• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN, MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN, MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,

MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;

STUDI KASUS :

PENDUDUK KALURAHAN KLITREN, KECAMATAN GONDOKUSUMAN, KOTA JOGJAKARTA

TAHUN 2001

OLEH :

NAMA : Prijono Budi Santoso NIM : 931324022

NIRM : 930051120602120022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUMIA USAHA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ABSTRAK

PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,

MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA; Studi kasus :

Penduduk kalurahan Klitren, kecamatan gondokusuman, kota Jogjakarta Tahun 2001

Prijono Budi Santoso Universitas Sanata Dharma

Tahun 2002

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku masyarakat, ditinjau dari ciri-ciri sosial ekonominya, dalam memilih tempat berbelanja : di pasar tradisional atau di pasar modern. Ciri-ciri sosial ekonominya tersebut adalah : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.

Jenis penelitian yaitu studi kasus dan ex post facto, dengan lokasi penduduk kalurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman, kota Jogjakarta, pada tahun 2001.

Populasi dalam penelitian ini mencakup 4.012 orang terdiri dari 600 keluarga. Sampel diambil secara acak dari berbagai macam strata yang proporisonal (multi stage proportional stratified random sampling) sebanyak 60 kepala keluarga atau 10 % dari populasi.

Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data yang digunakan metode kuantitatif yaitu analisis chi-kuadrat. Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja, pasar tradisional atau pasar modern.

Kesimpulan umum adalah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern ) menurut ciri-ciri sosial ekonominya, yaitu yang berbeda dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Yaitu :

(a). Yang biasa berbelanja di pasar Tradisional ialah berjenis kelamin perempuan (77 %), tingkat usia tua (68 %), tingkat pendidikan dasar (63 %), jenis pekerjaan non pegawai negeri (90 %), tingkat pendapatan sedang (77 %) dan rendah (18 %).

(3)

ABSTRACT

SOCIETY BEHAVIOUR DIFFERENCES IN CHOOSING PURCHASING PLACES (TRADITIONAL AND MODERN MARKETS) ACCORDING TO

SOCIAL ECONOMIC CHARACTERISTICS Case Study :

Klitren Village community, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City In 2001

Prijono Budi Santoso

SANATA DHARMA UNIVERSITY JOGJAKARTA

2002

The goal of study is to know whether there are significant differences in society behavior, seen from social economic characteristics, in choosing purchasing places : at traditional or modern markets. The social economic characteristics are sex, age, education level, occupation, and income level.

Kinds of the study are case study and ex post facto, done in Klitren Village community location, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City, in 2001.

Population of this study are 4,012 persons, consist of 600 families. Samples are taken by random from various strata proportionally (multi-stage proportional stratified random sampling), as many as 60 heads of family or 10 % of the population.

Data collection methods used are questionnaire, interview, and documentation.

Data analysis used is quantitative method (Chi square analysis).

Analysis result shows that there are society behavior differences in choosing purchasing places, traditional or modern markets. The general results are that there are society behavior differences in choosing purchasing places (traditional or modern markets) according to social economic characteristict, such as sex, age, education level, occupation, and income level, where :

(a) Persons usually buying in traditional market are women (77%), old ages (68%), elementary educational level (63%), non-government officials (90%), and middle income level (77%) and lower income level (18%).

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Berbelanja adalah kegiatan yang sering kita lakukan sehari-hari, karena

berbelanja merupakan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kita.

Dahulu kegiatan berbelanja merupakan kegiatan rutin para ibu rumah

tangga atau para pembantu rumah tangga, bila yang berbelanja kebutuhan

sehari-hari itu kaum pria dianggap tabu. Sekarang kegiatan berbelanja dilakukan oleh

anak-anak, kaum remaja, orang dewasa bahkan orang tua tanpa perbedaan jender,

sehingga bila kita melihat seorang bapak-bapak berbelanja membeli

barang-barang, itu sudah menjadi hal yang biasa.

Pasar atau tempat berbelanja telah berkembang begitu pesat, di mana

tempat berbelanja sudah sedemikian rupa dengan nama yang bermacam-macam,

seperti pasar swalayan, supermarket, departemen store, sogo, dan lain sebagainya

(biasa disebut pasar modern). Tumbuhnya pasar modern seakan telah menyisihkan

pasar biasa atau pasar tradisional. Pasar Modern lebih menarik orang untuk

tempat berbelanja sebab didukung dengan kegiatan-kegiatan promosi dengan

periklanan yang lebih sering. Pasar modern juga memberikan fasilitas-fasilitas

kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi, serta memberikan pelayanan

menarik yang lebih banyak kepada pelanggan dengan melalui faktor-faktor seperti

misalnya lokasi yang bertaraf mahal diwujudkan oleh tempat yang nyaman dan

(5)

ramah-ramah dan cantik-cantik, arsitektur dan dekorasi yang lebih baik, pengaturan

barang yang menarik, jam buka lebih lama, pelayanan pencairan cek atau

pengantaran barang sampai pada faktor komplementer yang berupa penawaran

bonus, hadiah potongan harga dan masih banyak lagi. Majalah Warta Ekonomi

menuliskan alasan orang berbelanja di pasar swalayan adalah sebagai berikut :

1. mutu barang dan ada kepastian harga

2. suasana belanja terasa nyaman

3. dapat berbelanja sambil rekreasi

4. dapat menghemat waktu

5. dapat memakai kartu kredit

6. dapat memesan melalui telepon dan diantar

7. bila belanja dalam jumlah besar lebih murah

8. keamanan belanja lebih terjamin

9. penataan barang rapi dan menarik

10. dapat belanja di malam hari

Trend masyarakat sekarang tampaknya cenderung lebih senang ke pasar

swalayan, meskipun berbelanja di pasar swalayan perlu biaya tambahan bagi

mereka, seperti pakaian rapi dan berdandan lebih dulu (warta Ekonomi, 1991 : 28&

33). Tidak hanya itu kadang orang datang ke pasar swalayan bukan untuk berbelanja saja tapi juga sebagai tempat rekreasi keluarga.

Pasar tradisional yang sudah dikenal masyarakat sejak dulu di mana dulu

pasar tradisional ada hanya pada waktu-waktu tertentu (dikenal dengan hari

(6)

kliwon, pasar kaget dan lain sebagainya. Karena pada hari senin saja, hari kliwon

saja (budaya jawa mengenal istilah nama hari seperti pahing, legi, kliwon, pon).

Sekarang memang pasar tradisional sudah buka setiap hari meskipun dengan

waktu yang lebih pendek yaitu dari pagi hanya sampai siang, sedang malam hari

tidak ada aktivitas perdagangan. Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tawar

menawar harga barang yang dijual, tempatnya tidak di dalam ruang atau gedung,

biasanya terdiri dari los-los atau pedagang berjualan di atas tanah begitu saja,

suasana kelihatan sumpek dan bising, tidak nyaman atau tidak terjamin

keamanannya dan penataan barang yang kurang menarik. Kelihatannya

masyarakat kini enggan bila berbelanja di pasar tradisional karena saat ini

masyarakat sekarang dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dalam usaha

memenuhi kebutuhan mereka dengan sesuatu yang serba cepat dan praktis.

Dari segala kekurangannya pasar tradisional mempunyai keunggulan baik

berdasar segi ekonomis maupun non ekonomis.

Dari segi ekonomis para pedagang eceran di pasar tradisional memiliki

keunggulan komparatif, yaitu :

1. Biaya overhead relatif lebih rendah, memungkinkan harga barang menjadi

murah.

2. Para pedagang dapat terhindar dari pajak, kalaupun ada biaya pajaknya

kecil sekali. Pedagang bisa menjual barangnya dengan harga dasar.

