• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi

Dari sudut pandang manajemen keuangan, salah satu tujuan perusahaanadalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Tujuan itu seringkali hanya bisa tercapai apabila tanggungjawab pengelolaan perusahaan diserahkan kepada para profesional, dikarenakan para pemilik modal memiliki keterbatasan. Dengan menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para professional, diharapkan mereka dapat menutupi keterbatasan yang ada. Para professional ini disebut sebagai agent atau manajer. Manajer diberi kekuasaan oleh pemilik perusahaan untuk membuat keputusan dan ini yang seringkali menimbulkan konflik potensial atas kepentingan yang disebut teosi agen (agency theory) ( Ardianingsih dan Ardiyani, 2010 )

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah persentase kepemilikan saham pada perusahaan oleh pihak manajerial. Manajer yang sekaligus pemegang saham akan berusaha bekerja secara optimal dan tidak hanya mementingkan kepentingannya

(2)

sendiri. Manajemen selalu berupaya meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan maka kekayaannya yang dimiliki sebagai pemegang saham akan meningkat, sehingga kesejahteraan pemegang saham akan meningkat pula (Wati dan Darmayanti, 2013)

Kepemilikan manajerial berhasil menjadi mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Kepentingan manajer dengan pemegang saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya sendiri. Kalau kepemilikan saham rendah, maka ada kemungkinan perilaku oportunistik manajer akan meningkat (Endraswati, 2012).

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan tingginya persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak institusi. Yang dimaksud dengan pihak institusi dalam hal ini berupa LSM, perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi maupun perusahaan swasta. Kepemilikan insti-tusional pada umumnya memiliki proporsi kepemilikan dalam jumlah yang besar

(3)

sehingga proses monitoring terhadap manajer menjadi lebih baik. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku

opportunistic manajer (Wiranata dan Nugrahanti, 2013). semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan (Wening, 2009)

Kepemilikan institusional dapat mempengaruhi keputusan pendanaan apakah melalui hutang atau right issue. Pihak institusional diharapkan mampu melakukan pengawasan lebih baik terhadap kebijakan manajer dikarenakan dari segala skala ekonomi, pihak institusional memiliki keuntungan lebih untuk memperoleh informasi dan menganalis segala hal yang berkaitan dengan kebijakan manajer (Brigham dan Houston, 2009:29)

Putra (2013) memaparkan beberapa kelebihan dari kepemilikan institusional, yaitu :

1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat menguji keandalan informasi.

(4)

2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan

2.1.4. Modal Intelektual

Banyak definisi mengenai modal intelektual menurut peneliti dan kalangan bisnis. Sebagai sebuah konsep, modal intelektual merujuk pada modal-modal non fisik atau modal tidak berwujud (intangible assets) atau tidak kasat mata (invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta teknologi yang digunakan.

Menurut penelitian dari (S.W dan Firmansyah, 2012) kekayaan dan daya saing perusahaan pada masa lalu selalu didasarkan pada kepemilikan sumberdaya yang bersifat fisik (tangible asset). Perkembangan ekonomi baru yang dikendalikan oleh informasi dan pengetahuan mengubah dasar dan tumpuan industri. Industri yang sebelumnya bertumpu pada aset wujud fisik, yakni produksi barang dan jasa serta penciptaan nilai menjadi tergantung pada aset nirwujud

(intangible assets). Pentingnya peran dan kontribusi asset nirwujud dapat dilihat pada perbandingan antara nilai buku (book value) dan nilai pasar (market value) pada

(5)

perusahaan-perusahaan yang berbasis pengetahuan (knowledge base). Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset nirwujud adalah Intellectual Capital (IC). 2.1.5. Nilai Perusahaan

2.1.5.1 Definisi Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham dan Houston, 2004:294).

Nilai sebuah perusahaan yang sudah menerbitkan sahamnya kepada masyarakat di pasar modal akan tercermin pada harga saham perusahaan dipasar modal. Jika perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang maka harga sahamnya akan meningkat. Sebaliknya, jika perusahaan dinilai oleh pemegang saham kurang memiliki prospek maka harga saham akan menurun. (Mardiyati et al, 2012:2).

