PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,
MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA;
STUDI KASUS :
PENDUDUK KALURAHAN KLITREN, KECAMATAN GONDOKUSUMAN, KOTA JOGJAKARTA
TAHUN 2001
OLEH :
NAMA : Prijono Budi Santoso NIM : 931324022
NIRM : 930051120602120022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DUMIA USAHA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ABSTRAK
PERBEDAAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MEMILIH TEMPAT BERBELANJA : PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN,
MENURUT CIRI-CIRI SOSIAL EKONOMINYA; Studi kasus :
Penduduk kalurahan Klitren, kecamatan gondokusuman, kota Jogjakarta Tahun 2001
Prijono Budi Santoso Universitas Sanata Dharma
Tahun 2002
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku masyarakat, ditinjau dari ciri-ciri sosial ekonominya, dalam memilih tempat berbelanja : di pasar tradisional atau di pasar modern. Ciri-ciri sosial ekonominya tersebut adalah : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Jenis penelitian yaitu studi kasus dan ex post facto, dengan lokasi penduduk kalurahan Klitren, kecamatan Gondokusuman, kota Jogjakarta, pada tahun 2001.
Populasi dalam penelitian ini mencakup 4.012 orang terdiri dari 600 keluarga. Sampel diambil secara acak dari berbagai macam strata yang proporisonal (multi stage proportional stratified random sampling) sebanyak 60 kepala keluarga atau 10 % dari populasi.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data yang digunakan metode kuantitatif yaitu analisis chi-kuadrat. Hasil analisis menunjukan bahwa ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja, pasar tradisional atau pasar modern.
Kesimpulan umum adalah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern ) menurut ciri-ciri sosial ekonominya, yaitu yang berbeda dalam jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Yaitu :
(a). Yang biasa berbelanja di pasar Tradisional ialah berjenis kelamin perempuan (77 %), tingkat usia tua (68 %), tingkat pendidikan dasar (63 %), jenis pekerjaan non pegawai negeri (90 %), tingkat pendapatan sedang (77 %) dan rendah (18 %).
ABSTRACT
SOCIETY BEHAVIOUR DIFFERENCES IN CHOOSING PURCHASING PLACES (TRADITIONAL AND MODERN MARKETS) ACCORDING TO
SOCIAL ECONOMIC CHARACTERISTICS Case Study :
Klitren Village community, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City In 2001
Prijono Budi Santoso
SANATA DHARMA UNIVERSITY JOGJAKARTA
2002
The goal of study is to know whether there are significant differences in society behavior, seen from social economic characteristics, in choosing purchasing places : at traditional or modern markets. The social economic characteristics are sex, age, education level, occupation, and income level.
Kinds of the study are case study and ex post facto, done in Klitren Village community location, Gondokusuman Sub-District, Jogjakarta City, in 2001.
Population of this study are 4,012 persons, consist of 600 families. Samples are taken by random from various strata proportionally (multi-stage proportional stratified random sampling), as many as 60 heads of family or 10 % of the population.
Data collection methods used are questionnaire, interview, and documentation.
Data analysis used is quantitative method (Chi square analysis).
Analysis result shows that there are society behavior differences in choosing purchasing places, traditional or modern markets. The general results are that there are society behavior differences in choosing purchasing places (traditional or modern markets) according to social economic characteristict, such as sex, age, education level, occupation, and income level, where :
(a) Persons usually buying in traditional market are women (77%), old ages (68%), elementary educational level (63%), non-government officials (90%), and middle income level (77%) and lower income level (18%).
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbelanja adalah kegiatan yang sering kita lakukan sehari-hari, karena
berbelanja merupakan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari kita.
Dahulu kegiatan berbelanja merupakan kegiatan rutin para ibu rumah
tangga atau para pembantu rumah tangga, bila yang berbelanja kebutuhan
sehari-hari itu kaum pria dianggap tabu. Sekarang kegiatan berbelanja dilakukan oleh
anak-anak, kaum remaja, orang dewasa bahkan orang tua tanpa perbedaan jender,
sehingga bila kita melihat seorang bapak-bapak berbelanja membeli
barang-barang, itu sudah menjadi hal yang biasa.
Pasar atau tempat berbelanja telah berkembang begitu pesat, di mana
tempat berbelanja sudah sedemikian rupa dengan nama yang bermacam-macam,
seperti pasar swalayan, supermarket, departemen store, sogo, dan lain sebagainya
(biasa disebut pasar modern). Tumbuhnya pasar modern seakan telah menyisihkan
pasar biasa atau pasar tradisional. Pasar Modern lebih menarik orang untuk
tempat berbelanja sebab didukung dengan kegiatan-kegiatan promosi dengan
periklanan yang lebih sering. Pasar modern juga memberikan fasilitas-fasilitas
kenyamanan dan kemudahan dalam bertransaksi, serta memberikan pelayanan
menarik yang lebih banyak kepada pelanggan dengan melalui faktor-faktor seperti
misalnya lokasi yang bertaraf mahal diwujudkan oleh tempat yang nyaman dan
ramah-ramah dan cantik-cantik, arsitektur dan dekorasi yang lebih baik, pengaturan
barang yang menarik, jam buka lebih lama, pelayanan pencairan cek atau
pengantaran barang sampai pada faktor komplementer yang berupa penawaran
bonus, hadiah potongan harga dan masih banyak lagi. Majalah Warta Ekonomi
menuliskan alasan orang berbelanja di pasar swalayan adalah sebagai berikut :
1. mutu barang dan ada kepastian harga
2. suasana belanja terasa nyaman
3. dapat berbelanja sambil rekreasi
4. dapat menghemat waktu
5. dapat memakai kartu kredit
6. dapat memesan melalui telepon dan diantar
7. bila belanja dalam jumlah besar lebih murah
8. keamanan belanja lebih terjamin
9. penataan barang rapi dan menarik
10. dapat belanja di malam hari
Trend masyarakat sekarang tampaknya cenderung lebih senang ke pasar
swalayan, meskipun berbelanja di pasar swalayan perlu biaya tambahan bagi
mereka, seperti pakaian rapi dan berdandan lebih dulu (warta Ekonomi, 1991 : 28&
33). Tidak hanya itu kadang orang datang ke pasar swalayan bukan untuk berbelanja saja tapi juga sebagai tempat rekreasi keluarga.
Pasar tradisional yang sudah dikenal masyarakat sejak dulu di mana dulu
pasar tradisional ada hanya pada waktu-waktu tertentu (dikenal dengan hari
kliwon, pasar kaget dan lain sebagainya. Karena pada hari senin saja, hari kliwon
saja (budaya jawa mengenal istilah nama hari seperti pahing, legi, kliwon, pon).
Sekarang memang pasar tradisional sudah buka setiap hari meskipun dengan
waktu yang lebih pendek yaitu dari pagi hanya sampai siang, sedang malam hari
tidak ada aktivitas perdagangan. Ciri khas pasar tradisional adalah adanya tawar
menawar harga barang yang dijual, tempatnya tidak di dalam ruang atau gedung,
biasanya terdiri dari los-los atau pedagang berjualan di atas tanah begitu saja,
suasana kelihatan sumpek dan bising, tidak nyaman atau tidak terjamin
keamanannya dan penataan barang yang kurang menarik. Kelihatannya
masyarakat kini enggan bila berbelanja di pasar tradisional karena saat ini
masyarakat sekarang dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan dalam usaha
memenuhi kebutuhan mereka dengan sesuatu yang serba cepat dan praktis.
Dari segala kekurangannya pasar tradisional mempunyai keunggulan baik
berdasar segi ekonomis maupun non ekonomis.
Dari segi ekonomis para pedagang eceran di pasar tradisional memiliki
keunggulan komparatif, yaitu :
1. Biaya overhead relatif lebih rendah, memungkinkan harga barang menjadi
murah.
2. Para pedagang dapat terhindar dari pajak, kalaupun ada biaya pajaknya
kecil sekali. Pedagang bisa menjual barangnya dengan harga dasar.
