SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
v
do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu,
dengan rasa bangga dan bahagia saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih
saya kepada:
1. Allah SWT, atas segala rakhmat dan hidayahNya yang telah memberikan
kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini
sehingga dapat dibuat dan selesai pada waktunya.
2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan kasih sayangnya dan dukungan
baik moril maupun materi serta doa’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya.
Tentunya ucapan terimakasih saja tidaklah pernah cukup untuk membalas
semua kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti, cinta dan
sayang ku kepada kalian bapak ibu ku.
3. Kakak-kakak ku dan Salma yang telah sabar menghadapi sifatku dan
mengingatkan ku untuk selalu serius dalam menimba ilmu.
4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji, dan pengajar, yang selama ini
telah tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan
saya, memberikan bimbingan dan ilmu yang tak ternilai harganya.
5. Keluarga Besar HNR 2012 dan Mb. Arawinda, terimakasih atas kekeluargaan
yang kuperoleh dari kalian. Terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan
perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih atas kenangan manis
vi
7. Teman-teman KOS Surya 3C, yang penuh canda tawa dan kebersamaan. Motto kalian “Jangan cepet-cepet wisuda kalo belum bisa renang, memanah, dan
berkuda”. Tetap saling terhubung ya teman-teman walaupun nantinya saling
berpisah untuk menggapai cita-cita masing-masing.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua tanpa kalian saya
bukanlah siapa-siapa, akhir kata saya persembahkan karya ini untuk kalian semua,
orang-orang yang saya sayangi dan cintai. Semoga karya ini dapat bermanfaat dan
vii
terulang kembali.
viii Oleh:
D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009
ABSTRAK
Siswa SMA Negeri 7 Yogyakarta di kelas X-5 mempunyai keaktifan dan prestasi pembelajaran sejarah yang rendah. Penyebabnya adalah siswa tidak memiliki buku paket sejarah dan tidak memperhatikan jalannya pembelajaran. Metode pembelajaran guru sejarah masih dominan menggunakan metode ceramah.
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan adalah model Kemmis, S. & Taggart, R. Penelitian dilakukan selama dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan. Tahapan setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan pre test, post test, angket, observasi, dan wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Penggunaan metode Rotating Trio Exchange di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta menunjukan peningkatan keaktifan dan prestasi siswa. Keaktifan siswa pada siklus I yaitu 79,13,% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,33%. Keaktifan siswa ditunjukan dalam berdiskusi dan bertukar pendapat selama presentasi. Hasil prestasi siswa dengan indikator rata-rata nilai ulangan pada siklus I yaitu 77,58 dan pada siklus II mencapai 84,67, daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di siklus I yaitu 89,65% termasuk kategori sangat tinggi dan siklus II meningkat menjadi 100% termasuk kategori sangat tinggi. Nilai siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal pada siklus I yaitu 72,41% meningkat menjadi 90% di Siklus II. Peningkatan prestasi pada siklus kedua, siswa mampu menjawab soal selama diskusi, serta berani memberikan tanggapan terhadap pertanyaan maupun pendapat dari siswa lainnya. Hasil-hasil tersebut menunjukan bahwa metode Rotating Trio Exchange berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.
ix
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
Sholawat serta salam selalu kami panjatkan kehadirat Rasulullah SAW,
semoga kita semua kelak mendapatkan syafa’atnya. Penulis telah
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif
Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” guna memenuhi syarat
memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah terselesaikan tidaklah lepas
dari peran dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.
