• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Permainan Tradisional - MELINDA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Permainan Tradisional - MELINDA BAB II"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pengertian Permainan Tradisional

Permainan merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh anak. Banyak jenis permainan yang seringkali dimainkan oleh anak-anak. Pada umumnya permainan memiliki 2 jenis yaitu permainan modern dan permainan tradisional. Dewasa ini permainan tradisional yang merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya bangsa mulai hilang dan lambat laun semakin tidak terdeteksi keberadaannya akibat dari globalisasi yang memunculkan permainan baru yang lebih canggih. Permainan tradisional yang merupakan salah satu kearifan lokal bangsa yang saat ini mulai terkikis zaman mulai kembali dimunculkan dan sedang berusaha dipertahankan keberadaannya.

(2)

generasi terdahulu yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan. (Azizah: 2016: 284) Permainan tradisional sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulu. Setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda.

Pada zaman dahulu permainan dijadikan sebagai sarana rekreasi untuk mencapai kesenaangan. Permainan tradisional dipercaya mengandung nilai luhur yang diciptakan oleh nenek moyang sebagai sarana pembelajaran bagi anak-anak. Kurniati (2016: 2) menjelaskan bahwa permainan tradisional merupakan suatu aktivitas permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu, yang sarat dengan nilai-nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penurunan permainan tradisional pada tempo dahulu tidaklah menggunakan tulisan atau aksara yang dibukukan, melainkan secara lisan dan contoh langsung kepada para generasi yang kemudian disebar luaskan. Achroni dalam Haris (2016: 16) mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya.

(3)

tradisional merupakan warisan budaya yang di turunkan secara turun temurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Permainan tradisional adalah suatu aktifitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak sejak zaman dahulu dengan aturan-aturan tertentu guna memperoleh kegembiraan. Permainan tradisional memiliki kandungan nilai dan manfaat yang tersimpan di dalamnya dan dapat memberikan efek positif bagi siapa saja yang memainkannya.

2. Jenis dan Macam Permainan Tradisional a. Jenis Permainan Tradisional

Direktorat Nilai Budaya dalam Kurniati (2016: 3) menjelaskan bahwa permainan rakyat tradisional untuk bertanding terdiri dari 3 kelompok yaitu 1) permainan yang bersifat strategis, 2) permainan yang lebih mengutamakan kemampuan fisik serta 3) permainan yang bersifat untung-untungan.). Selamet dalam Andriani (2012: 131) mengatakan setiap waktu permainan baru muncul, menjadi jenis permainan senantiasa bertambah banyak. Dari berbagai macam jenis permainan tradisional pada dasarnya dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis :

1) Permainan fisik

(4)

2) Lagu anak-anak.

Lagu anak-anak biasanya dinyanyikan sambil bergerak, menari atau berpura-pura menjadi sesuatu atau seseorang.

3) Teka-teki

Permainan teka-teki merupakan permainan untuk mengasak kemampuan anak anak berpikir logis dan juga matematis.

4) Bermain dengan benda-benda.

Permaianan dengan objek seperti dengan air, pasir, balok dapat membantu anak untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan.

5) Bermain peran.

Jenis permainan ini antara lain meliputi sandiwara, drama atau bermain peran dan jenis permainan lain.

(5)

b. Macam-macam Permainan Tradisional

Menurut Jarahnitra dalam Ulfatun (2014: 25-26) permainan tradisional sangat beragam jenis dan jumlahnya, namun dapat dikelompokan menjadi beberapa yaitu:

1) Berdasarkan perempuan saja atau gabungan antara laki-laki dan perempuan. Contohnya: adu kecik, engklek, gobag sodor, mul-mulan.

2) Berdasarkan jalannya permainan yaitu satu lawan satu, satu orang lawan satu kelompok. Contohnya: Dakon, mul-mulan, jamuran, jenthungan, gobag sodor, jeg-jegan, gamparan, layangan. Berdasarkan alat yang digunakan, misalnya: benthik alatnya janak benthong, layangan alatnya layang-layang. Berdasarkan arena, misalnya: gobag sodor, tikusan, mul-mulan (lintang alihan). Berdasarkan kebutuhan akan alat tertentu. Misalnya: mul-mulan dan dam-daman.

