• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA SAWAHLUNTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASPEK TEKNIS PERSEKTOR KOTA SAWAHLUNTO"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

7.1. PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional.

Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh

ASPEK TEKNIS PERSEKTOR

(2)

masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman.

Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Mengacu pada peraturan walikota Nomor 5 Tahun 2013 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Kota Sawahlunto Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Kerja Perangkat Daerah adapun Tugas Pokok dan fungsi Bidang Cipta Karya mempunyai tugas antara lain :

a. Menyusun program dan membuat perencanaan umum dibidang perumahan dan permukiman

b. Pelaksanaan kegiatan pembangunan, peningkatan dan pemeliharaan bidang perumahan dan permukiman

(3)

d. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, pengendalian serta bimbingan dibidang perumahan dan permukiman

e. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penelitian/kajian dibidang perumahan dan permukiman

f. Pelaksanaan evaluasi dan penilaian terhadap sarana dan prasarana dibidang perumahan dan permukiman

g. Pemeliharaan, peningkatan dan mengevaluasi kemampuan/prestasi dan disiplin pegawai yang berada dibawahnya

h. Pembagian tugas kepada bawahannya dalam pelaksanaan tugas sesuai ketentuan yang berlaku dengan memberi arahan sesuai bidang tugasnya.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :

1. Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

2. Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

3. Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.

4. Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.

5. Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.

6. Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

7. Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. 8. Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman.

(4)

Adapaun isu strategis Kota Sawahlunto yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah :

Tabel 7.1. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

Kota Sawahlunto

NO ISU STRATEGIS KETERANGAN

1 Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumah tangga kumuh perkotaan.

2 Meminimalisir penyebab dan

dampak bencana sekecil

mungkin.

3 Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.

4 Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.

5 Belum optimalnya peran

pemerintah daerah dalam

mendukung pembangunan

permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta

perangkat organisasi

(5)

6 Lahan untuk pengembangan

permukiman yang kurang

produktif dikarenakan kondisi daerah yang berbukit - bukit

B. Kondisi Eksisting

Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen RP2KP, 108 dokumen RTBL KSK, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya.

Adapun Kondisi eksisting pengembangan permukiman Kota Sawahlunto dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.2. Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Bupati/ peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman

NO

Perda/Pergub/Perwal/Perbup/Peraturan lainnya

Amanat Kebijakan Daerah Jenis

Produk Pengaturan

No./tahun Perihal

1. Perda No. 1 tahun

2010 PenyelengaraanBangunan Gedung Peraturan Daerah inimengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi persyaratan

administrasi dan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung

serta peran

masyarakat dan

pembinaan yang

meliputi kegiatan pengaturan,

(6)

pengawasan.

2. Perda No. 2 Tahun

2010 Penataan KawasanKota Lama Deliniasi kawasan Kota Lama/ batas Sawahlunto

dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota

Lama dan

pengaturannya

dengan sistem

pemintakatan /

zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.

3. Perda No. 6 Tahun

2007 Pengelolaan CagarBudaya Pengelolaan BendaCagar Budaya dimaksudkan untuk melestarikan nilai – nilai sejarah dari

Benda Cagar

Budaya yang

merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.

4. Perda No. 6 Tahun

2012 RTRW

5. Perwako No. 1 tahun

2010 Izin BangunanMendirikan ( IMB )

Izin Mendirikan

Bangunan yang

selanjutnya disingkat IMB adalah izin untuk mendirikan, merombak,

memperbaiki,

menambah dan

membongkar

Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan tentang bangunan gedung yang meliputi persyaratan

administrasi dan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung

serta peran

masyarakat dan

(7)

meliputi kegiatan pengaturan,

pemberdayaan dan pengawasan.

2. Perda No. 2 Tahun

2010 Penataan KawasanKota Lama Deliniasi kawasan Kota Lama/ batas Sawahlunto

dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota

Lama dan

pengaturannya

dengan sistem

pemintakatan /

zonasi, yang meliputi zona inti, zona penyangga dan zona pengembang.

Tabel 7.3. Data Kawasan Kumuh Kota Sawahlunto

NO Lokasi Kawasan Kumuh

Luas

1 Sawah Talang, Sawah Tambang (Kec. Silungkang)

4,08 63 252 1.323

2 Pasar Mudik (Desa

Lumindai Kec. Barangin) 5,21 38 150 789

3 Kemiri, Tarandam (Sikalang Kec. Talawi)

3,29 24 98 513

4 Batu Anyir (Lunto Barat Kec. Lembah Segar)

3,11 21 82 433

5 RT 01 – 03 (Air Dingin

Kec. Lembah Segar) 0,14 14 58 302

6 RT 01 – 03 (Kubang Sirakuk Selatan Kec. Lembah Segar)

(8)

Tabel 7.4. Data Kondisi RSH di Kota Sawahlunto

CK yang Ada

1 Perumahan

Lembah Santur I Desa Santur

2000 CV. Multi

Mitra Serasi

630 Jalan; drainase; bak sampah;

2008 CV. Multi

Mitra Serasi

210 Pipa PDAM;

listrik; jalan;