3. pedagang eceran lebih mempunyai penyesuaian yang cepat terhadap
Dari segi non ekonomis di pasar tradisional sering berfungsi sebagai pusat
komunikasi dan bertemu muka sambil berbelanja. Sebagian besar masyarakat
belum begitu suka masuk toko atau pasar swalayan karena suasana yang agak
asing. Mereka masih ada yang senang dengan tawar-menawar harga, senang
dilayani dan bertegur sapa dengan penjual (Marbun, 1986 : 27). Hubungan sosial antara penjual dan pembeli ditegaskan oleh Sidney Mintz bahwa di belakang
kegiatan penawaran dan permintaan ada suatu jalinan antar pribadi dan berlaku
pada setiap transaksi. Dalam sistem pemasaran, masyarakat tradisional perbedaan
pribadi kelihatan menjadi lebih penting (Belshaw, 1981 : 104).
Dengan adanya perbedaan pola tempat berbelanja dari pasar tradisional
dan hingga muncul pasar modern, menjadikan banyak pilihan bagi masyarakat ke
tempat mana mereka dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya. Apa ada juga
perbedaan mereka dalam memilih tempat berbelanja.
Berdasar latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk mengetahui
lebih dekat dan nyata serta jelas dengan obyek sampel masyarakat di Jogjakarta.
Yaitu perbedaan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja. Dengan demikian
penulis menyusun skripsi ini dengan judul “Perbedaan Perilaku Masyarakat
dalam Memilih Tempat Berbelanja (Pasar Tradisional dan Pasar Modern)
menurut Ciri-ciri Sosial Ekonominya, studi kasus penduduk kalurahan Klitren,
B. RUMUSAN MASALAH Umum
Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja
(pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial ekonominya ?
Khusus
1. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin
konsumen ?
2. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia / umur
konsumen ?
3. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat
pendidikan konsumen ?
4. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis
pekerjaan konsumen ?
5. Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari tingkat
C. TUJUAN PENELITIAN Umum
Untuk mengetahui Apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih
tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) menurut ciri-ciri sosial
ekonominya.
Khusus
1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau
dari jenis kelamin konsumen.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau
dari usia / umur konsumen.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau
dari tingkat pendidikan konsumen.
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau
dari jenis pekerjaan konsumen.
5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan perilaku masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau
D. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Pedagang di pasar tradisional dan pengusaha pasar modern.
Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang pengenalan lebih dalam
mengenai karakteristik masyarakat sebagai konsumennya, sehingga dapat
menentukan kiat tertentu pola pemasaran dari masing-masing pasar dalam
melayani kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat konsumennya.
2. Pemerintah Dinas Pengelolaan Pasar.
Sebagai bahan referensi dan refleksi tentang karakteristik sosial ekonomi
masyarakat pengguna pasar, sehingga pemerintah dinas penegelolaan
pasar dapat menentukan lokasi pasar tradisional dan pasar modern dengan
lebih tepat bagi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pasar
Semula pasar berarti suatu tempat di mana pada hari tertentu para penjual
dan para pembeli dapat bertemu untuk jual-beli barang. Para penjual
menawarkan barang (beras, buah-buahan dan bahan-bahan kelontong lainnya )
dengan harapan dapat laku terjual dan memperoleh sekedar uang sebagai
gantinya. Para konsumen datang ke pasar untuk berbelanja dengan membawa
uang untuk membayar dengan harapan mendapatkan kepuasan. Ini pasar dalam
arti asli atau kongkrit.
Tetapi lama kelamaan di sekitar pusat pasar banyak toko dan kios,
dibangun “shoping center” atau pusat perbelajaan, barang yang dibutuhkan dapat juga dipesan melalui telpon atau surat. Sehingga pertemuan antara
penjual dan pembeli untuk jual beli barang dagangan tidak lagi terbatas pada
suatu tempat tertentu saja (apalagi pada hari tertentu ). (Drs. T Gilarso, 1992 : 154) Pengertian pasar sering membingungkan karena istilah pasar mempunyai
berbagai macam arti. Orang dapat mengatakan tentang pasar modal, pasar
burung, pasar sepeda, pasar mobil bekas, pasar pemerintah dan seterusnya.
Penggunaan istilah “pasar” dapat diterapkan dalam teori ekonomi, dalam dunia
usaha pada umumnya dan dalam bidang pemasaran khususnya. Oleh karena itu
kita akan mengenal beberapa definisi tentang pasar.
Pasar adalah tempat di mana pembeli dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan terjadi perpindahan hak milik.
Sedangkan definisi yang kedua menyatakan bahwa :
Pasar adalah jumlah seluruh permintaan barang atau jasa oleh para pembeli potensial.
Dalam definisi yang pertama terdapat suatu keadaan dan kekuatan tertentu
yang dapat menentukan harga, yaitu pertemuanya pembeli dan penjual dengan
fungsi yang mereka lakukan masing-masing. istilah “pasar” pada definisi
yang kedua sering ditukarkan dengan istilah “permintaan”, bahkan sering pula
dipakai secara bersamaan sebagai permintaan pasar (marked demand). Kedua definisi tersebut masih dianggap sebagai definisi yang agak sempit dan
kurang memadai. William J Stanton mengemukakan definisi pasar yang lebih
luas adalah sebagai berikut :
Pasar adalah orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk
belanja, dan kemauan untuk membelanjakan.
Jadi, dalam permintaan pasar untuk beberapa barang atau jasa, terdapat
tiga faktor yang perlu diperhatikan. Ketiga faktor tersebut adalah :
a. Orang dengan segala keinginannya
b. Daya beli mereka
Pada waktu orang memproduksi sebuah barang (barang ekonomi),
mengembangkan jasa baru, atau mempunyai pendapat baru untuk mengatasi
masalah-masalah sosial, mereka mulai mencari orang yang bersedia
menggunakan kreasi mereka. Mereka mempunyai potensi untuk memuaskan
orang lain dengan sesuatu yang mereka miliki. Sebaliknya, pada waktu
seseorang mempunyai keinginan untuk puas, ia mulai berusaha mencari orang
lain yang bersedia memuaskannya. Jadi, ia mempunyai potensi untuk
menggunakan hasil dari usaha orang lain.
Sesuai dengan definisi yang ketiga tentang pasar, maka orang yang dapat
dimasukkan sebagai pasar adalah pihak kedua (orang memuaskan hasil dari
usaha orang lain). Perlu diingat pula bahwa pihak pertama (orang mempunyai
kreasi / sesuatu untuk digunakan oleh orang lain) juga dapat dimasukkan
sebagai pasar. Ini disebabkan karena mereka dapat bertindak sebagai pihak
kedua pada kesempatan lain. Jadi, selain menawarkan sesuatu, mereka juga
menginginkan sesuatu. (Drs Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984, : 24)
2. Struktur Pasar
Struktur pasar menunjukkan tingkat persaingan di pasar suatu produk atau jasa tertentu. Suatu pasar terdiri dari seluruh perusahaan dan individu
yang ingin dan mampu untuk membeli serta menjual suatu produk tertentu.
