• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter - ARIF NUR BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pendidikan Karakter - ARIF NUR BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter gemar membaca di Sekolah Dasar Negeri

Panambangan dilaksanakan melalui gerakan literasi sekolah. Proses

pembentukan karakter tersebut diantaranya adalah pelaksanaan membaca

buku 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Selain itu, ada lomba

bercerita tentang buku cerita yang pernah dibaca. Sekolah akan

memberikan reward kepada siswa yang mendapat juara. Pemberian

reward guna mendorong siswa untuk berkarakter gemar membaca.

Sekolah Dasar Negeri Panambangan menyediakan tempat untuk

membaca seperti perpustakaan, taman baca dan pojok baca. Orang tua

siswa yang menunggu anaknya pulang dapat membaca buku di taman

baca. Kebiasan ini akan berdapak positif, khususnya ketika siswa keluar

dari kelas melihat kebiasaan membaca dilakukan oleh orang tuanya.

Peran orang tua adalah kunci penting dalam pembentukan karakter

khususnya karakter gemar membaca.

Karakter manusia tidak dapat diwariskan, karakter tidak dapat

dibeli, dan karater tidak dapat ditukar. Zubaedi (2011:17) menjelaskan

“pembentukan karakter dapat terlaksana melalui pendidikan”. Pendidikan

karakter adalah segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu

(2)

Kusuma, D., Triatna, C. dan Permana, J. (2012:5) menerangkan

bahwa “pendidikan karakter merupakan pembelajaran yang mengarah

pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang

didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolahan”.

Samani, M. dan Hariyanto (2012:45) pendidikan karakter adalah “proses

pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadikan manusia seutuhnya

yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan krasa”.

Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa

pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan

dilaksanakan di sekolah pada siswa secara sistematis untuk membantu

siswa memahami nilai-nilai perilaku manusia. Melalui gerakan literasi

sekolah yang dilaksanaklan di Sekolah Dasar Negeri Panambangan akan

membentuk siswa yang berkarakter gemar membaca.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter tentunya mempunyai tujuan dalam

pembelajarannya. Kusuma, D., Triatna, C. dan Permana, J.

(2012:9-10) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan karakter dalam setting

sekolahan memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan siswa yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

2) Mengoreksi perilaku siswa yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolahan.

(3)

Pendapat di atas menjelaskan tujuan pendidikan karakter di

sekolahan yaitu usaha sadar dalam menanamkan nilai-nilai perilaku

(akhlak, budi pekerti, karakter) kepada siswa yang meliputi aspek

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk

melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa

(YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan. Perlu

adanya kerjasama dari orang tua, guru dan pemerintah untuk terus

memeberikan pendidikan karakter bagi siswa.

c. Fungsi Pendidikan Karakter

Tugas pendidikan adalah membentuk siswa yang berkarakter.

Tugas pendidik adalah membangun manusia yang baik dan

berkarakter. Salahudin, A., dan Alkrienciehie, I. (2013:43)

menjelaskan fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut:

1) Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik.

2) Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

3) Penyaringan budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.

Pendidikan pada filosofinya memiliki tiga fungsi, sesuai yang

dijelaskan oleh Samani, M. dan Hariyanto (2012:40) sebagai berikut:

1) Memberikan sosialisasi pada anak-anak muda tenta esensi nilai-nilai budaya seperti halnya hak yang sama dalam memperoleh kesempatan kejenjang sosial yang lebih tinggi, atau hak dalam berkompetisi, serta hak dalam mencapai moralitas religius.

(4)

3) Filosifis pendidikan tersebut, tergambar secara jelas bagaimana krusialnya peran karakter dalam pendidikan.

Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa

terdapat beberapa fungsi dalam pendidikan karakter. Guru harus

berperilaku sesuai fungsi karena akan dilihat oleh siswanya.

