• Tidak ada hasil yang ditemukan

Imman Yusuf Sitinjak Dosen Universitas Simalungun Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Imman Yusuf Sitinjak Dosen Universitas Simalungun Abstrak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Imman Yusuf Sitinjak

Dosen Universitas Simalungun Email: [email protected]

Abstrak

Sebagai warga negara Indone-sia, masyarakat haruslah memiliki identitas kewarganegaraan. Sebab kewarganegaraan memegang peran penting yang menyatakan seseorang dibawah perlindungan suatu negara. Identitas sebagai warga negara tersebut diberikan ketika masyarakat mendaftarkan diri menjadi warga negara Indonesia. Pelaksanaan pencatatan sipil adalah untuk memperoleh kepastian hukum tentang status perdata seseorang sebagai penduduk di Indonesia. Maka perlu mengetahui bagaimanakah urgensi dari suatu pencatatan sipil terhadap masyarakat menurut Hukum. Hal yang penting dalam pencatatan identitas seseorang sebagai warganegara Indonesia adalah pencatatan Kelahiran, Perkawinan dan Kematian. Didalam tiga hal tersebut memuat beberapa pencatatan yang lebih khusus lagi, seperti nama, dan perubahan nama asli, serta perceraian dalam riwayat perkawinannya. Sehingga pada catatan sipil berfungsi sebagai pembuktian bahwa peristiwa hukum yang dialami seseorang itu telah benar terjadi. untuk membuktikannya diperlukan serta keterangan yang menyatakan telah terjadi peristiwa hukum pada hari, tanggal, tahun, tempat peristiwa terjadi. Oleh sebab itu akan dibahas satu persatu mengapa perlunya catatan sipil bagi seorang penduduk warga Negara Indonesia.

--- Kata Kunci: Pencatatan Sipil, Akta Catatan Sipil

I. Latar Belakang

Kata identitas berasal dari kata identity (Inggris) yang memiliki pengertian harafiah tanda-tanda, ciri-ciri, atau jati diri yang melekat pada individu atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Identitas dalam antropologi memiliki pengertian sifat khas yang mene-rangkan dan sesuai dengan kesa-daran diri pribadi sendiri, golongan sendiri, kelompok, komunitas, atau negara sendiri. Berangkat dari

pengertian identitas ini, identitas tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku pada suatu kelompok.

Sebagai warga negara Indone-sia, masyarakat haruslah memiliki identitas kewarganegaraan. Sebab kewarganegaraan memegang peran penting yang menyatakan seseorang dibawah perlindungan suatu negara. Identitas sebagai warga negara tersebut diberikan ketika masyarakat mendaftarkan diri menjadi warga negara Indonesia. Didalam hukum perdata yang mana hukum yang telah

(2)

2 berlaku sebelum kita merdeka

sampai saat ini, dinyatakan wajib untuk mendaftarkan peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat didalam satu lembaga negara yaitu Dinas Pencatatan Kependudukan dan Sipil.

Pencatatan peristiwa hukum untuk memastikan status perdata se-seorang, ada lima peristiwa hukum dalam kehidupan manusia yang perlu dilakukan pencatatan kelahiran, me-nentukan status hukum seseorang sebagai subyek hukum, yaitu pen-dukung hak dan kewajiban per-kawinan, menentukan status hukum seseorang sebagai suami/istri dalam ikatan perkawinan menurut hukum kematian, menentukan status hukum seseorang sebagai ahli waris penggantian nama, menentukan status hukum seseorang dengan identitas tertentu dalam hukum perdata. Hal ini menjelaskan hidup mati penduduk Indonesia haruslah terdaftar di Indonesia.

II. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah “bagaimanakah urgensi pencatatan sipil kepada masyarakat menurut Hukum?

III. PEMBAHASAN

Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terha-dap peristiwa kelahiran seseorang. Sampai saat ini masih banyak anak Indonesia yang identitasnya tidak/ belum tercatat dalam akta kelahiran, secara de jure keberadaannya diang-gap tidak ada oleh negara. Hal ini mengakibatkan anak yang lahir tersebut tidak tercatat namanya, silsilah dan kewarganegaraannya ser-ta tidak terlindungi keberadaanya.