Struktur pasar ada beberapa macam, yaitu :
a. Pasar Persaingan Sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar yang ditandai oleh
individu (pembeli dan penjual) sangat kecil dibandingkan output
industri total sehingga mereka tidak bisa mempengaruhi harga produk
tersebut.
b. Pasar Monopoli
Pasar monopoli adalah struktur pasar yang ditandai adanya seorang
produsen tunggal. Suatu perusahaan yang memonopolistik secara
serentak bisa mempengaruhi dan menentukan harga dan jumlah
outputnya
c. Pasar Persaingan Monpolistik
Pasar persaingan monopolistik adalah struktur yang sangat mirip
dengan pasar persaingan sempurna, tetapi sedikit berbeda karena pada
pasar persaingan monopolistik ini konsumen mengetahui perbedaan di
antara produksi dari perusahaan-perusahaan yang berbeda.
d. Pasar Olgopoli
Pasar oligopoli adalah struktur pasar di mana hanya ada sejumlah kecil
perusahaan yang memproduksi hampir semua output industri. Dalam
pasar oligopoli keputusan mengenai harga dan output dari berbagai
perusahaan yang ada saling bergantung satu sama lain. Hal ini bahwa
jika satu perusahaan mengubah harga, maka perusahaan lainnya akan
bereaksi dan informasi perubahan harga tersebut akan dimasukkan ke
dalam masalah pembuatan keputusan mengenai harga dan output
3. Bentuk-Bentuk Pasar
Pada definisi pasar yang pertama, pasar adalah tempat di mana pembeli
dan penjual bertemu dan berfungsi, barang atau jasa tersedia untuk dijual, dan
terjadi perpindahan hak milik. Dilihat dari bentuknya pasar ada dua, yaitu :
(a) pasar tradisional dan, (b) pasar modern
a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan lokasi di mana terdapat sekelompok
penjual yang menjual dagangannya di kios-kios atau los yang ada di
dalamnya. Penjual di sini dalam arti pengecer, yang melakukan
penjualan secara langsung kepada konsumen akhir. (Basu Swastha, SP, 1979 : 82)
Penilaian sebagian besar masyarakat terhadap pasar tradisional antara
lain :
1. Suasana pasar tradisional terasa ‘semrawut’, ‘sumpek’ atau bising
2. Keamanan berbelanja di pasar tradisional tidak terjamin
3. Penataan barang di pasar tradisional tidak menarik
Namun demikian banyak masyarakat yang tetap berbelanja di pasar
tradisional, mengemukakan alasannya sebagai berikut :
1. Dekat dengan rumah
2. Sudah lama berlangganan dengan pedagang pasar
3. Barang yang diperlukan hanya ada di pasar tradisional
5. Belanja dalam jumlah besar lebih menguntungkan di pasar
tradisional
6. Suasana belanja di pasar tradisional terkesan akrab
7. Lebih banyak tersedia pilihan berbagai macam barang
(Warta Ekonomi, 1991 : 33)
b. Pasar Modern
Pasar modern (pasar swalayan, supermarket, departemen store,
walmart, dan sebagainya) yaitu sebuah tempat penjualan barang dari
berbagai macam produk dalam satu ruangan yang menganut operasi
swalayan (pelayanan sendiri), volume barang tinggi, laba sedikit, biaya
rendah. Pasar ini secara relatif besar dirancang untuk melayani
kebutuhan-kebutuhan konsumen seluruhnya.(Philip Kotler, 1984 : 20) Pasar swalayan telah menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan
volume penjualan, juga meningkatkan kemudahan-kemudahan serta
pelayanan mereka dengan usaha menarik pelanggan, di antaranya :
1. Lokasi yang lebih mahal
2. Arsitektur dan dekor yang lebih menarik
3. Pelayanan pencarian cek
4. Jam buka lebih lama
5. Pengantaran barang
6. Pusat pemeliharaan anak dan arena bermain anak
4. Fungsi Pasar
Beberapa fungsi pasar atau peranan pasar adalah sebagai berikut :
a. Pasar berfungsi menentukan nilai atau harga barang
b. Pasar berfungsi mengorganisasikan produksi
c. Pasar berfungsi mendistribusikan produksi
d. Pasar berfungsi melakukan penjatahan
e. Pasar menyediakan barang dan jasa untuk masa yang akan datang
(Dr M Suparmoko MA, 1990 : 5)
5. Jenis-Jenis Pasar
Berdasarkan motif pembelian dari konsumen untuk membeli suatu produk
pasar dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan, yakni :
a. Pasar Konsumen
Pasar konsumen adalah sekelompok konsumen yang membeli
barang-barang untuk dikonsumsikan, bukannya dijual atau diproses lebih
lanjut. Yang dibeli yaitu barang dan jasa konsumsi. Maka dalam
kelompok pasar konsumen ada yang disebut unit pengambilan keputusan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam unit pengambilan keputusan adalah :
1. Initiator, yaitu orang yang pertama kali menyarankan atau mempunyai pendapat untuk membeli suatu produk.
3. Decider, yaitu orang yang mengambil keputusan untuk membeli (apa, bagaimana, kapan, di mana membelinya)
4. Purchaser, yaitu orang yang menggunakan barang atau jasa yang sudah dibeli.
Keputusan membeli juga dipengaruhi kebiasaan membeli, yang biasa
disebut impuls buying, yaitu pembelian yang dilakukan tanpa direncanakan. Hal ini bisa disebabkan oleh :
1. Reminder buying yaitu atas dasar pada ingatan. Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli amplop dan perangko di toko karena
melihat lem maka ia teringat untuk harus membeli lem juga.
2. Sugestion buying yaitu atas dasar pada saran dari orang lain. Contoh, seorang pembeli yang sedang membeli baju di toko karena
melihat spanduk yang menuliskan diskon untuk setiap pembelian
celana maka ia tertarik untuk membeli celana juga.
b. P asar Produsen
Pasar produsen adalah suatu pasar yang terdiri dari individu-individu
dan lembaga atau organisasi yang membeli barang-barang untuk
diproses lagi sampai menjadi produk akhir yang kemudian dijual. Yang
dibeli oleh pasar produsen adalah barang dan jasa industri. Pada
umumnya, permintaan barang industri bersifat derived, artinya diturunkan oleh barang industri lain atau barang konsumsi.
Pasar penjual adalah suatu yang terdiri atas individu-individu dan
organisasi yang memperoleh barang-barang jadi dengan maksud untuk
dijual lagi namun tanpa diproses dulu melainkan langsung dijual.
Contoh dealer mobil, penjual koran.
d. Pasar Pemerintah
Pasar pemerintah adalah aktivitas penjualan dan pembelian yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pemeritahan, seperti
departemen-departemen, direktorat, kantor-kantor dinas dan instansi lain.
Pemerintah membeli dan atau menjual barang untuk keperluan dibidang
pertahanan, pendidikan dan kebudayaan, pekerjaan umum,
kesejahteraan rakyat dan lainnya. Tujuannya untuk kepentingan dan
kesejahteraan masyarakatnya (pegawai negeri dan masyarakat umum).
e. Pasar Internasional
Pasar internasional meliputi beberapa atau semua negara di dunia. Yang
dibeli di pasar internasional dapat berupa barang dan jasa konsumsi
maupun barang dan jasa industri. Pembelian internasional harus melalui
prosedur perdagangan internasional yaitu melalui kegiatan ekspor-
impor.
(Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M, 1984 : 52 )
6. Alasan Orang Berbelanja
Edward M Tauher dalam bukunya “why do people shop”, menuliskan alasan mengapa orang berbelanja sehingga menjadi perilaku seseorang untuk
a. Motif Pribadi
1. Permainan Peran
Banyaknya aktivitas merupakan perilaku yang dipelajari,
diharapkan dan diterima secara tradisional sebagai bagian dari
posisi atau peran di dalam masyarakat
2. Hiburan
Berbelanja dapat memberikan kesempatan untuk hiburan dari rutin
kehidupan sehari-hari dan dengan begitu mewakili bentuk suatu
rekreasi.
3. Pemuasan Diri
Keadaan emosional atau suasana hati yang berbeda mungkin
relevan untuk menjelaskan mengapa (dan kapan) seseorang pergi
berbelanja. Ada orang melaporkan bahwa acap kali mereka
meringankan depresi dengan sekedar membelanjakan uang untuk
diri sendiri. Dalam hal ini perjalanan belanja dimotivasi bukan
oleh keperluan konsumsi yang diharapkan, melainkan oleh
keperluan proses berbelanja itu sendiri.
4. Belajar Tentang Trend Baru
Produk terjalin erat dengan aktivitas harian seseorang dan sering
berfungsi sebagai simbul yang mencerminkan sikap dan gaya
mendukung mereka ketika individu bersangkutan berkunjung ke
toko.