Penerapan pendidikan karakter gemar membaca tentu menjadi nilai

tambah positif bagi peningkatan mutu pendidikan karena dengan

membaca akan bertambah wawasan, pengetahuan, serta ilmu siswa.

Keterkaitan dengan pendidikan karakter, kebiasaan menyediakan

waktu untuk membaca/gemar membaca harus berjalan selaras.

d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Guru di sekolah harus menerapakan nilai-nilai pendidikan

karakter pada siswa. Samani, M. dan Hariyanto (2013:111)

menyatakan bahwa ada delapan belas nilai pendidikan karakter

seperti tersaji pada tabel 1.1 nilai-nilai pendidikan karakter berikut :

Tabel 1.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter

No Karater Keterangan

1 Religius sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2 Jujur perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3 Toleransi sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain, yang berbeda.

4 Disiplin tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

(5)

No Karater Keterangan

6 Kreatif berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7 Mandiri sikap dan perilaku yang tdak mudah tergantung pada

orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8 Demokratis cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9 Rasa ingin

tahu

sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10 Semangat kebangsaan

cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.

11 Cinta tanah air

cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai prestasi

sikap dan tindakan, yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatau yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13 Bersahabat/ komunikatif

tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan berkerjasama dengan orang lain.

14 Cinta damai sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15 Gemar membaca

kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.

16 Peduli lingkungan

sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkannya.

18 Tanggung jawab

(6)

Salah satu nilai-nilai pendidikan karakter adalah gemar

membaca. Penerapan pendidikan karakter gemar membaca tidak

hanya di lingkungan sekolah saja, namun juga diperlukan peran

keluarga dan lingkungan. Penerapan gerakan literasi sekolah

berfokus pada pembentukan karakter gemar memabaca pada diri

siswa. Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup penting dalam

pembentukan karakter gemar membaca tertuang dalam

Permendikbud no 23 tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalamnya

yaitu kegiatan membaca buku non-pelajaran selama 15-20 menit

sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan ini dilaksanakan untuk

menumbuhkan minat baca siswa serta meningkatkan keterampilan

membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Melaui

kebiasaan membaca ini diharapkan karakter gemar membaca

tertanam pada siswa.

e. Nilai Karakter Gemar Membaca

Membaca bukan sekedar aktivitas kognitif untuk mencari dan

mengetahui informasi, melainkan juga merupakan perintah (iqra’)

yang mengawali hadirnya kitab suci Al-Qur’an. Perintah ini

memiliki makna yang begitu dalam karena digandengkan dengan

kata Rabbika (Tuhanmu) yang makna dasarnya sekedar dengan kata

tarbiyah yang berpendidikan dan khalaq, yang berarti menciptakan.

Ketiga kata tersebut bila dipadukan, maka perintah itu bermakna

“perbanyaklah aktivitas membaca agar terjadi proses pendidikan

(7)

Siswa yang gemar membaca ditandai dengan kegiatan

membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Yaumi, M.

(2014: 109) mengemukakan bahwa kegiatan membaca adalah “roh

pendidikan, oleh karena itu siswa sejak dini harus dibangun tradisi

baca-tulis sehingga menjadi karakter rutinitas yang membentengi

setiap derap langkah beraktivitas manusia”. Membaca merupakan

fondasi awal untuk mencerdaskan kehidupan manusia dan

mengembangkan sikap, perilaku, mental, dan spiritial. Siswa di SD

Negeri Panambangan belum muncul sikap gemar membaca. Siswa

rajin meminjam buku tetapi tidak dibaca atau dipelajari.

2. Gemar Membaca

a. Pengertian Gemar Membaca

Setiap siswa di SD Negeri Panambangan mempunyai kartu

perpustakaan. Kartu tersebut tertera nama, kelas dan kode/barcode.