3) Berdasarkan cara bermain, dengan nyanyian. Misalnya: jamuran, gola ganti, soyang, tumbas timun.

4) Berdasarkan hukuman pada pihak yang kalah pada permainan. Misalnya: gendiran, tikusan, dekepan, sobyang.

5) Berdasarkan modal yang dimiliki, Misalnya: nekeran modalnya kelereng. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan. Biasanya kerusakan atau kehilangan. Misalnya: layangan.

6) Permainan dengan kekuatan ghoib. Misalnya: nini thowong. 7) Berdasarkan maksud yang terkandung di dalamnya. Misalnya

pasaran manten-mantenan.

3. Contoh Jenis jenis permainan tradisional dan nilai yang terkandung dalam permainan:

(6)

pengaturan strategi dan nilai kepemimpinan. (Nugrahastuti, dkk: 2016: 267)

b) Permainan Tradisional Cublak-cublak Suweng adalah permainan menebak atau menemukan anting yang disembunyikan oleh seseorang. Permainan ini terdiri dari 3-8 orang. Menurut Herawati (2014) cublak-cublak suweng memiliki nilai kerjasama, nilai kerukunan, dan nilai

kreatifitas. (Nugrahastuti, dkk: 2016: 270)

c) Permainan Tradisional Engklek adalah permainan tradisional anak-anak Indonesia, dengan dasar permainan lebih dominan dimainkan oleh anak-anak wanita. Dalam permainan ini pemain harus mengangkat satu kaki dan melompat dengan satu kaki melewati kotak-kotak dalam engklek. Permainan ini membutuhkan gancu atau uang koin untuk dilempar. Menurut Hidayat (2013: 3) Permainan engklek bisa dimainkan oleh 2 sampai 5 anak perempuan di atea terbuka. Dalam permainan engklek terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam setiap permainannya seperti melatih kedisiplinan, ketangkasan, bersosialisasi, dan kesehatan. (Nugrahastuti, dkk: 2016: 271)

4. Manfaat Permainan Tradisional

(7)

kecerdasan pikirannya, keluwesan gerak tubuhnya, menirukan alam lingkungannya, memudahkan gerak irama, lagu dan kata-kata yang sesuai dengan arti dan gerakannya. (Azizah: 2016: 285)

Secara garis besar, permainan tradisional sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak sebagai pribadi maupun makhluk sosial. Permainan tradisional bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berfikir serta bergaul dengan lingkungan. Bermain selain bermanfaat bagi perkembangan fisik, kognitif, sosial, emosional dan moral, bermain juga mempunyai manfaat besar bagi perkembangan secara keseluruhan.

Bermain permainan tradisional menurut Montolalu dkk, dalam Jawati (2013: 254) memiliki manfaat bagi anak, antara lain:

1. Bermain memicu kreativitas

Dalam lingkungan bermain yang aman dan menyenangkan bermain memicu anak menemukan pemikirannya serta menggunakan daya khayalnya.

2. Bermain bermanfaat mencerdaskan otak

(8)

3. Bermain bermanfaat menanggulangi konflik

Pada anak usia dini tingkah laku yang sering muncul adalah tingkah laku menolak, bersaing, agresif, bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik, dan berkeinginan untuk diterima di lingkungan anak.

4. Bermain bermanfaat melatih empati

Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak, karena degan empati anak dapat merasakan perasaan orang lain. Melalui permainan bermain peran dapat melatih sikap emapati pada anak.

5. Bermain dapat beanfaat mengasah panca indera

Banyak jenis permainan yang menunjang perkembangan kepekaan panca indera, sehingga dapat digunakan sebagai sarana pelatihan panca indera bagi anak. Seperti permainan petak umpet yang dapat melatih kepekaan pendengaran.

6. Bermain sebagai media terapi

Bermain dapat membuat anak melupukan masalah dan kecemasan yang mereka hadapi, itulah salah satu cara yang digunakan anak dengan bermain.