4. Orang tua saya, Bapak Darsono dan Ibu Sulastri yang selalu saya harapkan
xi
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vii
ABSTRAK ...viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Masalah ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
xii
b. Jenis-jenis Aktivitas ... 18
3. Prestasi ... 22
a. Prestasi Belajar ... 22
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23
4. Metode Rotating Trio Exchange ... 24
B. Penelitian yang Relevan ... 29
C. Kerangka Pikir ... 31
D. Hipotesis Tindakan ... 33
E. Pertanyaan penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34
B. Waktu Penelitian ... 34
C. Subjek Penelitian ... 34
D. Jenis Penelitian ... 35
E. Desain Penelitian ... 37
F. Sumber Data ... 40
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 41
H. Validitas Data ... 52
I. Teknik Analisis Data ... 52
xiii
2. Visi dan Misi ... 57
3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 58
4. Kondisi Sarana dan Prasarana... 59
B. Hasil Penelitian ... 67
1. Kegiatan Pra Tindakan ... 67
2. Penyusunan Rencana Tindakan ... 72
3. Pelaksanaan Tindakaan ... 73
C. Pembahasan ...119
D. Pokok Temuan Penelitian ...122
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...125
B. Saran ...127
DAFTAR PUSTAKA ...130
xiv
Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran Sejarah SMA Kelas X Semester II ... 15
Tabel 2. Indikator SK dan KD ... 16
Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi pembelajaran dengan Metode Rotating Trio Exchange ... 45
Tabel 4. Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 47
Tabel 5. Kisi-Kisi Wawancara Siswa... 48
Tabel 6. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Siswa ... 49
Tabel 7. Kisi-Kisi Tes Metode Rotating Trio Exchange ... 50
Tabel 8. Kategori Pencapaian ... 55
Tabel 9. Daftar Nama Guru Mata Pelajaran... 62
Tabel 10. Prestasi Belajar Siklus I ... 86
Tabel 11. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus I ... 87
Tabel 12. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus I... 88
Tabel 13. Daya Serap Pre Test Siklus I ... 88
Tabel 14. Daya Serap Post Test Siklus II ... 89
Tabel 15. Prestasi Belajar Siklus II ... 107
Tabel 16. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus II... 108
Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus II ... 108
Tabel 18. Daya Serap Pre Test Siklus II ... 109
Tabel 19. Daya Serap Post Test Siklus II ... 109
Tabel 20. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II ... 113
Tabel 21. Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 115
Tabel 22. Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115
xv Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Menurut
Model Kemmis, S. & Taggart, R. ... 36 Gambar 3. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaksi ... 54 Gambar 4. Grafik Perbandingan Keaktifasn Siswa Kelas X-5
Siklus I dan Siklus II ... 113 Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa
Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115 Gambar 6. Grafik Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5
Siklus I dan Siklus II ... 116 Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa
xvi
SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 134
Lampiran 2. Data Rekap Nilai UTS Semester I Kelas X SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 135
Lampiran 3. Observasi Kondisi Sekolah ... 136
Lampiran 4. Tabel Data Profesi Orang Tua Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 139
Lampiran 5. Data Kehadiran Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 140
Lampiran 6. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ... 141
Lampiran 7. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus II ... 142
Lampiran 8. Lembar Observasi Metode Rotating Trio Exchange ... 143
Lampiran 9. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus I ... 145
Lampiran 10. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus II ... 147
Lampiran 11. Lembar Angket Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan ... 149
Lampiran 12. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus I ... 151
Lampiran 13. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus II ... 153
Lampiran 14. Lembar Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan ... 155
Lampiran 15. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 157
Lampiran 16. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 159
Lampiran 17. Soal Pre Test Siklus I ... 161
Lampiran 30. Lembar Wawancara Guru ... 182
Lampiran 31. Hasil Wawancara Guru Siklus I ... 184
Lampiran 32. Hasil Wawancara Guru Siklus II ... 186
Lampiran 33. Lembara Wawancara Siswa ... 188
Lampiran 34. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 189
Lampiran 35. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 190
Lampiran 36. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 191
xvii
1
Perkembangan bangsa-bangsa di dunia dewasa ini semakin maju,
salah satunya dapat terlihat dari munculnya berbagai teknologi yang
diciptakan oleh manusia. Manusia yang unggul tentunya didukung atas
pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik memegang peranan yang
penting bagi kemajuan bangsa, pendidikan merupakan sarana bagi
masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa
tersebut. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...” (Dwi Siswoyo, 2008: 25).