Setiap siswa yang meminjam dan mengembalikan buku akan terdata di

komputer. Melalui data tersebut siswa yang aktif di perpustakaan akan

terlihat di layar monitor. Data tersebut dipajang di halaman perpustakaan

dan bagi siswa yang termasuk kategori gemar membaca akan

mendapatkan reward. Pemberian reward diharapkan dapat memotivasi

siswa untuk senang membaca sehingga tertanam karakter gemar

(8)

Gemar membaca terdiri dari dua kata yaitu gemar dan membaca.

Nurgiantoro, B. (2013) mengatakan bahwa membaca merupakan

aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana

tulisan. Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu

proses memahami makna yang terkandung di dalam lambang-lambang

tertulis untuk dikomunikasikan untuk memperoleh suatu informasi atau

pengertian dari bacaan berdasarkan pengalaman dan pemikiran pembaca.

Kegiatan membaca sangat penting sehingga siswa ditanamkan

suatau pembiasaan terhadap kegiatan membaca. Prasetyono, D. S.

(2008:14) mengemukakan bahwa “untuk membuat aktivitas membaca

menjadi kegemaran, hal yang harus dimiliki seorang adalah minat”.

Siswa yang mempunyai karakter gemar membaca sangat bermanfaat bagi

dirinya. Gemar membaca menurut Kemendiknas (2010:10) adalah

“kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara

khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah,

koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya”.

Siswa yang gemar membaca ditandai dengan adanya kegiatan

membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Sartono (2014)

menjelaskan gemar membaca (reading literacy) merupakan “kemampuan

untuk memahami dan mengerti isi teks tertulis serta menerapkan dalam

(9)

Peneliti menyimpulkan dari pendapat para ahli di atas bahwa

gemar membaca merupakan kesukaan akan membaca dan menyediakan

waktu untuk memahami dan mengerti isi yang terkandung dalam teks

bacaan serta menerapkannya dalam praktek. Siswa yang memahami isi

kandungan dari bacaan, siswa akan mengimplementasikan dalam

kehiduapan sehari-hari.

b. Langkah-langkah Pendidikan Gemar Membaca

Guru dalam pelaksanaan pendidikan gemar membaca harus

sesuai dengan tahapan yang tepat. Langkah-langkah yang

membangkitkan gairah dan minat baca siswa menurut Yaumi, M.

(2014:110) adalah sebagai berikut :

1) Memilih topik bacaan yang menarik perhatian siswa seperti membaca biografi, komik, atau bacaan yang dapat mengembangkan nilai-nilai karakter siswa.

2) Memberi tugas membaca dan menulis dengan memperhatikan durasi waktu, banyaknya tugas dari pendidikan yang lain, dan jumlah mata pelajaran/kuliah dengan tugas yang berbeda-beda.

3) Bagi guru pada tingkat sekolah taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang belum mengetahui bagaimana membaca teks, hendaknya mempersiapkan gambar atau buku audio yang dapat didengar dan dipahami oleh siswa.

4) Memberi umpan balik (feedback) terhadap hasil bacaan dan tulisan yang dilakukan oleh siswa.

5) Menduskisan hasil bacaan didalam ruang kelas dengan mengundang partisipasi aktif dari siswa lain untuk memberi tanggapan dan sharing informasi yang diperoleh dari referensi serupa.

6) Menjadikan bahan evaluasi secara terus-menerus sehingga aktivitas membaca berdampak positif pada nilai yang diperoleh siswa.

(10)

c. Indikator Keberhasilan Gemar Membaca

Pembiasaan membaca yang guru lakukan kepada siswa dapat

diketahui berhasil atau tidak dengan indikator gemar membaca.

Siswa dapat dikatakan memiliki karakter gemar membaca jika sudah

menerapkan karakter gemar didalam kehidupannya. Adapun

indikator karakter gemar membaca untuk kelas 4-6 menurut

Kemendiknas (2010: 38) adalah sebagai berikut :

1) Membaca buku dan tulisan yang terkait dengan mata pelajaran.

