7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.
7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional.
Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh
ASPEK TEKNIS PERSEKTOR
masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman.
Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
Mengacu pada peraturan walikota Nomor 5 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Sawahlunto Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Kerja Perangkat Daerah adapun Tugas Pokok dan fungsi Bidang Cipta Karya mempunyai tugas antara lain :
a. Menyusun program dan membuat perencanaan umum dibidang perumahan dan permukiman
b. Pelaksanaan kegiatan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan bidang perumahan dan permukiman
d. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian serta bimbingan dibidang perumahan dan permukiman
e. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penelitian/kajian dibidang perumahan dan permukiman
f. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian terhadap sarana dan prasarana dibidang perumahan dan permukiman
g. Pemeliharaan, peningkatan dan mengevaluasi kemampuan/prestasi dan disiplin pegawai yang berada dibawahnya
h. Pembagian tugas kepada bawahannya dalam pelaksanaan tugas sesuai ketentuan yang berlaku dengan memberi arahan sesuai bidang tugasnya.
7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :
1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.
4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.
5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.
6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.
7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. 8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam
pengembangan kawasan permukiman.
Adapaun isu strategis Kota Sawahlunto yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :
Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman
Kota Sawahlunto
NO ISU STRATEGIS KETERANGAN
1 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.
2 Meminimalisir penyebab dan
dampak bencana sekecil
mungkin.
3 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.
4 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.
5 Belum optimalnya peran
pemerintah daerah dalam
mendukung pembangunan
permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta
perangkat organisasi
6 Lahan untuk pengembangan
permukiman yang kurang
produktif dikarenakan kondisi daerah yang berbukit - bukit
B. Kondisi Eksisting
Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.
Adapun Kondisi eksisting pengembangan permukiman Kota Sawahlunto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/ peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman
NO
Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya
Amanat Kebijakan Daerah Jenis
Produk Pengaturan
No./tahun Perihal
1. Perda No. 1 tahun
2010 PenyelengaraanBangunan Gedung Peraturan Daerah inimengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi persyaratan
administrasi dan teknis
penyelenggaraan bangunan gedung
serta peran
masyarakat dan
pembinaan yang
meliputi kegiatan pengaturan,
pengawasan.
2. Perda No. 2 Tahun
2010 Penataan KawasanKota Lama Deliniasi kawasan Kota Lama/ batas Sawahlunto
dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota
Lama dan
pengaturannya
dengan sistem
pemintakatan /
zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.
3. Perda No. 6 Tahun
2007 Pengelolaan CagarBudaya Pengelolaan BendaCagar Budaya dimaksudkan untuk melestarikan nilai – nilai sejarah dari
Benda Cagar
Budaya yang
merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.
4. Perda No. 6 Tahun
2012 RTRW
5. Perwako No. 1 tahun
2010 Izin BangunanMendirikan ( IMB )
Izin Mendirikan
Bangunan yang
selanjutnya disingkat IMB adalah izin untuk mendirikan, merombak,
memperbaiki,
menambah dan
membongkar
Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi persyaratan
administrasi dan teknis
penyelenggaraan bangunan gedung
serta peran
masyarakat dan
meliputi kegiatan pengaturan,
pemberdayaan dan pengawasan.
2. Perda No. 2 Tahun
2010 Penataan KawasanKota Lama Deliniasi kawasan Kota Lama/ batas Sawahlunto
dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota
Lama dan
pengaturannya
dengan sistem
pemintakatan /
zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.