Negara Indonesia dalam perkembangannya masih dihadapkan
pada berbagai masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan
kualitas dan efisiensi pendidikan. Selain itu permasalahan pendidikan yang
dialami oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada
setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan
menengah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha sadar untuk
meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya melalui berbagai pelatihan
dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran,
manajemen sekolah tetapi usaha tersebut belum menunjukkan peningkatan
yang berarti (Enco Mulyasa, 2003: 179).
Tingkat kompetensi guru menjadi salah satu penunjang berhasil
atau tidaknya suatu proses pendidikan yang berkualitas tersebut.
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah (Dwi Siswoyo, 2008: 128).
Guru atau dapat disebut juga dengan pendidik, merupakan sosok
yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia
menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan
proses pendidikan dan pembelajaran di kelas, serta dalam pengaturan kelas
dan pengendalian siswa. Pendidik merupakan sosok yang amat
menentukan dalam proses keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran (Dwi Siswoyo, 2008: 132). Dapat disimpulkan bahwa
guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat
penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat
penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak
mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio,
komputer dan lain sebagainya. Siswa adalah organisme yang sedang
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau
teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran (manager of learning) (Wina Sanjaya, 2006: 52).
Pembelajaran yang baik seharusnya melibatkan peserta didik,
tidak hanya guru saja yang berperan aktif didalam kegiatan belajar
mengajar. Keterlibatan peserta didik ini tentunya didasari atas metode
yang dipakai oleh guru. Metode ceramah atau metode konvesional yang
biasanya guru-guru gunakan lebih memunculkan siswa yang pasif,
dikarenakan selain guru sebagai pusat belajar, siswa seperti hanya
dirancang untuk mendengarkan, menyimak, dan mencatat. Metode
ceramah khususnya pada mata pelajaran sejarah akan membuat siswa
bosan. Sehingga perlu adanya sebuah metode baru yang dipakai oleh guru
dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam belajar khususnya
mata pelajaran sejarah.
Sudah menjadi rahasia umum, banyak yang mengatakan bahwa
mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan.
Padahal sebenarnya mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran
yang sangat penting. Mata pelajaran sejarah dapat memberikan
pengetahuan kepada siswa akan kesadaran waktu dan ruang. Serta dapat
menjadi acuan hidup dimasa yang akan datang. Sangat disayangkan
apabila mata pelajaran sejarah semakin tertinggal dibandingan mata
Beberapa sekolah masih banyak ditemukan berupa fenomena
tersebut. Seperti kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 7
Yogyakarta, yang masih cenderung bertumpu pada dominasi guru, metode
pembelajaran masih konvensional dengan cara ceramah, tanya jawab,
meskipun ada diskusi kelompok tetapi tidak semua siswa dapat berperan
aktif. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode ceramah
membuat siswa menjadi cepat bosan. Tentu hal ini sangat disayangkan,
apabila terus dibiarkan pembelajaran semacam itu dijalankan
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru sejarah dan observasi serta
pengalamaan peneliti saat pelaksanaan PPL di SMA Negeri 7 Yogyakarta.
Ditemukan hasil bahwa pada saat proses pembelajaran sejarah di kelas X-5
SMA Negeri 7 Yogyakarta terdapat beberapa sikap yang ditunjukan siswa
dalam pembelajaran sejarah, diantaranya sedikit sekali siswa yang
membawa buku paket sejarah, beberapa siswa tidak memperhatikan
jalannya pembelajaran, terdapat siswa yang mengobrol sewaktu
pembelajaran. Hal ini tentunya tidak menunjukan keaktifan mereka dalam
pembelajaran sejarah serta menyebabkan prestasi mereka rendah. Yang
terlihat dari hasil UTS yang mereka peroleh masih ada siswa yang tidak
tuntas. Sesuai standar minimal nilai yang berlaku di SMA Negeri 7
Yogyakarta yaitu 78. Sedangkan untuk rata-rata nilai UTS yang diperoleh
siswa kelas X-5, yaitu sebesar 76,12 dengan jumlah siswa yang tuntas
berjumlah 18 siswa dan tidak tuntas berjumlah 15 siswa (Lihat lampiran 1
Selain melihat dari data nilai UTS semester satu kelas X-5 SMA
Negeri 7 Yogyakarta, juga dilihat melalui RPP guru semester I kelas X.