Banyak permasalahan yang terjadi berpangkal dari manipulasi identitas anak. Semakin tidak jelas identitas seorang anak, maka semakin mudah terjadi eksploitasi terhadap anak seperti anak menjadi korban perdagangan bayi dan anak, tenaga kerja dan kekerasan. Oleh karenanya diharapkan kepada seluruh masyarakat di Indonesia jangan takut dan enggan untuk mendaftarkan segera kelahiran anak-nya, untuk memberikan perlindungan terbaik bagi anak dan mencegah munculnya segala bentuk eksploitasi bagi anak, beban tugas kepada pemerintah tidaklah mudah dan harus melibatkan semua pihak oleh karenanya harus ada kerjasama dan

(3)

3 koordinasi yang sinergi untuk

melahirkan kebijakan-kebijakan yang terbaik bagi anak-anak di Indonesia.

Hak-hak anak diberbagai Un-dang-Undang, antara lain UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM maupun UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, jelas menyatakan akta kelahiran menjadi hak anak dan tanggung jawab pemerintah untuk memenuhinya. Terdapat sejumlah manfaat atau arti penting dari kepe-milikan akta kelahiran, yakni : men-jadi bukti bahwa negara mengakui atas identitas seseorang yang menjadi warganya, sebagai alat dan data dasar bagi pemerintah untuk menyusun anggaran nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan perlindungan anak, merupakan bukti awal kewarganegaraan dan identitas diri pertama yang dimiliki anak, menjadi bukti yang sangat kuat bagi anak untuk mendapatkan hak waris dari orangtuanya, mencegah pemal-suan umur, perkawinan di bawah umur, tindak kekerasan terhadap anak, perdagangan anak, adopsi ilegal dan eksploitasi seksual, anak secara yuridis berhak untuk mendapatkan perlindungan, kesehatan, pendidikan,

pemukiman, dan hak-hak lainnya sebagai warga negara.

Masih segar diingatan masya-rakat bagaimana kasus artis Indo-nesia Machica Moechtar dan Moerdiono, yang mana menikah siri dan memiliki anak. Yang mana Machica sebagai seorang ibu memperjuangkan hak dari pada anaknya ( M Iqbal Ramadhan) yang dalam hal ini sebagai buah hubungan-nya dengan Moerdiono (Mantan Mensesneg ke-4 Indonesia era Presiden Soeharto) untuk diakui dan mendapat hak tanggungjawab dari seorang ayah biologis.

Akhirnya, majelis Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan Pasal 43 ayat (1) UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan inkonstitusional bersya-rat. Pasal ini diuji oleh artis dangdut Machica Mochtar. Dia mempersoal-kan Pasal 43 ayat (1) yang mengatur bahwa status anak luar kawin hanya memiliki hubungan hukum dengan ibunya. Dalam amar putusannya, Mahkamah menyatakan Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang dimak-nai menghilangkan hubungan dengan laki-laki yang dapat dibuktikan ilmu pengetahuan dan teknologi dan atau

(4)

4 alat bukti lain ternyata mempunyai

hubungan darah sebagai ayahnya.1

“Pasal 43 ayat (1) UU Perkawi-nan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, sehingga pasal itu harus dibaca, ‘anak yang dilahirkan di luar perkawinan mempunyai hubu-ngan perdata dehubu-ngan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan ayahnya yang dapat dibuktikan ber-dasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan atau alat bukti lain menurut hukum mempunyai hubu-ngan darah, termasuk hubuhubu-ngan perdata dengan keluarga ayahnya,” kata Ketua Majelis MK, Moh Mahfud MD saat membacakan putusan.

Dalam pertimbangannya, Mah-kamah berpendapat tidak tepat dan tidak adil ketika hukum menetapkan bahwa anak yang lahir karena hubungan seksual di luar perkawinan (nikah sirih atau perzinahan, red) hanya memiliki hubungan sebagai ibunya. “Tidak tepat dan tidak adil pula jika hukum membebaskan laki-laki yang menghamili dari tanggung jawabnya sebagai seorang bapak,” kata Hakim Konstitusi Ahmad Fadlil

1

http://www.hukumonline.com/berita/ba ca/lt4f3e0363f2148/ anak- luar- nikah- juga- urusan-bapak-biologis

Sumadi. Terlebih, ketidakadilan itu lantaran hukum meniadakan hak-hak anak terhadap bapaknya (biologis). Padahal, berdasarkan perkembangan teknologi yang ada memungkinkan dapat dibuktikan bahwa seorang anak itu merupakan anak dari laki-laki tertentu (tes DNA). “Peristiwa kelahiran anak akibat hubungan seksual itu adalah hubungan hukum mengandung hak dan kewajiban timbal balik antara anak, ibu, dan bapak.”

