1
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENUTUPAN JALAN
TANPA IZIN
Mohamad Faisal / D 101 11 105
Pembimbing :
I : Achmad Allang. S,H., M.H II : Awaliah. S.H., MH
ABSTRAK
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan pelengkapnya yang diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, serta di ata s permukaan air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. Sering kita jumpai penutupan jalan diwilayah kota Palu yang dilakukan oleh masyarakat, untuk kepentingan masyarakat itu sendiri, contoh seperti pelaksanaan Road Race dan pesta kawin, hal ini tentu saja mengganggu kepentingan umum dan tidak sesuai dengan tujuan jalan yang di atur da lam pasal 3 UU No 38 Tahun 2004, dengan demikian timbul masalah dalam hal pelaksanaan penegakan hukum karena dalam pelaksanaannya sulit diterapkan sebagai akibat terdapatnya budaya hukum masyarakat, hal ini memerlukan waktu yang cukup panjang sampai penegakan tersebut dapat langsung ditegakkan
Kata Kunci : Penggunaan Jalan tanpa izin
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan kita. Transportasi adalah suatu kegiatan untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dan fasilitas yang digunakan untuk memindahkannya.
Perpindahan atau pergerakan manusia merupakan hal yang penting dipikirkan khususnya di daerah
perkotaan, sedangkan angkutan barang sangat penting untuk menunjang perekonomian.
Transportasi mempunyai
2
Indonesia pembinaan dan pengelolaan jalan tersebut belum berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditandai dengan adanya kemacetan lalu lintas akibat pertumbuhan lalu lintas yang pesat dan terbaurnya peranan arteri, kolektordan lokal pada ruas-ruas jalan yang ada, sehingga mempercepat penurunan kondisi dan pelayanan perjalanan.
Hal ini menunjukkan belum adanya kesesuaian persepsi dalam penentuan peranan dan fungsi serta administrasi jalan di wilayah perkotaan, yang berakibat pada inefisiensi penggunaan dan pembinaan jalan dalam hal ini adalah jalan perkotaan.
Jalan merupakan sarana transportasi yang menyangkut hajat hidup orang banyak karena digunakan oleh seluruh masyarakat di segala
lapisan dalam meningkatkan
pembinaan dan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan secara efektif dan efisien untuk memenuhi rasa aman dan tertib bagi pengguna jalan, maka
perlu melakukan pengaturan
pemanfaatan ruas jalan dan pengguna jalan oleh masyarakat dengan
memberikan izin pemanfaatan ruas jalan dan penggunaan jalan.
Dalam Undang-undang No 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan, pembinaan bidang lalu
lintas dan angkutan jalan di laksanakan
secara bersama-sama oleh semua
instansi terkait sebagai berikut:
1. Urusan pemerintahan di bidang prasarana jalan, oleh kementrian yang bertanggungjawab di bidang jalan.
2. Urusan pemerintahan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, oleh kementrian yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.
3. Urusan pemerintahan di bidang pengembangan industri lalu lintas dan angkutan jalan, oleh
pemerintahan yang
bertanggungjawab di bidang industri.
4. Urusan pemerintahan dibidang pengembngan teknologi lalu lintas dan angkutan jalan, oleh
3
bertanggungjawab di bidang teknologi, dan
5. Urusan pemerintahan di bidang registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Pembagian kewenangan
pembinaan tersebut dimaksudkan agar tugas dan tanggung jawab setiap pembina bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terlihat lebih jelas dan transparan sehingga penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat terlaksana dengan selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat dipertanggungjawabkan.
Jaringan jalan dan
pengoperasian lalulintas di Indonesia telah mencapai kondisi yang memprihatinkan dengan semakin padatnya jumlah penduduk serta kondisi ekonomi masyarakat yang juga semakin meningkat.
Penyimpangan-penyimpangan pemanfaatan jaringan jalan yang dipicu
oleh tidak terkendalinya tata guna lahan dan pemanfaatan jalan untuk kegiatan-kegiatan yang bukan untuk pergerakan manusia ataupun barang memberikan dampak negatif yang berdampak pada kehidupan masyarakat terutama masyarakat pengguna jalan. Fungsi jalan sebagai sarana perpindahan kendaraan, orang, barang sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang No 38 Tahun 2004 Tentang Jalan telah dikesampingkan dan cenderung untuk diabaikan.