Tabel 7.3. Data Kawasan Kumuh Kota Sawahlunto
NO Lokasi Kawasan Kumuh
Luas
1 Sawah Talang, Sawah Tambang (Kec. Silungkang)
4,08 63 252 1.323
2 Pasar Mudik (Desa
Lumindai Kec. Barangin) 5,21 38 150 789
3 Kemiri, Tarandam (Sikalang Kec. Talawi)
3,29 24 98 513
4 Batu Anyir (Lunto Barat Kec. Lembah Segar)
3,11 21 82 433
5 RT 01 – 03 (Air Dingin
Kec. Lembah Segar) 0,14 14 58 302
6 RT 01 – 03 (Kubang Sirakuk Selatan Kec. Lembah Segar)
Tabel 7.4. Data Kondisi RSH di Kota Sawahlunto
CK yang Ada
1 Perumahan
Lembah Santur I Desa Santur
2000 CV. Multi
Mitra Serasi
630 Jalan; drainase; bak sampah;
2008 CV. Multi
Mitra Serasi
210 Pipa PDAM;
listrik; jalan;
227 Jalan; drainase; bak sampah;
63 Pipa PDAM;
listrik; jalan;
2007 PT. Mitra
Bangun Selaras
Tabel 7.5. Data Kondisi Rusunawa di Kota Sawahlunto terawat dan adanya
Tabel 7.6. Data Program Pedesaan di Kota Sawahlunto Tahun 2014
N O
Program Kegiatan
Lokasi Volume /
Satuan
bancah 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Muaro
Kelaban 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Batu
Tanjung 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Santur 2. Unit IPAL Pemberdayaa
n Masyarakat
Proses Pembangunan Kel. Durian I 1. Unit MCK Pemberdayaa
n Masyarakat ProsesPembangunan Desa
Kumbayau 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Tapian
N O
Program Kegiatan
Lokasi Volume /
Satuan
Status Kondisi
Insfrastruktur
1 2 3 4 5 6
2 Pamsimas Desa
silungkang
n Masyarakat ProsesPembangunan
Desa
Desa talago Gunuang
sikalang 1. UnitPengolahan air
Pamsimas
Pemberdayaa
n Masyarakat ProsesPembangunan
Desa Talawi
Mudiak 1. UnitPengolahan air
Pamsimas
Pemberdayaa
n Masyarakat ProsesPembangunan
Desa Bukit Gadang
Lokasi Volume /
Satuan
Status Kondisi
Insfrastruktur
1 2 3 4 5 6
2 PNPM Mandiri Tersebar di
37 Desa di Kota
Sawahlunto
1 Paket Pemberdayaa
N O
Program Kegiatan
Lokasi Volume / Satuan Status Kondisi
Insfrastruktur
1 2 3 4 5 6
2 SANIMAS IDB Kelurahan
Kubang
C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman
Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain adalah:
1. Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.
2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.
3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.
Adapun Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman yang ada di Kota Sawahlunto adalah :
1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat
2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Kota Sawahlunto sektor Pengembangan Permukiman.
3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat.
4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 5. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang
Tabel 7.7. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan
Permukiman Di Kota Sawahlunto
N
1 Aspek Teknis
1. Kondisi Kota
Sawahlunto dan
Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan
untuk kawasan
Permukiman
3. Status lahan yang tidak jelas
Membutuhkan Keahlian
dalam Merencanakan
pengembangan kawasan Permukiman
Perubahan alih fungsi lahan
Lahan masih dikuasai oleh pihak 3
Mendesain bangunan sesuai dengan standar bangunan.
Membuat aturan tentang perubahan alih fungsi.
Secara berkala
membebaskan lahan dari pihak ke 3
2 Aspek Kelembagaan
Belum adanya Aturan
detail dalam
Pengembangan Permukiman Bagi Kota
Perlu dibuat aturan yang detail tentang regulasi Pengembangan
permukiman.
Perlu adanya rencana detail
dalam Pengembangan
Permukiman Bagi Kota
3 Aspek Pembiayaan
Pembiayaan APBD
yang mahal dalam
pengembangan sarana
prasarana umum
permukiman
Masih kecilnya
pembiayaan
pengembangan sarana
prasarana umum
permukiman pada APBD Kota.
Menambah porsi
4 Aspek Peran swasta dan Masyarakat
Pihak swasta dan
masyarakat belum
berperan dalam
pengembangan sarana
prasarana umum
permukiman
Membentuk pelaksanaan program pengembangan sarana prasarana umum permukiman
melibatkan pihak swasta dalam program CSR
7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman yang ada dikota Sawahlunto berdasarkan Tabel diberikut :
Tabel 7.8. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto
N O
Uraian Satuan Tahun I 2014
1 Jumlah Penduduk 58.972
jiwa 59.342jiwa 60.102jiwa 60.873jiwa 61.657jiwa 62.453jiwa Kepadatan
Penduduk rata-rata
216
jiwa/km2 jiwa/km2217 jiwa/km2220 jiwa/km2223 jiwa/km2225 jiwa/km2228
Proyeksi Sebaran Penduduk (Per Kecamatan/Jiwa)
Proyeksi Sebaran Penduduk Miskin(Per Kecamatan/KK)
1. Silungkang
3. Barangin
4. Talawi 226107 475223 463213 452212 440207 429186 2 Sasaran
Penurunan Kawasan Kumuh(Ha)
24.73 16.48 12.40 7.19 3.90 0.41
3 Kebutuhan rusunawa
(Twinblock) 1 1 1 1 2 3
4 Kebutuhan RSH
(unit) 3305 3305 2606 2208 1904 1701
5 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru
Tabel 7.9. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan
Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto
N O
Uraian Satuan Tahun I
2014
1 Jumlah Penduduk 58.972
jiwa 59.342jiwa 60.102 jiwa 60.873jiwa 61.657 jiwa 62.453jiwa
Kepadatan Penduduk 216
jiwa/km Proyeksi Sebaran Penduduk (Per Kecamatan/Jiwa)
1. Silungkang 2. Lb. Segar 3. Barangin
4. Talawi 10.48812.148
17.607
2 Desa Potensial untuk Agropolitan (ha)
1.237 1.237 1.237 1.237 1.237 1.237
3 Desa Potensial untuk Minapolitan Desa Rantih (ha)
6.22 6.22 6.22 6.22 6.22 6.22
4 Kawasan Rawan Bencana (ha)
241 241 241 241 241 241
5 Kawasan Perbatasan
- - -
-6 Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil
- - -
-7 Desa Kategori Miskin
- - -
-8 Kawasan dengan Komoditas Unggulan 1. Kampung tenun silungkang oso
2. Minyak serai wangi Desa Balai Batu Sandaran 3. Kampung sate Desa Muaro kelaban
4. Desa Wisata Rantih
5. Peternakan Sapi Desa Kolok Nan Tuo
7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :
1) Pengembangan lingkungan permukiman baru dalam bentuk pembangunan RSH, Rusunawa dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.