2) Mencari bahan bacaan dari perpustakaan daerah. 3) Membaca novel atau cerita pendek.

4) Membaca buku atau tulisan tentang alam, sosial, budaya, seni, dan teknologi.

3. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)

a. Pengertian Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah di SD Negeri Panambangan sudah

berjalan namun belum berjalan dengan baik. Banyak siswa yang

membuka lembar demi lembar tanpa membacanya. Ketika tidak ada guru

yang mengawasi sebagian siswa melakukan aktifitas selain membaca

buku seperti pergi ke kantin, pergi ke kamar mandi dan lain-lain.

Gerakan literasi sekolah (GLS) adalah gerakan sosial dengan

dukungan kolaboratif berbagai elemen. Upaya yang ditempuh untuk

mewujudkannya berupa pembiasaan membaca siswa. Pembiasaan ini

dilakukan membaca buku selama 15 menit (guru membacakan buku dan

siswa membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target

sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan

diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (disertai tagihan

(11)

Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan

keterampilan reseptif maupun produktif. Pelaksanaan gerakan literasi

sekolah pada periode tertentu yang terjadwal, dilakukan asessment agar

dampak keberadaan gerakan literasi sekolah dapat diketahui dan

terus-menerus dikembangkan. Gerakan literasi sekolah diharapkan mampu

menggerakkan warga sekolah, pemangku kepentingan, dan masyarakat

untuk bersama-sama memiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan

ini sebagai bagian penting dalam kehidupan.

Gerakan literasi sekolah di SD Negeri Panambangan sudah

berjalan, namun belum berjalan dengan baik. Banyak siswa yang

membuka lembar demi lembar tanpa membacanya. Ketika tidak ada guru

yang mengawasi sebagian siswa melakukan aktifitas selain membaca

buku seperti pergi ke kantin, pergi ke kamar mandi dan lain-lain.

b. Tujuan Gerakan Literasi Sekolah

1) Tujuan Umum

Menumbuh kembangkan budi pekerti siswa melalui

pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam

gerakan literasi sekolah agar siswa menjadi pembelajar

(12)

2) Tujuan Khusus

a) Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.

b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar

literat menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang

menyenangkan dan ramah.

c) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan

beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi

membaca.

c. Manfaat Gerakan Literasi Sekolah

Gerakan literasi sekolah adalah kegiatan membaca 15 menit

sebelum proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilakukan. Ada

15 manfaat membaca bagi kehidupan sebagai berikut:

1) Dapat menstimulasi mental.

2) Dapat mengurangi stress.

3) Menambah wawasan dan pengetahuan.

4) Menambah kosakata.

5) Meningkatkan kualitas memori.

6) Melatih keterampilan untuk berpikir dan menganalisa.

7) Meningkatkan fokus dan konsentrasi.

8) Melatih untuk dapat menulis dengan baik.

9) Dapat memperluas pemikiran seseorang.

10) Dapat meningkatkan hubungan sosial.

(13)

12) Dapat meningkatkan empati seseorang.

13) Dapat mendorong tujuan hidup seseorang.

14) Dapat membantu kita terhubung dengan dunia luar.

15) Dapat lebih berhemat.

d. Prinsip-prinsip Gerakan Literasi Sekolah

1) Sesuai dengan tahapan perkembangan siswa berdasarkan

karakteristiknya.

2) Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam

teks dan memperhatikan kebutuhan siswa.

3) Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area

kurikulum.

4) Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan.

5) Melibatkan kecakapan berkomunikasilisan.

6) Mempertimbangkan keberagaman.

e. Tahapan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

1) Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di

lingkungan sekolah. Penumbuhan minat baca melalui kegiatan

membaca 15 menit (Permendikbud No 23 tahun 2015).

Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap

bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga

sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental

(14)

2) Pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan

literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan

mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan

mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan

mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui

kegiatan menanggapi bacaan pengayaan

3) Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi

pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan

kemampuan memahami teks dan mengaitkannya dengan

pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan

komunikasi secara kreatif melalui kegiatan menanggapi teks

buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran.

