BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Menurut Cronquist (1981), tanaman anggrek bulan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisio Classis Ordo Familia Genus Species : Magnoliophyta : Liliopsida : Orchidales : Orchidaceae : Phalaepnosis
: Phalaenopsis amabilis (L.) Blume
2.1.2 Morfologi Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
a. Akar
Akar anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ujungnya meruncing, licin dan sedikit lengket serta memiliki akar yang lunak dan mudah patah. Akar anggrek bulan terdiri dari dua macam, yaitu akar lekat yang berfungsi untuk melekatkan keseluruhan tanaman agar tetap pada posisinya dan akar udara yang berfungsi untuk menyerap unsur hara (Rukmana, 2000). Kedua jenis akar tersebut berwarna putih, berbentuk silindris serta
berdaging tebal dan tidak bercabang. Bagian ujung akar terdapat rambut halus yang pendek, berfungsi untuk melekat pada media perlekatan atau host (Iswanto, 2005).
Sumber: www.akaranggrekbulan.com
Akar anggrek memiliki lapisan filamen yang merupakan jaringan terluar akar, tersusun atas sel-sel parenkim yang berfungsi memudahkan akar untuk menyerap air (Hew dan Yong, 2004). Jaringan filamen juga berfungsi sebagai alat pernafasan anggrek. Saat jaringan filamen menyentuh batang yang keras, maka akar akan mudah melekat. Akar-akar yang tua akan berubah menjadi coklat dan kering serta akan digantikan dengan akar yang baru tumbuh (Gunawan, 2005).
b. Batang
Batang anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) seringkali menebal dan terlindungi lapisan lilin untuk mencegah penguapan berlebihan. Pertumbuhan batang bersifat memanjang atau monopodial yaitu hanya memiliki satu batang dan satu titik tumbuh saja (Sitanggang dan Wagiman, 2007). Ukuran batang
sangat pendek, bahkan nyaris tidak tampak, tidak seperti kebanyakan tanaman anggrek lainnya, anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis) tidak memiliki umbi semu (pseudo bulb).
Di sepanjang batang selalu muncul akar-akar udara (Rukmana, 2000).
Sumber: www.daunanggrekbulan.com Keterangan: a = daun, b = batang c. Daun
Bentuk daun tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) menyerupai jenis tanaman monokotil pada umumnya,
yakni memanjang seperti pedang dan ukuran panjang daunnya bervariasi. Selain itu, daun juga mempunyai ketebalan berbeda sesuai dengan jenisnya (Ashari, 1995).
Jumlah daun tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) biasanya 2 – 7 helai, berbentuk elips memanjang dengan
bagian ujung agak melebar. Panjang daun 15 – 35 cm dan lebar 7 – 12 cm. Daun berwarna hijau tua di permukaan atasnya, tekstur
daunnya halus dan berdaging tebal karena mengandung klorofil, candangan makanan dan juga simpanan air (Iswanto, 2002). d. Bunga
Sumber: www.bungaanggrekbulan.com Keterangan: a = sepal dorsale, b = petal, c = column,
d = labellum, e = sepal latelar
Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) berbentuk khas dan tersusun majemuk, muncul dari ketiak daun. Bunganya simetri bilateral. Helaian kelopak bunga (sepal) biasanya berwarna mirip dengan mahkota bunga (sehingga disebut petal). Satu helai mahkota bunga termodifikasi membentuk semacam lidah yang melindungi suatu struktur aksesoris yang membawa benang sari dan putik. Benang sari memiliki tangkai sangat pendek dengan dua kepala sari berbentuk cakram kecil (disebut
pollinia) dan terlindungi oleh struktur kecil yang harus dibuka
oleh serangga penyerbuk dan membawa serbuk sari ke mulut putik (Sitanggang dan Wagiman, 2007). Bunga anggrek bulan
ukurannya besar dengan diameter 5 – 10 cm dan saat mekar bentuknya membulat penuh sehingga tampak seperti bulan (Iswanto, 2005).
e. Buah
Buah anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan buah capsular berbelah enam berwarna hijau dan jika telah masak terbuka dari samping. Bijinya sangat kecil dan ringan, sehingga mudah terbawa angin (Gunawan, 2005). Biji anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis) tidak mempunyai endosperm, yaitu tidak
memiliki jaringan penyimpan cadangan makanan seperti biji lainnya (Sandra, 2003).
