan rentang nilai (0-5). Salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI
untuk menjawab suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan
hasil identifikasi yang dilakukan (Tayubi, 2005: 1).
Menurut Suparno (2005: 55), ada tiga langkah untuk mengatasi
miskonsepsi yang dilakukan siswa, yaitu mencari atau mengungkapkan
miskonsepsi yang dilakukan siswa, menemukan penyebab miskonsepsi tersebut
dan memilih menerapkan perlakuan yang sesuai untuk mengatasi miskonsepsi
tersebut. Dengan demikian, mencari atau mengungkapkan miskonsepsi siswa
sebagai langkah awal untuk mengatasi miskonsepsi.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik
meneliti lebih lanjut miskonsepsi pada materi asam basa di kelas VII SMPNegeri
5 Sungai Kakap tahun 2016/2017. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai miskonsepsi siswa tentang konsep asam basa dan dapat memberikan
informasi bagi guru dan peneliti lain untuk memilih metode atau model pelajaran
yang cocok dalam pembelajaran agar miskonsepsi siswa tentang asam basa dapat
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Miskonsepsisiswa pada materi asam basa di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai
Kakap tahun ajaran 2016/2017
2. Faktor penyebabmiskonsepsi siswa pada materi asam basa di kelas VII SMP
Negeri 5 Sungai Kakaptahun ajaran 2016/2017.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsi miskonsepsi siswa pada materi asam basa di kelas VII
SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun ajaran 2016/2017.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi siswa pada materi asam
basa di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap tahun ajaran 2016/2017.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diperoleh yaitu:
1. Bagi siswa, memberikan informasi kepada siswa mengenai konsep-konsep
yang tidak sesuai dengan konsep para kimiawan pada materi asam basa.
2. Bagi guru kimia, sebagai referensi tentang miskonsepsi pada materi asam
basa, sehingga dapat ditindaklanjuti untuk memperbaiki miskonsepsi siswa
khususnya pada materi asam basa.
3. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas sekolah melalui hasil belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran kimia.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan referensi unuk meneliti lebih lanjut tentang
miskonsepsi belajar kimia khususnya materi asam basa.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait
dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau tercakup dalam
paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah.
1. Miskonsepsi
Miskonsepsi memiliki arti sebagai sesuatuyang tidak akurat akan konsep,
konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konse-konsep yang tidak
benar (Suparno, 2005: 5). Miskonsepsi dalam penelitian ini adalah gambaran
konsepsi siswa yang berbeda dengan konsep ilmiah tentang asam basa. Pada
penelitian adalah ilmuan yang menjadi patkan adalah menurut Syukri, S.
(1999) dan Chang, R. (2003).Pengukuran Dalam penelitian ini yaitu
menggunakan tes diagnostik disertai Certainty of Respon Index(CRI).
2. Penyebab miskonsepsi
Penyebab miskonsepsi yang diteliti berasal dari siswa khususnya pada
Pemikiran Asosiatif, Alasan Tidak Lengkap atau salah, Intuisi yang Salah.
Untuk mengetahui penyebab miskonsepsi yang terjadi,dilakukan dengan
menganalisis hasil jawaban siswa yang kemudian dilanjutkan dengan
wawancara kepada siswa berdasarkan miskonsepsi yang ada.
3. Tes Diagnostik
Tes diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui
miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Tes diagnostik yang diberikan berjumlah
10 soal pilihan ganda beralasan disertai dengan CRI dilembar jawaban siswa,
dengan tingkat kesukaran soal yaitu 25% soal mudah, 50% soal sedang, dan 25
soal sulit/sukar.
4. Certainty Of Response Index (CRI)
Certainty of Response Index (CRI) adalah ukuran tingkat
keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang
diberikan untuk dapat membedakan antara siswa yang paham konsep,
miskonsepsi dan siswa tidak paham konsep(Hakim, 2012: 545). Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes diagnostik berupa tes pilihan
ganda beralasan menggunakan metode Certainty of Response Index (CRI).
5. Materi Asam Basa
Materi pokok yang teliti di kelas VII SMPNegeri 5 Sungai Kakap adalah
konsep asam basa mencakup konsep: (1) Sifat Asam Basa; (2) Identifikasi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kimia Sebagai Mata Pelajaran di SMP
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Penyelenggaraan mata pelajaran
Ilmu Pesngetahuan Alam (IPA) di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dimaksudkan sebagai wahana atau sarana untuk melatih siswa agar dapat
menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki kecakapan ilmiah,
memiliki keterampilan proses sains serta dapat mengembangkan keterampilan
berfikir kritis dan kreatif. Dikatakan oleh BSNP, bahwa dalam penerapannya mata
pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam perkembangan manusia, baik
dalam hal perkembangan teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupan
maupun dalam hal penerapan konsep IPA dalam kehidupan bermasyarakat baik
dalam aspek politik, ekonomi, sosial, serta budaya (Depdiknas, 2006: 155).
Pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: 1) Memberikan pengalaman pada
siswa sehingga mereka kompeten dalam melakukan pengukuran berbagai besaran
fisis, 2) Menanamkan pada siswa pentingnya pengamatan empiris dalam menguji
suatu pernyataan ilmiah (menguji hipotesis), 3) Latihan berfikir kuantitatif yang
mendukung kegiatan belajar IPA terutama materi kimia sebagai penerapan
masalah-masalah nyata yang berkaitandengan peristiwa yang terjadi disekeliling
mereka, 4) Memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam
kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alatsederhana maupun penjelasan
berbagai kemampuan IPA dalam menyelesaikan berbagai masalah kimia dalam
kehidupan sehari-hari (Hasruddin, 2001: 4).
Substansi mata pelajaran IPAdi SMP merupakan IPA Terpadu yang
merupakan gabungan antara berbagai bidang kajian anatara lain meliputi bidang
yaitu Fisika, Biologi dan Kimia.Maka dalam pelaksanaannya tidak lagi
9
peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 secara tegas
dinyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA pada SMP/MTs merupakan IPA
Terpadu (Depdiknas, 2006: 417).
Kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA yaitu (Rusmansyah
dan Irhasyuarna, 2002: 353):
1. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak
Atom, molekul, ion merupakanmateri dasar kimia yang tidak tampak, yang
menurut siswa dan mahasiswa membayangkan keberadaan materi tersebut
tanpa mengalaminya secara langsung. Atom merupakan pusat kegiatan
kimia, maka walaupun atom tidak terlihat secara langsung, tetapi dalam
angan-angan dapat membentuk satu gambaran untuk mewakili sebuah atom,
misalnya sebuah atom oksigen digambarkan sebagai bulatan.
2. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya
Kebanyakan objek yang ada didunia ini merupakan campuran zat-zat kimia
yang kompleks dan rumit. Agar mudah dipelajari, maka pelajaran kimia
dimulai dari gambar yang disederhanakan, dimana zat-zat dianggapmurni
atau hanya dua atau tiga zat-zat saja. Dalam penyederhanaannya diperlukan
pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa atau mahasiswa tidak
mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.
3. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
Topik-topik ilmu kimia seringkali harus dipelajari dengan urutan tertentu.
Misalnya, untuk dapat memahami bagaimana menggabungkan atom-atom
untuk membentuk molekul, maka karakteristik atom harus dipelajari terlebih
dahulu. Selain itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada
bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning dan
sebagainya. Hal ini menuntut untuk tanggapan yang cepat dan selektif
dalam menerima semua kemajuan tersebut.
4. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal
Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik)
seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia dan lain-lainnya,
juga harus dipelajari.
5. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
Banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa ataupun mahasiswa, dituntut
untuk dapat merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang
tersedia dapat digunakan seefesien mungkin.
Kesulitan mempelajari ilmu kimia menurut Rusmansyah & Irhasyuarna
(2002: 173)dapat bersumber pada:
1. Kesulitan dalam memahami istilah
Kesulitan ini timbul karena kebanyakkan siswa hanya hafal akan istilah
tetapi tidak memahami degan benar maksud dari istilah yang sering
digunakan dalam pelajaran kimia.
2. Kesulitan dalam mempelajari konsep kimia
Kebanyakkan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara
keseluruhan merupakan konsep atau materi bersifat abstrak dan kompleks
sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep tersebut dengan
benar dan mendalam.
3. Kesulitan angka
Dalam mempelajari kimia siswa dituntut untuk terampil dalam
rumusan/operasi matematis. Namun, sering dijumpai siswa yang kurang
memahami rumusan tersebut. Hal ini disebabkan karena siswa tidak
mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik, siswa tidak hafal rumus
matematika yang banyak digunakan dalam perhitungan-perhitungan kimia,
sehingga siswa tidak terampil dalam menggunakan operasi-operasi dasar
matematika.
B. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Miskonsepsi
Dalam kamus Bahasa Indonesia, konsep diartikan sebagai rancangan atau
buram surat, ide atau pegertian yang diabstrakkan dari peristiwa kongkrit,
gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada diluar bahasa yang
(2007: 25) konsep merupakan desain awal untuk mengkonstruksi pengetahuan
seseorang dalam memahami sesuatu. Jadi konsep merupakan abstraksi dari
ciri-ciri suatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang
memungkinkan manusia berfikir ( bahasa adalah alat berfikir).
Menurut Halomoan (2010: 3), konsep merupakan abstraksi dari ciri-ciri
sesuatu yang mempermudah komunikasi antara manusia dan yang memungkinkan
manusia berpikir. Tafsiran seseorang terhadap banyaknya konsep berbeda-beda.
Tafsiran konsep oleh seseorang inilah yang disebut dengan konsepsi. Secara
bahasa dapat diartikan pendapat (paham). Sehingga, konsepsi dapat
berartipemahaman seseorang yang terbentuk dari abstraksi peristiwa konkrit dari
suatu konsep objek tertentu.
Pemahaman setiap orang mengenai suatu konsep disebut konsepsi, dimana
setiap orang memiliki konsepsi yang berbeda-beda terhadap suatu konsep. Daya
pikir dan daya tangkap setiap pesertadidik terhadap stimulus yang ada
dilingkungan tidak akan sama persis. Ada kemungkinan beberapa pesertadidik
memiliki konsepsi yang salah terhadap suatu konsep, keadaan inilah yang disebut
sebagai miskonsepsi (Liliansari, 1998: 29). Menurut Suparno(2005:
4)miskonsepsi adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah
atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang tersebut.