2) Pembangunan perumahan swadaya masyarakat. 3) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 4) Revitalisasi kawasan permukiman.
5) Revitalisasi kawasan kota lama.
6) Relokasi kawasan padat kumuh dan miskin.
7) Pembangunan Kawasan strategis dan cepat tumbuh. 8) Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan
9) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 10) Infrastruktur permukiman RSH
11) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
1. Pengembangan kawasan permukiman baru untuk pembangunan RSH, dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.
2. Pengembangan kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana.
3. Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh perdesaan. 4. Pengembangan Desa tertinggal, kawasan perbatasan kabupaten/kota. 5. Revitalisasi bangunan tradisional dan bersejarah.
6. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh pedesaan, rumah tidak layak huni/MBR
1. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial
(Agropolitan/Minapolitan)
2. Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana
3. Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) 4. Infrastruktur perdesaan PPIP
7.1.5. Usulan Program dan Kegiatan
a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Usulan program dan kegiatan yang ada dikota sawahlunto setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.
Tabel 7.10. Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman
Kota Sawahlunto
Biaya Lokasi Kriteria Kesiapan
1 2 3 4 5 6
1 Peningkatan
Sarana Air
Minum (DAK)
1 Paket 1.235.000.000 Saringan Pembebasan
Lahan
10 Paket 2.135.705.000 Tersebar di
Kota
IPAL Komunal Program
Sanimas IDB
2 Unit 850.000.000 Desa
Sikalang Kel. Kubang Sirakuk Utara
Pembebasan Lahan DED
4 Pamsimas 6 Paket 1.320.000.000 Desa
Tumpuak Tangah
Pembebasan Lahan DED
5 PNPM Mandiri 37 Paket 750.000.000 Tersebar di
Kota Sawahlunto
72. Penataan Bangunan dan Lingkungan
7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang undang dan peraturan antara lain:
1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).
2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:
a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang
b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan
c. Izin mendirikan bangunan gedung.
keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.
3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati. 5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan. Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.
Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;
b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;
c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;
d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;
e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan
f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.
Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
• Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;
• Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan permukiman.
b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung
• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
• Pelatihan teknis.
c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan
• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
• Paket dan Replikasi.
7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
A. Isu Strategis
Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang
mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.
Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.
7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL
Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.
Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1. Penataan Lingkungan Permukiman
a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;
e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;
f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.
g. Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan permukiman. h. pemukiman tradisional. Dan bersejarah.
i. Relokasi keluarga miskin.
j. Pengembangan kampong produktif.
k. Penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas.
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;
c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;
c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
Tabel 7.11 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Sawahlunto
No Kegiatan sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota
1 2 3
1. Penataan Lingkungan Permukiman a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;
b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran
c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) sebanyak 30 %
d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang berpotensi wisata untuk
menunjang tumbuh kembangnya
ekonomi lokal
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,
kesehatan, kenyamanan dan
kemudahan)
b. Pengendalian penyelenggaraan
bangunan gedung dengan perda bangunan gedung
c. Tantangan untuk mewujudkan
bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;
d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;
e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.
3. Pemberdayaan Komunitas dalam
Penanggulangan Kemiskinan
a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;
b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah
B. Kondisi Eksisting
2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama. Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.