Menurut Mahkamah hubungan anak dengan laki-laki sebagai bapak-nya tidak semata-mata karena adabapak-nya ikatan perkawinan, tetapi dapat juga didasarkan pada pembuktian adanya hubungan darah antara anak dengan bapaknya. Terlepas dari soal prose-dur/administrasi perkawinannya, anak yang dilahirkan harus menda-patkan perlindungan hukum. Jika tidak, yang dirugikan adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan itu. “Anak itu tidak berdosa karena kelahirannya di luar kehendaknya. Anak yang dilahirkan tanpa memiliki kejelasan status ayahnya sering men-dapatkan perlakuan tidak adil dan stigma di masyarakat. Karena itu, hukum harus memberi perlindungan dan kepastian hukum yang adil

(5)

5 terhadap status anak yang dilahirkan

dan hak-haknya, meski keabsahan perkawinannya masih diperseng-ketakan.”

Menurut Machica, dengan putu-san ini masa depan putranya, M Iqbal Ramadhan menjadi lebih jelas dan dia generasi muda yang punya masa depan dan jati diri. Sebab dahulu undang-undang perkawinan menga-nut asas monogami mengakibatkan perkawinan Machica dan Moerdiono tidak bisa dicatatkan KUA. Akibatnya, perkawinan mereka dinyatakan tidak sah menurut hukum (negara) dan anaknya dianggap anak luar nikah yang hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Setelah bercerai, Moerdiono tidak mengakui Iqbal sebagai anak-nya dan tidak pula membiayai hidup Iqbal sejak berusia 2 tahun. Iqbal juga kesulitan dalam pembuatan akta kelahiran lantaran tak ada buku nikah.

Jadi cukup jelaslah mengapa sangat pentingnya akte kelahiran da-lam pencatatan sipil bagi masyarakat Indonesia.

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan

oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. Kartu ini wajib dimiliki warga negara Indonesia (WNI) dan warga negara asing (WNA) yang memiliki izin tinggal tetap (ITAP) yang sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah kawin atau telah kawin.

Pemerintah akhir-akhir ini sedang memanjakan penduduk dalam pengurusan administrasi kependudu-kan. Hal ini terungkap dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependu-dukan. Hal ini tampak dalam pengu-rusan dokumen kependudukan dan pencatataan sipil di Dinas Kependu-dukan dan Pencatatan Sipil (Disduk-capil) kabupaten/kota. Kemudahan-kemudahan dalam pengurusan pen-catatan dan penerbitan dokumen-dokumen kependudukan diharapkan dapat merangsang masyarakat untuk lebih tertib administrasi kependudu-kannya.

Berkenaan dengan Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau disingkat EKTP, masih ada kesempatan bagi penduduk yang belum direkam

(6)

6 datanya. Sedangkan penduduk yang

sudah direkam datanya tetapi belum menerima E KTP, masih aman dan tetap berlaku KTP nonelektronik (masyarakat awam menyebutnya KTP SIAK) sampai 31 Desember 2014. Jadi untuk saat ini sudah menjadi kewajiban dari masyarakat beralih ke E-KTP.

Ada beberapa fungsi dari KTP bagi masyarakat, yaitu:

1. KTP digunakan sebagai kartu identitas diri. Setiap warga ne-gara yang telah memenuhi persyaratan kepemilikan KTP harus segera mengurusnya su-paya identitasanya dapat didata oleh pemerintah. Identitas yang terdapat di KTP nantinya akan berguna bagi seseorang dalam mengurus berbagai urusan atau keperluan

2. KTP merupakan persyaratan utama dalam banyak hal. Ketika seseorang mengurus keperluan yang berkaitan dengan admini-trasi, sudah pasti diutamakan menyerahkan atau sekedar menunjukan kartu tanda pen-duduk yang asli. KTP juga sangat diperlukan untuk regis-trasi ke beberapa tempat resmi yang membutuhkan identias asli

setempat. Contohnya saja jika ingin membuat atau mendaftar ke tempat dengan nama instansi besar dengan badan hukum seperti yang terdapat pada manfaat asuransi, manfaat kpr, dan manfaat deposito.

