BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Sikap Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan sifat alami manusia yang mendorong mereka untuk mencari sesuatu secara lebih mendalam. Menurut Daryanto (2013: 138) rasa ingin tahu merupakan suatu sikap dan tindakan yang
selalu berupaya untuk mengetahui secara lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
Rasa ingin tahu merupakan pendorong utama untuk mengetahui
hal-hal yang baru. Menurut Aly dan Rahma (2010: 3) rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Sedangkan Suyadi (2013: 122) menyatakan bahwa rasa ingin
tahu merupakan nilai karakter yang tampak jelas dalam transformasi pencarian jawaban atas pertanyaan atau masalah yang akan dibahas. Aktivitas peserta didik sepanjang proses atau aktivitas mencari hingga menemukan jawaban merupakan internalisasi “rasa ingin tahu” yang
Berdasarkan pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap atau tindakan yang mendorong manusia
untuk mencari tahu tentang apa yang mereka pelajari secara lebih mendalam. Rasa ingin tahu seseorang muncul karena adanya keinginan dan
dorongan dalam diri untuk menemukan hal-hal yang baru.
Tabel 2.1. Indikator Rasa Ingin Tahu
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “ prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement) berbeda dengan “hasil belajar”
(learning outcome). Prestasi belajar biasanya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar adalah aspek pembentukan watak
peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga dan pendidikan,
khususnya dalam pembelajaran (Arifin, 2013: 12).
Prestasi merupakan bukti atau hasil atas usaha yang telah dilakukan oleh seseorang. Menurut Hamdani (2011: 137) prestasi adalah
hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun secara kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan.
Prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab prestasi atau pencapaian siswa yang
dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang nantinya akan memperoleh sebuah hasil. Menurut
Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai sesesorang dari hasil belajarnya. Prestasi belajar akan dicapai oleh
seseorang setelah melakukan kegiatan belajar secara maksimum. Sedangkan wujud dari prestasi belajar tersebut dinyatakan dalam bentuk nilai (angka) untuk menunjukan kemampuan pencapaian dari hasil
belajarnya.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Pada dasarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern), Hamdani (2011: 139-146).
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta didik.
a) Kecerdasan (inteligensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya
inteligensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya.
b) Faktor jasmani atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang.
c) Sikap
Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak
acuh. Dalam diri siswa harus ada sikap yang positif (menerima) kepada sesama peserta didik atau kepada gurunya. Sikap positif ini
akan menggerakkannya untuk belajar. Adapun siswa yang sikapnya negatif (menolak) kepada sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar.
d) Minat
Minat menurut para ahli psikologi adalah suatu
terjadi karena perasaan senang pada suatu. Minat memiliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika menyukai suatu
mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa beban.
e) Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan
datang. Setiap orang memliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
maisng-masing. f) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motivasi menjadi hal yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong siswa
untuk melakukan belajar. 2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu lingkungan
sosial dan lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial contohnya guru, kepala sekolah, staf administrasi, teman-teman sekelas, rumah tempat
Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi prestasi belajar menurut Slameto (dalam Hamdani, 2011: 143) adalah sebagai
berikut:
a) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan tekecil dalam masyarakat, tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat
seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan peserta didik, alat-alat pelajaran, dan kurikulum.
c) Lingkungan masyarakat
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan tempat tinggal anak tersebut berada.
c. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk
dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama. Fungsi dari prestasi belajar menurut Arifin (2013: 12-13) antara lain sebagai berikut:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai siswa.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ektern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ektern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didiklah yang
diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.
3. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
IPA adalah ilmu yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa,
baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu, dalam menjelaskna hakikat fisika,
IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yan diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/ khusus, yaitu melakukan observasi
eksperimentasi, penyimpulan, penyususnan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu
dengan cara yan lain. Cara untuk memperoleh ilmu secara demikian ini terkenal dengna nama metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya merupakan suatu cara yang logis untuk memecahkan suatu masalah
tertentu. Metode ilmiah ini merupakan dasar metode yang digunakan dalam IPA (Aly dan Rahma, 2010: 18).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang semua hal yang ada di alam semesta ini, baik yang dapat diamati oleh indera maupun yang tidak
dapat diamati oleh indera, dari unsur biotik maupun abiotik. IPA dipelajari dengan menggunakan beberapa cara seperti melakukan
kegiatan pengamatan, observasi, percobaan dan yang lainnya. Cara tersebut dikenal dengan nama metode ilmiah yang pada dasarnya merupakan suatu cara untuk memecahkan suatu permasalahan.
b. Materi Benda dan Sifatnya
1) Sifat-sifat Bahan dan Penyusunnya
a) Jenis Bahan Berdasarkan Struktur Penyusunnya
yang tidak dapat dipisah lagi. Contohnya adalah senar, nilon, dan ijuk. Senar merupakan serat yang berasal dari plastik, contohnya
senar untuk bermain layang-layang dan senar untuk memancing. Nilon merupakan serat buatan sedangkan ijuk adalah serat yang
berasal dari pangkal pelepah pohon enau.
Gabungan dari beberapa serat akan membentuk benang. Contohnya benang jahit dan benang kasur. Benang jahit dan
benang kasur tersusun dari serat kapas. Tali merupakan gabungan dari beberpa benang yang menjadi satu. Contohnya tali
tambang dan tambang plastik.
Karpet, korden, sajadah, baju, dan celana merupakan benda-benda yang disusun oleh kumpulan-kumpulan tali, yaitu benang.
Baju dan celana yang kita pakai berasal dari kain yang juga tersusun dari kumpulan benang. Benda-benda lain, seperti kursi,
meja, jendela, lemari, dan lain-lain juga tersusun atas benda yang berbeda-beda jenisnya.
b) Penggunaan Bahan Berdasarkan Struktur Penyusunnya
Bahan yang menyusun suatu benda mempengaruhi kegunaan benda tersebut. Bambu dapat digunakan untuk
rotan. Plastik juga dapat digunakan untuk membuat kursi dan benda-benda lainnya. Bahan penyusun benda ini tentu
mempengaruhi kegunaannya. Kursi yang terbuat dari kayu atau rotan memiliki sifat yang berbeda dengan kursi yang terbuat dari
plastik.
2) Hubungan Antara Jenis Bahan dan Kekuatannya
a) Berbagai bahan dengan kekuatan yang dimilikinya
Benda-benda yang ada di sekeliling kita biasanya tersusun atas bahan-bahan yang berupa kayu, plastik, karet, bambu, kaca,
batu, kain, dan benang. Susunan bahan-bahan tersebut akan memengaruhi kekuatan dari benda. Benda yang tersusun dari plastik tentu memiliki kekuatan yang berbeda dengan benda
yang tersusun dari kayu atau batu. Masing-masing bahan penyusun benda tersebut memiliki sifat dan ciri tersendiri.
Penggunaan bahan-bahan tersebut juga akan disesuaikan dengan kegunaan bendanya.
b) Hubungan Antara Jenis Bahan Penyusun Benda dengan Sifatnya
Benda yang memiliki bahan penyusun yang berbeda tentu akan memiliki sifat yang berbeda pula. Sifat benda tersebut
3) Faktor-faktor Penyebab Perubahan Sifat Benda
a) Pemanasan
Pemanasan air akan mengakibatkan air berubah wujud menjadi uap air (gas). Jadi pemanasan mengakibatkan benda mengalami
perubahan wujud. Benda padat apabila dipanaskan akan berubah menjadi cair dan benda cair apabila dipanaskan akan berubah menjadi uap air.
b) Pendinginan
Es krim atau es yang biasa kamu beli di sekolah atau warung
dekat rumahmu sebenarnya berasal dari bahan-bahan yang berbentuk cairan. Apabila cairan tersebut didinginkan maka akan berubah wujud menjadi padat, yaitu es. Jadi, pendinginan
menyebabkan benda mengalami perubahan wujud. Benda cair akan berubah wujudnya menjadi benda padat.