4
dari pihak yang berwenang sehingga penggunaan ruas jalan tersebut tidak menyebabkan terjadinya kekacauan lalu lintas yang berimbas kepada kemacetan. Penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi terkadang membuat masyarakat sebagai pengguna jalan sangat kesal karena jalan yang biasanya dilalui untuk beraktifitas ditutup karena ada kegiatan pesta, yang mau tidak mau membuat pengguna jalan harus memutar kendaraannya dan mencari jalan lain. Kejadian penutupan jalan yang sering ditemui pada jalan umum yang ditutup sebagian untuk
resepsi perkawinan, sering
menimbulkan kekesalan masyarakat dan ditambah lagi apabila penutupan jalan tersebut tidak disertai dengan adanya pemberitahuan yang dapat berupa rambu pengalihan jalur lalu lintas atau bentuk informasi lainnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali pengguna jalan di perhadapkan dengan adanya sarana jalan yang ditutup karena hajatan yang dilakukan oleh warga. Apakah itu pesta perkawinan, sunatan bahkan lomba balap motor. Menghadapi kondisi yang demikian kadang pengguna jalan merasa kesal terhadap penutupan jalan
dan harus mengambil jalur yang jauh, larangan penutupan ruang manfaat jalan ini di atur dalam undang-undang No 38 tahun 2004 pasal 12 ayat (1) dan mempunyai ketentuan pidana yang di atur dalam pasal 63 ayat (1). Akan tetapi sanksi yang telah di atur dalam Undang-undang No 38 Tahun 2004 seperti tidak membuat setiap orang / badan hukum takut, padahal untuk mendapatkan izin pemanfaatan jalan sangat mudah, dan di atur dalam Peraturan Daerah Kota Palu No 12 Tahun 2013 Tentang Retribusi Izin Penggunaan Jalan. Penutupan jalan ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan penyelenggaraan, adapun tujuan penyelenggaraan yang di atur dalam Undang-undang No 38 Tahun 2004 Pasal 3 sebagai berikut :
1. Mewujudkan ketertiban dan
kepastian hukum dalam
penyelenggaraan jalan.
2. Mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan.
3. Mewujudkan peran
penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan kepada masyarakat. 4. Mewujudkan pelayanan jalan
5
berpihak pada kepentingan masyarakat.
5. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guya dan berhasil guna untuk mendukung terselenggaranya sistem transportasi terpadu, dan
6. Mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah implementasi penegakan hukum terhadap penggunaan ruang manfaat jalan tanpa izin?
2. Apakah hambatan-hambatan
dalam penegakan hukum
terhadap penggunaan fasilitas jalan tanpa izin?
II. PEMBAHASAN
A. Implementasi Penegakan
Hukum Terhadap
Penggunaan Ruang
Manfaat Jalan Tanpa Izin
Berkaitan dengan masalah penegakan hukum, walau polemik hukum sejatinya tidak akan pernah berhenti sepanjang kehidupan manusia,
tetapi proses penegakan hukum juga harus menjadi bagian yang tidak kalah penting khususnya dalam pembahasan masalah penegakan huukum di Indonesia.1
Suatu permasalahan sendiri adalah kondisi dalam peningkatan pelayanan hukum termaksud SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas tidaklah cukup kalau hanya sekedar berpendidikan tinggi tanpa di barengi pendidikan yang berkualitas.
Penegakan hukum sebagaimana dirumuskan secara sederhana oleh Satjipto Rahardjo, merupakan suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi nyata.2
Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk menanggulangi kejahatan secara rasional, memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa
1
Dr. H. Moh. Hatta, S.H, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum & Pidana Khusus. Liberty Yogyakarta,
Yogyakarta, 2009, hlm 29 2
6
sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana
pidana dipanggil untuk
menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang3.
Negara Indonesia adalah negara hukum (rechtstaat), maka setiap orang yang melakukan tindak pidana harus mempertanggungjawa-bhkan perbuatanya melalui proses hukum. Penegakan hukum mengandung makna bahwa tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, dimana larangan tersebut disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu sebagai pertanggngjawa-bannya. Dalam hal ini hubungannya dengan asas legalitas yang mana tidak ada suatu perbuatan dalam undang-undang, maka bagi siapa melanggar larangan tersebut dan larangan tersebut sdah di atur dalam undang-undang, maka bagi para pelaku dapat dikenai sanksi atau hukuman, sedangkan ancaman pidananya di
tujukan kepada orang yang
menimbulkan kejadian itu, ada hubungan yang erat pula.4
Pada dasarnya penggunaan ruang manfaat jalan di perbolehkan tetapi harus mempunyai jalur alternatif dan mempunyai izin yang di keluarkan oleh pihak kepolisian.