Tabel 7.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait
Penataan Bangunan dan Lingkungan
No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan
Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Amanat
Jenis Produk
Pengaturan
Nomor
& Tahun
Tentang
1 2 3 4 5
1. Perda No. 1 tahun
2010
Penyelengaraan Bangunan Gedung
Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan
tentang bangunan
gedung yang meliputi persyaratan administrasi
dan teknis
penyelenggaraan bangunan gedung serta peran masyarakat dan
pembinaan yang
meliputi kegiatan
pengaturan,
pemberdayaan dan
pengawasan.
2. Perda No. 2 Tahun
2010
Penataan Kawasan Kota Lama
dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota
Lama dan
pengaturannya dengan sistem pemintakatan / zonasi, yang meliputi
zona inti, zona
penyangga dan zona pengembang.
3. Perda No. 6 Tahun
2007
Pengelolaan Cagar Budaya
Pengelolaan Benda
Cagar Budaya
dimaksudkan untuk
melestarikan nilai – nilai sejarah dari Benda Cagar Budaya yang merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.
4. Perda No. 6 Tahun
2012
RTRW
5. Perwako No. 1 tahun
2010
Izin Mendirikan Bangunan
( IMB )
Izin Mendirikan
Bangunan yang
selanjutnya disingkat IMB adalah izin untuk mendirikan, merombak, memperbaiki,
menambah dan
Tabel 7.13 Penataan Lingkungan Permukiman
N o
Kawasan Tradisional Bersejarah RTH
PEMENUHIN SPM
Dukungan Infrastruktur CK Lokasi/ Nama RTH
Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih
1. Taman Ombilin
Sawahunto 5000M2 1.KecamatanSilungkang
2.Kecamatan Lembah Segar
Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih
2. Taman Kandi 5000
Tabel 7.14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
N
o
Kawasan
Kecamatan
Jumlah
Bangunan
Negara
Berdasarka
n Fungsi
Status
Kepemilikan
Kondisi
Bangunan
Ketersediaan Utilitas
Bangunan
1 2 3 4 5 6
1. Kecamatan Silungkang
Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan
Fungsi Usaha
Fungsi Sosial Budaya
Fungsi Khusus
2. Kecamatan Lembah Segar
Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan
Fungsi Usaha
Fungsi Sosial Budaya
3. Kecamatan Barangin
Fungsi Keagamaan
Fungsi Usaha
Fungsi Sosial Budaya
4. Kecamatan Talawi Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan
Fungsi Usaha
Fungsi Sosial Budaya
Ket : Data belum tersedia di Kota Sawahlunto
Tabel 7.15 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
N
o
Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan
lainnya
1 2 3 4
1. Kecamatan Silungkang 1. Kecamatan
Lembah Segar 1. Kecamatan
Barangin
1. Kecamatan Talawi Fungsi Hunian
N
o
Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan
(P2KP)
Kegiatan Pemberdayaan
lainnya
1 2 3 4
Fungsi Usaha
Fungsi Sosial Budaya
Fungsi Khusus
C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Penataan Bangunan
Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :
Penataan Lingkungan Permukiman :
1. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;
2. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalampenyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;
3. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;
4. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.
Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:
1. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum
2. berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;
3. Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;
5. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;
6. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;
7. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;
8. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;
9. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
10. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.
Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :
• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.
Kapasitas Kelembagaan Daerah :
• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;
• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;
• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.
Tabel 7.2.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan
dan Lingkungan
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
1 Aspek Teknis
4. Kondisi Kota
Sawahlunto dan
Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 5. Terbatasnya lahan
untuk kawasan
Permukiman
Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman
1 Paket
2 Aspek Kelembagaan
1. Belum adanya
Aturan Yang Jelas dalam
Pengembangan Permukiman Bagi Kota
2. Belum adanya
patung hukum yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut
Perlu dibuat aturan yang jelas
3 Aspek Pembiayaan
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat
3. Pembiayaan yang
mahal dalam
pengembangan permukiman
5 Aspek Lingkungan
Perumahan
4. Pembiayaan yang
mahal dalam
pengembangan permukiman
Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Aspek Teknis
1. Kondisi Kota
Sawahlunto dan
Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan
untuk kawasan
Permukiman
Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman
1 Paket
2 Aspek Kelembagaan
1. Belum adanya
Aturan Yang Jelas
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
dalam
Pengembangan Permukiman Bagi Kota
2. Belum adanya
patung hukum
yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut
3 Aspek Pembiayaan
1. Pembiayaan
yang mahal
dalam
pengembangan permukiman
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
pengembangan permukiman
5 Aspek Lingkungan
Perumahan
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
1 Aspek Teknis
1. Kondisi Kota
Sawahlunto dan
Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan
untuk kawasan
Permukiman
Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman
1 Paket
2 Aspek Kelembagaan
1. Belum adanya
Aturan Yang Jelas dalam
Pengembangan Permukiman Bagi Kota
2. Belum adanya
patung hukum
yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut
Perlu dibuat aturan yang jelas
3 Aspek Pembiayaan
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
N
O
Aspek PBL Masalah yang
Dihadapi
Tantangan
Pengembangan
Alternatif
Solusi
1 2 3 4 5
permukiman
4 Aspek Peran Serta
Masyarakat
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
pengembangan permukiman
5 Aspek Lingkungan
Perumahan
1. Pembiayaan yang
mahal dalam
pengembangan permukiman
D. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :
1. Program Bangunan dan Lingkungan; 2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; 3. Rencana Investasi;
4. Ketentuan Pengendalian Rencana; 5. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.
-Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :
1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;
2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;
3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;
4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
- Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Tabel 6.17 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
N
O
Jenis Dasar Pelayanan Standar Pelayanan
Minimal
Kegiatan Penataan Lingkungan
Permukiman RTH publik sebesar 20% dari luas
wilayah kota/
25 % 2014 Dinas/SKP
N
O
Jenis Dasar Pelayanan Standar Pelayanan
Minimal
Waktu
Pencapaian
Keteranga
n
Indikator Nilai
1 2 3 4 5
kawasan perkotaan.
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah
Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi :
1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);
2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan
Tabel 6.18. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto
N
O
Uraian Kebutuhan
Ket Satuan Tahun I
2014
1 Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
1 Ruang
II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
1 Bangunan
Fungsi
Hunian
N
O
Uraian Kebutuhan
Ket Satuan Tahun I
2014
Sumber : Dinas PU Kota Sawahlunto 2015
E. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari :
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.
mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL
Faktor keselamatan bangunan gedung belum diperhatikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi dan faktor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Pada kawasan pusat kota dan pusat perdagangan terjadi gejala degradasi fungsi, peranan dan kualitas kawasan sehingga mengakibatkan alih fungsi lahan pada kawasan-kawasan tersebut.
Program dan kegiatan yang diusulkan untuk menindaklanjuti perencanaan yang selama ini telah disusun dan dokumen perencanaan tersebut menjadi acuan pedoman baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Sawahlunto yang akan diusulkan adalah sebagai berikut:
6.3 Sistem Penyediaan Air Minum
6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.
Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain :
dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.
iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005
Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup :
• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;
• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial
• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum
• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.
6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kota Sawahlunto untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan SKPD terkait serta Stokeholder yang ada di Kota Sawahlunto. Adapun Isu-isu strategis tersebut adalah:
1. Kurangannya Ketersedian air baku untuk air minum. 2. Letak Air baku yang berada dibukit – bukit.
3. Turunnya potensi sumber daya air akibat kekeringan dan adanya kerusakan daerah aliran sungai
4. Pembangunan jaringan perpipaan sumber air baku menjadi air minum sampai ke pemakai air minum membutuhkan biaya yang sangat besar.
5. Kapasitas Air baku tertampung kurang memadai. 6. Pembebasan lahan yang sulit.
7. Kurangnya koordinasi dalam kelembagaan pengelolaan air minum. 8. Kurangnya pengetahuan BKM, KSM dalam pengelolaan Air minum
B. Kondisi Eksisting Pengembangan Spam
Aspek teknis Dalam peningkatan pelayanan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Sawahlunto terdapat Beberapa hal yang mempegaruhi antara lain:
a. Sistem jaringan b. Daerah pelayanan c. Tingkat pelayanan d. Sumber air
Uraian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6.19 kondisi eksisting aspek teknis terhadap Tingkat Pelayanan dan Sumber Air (Lampiran I Data Pamsimas, dan DAK Air minum Kota Sawahlunto)
Sumber Data PDAM Tahun 2013
2) Aspek Pendanaan
• Pembiayaan Pengelolaan Air Minum
Pembiayaan pengelolaan air minum yang terdapat di Kota Sawahlunto melalui sistem jaringan perpipaan dilakukan oleh BUMD ( PDAM ) yang tersebar di setiap kecamatan. Sedangkan untuk Pengelolaan Pembiayaan Non – Perpipaan dilkukan oleh BKM, KSM atau individu. Kemudian
No Sistem
Jaringan
Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air
Luas
Penddk % Wilayah Lokasi
Debit (l/dt)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 IPA Lunto Lembah
Segar & Silungkang
22.198 7.540 33.97 Desa
Lunto
Barangin 9.903 8.120 82 Rantih,
Kajai
Lumindai 2.024 600 29,64 Luminda
i
5
6 IPA Talawi Talawi; sebag. kecil
Barangin
17.843 13.615 76,3 Talawi
Hilir
30
7 IPA Rantih Rantih 5
8 IPA Kandi Kawasan
Kandi; Desa Salak; sebag.