Sumber: www.buahanggrekbulan.com
2.1.3 Syarat Tumbuh a. Cahaya
Cahaya sangat penting bagi pertumbuhan tanaman anggrek. Cahaya merupakan sumber energi yang berguna untuk proses fotosintesis. Fotosintesis akan menghasilkan energi yang
berguna bagi kehidupan tanaman anggrek, baik untuk tumbuh maupun membentuk daun, bunga, dan biji. Selain itu, juga berfungsi dalam membangun atau memperbaiki bagian tanaman yang rusak dan menyimpan cadangan makanan (Parnata, 2005).
Cahaya digunakan untuk mengubah CO2 dan zat-zat yang
diberikan pada tanaman menjadi bahan-bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Gunawan (2005), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan terdiri atas intensitas cahaya, lama penyinaran serta kualitas cahaya. Intensitas cahaya adalah banyaknya sinar yang diterima persatuan luas setiap hari sedangkan lama penyinaran yaitu lamanya tanaman menerima cahaya, dapat mempengaruhi pembungaan pada tanaman dewasa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis) memerlukan cahaya matahari sebanyak
10% - 15%, ini berarti bahwa jenis anggrek bulan menyukai tipe cahaya yang teduh. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)
merupakan jenis anggrek epifit, sehingga keteduhan yang diperlukannya diperoleh dengan selalu berada di bawah dedaunan pohon yang ditumpanginya tersebut (Gunawan, 2005).
b. Ketinggian Tempat
Umumnya tanaman anggrek tumbuh dengan baik di daerah tropis. Meskipun demikian, ketinggian tempat juga ikut
menentukan pertumbuhannya. Anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai dataran
tinggi atau sekitar 50 m – 1000 m di atas permukaan laut (Rukmana, 2000).
c. Kelembaban
Tanaman anggrek dapat tumbuh dengan cukup baik pada kelembaban udara sekitar 50%, tetapi kelembaban udara yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek sekitar 70%. Kelembaban udara yang tinggi bukan berarti tanaman anggrek dapat tumbuh dengan baik jika kondisi akarnya terendam air, pada kondisi terendam air tanaman anggrek justru akan mudah terserang penyakit, seperti penyakit busuk daun dan busuk tunas (Parnata, 2005).
Menurut Darmono (2007), kelembaban udara yang dibutuhkan anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) berkisar antara 65% - 70%. Kelembaban malam hari tidak terlalu tinggi, sehingga diusahakan supaya media tanam dalam pot tidak terlalu basah. Kelembaban udara siang hari yang tinggi menyebabkan tanaman anggrek sulit untuk memenuhi kebutuhan airnya, sehingga tanaman anggrek sangat rentan terhadap serangan penyakit dan dehidrasi (Parnata, 2005). Hal tersebut dapat diatasi dengan cara penyemprotan air di sekitar tanaman menggunakan sprayer
d. Suhu
Menurut Darmono (2007), anggrek bulan (Phalaenopsis
amabilis) menyukai tempat dengan suhu udara yang sejuk. Suhu
udara yang ideal berkisar antara 150C – 350C (Rukmana, 2000). Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) yang ditempatkan pada tempat yang memiliki temperatur tinggi maka kualitas bunganya akan buruk, selain itu, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)
juga dapat mengalami dehidrasi karena terlalu tingginya tingkat penguapan (Parnata, 2005).
e. Sirkulasi Udara atau Aliran Udara
Tanaman anggrek membutuhkan sirkulasi udara yang baik. Udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman anggrek adalah udara yang berhembus lembut secara terus menerus sepanjang tanaman anggrek tersebut tumbuh. Sirkulasi udara yang terus-menerus berguna untuk pergantian udara di permukaan daun dan akar. Sirkulasi udara yang terlalu kencang bisa menyebabkan anggrek mengalami dehidrasi karena air di permukaan daun dan akar mudah terbawa hembusan udara. Sebaliknya, jika udara tidak berhembus maka proses respirasi dan fotosintesis tidak berjalan dengan baik. Ketidaktersediaan hembusan udara juga dapat membuat anggrek mudah terserang berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri. Hembusan angin pada siang
hari dapat membantu menurunkan suhu udara, sehingga memudahkan proses fotosintesis berjalan secara optimal. Udara yang terlalu kencang juga dapat menyebabkan kuncup bunga mudah rontok (Parnata, 2005).
f. Air
Tanaman anggrek tidak terlalu membutuhkan air yang terlalu banyak, namun juga tidak terlalu sedikit. Anggrek yang sifatnya epifit tidak membutuhkan air yang banyak (Prabowo dan Kartohadiprodjo, 2009). Penyiraman yang terlalu berlebihan akan menyebabkan daunnya menguning dan busuk (Agung, 2006).