Pada materi memahami prinsip dasar ilmu sejarah, guru menggunakan
metode kombinasi metode pembelajaran Word Square, Head Number
Together, Picture and P icture, tebak kata dan P roblem Solving. Namun,
pada materi-materi yang lainnya seperti materi mendeskripsikan sejarah
sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni; Materi mendeskripsikan dan
menjelaskan mengenai Generalisasi, Periodesasi dan Kronologi; Materi
mendeskripsikan pengertian kronik dan historiografi. Ketiga materi
tersebut menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Tentunya dengan
penggunaan metode ceramah yang secara terus menerus atau sering
dilakukan, membuat siswa akan cepat bosan dan akan berdampak pada
tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di
kelas.
Melihat permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran sejarah
diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan
siswa tentunya akan berdampak pada keaktifan dan prestasi siswa dalam
mata pelajaran sejarah. Selain itu, diharapkan dapat menciptakan susana
pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu
metode yang tepat untuk dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa dalam pembelajaran sejarah adalah menerapkan metode
Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio
Exchange) tepat digunakan sebagai alternatif untuk metode pembelajaran
kooperatif yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Pertukaran Tiga
Memutar (Rotating Trio Exchange) merupakan sebuah cara mendalam
bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa
(namun biasanya tidak semua) teman kelasnya.Pertukaran ini dapat
dengan mudah dilengkapi dengan pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85).
Model pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dapat memberi pengaruh
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa tersebut.
Mengapa peneliti memilih metode Rotating Trio Exhange, karena
metode ini beberapa kali digunakan oleh peneliti yang lain dan
mendapatkan hasil yang positive. Salah satunya yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Meiristy Tia Naga dari Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2013 yang
melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Cooperative Learning
Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa
Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian tersebut
menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar.
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas pada siklus I
(51,48), pada siklus II (66,81) peningkatan dari siklus I dan siklus II
III sebesar (84,67), peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar
(17,86). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (61,42), pada
siklus II (70,23), peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus
I dan II sebesar (8,81), sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa
pada siklus III sebesar (80,71) dan peningkatan dari siklus II dan III
sebesar (10,48). Sementara itu persentase ketuntasan hasil belajar
siswa siklus I (33,33%), pada siklus II (61,90%), dan pada siklus III
sebesar (90,47%). (Jurnal Skripsi, Meiristy Tia Naga).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating
Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam
penelitian dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta
tahun ajaran 2015/2016 masih rendah.
2. Pembelajaran sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun
ajaran 2015/2016 masih dominan mengandalkan metode ceramah dan
3. Pelaksanaan pembelajaran di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta
tahun ajaran 2015/2016 masih kurang melibatkan peran serta siswa
yang cenderung menjadi pendengar saja sehingga siswa kurang aktif
dalam pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Suatu penelitian agar tidak hanyut dalam persoalan yang terlalu
luas, maka perlu diadakan suatu pembatasan masalah. Pembatasan masalah
disini dimaksudkan agar mengarah pada tujuan penelitian. Sesuai
penelitian yang diajukan maka pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange
dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi
Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa menggunakan metode
Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah
Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan metode
Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa
menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam
Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016?
2. Mengetahui bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa
menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam
Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016?
F. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan
manfaat pada dunia pendidikan. Melalui penelitian ini, penulis
mengharapkan adanya manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan
umumnya bagi yang berkepentingan di dalam bidang pendidikan. Adapun
manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan
pengetahuan mengenai metode pembelajaran Rotating Trio
b. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas dan
inovasi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada siswa tentang
belajar sejarah yang lebih menarik dan tidak membosankan,
menggunakan metode Rotating Trio Exchange bukan metode
ceramah. Serta meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam
pembelajaran sejarah.
b. Bagi Guru
Menambah pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran untuk
diterapkan kepada siswa, dan mampu melakukan inovasi
pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan atau pedoman bagi
sekolah guna menerapkan metode-metode pembelajaran yang
menarik, sehingga siswa dapat berpartisispasi aktif dalam kegiatan
belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah.