3. pedagang eceran lebih mempunyai penyesuaian yang cepat terhadap

(7)

Dari segi non ekonomis di pasar tradisional sering berfungsi sebagai pusat

komunikasi dan bertemu muka sambil berbelanja. Sebagian besar masyarakat

belum begitu suka masuk toko atau pasar swalayan karena suasana yang agak

asing. Mereka masih ada yang senang dengan tawar-menawar harga, senang

dilayani dan bertegur sapa dengan penjual (Marbun, 1986 : 27). Hubungan sosial antara penjual dan pembeli ditegaskan oleh Sidney Mintz bahwa di belakang

kegiatan penawaran dan permintaan ada suatu jalinan antar pribadi dan berlaku

pada setiap transaksi. Dalam sistem pemasaran, masyarakat tradisional perbedaan

pribadi kelihatan menjadi lebih penting (Belshaw, 1981 : 104).

Dengan adanya perbedaan pola tempat berbelanja dari pasar tradisional

dan hingga muncul pasar modern, menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat ke

tempat mana mereka dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Apa ada juga

perbedaan mereka dalam memilih tempat berbelanja.

Berdasar latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui

lebih dekat dan nyata serta jelas dengan obyek sampel masyarakat di Jogjakarta.

Yaitu perbedaan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja. Dengan demikian

penulis menyusun skripsi ini dengan judul “Perbedaan Perilaku Masyarakat

dalam Memilih Tempat Berbelanja (Pasar Tradisional dan Pasar Modern)

menurut Ciri-ciri Sosial Ekonominya, studi kasus penduduk kalurahan Klitren,

(8)

B. RUMUSAN MASALAH Umum

Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja

(pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial ekonominya ?

Khusus

1. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin

konsumen ?

2. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia / umur

konsumen ?

3. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat

pendidikan konsumen ?

4. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis

pekerjaan konsumen ?

5. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat

(9)

C. TUJUAN PENELITIAN Umum

Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih

tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial

ekonominya.

Khusus

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau

dari jenis kelamin konsumen.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau

dari usia / umur konsumen.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau

dari tingkat pendidikan konsumen.

4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau

dari jenis pekerjaan konsumen.

5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau

(10)

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Pedagang di pasar tradisional dan pengusaha pasar modern.

Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang pengenalan lebih dalam

mengenai karakteristik masyarakat sebagai konsumennya, sehingga dapat

menentukan kiat tertentu pola pemasaran dari masing-masing pasar dalam

melayani kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat konsumennya.

2. Pemerintah Dinas Pengelolaan Pasar.

Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang karakteristik sosial ekonomi

masyarakat pengguna pasar, sehingga pemerintah dinas penegelolaan

pasar dapat menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar modern dengan

lebih tepat bagi masyarakat.

(11)

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pasar

Semula pasar berarti suatu tempat di mana pada hari tertentu para penjual

dan para pembeli dapat bertemu untuk jual-beli barang. Para penjual

menawarkan barang (beras, buah-buahan dan bahan-bahan kelontong lainnya )

dengan harapan dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai

gantinya. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa

uang untuk membayar dengan harapan mendapatkan kepuasan. Ini pasar dalam

arti asli atau kongkrit.

Tetapi lama kelamaan di sekitar pusat pasar banyak toko dan kios,

dibangun “shoping center” atau pusat perbelajaan, barang yang dibutuhkan dapat juga dipesan melalui telpon atau surat. Sehingga pertemuan antara

penjual dan pembeli untuk jual beli barang dagangan tidak lagi terbatas pada

suatu tempat tertentu saja (apalagi pada hari tertentu ). (Drs. T Gilarso, 1992 : 154) Pengertian pasar sering membingungkan karena istilah pasar mempunyai

berbagai macam arti. Orang dapat mengatakan tentang pasar modal, pasar

burung, pasar sepeda, pasar mobil bekas, pasar pemerintah dan seterusnya.

Penggunaan istilah “pasar” dapat diterapkan dalam teori ekonomi, dalam dunia

usaha pada umumnya dan dalam bidang pemasaran khususnya. Oleh karena itu

kita akan mengenal beberapa definisi tentang pasar.

(12)

Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan terjadi perpindahan hak milik.

Sedangkan definisi yang kedua menyatakan bahwa :

Pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh para pembeli potensial.

Dalam definisi yang pertama terdapat suatu keadaan dan kekuatan tertentu

yang dapat menentukan harga, yaitu pertemuanya pembeli dan penjual dengan

fungsi yang mereka lakukan masing-masing. istilah “pasar” pada definisi

yang kedua sering ditukarkan dengan istilah “permintaan”, bahkan sering pula

dipakai secara bersamaan sebagai permintaan pasar (marked demand). Kedua definisi tersebut masih dianggap sebagai definisi yang agak sempit dan

kurang memadai. William J Stanton mengemukakan definisi pasar yang lebih

luas adalah sebagai berikut :

Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk

belanja, dan kemauan untuk membelanjakan.

Jadi, dalam permintaan pasar untuk beberapa barang atau jasa, terdapat

tiga faktor yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor tersebut adalah :

a. Orang dengan segala keinginannya

b. Daya beli mereka

(13)

Pada waktu orang memproduksi sebuah barang (barang ekonomi),

mengembangkan jasa baru, atau mempunyai pendapat baru untuk mengatasi

masalah-masalah sosial, mereka mulai mencari orang yang bersedia

menggunakan kreasi mereka. Mereka mempunyai potensi untuk memuaskan

orang lain dengan sesuatu yang mereka miliki. Sebaliknya, pada waktu

seseorang mempunyai keinginan untuk puas, ia mulai berusaha mencari orang

lain yang bersedia memuaskannya. Jadi, ia mempunyai potensi untuk

menggunakan hasil dari usaha orang lain.

Sesuai dengan definisi yang ketiga tentang pasar, maka orang yang dapat

dimasukkan sebagai pasar adalah pihak kedua (orang memuaskan hasil dari

usaha orang lain). Perlu diingat pula bahwa pihak pertama (orang mempunyai

kreasi / sesuatu untuk digunakan oleh orang lain) juga dapat dimasukkan

sebagai pasar. Ini disebabkan karena mereka dapat bertindak sebagai pihak

kedua pada kesempatan lain. Jadi, selain menawarkan sesuatu, mereka juga

menginginkan sesuatu. (Drs Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984, : 24)

2. Struktur Pasar

Struktur pasar menunjukkan tingkat persaingan di pasar suatu produk atau jasa tertentu. Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu

yang ingin dan mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu.

Struktur pasar ada beberapa macam, yaitu :

a. Pasar Persaingan Sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh

(14)

individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output

industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk

tersebut.

b. Pasar Monopoli

Pasar monopoli adalah struktur pasar yang ditandai adanya seorang

produsen tunggal. Suatu perusahaan yang memonopolistik secara

serentak bisa mempengaruhi dan menentukan harga dan jumlah

outputnya

c. Pasar Persaingan Monpolistik

Pasar persaingan monopolistik adalah struktur yang sangat mirip

dengan pasar persaingan sempurna, tetapi sedikit berbeda karena pada

pasar persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan di

antara produksi dari perusahaan-perusahaan yang berbeda.

d. Pasar Olgopoli

Pasar oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil

perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Dalam

pasar oligopoli keputusan mengenai harga dan output dari berbagai

perusahaan yang ada saling bergantung satu sama lain. Hal ini bahwa

jika satu perusahaan mengubah harga, maka perusahaan lainnya akan

bereaksi dan informasi perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke

dalam masalah pembuatan keputusan mengenai harga dan output

(15)

3. Bentuk-Bentuk Pasar

Pada definisi pasar yang pertama, pasar adalah tempat di mana pembeli

dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan

terjadi perpindahan hak milik. Dilihat dari bentuknya pasar ada dua, yaitu :