2.2Pembibitan dan Perbanyakan Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Menurut Parnata (2005), Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)
dapat diperbanyak dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif dilakukan melalui biji dari buah yang telah masak. Perbanyakan generatif memerlukan perlakuan yang khusus diantaranya biji harus bebas dari hama dan penyakit. Buah anggrek tumbuh setelah terjadi penyerbukan, baik secara disengaja oleh manusia ataupun secara alami oleh angin dan serangga. Di dalam buah anggrek tersebut terdapat ribuan biji yang berukuran sangat kecil dan halus bagaikan tepung. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menyebarkan biji anggrek ke media tanam (Suryowinoto, 1984).
Secara alami tempat penyebaran biji anggrek hanya di sekitar akar atau tempat tumbuh saat buah terbelah dan biji-biji bertebaran. Bisa juga di tempat-tempat yang agak jauh ketika biji-biji anggrek terbawa oleh angin, serangga, atau hewan lainnya. Sementara itu perbanyakan biji dengan teknologi yang cukup modern bisa dilakukan dalam media agar buatan yang dilakukan secara steril pada laboratorium (Gunawan, 2005).
Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pemisahan anakan dan kultur jaringan. Cara pemisahan anakan adalah salah satu cara yang masih tergolong tradisional yakni mengambil anakan atau tanaman anggrek yang sudah tumbuh secara sempurna. Sementara itu, kultur jaringan dilakukan dengan mengambil bagian tanaman muda yang jaringannya masih aktif membelah dan kemudian dikulturkan di laboratorium dengan menggunakan media tanam agar-agar bernutrisi. Perbanyakan anggrek secara vegetatif sangat disukai karena anggrek akan lebih cepat berbunga dan sifat-sifat anggrek yang baru akan sama dengan induknya (Parnata, 2005).
2.3Media Tanam Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan anggrek epifit yaitu yang hidup menempel pada tumbuhan inang. Anggrek bulan
(Phalaenopsis amabilis) dapat ditanam dalam pot, blok pakis atau
cabang-cabang kayu, baik pada tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati. Penentuan bahan pengisi pot sebagai media tanam merupakan hal yang sangat
penting. Media tanam yang digunakan antara lain bisa berupa arang, pakis, kadaka, serta cocopeat (Gunawan, 2005).
Media tanam bagi bibit anggrek merupakan lingkungan baru dalam tahap aklimatisasi sehingga diperlukan media yang dapat mempertahankan kelembaban disekitar akar, karena tanaman memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat tumbuh dengan baik, sehingga dalam tahap aklimatisasi diperlukan media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi (Ginting, 2008).
Menurut Prabowo dan Kartohadiprodjo (2009), media tanam tanaman anggrek bulan harus memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu dapat digunakan untuk melekatnya akar dengan baik, dapat menjaga kelembaban daerah sekitar akar, memiliki aerase udara dan drainase air yang baik, mampu mengikat unsur hara dan air dengan baik serta menahan nutrisi yang diberikan, tidak mudah lapuk, bukan merupakan sarang hama dan penyakit, murah dan mudah diperoleh.
Media tanam yang remah akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan hara, kandungan unsur haranya tinggi, dan tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama (Waluya, 2009). Media tanam juga harus mampu menyimpan air dan tidak mudah memadat. Media tanam yang padat menyebabkan air tergenang sehingga aerasi udara rendah. Gejala yang tampak, daun dan batang menjadi layu. Rambut akar tanaman anggrek yang berfungsi untuk mneyerap unsur hara
lama-kelamaan berkurang dan akhirnya tidak ada. Hal ini disebabkan oleh aerasi media tanam yang rendah. Selain aerasi, media yang padat juga mengundang bakteri dan cendawan penyebab busuk (Iswanto, 2002). Salah satu cara yang dilakukan untuk mencegah media tersebut terserang hama dan penyakit dengan sterilisasi media tanam sebelum penanaman. Sterilisasi dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida atau melalui pemanasan (Gunawan, 2005).
Beberapa media tanam yang dapat digunakan untuk aklimatisasi tanaman anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) antara lain kadaka, pakis dan cocopeat.
1. Kadaka
Kadaka mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman anggrek, karena memiliki sifat dapat mengatur kelembaban sehingga tidak mudah menyebabkan busuk pada akar tanaman anggrek. Kadaka juga mempunyai daya ikat air yang tinggi dan tidak mudah lapuk serta memiliki aerase dan drainase yang baik (Sitanggang dan Wagiman, 2007). 2. Cocopeat
Cocopeat diolah dari sabut kelapa yang dicincang. Sebelum digunakan sebagai media, cocopeat direndam selama 2 minggu untuk menghilangkan senyawa-senyawa kima seperti tanin. Tanin merupakan senyawa kimia yang dapat merugikan bibit anggrek. Senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bibit anggrek. Menurut Binawati (2012), Cocopeat mengandung unsur kalsium, magnesium, kalium, nitrogen dan
fosfor. Unsur hara yang tekandung dalam cocopeat dapat membantu pertumbuhan tanaman anggrek bulan mulai dari pertumbuhan akar hingga pertumbuhan daun.