Penggunaan jalan umum untuk kepentingan pribadi seperti pendirian tenda untuk pelaksanaan pesta harus memperoleh izin dari pihak Kepolisian sebagai pejabat yang diberikan kewenangan untuk hal tersebut dan tindakan yang menggunakan jalan untuk kepentingan pribadi tanpa izin tentunya dapat disebut sebagai suatu bentuk pelanggaran yang dapat diberikan sanksi sebagai bentuk penghukuman, pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 12 Ayat (1) Undang-undang N0 38 Tahun 2004 Tentang
4
7
Jalan merupakan bentuk pelanggaran lalu lintas yang dikategorikan ringan tetapi harus dipatuhi oleh masyarakat karena jika tindakan tersebut mengganggu ketertiban lalu lintas maka pihak Kepolisian dengan tegas akan melakukan teguran dan pembokaran yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja sebagai bentuk upaya paksa dalam melakukan penertiban lalu lintas.
Salah satu bentuk penegakan hukum yang dapat dilakukan oleh Aparat Kepolisian adalah dengan memberikan teguran kepada setiap
masyarakat yang melakukan
pelanggaran maupun melakukan upaya paksa jika masyarakat tidak menghiraukan setiap peringatan yang telah diberikan oleh pihak Kepolisian.
Penerapan sanksi terhadap pelanggaran penggunaan ruang manfaat jalan tanpa izin di wilayah hukum Kota Palu belum berjalan efektif karena pihak Kepolisian masih kurang memberikan perhatian dalam permasalahan tersebut, terhadap setiap pelanggaran yang terjadi Kepolisian hanya menunggu apakah tindakan tersebut menimbulkan permasalahan lalu lintas atau adanya laporanan dari
masyarakat yang menilai kegiatan tersebut mengganggu ketertiban lalu lintas. Khusus untuk Acara hajatan atau pernikahan mulai dari Januari 2016 pihak Kepolisian akan memberikan sanksi terhadap pengusaha tenda bukan lagi kepada pemilik hajatan atau pesta pernikahan,5 dan sanksi yang diberikan lebih rendah dari pada ketentuan Pasal 63 ayat 1 Undang-undang No 38 Tahun 2004. Tentu saja langkah ini tidak akan memberikan efek jera terhadap masyarakat yang akan menggunakan badan jalan.
B. Hambatan – Hambatan Dalam
Proses Penegakan Hukum
Soerjono Soekanto dalam bukunya menuliskan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum yaitu :
1. Faktor undang-undang.
Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu
5
8
prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Maka pada hakikatnya penyelenggaraan hukum bukan hanya mencakup
la w enforcement saja, namun juga
peace maintenance, karena
penyelenggaraan hukum
sesungguhnya merupakan proses penyerasian antara nilai kaedah dan pola perilaku nyata yang bertujuan untuk mencapai kedamaian.
2. Faktor Penegak hukum.
Ruang lingkup dari penegakan hukum adalah luas sekali, oleh karena mencakup mereka yang secara langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum. Yang dimaksudkan dengan penegak hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup la w enforcement,
akan tetapi juga peace
maintenance. Kiranya sudah dapat diduga bahwa kalangan tersebut mencakup mereka yang bertugas dibidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan pemasyarakatan. Salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum dengan mengutip pendapat J. E. Sahetapy yang mengatakan :
“Dalam rangka penegakan hukum
dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebijakan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum (inklusif manusianya) keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat, harus
diaktualisasikan”.6
3. Faktor sarana atau fasilitas.
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin
penegakan hukum akan
6
http://sarmyendrahendy.blogspot.co.i
9
berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya.
4. Faktor masyarakat.
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu,
maka masyarakat dapat
mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Di dalam bagian ini, diketengahkan secara garis besar perihal pendapat-pendapat masyarakat menganai hukum, yang sangat mempengaruhi kepatuhan hukumnya.
5. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan yang
sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat sengaja di bedakan, karena di dalam pembahasannya diketengahkan masalah sistem nilai-nilai yang
menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materil. Sebaga suatu sistem (atau subsistem dari sistem kemasyarakan), maka hukum mencakup, struktur, substansi, dan kebudayaan. Struktur mencakup wadah ataupun bentuk dari sistem tersebut yang umpamanya, mencakup tatanan lembaga-lembaga, hukum formal, hubungan antara lembaga-lembaga tersebut, hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dan seterusnya. Substansi mencakup isi
norma-norma hukum beserta
perumusanya maupun acara untuk penegakannya yang berlaku bagi pelaksana hukum maupun pencari keadilan.7
Dari Uraian diatas yang
terdapat 5 faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum. Adapun hambatan
– hambatan dalam proses penegakan
hukum terhadap penutupan jalan
tanpa izin adalah sebagai berikut :
1. Faktor Budaya
7
10
Budaya Hukum adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, kepercayaan, penilaian, serta harapan masyarakat terhadap hukum. Jadi dengan kata lain, budaya hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan,
dihindari atau bahkan
disalahgunakan termasuk oleh penegak hukum itu sendiri. Hukum tampak melakukan sesuatu dan saling interaksi karenanya adanya tingkah laku dan tindakan manusia. Hukum itu sendiri tidak bisa bertingkah laku. Bekerjanya hukum dalam masyarakat sangat bergantung pada tindakan manusia. Ketentuan- ketentuan hukum seringkali tidak dapat dilaksanakan karena tindakan manusia. Secara konseptual inti dan arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.
2. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu,
maka masyarakat dapat
mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Masyarakat kota Palu mempunyai kecendrungan yang besar untuk mengartikan hukum
dan bahkan
11
dan hajatan lainnya tidak membuat permohonan penutupan jalan. Upaya pihak kepolisian dalam membongkar paksa tenda yang terbangun di tengah jalan kadang mendapat perlawanan dari masyarakat yang menolak untuk ditertibkan.8
III. PENUTUP
1. KESIMPULAN
1. A. Penutupan jalan baik yang
secara legal dan ilegal dapat
mengganggu kepentingan umum
serta menghambat aktifitas
masyarakat dan membuat
terganggunya fungsi jalan.
B. Implementasi penegakan hukum terhadap penutupan jalan tanpa izin tidak efektif karena pihak Kepolisian masih kurang memberikan perhatian dalam permasalahan tersebut, terhadap setiap pelanggaran yang terjadi Kepolisian hanya menunggu apakah tindakan tersebut
8
Hasil Wawancara dengan IPDA. Timur
Ambonia, KBO Lalu lintas, Kamis 13 September 2015
menimbulkan permasalahan lalu lintas atau adanya laporanan dari masyarakat yang menilai kegiatan tersebut mengganggu ketertiban lalu lintas.
2. A. Penutupan jalan tanpa izin
yang dilakukan masyarakat
karena tidak memiliki lahan yang
cukup luas sehingga melakukan
penutupan jalan.
B. Faktor penghambat penegakan hukum dalam kasus pelanggaran penutupan jalan tanpa izin dipengaruhi faktor budaya masyarakat yang mana tingkah laku masyarakat dan tingkat kesadaran hukum masyarakat masih kurang.
II. SARAN
12
B. Aparat penegak hukum harus lebih tegas dalam menangani masalah pelanggaran ini, memberikan sanksi yang telah di atur dalam Undang-undang agar memberikan efek jera kepada masyarakat yang melanggar, karena sanksinya lebih berat dari pada dilakukan pembongkaran pada acara hajatan dan acara-acara lainnya.
2. Melakukan pendekatan kepada masyarakat terhadap pentinggnya
kesadaran hukum agar
13 DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU-BUKU
Andi Hamzah. Asas – Asas Hukum Pidana. (Jakarta : Rineka Cipta, 2001).
Barda Nawawi Arief. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. (Bandung : Citra Aditya bakti. 2002).
Dr. H. Moh. Hatta, S.H, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana Umum & Pidana Khusus. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta, 2009,
Satjipto Rahardjo, , Masalah Penegakan Hukum, (Bandung : Sinar Baru, 1983).
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, (Rajawali, 1983)
B. UNDANG-UNDANG
Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Tentang Jalan. Jakarta. Sekretariat Negara
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Jakarta. Sekretatiat Negara
C. SUMBER LAINNYA
14 BIODATA PENULIS
Nama : Mohamad Faisal
Tempat/Tanggal Lahir : Palu, 05 September 1992
Alamat : Jl. Merpati Lrg V No 5A Palu
E-mail : mohamad_faisal82@yahoo.co.id