(a) pasar tradisional dan, (b) pasar modern

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan lokasi di mana terdapat sekelompok

penjual yang menjual dagangannya di kios-kios atau los yang ada di

dalamnya. Penjual di sini dalam arti pengecer, yang melakukan

penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. (Basu Swastha, SP, 1979 : 82)

Penilaian sebagian besar masyarakat terhadap pasar tradisional antara

lain :

1. Suasana pasar tradisional terasa ‘semrawut’, ‘sumpek’ atau bising

2. Keamanan berbelanja di pasar tradisional tidak terjamin

3. Penataan barang di pasar tradisional tidak menarik

Namun demikian banyak masyarakat yang tetap berbelanja di pasar

tradisional, mengemukakan alasannya sebagai berikut :

1. Dekat dengan rumah

2. Sudah lama berlangganan dengan pedagang pasar

3. Barang yang diperlukan hanya ada di pasar tradisional

(16)

5. Belanja dalam jumlah besar lebih menguntungkan di pasar

tradisional

6. Suasana belanja di pasar tradisional terkesan akrab

7. Lebih banyak tersedia pilihan berbagai macam barang

(Warta Ekonomi, 1991 : 33)

b. Pasar Modern

Pasar modern (pasar swalayan, supermarket, departemen store,

walmart, dan sebagainya) yaitu sebuah tempat penjualan barang dari

berbagai macam produk dalam satu ruangan yang menganut operasi

swalayan (pelayanan sendiri), volume barang tinggi, laba sedikit, biaya

rendah. Pasar ini secara relatif besar dirancang untuk melayani

kebutuhan-kebutuhan konsumen seluruhnya.(Philip Kotler, 1984 : 20) Pasar swalayan telah menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan

volume penjualan, juga meningkatkan kemudahan-kemudahan serta

pelayanan mereka dengan usaha menarik pelanggan, di antaranya :

1. Lokasi yang lebih mahal

2. Arsitektur dan dekor yang lebih menarik

3. Pelayanan pencarian cek

4. Jam buka lebih lama

5. Pengantaran barang

6. Pusat pemeliharaan anak dan arena bermain anak

(17)

4. Fungsi Pasar

Beberapa fungsi pasar atau peranan pasar adalah sebagai berikut :

a. Pasar berfungsi menentukan nilai atau harga barang

b. Pasar berfungsi mengorganisasikan produksi

c. Pasar berfungsi mendistribusikan produksi

d. Pasar berfungsi melakukan penjatahan

e. Pasar menyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang

(Dr M Suparmoko MA, 1990 : 5)

5. Jenis-Jenis Pasar

Berdasarkan motif pembelian dari konsumen untuk membeli suatu produk

pasar dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan, yakni :

a. Pasar Konsumen

Pasar konsumen adalah sekelompok konsumen yang membeli

barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih

lanjut. Yang dibeli yaitu barang dan jasa konsumsi. Maka dalam

kelompok pasar konsumen ada yang disebut unit pengambilan keputusan.

Pihak-pihak yang terlibat dalam unit pengambilan keputusan adalah :

1. Initiator, yaitu orang yang pertama kali menyarankan atau mempunyai pendapat untuk membeli suatu produk.

(18)

3. Decider, yaitu orang yang mengambil keputusan untuk membeli (apa, bagaimana, kapan, di mana membelinya)

4. Purchaser, yaitu orang yang menggunakan barang atau jasa yang sudah dibeli.

Keputusan membeli juga dipengaruhi kebiasaan membeli, yang biasa

disebut impuls buying, yaitu pembelian yang dilakukan tanpa direncanakan. Hal ini bisa disebabkan oleh :

1. Reminder buying yaitu atas dasar pada ingatan. Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli amplop dan perangko di toko karena

melihat lem maka ia teringat untuk harus membeli lem juga.

2. Sugestion buying yaitu atas dasar pada saran dari orang lain. Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli baju di toko karena

melihat spanduk yang menuliskan diskon untuk setiap pembelian

celana maka ia tertarik untuk membeli celana juga.

b. P asar Produsen

Pasar produsen adalah suatu pasar yang terdiri dari individu-individu

dan lembaga atau organisasi yang membeli barang-barang untuk

diproses lagi sampai menjadi produk akhir yang kemudian dijual. Yang

dibeli oleh pasar produsen adalah barang dan jasa industri. Pada

umumnya, permintaan barang industri bersifat derived, artinya diturunkan oleh barang industri lain atau barang konsumsi.

(19)

Pasar penjual adalah suatu yang terdiri atas individu-individu dan

organisasi yang memperoleh barang-barang jadi dengan maksud untuk

dijual lagi namun tanpa diproses dulu melainkan langsung dijual.

Contoh dealer mobil, penjual koran.

d. Pasar Pemerintah

Pasar pemerintah adalah aktivitas penjualan dan pembelian yang

dilakukan oleh lembaga-lembaga pemeritahan, seperti

departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas dan instansi lain.

Pemerintah membeli dan atau menjual barang untuk keperluan dibidang

pertahanan, pendidikan dan kebudayaan, pekerjaan umum,

kesejahteraan rakyat dan lainnya. Tujuannya untuk kepentingan dan

kesejahteraan masyarakatnya (pegawai negeri dan masyarakat umum).

e. Pasar Internasional

Pasar internasional meliputi beberapa atau semua negara di dunia. Yang

dibeli di pasar internasional dapat berupa barang dan jasa konsumsi

maupun barang dan jasa industri. Pembelian internasional harus melalui

prosedur perdagangan internasional yaitu melalui kegiatan ekspor-

impor.

(Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984 : 52 )

6. Alasan Orang Berbelanja

Edward M Tauher dalam bukunya “why do people shop”, menuliskan alasan mengapa orang berbelanja sehingga menjadi perilaku seseorang untuk

(20)

a. Motif Pribadi

1. Permainan Peran

Banyaknya aktivitas merupakan perilaku yang dipelajari,

diharapkan dan diterima secara tradisional sebagai bagian dari

posisi atau peran di dalam masyarakat

2. Hiburan

Berbelanja dapat memberikan kesempatan untuk hiburan dari rutin

kehidupan sehari-hari dan dengan begitu mewakili bentuk suatu

rekreasi.

3. Pemuasan Diri

Keadaan emosional atau suasana hati yang berbeda mungkin

relevan untuk menjelaskan mengapa (dan kapan) seseorang pergi

berbelanja. Ada orang melaporkan bahwa acap kali mereka

meringankan depresi dengan sekedar membelanjakan uang untuk

diri sendiri. Dalam hal ini perjalanan belanja dimotivasi bukan

oleh keperluan konsumsi yang diharapkan, melainkan oleh

keperluan proses berbelanja itu sendiri.

4. Belajar Tentang Trend Baru

Produk terjalin erat dengan aktivitas harian seseorang dan sering

berfungsi sebagai simbul yang mencerminkan sikap dan gaya

(21)

mendukung mereka ketika individu bersangkutan berkunjung ke

toko.

5. Aktivitas Fisik

Berbelanja dapat memberi orang banyak sekali latihan jasmani

dengan langkah yang santai, menarik bagi orang yang hidup dalam

lingkungan perkotaan. Beberapa pembelanja jelas menyambut baik

kesempatan untuk berjalan-jalan di pusat-pusat pertokoan.