besar Barangin
6.100 5.800 95,08 Kandi 20
pembiayaan pembangunan sistem pelayanan air minum berasa dari berbagai sumber pembiayaan antara lain
- APBN ( Dana Alokasi Khusus Air Minum, Dekonsentrasi Air, Pamsimas) - APBD
- Dana bencana alam - Hibah luar negeri - Pinjaman luar negeri - Pemeliharaan rutin PDAM
• Kemampuan Masyarakat Dalam Pembiayaan Air Minum
Di lihat dari kemampuan masyarakat kota Sawahlunto dalam pembiayaan air minum baik yang dikelola PDAM maupun Oleh BKM, KSM berjalan baik, ini dikarenakan tingginya permintaan air bersih oleh masyarakat.
Tabel 6.20 Aspek Teknis Terhadap Kondisi Eksisting Pelanggandan Sistem Pengolahan pada PDAM Kota Sawahlunto
• Capaian target pembayaran rekening Air Minum
Dengan tingginya permintaan masyarakat akan air bersih dalam hal capaian target pembayaran rekening atau tagihan air minum PDAM untuk Kota Sawahlunto setiap bulannya tereleaisasi berkisar 90%. Sedangkan untuk capaian target pembayaran Non PDAM terutama jaringan pamsimas dan DAK air minum baru mencapai terealisasi 50 %, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat penerima manfaat dalam membayar iuran yang telah disepakati.
Kondisi Pelanggan
No Uraian <1 juta
%
>1 juta %
Sistem Pengolahan
Jam Pelayanan
(Jam/hari)
1 IPA Lunto 30 70 Lengkap 24
2 IPA Batu Tajam 30 70 Lengkap 24
3 IPA Kayu Gadang
40 60 Lengkap 18
4 IPA Sumpahan 40 60 Lengkap 24
5 IPA Lumindai 80 20 Sederhana 24
• Persentase tunggakan rekening
Persentase tunggakan pembayaran rekening untuk sistem jaringan perpipaan dan non perpipaan beskisar 10 % dari jumlah pelanggan. Sedangkan tunggakan pembayaran rekening Non PDAM terutama jaringan pamsimas dan DAK air minum baru mencapai terealisasi 50 %, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat penerima manfaat dalam membayar iuran yang telah disepakati.
• Tarif dasar air minum PDAM
Tarif dasar air minum yang beraku pada saat ini berdasarkan Keputusan Walikota Sawahlunto No. 81 tahun 2004 tentang Penyesuaian Tarif Air Minum dan Tarif Air Tangki.
Tabel 6.21 Tarif Dasar Retribusi Yang Dikelola PDAM
No. Klasifikasi Pelanggan
Tarif Berdasarkan Tingkat Konsumsi Air (m3)
0 – 10 11 – 20 > 20
1. KELOMPOK I
( HU, TA, WC Umum)
1.500 1.500 1.500
2. KELOMPOK II.A
( Panti Asuhan, Yayasan Sosial )
1.500 2.200 3.500
3. KELOMPOK II.B
( Sekolah Negeri, Puskesmas )
2.000 2.200 3.500
4. KELOMPOK III.A
( Rumah Tangga )
1.650 3.500 4.400
5. KELOMPOK III.B
( Warung, Toko, Kedai, Rumah Makan, Instansi Pemerintah, Rumah Sakit Pemerintah, Sekolah Swasta dan Home Industri )
2.200 3.500 4.400
6. KELOMPOK IV
( Restoran, Hotel, Wisma, Kantor BUMN dan BUMD, Kantor Swasta, Rumah Sakit Swasta, dan Klinik Swasta )
Sedangkan tarif dasar air minum yang dikelola oleh badan penggelola air minum masyarakat (BP. SPAM) ditetapkan Berdasarkan kesepakan masyarakat penerima pemanfaat air minum ( bersifat iuran ), yang dituangkan dalam Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan.