3. Kepemilikan KTP dapat mening-katkan bisnis perbankan. Suatu bisnis atau usaha memerlukan kepercayaan yang bisa dijamin dengan kepemilikan KTP. Mengapa demikian? Seseorang akan lebih percaya pada orang lain yang jelas data dan identitasnya. Disisi lain, proses bisnis perbankan dapat didu-kung kemudahan prosesnya ketika membuka rekening bagi calon nasabah baru melalui beberapa ketentuan berikut : (a) Adanya ketentuan KYC atau know your customer. Pemberian fasilitas kredit dapat diperoleh setelah dilakukannya identifi-kasi dan persetujuan kedua belah pihak. (b) Meminimalisir fraud dalam pelayanan per-bankan. Seperti membuat de-posito berjangka tentunya harus memiliki kartu identitas penduduk yang sah dan terdaftar pada wilayah sekitar.

(7)

7 4. KTP Sebagai jaminan yang

terpecaya. Ketika meminjamkan sejumlah uang dilembaga ter-tentu, maka KTP biasanya dijadikan sebagai salah satu ja-minan sebelum anda mengem-balikan sejumlah uang tersebut. KTP ini merupakan salah satu syarat yang diutamakan dalam proses peminjaman uang. KTP merupakan kartu yang sangat penting dalam segala urusan sehingga penggunaannya seba-gai jaminan merupakan hal yang dapat dipercaya. Jaminan adalah salah satu syarat yang biasa digunakan untuk hal-hal dengan dilandasi oleh hukum. Oleh karena itu, identias yang asli dan terdaftar secara resmi sangat dibutuhkan bahkan KTP adalah sayarat utama dalam pengajuannya. Contohnya saja peminjaman di pegadaian, pastinya selain jaminan identitas merupakan hal utama, seperti yang ada pada manfaat pegadaian yang dapat membantu masalah keuangan. 5. KTP sebagai kartu multi fungsi.

Selain untuk proses transaksi yang berhubungan dengan

registrasi, ternyata KTP merupakan kartu yang mempunyai banyak fungsi. Diantaranya bisa digunakan sebagai ID Card dalam prosedur pembuatan ATM, kartu pemilih ketika pemilu.

6. Proses penerimaan bantuan dengan kepemilikan KTP. Dalam menyalurkan bantuan tertentu pihak pemerintah mengguna-kan KTP sebagai persyaratan pengambilan barang bantuan tersebut. Selain itu, penggunaan KTP elektrik belakangan ini sangat bermanfaat untuk meng-hindari penyalahgunaan identi-tas penerima bantuan melalui verifikasi biometrics.

7. Tanda pengenal yang diakui secara internasional. Pengguna-an KTP dalam bentuk elektrik nyatanya tidak hanya diguna-kan di Indonesia saja adiguna-kan tetapi di beberapa negara maju sudah menggunakannya ter-lebih dahulu. Proses pengolahan data yang dikomputerisasi sangat meminalisir kriminalitas yang memanfaatkan KTP. Terlebih jika ingin bepergian ke beberapa tempat, misalnya luar

(8)

8 kota atau bahkan luar negeri,

pastinya memerlukan data yang benar dalam pengurusan pas-sport untuk bisa pergi. Setiap orang yang bepergian ke luar negeripun memiliki keperluan yang berbeda, seperti liburan. 8. KTP dibutuhkan untuk

pengu-rusan ijin. Di negara tertentu menetapkan identitas resmi yang dikeluarkan oleh pemerin-tah merupakan salah satu kewajiban warga negara yang harus dipenuhi. Misalkan untuk mengurus perizinan tempat atau membuka usaha, seseorang perlu menyertakan data diri dan fotocopy dari pihak yang bisa dimintai pertanggung jawaban nantinya.