6. Stimulasi Indra

Lembaga-lembaga eceran memberikan banyak manfaat indera

yang potensial kepada para pembelanja. Pelanggan melihat-lihat di

toko memperhatikan barang dagangan atau memperhatikan satu

sama lain.

b. Motif Sosial

1. Pengalaman Sosial di Luar Rumah

Pasar secara tradisional merupakan pusat aktivitas sosial dan

banyak bagian di Amerika dan negara-negara lain tetap memiliki

hari pasar, pasar malam, dan alun-alun kota yang menawarkan

waktu dan tempat untuk berinteraksi sosial. Perjalanan belanja

mungkin menghasilkan perjumpaan langsung dengan teman dan

kontak sosial.

2. Komunikasi Dengan Orang Lain Yang Memiliki Minat Sama

Toko yang menawarkan barang atau produk atau jasa yang

(22)

mendandani mobil dan dekorasi rumah misalnya, memberikan

kesempatan untuk berbicara dengan orang lain tentang minat

mereka dengan karyawan penjual yang memberikan informasi

khusus sehubungan dengan aktivitas bersangkutan.

3. Daya Tarik Kelompok Sebaya

Berlangganan di suatu toko kadang mencerminkan keinginan untuk

menjadi salah satu dari kelompok sebaya atau kelompok rujukan di

mana orang yang menjadi anggotanya. Contohnya, toko piringan

hitam mungkin memberikan tempat pertemuan di mana para

anggota kelompok sebaya berkumpul.

4. Status dan Otoritas

Banyak pengalaman belanja memberikan kesempatan bagi individu

untuk menarik perhatian dan respek atau untuk dilayani tanpa harus

membayar untuk jasa ini. Orang dapat memeperoleh perasaan

berstatus dan berkuasa dalam hubungan majikan dan pelayan yang

terbatas ini.

5. Kesempatan Dalam Tawar Menawar

Banyak pembelanja tampak menyukai proses tawar-menawar,

percaya bahwa dengan tawar-menawar, harga barang dapat

dikurangi hingga harga yang lebih masuk akal. Individu

membanggakan diri dalam kemampuannya untuk menjadi pembeli

yang bijaksana atau mendapatkan harga murah sekali

(23)

Motif pembelian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan

yang berbeda di mana pembeli menyadari akan motif-motif pembeliannya dan

kesediaan mereka untuk memberitahukannya. Kelompok tersebut adalah :

1. Kelompok pembeli yang mengetahui dan bersedia memberitahukan

motif pembelian mereka terhadap produk tertentu. Maksudnya, motif

mereka membeli suatu barang biasanya diakui oleh si pembeli.

2. Kelompok pembeli yang mengetahui alasan mereka untuk membeli

produk tertentu, tetapi tidak bersedia memberitahukannya. Misalnya,

seorang wanita yang membeli kosmetik tidak bersedia

memberitahukan motif pembeliannya. Bila ditanya, ia akan

mengemukakan alasan yang lain karena merasa malu diketahui orang

lain. Sebenarnya, motif pembelian kosmetik bagi wanita pada

umumnya untuk mempercantik diri.

3. Kelompok pembeli yang tidak mengetahui motif pembelian

sesungguhnya terhadap produk tertentu. Biasanya motif pembelian

mereka sangat sulit diketahui. Bahkan pembelinya sendiri seringkali

tidak mengerti mengapa mereka membeli barang.

(Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M , 1984 : 24)

7. Pengertian Identitas Sosial Ekonomi

Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS

Poerwadarminta, identitas sosial ekonomi adalah keadaan, sifat atau ciri-ciri

khusus seseorang atau benda yang berhubungan dengan sesuatu mengenai

(24)

B. KERANGKA TEORI

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (perilaku) Masyarakat Terhadap Barang Kebutuhan

American Marketing Association mendefinisikan pengertian perilaku

konsumen adalah sebagai berikut : “Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”.

(J Paul Peter dan Jerry C Olson, 2000 : 6-8)

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu :

a. Faktor Ekstern : faktor yang ditimbulkan dari luar pribadi seseorang

seperti kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok

referensi serta keluarga.

b. Faktor Intern : faktor yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang

seperti, motivasi, pengamatan (persepsi), kepribadian dan konsep diri,

sikap, dan pembelajaran (belajar).

Sebenarnya perilaku konsumen tidak semata-mata dipengaruhi

faktor-faktor di atas namun lebih komplek. Perilaku seseorang dalam

mengonsumsi suatu barang dapat juga berubah-ubah yang bisa karena

adanya perubahan usia, pendapatan, keadaan negara, pekerjaan, dan lain

sebagainya.

Adam Smith dalam teori ekonomi mikro yang dikembangkannya

mendasarkan pada suatu pengertian bahwa orang senantiasa berlaku

(25)

sesuatu. Namun demikian tidak sedikit orang juga berperilaku dengan

tidak rasional atau berperilaku menurut kehendak hatinya. Perilaku yang

demikian disebut perilaku yang tidak direncanakan (impuls bihavior). ( Philip Kotler, 1999 : 223-244)

2. Hubungan Faktor Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Pendapatan dengan Pola Konsumsi (Mempengaruhi Penggunaan Tempat Berbelanja)

Mengetahui identitas diri pelanggan pasar baik pasar tradisional maupun

modern adalah penting, karena latar belakang sosial ekonomi mereka

cukup berperan dalam menentukan selera belanja. Identitas yang hendak

diungkap meliputi jenis kelamin,umur, pendidikan, pekerjaan, dan

penghasilan.

Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh tim riset majalah warta

ekonomi terhadap konsumen pada berbagai tempat di pasar swalayan

menunjukkan bahwa sebaran umur konsumen memusat dikelompok usia

25-40 tahun, merupakan prosentasi yang paling tinggi dalam berbelanja,

ini menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok usia produktif yang

mempunyai daya beli.

Pada faktor pekerjaan, mayoritas dari mereka adalah pegawai swasta

nasional (41,33 %). Sisanya terdiri dari ibu rumah tangga (25,66%),

pegawai negeri (11%), swasta profesi (6%), pegawai swasta asing (5%),

bekerja sendiri (4%), pedagang dan pengusaha (3%), dan pensiunan (4%).

(26)

merupakan pembelanja pasar swalayan. Bagaimana di pasar tradisional

tentu hasilnya lain. (warta ekonomi, 1991 : 32)

Pendapatan mengakibatkan daya beli lebih banyak / kuat. Meningkatnya

penghasilan berarti untuk memenuhi kebutuhannya berubah pula.

Penghasilan mempunyai hubungan (korelasi) dengan besarnya belanja tiap

bulan.

Tabel berikut melukiskan hubungan antara kelas pendapatan dan tingkat

pengeluaran belanja di pasar tradisional dan pasar swalayan.

Perbandingan antara Penghasilan dan Volume Belanja

Di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Pengeluaran (Rp ribuan) Penghasila

n

(Rp ribuan)

> 100 101 - 200 201 - 400 400 – 500 > 500

29,5 % 6, 33 % - - - < 300

12,5 % 5,6 % - - -

5 % 12,66 % 6,66 % - - 301 – 500

1 % 2 % - - -

1 % 6 % 1,34 % 3 % - 501 – 700

- - -

- 3 % - - -

701 – 1000

- - -

- - 1 % 2 % 3 % > 1000

- - -

Ket : Sebelah atas untuk prosentase belanja di pasar swalayan Sebelah bawah untuk prosentase belanja di pasar tradisional

(27)

Pendidikan besar pengaruhnya kepada kehidupan kepribadian seseorang.

Ia akan berpikir ke arah yang lebih dalam setiap tindakannya, dan mencari

lebih gampang atau berhasil guna agar jangan banyak membuang tenaga

dan berpikir biaya agar lebih murah. Makin meningkat kecerdasan berarti

meningkat pula kebutuhan yang menghendaki perubahan ruang lingkup

seseorang walaupun bertahap. Orang yang berpendidikan akan lebih bisa

berfikir keuntungan di mana ia harus berbelanja. (Abubakar, 1979 : 44)

Dari gambaran penelitian di atas menunjukkan bahwa antara faktor seperti

usia pendidikan, pekerjaan dan pendapatan pada konsumen sangat

berpengaruh dalam aktivitas belanja.