Tabel. 6.22 Tarif Dasar Retribusi yang dikelola BP. SPAM
No. Klasifikasi Pelanggan Tarif Berdasarkan Tingkat
Konsumsi Air
1. KELOMPOK I
( Penerima manfaat Yang tidak pakai meteran air)
Min 10.000 s/d 20.000
2. KELOMPOK II. ( Penerima manfaat Yang pakai meteran air)
Min 1.000 s/d 1500 (M3)
Tarif dasar Non perpipaan
Penetapan tarif dasar Non Perpipaan ditetapkan berdasarkan kesepakatan musyawarah masyarakat penerima manfaat setempat.
3) Kelembagaan
Struktur Organisasi ditetapkan dengan Peraturan Walikota Sawahlunto Nomor 25 Tahun 2008 tanggal 28 Maret 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto. PDAM Kota Sawahlunto dipimpin oleh satu orang direksi terdiri satu orang Direktur yang membawahi dua (2) bagian, yaitu: Bagian Administrasi dan Keuangan; dan Bagian Teknik. Struktur organisasi seperti yang terlihat pada gambar 6…….
Tabel 6.23 Profil Karyawan PDAM berdasarkan Status Tahun 2013
Status Karyawan Jumlah (org)
PNS 0
Pegawai tetap Perusahaan 39
Calon Pegawai 0
Pegawai tidak tetap/ kontrak 17
Jumlah 46
Sumber: PDAM Kota Sawahlunto 2013
Tabel 6.23 Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013
Tingkat Pendidikan
Karyawan Jumlah %
SD 2 4.35
SMP 3 6.52
SLTA 34 73.91
D3 2 4.35
S1 5 10.87
S2 0 0.0
Jumlah 46 100
Sumber: PDAM Kota Sawahlunto 2013
Gambar 6.1
Struktur Organisasi Kelembagaan BP. SPAM
Sumber: Asosiasi BP. SPAM Kota Sawahlunto 2013 KASUBAG P ER ENCANAAN
KASUBAG TR ANS & DIST WALIKOTA SAWAHLUNTO
DEWAN P ENGAWAS
DIR EKTUR
KABAG. TEKNIK KABAG. ADM & KEUANGAN
UNIT P ELAYANAN TALAWI P EL.
KAS & P ENAGIHAN
P EL AKUNTANSI
P EL. P ER SONALIA
P EL. P ER LENGKAP AN
P EL. ADMINISTR ASI
P EL. R EKENING
P EL. HUB. LANGGANAN
P EL. BACA METER
P EL. P ENGOLAHAN
KOOR DINATOR P ER ENCANAAN
P EL. P ENYAMBUNGAN
P EL. ADM. TEKNIK
4) Peraturan Perundangan
1. Permendagri No. 2 tahun 2007 Tentang Organisasi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum
2. Permendagri No. 8 tahun 1998 tentang Penetapan Tarif Air Minum PDAM. 3. Kep. Mendagri No 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang
Daerah Yang Dipisahkan.
4. Kep. Mendagri No 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. 5. Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto No. 7 Tahun 1992 tentang
Pendirian PDAM.
6. Perda No. 9 tahun 2007 tentang Kepengurusan & Kepegawaian PDAM Kota Sawahlunto.
7. Perwako No. 25 tahun 2008 tentang SOTK PDAM Kota Sawahlunto.
8. Peraturan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto Nomor 01 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Pengangkatan Dalam Jabatan Pada
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto.
9. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Badan Penggelola Sarana dan Keputusan Kepala Desa/Lurah Setempat.
5) Peran Serta Masyarakat
Peran Serta Masyarakat dalam penggelolaan pelayanan air minum ditunjukkan dalam beberapa aspek antara lain :
1. Aspek Lingkungan, terutama dalam pemeliharaan dan pelestarian sumber air, daerah tangkapan air ( CACTHMENT AREA ) sehingga ketersedian debit air dapat terjaga.
2. Aspek Kepatuhan, terutama dalam membayar retribusi air dan penghematan penggunaan air.
3. Aspek pemeliharaan jaringan untuk menghindari tingkat kehilangan air dan kebocoran terutama pemeliharaan jaringan pipa distribusi.
C. Kondisi EksistingPengembangan SPAM
1. Peningkatan Cakupan dan Kualitas
Peningkatan Cakupan pelayanan dalam pengembangan SPAM dipengaruhi oleh bahwa air tidak hanya dipandang sebagai benda sosial, akan tetapi air adalah benda ekonomi yang menyangkut kebutuhan hajat hidup orang banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut adalah antara lain :
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin membaik yang mengakibatkan permintaan kebutuhan air semakin meningkat
b. Jumlah pertumbuhan penduduk semakin bertambah sehingga kebutuhan air belum seimbang dengan sistem penyediaan air minum
c. Topografi wilayah pelayanan yang kontur tanahnya bergelombang sehingga mempengaruhi kontinuitas pelayanan air minum
d. Penyelenggaraan SPAM belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Air Minum
e. Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.
f. Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.
g. Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.
h. Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan
i. Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman
2. Pendanaan
a. Pembangunan SPAM masih tergantung pada sumber pendanaan APBN b. Belum adanya keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan SPAM c. Porsi pendanaan dari APBD untuk program pengembangan SPAM masih
rendah.