Miskonsepsi mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Berg, 1999: 17):
1. Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki
2. Seringkali “sisa” miskonsepsi terus-menerus mengganggu, soal-soal yang sederhana dapat dikerjakan, tetapi dengan soal yang sedikit lebih sulit,
miskonsepsi muncul lagi
3. Sering kali terjadi regenerasi, yaitu peserta didik yang sudah mengatasi
miskonsepsi, beberapa bulan mengalami miskonsepsi kembali.
4. Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tidak dapat dihilangkan atau
dihindari.
5. Guru pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadipada
peserta didiknya dan tidak menyesuaikan proses pembelajaran dengan
6. Peserta didik yang pandai dan yang lemah dapat terkena miskonsepsi.
Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut maka miskonsepsi dapat
diartikan sebagai konsepsi siswa yang terbentuk dari suatu pengalaman tidak
sesuai dengan konsepsi para ahli dalam bidangnya, sehingga dapat menjadi
penghalang untuk membentuk pengetahuan yang benar.
C. Cara Mendeteksi Terjadinya Miskonsepsi
Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi dapat dilakukan berbagai cara
antara lain: melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif
dalam kelas. Langkah-langkah untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu (Sudarmo, 2005: 68):
1. Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir
suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda
atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis, vektoris, grafis, atau
penjelasan dengan kata-kata.
2. Memberikan pertanyaan, pertanyaan terbalik (reverse question) atau
pertanyaan yang kaya konteks.
3. Mengkoreksi langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan
soal-soal essai.
4. Mengajukkan pertanyaan-pertanyaan lisan pada siswa.
5. Mewawancarai siswa.
D. Certainty Of Response Index (CRI)
Certainty of Response Index (CRI)adalah salah satu cara untuk membedakan
antara yang paham konsep, miskonsepsi, dan tidak paham konsep. Certainty of
Response Index (CRI)merupakan ukuran tingkat keyakinan/kepastian responden
dalam menjawab setiap pertanyaan (soal) yang diberikan. Certainty of Response
Index (CRI)didasarkan pada suatu skala dan diberikan bersamaan dengan setiap
jawaban suatu soal (Hakim dkk, 2012:545).
Tingkat kepastian jawaban tercermin dalam skala Certainty of Response
menandakan ketidakyakinan konsep pada diri responden dalam menjawab suatu
pertanyaan, dalam hal ini jawaban biasanya ditentukan atas dasar tebakan semata.
Sebaliknya Certainty of Response Index (CRI)yang tinggi mencerminkan
keyakinan dan kepastian konsep yang tinggi pada diri responden dalam menjawab
pertanyaan, dalam hal ini unsur tebakan sangat kecil. Seorang responden
mengalami miskonsepsi atau tidak paham konsep dapat dibedakan secara
sederhana dengan cara membandingkan benar tidaknya jawaban suatu soal dengan
tinggi rendahnya indeks kepastian jawaban Certainty of Response Index
(CRI)yang yang didasarkan pada suatu skala dengan rentang nilai (0-5) dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Pilihan
Jawaban
Alasan Nilai CRI Deskripsi Benar Benar Benar Salah Salah Benar Salah Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah Benar Salah >2,5 <2,5 >2,5 >2,5 >2,5 <2,5 <2,5 <2,5
Memahami konsep dengan baik Memahami konsep dengan baik tetapi
kurang yakin Miskonsepsi Miskonsepsi Miskonsepsi Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Sumber: Hakim, ddk (2012:549)
E. Faktor Penyebab Miskonsepsi
Kimia merupakan cabang ilmu yang paling penting dan dianggap sebagai
pelajaran yang sulit untuk pesertadidik oleh guru kimia, peneliti dan pendidik
pada umumnya. Meskipun alasannya bervariasi dari sifat-sifat konsep kimia yang
abstrak hingga kesulitan penggunaan bahasa kimia.Miskonsepsi yang terjadi pada
siswa disebabkan oleh beberapa faktorbersumber dari siswa, guru dan buku teks.
Adapun faktor utama siswa mengalami miskonsepsi kebanyakan bersumber dari
diri siswa sendiri. Hal ini sesuai pendapat para ahli yang mengatakan bahwa
miskonsepsi paling banyak berasala dari pelajar (Suparno, 2005: 71). Menurut
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa
(internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Menurut
Suparno (2005: 53), secara garis besar ada lima kelompok penyebab terjadinya
miskonsepsi pada peserta didik, yaitu: (1) peseta didik, (2) guru, (3) buku teks
pelajaran, (4) konteks, dan (5) metode mengajar.
1. Siswa
a. Prakonsepsi
Prakonsepsi atau konsep awal siswa adalah konsep yang telah dimiliki
siswasebelum siswa mengikuti pelajaran formal di sekolah. Konsep yang
dimiliki siswamungkin benar, mungkin juga keliru. Konsep awal yang
keliru dapat menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran di
sekolah. Konsep awal biasanya diperoleh dari orang tua, teman atau dari
pengalaman di lingkungan siswa itu sendiri.
b. Pemikiran Asosiatif Siswa
Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang-kadang juga
menimbulkan miskonsepsi. Kata dan istilah yang digunakan oeh guru
dalam proses pembelajaran diasosiasikan lain oleh siswa, karena dalam
kehidupan sehari-hari kata dan istilah itumempunyai arti yang berbeda.
c. Pemikiran Humanistik
Pandangan manusiawi sering kali digunakan siswa untuk memandang
sebuah benda. Tingkah laku benda dianggap seperti tingkah laku manusia
sehingga mungkin menimbulkan pemikiran yang salah tentang benda
tersebut.
d. Alasan Tidak lengkap
Menurut Comins, miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau
penalaran siswa yang tidak lengkap atau keliru. Alasan yang tidak
lengkap dapat disebabkan karena informasi yang diperoleh tidak lengkap.
