• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG JURNAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG JURNAL"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR PANTAI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

JURNAL

MULYADI NIM. 10030088

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ridwan Ahmad Rozana Eka Putri, S.Pd, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2015 

(2)

Mangrove Ecosystem Studies in the Coastal Region in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang

by:

Mulyadi* Ridwan Ahmad** Rozana Eka Putri** *Student of Geography Department STKIP PGRI Sumatera Barat ** Lecturer at Geography Department of STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aims to describe and analyze on Mangrove Ecosystem Study Coastal in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang, seen from: 1) Conditions of mangrove ecosystems, 2) Changes that have occurred in the mangrove ecosystem in the Coastal, 3) Facilities and supporting infrastructure maintenance mangrove ecosystem, 4) Community's role in maintaining the mangrove ecosystem in the Coastal Region. Qualitative research with technique snowball. Begins by selecting key informants, and conduct interviews with the person, then ask for referrals, advice, guidance who should be the next informant has the knowledge, experience, information in the search, and to then performed in the same manner, in order to obtain a lot of information.The results showed that the Mangrove Ecosystem Study in Coastal Region in Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang: 1) the condition of mangrove ecosystems in the coastal areas in damaged condition and maintenance effort was not there either from the public or from government, 2) Changes in mangrove ecosystems in the coastal areas has changed where it appears there changes from the previous such as mangroves are old and logging of community. In the mangrove maintenance people do not make the effort to plant mangroves as well as from local government, 3) facilities and infrastructure in the maintenance of mangrove ecosystems the means already exist but not much like the way, for the maintenance of mangrove ecosystem of the community and the government do not exist at all. Infrastructure no visible mangrove let natural life without any maintenance, 4) The role of the community in maintaining mangrove ecosystems. Society has no role at all in doing management and care of the local mangrove ecosystem.

(3)

PENDAHULUAN

Perairan laut dimulai dari wilayah pesisir (shore) sampai ke dasar laut. Pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang memiliki ekosistem yang unik dan khas dibandingkan ekosistem lainnya. Salah satu ekosistem wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove sering disebutkan sebagai hutan payau atau hutan bakau. Ekosistem mangrove merupakan tipe hutan daerah tropis yang khas tumbuh disepanjang pantai atau muara sungai yang masih dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Ekosistem mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran ombak. Bila dibandingkan dengan ekosistem hutan yang lain, maka ekosistem mangrove memiliki flora dan fauna yang spesifik serta memiliki keanekaragaman yang tinggi mulai dari berbagai jenis ikan, moluska, udang dan kepiting serta berbagai jenis burung yang bersarang di dahan mangrove.

Kota Padang memiliki luas hutan mangrove seluas 74 hektar (ha), dengan keanekaragaman hayati hutan yang cukup banyak, antara lain Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa, Ceriops tagal, Xylocarpus granatum, Bruguiera sexangula, Sonneratia alba, Avicennia cornicullatum, Scyphiphora hydrophillacea, Sonneratia caseolaris, L. littorea, Nypa fructicans, Ceriops nucifera, H. tilliaceaus, T. catappa, Bruguiera gymnorrhiza, Scyphiphora

ovate (Pusat Studi Mangrove Sumatera

Barat, 2007).

Selain memiliki keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan, keberadaan hutan mangrove juga berperanan penting dalam konservasi pantai dari abrasi, apalagi Kota Padang dan sekitarnya telah ditetapkan sebagai daerah yang paling rawan terhadap gempa dan tsunami. Dalam hal ini mangrove akan dapat menahan kuatnya gelombang tsunami yang akan menghantam sepanjang pantai. Begitu pentingnya keberadaan mangrove sehingga patut menjadi perhatian dan prioritas dalam konservasi lingkungan hidup.

Pentingnya pengelolaan hutan mangrove dalam menunjang ekonomi masyarakat pesisir dewasa ini menjadi sebuah perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan oleh fungsi dan peran hutan mangrove yang beraneka ragam antara lain sebagai tempat pengembangbiakan ikan dan

udang serta perlindungan dan pengamanan pantai. Vegetasi ini berperan begitu besar dalam menjaga keberlanjutan dan keseimbangan ekosistem pantai dan pesisir (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2004).