227 Jalan; drainase; bak sampah;

63 Pipa PDAM;

listrik; jalan;

2007 PT. Mitra

Bangun Selaras

(9)

Tabel 7.5. Data Kondisi Rusunawa di Kota Sawahlunto terawat dan adanya

Tabel 7.6. Data Program Pedesaan di Kota Sawahlunto Tahun 2014

N O

Program Kegiatan

Lokasi Volume /

Satuan

bancah 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Muaro

Kelaban 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Batu

Tanjung 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Santur 2. Unit IPAL Pemberdayaa

n Masyarakat

Proses Pembangunan Kel. Durian I 1. Unit MCK Pemberdayaa

n Masyarakat ProsesPembangunan Desa

Kumbayau 1. Unit MCK Pemberdayaan Masyarakat ProsesPembangunan Desa Tapian

(10)

N O

Program Kegiatan

Lokasi Volume /

Satuan

Status Kondisi

Insfrastruktur

1 2 3 4 5 6

2 Pamsimas Desa

silungkang

n Masyarakat ProsesPembangunan

Desa

Desa talago Gunuang

sikalang 1. UnitPengolahan air

Pamsimas

Pemberdayaa

n Masyarakat ProsesPembangunan

Desa Talawi

Mudiak 1. UnitPengolahan air

Pamsimas

Pemberdayaa

n Masyarakat ProsesPembangunan

Desa Bukit Gadang

Lokasi Volume /

Satuan

Status Kondisi

Insfrastruktur

1 2 3 4 5 6

2 PNPM Mandiri Tersebar di

37 Desa di Kota

Sawahlunto

1 Paket Pemberdayaa

(11)

N O

Program Kegiatan

Lokasi Volume / Satuan Status Kondisi

Insfrastruktur

1 2 3 4 5 6

2 SANIMAS IDB Kelurahan

Kubang

C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman

Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain adalah:

1. Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Adapun Permasalahan dan tantangan Pengembangan Permukiman yang ada di Kota Sawahlunto adalah :

1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Kota Sawahlunto sektor Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-Program Pro Rakyat.

4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 5. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPI2JM bidang

(12)

Tabel 7.7. Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

Permukiman Di Kota Sawahlunto

N

1 Aspek Teknis

1. Kondisi Kota

Sawahlunto dan

Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan

untuk kawasan

Permukiman

3. Status lahan yang tidak jelas

Membutuhkan Keahlian

dalam Merencanakan

pengembangan kawasan Permukiman

Perubahan alih fungsi lahan

Lahan masih dikuasai oleh pihak 3

Mendesain bangunan sesuai dengan standar bangunan.

Membuat aturan tentang perubahan alih fungsi.

Secara berkala

membebaskan lahan dari pihak ke 3

2 Aspek Kelembagaan

Belum adanya Aturan

detail dalam

Pengembangan Permukiman Bagi Kota

Perlu dibuat aturan yang detail tentang regulasi Pengembangan

permukiman.

Perlu adanya rencana detail

dalam Pengembangan

Permukiman Bagi Kota

3 Aspek Pembiayaan

Pembiayaan APBD

yang mahal dalam

pengembangan sarana

prasarana umum

permukiman

Masih kecilnya

pembiayaan

pengembangan sarana

prasarana umum

permukiman pada APBD Kota.

Menambah porsi

(13)

4 Aspek Peran swasta dan Masyarakat

Pihak swasta dan

masyarakat belum

berperan dalam

pengembangan sarana

prasarana umum

permukiman

Membentuk pelaksanaan program pengembangan sarana prasarana umum permukiman

melibatkan pihak swasta dalam program CSR

7.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman yang ada dikota Sawahlunto berdasarkan Tabel diberikut :

Tabel 7.8. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto

N O

Uraian Satuan Tahun I 2014

1 Jumlah Penduduk 58.972

jiwa 59.342jiwa 60.102jiwa 60.873jiwa 61.657jiwa 62.453jiwa Kepadatan

Penduduk rata-rata

216

jiwa/km2 jiwa/km2217 jiwa/km2220 jiwa/km2223 jiwa/km2225 jiwa/km2228

Proyeksi Sebaran Penduduk (Per Kecamatan/Jiwa)

Proyeksi Sebaran Penduduk Miskin(Per Kecamatan/KK)

1. Silungkang

(14)

3. Barangin

4. Talawi 226107 475223 463213 452212 440207 429186 2 Sasaran

Penurunan Kawasan Kumuh(Ha)

24.73 16.48 12.40 7.19 3.90 0.41

3 Kebutuhan rusunawa

(Twinblock) 1 1 1 1 2 3

4 Kebutuhan RSH

(unit) 3305 3305 2606 2208 1904 1701

5 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru

(15)

Tabel 7.9. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan yang Membutuhkan Penanganan

Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto

N O

Uraian Satuan Tahun I

2014

1 Jumlah Penduduk 58.972

jiwa 59.342jiwa 60.102 jiwa 60.873jiwa 61.657 jiwa 62.453jiwa

Kepadatan Penduduk 216

jiwa/km Proyeksi Sebaran Penduduk (Per Kecamatan/Jiwa)