Akibatnya, siswa manarik kesimpulan secara salah dan ini menyebabkan
e. Intuisi Yang Salah
Intuisi adalah suatu perasaan dalam diri seseorang, yang secara spontan
mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatusebelum secara
objektif dan rasional diteliti. Intuisi ini biasanya berasal dari pengamatan
akan benda-benda atau kejadian yang secara terus menerus. Akhirnya
secara spontan, bila siswa mengalami fisik tertentu, yang muncul dalam
benak siswa adalah pengertian yang spontan itu. Jika pemikiran yang
spontan itu keliru, maka dapat menyebabkan miskonsepsi.
f. Tahap Perkembangan Kognitif Siswa
Tahap perkembangan kognitif siswamenurut Jean Piaget meliputi tahap
sensori-motoris, tahap praoperasional, tahap operasional konkrit dan
tahap operasional formal. Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai
dengan bahan yang digeluti dapat menyebabkan adanyamiskonsepsi
siswa.
g. Kemampuan Siswa
Siswa yang kurang mampu mempelajari IPA, sering mengalami kesulitan
menangkap konsep yang benardalam proses pembelajaran. Meskipun
guru telah menyampaikan bahan ajar dengan benar dan pelan-pelan serta
buku teks ditulis dengan benar sesuai pengertian para ahli, pengertian
yang mereka tangkap dapat tidak lengkap atau bahkan salah.
h. Minat Siswa
Minat siswa terhadap pelajaran IPA juga berpengaruh pada miskonsepsi
siswa. Siswa yang tidak berminat pada pelajaran IPA, biasanya kurang
memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang disampaikan.
Akibatnya mereka akan lebih mudah salah menangkap dan membentuk
miskonsepsi.
2. Guru
Guru tidak menguasai bahan/tidak kompeten, bukan lulusan bidang ilmu
yang diajarkan, membiarkan siswa mengungkapkan gagasan/ide atau sikap
guru yang kurang baik dalam berelasi dengan siswa. Ketidakmampuan dan
yang bersangkutan, serta ketidakmampuan menujukkan hubungan konsep satu
dengan konsep lainnya pada situasi dan kondisi yang tepat (Liliawati,
2009:160).
3. Buku Teks
Buku diktat yang salah dalam mengungkapkan konsep berdampak pada
kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga memunculkan
miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan penekanan
dalam buku diktat adalah soal, gambar, grafik, skema, tabel, penulisan rumus
dan konstanta (Liliawati, 2009: 160). Selain itu faktor lain yang menyebabkan
miskonsepsi adalah penggunaan bahasa yang terlalu sulitdan kompleks.
4. Konteks
Menurut Suparno (2005:72), kesalahan siswa dapat berasal dari
kekacawan penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak sesuai
dengan konsep IPA/ kimia, maka pengajar harus mengungkapkan asal dari
pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya,
kemudian membetulkan dengan konsep yang benar dengan memberikan
pengalaman yang sesuai dengan konsep IPA/kimia.
5. Metode Mengajar
Menurut Suparno (2005: 82), cara mengajar yang dapat menjadi
penyebab khusus miskonsepsi diantaranya yaitu : hanya menggunakan metode
ceramah dan menulis, langsung berbentuk matematis, tidak mengungkapkan
miskonsepsi siswa, tugas tidak dikoreksi, model analogi, model praktikum dan
diskusi yang tidak sesuai langkah-langkah yang ditentukan. Metode mengajar
yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran yang diajarkan dan
kefanatikkan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu dihindari karena
akan membatasi cara pandang kita tehadap masalah pengetahuan. Agar
penyampaian konsep dapat dipahami siswa. Penggunaan metode mengajar
yang kurang tepat, pengungkapan aplikasi yang salah dari konsep yang
konsepyang digambarkan dapat pula menyebabkan miskonsepsi pada diri siswa
(Liliawati:2009:160).
F. Materi Asam Basa
Air murni tidak mempunyai rasa, bau, dan warna. Bila mengandung zat
tertentu, air dapat terasa asam, pahit, asin, dan sebagainya. Sifat asam basa tidak
hanya terdapat dalam larutan air, tetapi juga dalam larutan lainnya seperti
amoniak, eter dan benzena, cukup sulit mengetahui sifat asam dan basalarutan
yang sesungguhnya. Svante Agusust Arrhenius menyatakan bahwa sifat asam atau
basa jenis suatu zat ditentukan oleh jenis ion yang dihasilkan dalam air. Asam
Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion H+, dan basa Arrhenius ialah zat yang melarut ke dalam air untuk memberikan ion-ion
OH-(Syukri, S. 1999: 386)
1. Sifat umum asam, basa dan garam
Sifat-sifat asam menurut Arrheniussebagai berikut (Chang, R. 2003:96):
a. Asam
1. Asam memiliki rasa masam; misalnya, cuka yang mempunyai rasa
dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun lainnya yang
mengandung asam sitrat
2. Asam menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
misalnya mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah.