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk

tingkah laku, kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Oleh Fred N

Kerlinger secara singkat hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang

merupakan terkaan mengenai perbedaan (atau hubungan) antara dua atau lebih.

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang

diajukan dan telah dimiliki kebenaran, tapi kebenarannya baru merupakan

kebenaran taraf teoritik (logical validity) serta memerlukan pembuktian-pembuktian berupa teori-teori, konsep atau hasil-hasil penemuan yang sudah ada. (Depdikbud, 1979 : 9)

Menurut jenisnya, hipotesis dapat digolongkan berdasar bagaimana

hipotesis ditarik (hipotesis induktif dan deduktif) dan bagaimana hipotesis

(28)

- Hipotesis induktif adalah suatu generalisasi berdasarkan observasi.

- Hipotesis deduktif berasal dari teori yang menyokong ilmu

pegetahuan pendidikan. Menyediakan bukti yang menyokong,

memperluas atau menentang terhadap suatu teori.

- Hipotesis penelitian (yang dinyatakan dengan deklaratif) menyatakan

perbedaan (atau hubungan) yang diharapkan antara dua variabel.

- Hipotesis statistik (yang dinyatakan dengan hipotesis nol) menyatakan

tidak ada perbedaan (atau hubungan) antara variabel-variabel.

(Drs Sumanto MA, 1990 : 13-14)

Pada kesempatan ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Umum

Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja

(pasar Tradisional atau pasar modern) menurut identitas sosial

ekonominya

2. Khusus

a. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis

kelaminnya.

b. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia

(29)

c. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari

tingkat pendidikannya.

d. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis

pekerjaannya

e. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

1. Studi Kasus, adalah penelitian tentang subyek tertentu di mana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada

subyek yang diteliti itu saja. (APTIK, 1987 : 37)

2. Studi Ex Post Facto, adalah penelitian terhadap suatu masalah yang telah terjadi atau setelah kejadian yang dipersoalkan itu berlangsung, yang

mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel yang diteliti.

(Depdikbut UT, 1984/1985 : 14)

B. SUBYEK PENELITIAN : Populasi, Sampel dan Lokasi

1. Subyek Penelitian yaitu semua masyarakat sebagai konsumen yang pernah

berbelanja di pasar tradisional atau pasar modern.

2. Populasi yaitu sekumpulan obyek dan subyek yang terdiri dari manusia,

hewan, tumbuhan, gejala nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang

(31)

( Winarno Surahmad, 1981 : 139)

Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita bekerja dan

berpenghasilan pemakai tempat berbelanja di kalurahan Klitren kecamatan

Gondokusuman kota Jogjakarta yang mempunyai usia antara 24 – 78 th

dengan tingkat pendidikan tamat SD atau tamat SLTP atau tamat SLTA

atau tamat PT/ Akademi. Berstatus sebagai pegawai / karyawan negeri

atau pegawai / karyawan swasta atau pedagang. Jumlah populasi dalam

penelitian ini adalah 4.012 orang. Terdiri dari 2.216 orang pria dan 1.796

orang wanita.

3. Sampel dalam penelitian ini diartikan sebagai bagian dari populasi yang

menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian.(APTIK, 1987 : 3) Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 60 kepala keluarga untuk setiap

tingkat status sosial ekonomi atau 10% dari populasi

4. Lokasi penelitian ini, mengambil lokasi di 4 wilayah lingkungan rukun

warga (RW) yaitu RW V, RW VI, RW VII, dan RW XIII dari masyarakat

kelurahan Klitren kecamatan Gondokusuman kota Jogjakarta. Dengan

alasan di samping adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga dari

penulis bahwa lebih penting lagi lokasi di daerah tersebut dekat dengan

tempat pasar tradisional maupun pasar modern.

C. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik

sampling Multi Stage Proportional Stratified Random Sampling. Multi

(32)

daerah yang besar ke daerah yang lebih kecil dengan mengambil dari

anggota-anggota strata sedemikian rupa sehingga setiap stratum diwakili oleh

sejumlah anggota yang sebanding dengan besarnya stratum itu.

Untuk memudahkan beberapa sampel yang harus diambil dari perwakilan

populasi setiap kelompok kepala keluarga ditiap lingkungan rukun warga.

Penulis menggolongkan ke dalam beberapa golongan sebagai berikut :

Tabel III.1

Pengambilan Sampel Dari Beberapa RW

Masyarakat Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Sampel

RW V 222 10 % x 222 = 22,2

RW VI 84 10 % x 84 = 8,4

RW VII 152 10 % x 152 = 15,2

RW XIII 142 10 % x 142 = 14,2

Total 600 60 Data primer

Dalam tehnik ini perimbangan kategori-kategori dalam populasi diperhatikan

dan diwakili dalam sampel, maka penulis menggunakan cara yang

poporsional, hal ini karena penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan

dalam masyarakat untuk memilih tempat berbelanja. Sedangkan stratified random sampling digunakan karena populasi terdiri tingkat sosial ekonomi yang berbeda yaitu tingkat pendidikan yang digolongkan menjadi strata tamat

SD, atau tamat SLTP, atau tamat SLTA, atau tamat PT / akademi. Usia yang

(33)

berlainan. Sedangkan random sampling digunakan karena populasi terdiri

dari pria dan wanita dan bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta

atau pedagang. Tiap-tiap tingkatan dan strata diwakili dalam sampel

penelitian dan subyek-subyek yang ditugaskan dalam tiap-tiap stratum itu

dapat diambil secara udian.

D. VARIABEL, DEFINISI DAN PENGUKURAN

Variabel adalah gejala-gejala (obyek penelitian ) yang menunjukkan variasi

baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya. (Sutrisno Hadi, 1995 : 224)

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari, variabel bebas dan variabel terikat :

1. Variabel terikatnya adalah : permintaan konsumen dalam menggunakan

jenis tempat berbelanja, pasar tradisional dan pasar modern, yang

menunjukkan berapa kali masyarakat datang ke tempat pasar tersebut.

Untuk mengetahui besar kecilnya frekuensi tersebut dilihat melalui jumlah

penggunaan tempat yang sering dikunjungi untuk berbelanja dalam

sebulan.

2. Variabel bebasnya adalah :

a. Jenis kelamin adalah perbedaan fisik, sifat dan karakter di antara jenis

manusia, indikatornya :

(1) Pria

(2) Wanita

b. Usia adalah angka yang menunjukkan lamanya hidup manusia.

Indikatornya :

(34)

(2) 21 s/d 39 kategori usia Dewasa

(3) 05 s/d 20 kategori usia Muda

c. Tingkat pendidikan adalah jenjang keilmuan (pendidikan ) formal yang

pernah ditempuh oleh konsumen. Indikatornya :

(1) Pendidikan tinggi kategori Perguruan tinggi dan Akademi.

(2) Pendidikan menengah kategori SMU dan SMK

(3) Pendidikan dasar, kategorinya SD dan SLTP

d. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat sebagai mata

pencaharian sehari-hari yang berimbal balik pendapatan berupa uang.