Cocopeat merupakan media yang memiliki daya simpan air yang sangat baik dan mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan serta mudah didapat. Media cocopeat terbuat dari cocopeat yang sudah tua yang kemudian dicincang (Agung, 2006).
3. Pakis
Pakis (batang paku Alsoplilla glauca) merupakan media yang baik untuk media tumbuh anggrek karena mempunyai daya penyimpanan air, aerasi dan drainase yang cukup baik, melapuk secara perlahan, serta mengandung unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman anggrek. Media pakis mempunyai banyak rongga, sehingga akar tanaman anggrek dapat leluasa berkembang dan kelebihan air dalam media pakis dapat dengan mudah mengalir ke bawah sehingga tidak menyebabkan media cepat lapuk (Widiastoety, 2004).
Pakis juga sangat awet karena sukar melapuk, memiliki daya ikat air yang baik, serta mempunyai kemampuan aerasi dan drainase yang baik juga. Sebagai media tanam pakis dapat digunakan dalam bentuk lempengan, potongan maupun cincangan. Agar medianya tidak cepat padat, cincangan pakis sebaiknya jangan terlalu halus. Cincangan yang terlalu halus dapat mengakibatkan kelembaban media menjadi tinggi. Akibatnya resiko munculnya penyakit busuk akar juga semakin tinggi.
Pemakaian media pakis yang terlalu halus juga bisa menyebabkan tanaman mudah rebah (Iswanto, 2002).
Penelitian aklimatisasi anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.)
yang dilakukan oleh Purnama (2014), dengan menggunakan media kombinasi arang kayu dan cocopeat diperoleh persentase hidup yang masih rendah yaitu 57,14% dan pertambahan tinggi tanaman anggrek hitam pada penelitian ini tidak terlalu cepat yaitu hanya 1,03 cm selama 3 bulan. Kebanyakan para petani menggunakan arang kayu sebagai media tumbuh tanaman anggrek padahal arang kayu memiliki sifat kurang mampu menyerap air dan miskin zat hara (Sitanggang dan Wagiman, 2007).
2.4Pemberian Pupuk Daun pada Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Cara yang sering dilakukan dalam memupuk anggrek adalah pemupukan melalui daun. Pemberian pupuk akan lebih efektif melalui daun dari pada melalui media tanam. Hal ini disebabkan daun mampu menyerap pupuk sekitar 90%, sedangkan akar hanya mampu menyerap sekitar 10%. Air dan unsur hara tersebut masuk kedalam daun melalui lapisan kutikula. Pemberian pupuk pada daun sebaiknya dilakukan saat penyinaran cahaya cukup. Penyinaran yang cukup sempurna dapat membuat penyerapan unsur hara akan lebih baik dibandingkan saat penyinaran berlebihan. Penyinaran berlebihan mengurangi kandungan air dalam jaringan tanaman anggrek.
Akibatnya, penyerapan unsur hara menjadi terlambat dan pertumbuhan tanaman menjadi tidak sehat (Iswanto, 2002).
Kelebihan pupuk daun yaitu penyerapan haranya berjalan lebih cepat dibandingkan pupuk yang diberikan lewat akar. Hal ini menyebabkan tanaman akan cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak. Oleh sebab itu, pemupukan lewat daun dipandang lebih berhasil dibandingkan lewat akar (Lingga dan Marsono, 2004).
Menurut Sandra (2003) agar pertumbuhannya subur dan cepat berbunga, maka tanaman anggrek perlu diberikan pupuk dengan unsur hara makro dan mikro yang lengkap (seperti Gandasil D, Growmore, Hyponex, dan lain-lain). Growmore merupakan pupuk daun yang memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang cukup tinggi. Kandungan unsur-unsur dalam pupuk Growmore tersebut yaitu: N 32%, P2O5 10%, K2O 10%, Ca
0.05%, Mg 0.10%, S 0.20%, B 0.02%, Cu 0.05%, Fe 0.10%, Mn 0.05%, Mo 0.0005%, dan Zn 0.05%. Kandungan yang terdapat dalam pupuk Growmore juga sangat sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pupuk daun dengan perbandingan N yang lebih tinggi berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman anggrek yang masih muda (fase vegetatif) (Darmono, 2007). Hal ini didukung oleh pernyataan (Iswanto, 2002) bahwa penyerapan hara pada tanaman anggrek Phalaenopsis 90% terjadi melalui daun. Tanaman anggrek
Phalaenopsis memiliki laju pertumbuhan yang sangat lambat hal ini
penyerapanya memberikan pengaruh nyata terhadap percepatan pertumbuhannya.