Keberadaan ekosistem mangrove di Kota Padang saat ini mengalami penurunan seiring dengan berkembangnya pembangunan yang mengubah fungsi kawasan dari fungsi lindung ke fungsi budidaya yang mengakibatkan hutan mangrove di beberapa daerah pesisir dan pantai Kota Padang mengalami penurunan. Salah satu daerah yang mengalami hal tersebut adalah daerah pesisir pantai di kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang.

Berkurangnya mangrove di pesisir pantai Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang dikarenakan oleh konversi lahan pada beberapa daerah dari hutan mangrove menjadi daerah pertanian dan permukiman penduduk. Hal tersebut berpengaruh pada produksi perikanan, terbukti dari menurunnya beberapa jenis produksi perikanan yang dikembangkan dengan mangrove sebagai fasilitas perkembangbiakkannya.

Penurunan tersebut akan terus berlanjut apabila tidak dicarikan sebuah solusi yang terkait dengan pengelolaan untuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove di wilayah pesisir Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Beberapa dampak negatif akan timbul sebagai akibat dari hilangnya komunitas mangrove, yaitu fungsi perlindungan dan pengaman pantai secara alami oleh hutan mangrove akan hilang, sehingga bagi lahan pertanian dan permukiman penduduk di sekitar pantai yang secara otomatis akan terkena limpasan gelombang laut yang lebih bersifat merusak. Berdasarkan data dari dinas kelautan dan perikanan terdapat luas sebaran mangrove di beberapa daerah di kecamatan bungus teluk kabung kota padang dengan sebaran sebagai berikut:

Tabel 1.1 Daerah Sebaran Mangrove di

Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang

No Daerah Sebaran Luas (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 Labuhan tarok Cindakir Labuhan Cino Teluk kabung Teluk Buo Teluk Sirih Sungai Pisang 600,01 642,37 567,15 607,2 582,09 549,87 600,01 Total 4,148,7

(4)

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Herdiansyah (2012) metodologi penelitian adalah serangkaian hukum, aturan, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam penyelenggaraan suatu penelitian dalam koridor keilmuan tertentu yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmuah.

Menurut Maleong (2010) penelitian kualitatif adalah penelitan yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindak historis dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu kontek khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. PEMBAHASAN

Pertama, Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa kondisi ekosistem mangrove diwilayah pesisir pantai di kecamatan bungus teluk kabung kota padang dalam kondisi rusak dan upaya pemeliharaannya pun tidak ada baik dari masyarakat maupun dari pemerintah.

Pada umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove

dilakukan oleh aktivitas manusia dalam

pendayagunaan sumberdaya alam wilayah pantai yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, seperti: penebangan untuk keperluan kayu bakar yang

berlebihan, permukiman, industri dan pertambangan.

Kedua, Dari hasil wawancara Perubahan yang terjadi pada ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang sudah berubah dimana terlihat ada perubahan-perubahan dari sebelumnya seperti mangrove banyak yang sudah tua dan penebangan liar dari masyarakat. Dalam pemeliharaan mangrove masyarakat tidak melakukan upaya menanam mangrove begitupun dari pemerintah setempat. Perubahan baik dari segi kuantitas maupun kualitas vegetasi mangrove dimana yang awalnya mangrove tersebut masih hidup secara alami dan sekarang telah mengalami kerusakan dikarenakan banyak masyarakat yang menebang hutan mangrove secara liar dan menjadikan lahan dalam bentuk lain seperti pemukiman.

Ketiga, Dari hasil wawancara dapat disimpulkan sarana dan prasarana dalam pemeliharaan ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang, sarana sudah ada tapi tidak banyak seperti jalan, untuk pemeliharaan ekosistem mangrove dari masyarakat dan pemerintah tidak

ada sama sekali. Prasarana ekosistem mangrove tidak ada terlihat mangrove di biarkan hidup alami tanpa ada pemeliharaan dimana masyarakat terlihat tidak ada upaya dalam melakukan pemeliharaan terhadap ekosistem mangrove dan terkesan tidak peduli terhadap kerukan mangrove tersebut.