1. Silungkang 2. Lb. Segar 3. Barangin

4. Talawi 10.48812.148

17.607

(16)

2 Desa Potensial untuk Agropolitan (ha)

1.237 1.237 1.237 1.237 1.237 1.237

3 Desa Potensial untuk Minapolitan Desa Rantih (ha)

6.22 6.22 6.22 6.22 6.22 6.22

4 Kawasan Rawan Bencana (ha)

241 241 241 241 241 241

5 Kawasan Perbatasan

- - -

-6 Kawasan Permukiman Pulau-Pulau Kecil

- - -

-7 Desa Kategori Miskin

- - -

-8 Kawasan dengan Komoditas Unggulan 1. Kampung tenun silungkang oso

2. Minyak serai wangi Desa Balai Batu Sandaran 3. Kampung sate Desa Muaro kelaban

4. Desa Wisata Rantih

5. Peternakan Sapi Desa Kolok Nan Tuo

(17)

7.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari :

1) Pengembangan lingkungan permukiman baru dalam bentuk pembangunan RSH, Rusunawa dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.

2) Pembangunan perumahan swadaya masyarakat. 3) Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh. 4) Revitalisasi kawasan permukiman.

5) Revitalisasi kawasan kota lama.

6) Relokasi kawasan padat kumuh dan miskin.

7) Pembangunan Kawasan strategis dan cepat tumbuh. 8) Infrastruktur kawasan permukiman perkotaan

9) Infrastruktur kawasan permukiman kumuh 10) Infrastruktur permukiman RSH

11) Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :

1. Pengembangan kawasan permukiman baru untuk pembangunan RSH, dan bantuan perbaikan rumah tidak layak huni.

2. Pengembangan kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana.

3. Pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh perdesaan. 4. Pengembangan Desa tertinggal, kawasan perbatasan kabupaten/kota. 5. Revitalisasi bangunan tradisional dan bersejarah.

6. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh pedesaan, rumah tidak layak huni/MBR

1. Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial

(Agropolitan/Minapolitan)

2. Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana

3. Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) 4. Infrastruktur perdesaan PPIP

(18)

7.1.5. Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Usulan program dan kegiatan yang ada dikota sawahlunto setelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPI2JM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

Tabel 7.10. Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

Kota Sawahlunto

Biaya Lokasi Kriteria Kesiapan

1 2 3 4 5 6

1 Peningkatan

Sarana Air

Minum (DAK)

1 Paket 1.235.000.000 Saringan Pembebasan

Lahan

10 Paket 2.135.705.000 Tersebar di

Kota

IPAL Komunal Program

Sanimas IDB

2 Unit 850.000.000 Desa

Sikalang Kel. Kubang Sirakuk Utara

Pembebasan Lahan DED

4 Pamsimas 6 Paket 1.320.000.000 Desa

Tumpuak Tangah

Pembebasan Lahan DED

5 PNPM Mandiri 37 Paket 750.000.000 Tersebar di

Kota Sawahlunto

(19)

72. Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang

b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan

c. Izin mendirikan bangunan gedung.

(20)

keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan darijenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati. 5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan. Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

(21)

dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 8.2.

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);

• Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

• Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman kumuh dan nelayan;

• Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan permukiman.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

(22)

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;

• Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;

• Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;

• Paket dan Replikasi.

7.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis

Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang

mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota.

Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

(23)

7.2. PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

7.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan;

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan;

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

g. Pembangunan prasarana, sarana dan utilitas lingkungan permukiman. h. pemukiman tradisional. Dan bersejarah.

i. Relokasi keluarga miskin.

j. Pengembangan kampong produktif.

k. Penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas.

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

(24)

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET;

c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah

Tabel 7.11 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Sawahlunto

No Kegiatan sektor PBL Isu Strategis Sektor PBL di Kab/Kota

1 2 3

1. Penataan Lingkungan Permukiman a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL;

b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran

c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) sebanyak 30 %

d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah yang berpotensi wisata untuk

menunjang tumbuh kembangnya

ekonomi lokal

(25)

2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan,

kesehatan, kenyamanan dan

kemudahan)

b. Pengendalian penyelenggaraan

bangunan gedung dengan perda bangunan gedung

c. Tantangan untuk mewujudkan

bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara;

e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara.

3. Pemberdayaan Komunitas dalam

Penanggulangan Kemiskinan

a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia;

b. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah

B. Kondisi Eksisting

(26)

2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama. Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014, di samping kegiatan non-fisik dan pemberdayaan, Direktorat PBL hingga tahun 2013 juga telah melakukan peningkatan prasarana lingkungan permukiman di 1.240 kawasan serta penyelenggaraan bangunan gedung dan fasilitasnya di 377 kabupaten/kota. Dalam RPI2JM bidang Cipta Karya pencapaian di Kabupaten/Kota perlu dijabarkan sebagai dasar dalam perencanaan.

Tabel 7.12 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait

Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Amanat

Jenis Produk

Pengaturan

Nomor

& Tahun

Tentang

1 2 3 4 5

1. Perda No. 1 tahun

2010

Penyelengaraan Bangunan Gedung

Peraturan Daerah ini mengatur ketentuan

tentang bangunan

gedung yang meliputi persyaratan administrasi

dan teknis

penyelenggaraan bangunan gedung serta peran masyarakat dan

pembinaan yang

meliputi kegiatan

pengaturan,

pemberdayaan dan

pengawasan.