9. Dengan memiliki KTP berarti telah mendukung program pem-bangunan. Negara yang mempu-nyai pendataan penduduk se-cara akurat merupakan langkah dalam pembangunan yang semakin maju. Sebagai warga negara yang baik, tentunya anda akan berpartisipasi dalam pem-bangunan yang diprogram oleh pemerintah. Salah satu bukti pembangunan saat ini adalah pajak, dan NPWP. Sebagai hal

utama dalam pembangunan karena uang yang didapatkan dari masyarakat diputar dan diolah kembali untuk mas-yarakat dalam bentuk pengem-bangan pembangunan dan program-program negara lain. Sedangkan untuk manfaat npwp juga berguna untuk sarana dan fasilitas bersama bagi masya-rakat, akan tetapi dana yang ditarik dari NPWP ini memiliki nilai yang berbeda tergantung dari tingkatan setrata masing-masing orang.

10. KTP dapat mempermudah proses evakuasi. Ketika terjadi bencana alam atau kejadian luar biasa yang menyebabkan kematian masal dimana jasad sulit untuk dikenali. Ternyata tim evakuasi dapat dipermudah dengan kartu tanda penduduk yang menempel di jasad tersebut.

11. KTP sebagai pengenal ketika terjadi kecelakaan. Jika sese-orang yang mengalami kece-lakaan didaerah lain dimana tidak seorang pun yang mengenal maka dengan adanya KTP tentu membuat pihak setempat mudah menghubungi

(9)

9 keluarga melalui alamat yang

tertera pada KTP.

KTP yang memanglah tanda pengenal yang simple yang mana selalu dibawa kemana-mana karena ukurannya yang cocok kedalam saku celana maupun dompet. Jadi baik terjadi suatu hal ataupun untuk keperluan hukum pengurusan segala sesuatunya seperti yang telah di-terangkan diatas, maka masyarakat dengan mudah melakukannya karena memang sebegitu pentingnya ada KTP dalam tiap urusan hukum maupun pelaksanaan kegiatan beru-pa perikatan hukum.

Apalagi dengan telah adanya E-KTP, masyarakat tidak lagi susah untuk memperpanjang KTP tiap lima tahun sekali, karena telah diber-lakukan seumur hidup. Andai pun melakukan pengurusan E-KTP dise-babkan oleh karena perubahan data, kehilangan maupun kerusakan di E-KTP itu saja. Dan dalam pengurusan tersebut tidak lagi masyarakat dibuat repot membawa segala macam membuktikan identitas diri, sebab dengan E-KTP data masyarakat telah dimasukkan secara tunggal dan tersimpan tidak dapat dimanipulasi atau dipalsukan sebab semua data

kependudukan yang tertera pada E-KTP ditampung dalam satu database nasional. Jadi tinggal mendatangi kantor dinas Catatan sipil, maka penggantian dari E-KTP akan dilaku-kan secara cepat.

Dikarenakan didalam E-KTP telah mempunyai nomor serial khusus yang unik, Foto dan tanda tangan menggunakan sistem pemin-daian serta penyimpanan data menggunakan media mikrochip yang aman dari error, terlebih lagi peng-gunaan sistem biometrik sidik jari ketika melakukan proses penyim-panan data dan hal tersebut meru-pakan identifikasi unik personal yang berbeda antara satu orang dengan lainnya, maka Penggunaan E-KTP telah diakui serta diterima dalam skala internasional sebab tidak bisa digandakan karena hanya bisa dimiliki satu kartu saja pada tiap orang dan memiliki tingkat akurasi yang tinggi karena sudah terko-mputerisasi.

Jadi jika sebelumnya kita mengenal KTP atau kartu tanda penduduk yang lama dengan KTP versi terbaru yakni E-KTP maka kita akan menemukan banyak perbedaan. Baik dari cara pendataan maupun

(10)

10 cara kerja yang lebih akurat

walau-pun masih menggunakan beberapa ketetapan yang tidak bisa diubah. Maka dari itu pemerintah menghim-bau untuk mengharuskan kepada masyarakat memiliki E-KTP sebagai identitas diri warga Negara.