3. Asam bereaksi dengan logam tertentu seperti seng, magnesium, dan
besi menghasilkan gas hidrogen. Sebagaimana dijelaskan pada reaksi
berikut:
2HCl(aq) + Mg(s) MgCl2(aq)+ H2(g)
4. Asam bereaksi dengan karbonat dan bikarbonat sepertiNa2CO3, CaCO3, dan NaHCO3 menghasilkangas karbondioksida. Sebagaimana dijelaskan pada reaksi berikut:
HCl(aq) + NaHCO3(s) NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g) 5. Larutan dalam air menghantarkan aruslistrik
Beberapa contoh zat asam dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
Tabel 2.2 Macam- Macam Zat Asam dalam Kehidupan Sehari-Hari
No Nama Keberadaan produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Asam asetat Asam askorbat Asam sitrat Asam borat Asam karbonat Asam klorida Asam nitrat Asam fospat Asam sulfat Asam tartrat Larutan cuka Jeruk, tomat, sayur
Jeruk
Larutan pencuci mata Minuman karbonasi Asam lambung, obat tetes mata
Pupuk, peledak (TNT) Deterjen, pupuk
Aki, pupuk Anggur (Syukri, S. 1999: 389)
b. Basa
1. Basa memiliki rasa pahit
2. Basa terasa licin; misalnya sabun
3. Basa menyebabkan perubahan warna pada zat warna tumbuhan;
misalnya, merubah warna lakmus dari merah menjadi biru.
4. Larutan basa dalam air menghantarkan arus listrik.
Beberapa contoh zat basa di dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
Tabel 2.3 Beberapa Contoh Zat Basa Dalam Kehidupan Sehari-Hari Nama Senyawa Keberadaan Produk
Aluminium hidroksida Kalsium hidroksida Magnesium hidroksida Natrium hidroksida Kalium hidroksida Deodoran, antasida Mortar dan plester
Antasida
Pembersih pipa saluran air, bahan sabun
Bahan pembuat sabun (Syukri, S. 1999: 398)
c. Garam
Asam dan basa merupakan dua macam zat yang mempuyai sifat
berlawanan. Campuran asam dan basa akan bereaksi membentuk garam.
Asam klorida + natrium hidroksida natrium klorida + air
HCl + NaOH NaCl + H2O
Dalam reaksi tersebut terjadi penggabungan antara ion negatif asam dan dan
ion positif basa membentuk garam dan air. Jadi, reaksi asam dan basa
disebut penggaraman(Chang, R. 2003:99).Berikut ini beberapa zat garam di
dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.4Contoh Garam Dalam Kehidupan Sehari-Hari Nama Senyawa Keberadaan Produk Natrium klorida
Natrium bikarbonat Kalsium karbonat Amonium klorida Kalium karbonat magnesium sulfat
Alum
Garam dapur Baking soda
Kalsit Salmiak
Potash Garam inggris
Tawas (Syukri, S. 1999: 410)
2. Mengidentifikasi Asam, Basa, dan Garam
Air yang dipakai sehari-hari bukanlah air murni, tetapi mengandung
berbagai zat terlarut yang tidak diketahui dengan pasti. Bila mengandung
senyawa elektrolit, kemungkinan air akan bersifat asam atau basa, cara yang
paling aman dan mudah untuk menunjukkan suatu larutan bersifat asam atau
basa ialah menggunakan indikator asam basa. Indikator asam basa akan
berubah warna apabila berada dalam lingkungan asam, basa, atau netral.
Macam-macam indikator diantaranya (Syukri, 1999: 424-425):
a). Indikator Alami
Indikator alami yaitu indikator yang berasal dari bahan-bahan alami,
cara memperolehnya dengan cara mengekstrak. Ekstrak dari bahan-bahan
ini dapat menunjukkan warna yang berbeda dalam larutan asam basa.
Berbagai bunga yang berwarna atau tumbuhan mahkota bunga, kunyit, kulit
manggis, dan kubis ungu. Kelebihan dari indikator alami ini yaitu mudah
didapatkan di alam Beberapa bahan alam yang dapat dijadikan indikator
Gambar 2.1Bahan alam yang digunakan sebagai indikator alami b). Indikator Universal
indikator universal merupakan campuran dari bermacam-macam
indikator yang dapat menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan
warnanya. Indikator universal ada yang berupa larutan dan ada yang berupa
kertas. Indikator yang berupa kertas merupakan kertas serap dan kotak
kemasan indikator jenis ini dilengkapi denganpeta warna dengan warna
standar untuk pH 1-14. Peta warna dan penggunaan indikator universal
dapat dilihat pada Gambar 2.2.