2. Perda No. 2 Tahun

2010

Penataan Kawasan Kota Lama

(27)

dimaksudkan untuk memberikan batas – batas Kawasan Kota

Lama dan

pengaturannya dengan sistem pemintakatan / zonasi, yang meliputi

zona inti, zona

penyangga dan zona pengembang.

3. Perda No. 6 Tahun

2007

Pengelolaan Cagar Budaya

Pengelolaan Benda

Cagar Budaya

dimaksudkan untuk

melestarikan nilai – nilai sejarah dari Benda Cagar Budaya yang merupakan identitas Daerah sebagai Kota Tambang.

4. Perda No. 6 Tahun

2012

RTRW

5. Perwako No. 1 tahun

2010

Izin Mendirikan Bangunan

( IMB )

Izin Mendirikan

Bangunan yang

selanjutnya disingkat IMB adalah izin untuk mendirikan, merombak, memperbaiki,

menambah dan

(28)

Tabel 7.13 Penataan Lingkungan Permukiman

N o

Kawasan Tradisional Bersejarah RTH

PEMENUHIN SPM

Dukungan Infrastruktur CK Lokasi/ Nama RTH

Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih

1. Taman Ombilin

Sawahunto 5000M2 1.KecamatanSilungkang

2.Kecamatan Lembah Segar

Jalan, Drainase, Lampu Jalan, Telekomunikasi, istrik, Air Bersih

2. Taman Kandi 5000

(29)

Tabel 7.14 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

N

o

Kawasan

Kecamatan

Jumlah

Bangunan

Negara

Berdasarka

n Fungsi

Status

Kepemilikan

Kondisi

Bangunan

Ketersediaan Utilitas

Bangunan

1 2 3 4 5 6

1. Kecamatan Silungkang

Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan

Fungsi Usaha

Fungsi Sosial Budaya

Fungsi Khusus

2. Kecamatan Lembah Segar

Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan

Fungsi Usaha

Fungsi Sosial Budaya

3. Kecamatan Barangin

(30)

Fungsi Keagamaan

Fungsi Usaha

Fungsi Sosial Budaya

4. Kecamatan Talawi Fungsi Hunian Fungsi Keagamaan

Fungsi Usaha

Fungsi Sosial Budaya

Ket : Data belum tersedia di Kota Sawahlunto

Tabel 7.15 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

N

o

Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan

(P2KP)

Kegiatan Pemberdayaan

lainnya

1 2 3 4

1. Kecamatan Silungkang 1. Kecamatan

Lembah Segar 1. Kecamatan

Barangin

1. Kecamatan Talawi Fungsi Hunian

(31)

N

o

Kecamatan Kegiatan PNPM Perkotaan

(P2KP)

Kegiatan Pemberdayaan

lainnya

1 2 3 4

Fungsi Usaha

Fungsi Sosial Budaya

Fungsi Khusus

C. Permasalahan dan tantangan Pengembangan Penataan Bangunan

Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain :

Penataan Lingkungan Permukiman :

1. Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran;

2. Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalampenyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

3. Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

4. Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

1. Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum

2. berfungsi efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

3. Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang, kecil di seluruh Indonesia;

(32)

5. Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

6. Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

7. Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

8. Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

9. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;

10. Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau :

• Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

Kapasitas Kelembagaan Daerah :

• Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan;

• Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

• Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

Tabel 7.2.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan

dan Lingkungan

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

(33)

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

1 Aspek Teknis

4. Kondisi Kota

Sawahlunto dan

Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 5. Terbatasnya lahan

untuk kawasan

Permukiman

Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman

1 Paket

2 Aspek Kelembagaan

1. Belum adanya

Aturan Yang Jelas dalam

Pengembangan Permukiman Bagi Kota

2. Belum adanya

patung hukum yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut

Perlu dibuat aturan yang jelas

3 Aspek Pembiayaan

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

(34)

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat

3. Pembiayaan yang

mahal dalam

pengembangan permukiman

5 Aspek Lingkungan

Perumahan

4. Pembiayaan yang

mahal dalam

pengembangan permukiman

Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1 Aspek Teknis

1. Kondisi Kota

Sawahlunto dan

Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan

untuk kawasan

Permukiman

Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman

1 Paket

2 Aspek Kelembagaan

1. Belum adanya

Aturan Yang Jelas

(35)

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

dalam

Pengembangan Permukiman Bagi Kota

2. Belum adanya

patung hukum

yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut

3 Aspek Pembiayaan

1. Pembiayaan

yang mahal

dalam

pengembangan permukiman

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

pengembangan permukiman

5 Aspek Lingkungan

Perumahan

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

(36)