5. Aktivitas Fisik
Berbelanja dapat memberi orang banyak sekali latihan jasmani
dengan langkah yang santai, menarik bagi orang yang hidup dalam
lingkungan perkotaan. Beberapa pembelanja jelas menyambut baik
kesempatan untuk berjalan-jalan di pusat-pusat pertokoan.
6. Stimulasi Indra
Lembaga-lembaga eceran memberikan banyak manfaat indera
yang potensial kepada para pembelanja. Pelanggan melihat-lihat di
toko memperhatikan barang dagangan atau memperhatikan satu
sama lain.
b. Motif Sosial
1. Pengalaman Sosial di Luar Rumah
Pasar secara tradisional merupakan pusat aktivitas sosial dan
banyak bagian di Amerika dan negara-negara lain tetap memiliki
hari pasar, pasar malam, dan alun-alun kota yang menawarkan
waktu dan tempat untuk berinteraksi sosial. Perjalanan belanja
mungkin menghasilkan perjumpaan langsung dengan teman dan
kontak sosial.
2. Komunikasi Dengan Orang Lain Yang Memiliki Minat Sama
Toko yang menawarkan barang atau produk atau jasa yang
mendandani mobil dan dekorasi rumah misalnya, memberikan
kesempatan untuk berbicara dengan orang lain tentang minat
mereka dengan karyawan penjual yang memberikan informasi
khusus sehubungan dengan aktivitas bersangkutan.
3. Daya Tarik Kelompok Sebaya
Berlangganan di suatu toko kadang mencerminkan keinginan untuk
menjadi salah satu dari kelompok sebaya atau kelompok rujukan di
mana orang yang menjadi anggotanya. Contohnya, toko piringan
hitam mungkin memberikan tempat pertemuan di mana para
anggota kelompok sebaya berkumpul.
4. Status dan Otoritas
Banyak pengalaman belanja memberikan kesempatan bagi individu
untuk menarik perhatian dan respek atau untuk dilayani tanpa harus
membayar untuk jasa ini. Orang dapat memeperoleh perasaan
berstatus dan berkuasa dalam hubungan majikan dan pelayan yang
terbatas ini.
5. Kesempatan Dalam Tawar Menawar
Banyak pembelanja tampak menyukai proses tawar-menawar,
percaya bahwa dengan tawar-menawar, harga barang dapat
dikurangi hingga harga yang lebih masuk akal. Individu
membanggakan diri dalam kemampuannya untuk menjadi pembeli
yang bijaksana atau mendapatkan harga murah sekali
Motif pembelian dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan
yang berbeda di mana pembeli menyadari akan motif-motif pembeliannya dan
kesediaan mereka untuk memberitahukannya. Kelompok tersebut adalah :
1. Kelompok pembeli yang mengetahui dan bersedia memberitahukan
motif pembelian mereka terhadap produk tertentu. Maksudnya, motif
mereka membeli suatu barang biasanya diakui oleh si pembeli.
2. Kelompok pembeli yang mengetahui alasan mereka untuk membeli
produk tertentu, tetapi tidak bersedia memberitahukannya. Misalnya,
seorang wanita yang membeli kosmetik tidak bersedia
memberitahukan motif pembeliannya. Bila ditanya, ia akan
mengemukakan alasan yang lain karena merasa malu diketahui orang
lain. Sebenarnya, motif pembelian kosmetik bagi wanita pada
umumnya untuk mempercantik diri.
3. Kelompok pembeli yang tidak mengetahui motif pembelian
sesungguhnya terhadap produk tertentu. Biasanya motif pembelian
mereka sangat sulit diketahui. Bahkan pembelinya sendiri seringkali
tidak mengerti mengapa mereka membeli barang.
(Drs. Basu Swastha DH. MBA, AA M , 1984 : 24)
7. Pengertian Identitas Sosial Ekonomi
Menurut kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS
Poerwadarminta, identitas sosial ekonomi adalah keadaan, sifat atau ciri-ciri
khusus seseorang atau benda yang berhubungan dengan sesuatu mengenai
B. KERANGKA TEORI
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan (perilaku) Masyarakat Terhadap Barang Kebutuhan
American Marketing Association mendefinisikan pengertian perilaku
konsumen adalah sebagai berikut : “Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita, di mana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka”.
(J Paul Peter dan Jerry C Olson, 2000 : 6-8)
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu :
a. Faktor Ekstern : faktor yang ditimbulkan dari luar pribadi seseorang
seperti kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan kelompok
referensi serta keluarga.
b. Faktor Intern : faktor yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang
seperti, motivasi, pengamatan (persepsi), kepribadian dan konsep diri,
sikap, dan pembelajaran (belajar).
Sebenarnya perilaku konsumen tidak semata-mata dipengaruhi
faktor-faktor di atas namun lebih komplek. Perilaku seseorang dalam
mengonsumsi suatu barang dapat juga berubah-ubah yang bisa karena
adanya perubahan usia, pendapatan, keadaan negara, pekerjaan, dan lain
sebagainya.
Adam Smith dalam teori ekonomi mikro yang dikembangkannya
mendasarkan pada suatu pengertian bahwa orang senantiasa berlaku
sesuatu. Namun demikian tidak sedikit orang juga berperilaku dengan
tidak rasional atau berperilaku menurut kehendak hatinya. Perilaku yang
demikian disebut perilaku yang tidak direncanakan (impuls bihavior). ( Philip Kotler, 1999 : 223-244)
2. Hubungan Faktor Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Pendapatan dengan Pola Konsumsi (Mempengaruhi Penggunaan Tempat Berbelanja)
Mengetahui identitas diri pelanggan pasar baik pasar tradisional maupun
modern adalah penting, karena latar belakang sosial ekonomi mereka
cukup berperan dalam menentukan selera belanja. Identitas yang hendak
diungkap meliputi jenis kelamin,umur, pendidikan, pekerjaan, dan
penghasilan.
Sebuah penelitian yang telah dilakukan oleh tim riset majalah warta
ekonomi terhadap konsumen pada berbagai tempat di pasar swalayan
menunjukkan bahwa sebaran umur konsumen memusat dikelompok usia
25-40 tahun, merupakan prosentasi yang paling tinggi dalam berbelanja,
ini menunjukkan bahwa mereka adalah kelompok usia produktif yang
mempunyai daya beli.
Pada faktor pekerjaan, mayoritas dari mereka adalah pegawai swasta
nasional (41,33 %). Sisanya terdiri dari ibu rumah tangga (25,66%),
pegawai negeri (11%), swasta profesi (6%), pegawai swasta asing (5%),
bekerja sendiri (4%), pedagang dan pengusaha (3%), dan pensiunan (4%).
merupakan pembelanja pasar swalayan. Bagaimana di pasar tradisional
tentu hasilnya lain. (warta ekonomi, 1991 : 32)
Pendapatan mengakibatkan daya beli lebih banyak / kuat. Meningkatnya
penghasilan berarti untuk memenuhi kebutuhannya berubah pula.
Penghasilan mempunyai hubungan (korelasi) dengan besarnya belanja tiap
bulan.
Tabel berikut melukiskan hubungan antara kelas pendapatan dan tingkat
pengeluaran belanja di pasar tradisional dan pasar swalayan.
Perbandingan antara Penghasilan dan Volume Belanja
Di Pasar Tradisional dan Pasar Modern
Pengeluaran (Rp ribuan) Penghasila
n
(Rp ribuan)
> 100 101 - 200 201 - 400 400 – 500 > 500
29,5 % 6, 33 % - - - < 300
12,5 % 5,6 % - - -
5 % 12,66 % 6,66 % - - 301 – 500
1 % 2 % - - -
1 % 6 % 1,34 % 3 % - 501 – 700
- - -
- 3 % - - -
701 – 1000
- - -
- - 1 % 2 % 3 % > 1000
- - -
Ket : Sebelah atas untuk prosentase belanja di pasar swalayan Sebelah bawah untuk prosentase belanja di pasar tradisional
Pendidikan besar pengaruhnya kepada kehidupan kepribadian seseorang.