Indikatornya :

(1) Pegawai / karyawan Negeri (pegawai negeri)

(2) Pegawai / karyawan Swasta (non Pegawai negeri)

(3) Pedagang / Bertani / nelayan / buruh / pensiun (non pegawai

negeri)

Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata setiap

bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang dinyatakan dalam

nilai uang (rupiah). (Nasir, 1992 : 445) Untuk mencari data tingkat pendapatan yang akan dibuat dalam pengelompokkan 3 kelas, yaitu kelas

tinggi, kelas sedang (menengah) dan kelas rendah sebagai berikut :

R i =

K

Di mana :

(35)

K = jumlah interval kelas

R = range

E. DATA YANG DICARI

1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber. Data tesebut

data yang meliputi identitas konsumen, yaitu antara lain :

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. Tingkat pendidikan

d. Pekerjaan

e. Tingkat pendapatan

2. Data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan

oleh pihak lain yang dapat menunjang dan berhubungan dengan penelitian.

Di mana bisa diperoleh dari instansi bersangkutan dengan penelitian,

buku-buku hasil penelitian yang lain yang berhubungan dengan penelitian

(36)

F. TEHNIK PENGUMPULAN DATA

1. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data melalui tatap muka tanya

jawab langsung dengan sebagian responden dari seluruh responden yang

ada, cara ini dimaksud untuk membantu metode kuesioner.

2. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengutip atau

mencatat data dan keterangan dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh

instansi yang bersangkutan dengan penelitian ini.

3. Koesioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan membuat daftar

pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk diisi sebagai

perolehan data.

G. ANALISIS DATA

1. Analisis Kuantitatif yaitu tehnik analisis yang menggunakan perhitungan

angka-angka dan statistik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kuantitatif Chi-Kuadrat.

2. Langkah-Langkah Pengujian

a. Dalam menganalisis data mengenai pemilihan konsumen terhadap

tempat belanja terdapat dua jalur yaitu :

(1) Melakukan perhitungan terhadap responden yang memilih

berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern.

(2) Menganalisis apakah pemilihan tempat belanja tersebut

berdasarkan pada variabel yang meliputi jenis kelamin, usia,

(37)

hipotesis dari adanya perbedaan antar kelompok masyarakat

sebagai konsumen dalam memilih tempat berbelanja ditinjau dari

identitas sosial ekonomi melalui variabel-variabelnya.

(3) Membuat tabel pengamatan, yaitu tabel frekuensi hasil observasi

(fo) yang diperoleh dari data, dan frekuensi yang diharapkan (fh).

(4) Dimana rumus untuk mencari frekuensi (fh) sebagai berikut :

Jumlah baris

fh = x Jumlah kolom

Total

(5) Sel dari fo dan fh setelah diperoleh, kemudian diuji dengan rumus

Chi-kuadrat sebagai berikut :

(fo – fh) 2

X2 =

Fh

Di mana :

X2 = Chi- kuadrat

fo = jumlah yang diperoleh

fh = jumlah yang diharapkan

Rumus X2 digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan

frekuensi yang diobservasi (fo) dengan yang diharapkan (fh).

Apabila dari perhitungan ternyata bahwa harga X2 sama atau lebih

(38)

taraf signifikansi yang telah ditetapkan, maka kesimpulan kita

adalah bahwa ada perbedaan yang meyakinkan antara fo dengan fh.

Akan tetapi apabila dari perhituangan ternyata nilai X2 lebih kecil

dari harga kritik dalam tabel menurut taraf signifikansi yang telah

ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada perbedaan yang

meyakinkan antara fo dengan fh (Arikunto, 1997: 278 –279). Ho diterima bila X2 < harga kritik X2

Ho ditolak bila X2 > harga kritik X2

Dengan df (derajat kebebasan) degree of freedom = (baris – 1)

(kolom – 1).

(6) Untuk mengetahui hasil perhitungan agar mudah melihatnya maka

perlu dibuat tabel kerja.

b. Contoh pengujian data

1. Variabel pertama, yaitu ada perbedaan masyarakat dalam memilih

tempat berbelanja (pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau

dari jenis kelaminnya.

Tabel III.2

Contoh Hasil Observasi Frekuensi (fo) dan Frekuensi yang Diharapkan (fh)

Pilihan tempat berbelanja Jenis kelamin

Pasar tradisional Pasar moderen

Total

Pria 10

(40)

90

(60)

100

Wanita 70

(40)

30

(60)

100

(39)

*data primer ** angka dalam kurung jumlah bilang diharapkan (fh)

Jumlah baris

fh = x Jumlah kolom

Total (N)

100 100

fh1= (80) = 40; fh2= (120) = 60 200 200

fh wanita dan pria hasilnya sama dengan cara perhitungan yang

sama seperti di atas.

(fo – fh )2 X2 =

fh

Tabel III.3

Contoh Tabel Kerja untuk mencari Chi-kuadrat (X2) dari tabel hasil observasi frekuensi (fo) dan frekuensi yang diharapkan (fh)

Jenis

Kelamin Pilihan Tempat Belanja Fo fh fo - fh (fo – fh)2 fh Pasar Tradisional 10 40 -30 22,5

Pria Pasar Moderen 90 60 30 15

Pasar Tradisional 70 40 30 22,5

Wanita Pasar moderen 30 60 -30 15

TOTAL 200 200 0 75

Data primer

Kriteria pengambilan keputusan adalah :

Ho diterima bila X2 < harga kritik X2

(40)

Harga kritik diperoleh dari taraf signifikansi 5% dengan degree of

freedom (d.f) atau derajat kebebasan sebesar 1, yaitu df = (baris –1)

(kolom – 1), di mana df = (2 – 1) (2 – 1)

df = 1

Dari perhitungan di atas maka telah diketahui X2 hitung = 75

dengan harga kritik X2 pada df =1, sebesar 3,84. Sehingga X2

hitung > harga kritik X2 = 75 > 3,84 maka Ho ditolak. Dengan

ditolaknya Ho berarti ada perbedan di dalam masyarakat dalam

memilih tempat berbelanja menurut jenis kelamin.

Pengujian statistik Chi-kuadrat menyatakan sebagai berikut :

Ho : Tidak ada perbedaan masyarakat dalam memilih tempat

berbelanja (pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau

dari jenis kelamin.

Ha : Ada perbedaan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja

(pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau dari jenis

kelamin.

Pengujian untuk data pada variabel yang lain, usia, tingkat

pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan cara pengujiannya

sama seperti di atas.

(41)

BAB IV

HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. DESKRIPSI WILAYAH

1. Letak Geografi

Kalurahan Klitren termasuk wilayah kecamatan Gondokusuman, kota

Jogjakarta, Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.

Kalurahan Klitren terletak 0,75 km dari pusat pemerintahan kecamatan,

1,55 km dari ibukota kabupaten / kotamadya dati II, 2 km dari ibukota

Propinsi Dati I dan 565 km dari ibukota negara.

Kalurahan Klitren termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

(42)

Batas wilayah kelurahan klitren adalah :

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan desa Catur Tunggal kabupaten

Sleman.