2.1.5.2 Penentuan Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur menggunakan Price to Book Value (PBV). PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sunarsih dan Mendra, 2012). Rasio PBV merupakan perbandingan antara harga saham dengan

(6)

nilai buku ekuitas. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa pasar semakin percaya akan prospek perusahaan tersebut (Sudibya dan Restuti, 2014). Dalam penelitian ini PBV dihitung berdasarkan perbandingan antar harga pasar saham dengan nilai buku per saham. Harga pasar saham yang digunakan adalah harga yang berdasarkan closing price pada akhir tahun pelaporan perusahaan. PBV diformulasikan sebagai berikut (Sunarsih dan Mendra, 2012). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2011), Price to Book Value

(PBV) merupakan hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai berikut :

PBV = Harga per lembar saham Nilai Buku per lembar saham

Alat ukur lain untuk mengukur nilai perusahaan selain PBV adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. James Tobin,ekonom peraih Nobel telah merumuskan teori investasi yaitu tarif investasi (rate of investment) dengan pendekatan Neraca ,dimana harga pasar saham atau market value of a firm

dibandingkan dengan nilai asset yang didasarkan pada replacement cost dikurang dengan utang,rasio ini terkenal

(7)

nama Tobin's Q atau Q rasio . Dalam jangka panjang menurut pandangan teori ini Q rasio akan menuju kearah 1 yang disebut Equilibrium,tapi dalam kenyataannya dalam jangka panjang rasio ini berbeda secara signifikan dari 1. Bila nilai Q suatu perusahaan lebih dari satu, hal ini akan menstimulasi investasi, sebaliknya bila nilai Q dibawah satu akan mengurangi investasi.

Rasio Q mengemukakan hipotesis bahwa nilai pasar gabungan dari semua perusahaan di pasar saham harus sekitar sama dengan biaya penggantian mereka. Rasio Q dihitung sebagai nilai pasar perusahaan dibagi dengan nilai penggantian aset perusahaan. Rasio ini dapat diukur dengan: (nilai pasar saham + nilai buku hutang)/total aset (Ogolmagai, 2013). 2.1.6. Kinerja Keuangan

Menurut Hadiwijaya (2013) kinerja keuangan adalah suatu tampilan mengenai kondisi keuangan perusahaan dalam periode waktu tertentu. Kinerja keuangan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja keuangan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja keuangan mengukur kinerja perusahaan dalam memperoleh laba dan nilai pasar. Ukuran kinerja

(8)

keuangan biasanya diwujudkan dalam profitabilitas, pertumbuhan dan nilai pemegang saham

Saryanti (2011) menyatakan kinerja perusahaan merupakan suatu tampilan keadaan perusahaan selama periode tertentu.

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya (Arifani, 2013)

Variabel kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui hasil tindakan yang telah dilakukan di masa lalu. Selain itu, ukuran keuangan tersebut dilengkapi dengan ukuran

(9)

nonkeuangan tentang kepuasan konsumen, produktifitas, dan

cost effectiveness, proses bisnis, produktifitas dan komitmen perusahaan untuk menentukan kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang (Fajarini dan Firmansyah, 2012).

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya sangat penting untuk ditinjau karena dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan acuan yang sangat berguna bagi penulis.

Ayuntari (2012) melakukan penelitian dengan judul “Investigasi Empiris Pengaruh Modal Intelektual terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Perusahaan”. Hasilnya diterangkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin baik kinerja keuangan maka menyebabkan semakin tinggi nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Subrata (2014) dengan judul “Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan

Manufaktur HIGH-IC Dan LOW-IC Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian regresi linear berganda diketahui bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh intellectual capital (VAIC™) terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur selama tiga tahun pengamatan (2010-2012).

(10)

Penelitian selanjutnya berjudul “Pengaruh good Corporate Governance” yang dilakukan oleh Agustiani (2013) menyimpulkan secara parsial hanya 3 mekanisme good corporate governance yaitu kepemilikan institusional, komisaris independen dan ukuran dewan direksi yang memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. 2.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, tinjauan pustaka, dan kerangka pemikiran penelitian, maka hipotesis yang dapat diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.3.1 Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan

Dalam hubungannya dengan teori stakeholder, dijelaskan bahwa seluruh aktivitas perusahaan bermuara pada penciptaan nilai atau value creation, kepemilikan serta pemanfaatan sumber daya intelektual memungkinkan perusahaan mencapai keunggulan bersaing dan meningkatkan nilai tambah (Sunarsih dan Mendra, 2012). Perusahaan yang memiliki nilai yang baik akan mampu untuk memenuhi keinginan stakeholder. Oleh karena itu mereka memberikan apresiasi dengan memberikan investasi pada perusahaan tersebut. Sehingga akan memberikan dampak kenaikan nilai perusahaan,

Nilai pasar diciptakan oleh modal-modal yang digunakan perusahaan termasuk di dalamnya modal intelektual. Jika suatu perusahaan mampu mengelola dan terus meningkatkan ketiga komponen modal intelektual yang