Ia akan berpikir ke arah yang lebih dalam setiap tindakannya, dan mencari
lebih gampang atau berhasil guna agar jangan banyak membuang tenaga
dan berpikir biaya agar lebih murah. Makin meningkat kecerdasan berarti
meningkat pula kebutuhan yang menghendaki perubahan ruang lingkup
seseorang walaupun bertahap. Orang yang berpendidikan akan lebih bisa
berfikir keuntungan di mana ia harus berbelanja. (Abubakar, 1979 : 44)
Dari gambaran penelitian di atas menunjukkan bahwa antara faktor seperti
usia pendidikan, pekerjaan dan pendapatan pada konsumen sangat
berpengaruh dalam aktivitas belanja.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis penelitian adalah penjelasan yang bersifat sementara untuk
tingkah laku, kejadian atau peristiwa yang sudah atau akan terjadi. Oleh Fred N
Kerlinger secara singkat hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan yang
merupakan terkaan mengenai perbedaan (atau hubungan) antara dua atau lebih.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang
diajukan dan telah dimiliki kebenaran, tapi kebenarannya baru merupakan
kebenaran taraf teoritik (logical validity) serta memerlukan pembuktian-pembuktian berupa teori-teori, konsep atau hasil-hasil penemuan yang sudah ada. (Depdikbud, 1979 : 9)
Menurut jenisnya, hipotesis dapat digolongkan berdasar bagaimana
hipotesis ditarik (hipotesis induktif dan deduktif) dan bagaimana hipotesis
- Hipotesis induktif adalah suatu generalisasi berdasarkan observasi.
- Hipotesis deduktif berasal dari teori yang menyokong ilmu
pegetahuan pendidikan. Menyediakan bukti yang menyokong,
memperluas atau menentang terhadap suatu teori.
- Hipotesis penelitian (yang dinyatakan dengan deklaratif) menyatakan
perbedaan (atau hubungan) yang diharapkan antara dua variabel.
- Hipotesis statistik (yang dinyatakan dengan hipotesis nol) menyatakan
tidak ada perbedaan (atau hubungan) antara variabel-variabel.
(Drs Sumanto MA, 1990 : 13-14)
Pada kesempatan ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Umum
Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja
(pasar Tradisional atau pasar modern) menurut identitas sosial
ekonominya
2. Khusus
a. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis
kelaminnya.
b. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari usia
c. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari
tingkat pendidikannya.
d. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari jenis
pekerjaannya
e. Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional atau pasar modern) ditinjau dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
1. Studi Kasus, adalah penelitian tentang subyek tertentu di mana subyek tersebut terbatas, maka kesimpulan yang diperoleh hanya berlaku pada
subyek yang diteliti itu saja. (APTIK, 1987 : 37)
2. Studi Ex Post Facto, adalah penelitian terhadap suatu masalah yang telah terjadi atau setelah kejadian yang dipersoalkan itu berlangsung, yang
mana peneliti tidak dapat mengontrol variabel yang diteliti.
(Depdikbut UT, 1984/1985 : 14)
B. SUBYEK PENELITIAN : Populasi, Sampel dan Lokasi
1. Subyek Penelitian yaitu semua masyarakat sebagai konsumen yang pernah
berbelanja di pasar tradisional atau pasar modern.
2. Populasi yaitu sekumpulan obyek dan subyek yang terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, gejala nilai, atau peristiwa sebagai sumber data yang
( Winarno Surahmad, 1981 : 139)
Populasi dalam penelitian ini adalah pria dan wanita bekerja dan
berpenghasilan pemakai tempat berbelanja di kalurahan Klitren kecamatan
Gondokusuman kota Jogjakarta yang mempunyai usia antara 24 – 78 th
dengan tingkat pendidikan tamat SD atau tamat SLTP atau tamat SLTA
atau tamat PT/ Akademi. Berstatus sebagai pegawai / karyawan negeri
atau pegawai / karyawan swasta atau pedagang. Jumlah populasi dalam
penelitian ini adalah 4.012 orang. Terdiri dari 2.216 orang pria dan 1.796
orang wanita.
3. Sampel dalam penelitian ini diartikan sebagai bagian dari populasi yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam penelitian.(APTIK, 1987 : 3) Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel 60 kepala keluarga untuk setiap
tingkat status sosial ekonomi atau 10% dari populasi
4. Lokasi penelitian ini, mengambil lokasi di 4 wilayah lingkungan rukun
warga (RW) yaitu RW V, RW VI, RW VII, dan RW XIII dari masyarakat
kelurahan Klitren kecamatan Gondokusuman kota Jogjakarta. Dengan
alasan di samping adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga dari
penulis bahwa lebih penting lagi lokasi di daerah tersebut dekat dengan
tempat pasar tradisional maupun pasar modern.
C. TEHNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini penulis menggunakan tehnik
sampling Multi Stage Proportional Stratified Random Sampling. Multi
daerah yang besar ke daerah yang lebih kecil dengan mengambil dari
anggota-anggota strata sedemikian rupa sehingga setiap stratum diwakili oleh
sejumlah anggota yang sebanding dengan besarnya stratum itu.
Untuk memudahkan beberapa sampel yang harus diambil dari perwakilan
populasi setiap kelompok kepala keluarga ditiap lingkungan rukun warga.
Penulis menggolongkan ke dalam beberapa golongan sebagai berikut :
Tabel III.1
Pengambilan Sampel Dari Beberapa RW
Masyarakat Jumlah Kepala Keluarga Jumlah Sampel
RW V 222 10 % x 222 = 22,2
RW VI 84 10 % x 84 = 8,4
RW VII 152 10 % x 152 = 15,2
RW XIII 142 10 % x 142 = 14,2
Total 600 60 Data primer
Dalam tehnik ini perimbangan kategori-kategori dalam populasi diperhatikan
dan diwakili dalam sampel, maka penulis menggunakan cara yang
poporsional, hal ini karena penulis ingin mengetahui apakah ada perbedaan
dalam masyarakat untuk memilih tempat berbelanja. Sedangkan stratified random sampling digunakan karena populasi terdiri tingkat sosial ekonomi yang berbeda yaitu tingkat pendidikan yang digolongkan menjadi strata tamat
SD, atau tamat SLTP, atau tamat SLTA, atau tamat PT / akademi. Usia yang
berlainan. Sedangkan random sampling digunakan karena populasi terdiri
dari pria dan wanita dan bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta
atau pedagang. Tiap-tiap tingkatan dan strata diwakili dalam sampel
penelitian dan subyek-subyek yang ditugaskan dalam tiap-tiap stratum itu
dapat diambil secara udian.
D. VARIABEL, DEFINISI DAN PENGUKURAN
Variabel adalah gejala-gejala (obyek penelitian ) yang menunjukkan variasi
baik dalam jenis maupun dalam tingkatannya. (Sutrisno Hadi, 1995 : 224)
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari, variabel bebas dan variabel terikat :
1. Variabel terikatnya adalah : permintaan konsumen dalam menggunakan
jenis tempat berbelanja, pasar tradisional dan pasar modern, yang
menunjukkan berapa kali masyarakat datang ke tempat pasar tersebut.
Untuk mengetahui besar kecilnya frekuensi tersebut dilihat melalui jumlah
penggunaan tempat yang sering dikunjungi untuk berbelanja dalam
sebulan.
2. Variabel bebasnya adalah :
a. Jenis kelamin adalah perbedaan fisik, sifat dan karakter di antara jenis
manusia, indikatornya :
(1) Pria
(2) Wanita
b. Usia adalah angka yang menunjukkan lamanya hidup manusia.
Indikatornya :
(2) 21 s/d 39 kategori usia Dewasa
(3) 05 s/d 20 kategori usia Muda
c. Tingkat pendidikan adalah jenjang keilmuan (pendidikan ) formal yang
pernah ditempuh oleh konsumen. Indikatornya :
(1) Pendidikan tinggi kategori Perguruan tinggi dan Akademi.