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

1 Aspek Teknis

1. Kondisi Kota

Sawahlunto dan

Kondisi Lahan Yang berbukit Bukit 2. Terbatasnya lahan

untuk kawasan

Permukiman

Membutuhkan Keahlian dalam Merencanakan dan Pembangunan Permukiman

1 Paket

2 Aspek Kelembagaan

1. Belum adanya

Aturan Yang Jelas dalam

Pengembangan Permukiman Bagi Kota

2. Belum adanya

patung hukum

yang jelas bagi yang mengelola kegiatan tersebut

Perlu dibuat aturan yang jelas

3 Aspek Pembiayaan

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

(37)

N

O

Aspek PBL Masalah yang

Dihadapi

Tantangan

Pengembangan

Alternatif

Solusi

1 2 3 4 5

permukiman

4 Aspek Peran Serta

Masyarakat

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

pengembangan permukiman

5 Aspek Lingkungan

Perumahan

1. Pembiayaan yang

mahal dalam

pengembangan permukiman

D. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Subbab Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan

(38)

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi :

1. Program Bangunan dan Lingkungan; 2. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; 3. Rencana Investasi;

4. Ketentuan Pengendalian Rencana; 5. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.

(39)

kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya.

RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda.

-Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah :

1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

- Standar Pelayanan Minimal (SPM)

(40)

Tabel 6.17 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

N

O

Jenis Dasar Pelayanan Standar Pelayanan

Minimal

Kegiatan Penataan Lingkungan

Permukiman RTH publik sebesar 20% dari luas

wilayah kota/

25 % 2014 Dinas/SKP

(41)

N

O

Jenis Dasar Pelayanan Standar Pelayanan

Minimal

Waktu

Pencapaian

Keteranga

n

Indikator Nilai

1 2 3 4 5

kawasan perkotaan.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi :

1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

(42)

Tabel 6.18. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Untuk 5 Tahun Di Kota Sawahlunto

N

O

Uraian Kebutuhan

Ket Satuan Tahun I

2014

1 Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman

1 Ruang

II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

1 Bangunan

Fungsi

Hunian

(43)

N

O

Uraian Kebutuhan

Ket Satuan Tahun I

2014

Sumber : Dinas PU Kota Sawahlunto 2015

E. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan

Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari :

a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman;

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

(44)

mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

6.3.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL

Faktor keselamatan bangunan gedung belum diperhatikan dari sebagian masyarakat sehingga sering dijumpai bangunan gedung yang tidak tertata, kepadatan bangunan tinggi dan faktor keteledoran manusia seringkali menjadi penyebab terjadinya musibah kebakaran. Pada kawasan pusat kota dan pusat perdagangan terjadi gejala degradasi fungsi, peranan dan kualitas kawasan sehingga mengakibatkan alih fungsi lahan pada kawasan-kawasan tersebut.

Program dan kegiatan yang diusulkan untuk menindaklanjuti perencanaan yang selama ini telah disusun dan dokumen perencanaan tersebut menjadi acuan pedoman baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Program-program Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kota Sawahlunto yang akan diusulkan adalah sebagai berikut:

6.3 Sistem Penyediaan Air Minum

6.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain :

(45)

dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025 Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

(46)

produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup :

• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air minum;

• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial

• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum

• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

6.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,dan Tantangan

A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Isu-isu strategis yang mempengaruhi upaya Kota Sawahlunto untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan SKPD terkait serta Stokeholder yang ada di Kota Sawahlunto. Adapun Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Kurangannya Ketersedian air baku untuk air minum. 2. Letak Air baku yang berada dibukit – bukit.

3. Turunnya potensi sumber daya air akibat kekeringan dan adanya kerusakan daerah aliran sungai

4. Pembangunan jaringan perpipaan sumber air baku menjadi air minum sampai ke pemakai air minum membutuhkan biaya yang sangat besar.

5. Kapasitas Air baku tertampung kurang memadai. 6. Pembebasan lahan yang sulit.

7. Kurangnya koordinasi dalam kelembagaan pengelolaan air minum. 8. Kurangnya pengetahuan BKM, KSM dalam pengelolaan Air minum

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Spam

(47)

Aspek teknis Dalam peningkatan pelayanan pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) di Kota Sawahlunto terdapat Beberapa hal yang mempegaruhi antara lain:

a. Sistem jaringan b. Daerah pelayanan c. Tingkat pelayanan d. Sumber air

Uraian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.19 kondisi eksisting aspek teknis terhadap Tingkat Pelayanan dan Sumber Air (Lampiran I Data Pamsimas, dan DAK Air minum Kota Sawahlunto)

Sumber Data PDAM Tahun 2013

2) Aspek Pendanaan

Pembiayaan Pengelolaan Air Minum

Pembiayaan pengelolaan air minum yang terdapat di Kota Sawahlunto melalui sistem jaringan perpipaan dilakukan oleh BUMD ( PDAM ) yang tersebar di setiap kecamatan. Sedangkan untuk Pengelolaan Pembiayaan Non – Perpipaan dilkukan oleh BKM, KSM atau individu. Kemudian

No Sistem

Jaringan

Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air

Luas

Penddk % Wilayah Lokasi

Debit (l/dt)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 IPA Lunto Lembah