(9)

Permainan tradisional yang ada di Nusantara ini menurut Haris (2016: 17-18) dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan sejak anak usia dini, seperti :

a. Aspek motorik: Melatih, kekuatan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus.

b. Aspek kognitif: Mengembangkan magi-nasi, mengenalkan anak pada alam, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual. c. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial

dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa/masyarakat. d. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar

secara bijaksana.

e. Aspek nilai-nilai/moral: Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya.

f. Aspek emosi: Mengasah empati, pengendalian diri.

g. Aspek bahasa: permainan tradisional memerlukan dialog dan nyanyian sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak usia dini yang dilakukan natural secara bermain.

Selain beberapa aspek perkembangan pada anak usia dini di atas, manfaat permainan tradisional bagi anak menurut Tim Play Plus Indonesia dalam Haris (2016: 18) antara lain:

(10)

mereka merupakan masa-masa anak untuk mengasah daya cipta dan imajinasinya.

b. Permainan tradisional bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak, Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan. kegiatan seperti ini sangat diperlukan oleh anak untuk meluapkan perasaan mereka dan sebagai terapi emosi yang dibutuhkan dalam masa perkembangannya.

c. Pembelajaran tentang sosialisasi dan taat pada peraturan, beberapa permainan tradisional di mainkan lebih dari 1 orang sehingga anak belajar berinteraksi dengan orang lain, anak akan belajar meng-hargai dan bersikap baik dengan orang lain, dalam permainan tradisional anak juga akan mengorganisir diri dengan memupuk semangat kebersamaan, menciptakan tenggang rasa dan toleransi dalam kelompok.

(11)

(2014: 8) karakter adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap seseorang yang ditunjukan kepada orang lain melalui tindakan. (Yaumi: 2014: 7-8). Pendidikan karakter menurut Andriani (2012) merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Musfiroh dalam Sudrajat (2015: 46) menjelaskan bahwa karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik. Maksudnya bahwa pendidikan karakter adalah usaha yang sengaja dilakukan untuk membantu masyarakat, memahami perilaku orang lain, peduli dan bertindak serta memiliki ketrampilan atas nilai-nilai etika.

(12)

menuntut anak untuk disiplin, jujur dan sportif mengakui kemenangan lawan bermainnya, serta melalui bermain, anak akan mudah bergaul dengan teman-temannya, sehingga mendukung anak untuk dapat berperilaku sosial sesuai dengan aturan dalam hidup bermasyarakat. Dengan demikian permainan tradisional secara jelas bukanlah permainan yang hanya sekedar untuk mengisi waktu luang guna menghilangkan bosan, tetapi suatu kegiatan yang tidak sedikit artinya bagi pendidikan, pembinaan, dan perkembangan anak dalam menuju kedewasaan yang kelak akan mereka bawa dalam lingkungan masyarakat.

Sudrajat, dkk (2015: 55) menjelaskan permainan tradisional menampilkan sisi tersendiri untuk menampilkan kecerdasan pada anak, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual maupun emotional. Hal ini sangat berbeda dengan permainan modern yang berkembang saat ini. Beberapa pesan moral yang dapat disampaikan dalam permainan tradisional. Permainan tradisional mengajarkan untuk berbagai kepada sesama teman, karena permainan menuntut mereka untuk berinteraksi langsung dengan lama main. a. Masing-masing pemain harus dapat bersikap positif pada setiap

permainan yang dilakukan dan harus dapa menerima jika kalah.

b. Setiap pemain harus dapat menyelesaikan setiap permainan dari awal hingga akhir permiainan, tidak boleh berhenti di tengah permainan (tidak boleh putus asa).