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kalurahan Baciro dan kalurahan

Demangan

c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan kalurahan Terban dan kalurahan

Kotabaru

d. Sebaelah Timur : Berbatasan dengan kalurahan Demangan

Kalurahan Klitren terbagi menjadi 16 RW dan 62 RT dengan perincian

sebagai berikut :

a. RW I terdiri dari RT 1, 2, 3, 4

b. RW II terdiri dari RT 5, 6, 7

c. RW III terdiri dari RT 8, 9, 10, 11, 12

d. RW IV terdiri dari RT 13, 14,15, 16, 17,18

e. RW V terdiri dari RT 19, 20, 21, 22, 23

f. RW VI terdiri dari RT 24, 25, 26

g. RW VII terdiri dari RT 27, 28, 29, 30

h. RW VIII terdiri dari RT 31, 32, 33,

i. RW IX terdiri dari RT 34, 35, 36

(43)

k. RW XI terdiri dari RT 40, 41, 42, 43, 44, 45

l. RW XII terdiri dari RT 46, 47, 48

m. RW XIII terdiri dari RT 49, 50, 51, 52

n. RW XIV terdiri dari RT 53, 54, 55

o. RW XV terdiri dari RT 56, 57, 58, 59

p. RW XVI terdiri dari RT 60, 61, 62

2. Luas Daerah

Kalurahan Klitren mempunyai luas wilayah ± 67.8846 Ha yang terdiri dari

jalan, pemukiman, empang, pekuburan dan lainnya. Adapun penggunaan

tanah wilayah itu yang telah tercatat seluas ± 25,795 Ha dengan rincian

sebagai berikut :

a. jalan : 8,200 Ha

b. pekuburan : 6,815 Ha

c. pertokoan/perdagangan : 4,0100 Ha

d. perkantoran : 2,7200 Ha

e. pasar desa : 0,8100 Ha

f. tanah wakaf : 0,2100 Ha

g. pekarangan : 3,0300 Ha

3. Kependudukan

a. Penduduk Berdasar Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah

penduduk menurut jenis kelamin keseluruhan yang bertempat tinggal di

(44)

Sedangkan dari jumlah tersebut terbagi dalam 2,513 kepala keluarga

(KK). Rincian nya lihat tabel.

Tabel. IV.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2000

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 9,209 55,2%

Wanita 7,477 44,8%

Jumlah total 16,686 100 %

Data : sekunder

Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis

kelamin pria lebih banyak dibanding dengan jenis kelamin wanita

b. Jumlah Penduduk Menurut Usia

Berdasarkan data yang penulis peroleh jumlah penduduk menurut usia

dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (1) kelompok usia pendidikan

dan (2) kelompok usia tenaga kerja.

Lebih jelasnya lihat tabel berikut :

Tabel. IV.2.a.

Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Jenjang Pendidikan Tahun 2000

Usia Jumlah Persentase

00 – 03 tahun 576 3,45%

04 – 06 tahun 2.384 14,3%

07 – 12 tahun 1.128 6,71%

13 – 15 tahun 667 4%

(45)

19 – ke atas 11.207 67,2%

Jumlah total 16.686 100%

Data : sekunder

Tabel. IV.2.b.

Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga Kerja Tahun 2000

Usia Jumlah Persentase

10 – 14 tahun 985 6,74%

15 – 19 tahun 2.106 14,42%

20 – 26 tahun 2.137 14,63%

27 – 40 tahun 6.069 14,55%

41 – 56 tahun 2.741 18,76%

57 – ke atas 570 3,90%

Jumlah total 14.608 100%

Data : sekunder

Berdasarkan dua tabel di atas bahwa jumlah penduduk menurut usia

kelompok usia pelajar (tingkat pendidikan) lebih banyak dari pada usia

kelompok tenaga kerja.

c. Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah penduduk

menurut tingkat pendidikan keseluruhan yang bertempat tinggal di

kalurahan Klitren sampai tahun 2000. Tercatat sebanyak 6768 orang.

Rinciannya tampak dalam tabel di bawah ini.

Tabel IV.3

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(46)

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

Taman kanak-kanak (TK) 160 2,36%

Sekolah Dasar (SD) 245 3,62%

SLTP 282 4,17%

SLTA 2.027 29,95%

Akademi (D1-D3) 3.130 46,25%

Sarjana (S1-S3) 924 13,65%

Jumlah Total 6768 100%

Data : sekunder

d. Jumlah Penduduk Berdasar Pekerjaan

Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah penduduk

menurut pekerjaan keseluruhan yang bertempat tinggal di kalurahan

Klitren sampai tahun 2000. Tercatat sebanyak 5131 jiwa.

Rinciannya terlihat dalam tabel berikut:

Tabel IV.4

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan

Tahun 2000

Pekerjaan Jumlah Persentase

Pegawai negeri Sipil 1.298 25,3%

ABRI 124 2,42%

Pegawai Swasta 2.560 49,89%

Wiraswasta/pedagang 489 9,53%

Pertukangan 116 2,26%

Jasa 26 0.51%

(47)

Jumlah total 5131 100%

Data : sekunder

4. Prasarana Berbelanja

Dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat sarana dan

prasarana berbelanja sangat diperlukan sekali. Adapun tempat berbelanja di

kawasan kalurahan Klitren sangatlah tercukupi karena letaknya di tengah

kota dan dekat dengan jalan utama yang notabene banyak sekali di kawasan

tersebut toko-toko dan pasar-pasar modern maupun pasar tradisional.

B. PENDUDUK LINGKUNGAN RW V

Penduduk lingkungan RW V terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu

RT 19, RT 20, RT 21, RT 22, dan RT 23. Jumlah penduduk asli RW V itu sendiri

dari data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 1707 jiwa . Di mana jumlah

kepala keluarga (KK)-nya sebanyak 222 KK.

5. Jumlah Penduduk RW V Menurut Jenis Kelamin.

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V

menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel IV.5

Jumlah Penduduk RW V Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 951 55,7 %

Wanita 756 44,3 %

Jumlah Total 1707 100 %

(48)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin wanita lebih banyak dibanding berjenis kelamin pria.

Namun selisih itu tidak terlalu besar di mana penduduk berjenis kelamin

pria lebih banyak 195 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan

apabila diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada

55,7 % sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 44,3 % saja.

6. Jumlah Penduduk RW V menurut Usia

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V

menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :

Tabel IV. 6

Jumlah Penduduk RW V Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

05 – 20 530 31,5 %

21 – 39 643 38,2 %

40 – 70 511 30,3 %

Jumlah Total 1684 100 %

Data : Sekunder

Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang

berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 643

orang, yang jika diprosentasekan ada 38,2 % dari keseluruhan jumlah

penduduk.

(49)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.7

Jumlah Penduduk RW V Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

SD 449 26,3 %

SLTP 167 9,8 %

SLTA 437 25,6 %

Sarjana (PT) 344 20,1 %

Tidak Sekolah 310 18,2 %

Jumlah Total 1707 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah

ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SD adalah yang paling banyak

yaitu mencapai 449 orang dari seluruh penduduk. Dengan prosentasenya

mencapai 26,3 %

8. Jumlah Penduduk RW V menurut Jenis Pekerjaan

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.8

Jumlah Penduduk RW V Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

PNS 139 20,3 %

(50)

Pegawai Swasta 210 30,7 %

Pedagang 20 3 %

BUMN 21 3,1 %

Jasa 12 1,8 %

Pensiunan 33 4,8 %

Ibu Rumah Tangga 225 33 %

Jumlah Total 683 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk

RW V lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu

210 orang. Dengan prosentasenya mencapai 30,7 %. Meskipun ibu rumah

tangga terlihat jumlahnya lebih banyak, namun pekerjaan ibu rumah tangga

tidaklah mendapatkan upah dari pekerjaannya.

C. PENDUDUK LINGKUNGAN RW VI

Penduduk lingkungan RW VI terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu

RT 24, RT 25, dan RT 26. Jumlah penduduk asli RW VI itu sendiri dari data yang

penulis dapatkan adalah sebanyak 603 jiwa . Di mana jumlah kepala keluarga

(KK)-nya sebanyak 84 KK.

1. Jumlah Penduduk RW VI Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI

menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel IV.9

Jumlah Penduduk RW VI Berdasarkan Jenis Kelamin

(51)

Pria 398 51,8 %

Wanita 205 48,2 %

Jumlah Total 603 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding berjenis kelamin wanita.

Namun selisih itu tidak terlalu besar di mana penduduk berjenis kelamin

pria lebih banyak 193 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan

apabila diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada

51,8 % sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 48,2 % saja.