Segar & Silungkang

22.198 7.540 33.97 Desa

Lunto

Barangin 9.903 8.120 82 Rantih,

Kajai

Lumindai 2.024 600 29,64 Luminda

i

5

6 IPA Talawi Talawi; sebag. kecil

Barangin

17.843 13.615 76,3 Talawi

Hilir

30

7 IPA Rantih Rantih 5

8 IPA Kandi Kawasan

Kandi; Desa Salak; sebag.

besar Barangin

6.100 5.800 95,08 Kandi 20

(48)

pembiayaan pembangunan sistem pelayanan air minum berasa dari berbagai sumber pembiayaan antara lain

- APBN ( Dana Alokasi Khusus Air Minum, Dekonsentrasi Air, Pamsimas) - APBD

- Dana bencana alam - Hibah luar negeri - Pinjaman luar negeri - Pemeliharaan rutin PDAM

Kemampuan Masyarakat Dalam Pembiayaan Air Minum

Di lihat dari kemampuan masyarakat kota Sawahlunto dalam pembiayaan air minum baik yang dikelola PDAM maupun Oleh BKM, KSM berjalan baik, ini dikarenakan tingginya permintaan air bersih oleh masyarakat.

Tabel 6.20 Aspek Teknis Terhadap Kondisi Eksisting Pelanggandan Sistem Pengolahan pada PDAM Kota Sawahlunto

Capaian target pembayaran rekening Air Minum

Dengan tingginya permintaan masyarakat akan air bersih dalam hal capaian target pembayaran rekening atau tagihan air minum PDAM untuk Kota Sawahlunto setiap bulannya tereleaisasi berkisar 90%. Sedangkan untuk capaian target pembayaran Non PDAM terutama jaringan pamsimas dan DAK air minum baru mencapai terealisasi 50 %, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat penerima manfaat dalam membayar iuran yang telah disepakati.

Kondisi Pelanggan

No Uraian <1 juta

%

>1 juta %

Sistem Pengolahan

Jam Pelayanan

(Jam/hari)

1 IPA Lunto 30 70 Lengkap 24

2 IPA Batu Tajam 30 70 Lengkap 24

3 IPA Kayu Gadang

40 60 Lengkap 18

4 IPA Sumpahan 40 60 Lengkap 24

5 IPA Lumindai 80 20 Sederhana 24

(49)

Persentase tunggakan rekening

Persentase tunggakan pembayaran rekening untuk sistem jaringan perpipaan dan non perpipaan beskisar 10 % dari jumlah pelanggan. Sedangkan tunggakan pembayaran rekening Non PDAM terutama jaringan pamsimas dan DAK air minum baru mencapai terealisasi 50 %, dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat penerima manfaat dalam membayar iuran yang telah disepakati.

Tarif dasar air minum PDAM

Tarif dasar air minum yang beraku pada saat ini berdasarkan Keputusan Walikota Sawahlunto No. 81 tahun 2004 tentang Penyesuaian Tarif Air Minum dan Tarif Air Tangki.

Tabel 6.21 Tarif Dasar Retribusi Yang Dikelola PDAM

No. Klasifikasi Pelanggan

Tarif Berdasarkan Tingkat Konsumsi Air (m3)

0 – 10 11 – 20 > 20

1. KELOMPOK I

( HU, TA, WC Umum)

1.500 1.500 1.500

2. KELOMPOK II.A

( Panti Asuhan, Yayasan Sosial )

1.500 2.200 3.500

3. KELOMPOK II.B

( Sekolah Negeri, Puskesmas )

2.000 2.200 3.500

4. KELOMPOK III.A

( Rumah Tangga )

1.650 3.500 4.400

5. KELOMPOK III.B

( Warung, Toko, Kedai, Rumah Makan, Instansi Pemerintah, Rumah Sakit Pemerintah, Sekolah Swasta dan Home Industri )

2.200 3.500 4.400

6. KELOMPOK IV

( Restoran, Hotel, Wisma, Kantor BUMN dan BUMD, Kantor Swasta, Rumah Sakit Swasta, dan Klinik Swasta )

(50)

Sedangkan tarif dasar air minum yang dikelola oleh badan penggelola air minum masyarakat (BP. SPAM) ditetapkan Berdasarkan kesepakan masyarakat penerima pemanfaat air minum ( bersifat iuran ), yang dituangkan dalam Keputusan Kepala Desa yang bersangkutan.

Tabel. 6.22 Tarif Dasar Retribusi yang dikelola BP. SPAM

No. Klasifikasi Pelanggan Tarif Berdasarkan Tingkat

Konsumsi Air

1. KELOMPOK I

( Penerima manfaat Yang tidak pakai meteran air)

Min 10.000 s/d 20.000

2. KELOMPOK II. ( Penerima manfaat Yang pakai meteran air)

Min 1.000 s/d 1500 (M3)

Tarif dasar Non perpipaan

Penetapan tarif dasar Non Perpipaan ditetapkan berdasarkan kesepakatan musyawarah masyarakat penerima manfaat setempat.

3) Kelembagaan

Struktur Organisasi ditetapkan dengan Peraturan Walikota Sawahlunto Nomor 25 Tahun 2008 tanggal 28 Maret 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto. PDAM Kota Sawahlunto dipimpin oleh satu orang direksi terdiri satu orang Direktur yang membawahi dua (2) bagian, yaitu: Bagian Administrasi dan Keuangan; dan Bagian Teknik. Struktur organisasi seperti yang terlihat pada gambar 6…….