(11)

dimiliki dengan baik, maka dapat meningkatkan kinerja keuangan, sehingga dapat menarik perhatian investor untuk berinvestasi karena investor memberi nilai yang tinggi pada perusahaan (Sudibya dan Restuti, 2014 ). Salah satu kekayaan atau modal yang dimiliki oleh pihak perusahaan adalah sumber daya manusia. Apabila sumber daya manusia dapat dikelola dengan baik maka penilaian terhadap pasar akan meningkat. Sumber daya adalah kunci perusahaan oleh karena itu apabila pasar mengetahui bahwa karyawan dikelola dengan baik sehingga dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dan menghasilkan karyawan yang berkeahlian tinggi oleh karena itu perusahaan dapat berkembang. Karyawan yang berkeahlian tinggi akan meningkatkan keunggulan kompetitif, yaitu perusahaan dapat bersaing dengan lawan bisnis dan keberlanjutan perusahaan akan terjamin sehingga akan meningkatkan persepsi dalam nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H1: Modal intelektual berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2.3.2 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan

Teori agensi yang memisahkan antara kepemilikan dan pengelola perusahaan dapat menimbulkan konflik keagengan. Konflik keagengan disebabkan karena principal dan agen memiliki kepentingan sendiri-sendiri dan saling bertentangan. Kepemilikan manajerial salah satunya digunakan untuk mengatasi masalah pada suatu perusahaan. Dengan meningkatnya kinerja manajerial maka akan memberikan motivasi bagi manajer untuk

(12)

meningkatkan kinerjanya. Dikarenakan manajer merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan nya tidak hanya untuk pribadi namun juga untuk kepentingan pemegang saham. Manajer juga akan berhati hati dalam melakukan kesalahan karena akan mempengaruhi diri nya sendiri juga apabila terjadi kesalahan. Semakin besar kepemilikan manajerial yang dimiliki maka semakin giat bagi pemegang saham untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Manajer sekaligus pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan karena dengan meningkatkan nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat juga. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan Sofyaningsih dan Hardiningsih (2011) menemukan bahwa variabel kepemilikan manajerial terbukti mempengaruhi nilai perusahaan.

Wati (2011) meneliti tentang pengaruh Struktur Kepemilikan pada Nilai Perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif pada Nilai Perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.3.3. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan

Kepemilikan institusional akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena besar kepemilikan saham mewakili besar kekuasaan yang dimiliki oleh manajemen. Investor institusi

(13)

akan melakukan monitoring secara efektif yang akan meningkatkan kinerja perusahaan dan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Wening (2009) Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan perusahaan yang ditunjukkan seberapa besar prosentase dalam saham yang dimiliki oleh suatu institusi. Banyak saham dalam perusahaan yang dikeluarkan oleh perusahaan akan mempengaruhi penilaian terhadap perusahaan tersebut, apabila perusahaan semakin banyak prosentase saham nya maka akan semakin besar pula pengawasan investor terhadap perusahaan. Sehingga manajer dapat bekerja dengan optimal dalam mengerjakan pekerjaan nya.

Fauzan (2012), bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

2.3.4. Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Keuangan

Penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dapat memperkecil biaya sehingga akan meningkatkan laba perusahaan. Apabila perusahaan dapat mengembangkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki sebagai sarana untuk meningkatkan laba, maka ini akan menguntungkan para stakeholder. Oleh karena itu, apabila perusahaan dapat

(14)

mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia yang berketerampilan dan kompetensi tinggi (modal intelektual) yang dimiliki dengan baik, maka akan mengindikasikan kinerja keuangan yang semakin baik, sehingga menghasilkan keuntungan dan merupakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Apabila perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola potensi yang dimiliki karyawannya dengan baik, maka hal itu dapat meningkatkan produktivitas karyawan. Jika produktivitas karyawan meningkat, maka pendapatan dan profit perusahaan juga akan meningkatkan. Meningkatnya pendapatan dan laba perusahaan dapat mengakibatkan ROE perusahaan juga meningkat (Pramelasari, 2010).

Dengan memanfaatkan modal intelektual yang dimiliki, maka perusahaan dapat meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan pendapatan tanpa adanya peningkatan beban dan biaya secara proporsional atau mengurangi beban operasi perusahaan (Pramudita, 2012). Apabila perusahaan dapat meningkatkan modal intelektual yang dimilikinya makan akan memberikan keunggulan tersendiri bagi perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H4 : Modal intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. 2.3.5 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja Keuangan

Rosyada (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kepemilikan saham manajerial terhadap kinerja keuangan. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajer cenderung

(15)

melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja keuangan jangka panjangnya. Insentif berupa saham yang diberikan kepada pihak manajer memacu mereka untuk bekerja lebih keras dan cerdas dalam meningkatkan nilai badan usaha, yang juga merupakan milik pihak manajer