2. Jumlah Penduduk RW VI menurut Usia

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI

menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :

Tabel IV.10

Jumlah Penduduk RW VI Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

05 – 20 182 32,7 %

21 – 39 230 41,3 %

40 – 70 145 26 %

Jumlah Total 557 100 %

Data : Sekunder

Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang

berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 230

orang, yang jika diprosentasekan ada 41,3 % dari keseluruhan jumlah

penduduk.

(52)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.11

Jumlah Penduduk RW VI Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

SD 141 23,4 %

SLTP 129 21,4 %

SLTA 184 30,5 %

Sarjana (PT) 103 17,1 %

Tidak Sekolah 46 7,6 %

Jumlah Total 603 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah

ditempuh oleh penduduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling

banyak yaitu mencapai 184 orang dari seluruh penduduk. Dengan

prosentasenya mencapai 30,5 %

(53)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.12

Jumlah Penduduk RW VI Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

PNS 125 21,7 %

ABRI 21 3,6 %

Pegawai Swasta 135 23,5 %

Pedagang 129 22,4 %

Pertukangan 12 2,1 %

Jasa 11 2 %

Pensiunan 33 5,7 %

BUMN 23 4 %

Ibu Rumah Tangga 86 15 %

Jumlah Total 575 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk

RW VI lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu

135 orang. Dengan prosentasenya mencapai 23,5 %.

D. PENDUDUK LINGKUNGAN RW VII

Penduduk lingkungan RW VII terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu,

RT 27, RT 28, RT 29, dan RT 30. Jumlah penduduk asli RW VII itu sendiri dari

data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 994 jiwa . Di mana jumlah kepala

keluarga (KK)-nya sebanyak 152 KK.

(54)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII

menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel

sebagai

berikut : Tabel IV.13

Jumlah Penduduk RW VII Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 594 59,8 %

Wanita 400 40,2 %

Jumlah Total 994 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding berjenis kelamin wanita. Di

mana selisihnya cukup besar yaitu penduduk berjenis kelamin pria lebih

banyak 194 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan apabila

diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada 59,8 %

sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 40,2 % saja.

2. Jumlah Penduduk RW VII menurut Usia

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII

menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :

Tabel IV. 14

Jumlah Penduduk RW VII Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

05 – 20 302 32,5 %

21 – 39 320 34,5 %

40 – 70 306 33 %

(55)

Data : Sekunder

Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang

berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 320

orang, yang jika diprosentasekan ada 34,5 % dari keseluruhan jumlah

penduduk.

3. Jumlah Penduduk RW VII menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.15

Jumlah Penduduk RW V Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

SD 255 25,6 %

SLTP 210 21,1 %

SLTA 277 27,9 %

Sarjana (PT) 203 20,4 %

Tidak Sekolah 49 5 %

Jumlah Total 994 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah

ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling

banyak yaitu mencapai 277 orang dari seluruh penduduk. Dengan

prosentasenya mencapai 27,9 %

(56)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.16

Jumlah Penduduk RW VII Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

PNS 128 21,1 %

Pegawai Swasta 132 21,7 %

Pedagang 87 14,3 %

Pertukangan 7 1,2 %

Pensiunan 97 16 %

Ibu Rumah Tangga 156 25,7 %

Jumlah Total 607 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk

RW VII lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu

132 orang. Dengan prosentasenya mencapai 30,7 %. Meskipun ibu rumah

tangga terlihat jumlahnya lebih banyak, namun pekerjaan ibu rumah tangga

tidak mendapatkan upah dari pekerjaannya.

E. PENDUDUK LINGKUNGAN RW XIII

Penduduk lingkungan RW XIII terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu

RT 49, RT 50, RT 51, dan RT 52. Jumlah penduduk asli RW XIII itu sendiri dari

data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 708 jiwa . Di mana jumlah kepala

(57)

1. Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII

menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel

sebagai berikut :

Tabel IV.17

Jumlah Penduduk RW XIII Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Pria 273 38,6 %

Wanita 435 61,4 %

Jumlah Total 708 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang

berjenis kelamin wanita lebih banyak dibanding berjenis kelamin pria. Di

mana selisihnya cukup besar, yaitu penduduk berjenis kelamin wanita lebih

banyak 162 orang daripada yang berjenis kelamin pria. Dan apabila

diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin wanita ada 61,4 %

sedangkan penduduk berjenis kelamin pria 38,6 % saja.

2. Jumlah Penduduk RW XIII menurut Usia

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII

menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :

Tabel IV. 18

Jumlah Penduduk RW XIII Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

05 – 20 212 30 %

21 – 39 290 41 %

(58)

Jumlah Total 708 100 %

Data : Sekunder

Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang

berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 290

orang, yang jika diprosentasekan ada 41 % dari keseluruhan jumlah

penduduk.

3. Jumlah Penduduk RW XIII menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.19

Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Tingkat Pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

SD 141 19,9 %

SLTP 136 19,2 %

SLTA 223 31,5 %

Sarjana (PT) 179 25,3 %

Tidak Sekolah 29 4,1 %

Jumlah Total 708 100 %

Data : Sekunder

Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah

ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling

banyak yaitu mencapai 223 orang dari seluruh penduduk. Dengan

prosentasenya mencapai 31,5 %

(59)

Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII

menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam

tabel berikut :

Tabel IV.20

Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase

PNS 70 15 %

Pegawai Swasta 134 28,8 %

Pedagang 79 17 %

Pertukangan 7 1,5 %

Pensiunan 57 12,2 %

Ibu Rumah Tangga 119 25,5 % Jumlah Total 466 100 % Data : Sekunder

Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk

RW XIII lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu

(60)

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

H. ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan dikemukakan analisis data dan pembahasan. Untuk

menguji kebenaran hipotesis yang penulis ajukan pada bab sebelumnya dalam

penilitian ini. Untuk menganalisis data ini penulis menggunakan uji statistik. Uji

statistik yang digunakan adalah tehnik analisis Chi-Kuadrat. Adapun tujuan

analisis data adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah dikemukakan di

bagian bab sebelumnya pada skripsi ini.

Pengolahan data untuk perhitungan analisis chi-kuadrat adalah sebagai

berikut :

(61)

Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja

(pasar tradisional dan pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin. Di

mana dari 26 responden yang berjenis kelamin pria, ada 5 orang

memilih ke pasar tradisional dan 21 orang memilih ke pasar modern.

Jadi ada kecenderungan bahwa masyarakat pria lebih banyak memilih

ke pasar modern. Sedangkan untuk jenis k

Gambar

Tabel berikut melukiskan hubungan antara kelas pendapatan dan tingkat
Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan motorik advance ditemukan pada bayi yang dilakukan pemijatan secara teratur, hal ini sesuai dengan teori Piaget yang dikutip oleh Sulistyawati (2014)

Tujuan utama dari pembinaan perpustakaan desa di Desa Dangiang dan Desa Dawungsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut ini antara lain peserta dapat mengetahui dan memiliki

Pada saat diskusi berlangsung setelah dilakukan demonstrasi, tercipta suasana pembelajaran yang aktif dimana mereka berusaha bekerja sama dan saling menyumbangkan pendapat

Bimbingan pranikah yang telah dilakukan KUA sedikitnya memiliki pengaruh bagi pembinaan keluarga yang islami, karena materi yang disampaikan seharusnya dalam waktu

Dalam konteks penelitian ini peneliti membagi pengalaman Pegiat Perpustakaan Jalanan Bandung menjadi dua yaitu kegiatan yang pernah dilakukan oleh Perpustakaan

Berikut ini merupakan rekomendasi yang diberikan oleh penulis terkait penelitian yang berjudul Evaluasi Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

[r]

Hasil penelitian tahap kedua yang dilakukan pada beberapa ruang kelas menunjukkan bahwa paparan panas terjadi di ruang kelas selain karena disebabkan karena material