(51)

Tabel 6.23 Profil Karyawan PDAM berdasarkan Status Tahun 2013

Status Karyawan Jumlah (org)

PNS 0

Pegawai tetap Perusahaan 39

Calon Pegawai 0

Pegawai tidak tetap/ kontrak 17

Jumlah 46

Sumber: PDAM Kota Sawahlunto 2013

Tabel 6.23 Profil Karyawan PDAM berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2013

Tingkat Pendidikan

Karyawan Jumlah %

SD 2 4.35

SMP 3 6.52

SLTA 34 73.91

D3 2 4.35

S1 5 10.87

S2 0 0.0

Jumlah 46 100

Sumber: PDAM Kota Sawahlunto 2013

Gambar 6.1

Struktur Organisasi Kelembagaan BP. SPAM

Sumber: Asosiasi BP. SPAM Kota Sawahlunto 2013 KASUBAG P ER ENCANAAN

KASUBAG TR ANS & DIST WALIKOTA SAWAHLUNTO

DEWAN P ENGAWAS

DIR EKTUR

KABAG. TEKNIK KABAG. ADM & KEUANGAN

UNIT P ELAYANAN TALAWI P EL.

KAS & P ENAGIHAN

P EL AKUNTANSI

P EL. P ER SONALIA

P EL. P ER LENGKAP AN

P EL. ADMINISTR ASI

P EL. R EKENING

P EL. HUB. LANGGANAN

P EL. BACA METER

P EL. P ENGOLAHAN

KOOR DINATOR P ER ENCANAAN

P EL. P ENYAMBUNGAN

P EL. ADM. TEKNIK

(52)

4) Peraturan Perundangan

1. Permendagri No. 2 tahun 2007 Tentang Organisasi dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum

2. Permendagri No. 8 tahun 1998 tentang Penetapan Tarif Air Minum PDAM. 3. Kep. Mendagri No 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang

Daerah Yang Dipisahkan.

4. Kep. Mendagri No 47 tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja PDAM. 5. Perda Kotamadya Daerah Tingkat II Sawahlunto No. 7 Tahun 1992 tentang

Pendirian PDAM.

6. Perda No. 9 tahun 2007 tentang Kepengurusan & Kepegawaian PDAM Kota Sawahlunto.

7. Perwako No. 25 tahun 2008 tentang SOTK PDAM Kota Sawahlunto.

8. Peraturan Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto Nomor 01 Tahun 2008 tentang Tata Cara dan Pengangkatan Dalam Jabatan Pada

Perusahaan Daerah Air Minum Kota Sawahlunto.

9. Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Badan Penggelola Sarana dan Keputusan Kepala Desa/Lurah Setempat.

5) Peran Serta Masyarakat

Peran Serta Masyarakat dalam penggelolaan pelayanan air minum ditunjukkan dalam beberapa aspek antara lain :

1. Aspek Lingkungan, terutama dalam pemeliharaan dan pelestarian sumber air, daerah tangkapan air ( CACTHMENT AREA ) sehingga ketersedian debit air dapat terjaga.

2. Aspek Kepatuhan, terutama dalam membayar retribusi air dan penghematan penggunaan air.

3. Aspek pemeliharaan jaringan untuk menghindari tingkat kehilangan air dan kebocoran terutama pemeliharaan jaringan pipa distribusi.

(53)

C. Kondisi EksistingPengembangan SPAM

1. Peningkatan Cakupan dan Kualitas

Peningkatan Cakupan pelayanan dalam pengembangan SPAM dipengaruhi oleh bahwa air tidak hanya dipandang sebagai benda sosial, akan tetapi air adalah benda ekonomi yang menyangkut kebutuhan hajat hidup orang banyak. Beberapa faktor yang mempengaruhi tersebut adalah antara lain :

a. Tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat semakin membaik yang mengakibatkan permintaan kebutuhan air semakin meningkat

b. Jumlah pertumbuhan penduduk semakin bertambah sehingga kebutuhan air belum seimbang dengan sistem penyediaan air minum

c. Topografi wilayah pelayanan yang kontur tanahnya bergelombang sehingga mempengaruhi kontinuitas pelayanan air minum

d. Penyelenggaraan SPAM belum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Air Minum

e. Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan air pada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

f. Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harus membayar lebih mahal.

g. Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minum masyarakat belum memadai.

h. Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum, namun kontaminasi terjadi pada jaringan

i. Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknya akses air minum yang aman

2. Pendanaan

a. Pembangunan SPAM masih tergantung pada sumber pendanaan APBN b. Belum adanya keterlibatan sektor swasta dalam pembangunan SPAM c. Porsi pendanaan dari APBD untuk program pengembangan SPAM masih

rendah.

(54)

3. Kelembagaan dan Perundang- Undangan

a. Terbatasnya Sumber Daya Manusia pengelola SPAM baik PDAM maupun non PDAM yang memadai

b. Lemahnya fungsi lembaga/ dinas daerah dalam penyelenggaraan SPAM dan prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara SPAM.

c. Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukan pembinaan.