(2) Pendidikan menengah kategori SMU dan SMK
(3) Pendidikan dasar, kategorinya SD dan SLTP
d. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan masyarakat sebagai mata
pencaharian sehari-hari yang berimbal balik pendapatan berupa uang.
Indikatornya :
(1) Pegawai / karyawan Negeri (pegawai negeri)
(2) Pegawai / karyawan Swasta (non Pegawai negeri)
(3) Pedagang / Bertani / nelayan / buruh / pensiun (non pegawai
negeri)
Tingkat pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan rata-rata setiap
bulan yang diperoleh dari kegiatan usaha tertentu yang dinyatakan dalam
nilai uang (rupiah). (Nasir, 1992 : 445) Untuk mencari data tingkat pendapatan yang akan dibuat dalam pengelompokkan 3 kelas, yaitu kelas
tinggi, kelas sedang (menengah) dan kelas rendah sebagai berikut :
R i =
K
Di mana :
K = jumlah interval kelas
R = range
E. DATA YANG DICARI
1. Data primer yaitu data yang langsung diambil dari sumber. Data tesebut
data yang meliputi identitas konsumen, yaitu antara lain :
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Tingkat pendidikan
d. Pekerjaan
e. Tingkat pendapatan
2. Data sekunder yaitu data yang lebih dulu dikumpulkan dan dilaporkan
oleh pihak lain yang dapat menunjang dan berhubungan dengan penelitian.
Di mana bisa diperoleh dari instansi bersangkutan dengan penelitian,
buku-buku hasil penelitian yang lain yang berhubungan dengan penelitian
F. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
1. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data melalui tatap muka tanya
jawab langsung dengan sebagian responden dari seluruh responden yang
ada, cara ini dimaksud untuk membantu metode kuesioner.
2. Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengutip atau
mencatat data dan keterangan dari dokumen-dokumen yang dimiliki oleh
instansi yang bersangkutan dengan penelitian ini.
3. Koesioner, yaitu tehnik pengumpulan data dengan membuat daftar
pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden untuk diisi sebagai
perolehan data.
G. ANALISIS DATA
1. Analisis Kuantitatif yaitu tehnik analisis yang menggunakan perhitungan
angka-angka dan statistik. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kuantitatif Chi-Kuadrat.
2. Langkah-Langkah Pengujian
a. Dalam menganalisis data mengenai pemilihan konsumen terhadap
tempat belanja terdapat dua jalur yaitu :
(1) Melakukan perhitungan terhadap responden yang memilih
berbelanja di pasar tradisional dan pasar modern.
(2) Menganalisis apakah pemilihan tempat belanja tersebut
berdasarkan pada variabel yang meliputi jenis kelamin, usia,
hipotesis dari adanya perbedaan antar kelompok masyarakat
sebagai konsumen dalam memilih tempat berbelanja ditinjau dari
identitas sosial ekonomi melalui variabel-variabelnya.
(3) Membuat tabel pengamatan, yaitu tabel frekuensi hasil observasi
(fo) yang diperoleh dari data, dan frekuensi yang diharapkan (fh).
(4) Dimana rumus untuk mencari frekuensi (fh) sebagai berikut :
Jumlah baris
fh = x Jumlah kolom
Total
(5) Sel dari fo dan fh setelah diperoleh, kemudian diuji dengan rumus
Chi-kuadrat sebagai berikut :
(fo – fh) 2
X2 = ∑
Fh
Di mana :
X2 = Chi- kuadrat
fo = jumlah yang diperoleh
fh = jumlah yang diharapkan
Rumus X2 digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan
frekuensi yang diobservasi (fo) dengan yang diharapkan (fh).
Apabila dari perhitungan ternyata bahwa harga X2 sama atau lebih
taraf signifikansi yang telah ditetapkan, maka kesimpulan kita
adalah bahwa ada perbedaan yang meyakinkan antara fo dengan fh.
Akan tetapi apabila dari perhituangan ternyata nilai X2 lebih kecil
dari harga kritik dalam tabel menurut taraf signifikansi yang telah
ditentukan, maka kesimpulannya tidak ada perbedaan yang
meyakinkan antara fo dengan fh (Arikunto, 1997: 278 –279). Ho diterima bila X2 < harga kritik X2
Ho ditolak bila X2 > harga kritik X2
Dengan df (derajat kebebasan) degree of freedom = (baris – 1)
(kolom – 1).
(6) Untuk mengetahui hasil perhitungan agar mudah melihatnya maka
perlu dibuat tabel kerja.
b. Contoh pengujian data
1. Variabel pertama, yaitu ada perbedaan masyarakat dalam memilih
tempat berbelanja (pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau
dari jenis kelaminnya.
Tabel III.2
Contoh Hasil Observasi Frekuensi (fo) dan Frekuensi yang Diharapkan (fh)
Pilihan tempat berbelanja Jenis kelamin
Pasar tradisional Pasar moderen
Total
Pria 10
(40)
90
(60)
100
Wanita 70
(40)
30
(60)
100
*data primer ** angka dalam kurung jumlah bilang diharapkan (fh)
Jumlah baris
fh = x Jumlah kolom
Total (N)
100 100
fh1= (80) = 40; fh2= (120) = 60 200 200
fh wanita dan pria hasilnya sama dengan cara perhitungan yang
sama seperti di atas.
(fo – fh )2 X2 =∑
fh
Tabel III.3
Contoh Tabel Kerja untuk mencari Chi-kuadrat (X2) dari tabel hasil observasi frekuensi (fo) dan frekuensi yang diharapkan (fh)
Jenis
Kelamin Pilihan Tempat Belanja Fo fh fo - fh (fo – fh)2 fh Pasar Tradisional 10 40 -30 22,5
Pria Pasar Moderen 90 60 30 15
Pasar Tradisional 70 40 30 22,5
Wanita Pasar moderen 30 60 -30 15
TOTAL 200 200 0 75
Data primer
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
Ho diterima bila X2 < harga kritik X2
Harga kritik diperoleh dari taraf signifikansi 5% dengan degree of
freedom (d.f) atau derajat kebebasan sebesar 1, yaitu df = (baris –1)
(kolom – 1), di mana df = (2 – 1) (2 – 1)
df = 1
Dari perhitungan di atas maka telah diketahui X2 hitung = 75
dengan harga kritik X2 pada df =1, sebesar 3,84. Sehingga X2
hitung > harga kritik X2 = 75 > 3,84 maka Ho ditolak. Dengan
ditolaknya Ho berarti ada perbedan di dalam masyarakat dalam
memilih tempat berbelanja menurut jenis kelamin.
Pengujian statistik Chi-kuadrat menyatakan sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan masyarakat dalam memilih tempat
berbelanja (pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau
dari jenis kelamin.
Ha : Ada perbedaan masyarakat dalam memilih tempat berbelanja
(pasar tradisional dan pasar moderen ) ditinjau dari jenis
kelamin.
Pengujian untuk data pada variabel yang lain, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan cara pengujiannya
sama seperti di atas.
BAB IV
HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. DESKRIPSI WILAYAH
1. Letak Geografi
Kalurahan Klitren termasuk wilayah kecamatan Gondokusuman, kota
Jogjakarta, Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.
Kalurahan Klitren terletak 0,75 km dari pusat pemerintahan kecamatan,
1,55 km dari ibukota kabupaten / kotamadya dati II, 2 km dari ibukota
Propinsi Dati I dan 565 km dari ibukota negara.
Kalurahan Klitren termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian
Batas wilayah kelurahan klitren adalah :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan desa Catur Tunggal kabupaten
Sleman.