Peningkatan proporsi saham yang dimiliki oleh manajer dan direksi akan menurunkan kecenderungan adanya tindakan manipulasi yang berlebihan, sehingga dapat menyatukan kepentingan antara manajer dan pemegang saham (Nurhidayati et al. 2012). Dengan kepemilikan manajeral yang tinggi maka akan memberikan semangat bagi para pekerja untuk bekerja dengan maksimal dan sebaik mungkin menghindari kesalahan, sehingga akan memberikan dampak yang baik bagi perusahaan itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H5 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

2.3.6 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja Keuangan

Semakin besar pengawasan yang diberikan investor akan memberikan dampak bagi manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga perusahaan akan meningkat kinerja nya dan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena manajer yang berusaha sekuat tenaga untuk tidak melakukan kesalahan.

(16)

Murwaningsari (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan Tobin’s Q.

Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan pada kinerja keuangan perusahaan juga ditunjukkan dari hasil penelitian Rosyada (2012). Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H6 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan

2.3.7 Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan sebagai variabel intervening mampu memediasi hubungan antara modal intelektual dan nilai perusahaan. Dikarenakan kinerja keuangan perusahaan mampu mengelola dan mengalokasikan sumber daya. (Sunarsih dan Mendra, 2012). Dengan adanya kinerja keuangan maka dapat menjembatani modal intelektual dan nilai pada perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H7 : Modal intelektual berpengaruh negative terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan

2.3.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan variabel intervening yang tepat untuk kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan (Putra, 2013).

(17)

Fuerst dan Kang (dalam Suranta dan Midiastuty, 2003) yang melakukan pengujian terhadap 1.638 perusahaan publik di NYSE menjelaskan bahwa besarnya kepemilikan dari CEO dan corporate insiders mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja perusahaan dan nilai pasar. Mereka menemukan hubungan yang positif antara insider ownership dengan nilai perusahaan setelah mengendalikan kinerja perusahaan. Kinerja para pekerja dapat menjembatani kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah :

H8 : Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan melalui kinerja keuangan

2.3.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Nilai Perusahaan Melalui Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan (ROA) merupakan variabel intervening yang tepat untuk ukuran perusahaan, kepemilikan institusional dan nilai perusahaan (Putra, 2013). Kinerja keuangan mampu mengalokasian dan mengelola sumber daya dengan baik maka dipilihlah kinerja keuangan untuk menjembatani. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang diajukan adalah : H 9 : Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai

(18)

Modal Intelektual

2.4. Kerangka Penelitian

Berdasarkan pengembangan hipotesis yang telah diuraikan di atas, kerangka pemikiran penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4. Pengaruh Modal Intelektual dan Good Coorporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening.

Kinerja Keuangan Nilai Perusahaan Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial H1=(+) H2=(+) H3 =(+) H4 = (+) H5=(+) H6=( +) H7 =(-) H8=(+) H9=(+)

Gambar

Gambar 2.4.  Pengaruh  Modal  Intelektual  dan Good Coorporate Governance  Terhadap  Nilai  Perusahaan  Terhadap  Nilai  Perusahaan  Dengan  Kinerja  Keuangan Sebagai Variabel Intervening

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian(Ningsih,2013) berupaya mengetahui keterkaitan kepemilikan manajerial dengan nilai perusahaan. dalam penelitiannya menyatakan bahwa meningkatnya kepemilikan

Setelah melakukan penelitian tentang kriteria kinerja dosen berdasarkan Permendikbud Nomor 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi serta melakukan

Berdasarkan kondisi di atas, perlu dilakukan penelitian pengembangan instrumen penilaian peta konsep yang layak berdasarkan aspek validitas isi dan reliabilitas

Untuk memenuhi salah satu pesanan berupa produk bracket, PT PGE harus dapat membuat estimasi harga pokok produksi dari produk bracket secara cepat, tepat, dan akurat pada saat

Dari penyajian pembahasan di atas, dapat kemukakan bahwa peranan pengawasan internal di kantor Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Wilayah Sungai Pamekasan memberikan

Demikian juga pada umur 16 bulan perlakuan pupuk kandang 2 kg dan bokashi 2 kg tidak berbeda nyata terhadap persentase tumbuh tanaman, tetapi kedua perlakuan tersebut berbeda

Penelitian membuktikan bahwa Aloe vera dapat digunakan sebagai koagulan alami, namun perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis yang tepat.. *Corresponding

Contohnya, setelah mengamati ek- sistensi dari keenam urutan dasar yang mungkin secara logika dalam bahasa- bahasa di dunia, para ahli tipologi linguis- tik akan