d. Bagi Peneliti
Menerapkan disiplin ilmu yang yang telah dipelajari selama
perkuliahan dan menambah wawasan mengenai metode
pembelajaran yang mampu mempengaruhi keaktifan dan prestasi
11
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran Sejarah
Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang
karena dengan belajar, seseorang memahami dan menguasai sesuatu
sehingga orang tersebut dapat meningkatkan kemampuannya. Belajar
merupakan perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan
berlangsung seumur hidup (Leo Agung S, 2013: 96). Seperti yang
diungkapkan oleh Sardiman (2009: 20-21), belajar pada dasarnya
merupakan aktivitas manusia yang dilakukan sepanjang hayatnya,
dalam arti luas belajar adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke
perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit belajar
merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya.
Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan
lingkungan. Sejalan dengan Oemar Hamalik, menurut Slameto (2013:
2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan usaha atau proses seseorang untuk dapat
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, menambah wawasan
dan kemampuan, serta tambahan ilmu bagi dirinya yang diperoleh baik
melalui bangku pendidikan maupun pengalaman hidupnya.
Mata pelajaran Sejarah adalah cabang ilmu yang mengkaji
secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan
dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupan yang
terjadi di masa lampau. Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang
direkontruksi yakni apa yang sudah di pikirkan, dikatakan, dikerjakan,
dirasakan, dan dialami oleh orang (Sardiman, 2004: 9). Menurut
Kuntowijoyo (1995: 18-19) diharapkan dengan pembelajaran sejarah
siswa mampu berkaca dari peristiwa di masa lampau untuk menentukan
sikap dimasa mendatang dan mampu meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara
guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang
ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki, termasuk
gaya belajar, maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti
lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai
tujuan belajar tertentu (Leo Agung S, 2013: 3). Senada dengan Leo
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya
sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) pembelajaran
merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru dan membelajarkan
siswa dalam rangka belajar, bagaimana belajar dan memperoleh
pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran merupakan suatu
upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan dan menciptakan
sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat
melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil
optimal menurut Sugihartono (2012: 81).
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi
antara guru dengan siswa dalam rangka mengembangkan potensi yang
ada pada diri siswa (fisik maupun non fisik) dengan cara guru
mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa kearah yang jauh lebih baik.
Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang
menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses
perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari
masa lampau hingga kini (Leo Agung S, 2013: 55). Pembelajaran
sejarah adalah suatu proses interaksi yang mengikut sertakan guru dan
pembelajaran sejarah adalah memperkokoh rasa nasionalisme dan
mengajarkan prinsip-prinsip moral (Kochar, 2008: 33-36).
Pembelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait
dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan
tujuan pendidikan pada umumnya (I Gede Widja, 1989: 23). Dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dinyatakan bahwa
pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan
peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia
Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (KTSP,
2006: 523).
Pembelajaran sejarah yang ideal tidaklah cukup apabila guru
sejarah hanya berceramah saja, melainkan dituntut pula mengaktifkan
siswa melalui kerja kelompok, diskusi, dan lain sebagainya. Pengajaran
sejarah memang tidak sekedar menyentuh ranah kognitif rendah
(menghafal), tetapi juga kognitif tinggi (“menjelaskan...”, “mengkaji...”), bahkan juga afeksi (“menghayati...”, “ menghargai...”).
agar sampai pada taraf menghargai/menghayati, maka harus ada
refleksi, menemukan makna atau hikmahnya suatu peristiwa, serta
menemukan nilai-nilai apa yang ada di balik peristiwa tersebut
(Suparno, 2001: 138-140)
Menurut Kuntowijoyo (2013: 14-28) ada dua manfaat dalam
mempelajari sejarah. Yang pertama ialah manfaat secara intrinsik dan
sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau,
sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan sejarah sebagai potensi.