c) Pembakaran
Pada saat di bakar kertas tersebut mengalami perubahan warna dan bentuk. Sebelum dibakar kertas tersebut berwarna putih,
namun setelah dibakar warna kertas berubah menjadi hitam. Selain perubahan warna, kertas juga mengalami perubahan
d) Pembusukan
Buah yang dibiarkan beberapa hari di udara terbuka maka akan
menjadi lembek, layu, dan warnanya pun berubah. Hal ini terjadi karena buah yang dibiarkan di udara terbuka akan mengalami
pembusukan. Jadi, pembusukan juga mengakibatkan benda mengalami perubahan bentuk, warna, dan bau.
e) Perkaratan
Logam seperti besi, dapat mengalami perkaratan apabila terkena air atau uap air dan dibiarkan dalam waktu yang lama.
Perkaratan ini menyebabkan warna besi berubah dan besi menjadi rapuh. Perkaratan dapat menyebabkan benda mengalami perubahan warna dan kekuatan, Sulistyanto, H dan Edy, W
(2008: 63-71).
4) Macam-macam Perubahan Sifat Benda
a) Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Sementara
Perubahan bersifat sementara adalah perubahan benda yang dapat kembali ke wujud semula dan tidak menghasilkan zat
baru. Perubahan bersifat sementara disebut juga perubahan fisika.
b) Perubahan Sifat Benda yang Bersifat Tetap
zat baru. Perubahan bersifat tetap disebut juga perubahan kimia, Azmiyawati, C dan Kusumawati, R (2008: 73).
4. Metode Discovery
Discovery merupakan metode pembelajaran yang membuat siswa
menjadi lebih aktif lagi. Menurut Hanafiah dan Suhana (2010: 77)
discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan perilaku.
Discovery merupakan proses pembelajaran yang berfokus pada penemuan masalah (sumber pembelajaran) yang berasal dari
pengalaman-pengalaman nyata siswa. Sehingga tujuan utama dari discovery tidak terletak pada pencarian aplikasi pengetahuan, melainkan suatu upaya
untuk membangun pengetahuan secara induktif dari pengalaman-pengalaman siswa dan pengalaman-pengalaman merupakan sumber materi yang dapat dieksplorasi dalam proses pembelajaran (Anam, 2015: 110).
Strategi pembelajaran discovery adalah nama lain dari strategi penemuan. Pengetahuan baru yang diperoleh siswa dilakukan melalui
prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri (Said dan Budimanjaya, 2015: 117).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa discovery adalah metode pembelajaran yang bertujuan untuk
menemukan suatu konsep atau memecahkan masalah dengan melibatkan kemampuan siswa secara maksimal. Metode penemuan ini lebih menitikberatkan pada siswa atau berpusat pada siswa, sehingga siswa
akan lebih berperan aktif saat mengikuti proses pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode discovery
menurut Whewell (dalam Said dan Budimanjaya, 2015: 118) adalah sebagai berikut:
1) Guru mengidentifikasi kebutuhan siswa.
2) Guru melakukan seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip
pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan. 3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari.
4) Guru membantu dan memperjelas tugas/ masalah yang dihadapi
siswa serta perannya masing-masing.
5) Guru mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan.
6) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap hal yang akan
dipecahkan.
8) Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh
siswa.
9) Guru memfasilitatori siswa agar mampu menganalisis sendiri dengan
pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi masalah. 10) Guru memfasilitatori terjadinya interaksi antara siswa dan guru. 11) Guru membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Keunggulan metode discovery menurut Roestiyah (2012: 20-21) adalah sebagai berikut:
1) Membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan,
serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif/ pengenalan siswa.
2) Siswa meperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/
individual sehingga dapat kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa
siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang
dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki
motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
7) Metode ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Sehingga guru
hanya sebagai teman belajar saja dan membantu bila diperlukan.
Kelemahan metode discovery menurut Roestiyah (2012: 21) adalah sebagai berikut:
1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara
belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan metode ini akan kurang berhasil.
3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode penemuan.
4) Dengan metode ini ada yag berpendapat bahwa proses mental ini
terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 5) Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berpikir
secara kreatif.