c). Indikator Lakmus
Kertas lakmus adalah kertas yang mengandung suatu senyawa
yang disebut indikator, yaitu yang mempunyai warna khusus pada pH
tertentu. Dengan mengubah pH larutan, warna indikator juga dapat berubah
dengan sendirinya. Apabila air yang mengandung senyawa elektrolit
dicelupkan kertas lakmus menjadi merah, menandakan air bersifat asam,
dan bila biru bersifat basa dan jika tidak merubah warna dari pada lakmus
menandakan air bersifat netral(Syukri, S. 1999: 242).Warna pada kertas
lakmus dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 kertas lakmus
3. Skala Keasaman dan Kebasaan
Kekuatan asam dan basa ditentukan oleh konsentrasi ion-ion yang
dihasilkan. Asam kuat menghasikan lebih banyak ion hidrogen (H+), sedang basa kuat menghasilkan lebih banyak ion hidroksida (OH-) di dalam air. Tingkat keasaman suatu larutan dapat juga dinyatakan dalam skala pH. Pada
dasarnya, skala atau tingkat keasaman bergantung pada konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan itu. Skala pH merupakan suatu cara untuk
mengambarkan konsentrasi ion-ion hidrogen dalam larutan asam atau
konsentrasi.Derajat keasaman suatu zat (pH) ditunjukkan dengan rentang nilai
0-14 (Syukri, S. 1999426):
a. Larutan dengan pH < 7 bersifat asam.
b. Larutan dengan pH = 7 bersifat netral.
22 BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode dan Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggambarkan tentang miskonsepsi siswa tentang materi
asam basa. Metodeyang digunakan dalam penelitian iniadalah metode deskriptif
jenis survey. Menurut Nawawi, H. (2005: 15) metode deskriptif adalah prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana
adanya. Menurut Tjokrosujono (1995: 67) penelitian deskriptif dibagi menjadi
menjadi enam jenis yaitu studi kasus, survei, studi pengembangan, studi tindak
lanjut, analisis isi, dan studi korelasi.
B. Subjek Penelitian
Moeliono, A (1993: 862) mendeskripsikan subjek peneliti adalah orang
yang diamati sebagai sasaran peneliti. Teknik yang digunakan dalam pengambilan
subjek adalah teknik purposive sampling.Purposive samplingadalah teknik
penentuan subjek berdasarkan suatu pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
peneliti (Morissan, 2012:118).
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap
dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang yang diambil berdasarkan hasil diskusi
dengan guru mata pelajaran IPA.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VII A SMP Negeri
5 Sungi Kakap. Waktu dan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No Waktu kegiatan Kegiatan
1 15 September
2016
Mengadakan uji coba soal pada siswa kelas VII D SMP Negeri 5 Sungai Kakap
2 20 September
2016.
Memberian soal tes pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai Kakap
3 21 September
2016.
23 D. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan observasi di kelas VII SMP Negeri 5 Sungai Kakap.
b. Menyiapkan instrumen penelitian berupa tes soal pilihan ganda
beralasan terbuka.
c. Melakukan validasi instrumen penelitian dengan dua orang dosen
program studi kimia fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
d. Merevisi instrumen yang telah divalidasi.
e. Melakukan uji coba yang telah divalidasi di kelas VII D SMP Negeri 5
Sungai Kakap.
f. Menghitung realibilitas soal tes.
2. Tahap Pelakanaan
a. Memberikan soal tes kepada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Sungai
Kakap sebagai subjek penelitian.
b. Mengoreksi dan menganalisis jawaban siswa untuk mengetahui jumlah
miskonsepsi dan bentuk miskonsepsi pada siswa kelas VII A SMP
Negeri 5 Sungai Kakap.
c. Mewancarai siswa untuk mengetahui penyebab terjadinya miskonsepsi
berdasarkan hasil analisis jawaban siswa.
3. Tahapa Akhir
a. Menganalisis hasil wawancara dari siswa yang mengalami miskonsepsi.
b. Menarik kesimpulan.
Adapun prosedur penelitian yang dijelaskan seperti pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Peneliti Observasi
Pembuatan instrumen
Validasi soal tes
Memberikan soal tes kepada siswa
Analisis hasil tes
Penarikan kesimpulan
Uji coba instrumen
Analisis data hasil uji coba instrumen untuk mengukur tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal tes Tahap persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Akhir Melakukan wawancara
Analisis hasil wawancara
Laporan hasil penelitian Valid
E. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik pengukuran
Teknik yang digunakan dalam penelitian iniadalah teknik
pengukuran. Pengukuran berarti usaha untuk mengetahui suatu keadaan
berupa kecerdasan, kecakapan nyata dalam bidang tertentu, panjang, berat
dan lain-lain dibandingkan dengan norma-norma tertentu (Nawawi, 2005:
133). Teknik pengukuran yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
pengukuran dengan instrumen berupa tes pilihan ganda beralasan yang
disertai Certainty of Response Index (CRI) .
b. Teknik komunikasi langsung
Teknik komunikasi langsungadalah cara pengumpulan data yang
mengharuskan seseorang peneliti mengadakan kontak langsung secara
lisan atau tatap muka (face to face)dengan sumber data, baik dalam situasi
yang sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat untuk keperluan
tertentu (Nawawi, 2010:101). Teknik komunikasi langsung yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan wawancara. Wawancara
dilakukan bertujuan untuk mengetahui penyebab dari miskonsepsi siswa
berdasarkan jawaban dan alasan yang telah dianalisis.