4. Air Baku

a. Sumber air baku yang dimanfaatkan berada di luar wilayah Kota Sawahlunto sehingga menyulitkan dalam perlindungan dan pelestarian sumber

b. Kualitas sumber air baku semakin menurun.

c. Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yang tidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.

d. Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkan konflik kepentingan di tingkat pengguna.

5. Peran Masyarakat

a. Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggap sebagai urusan pemerintah.

b. Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum maksimal diberdayakan dalam pengembangan SPAM.

c. Peran masyarakat dalam pengelolaan SPAM non PDAM masih belum maksimal.

(55)

Tabel

Tabel 6.25 Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM

No Aspek Pengelolaan Air

Minum Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

PDAM KOTA SAWAHLUNTO

A. Kelembagaan/Perundangan

1. Organisasi SPAM 1. 1. 1.

2. Tata Laksana (SOP, koordinasi, dll)

1. PDAM belum memiliki SOP yang memadai untuk beberapa kegiatan

2. SOP yang ada pada PDAM belum dijalankan sepenuhnya 3. Ada kebijakan-kebijakan PDAM yang harus disesuaikan

dengan kebijakan DPRD

1.- 1.

-3. SDM 1. Belum diterapkannya standar kompetensi pegawai dan belum

semua pegawai memiliki uraian kerja yang telah

terdokumentasikan dan disahkan oleh pihak pimpinan PDAM 2.

1. - 1.

-B. Teknik Operasional

i. IPA Kayu Gadang & IPA Sumpahan Dengan Daerah Pelayanan di Kecamatan Barangin

(56)

No Aspek Pengelolaan Air

Minum Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

- Pompa air baku yang ada rusak, sehingga cuma 1 beroperasi 24 jam - Perbaikan pompa yang rusak

b. Mata Air Guo Kudo

(Kajai) Pada musim kemarau debit air berkurang -

-c. Batang Sumpahan Air baku ialah air limpahan dari intake milik PT. BA dan sebagian kecil dari debit Batang Sumpahan, sehingga pada musim

kemarau debit air baku di intake sangat kecil

- Pembuatan

Embung Sumpahan, dimana sumber air baku

langsung diambil dari embung

2. Bangunan Intake -

-3. IPA 1.Kondisi tanah di sekitar bangunan instalasi Sumpahan dan

pendukungnya turun, sehingga merusak sebagian besar bangunan yang ada

2.

1. -2.

(57)

No Aspek Pengelolaan Air

Minum Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

5. Jaringan Transmisi Ada 9 titik pipa yang memerlukan tiang penyangga (trust block) -

-6. Jaringan Distribusi 1.Jenis pipa utama DN 10” : DCIP, sehingga sulit untuk mendapat-kan aksesorisnya (Kayu Gadang)

2.BPT 1 kadang-kadang meluap pada saat jam pendistribusian air, karena tidak ada pelampung pada inlet (Kayu Gadang) 3.Jaringan pipa distribusi sekunder sering bocor karena kondisi

tanah yang bergerak

4.Jalur pipa distribusi minim ventil udara & penguras

1.

-2. Pengecekan berkala pada jam

pendistribusian air

3. Melakukan perbaikan jika bocor

4.

1. -2.–

3.-4.Pemasangan ventil udara & penguras beberapa titik

7. Sambungan Rumah Banyak umur teknis sambungan pipa dinas > 8 tahun dan diindikasikan terjadinya penyempitan / karat.

Perbaikan pipa dinas yang rusak

-8. Meter Pelanggan Banyak umur teknis meter air pelanggan yang > 5 tahun Penggantian meter

air pelanggan yang > 5 tahun/ rusak

-ii. IPA Lunto & IPA Batu Tajam Dengan Daerah Pelayanan Kecamatan Lembah Segar & Desa Muaro Kalaban

1. Sumber air baku

Gambar

Tabel diberikut :
Tabel 7.11 Isu Strategis Sektor PBL di Kota Sawahlunto
Tabel 7.13 Penataan Lingkungan Permukiman
Tabel 7.14  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa perkuatan lereng menggunakan bored pile dengan diameter 0,55 meter pada kedalaman lima meter yang diletakkan pada bagian bawah

33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa : “Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU

Kemudian hasil analisis deskriptif terhadap pada variabel pergantian auditor memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1 (dummy) dengan nilai

Analisis hasil belajar dilakukan setelah penerapan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), dengan cara menghitung skor hasil pretest dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan hasil regresi menggunakan 3 model pendekatan Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM) dan Random

Mengingat kebutuhan dana GOTA yang meningkat, mulai Minggu 6 Agustus 2017 Majelis Jemaat GKI KP memberi kesempatan kepada anggota jemaat/ simpatisan GKI KP

Selain itu, secara khusus penelitian yang dilakukan oleh Spevack (2013) menyebutkan bahwa setelah menggunakan KB suntik dalam 2 tahun, sebanyak 70% pengguna Depo Provera

Adanya tuntutan efisiensi produksi dan penghematan bahan baku membuat PT Pupuk Sriwidjaja melakukan proyek optimalisasi proses yang diberi nama Ammonia