3. Kelembagaan dan Perundang- Undangan
a. Terbatasnya Sumber Daya Manusia pengelola SPAM baik PDAM maupun non PDAM yang memadai
b. Lemahnya fungsi lembaga/ dinas daerah dalam penyelenggaraan SPAM dan prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM.
c. Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.
4. Air Baku
a. Sumber air baku yang dimanfaatkan berada di luar wilayah Kota Sawahlunto sehingga menyulitkan dalam perlindungan dan pelestarian sumber
b. Kualitas sumber air baku semakin menurun.
c. Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.
d. Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.
5. Peran Masyarakat
a. Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.
b. Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum maksimal diberdayakan dalam pengembangan SPAM.
c. Peran masyarakat dalam pengelolaan SPAM non PDAM masih belum maksimal.
Tabel
Tabel 6.25 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM
No Aspek Pengelolaan Air
Minum Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan
PDAM KOTA SAWAHLUNTO
A. Kelembagaan/Perundangan
1. Organisasi SPAM 1. 1. 1.
2. Tata Laksana (SOP, koordinasi, dll)
1. PDAM belum memiliki SOP yang memadai untuk beberapa kegiatan
2. SOP yang ada pada PDAM belum dijalankan sepenuhnya 3. Ada kebijakan-kebijakan PDAM yang harus disesuaikan
dengan kebijakan DPRD
1.- 1.
-3. SDM 1. Belum diterapkannya standar kompetensi pegawai dan belum
semua pegawai memiliki uraian kerja yang telah
terdokumentasikan dan disahkan oleh pihak pimpinan PDAM 2.
1. - 1.
-B. Teknik Operasional
i. IPA Kayu Gadang & IPA Sumpahan Dengan Daerah Pelayanan di Kecamatan Barangin
No Aspek Pengelolaan Air
Minum Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan
- Pompa air baku yang ada rusak, sehingga cuma 1 beroperasi 24 jam - Perbaikan pompa yang rusak
b. Mata Air Guo Kudo
(Kajai) Pada musim kemarau debit air berkurang -
-c. Batang Sumpahan Air baku ialah air limpahan dari intake milik PT. BA dan sebagian kecil dari debit Batang Sumpahan, sehingga pada musim
kemarau debit air baku di intake sangat kecil
- Pembuatan
Embung Sumpahan, dimana sumber air baku
langsung diambil dari embung
2. Bangunan Intake -
-3. IPA 1.Kondisi tanah di sekitar bangunan instalasi Sumpahan dan
pendukungnya turun, sehingga merusak sebagian besar bangunan yang ada
2.
1. -2.
No Aspek Pengelolaan Air
Minum Permasalahan
Tindakan
Yang Sudah Dilakukan
Yang Sedang Dilakukan
5. Jaringan Transmisi Ada 9 titik pipa yang memerlukan tiang penyangga (trust block) -
-6. Jaringan Distribusi 1.Jenis pipa utama DN 10” : DCIP, sehingga sulit untuk mendapat-kan aksesorisnya (Kayu Gadang)
2.BPT 1 kadang-kadang meluap pada saat jam pendistribusian air, karena tidak ada pelampung pada inlet (Kayu Gadang) 3.Jaringan pipa distribusi sekunder sering bocor karena kondisi
tanah yang bergerak
4.Jalur pipa distribusi minim ventil udara & penguras
1.
-2. Pengecekan berkala pada jam
pendistribusian air
3. Melakukan perbaikan jika bocor
4.
1. -2.–
3.-4.Pemasangan ventil udara & penguras beberapa titik
7. Sambungan Rumah Banyak umur teknis sambungan pipa dinas > 8 tahun dan diindikasikan terjadinya penyempitan / karat.
Perbaikan pipa dinas yang rusak
-8. Meter Pelanggan Banyak umur teknis meter air pelanggan yang > 5 tahun Penggantian meter
air pelanggan yang > 5 tahun/ rusak
-ii. IPA Lunto & IPA Batu Tajam Dengan Daerah Pelayanan Kecamatan Lembah Segar & Desa Muaro Kalaban
1. Sumber air baku