2. Alat Pengumpulan Data a. Tes
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan,maka dalam
penelitian ini diperlukan data yang dapat mengungkapkan miskonsepsi
siswa terhadap materi asam basa. Alat pengumpul data dalam penelitian
ini berupa tes diagnostik berbentuk pilihan ganda beralasan yang disertai
Certainty of Respon Index (CRI) dengan skala yang digunakan adalah
skala dengan rentang nilai (0-5). Interpretasi dari CRI beralasan yang
Tabel 3.2 Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Pilihan
Jawaban
Alasan Nilai CRI Deskripsi Benar Benar Benar Salah Salah Benar Salah Salah Benar Benar Salah Benar Salah Salah Benar Salah >2,5 <2,5 >2,5 >2,5 >2,5 <2,5 <2,5 <2,5
Memahami konsep dengan baik
Memahami konsep dengan baik tetapi kurang yakin
Miskonsepsi Miskonsepsi Miskonsepsi Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep Tidak tahu konsep
b. Wawancara
Wawancara dilakukan bertujuan mempertegas hasil yang diperoleh
melalui CRI dan lebih menekankan pada bentuk miskonsepsi yang lebih
spesifik terhadap konsep tertentu. Menurut Arikunto (2010: 198)
wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Oleh karena itu,sebelum
melakukan wawancara pada penelitian ini peneliti terlebih dahulu
melakukan beberapa langkah-langkah berikut:
1) Menganalisis jawaban tes soal siswa.
2) Menentukan kategori tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan
pilihan jawaban benar dan salah.
3) Menganalisis jawaban siswa untuk membedakan antara paham
konsep, miskonsepsi dan tidak tahu konsep berdasarkan nilai CRI.
4) Mengelompokkan siswa yang masuk kedalam kategori miskonsepsi
5) Membuat pedoman wawancara yang dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan dosen pembimbing sebelum digunakan dilapangan.
Setelah melakukan langkah-langkah tersebut kemudian dilakukan
wawancara kepada siswa yang masuk kedalam kategori miskonsepsi.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui fakto-faktor penyebab siswa
mengalami miskonsepsi, kemudian data yang didapat dianalisis untuk
3. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas instrumen
Selain harus dapat diandalkan, suatu pengukuran harus pula
memiliki validitas, validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran
empiris cukup mengambarkan arti sebenarnya dari konsep yang telah
diteliti, dengan kata lain, suatu instrumen pengukuran yang valid
mengukur apa yang seharusnya diukur, atau mengukur apa yang hendak
diukur (Morissan, 2012: 103). Dalam menentukan validitas pengukuran
memerlukan suatu evaluasi terhadap kaitannya antara definisi operasional
variabel dengan defenisi konseptual. Validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah validitas isi menurut Gregory. Validitas isi
menunjukkan sejauh mana pertanyaan, tugas atau butiran dalam suatu tes
atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenal tes tersebut, dengan penelitian menggunakan
pedoman telaah butiran soal.Soal tes yang telah disusun dikonsultasikan
kepada dosen pembimbing. Untuk melihat validasi isi tes, maka tes
tersebut diajukan kepada validator yang terdiri dari dua orang dosen
Program Studi Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Martiks uji Gregory ditunjukkan seperti pada Tabel 3.3 dengan
kriteria validasi pada Tabel 3.4.
Tabel 3.3 Matriks Uji Gregory penilai 1 Penilaian Kurang releven
skor (1-2)
Sangat releven skor (2-3) penilai 2 Kurang releven
skor (1-2)
A (- -) B (+ -)
Sangat releven Skor (3-4)
C (- +) D (++)
Penilaian berdasarkan Tabel Matriks Uji Gregory dinyatakan dalam
tingkatan validitas tiap butir soal. Validitas isi dapat dihitung dengan
mengunakan rumus seperti pada persamaan 3.1
Validitas isi(CV) = 𝐷
𝐴+𝐵+𝐶+𝐷(3.1)
Dari persamaan 3.1 dapat dicari validitas hitung (CV) untuk tiap butir soal
dimana A merupakan sel yang menunjukkan ketidak setujuan antara kedua
penilai, B&Cmerupakan sel yang menunjukkan perbedaan pandangan
antara kedua penilai dan D merupakan sel yang menunjukkan persetujuan
antara kedua penilai.
Tabel 3.4 Kriteria Validasi Isi Menurut Gregory
No Nilai Validitas
1 2 3 4 5
0,89-1,00 0,60-0,79 0,40-0,59 0,20-0,39 0,00-0,19
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Hairida, 2012: 29)
Hasil hitung validitas isi terhadap hasil instrumen soal dengan
menggunakan formula Gregory adalah 1 (sangat tinggi) Lampiran C-1.
b. Reliabilitas Instrumen
Pengujian reliabilitas instrumen secara internal dengan internal
consistency. Hal lain dilakukan dengan cara mengujikan instrumen sekali
saja, kemudian datayang diperoleh dianalisis dengan rumus tertentu. Hasil
analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instumen
(Sugiono, 2012: 131).
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes
dikatakan memepunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2009: 86). Untuk
mengetahui tingkat reliabilitas tes, makates uji coba terhadap siswa kelas
VII yang telah mempelajari teori asam basa. Data yang diperoleh dari uji
ditunjukkan pada Persamaan 3.2, karena pada nilai tes hanya nomor yang
benar yang dinilai dan tiap nomor yang benardiberi nilai 1 (Nazir, M.