Kegiatan membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan

Kurikulum 2013 yang mensyaratkan siswa membaca buku pelajaran

yang dapat berupa buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat

khusus, atau teks multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata

pelajaran tertentu sebanyak 6 buku bagi siswa SD, 12 buku bagi siswa

SMP, dan 18 buku bagi siswa SMA/SMK. Buku laporan kegiatan

membaca pada tahap pembelajaran ini disediakan oleh wali kelas.

Gerakan literasi sekolah yang telah dikembangkan di Sekolah

Dasar Negeri Panambangan diantaranya pemberian reward. Reward

tersebut untuk memancing minat baca siswa dengan meminjam buku.

Pihak sekolah menyiapkan reward bagi siswa peminjam buku terbanyak

(15)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan salah satu referensi untuk

menunjukkan bahwa topik penelitian ini menarik dijadikan sebagai

penelitian, namun tidak memiliki kesamaan pada penelitian yang sudah

dilakukan, sehingga dapat menambah pembahasan mengenai pendidikan

karakter gemar membaca melalui gerakan literasi sekolah, penelitian yang

relevan dilakukan oleh:

1. Penelitian Geske, A and Ozola, A. (2008) yang berjudul Factors

Influencing Reading Literacy At The Primary School Level.

Menyimpulkan siswa yang berprestasi tinggi dalam membaca biasanya

suka membaca untuk kesenangannya dan berasal dari orang tua yang

menghabiskan banyak waktu membaca. Dalam pendidikan keluarga,

orang tua memegang peran penting dalam meningkatkan minat baca

anak, seperti membacakan buku untuk anak-anaknya di rumah. Penelitian

yang dilakukan di SD Negeri Panambangan merupakan penelitian yang

dilakukan di seoklah dasar yang bertujuan untuk mengetahui penerapan

pendidikan karakter gemar membaca melalui literasi di sekolah dasar.

Gerakan literasi sekolah di SD Panambangan diharapkan dapat

meningkatkan prestasi siswa. Perbedaan penelitian Geske, A and Ozola,

A. terletak pembiasaan literasi yang dilakukan di lingkungan rumah,

sedangkan pada penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah.

Persamaan penelitian ini yatu sama-sama menerapkan gerakan literasi

untuk membentuk karakter gemar membaca dengan harapan kebiasaan

(16)

2. Penelitian Awais, S and Ameen, K. (2013) yang berjudul The Reading

Preferences of Primary School Children in Lahore. Menyimpulkan

bahwa anak-anak lebih memilih untuk membaca hasil cetakan yang

diterbitkan secara lokal. Anak-anak tertarik untuk membaca cerita

pendek/fiksi yang menceritakan kisah petualangan aktor favorit mereka.

Orang tua harus lebih memahami keinginan membaca anaknya dan

memilih buku bacaan sesuai dengan selera. Penulis harus menulis tentang

topik yang anak-anak sukai dan harus bertanggung jawab untuk

menciptakan karya-karya yang diminati anak-anak sehingga bertujuan

untuk kesenangan, pendidikan dan pengembangan diri.

Penerbit harus mempersiapkan bahan bacaan lainnya dengan

ilustrasi yang lebih baik dan harus memperhatikan penggunaan warna,

ukuran font, kertas, kosakata dan gambar. Guru harus berperan dalam

mengembangkan kebiasaan membaca dengan membantu siswa memilih

buku yang tepat untuk usia anak. Atas dasar temuan tersebut, penelitian

melengkapi saran untuk orang tua, guru dan pustakawan sekolah,

bersama dengan penerbit lokal untuk bermain peran dalam meningkatkan

minat baca anak-anak.