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan kalurahan Baciro dan kalurahan
Demangan
c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan kalurahan Terban dan kalurahan
Kotabaru
d. Sebaelah Timur : Berbatasan dengan kalurahan Demangan
Kalurahan Klitren terbagi menjadi 16 RW dan 62 RT dengan perincian
sebagai berikut :
a. RW I terdiri dari RT 1, 2, 3, 4
b. RW II terdiri dari RT 5, 6, 7
c. RW III terdiri dari RT 8, 9, 10, 11, 12
d. RW IV terdiri dari RT 13, 14,15, 16, 17,18
e. RW V terdiri dari RT 19, 20, 21, 22, 23
f. RW VI terdiri dari RT 24, 25, 26
g. RW VII terdiri dari RT 27, 28, 29, 30
h. RW VIII terdiri dari RT 31, 32, 33,
i. RW IX terdiri dari RT 34, 35, 36
k. RW XI terdiri dari RT 40, 41, 42, 43, 44, 45
l. RW XII terdiri dari RT 46, 47, 48
m. RW XIII terdiri dari RT 49, 50, 51, 52
n. RW XIV terdiri dari RT 53, 54, 55
o. RW XV terdiri dari RT 56, 57, 58, 59
p. RW XVI terdiri dari RT 60, 61, 62
2. Luas Daerah
Kalurahan Klitren mempunyai luas wilayah ± 67.8846 Ha yang terdiri dari
jalan, pemukiman, empang, pekuburan dan lainnya. Adapun penggunaan
tanah wilayah itu yang telah tercatat seluas ± 25,795 Ha dengan rincian
sebagai berikut :
a. jalan : 8,200 Ha
b. pekuburan : 6,815 Ha
c. pertokoan/perdagangan : 4,0100 Ha
d. perkantoran : 2,7200 Ha
e. pasar desa : 0,8100 Ha
f. tanah wakaf : 0,2100 Ha
g. pekarangan : 3,0300 Ha
3. Kependudukan
a. Penduduk Berdasar Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah
penduduk menurut jenis kelamin keseluruhan yang bertempat tinggal di
Sedangkan dari jumlah tersebut terbagi dalam 2,513 kepala keluarga
(KK). Rincian nya lihat tabel.
Tabel. IV.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2000
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 9,209 55,2%
Wanita 7,477 44,8%
Jumlah total 16,686 100 %
Data : sekunder
Berdasarkan tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis
kelamin pria lebih banyak dibanding dengan jenis kelamin wanita
b. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Berdasarkan data yang penulis peroleh jumlah penduduk menurut usia
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu (1) kelompok usia pendidikan
dan (2) kelompok usia tenaga kerja.
Lebih jelasnya lihat tabel berikut :
Tabel. IV.2.a.
Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Jenjang Pendidikan Tahun 2000
Usia Jumlah Persentase
00 – 03 tahun 576 3,45%
04 – 06 tahun 2.384 14,3%
07 – 12 tahun 1.128 6,71%
13 – 15 tahun 667 4%
19 – ke atas 11.207 67,2%
Jumlah total 16.686 100%
Data : sekunder
Tabel. IV.2.b.
Jumlah Penduduk Menurut Usia Kelompok Tenaga Kerja Tahun 2000
Usia Jumlah Persentase
10 – 14 tahun 985 6,74%
15 – 19 tahun 2.106 14,42%
20 – 26 tahun 2.137 14,63%
27 – 40 tahun 6.069 14,55%
41 – 56 tahun 2.741 18,76%
57 – ke atas 570 3,90%
Jumlah total 14.608 100%
Data : sekunder
Berdasarkan dua tabel di atas bahwa jumlah penduduk menurut usia
kelompok usia pelajar (tingkat pendidikan) lebih banyak dari pada usia
kelompok tenaga kerja.
c. Jumlah Penduduk Berdasar Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah penduduk
menurut tingkat pendidikan keseluruhan yang bertempat tinggal di
kalurahan Klitren sampai tahun 2000. Tercatat sebanyak 6768 orang.
Rinciannya tampak dalam tabel di bawah ini.
Tabel IV.3
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
Taman kanak-kanak (TK) 160 2,36%
Sekolah Dasar (SD) 245 3,62%
SLTP 282 4,17%
SLTA 2.027 29,95%
Akademi (D1-D3) 3.130 46,25%
Sarjana (S1-S3) 924 13,65%
Jumlah Total 6768 100%
Data : sekunder
d. Jumlah Penduduk Berdasar Pekerjaan
Berdasarkan data yang penulis dapatkan mengenai jumlah penduduk
menurut pekerjaan keseluruhan yang bertempat tinggal di kalurahan
Klitren sampai tahun 2000. Tercatat sebanyak 5131 jiwa.
Rinciannya terlihat dalam tabel berikut:
Tabel IV.4
Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan
Tahun 2000
Pekerjaan Jumlah Persentase
Pegawai negeri Sipil 1.298 25,3%
ABRI 124 2,42%
Pegawai Swasta 2.560 49,89%
Wiraswasta/pedagang 489 9,53%
Pertukangan 116 2,26%
Jasa 26 0.51%
Jumlah total 5131 100%
Data : sekunder
4. Prasarana Berbelanja
Dalam usaha memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat sarana dan
prasarana berbelanja sangat diperlukan sekali. Adapun tempat berbelanja di
kawasan kalurahan Klitren sangatlah tercukupi karena letaknya di tengah
kota dan dekat dengan jalan utama yang notabene banyak sekali di kawasan
tersebut toko-toko dan pasar-pasar modern maupun pasar tradisional.
B. PENDUDUK LINGKUNGAN RW V
Penduduk lingkungan RW V terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu
RT 19, RT 20, RT 21, RT 22, dan RT 23. Jumlah penduduk asli RW V itu sendiri
dari data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 1707 jiwa . Di mana jumlah
kepala keluarga (KK)-nya sebanyak 222 KK.
5. Jumlah Penduduk RW V Menurut Jenis Kelamin.
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V
menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel IV.5
Jumlah Penduduk RW V Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 951 55,7 %
Wanita 756 44,3 %
Jumlah Total 1707 100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin wanita lebih banyak dibanding berjenis kelamin pria.
Namun selisih itu tidak terlalu besar di mana penduduk berjenis kelamin
pria lebih banyak 195 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan
apabila diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada
55,7 % sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 44,3 % saja.
6. Jumlah Penduduk RW V menurut Usia
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V
menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :
Tabel IV. 6
Jumlah Penduduk RW V Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
05 – 20 530 31,5 %
21 – 39 643 38,2 %
40 – 70 511 30,3 %
Jumlah Total 1684 100 %
Data : Sekunder
Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang
berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 643
orang, yang jika diprosentasekan ada 38,2 % dari keseluruhan jumlah
penduduk.
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.7
Jumlah Penduduk RW V Menurut Tingkat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
SD 449 26,3 %
SLTP 167 9,8 %
SLTA 437 25,6 %
Sarjana (PT) 344 20,1 %
Tidak Sekolah 310 18,2 %
Jumlah Total 1707 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah
ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SD adalah yang paling banyak
yaitu mencapai 449 orang dari seluruh penduduk. Dengan prosentasenya
mencapai 26,3 %
8. Jumlah Penduduk RW V menurut Jenis Pekerjaan
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW V
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.8
Jumlah Penduduk RW V Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
PNS 139 20,3 %
Pegawai Swasta 210 30,7 %
Pedagang 20 3 %
BUMN 21 3,1 %
Jasa 12 1,8 %
Pensiunan 33 4,8 %
Ibu Rumah Tangga 225 33 %
Jumlah Total 683 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk
RW V lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu
210 orang. Dengan prosentasenya mencapai 30,7 %. Meskipun ibu rumah
tangga terlihat jumlahnya lebih banyak, namun pekerjaan ibu rumah tangga
tidaklah mendapatkan upah dari pekerjaannya.
C. PENDUDUK LINGKUNGAN RW VI
Penduduk lingkungan RW VI terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu
RT 24, RT 25, dan RT 26. Jumlah penduduk asli RW VI itu sendiri dari data yang
penulis dapatkan adalah sebanyak 603 jiwa . Di mana jumlah kepala keluarga
(KK)-nya sebanyak 84 KK.