Salah satu tugas lainnya dari dinas catatan sipil adalah menca-tatkan peristiwa hukum pelaksanaan perkawinan masyarakat. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan). Per-kawinan adalah sah, apabila dilaku-kan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal 2 ayat(1)). Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa: “Tiap-tiap per-kawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku” (Pasal 2 ayat (2)). Didalam Pasal 2 ayat 2 inilah terkandung kewajiban bagi masyarakat untuk mencatatkan perkawinannya di catatan sipil sebab hukum perkawinan itu sendiri didalam UU Perkawinan yang telah mengharuskan.

Pencatatan perkawinan meru-pakan suatu hal yang urgen, bahkan menjadi sebuah persyaratan ad-ministratif yang harus dilakukan. Tujuannya adalah agar perkawinan itu jelas dan menjadi bukti bahwa perkawinan itu telah terjadi, baik bagi yang bersangkutan, keluarga kedua belah pihak, orang lain, maupun bagi masyarakat karena peristiwa perkawinan itu dapat dibaca dalam suatu surat yang bersifat resmi dan dalam suatu daftar yang sengaja dipersiapkan untuk itu, sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan, terutama sebagai alat bukti tertulis yang otentik.2

Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketentuan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipilih keberlakuannya. Apabila hanya memenuhi salah satu ketentuan saja, maka peristiwa per-kawinan tersebut belum memenuhi unsur hukum yang ditentukan oleh Undang-Undang. Bagi mereka yang melakukan perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama (KUA), pada

2 Kamal Muchtar, Nikah Sirri di Indonesia

dalam Jurnal Al Jami`ah No. 56, IAIN Sunan kalijaga, Jogjakarta, 1994, hlm. 14-15

(11)

11 umumnya dilaksanaan bersamaan

dengan upacara akad nikah karena petugas pencatat nikah dari KUA hadir dalam acara akad nikah tersebut. Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor Catatan Sipil setelah kedua mempelai melakukan pernikahan menurut aga-manya masing-masing. Misalnya bagi mereka yang memeluk agama Katholik atau Kristen, terlebih dahulu kedua mempelai melakukan prosesi penikahan di gereja, dengan membawa bukti (surat kawin) dari gereja barulah pernikahan tersebut dicatatkan di Kantor Catatan Sipil setempat.

Perlu diketahui bahwa akibat hukum jika tidak mendafarkan per-kawinannya dicatatan sipil adalah: 1. Perkawinan dianggap tidak sah.

Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan keper-cayaan, namun di mata negara perkawinan tersebut dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh Kantor Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil atau dianggap tidak pernah terjadi peristiwa hukum yang yang disebut perkawinan.

2. Anak hanya mempunyai hu-bungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu Anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau perkawinan yang tidak tercatat, selain dianggap anak tidak sah, juga hanya mempu-nyai hubungan perdata dengan ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perka-winan). Sedangkan hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada.

3. Anak dan ibunya tidak berhak atas nafkah dan warisan akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah, baik isteri maupun anak-anak yang dila-hirkan dari perkawinan ter-sebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan dari ayahnya.

4. Pengadilan pun tidak dapat menceraikan seseorang yang perkawinannya tidak dicatatkan dalam catatan sipil, sebab hakim hanya memutuskan mencerai-kan hubungan hukum suami istri saja. Dengan tidak dicatatkan dicatatan sipil maka perkawinan itu sendiri tidaklah memiliki hubungan hukum

(12)

12 secara Perdata. Jadi mengenai

hak-hak yang muncul secara perdata dikemudian hari karena perkawinan tidak dicatatkan, sangat kecil kemungkinan bisa didapatkan oleh salah satu pihak suami dan istri.

Manfaat yang ditimbulkan dari pencatatan perkawinan adalah : 1. Memberikan kepastian hukum

bagi keabsahan suatu ikatan perkawinan bagi suami maupun istri;

2. Memberikan kepastian hukum bagi anak-anak yang akan dila-hirkan;

3. Mengurus akta kelahiran anak-anaknya;

4. Mengurus tunjangan keluarga bagi PNS, TNI/POLRI, BUMN/ BUMD dan karyawan Swasta; 5. Mengurus warisan.

Jadi oleh sebab itu dirasakan sangatlah penting peranan dari pencatatan sipil dimana pengaturan atas perkawinan masyarakat diatur didalam hukum dan dicatatkan secara sah dalam bentuk akte perkawinan.