Persamaan penelitian Awais, S and Ameen, K. dengan penelitian

ini yaitu sama-sama membangun literasi yang bertujuan untuk

membentuk karakter gemar membaca pada anak. Persamaan selanjutnya

yaitu guru dan orang tua memiliki peran mengetahui minat baca pada

anak sehingga dapat mengetahui bahan bacaan yang sesuai minat anak

(17)

Perbedaan penelitian Awais, S and Ameen, K. terletak pada literasi

tersebut yang diterapkan pada anak dengan membangun kerjasama antara

penerbit dan sekolah mengenai bahan bacaan untuk anak yang tepat

sesuai usia untuk meningkatkan minat baca anak. Penelitian yang

dilakukan di SD N Panambangan untuk meningkatkan karakter gemar

membaca melalui gerakan literasi sekolah dilkakuakn sepenuhnya di

lingkungan sekolah. Guru dan orang tua memiliki peran penting yaitu

mengetahui minat baca pada anak untuk membantu meningkatkan gemar

membaca pada anak.

3. Penelitian Yuliyati (2014), yang berjudul “Model Budaya Baca-Tulis

Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di Sekolah

Dasar”. Model mengonstruksi budaya baca-tulis berbasis pendekatan

balance literacy dan gerakan informasi literasi ini efektif untuk

mengembangkan kemampuan membaca menulis dan meningkatkan

aktivitas baca tulis siswa sekolah dasar. Perlu adanya kerja keras guru,

kepala sekolah, dan petugas perpustakaan sekolah untuk membangun

aktivitas-aktivitas dalam model berupa program-program yang

dikembangkan dan dukung produk yang terdiri atas:

a. Pedoman Guru 1: Model Pengembangan Budaya Baca-Tulis Berbasis

Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi di SD;

b. Pedoman Guru 2: Penataan Kelas Pendukung Pengembangan Budaya

Baca-Tulis Berbasis Balance Literacy dan Gerakan Informasi Literasi

(18)

c. Pedoman Guru 3: Program Gerakan Informasi Literasi untuk

Pengembangan Budaya Baca-Tulis;

d. Pedoman Guru 4: Silabus dan RPP Pembelajaran Membaca dan

Menulis berbasis Pendekatan Balance Literacy dan Gerakan Informasi

Literasi di SD;

e. Buku Siswa yang terdiri atas (a) Pembelajaran Membaca dan Menulis

Berbasis Balance Literacy; (b) Buku Jurnal Membaca, (c) Buku Jurnal

Menulis; dan

f. Bina Perpustakaan Sekolah.

Penelitian di atas dapat dimaknai, siswa membaca literasi secara

substansial dipengaruhi oleh kolaborasi orang tua dan anak pada usia

pra-sekolah. Peran orang tua ikut serta memperhatikan dalam pengembangan

awal anak membaca keaksaraan selama periode usia pra-sekolah dan

guru untuk merangsang siswa membaca teks penuh karya sastra yang

sesuai untuk tingkat sekolah dasar.

Siswa memilih untuk membaca majalah terbitan lokal atau daerah

tersebut berupa cerita pendek (buku fiksi, menceritakan kisah

petualangan tetap favorit mereka). Atas dasar temuan tersebut peran

orang tua, guru dan pustakawan sekolah, bersama dengan penerbit lokal

untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Hasil pengembangan

menunjukkan bahwa model budaya baca-tulis efektif untuk

mengembangkan kemampuan membaca dan menulis serta aktivitas

(19)

Persamaan penelitian Yuliyati dengan penelitian ini yaitu

sama-sama membentuk karakter membaca pada anak yang dilakukan di

sekolah dasar dan orang tua dan guru memiliki peran penting untuk

mengetahui buku bacaan yang sesuai dengan minat baca pada anak.