1988).
KR. 20 = 𝒌
(𝒌−1){1 − ∑ 𝒑.𝒒
𝒔2 } (3.2)
Dari persamaan 3.2 diketahuik adalah jumlah soal dalam tes, p
adalah proporsi responyang benar, q proporsi respon yang salah, dan
s2adalah varians skor.Varians skor dapat diperoleh menggunakan
Persamaan 3.3.
s2 = ∑(𝑿+𝒀)𝟐 𝒏 − [
∑(𝑿+𝒀) 𝒏𝟐 ]
𝟐 (3.3)
Dari Persamaan 3.3 diketahuiX adalah skor pada nomor soal ganjil,
Y adalah skor pada nomor soal genap dan n adalah jumlah responden. Data
untuk perhitungan KR.20 diperoleh dari hasil uji coba pada sejumlah
individu diluar sampel tetapi berasal dari populasi yang sama. Ujicoba soal
tes dilakukan di kelas VII D SMP Negeri 5 Sungai Kakap yang berjumlah
32 siswa. Dari hasil ujicoba soal tes diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,73 (tinggi) dapat dilihat pada Lampiran C-2.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang miskonsepsi
siswa setelah pembelajaran dilaksanakan yaitu mengenai konsep asam basa.
Menurut Sugiyono (2009: 37) penyajian data hasil penelitian dengan
menggunakan tabel merupakan penyajian yang banyak digunakan, karena lebih
efisien. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Analisis Hasil Tes
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan miskonsepsi
siswa kelasVII A SMPNegeri 5 Sungai Kakap tentang asam basaberdasarkan data
yang dianalisis adalah hasil jawaban tes pilihan ganda beralasan yang disertai
Certainty of Response Index (CRI). Langkah-langkah untuk menganalisis hasil tes
a. Menghitung skor jawaban siswa benar dan salah. Jawaban benar diberi skor (1)
dan yang menjawab salah diberi skor (0)
b. Menentukan tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan pilihan jawaban
dan nilai CRI setiap butir soal sesuai dengan format pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Format Tingkat Pemahaman Siswa Tiap Butir Soal No Soal:
Konsep Ilmuan:
Pilihan Konsep siswa
Nilai CRI Pemahaman Konsep
Tinggi (>2,5)
Rendah (<2,5)
PK M TPK
Keterangan:
PK : Paham Konsep M : Miskonsepsi
TPK : Tidak Paham Konsep
c. Merekapitulasi jumlah Persentase Tingkat Pemahaman siswa sesuai format
rekapitulasi pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Format Rekapitulasi Jumlah Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Materi Asam Basa
No Soal
Persentase Siswa (%)
Paham Konsep (PK)
Miskonsepsi (M)
Tidak Paham Konsep (TPK)
Persentase siswa pada setiap kategori dapat dihitung dengan
menggunakanrumus seperti yang ditunjukkan pada Persamaan 3.4.
P =Nf × 100% (3.4)
Perhitungan persentase siswa untuk setiap kategori dimana N merupakan
jumlah dari seluruh siswayang menjadi subjek penelitian sedangkan f
d. Menghitung jumlah siswa yang memiliki miskonsepsi pada setiap soal. Format
menghitungjumlah siswa yang memiliki miskonsepsi pada materi asam basa
dapat dilihat pada Tabel3.7.
Tabel 3.7 Format Miskonsepsi Siswa Pada Materi Asam Basa No
Soal
Indikator Deskripsi miskonsepsi Siswa (%)
1 2 3 4
2. Analisis Hasil Wawancara
a. Wawancara kepada siswa yang megalami miskonsepsi berdasarkan hasil
jawaban siswa pada soal tes. Format rekapitulasi hasil wawancara tiap
bentukmiskonsepsi dapat dilihat pada Tabel 3.8.
Tabel. 3.8 Format Analisis Wawancara Penyebab Miskonsepsi Siswa Nomor Soal
Bentuk Miskonsepsi Kode Siswa
Jumlah Siswa
Pertanyaan Jawaban Siswa Jumlah
b. Merekapitulasi penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa pada setiap
butir soal. Format rekapitulasi penyebab miskonsepsi dapat dilihat pada Tabel
3.9.
Tabel 3.9 Format Rekapitulasi Penyebab Miskonsepsi Siswa No Soal Penyebab Miskonsepsi Persentase
(%)
IS PA ATL
Penyebab miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat disebabkan oleh: 1)
Intuisi yang Salah (IS), 2) Pikiran Asosiatif (PA), 3) Alasan Tidak Lengkap
Berdasarkan Tabel 3.10 penyebab miskonsepsi siswa dapat diketahui
melalui rubrik wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.10
Tabel 3.10 Rubrik Wawancara Siswa
Faktor Penyebab Alasan (B/S) Asal Konsep Catatan Pemikiran Asosiatif
(PA)
Benar/Salah Guru/Buku Lengkap Intuisi yang Salah
(IS)
Benar/ Salah Pribadi/ Teman Lengkap/Tidak Alasan Tidak
Lengkap (ATL)
Benar/ Salah Guru/Buku Tidak Lengkap
Siswa