Dalam kehidupan manusia akan terjadi suatu siklus hidup dimana manusia akan mengalami berbagai peristiwa penting di dalam hidupnya. Siklus hidup, pengalaman dan

peristiwa penting itu antara lain adalah kelahiran, perkawinan, per-ceraian, kematian, dan berbagai peristiwa penting lainnya. Peristiwa-peristiwa penting tersebut perlu dilakukan pencatatan karena sangat mempengaruhi pengalaman hidup setiap manusia dan apabila peristiwa itu terjadi pasti akan selalu membawa akibat hukum bagi orang yang ber-sangkutan maupun bagi masyarakat di sekitarnya. Mengingat begitu pen-tingnya peristiwa-peristiwa tersebut, maka demi terciptanya keadaan masyarakat yang tertib dan teratur serta demi terjaminnya kepastian hukum, maka diperlukan suatu peraturan untuk mengaturnya.

Suatu peristiwa yang tidak dapat dihindari setiap manusia adalah kematian, karena kematian adalah suatu peritiwa yang datangnya di luar kekuasaan manusia. Kematian merupakan takdir Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia karena cepat atau lambat manusia akan kembali kepangkuan-Nya.

Salah satu pasal yang diubah dalam UU 23 Tahun 2006 adalah Pasal 44. Pasal ini mengatur tentang pelaporan kematian. Intinya pelapo-ran pencatatan kematian yang semula

(13)

13 menjadi kewajiban penduduk, diubah

menjadi kewajiban RT atau nama lain untuk melaporkan setiap kematian warganya kepada Instansi Pelaksana (Disdukcapil). Secara utuh bunyi Pasal 44 ayat (1) sebagai berikut: Setiap kematian wajib dilaporkan oleh ketua rukun tetangga atau nama lainnya di domisili penduduk kepada Instansi Pelaksana setempat paling lambat 30 (tiga puluh hari sejak tanggal kematian). Pelaporan terse-but dilakukan secara berjenjang melalui RW atau nama lain, Desa/Kelurahan dan Kecamatan.

Akta kematian dianggap penting karena berkaitan dengan kebijakan Pemerintah dalam melakukan peme-rataan kesejahteraan. Sosialisasi yang dilakukan tersebut guna memberikan pemahaman dan kesadaran bagi mas-yarakat tentang pentingnya pembua-tan akta kematian. Ia menegaskan pentingnya akta kematian menyang-kut dengan kesejahteraan masya-rakat.

Akta otentik merupakan bukti yang cukup, itu berarti bahwa dengan adanya suatu akta kematian, misalnya sudah terbukti secara sempurna tentang kematian seseorang. Bukti yang cukup ini juga disebut bukti

sempurna, artinya isi akta tersebut oleh hakim dianggap benar kecuali apabila diajukan bukti perlawanan.3

Pencatatan peristiwa hukum untuk memastikan status perdata seseorang, ada empat peristiwa hukum dalam kehidupan manusia yang perlu dilakukan pencatatan antara lain:4

1. Untuk persyaratan pengurusan pembagian waris, baik bagi istri atau suami maupun anak.

2. Bagi janda atau duda (terutama bagi Pegawai Negeri) diperlukan sebagai syarat dalam menikah lagi.

3. Diperlukan untuk mengurus pensiun bagi ahli warisnya. 4. Untuk mengurus uang duka,

tunjangan kecelakaan, Taspen, Asuransi dan lain sebagainya. Pencatatan sipil yang menghasilkan dokumen catatan sipil memiliki beberapa manfaat sekaligus, yaitu manfaat bagi individu, dan manfaat bagi Negara:5

3 Retnowulan Sutantio, Hukum Acara

Perdata dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung, 1989, hal 59

4 http://dukcapil.rejang lebong kab.go.id/

masih- tentang-catatan-sipil-akte-kematian

5

Sudhar Indofa, Pengertian Riwayat dan

Masalah Catatan Sipil, sebagai sumbang pemikiran dalam Pembangunan Bidang Administrasi Kependudukan dan Catatan

(14)