1. Jumlah Penduduk RW VI Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI
menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel IV.9
Jumlah Penduduk RW VI Berdasarkan Jenis Kelamin
Pria 398 51,8 %
Wanita 205 48,2 %
Jumlah Total 603 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding berjenis kelamin wanita.
Namun selisih itu tidak terlalu besar di mana penduduk berjenis kelamin
pria lebih banyak 193 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan
apabila diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada
51,8 % sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 48,2 % saja.
2. Jumlah Penduduk RW VI menurut Usia
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI
menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :
Tabel IV.10
Jumlah Penduduk RW VI Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
05 – 20 182 32,7 %
21 – 39 230 41,3 %
40 – 70 145 26 %
Jumlah Total 557 100 %
Data : Sekunder
Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang
berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 230
orang, yang jika diprosentasekan ada 41,3 % dari keseluruhan jumlah
penduduk.
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.11
Jumlah Penduduk RW VI Menurut Tingkat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
SD 141 23,4 %
SLTP 129 21,4 %
SLTA 184 30,5 %
Sarjana (PT) 103 17,1 %
Tidak Sekolah 46 7,6 %
Jumlah Total 603 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah
ditempuh oleh penduduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling
banyak yaitu mencapai 184 orang dari seluruh penduduk. Dengan
prosentasenya mencapai 30,5 %
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VI
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.12
Jumlah Penduduk RW VI Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
PNS 125 21,7 %
ABRI 21 3,6 %
Pegawai Swasta 135 23,5 %
Pedagang 129 22,4 %
Pertukangan 12 2,1 %
Jasa 11 2 %
Pensiunan 33 5,7 %
BUMN 23 4 %
Ibu Rumah Tangga 86 15 %
Jumlah Total 575 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk
RW VI lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu
135 orang. Dengan prosentasenya mencapai 23,5 %.
D. PENDUDUK LINGKUNGAN RW VII
Penduduk lingkungan RW VII terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu,
RT 27, RT 28, RT 29, dan RT 30. Jumlah penduduk asli RW VII itu sendiri dari
data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 994 jiwa . Di mana jumlah kepala
keluarga (KK)-nya sebanyak 152 KK.
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII
menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel
sebagai
berikut : Tabel IV.13
Jumlah Penduduk RW VII Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 594 59,8 %
Wanita 400 40,2 %
Jumlah Total 994 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin pria lebih banyak dibanding berjenis kelamin wanita. Di
mana selisihnya cukup besar yaitu penduduk berjenis kelamin pria lebih
banyak 194 orang daripada yang berjenis kelamin wanita. Dan apabila
diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin pria ada 59,8 %
sedangkan penduduk berjenis kelamin wanita 40,2 % saja.
2. Jumlah Penduduk RW VII menurut Usia
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII
menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :
Tabel IV. 14
Jumlah Penduduk RW VII Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
05 – 20 302 32,5 %
21 – 39 320 34,5 %
40 – 70 306 33 %
Data : Sekunder
Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang
berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 320
orang, yang jika diprosentasekan ada 34,5 % dari keseluruhan jumlah
penduduk.
3. Jumlah Penduduk RW VII menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.15
Jumlah Penduduk RW V Menurut Tingkat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
SD 255 25,6 %
SLTP 210 21,1 %
SLTA 277 27,9 %
Sarjana (PT) 203 20,4 %
Tidak Sekolah 49 5 %
Jumlah Total 994 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah
ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling
banyak yaitu mencapai 277 orang dari seluruh penduduk. Dengan
prosentasenya mencapai 27,9 %
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW VII
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.16
Jumlah Penduduk RW VII Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
PNS 128 21,1 %
Pegawai Swasta 132 21,7 %
Pedagang 87 14,3 %
Pertukangan 7 1,2 %
Pensiunan 97 16 %
Ibu Rumah Tangga 156 25,7 %
Jumlah Total 607 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk
RW VII lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu
132 orang. Dengan prosentasenya mencapai 30,7 %. Meskipun ibu rumah
tangga terlihat jumlahnya lebih banyak, namun pekerjaan ibu rumah tangga
tidak mendapatkan upah dari pekerjaannya.
E. PENDUDUK LINGKUNGAN RW XIII
Penduduk lingkungan RW XIII terdiri dari lima rukun tetangga (RT), yaitu
RT 49, RT 50, RT 51, dan RT 52. Jumlah penduduk asli RW XIII itu sendiri dari
data yang penulis dapatkan adalah sebanyak 708 jiwa . Di mana jumlah kepala
1. Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII
menurut jenis kelaminnya sampai akhir tahun 2001 terinci dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel IV.17
Jumlah Penduduk RW XIII Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Pria 273 38,6 %
Wanita 435 61,4 %
Jumlah Total 708 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
berjenis kelamin wanita lebih banyak dibanding berjenis kelamin pria. Di
mana selisihnya cukup besar, yaitu penduduk berjenis kelamin wanita lebih
banyak 162 orang daripada yang berjenis kelamin pria. Dan apabila
diprosentasikan maka jumlah penduduk berjenis kelamin wanita ada 61,4 %
sedangkan penduduk berjenis kelamin pria 38,6 % saja.
2. Jumlah Penduduk RW XIII menurut Usia
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII
menurut usianya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam tabel berikut :
Tabel IV. 18
Jumlah Penduduk RW XIII Berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
05 – 20 212 30 %
21 – 39 290 41 %
Jumlah Total 708 100 %
Data : Sekunder
Melihat dari data pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang
berusia 21 s/d 39 tahun adalah yang paling banyak yaitu berjumlah 290
orang, yang jika diprosentasekan ada 41 % dari keseluruhan jumlah
penduduk.
3. Jumlah Penduduk RW XIII menurut Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.19
Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Tingkat Pendidikan
Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase
SD 141 19,9 %
SLTP 136 19,2 %
SLTA 223 31,5 %
Sarjana (PT) 179 25,3 %
Tidak Sekolah 29 4,1 %
Jumlah Total 708 100 %
Data : Sekunder
Berdasarkan tabel di atas ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang telah
ditempuh oleh pendiuduk, pendidikan tingkat SLTA adalah yang paling
banyak yaitu mencapai 223 orang dari seluruh penduduk. Dengan
prosentasenya mencapai 31,5 %
Berdasarkan data yang penulis peroleh bahwa jumlah penduduk RW XIII
menurut tingkat pendidikannya sampai akhir tahun 2001 yaitu terinci dalam
tabel berikut :
Tabel IV.20
Jumlah Penduduk RW XIII Menurut Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah Persentase
PNS 70 15 %
Pegawai Swasta 134 28,8 %
Pedagang 79 17 %
Pertukangan 7 1,5 %
Pensiunan 57 12,2 %
Ibu Rumah Tangga 119 25,5 % Jumlah Total 466 100 % Data : Sekunder
Berdasarkan tabel jenis pekerjaan di atas menunjukkan bahwa penduduk
RW XIII lebih banyak bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah yaitu
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
H. ANALISIS DATA
Dalam bab ini akan dikemukakan analisis data dan pembahasan. Untuk
menguji kebenaran hipotesis yang penulis ajukan pada bab sebelumnya dalam
penilitian ini. Untuk menganalisis data ini penulis menggunakan uji statistik. Uji
statistik yang digunakan adalah tehnik analisis Chi-Kuadrat. Adapun tujuan
analisis data adalah untuk menjawab pertanyaan yang telah dikemukakan di
bagian bab sebelumnya pada skripsi ini.
Pengolahan data untuk perhitungan analisis chi-kuadrat adalah sebagai
berikut :
Ada perbedaan perilaku masyarakat dalam memilih tempat berbelanja
(pasar tradisional dan pasar modern) ditinjau dari jenis kelamin. Di
mana dari 26 responden yang berjenis kelamin pria, ada 5 orang
memilih ke pasar tradisional dan 21 orang memilih ke pasar modern.
Jadi ada kecenderungan bahwa masyarakat pria lebih banyak memilih
ke pasar modern. Sedangkan untuk jenis k