Perbedaan peneltian Yuliyati dengan peneltian ini adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati yaitu membangun budaya

baca-tulis berbasis pendekatan balance literacy. Budaya literasi

dalam pelaksanaannya dengan diaaksanaakn dengan adanya

program-program yang dikembangkan dan dukung produk berupa

peduman-pedoman guru. Budaya Membaca dan Menulis Berbasis

Balance Literacy dapat mengembangkan kemampuan membaca dan

menulis serta aktivitas baca-tulis siswa sekolah dasar.

b. Penelitian yang dilakukan di SD Negeri Panambangan mengenai

penerapan pendidikan karakter gemar membaca melalui gerakan

literasi sekolah dilakukan melalui pembiasaan membaca buku

bacaan pada awal pembelajaran. Melalui budaya membaca dapat

meningkatkan mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan

prestasi siswa.

C. Kerangka Pikir

Lembaga pendidikan formal yang melaksanakan program gerakan

literasi sekolah adalah Sekolah Dasar Panambangan dan program ini telah

dilaksanakan secara rutin. Pembiasaan dilakukan dengan membaca 15-20

menit buku non-pelajaran pada jam pertama dan dilajutkan ketahap

(20)

Gerakan literasi sekolah yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan

minat baca siswa. Siswa dibebaskan membaca buku fiksi atau non-fiksi yang

diminati, namun pada Hari Senin dan Sabtu diwajibkan membaca buku

pengatahuan/non-fiksi.

Menumbuhkan minat baca harus ditanamkan sejak dini. Minat

membaca siswa yang rendah dapat ditingkatkan dengan kegiatan membaca

buku setiap hari. Peran guru sangat penting dalam penerapan pendidikan

karakter gemar membaca pada diri siswa. Guru perlu memberikan perhatian

dan motivasi kepada siswa yang membutuhkan. Respon positif tersebut

diberikan oleh siswa, pada awalnya siswa memiliki percaya diri yang kurang,

tetapi seiring berjalannya waktu rasa percaya diri pada siswa semakin

bertambah.

Penerapan gerakan literasi sekolah diharapkan membentuk karakter

gemar membaca. Siswa yang mempunyai karakter gemar membaca sangat

bermanfaat bagi dirinya. Siswa yang gemar membaca ditandai dengan adanya

kegiatan membaca yang sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Kerangka pikir

disajikan pada gambar 2.1. berikut:

Minat baca siswa di SD Negeri Panambanga masih rendah

Dilakukan penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan penerapan pendidikan karakter gemar membaca melalui gerakan

literasi sekolah

Gerakan Literasi Sekolah merupakan kegiatan 15 menit membaca buku non-pelajaran sebelum waktu belajar dimulai (Permendikbud No 23

tahun 2015)

Peran guru sebagai ujung tombak dalam merealisasikan (Permendikbud No 23 tahun 2015).

Gambar

Tabel 1.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Persamaan penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu meneliti tentang nilai karakter yang terdapat pada buku siswa kelas IV kurikulum 2013 sedangkan perbedaan dengan penelitian

1) Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. Para siswa memilih beberapa topik yang sudah disiapkan. Para siswa bergabung dengan

a) memilih bacaan yang sesuai dengan topik pembahasan yang telah ditentukan. b) menyiapkan sebuah format tabel untuk penugasan siswa. c) membagikan bacaan tersebut kepada siswa

Asmani (2011: 36) berpendapat bahwa nilai religius merupakan nilai yang hubungannya dengan Tuhan, dengan kata lain, pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang diupayakan

a) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berfikir karena itu dapat mengurangi verbalisme. b) Dengan media dapat memperbsar minat dan perhatian siswa untuk

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu

Perbedaan gender merupakan salah satu topik yang banyak menarik perhatian dewasa ini. Sekolah adalah salah satu wadah di mana guru sebagai fasilitator sering secara

Kegiatan membaca sangat diperlukan bagi siswa, membaca akan meningkatkan kemampuan pemahaman tentang teks bacaan dan dapat memberikan informasi kepada siswa, dari siswa yang