14 1. Manfaat bagi individu, adalah

menyediakan perlindungan hak-hak asasi manusia berke-naan dengan status sosial dan manfaat-manfaat individual. Untuk peristiwa kematian, me-nyediakan bukti kematian sese-orang untuk dipergunakan oleh ahli waris yang berkepentingan seperti dalam pengurusan asuransi, Sementara bagi janda atau duda diperlukan sebagai syarat dalam menikah lagi. Akte kematian juga diperlukan untuk mengurus pensiun bagi ahli warisnya, untuk mengurus uang duka, tunjangan kecelakaan, Taspen, dan lain sebagainya. 2. Manfaat bagi negara, yaitu bagi

administratif dan statistik ne-gara. Untuk itu sistim penca-tatan sipil harus bersifat me-nyeluruh dalam arti menyang-kut seluruh penduduk, seluruh kejadian vital dan dalam waktu yang ditetapkan. Adapun bebe-rapa manfaat administratif umum data catatan sipil. Untuk peristiwa kematian adalah: untuk penentuan daftar pemilih tetap pada pemilihan umum,

Sipil, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, 2000, hal 34-35

untuk merencanakan program kesehatan, pengendalian pe-nyakit. Untuk program keama-nan masyarakat, pencegahan kecelakaan, dan kejahatan, untuk penelitian kematian ibu dan anak, wabah penyakit, untuk penelitian demografis, historis, dan kecenderungan usia.

Penutup

Dengan begitu dapat lah ditarik kesimpulan tentang pentingnya peranan pencatatan sipil sebagai dasar hukum warga Negara bagi masyarakat adalah:

1. Sejarah hidup warga Negara Indonesia (mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian) tersimpan baik di dalam pendataan catatan sipil.

2. Setiap warga negara Indonesia perlu memiliki identitas kewar-ganegaraan (yang tertera jelas didalam pencatatan sipil) dan menjadi identitas kemanapun masyarakat pergi dan mela-kukan perbuatan hukum didalam bentuk E-KTP.

3. Peranan akte kematian itu untuk dimanfaatkan bagi

(15)

15 keluarga yang masih hidup

(dalam hal urusan warisan maupu tunjangan dan pe-ngurusan hukum lainnya) serta sebagai pendataan bagi negara untuk melakukan pemerataan kesejahteraan masyarakat Indo-nesia.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

UU No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan UU No 1 Tahun 1974 tentang

Perkawinan

UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Sutantio, R., 1989. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju, Bandung.

Indofa, S., 2000. Pengertian Riwayat dan Masalah Catatan Sipil, sebagai sumbang pemikiran dalam Pembangunan Bidang Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil, Departemen Dalam Negeri, Jakarta, http://www.hukumonline.com/berit a/baca/lt4f3e0363f2148/an ak-luar-nikah-uga-urusan-bapak-biologis. http://dukcapil.rejanglebongkab.go.i d/masih-tentang-catatan-sipil-akte-kematian

Referensi

Dokumen terkait

Bukti atau fakta lain yang jelas berbeda bagi kedua generasi dalam menghadiri upacara perkawinan adat Yogyakarta adalah busana pakaian yang dikenakan orang tua atau sesepuh

memeriksa satu persatu dan disaksikan keluarga kedua belah pihak. Jika terjadi suatu keganjilan, maka wewenang kapalo mudo untuk menyampaikan kepada ninik mamak dari

(2) Pada prosesi janji nikah pengantin laki-laki melakukan ikrar bersama yang disaksikan oleh orang tua dan keluarga. Kedua belah pihak bertanggung jawab.. 9

(2) Kedua belah pihak sepakat segala bentuk kekerasan terhadap rumah tangga harus ditiadakan baik terhadap anggota keluarga inti maupun terhadap orang– orang yang bekerja dalam

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan Agama yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.. 103

Adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu yang menunjukkan bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak bagi ahli waris dan bagi pihak ketiga

Bukti atau fakta lain yang jelas berbeda bagi kedua generasi dalam menghadiri upacara perkawinan adat Yogyakarta adalah busana pakaian yang dikenakan orang tua atau sesepuh

Simpang Empat sebagai berikut: “faktornya yaitu kurangnya pengawasan orang tua dan keluarga terhadap anak, pengaruh lingkungan, pergaulan, suka sama suka antara kedua belah pihak.”9