(13)

a. Dengan permainan tradisional anak akan selalu melahirkan nuansa suka cita. Dalam permainan tersebut jiwa anak terlihat secara penuh. Suasana ceria, senang yang dibangun senantiasa melahirkan dan menghasilkan kebersamaan yang menyenangkan. Inilah benih masyarakat yang menciptakan kerukunan. Jarang sekali permainan yang berguna untuk dirinya sendiri, tapi selalu menumbuhkan rasa kebersamaan.

b. Permainan itu dibangun secara bersama-sama. Artinya, demi menjaga permainan dapat berlangsung secara wajar, mereka mengorganisir diri dengan membuat aturan main diantara anak-anak sendiri. Dalam konteks inilah anak-anak mulai belajar mematuhi aturan yang mereka buat sendiri dan disepakati bersama. Disatu sisi, anak belajar mematuhi aturan bermain secara fairplay, disisi lain, merekapun berlatih membuat aturan main itu sendiri. Sementara itu, apabila ada anak yang tidak mematuhi aturan main, anak akan mendapatkan sanaksi sosial dari sesamanya. Dalam kerangka inilah, anak mulai belajar hidup bersama sesamanya atau hidup bersosial. Namun demikian dipihak lain, apabila anak mau mengakui kesalahannya, teman yang lain pun bersedia menerimanya kembali. Suatu bentuk proses belajar mengampuni dan menerima kembali dari mereka yang telah mengakui kesalahannya.

(14)

Dipihak yang lain, proses kreatifitasnya merupakan tahap awal untuk mengasah daya cipta dan imajinasi anak memperoleh ruang pertumbuhannya.

d. Pemanfaatan bahan–bahan permainan, selalu tidak terlepas dari alam. Hal ini melahirkan interaksi antara anak dengan lingkungan sedemikian dekatnya. Kebersamaan dengan alam merupakan bagian terpenting dari proses pengenalan manusia muda terhadap lingkungan hidupnya. Hubungan yang sedemikian erat akan melahirkan penghayatan terhadap kenyataan hidup manusia. Alam menjadi sesuatu yang dihayati keberadaanya, tak terpisahkan dari kenyataan hidup manusia. Penghayatan inilah yang membentuk cara pandang serta penghayatan akan totalitas cara pendang mengenai hidup ini. Cara pandang inilah yang kemudian dikenal sebagai bagian dari sisi kerohanian manusia tradisional. e. Melalui permainan anak mulai mengenal model pendidikan partisipatoris. Artinya, anak memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan tahap-tahap pertumbuhan jiwanya. Dalam pengertian inilah, anak dengan orang tua atau guru memiliki kedudukan yang egaliter, sama-sama berposisi sebagai pemilik pengalaman, sekaligus merumuskan secara bersama-sama pula diantara mereka.

6. Permainan Tradisional dalam Pembelajaran

(15)

baik bagi perkembangan anak. Selain hal tersebut, permainan tradisional juga dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran di sekolah agar pembelajaran lebih menarik bagi siswa dan dapat menubuhkan semangat belajar bagi siswa. Berikut contoh penggunaan permainan tradisional dalam pembelajaran : a. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Azizah (2016)

permainan tradisional kasti dapat digunakan dalam pembelajaran IPA materi gaya di kelas IV. Kasti merupakan bentuk permainan tradisional yang mengutamakan beberapa unsur kekompakan, ketangkasan dan kegembiraan. Pada anak-anak usia sekolah dasar, permainan ini bisa melatih kedisiplinan diri serta memupuk rasa kebersamaan dan solidaritas antar teman. Agar dapat bermain kasti dengan baik dituntut memiliki beberapa keterampilan yaitu memukul, melempar, dan menangkap bola serta kemampuan lari. Gerakan-gerakan yang ada dalam permainan kasti dapat dijadikan pembelajaran gaya karena memuat berbagai macam gaya.

(16)

emosional (melatih kesabaran dan ketelitian), kognitif (melatih kemampuan menganalisa dan menyusun strategi), sosial (menjalin kontak sosial dengan teman bermain), serta melatih jiwa sportifitas. Selain itu menurut permainan congklak memiliki beberapa manfaat, yaitu melatih otak kiri anak untuk berfikir, melatih strategi untuk mengalahkan lawan, untuk perkembangan dan pembentukan otak kanan, melatih anak dalam bekerjasama, dan melatih emosi pada anak. Menurut Kurniati (2006) permainan tradisional congklak merupakan permainan yang menitikberatkan pada kemampuan berhitung.

c. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iswinarti (2010) bahwa permainan tradisional seperti engklek memiliki nilai-nilai terapi meliputi: (1) Nilai deteksi dini pada anak yang mempunyai masalah, (2) Nilai untuk perkembangan fisik yang baik, (3) Nilai untuk kesehatan mental yang baik, (4) Nilai problem solving, (5) Nilai sosial.