Keempat, Dari hasil wawancara dapat di simpulkan selanjutnya wawancara juga mengungkapkan Peran masyarakat dalam memelihara ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Masyarakat tidak berperan sama sekali dalam melakukan pengelolahan dan perawatan terhadap ekosistem mangrove setempat masyarakat terkesan acuh tak acuh bahkan tidak peduli terhadap kerusakan ekosistem mangrove dan bahaya yang di timbulkan akibat hilangnya fungsi ekologis mangrove. Pentingnya pengelolaan hutan mangrove dalam menunjang ekonomi masyarakat pesisir dewasa ini menjadi sebuah perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan oleh fungsi dan peran hutan mangrove yang beraneka ragam antara lain sebagai tempat pengembangbiakkan ikan dan udang serta perlindungan dan pengamanan pantai.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian mengenai Studi Ekosistem Mangrove Di Wilayah Pesisir Pantai Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. kondisi ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang dalam kondisi rusak dan upaya pemeliharaannya pun tidak ada baik dari masyarakat maupun dari pemerintah. 2. Perubahan yang terjadi pada ekosistem

mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang, sudah berubah dimana terlihat ada perubahan-perubahan dari sebelumnya seperti mangrove banyak yang sudah tua dan penebangan liar dari masyarakat. Dalam pemeliharaan mangrove masyarakat tidak melakukan upaya menanam mangrove begitupun dari pemerintah setempat.

3. sarana dan prasarana dalam pemeliharaan ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang, sarana sudah ada tapi tidak banyak seperti jalan, untuk pemeliharaan ekosistem

(5)

mangrove dari masyarakat dan pemerintah tidak ada sama sekali. Prasarana ekosistem mangrove tidak ada terlihat mangrove di biarkan hidup alami tanpa ada pemeliharaan. 4. Peran masyarakat dalam memelihara ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai Kecamatan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Masyarakat tidak berperan sama sekali dalam melakukan pengelolahan dan perawatan terhadap ekosistem mangrove setempat.

SARAN

Adapun saran yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada masyarakat setempat untuk menjaga kondisi ekosistem mangrove di wilayah pesisir pantai kecamatan bungus teluk kabung kota padang.

2. Diharapkan kepada pemerintah untuk memberi sangsi kepada orang yang menebang mangrove atau sifatnya merusak. DAFTAR PUSTAKA

Bengen, Dietriech G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan –IPB, Bogor.

Dinas Kelautan dan Perikanan, 2004.

Fachrul MF (2006) Metode sampling bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta

Herdiansyah (2012). Metologi penelitian.

Moleong, J. Lexi (2010). Metodologi penelitian

kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Pusat Studi Mangrove Sumatera Barat, 2007. Santoso, N. 2000. Pola Pengawasan Ekosistem

Mangrove. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengembangan Sistem Pengawasan Ekosistem Laut Tahun 2000. Jakarta.

Supriharyono, 2000, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, Pn. Djambatan, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan menjadi wujud nyata dari pengaruh persepsi iklan terhadap tindakan pembelian, sehingga menjadi rujukan pada Komunitas Backpacker Indonesia

Universitas Terbuka (UT) selaku perguruan tinggi negeri di Indonesia masih berumur muda. Oleh karena itu UT berusaha agar dikenal oleh masyarakat umum. Selain itu UT juga

Penelitian ini telah dilaksanakan di Kawasan “Pakakaan” Kabupaten Minahasa pada 2 Februari 2014 hingga 5 April 2014. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN. TAHUN

Saya kira kita batasi pembahasan kita yang ini hanya mengenai anak dulu, bahwa orang dewasa itu saya kira sudah ada pemikiran waktu itu dari Pemerintah, tapi belum kita

Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi

Untuk mengetahui persentase terbentuknya fasa superkonduktor dan fasa impuritas maka dilakukan perhitungan Fraksi Volume (FV) pada masing- masing sampelsintering.Hasil

Sebaran permukiman tersebut tampaknya selaras dengan lokasi berdirinya tempat ibadah yang masih berada dalam wilayah sekitar pusat pemerintahan kabupaten Klungkung (Gambar 2).