Langkah-langkah pembelajaran discovery pada pelajaran IPA
materi benda dan sifatnya, mengacu pada pendapat dari Whewell di atas adalah sebagai berikut:
1) Guru mengkondisikan kelas agar siswa siap untuk mengikuti
2) Guru melakukan kegiatan apersepsi dengan cara memberikan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan materi kepada siswa. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok kegiatan
yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 4) Guru menjelaskan tentang permasalahan atau materi yang nantinya
akan dihadapi oleh siswa.
5) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
6) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada siswa.
7) Guru membimbing siswa untuk mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan untuk percobaan.
8) Guru membimbing siswa dalam melakukan kegiatan percobaan.
9) Guru berkeliling untuk mengawasi kegiatan siswa dan membantu
siswa jika ada kesulitan.
10) Guru membimbing siswa untuk mempersiapkan hasil diskusi.
11) Guru menunjuk satu persatu perwakilan kelompok untuk melakukan
presentasi di depan kelas.
12) Guru membimbing siswa untuk bertanya dan berpendapat terhadap
hasil presentasi kelompok yang sedang maju di depan kelas.
13) Guru memberikan pemantapan dan penguatan materi kepada siswa. 14) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait
15) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari kegiatan dan materi
yang telah dibahas.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Arifin, Z (2012) dengan judul “Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Berbasis Media Realita Terhadap Hasil Belajar IPA”, menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif terhadap
hasil belajar IPA siswa kelas V yang diajar menggunakan metode discovery berbasis media realita. Simpulan penelitian ini adalah hasil belajar IPA pada
siswa yang diajar dengan metode discovery berbasis media realita lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan pembelajaran langsung berbasis media gambar.
Penelitian yang dilakukan oleh Artini (2014) dengan judul “Pengaruh
Metode Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Kreativitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 6 SDK Soverdi Tuban”, menyatakan bahwa terdapat
perbedaan kreativitas dan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan
kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode pembelajaran konvensional.
yang diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu menjadi cerminan supaya penelitian ini menjadi lebih baik dan sesuai.
C. Kerangka Pikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat. Dengan adanya pemilihan metode yang tepat, maka akan membuat siswa tertarik dengan kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, dengan adanya pemilihan metode yang tepat maka materi yang diberikan oleh guru akan mudah diserap oleh siswa. Sehingga siswa dapat
memahami dengan baik apa yang diberikan oleh guru. Kemudian untuk dapat melakukan pembelajaran yang efektif, siswa dituntut agar aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode discovery
menekankan pada bagaimana proses kegiatan belajar mengajar itu dilaksanakan. Proses pembelajaran memberikan kesempatan bagi siswa untuk
terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan. Untuk itu diperlukan ketepatan metode yang mampu mengaktifkan siswa, yaitu
Berikut adalah skema kerangka berfikir dari penelitian ini:
Gambar 2.1 Bagan alur kerangka pikir Kondisi awal
1. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang tepat atau bervariasi.
2. Siswa pasif/ tidak berani untuk bertanya
3. Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran
4. Siswa kurang dapat memahami materi 5. Kondisi kelas kurang kondusif
Pelaksaan
Tindakan
Tindakan untuk mengatasi masalah adalah melalui metode discovery,
langkah-langkahnya:
1) Guru mengidentifikasi kebutuhan siswa.
2) Guru melakukan seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian konsep dan generalisasi pengetahuan.
3) Seleksi bahan atau masalah yang akan dipelajari.
4) Guru membantu dan memperjelas tugas/ masalah yang dihadapi siswa serta perannya masing-masing.
5) Guru mempersiapkan kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Guru mengecek pemahaman siswa terhadap hal yang akan
dipecahkan.
7) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penemuan.
8) Guru membantu siswa dengan informasi/ data jika diperlukan oleh
siswa.
9) Guru memfasilitatori siswa agar mampu menganalisis sendiri
dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
masalah.
10) Guru memfasilitatori terjadinya interaksi antara siswa dan guru.
11) Guru membantu siswa merumuskan prinsip dan generalisasi hasil
penemuannya.
Kondisi Akhir