Upaya meningkatkan pertumbuhan anggrek Phalaenopsis dalam pot, dapat dilakukan dengan pemberian pupuk daun, karena dalam pupuk daun sudah terdapat unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman anggrek, seperti pupuk daun growmore. Unsur Nitrogen berpengaruh meningkatkan pertumbuhan vegetatif, posfor berpengaruh untuk merangsang pertumbuhan generatif, inisiasi akar, dan pendewasaan tanaman, sedangkan kalium berfungsi sebagai katalisator (Ginting, 2001).
2.5Aklimatisasi Tanaman Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
2.5.1 Pengertian Aklimatisasi
Aklimatisasi berarti melatih tanaman yang sebelumnya ditumbuhkan dalam botol kultur dengan suplay media yang lengkap untuk dapat hidup secara mandiri dan berfotosintesis pada kondisi eksternal (Yusnita, 2003).
Menurut Adiputra (2009), aklimatisasi sangat penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain: 1. Anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting, oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.
2. Tanaman yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous, oleh sebab itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.
Masa aklimatisasi merupakan masa yang kritis karena pucuk atau planlet yang diregenerasikan dari kultur in vitro menunjukan beberapa sifat yang kurang menguntungkan, seperti lapisan lilin kutikula tidak berkembang dengan baik, kurangnya lignifikasi batang, jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang dan stomata sering kali tidak berfungsi (tidak menutup ketika penguapan tinggi). Keadaan itu menyebabkan pucuk-pucuk in vitro sangat peka terhadap transpirasi, serangan cendawan dan bakteri, cahaya dengan intensitas tinggi dan suhu tinggi. Aklimatisasi pucuk-pucuk in vitro memerlukan penanganan khusus, bahkan diperlukan modifikasi terhadap kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban dan intensiitas cahaya. Selain itu, media tanam pun memiliki peranan yang cukup penting khususnya bila puucuk-pucuk mikro yang diaklimatisasikan belum membentuk sistem perakaran yang baik (Zulkarnain, 2009).
2.5.2 Tahap Aklimatisasi
Menurut Wardiyati (1998), ada beberapa tahap kegiatan yang dilakukan dalam persiapan tanaman sebelum ditanam di lapang yaitu: aklimatisasi yang membutuhkan waktu 2 – 4 minggu dan pembesaran satu
bulan. Aklimatisasi yang dimaksud di sini adalah pemindahan tanaman dari botol ke kondisi lapang. Sesudah tanaman dikeluarkan dari botol dan akar dicuci sampai bersih. Akar yang terlalu panjang dibuang dengan cara digunting dan disisakan 1 – 2 cm, demikian juga daun yang tua atau terbawah dikurangi, kemudian dicelupkan ke dalam larutan fungisida dan ditanam dalam media steril yang telah disiapkan. Daun baru terbentuk sekitar 1-3 minggu. Sesudah tebentuk akar dan daun sempurna kemudian tanaman baru dapat melakukan fotosintesis dan tumbuh dengan normal (Wardiyati, 1998).
Proses aklimatisasi sebaiknya menggunakan media tanam yang halus dan lunak sehingga akar bisa tumbuh optimal. Prinsipnya, media tersebut harus cukup halus, dapat mengikat air dengan baik serta bebas dari jamur dan penyakit. Media aklimatisasi sebaiknya disterilkan dengan cara merebus atau menggunakan autoklaf, bisa juga media tersebut disemprot dengan fungisida dan dicampur dengan furadan (Waluya, 2009).
Faktor yang harus diperhatikan pada tahap aklimatisasi adalah faktor lingkungan berupa suhu, kelembaban dan cahaya. Kelembaban udara diusahakan antara 65% – 75 % sehingga penurunannya tidak terlalu drastis dibanding ketika di dalam botol yaitu antara 90% – 100%. Selain faktor lingkungan, media tanam juga berpengaruh penting dalam tahap aklimatisasi. Fungsi media tanam terutama untuk pertumbuhan akar-akar baru, karena akar yang terbentuk dalam botol belum berfungsi dengan baik. Media tanam anggrek harus memenuhi persyaratan yaitu memiliki daya ikat air yang baik, aerasi dan drainase yang baik pula (Gunawan, 2005).