B. Penelitan yang Relevan

(17)

1. Eka Nugrahastuti, dkk (2016 [Online]) tentang “Nilai-nilai Karakter Pada Permainan tradisional“ jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini

menemukan bahwa dalam permainan tradisional mengandung nilai-nilai karakter pada setiap jenis permainanya yang mampu dijadikan sebagai sebuah pembelajaran oleh anak yang memainkan permainan tradisional.

2. Tuti Andiani Tahun (2012 [Online]) “Permainan Tradisional dapat

Membentuk Karakter Anak Usia Dini”. Jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini menemukan bahwa permainan tradisional memiliki banyak nilai dan manfaat di dalamnya. Nilai yang terkandung dalam permainan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai saran membentuk karakter pada anak usia dini karena pada masa usia tersebut anak menganggap bahwa bermain adalah aktivitas yang sangan penting sehingga dapat ditanamkan dalam pembentukan karakter.

3. Nyota dan Jacob Tahun (2008 [Online]) “Shona Traditional Children’s

Games and Play: Songs asindigenous ways of knowing”. Dalam

penelitian tersebut menjelaskan bahwa permainan tradisional shona di Afrika mampu menggali nilai sosial dalam permainan, dan mengajarkan nilai-nilai kebajikan seperti kepemimpinan, perilaku baik dan kerja keras. 4. Akbari, H, dkk Tahun (2009) “The Effect of Traditional Games in

(18)

cukup besar dalam perkembangan keterampilan motorik dasar bagi anak di Iran.

Penelitian ini dikatakan relevan karena fokus dalam penelitian ini sama-sama membahas terkait permainan tradisional. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang relevan sebelumnya adalah bahwa penelitian sebelumnya membahas terkait nilai dan karakteristik permain tradisional, sedangkan penelitian ini mendeskripsikan bagaimana keberadaan permainan tradisional di sekolah dasar serta upaya yang dilakukan untuk menjaga eksistensi permainan tradisional di sekolah dasar.

C. Kerangka Pikir

(19)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Perkembangan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

Mempengaruhi Bentuk Permainan Tradisional

Anak

Sekolah Menjadi Tempat Pengenalan Permainan

Tradisional di Sekolah

Permainan Tradisional Dikenalkan dalam

Pembelajaran

Siswa Menjadi Lebih Mengenal Permainan

Gambar

gambar 2.1 sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian maka hipotesis yang menyatakan bahwa melalui permainan tradisional engklek untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik anak pada kelompok B di TK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran melalui permainan tradisional engklek pada anak kelompok A berjalan dengan baik, ditunjukkan oleh

Tetapi Ekofeminisme alam bersikeras menekankan bahwa alam/perempuan adalah lebih baik dari pada kebudayaan/laki-laki, yang mengimplikasikan bahwa nilai-nilai tradisional

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan motorik kasar anak melalui permainan tradisional engklek pada anak kelompok A di PAUD Terpadu Karya Bakti

1) Memiliki sikap patriotisme (cinta kepada tanah air, bangsa dan negara). 2) Mempunyai penghargaan dan pengertian terhadap nilai-nilai, pranata, dan praktik

1) Memilih topik bacaan yang menarik perhatian siswa seperti membaca biografi, komik, atau bacaan yang dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa. 2) Memberi tugas

Berdasarkan batasan passing diatas dapat dirumuskan passing bawah adalah teknik dasar permainan bolavoli dengan menggunakan kedua lengan bawah yang untuk

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keterkaitan permainan tradisional jamuran dengan motorik kasar dan sikap tanggung jawab anak adalah permainan tradisional jamuran merupakan