Manfaat secara ekstrinsik adalah sejarah sebagai pendidikan
moral, sejarah sebagai pendidikan penalaran, sejarah sebagai
pendidikan politik, sejarah sebagai pendidikan, kebijakan, sejarah
sebagai pendidikan perubahan, sejarah sebagai pendidikan masa datang,
sejarah sebagai pendidikan keindahan, sejarah sebagai ilmu bantu,
sejarah sebagai latar belakang, sejarah sebagai rujukan, dan yang
terakhir sejarah sebagai bukti.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
sejarah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang dilakukan
untuk memberikan pemahaman materi-materi sejarah yang dipelajari
baik dari buku maupun cerita nenek moyang, dengan tujuan untuk
membentuk watak siswa agar nantinya tercipta generasi yang
bermartabat serta cinta tanah air.
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada
mata pelajaran sejarah SMA kelas X-5 semester II adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. SK dan KD mata pelajaran sejarah SMA Kelas X Semester II
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Menganalisis peradaban
Indonesia dan dunia.
2,1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.
Tabel 2. Indikator dari SK dan KD diatas adalah sebagai berikut.
Kompetensi Dasar (KD) Indikator
2.1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia
2.1.1 Menyusun Bagan Pembagian Jaman Menurut Geologi.
2.1.2 Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba di Indonesia. 2.1.3 Mengedentifikasi peta Lokasi
penemuan fosil manusia purba di Indonesia
2.1.4 Menyusun bagan Pembagian
Jaman berdasarkan kepercayaan masyarakat pada masa berburu (food gathering)
masyarakat awal di kepulauan Indonesia
2.1.3. Mendeskripsikan peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang.
2. Keaktifan a. Aktif Belajar
Anton M. Mulyono (2001: 26) keaktifan adalah kegiatan
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya
(2007: 101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental,
intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini
penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005:
31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang
menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan
emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan
antara edukatif dan psikomotor. Kegiatan belajar ini, menurut
Rousseau yang dikutip Sardiman (1996: 96) menjelaskan bahwa
segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,
pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknis.
Sehingga dapat kita lihat bahwa pengajaran yang efektif
adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri (Oemar Hamalik, 2001: 171).
Berdasarkan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut di atas,
jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif
adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin
berlangsung dengan baik.
b. Jenis-jenis Aktivitas
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.
Paul D Diedrich dalam Sardiman (1996: 100-101) membuat suatu
daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat
digolongkan sebagai berikut.
1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang
lain.
2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,
diskusi, interupsi.
3. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian,
percakapan, diskusi, musik, pidato.
4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
5. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik,
6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,
bermain, berkebun, berternak.
7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggap,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan,
mengambil keputusan.
8. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Menurut Paul D. Dierich (2001: 20) keaktifan belajar dapat
diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut.
1. Kegiatan-kegiatan visual (Memebaca, melihat gambar-gambar,
mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati
orang lain bekerja atau bermain).
2. Kegiatan Lisan (oral) (Mengemukaan suatu fakta atau prinsip,
menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi
saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan
interupsi).
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Mendengarkan penyajian
bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,
mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio).
4. Kegiatan-kegiatan menulis (Menulis cerita, laporan, memeriksa
karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan
5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Menggambar, membuat grafik,
chart, diagram peta, dan pola).
6. Kegiatan-kegiatan metrik (Melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan
permainan, menari, dan berkebun).
7. Kegiatan-kegiatan mental (Merenungkan, mengingat,
memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat,
hubungan-hubungan, dan membuat keputusan).
8. Kegiatan-kegiatan emosional (Minat, membedakan, berani,
tenang, dan lain-lain).
Kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa
dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan,
sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.
Menurut Martini Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa keaktifan
siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala: 1)
pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, 2) guru
berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam
belajar, 3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan
minimal siswa (kompetensi dasar), 4) pengelolaan kegiatan
pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang
pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap
dan keterampilan
Terdapat enam aspek keaktifan siswa menurut Martinis
Yamin (2007: 78) sebagai berikut.
1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan
pembelajaran.
2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang
berbentuk interaksi antar siswa.
4. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.
5. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan
untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses
pembelajaran.
6. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa aktivitas pembelajaran yang diharapkan peneliti
yaitu sebagai berikut. 1) Visual Activities (Kegiatan berupa membaca
buku atau sumber), 2) Oral Activities (Mengemukaan suatu fakta
atau prinsip, menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,
memberi saran, mengemukakan pendapat), 3) Listening Activities
(Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok), 4) Writing Activities (Menulis laporan dan
menganalisa, mengambil keputusan), 6) Emotional Activities
(Kegiatan berupa gembira, bersemangat, berani, tenang).
3. Prestasi
a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar berasal dari dua suku kata ialah prestasi dan
belajar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008: 1101), prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan
melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi menurut J. Stanley
Ahmann (1981: 420) adalah status siswa yang menunjukan apa yang
mereka ketahui dan apa yang mereka bisa lakukan.
Menurut Nana Syaodih S (2002: 154), prestasi adalah
realisasi dan kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang
dimiliki seseorang dimana penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari
perilakunya dalam penguasaan pengetahuan, dan keterampilan
berfikir maupun motorik. Oemar Hamalik (2011: 155)
mendefinisikan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pencapaian prestasi
belajar siswa dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif
Ranah kognitif bertujuan untuk mengukur pengembangan
penalaran siswa. Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi
belajar hanya menggunakan ranah kognitif saja, yang dapat dilihat
dari rata-rata nilai ulangan harian. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh
siswa, berupa angka nilai yang diperoleh melalui test yang diberikan
guru. Sebagai hasil akhir yang dicapai setelah proses pembelajaran
berlangsung. Sehingga angka nilai tersebut dapat dijadikan sebagai
tolak ukur keberhasilan akan penguasaan materi yang diperoleh
siswa.
b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern ialah faktor yang ada pada
individu yang sedang belajar dan faktor ekstern ialah faktor yang ada
di luar individu tersebut. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menurut Slameto ( 2013, 54-59).
1. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam diri
seseorang. Yang dapat di golongan pada faktor intern adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, yang meliputi tiga faktor. a)
Faktor Jasmaniah, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. b)
kematangan, kesiapan. c) Faktor kelelahan, yaitu kelelahan secara
jasmani maupun rohani.
2. Faktor ekstern, yang meliputi tiga faktor: a) Faktor keluarga,
ialah: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, meliputi: metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,
standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,
tugas rumah. c) Faktor masyarakat, ialah: kegiatan siswa dalam
masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada
dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari luar
dan faktor yang dari dalam siswa. Faktor dari luar siswa berupa
faktor sosial yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan
faktor dari dalam diri siswa terdiri dari jasmaniah, psikologis, dan
kelelahan.
4. Metode Rotating Trio Exchange
Metode Rotating Trio Exchange merupakan salah satu metode
pembelajaran dari Cooperative Learning. Model cooperative learning
struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Siswa dalam situasi
cooperative learning didorong dan/atau dituntut untuk mengerjakan
tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus
mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu. Di samping
itu, dalam cooperative learning, dua individu atau lebih saling
bergantung (interindependen) untuk mendapatkan reward yang akan
mereka bagi, bila mereka sukses sebagai kelompok. Pelajaran dengan
cooperative learning menurut Ricard I, Arens (2007: 344-345) dapat
ditandai oleh fitur-fitur berikut ini.
1. Siswa belajar dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.
2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang,
dan tinggi.
3. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,
dan gender.
4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.
Model pembelajaran pertukaran trio memutar (Rotating Trio
Exchange) adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk
berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa (namun biasanya
tidak semua) teman kelasnya. Pertukaran ini dapat dengan mudah
dilengkapi dengan materi pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85). Diskusi
kelas merupakan suatu desain kegiatan untuk menghasilkan
pemufakatan kelompok melalui pembicaraan dan perenungan yang
mengembangkan atau mengubah perilaku (Kenneth H. Hoover, 1979:
III-7).
Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio
Exchange) ini memungkinkan siswa saling berkelompok dengan teman
sekelasnya untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu
permasalahan. Metode Rotating Trio Exchange juga mengembangkan
sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan siswa
bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk
memperoleh pengetahuan. Dengan adanya lingkungan belajar yang
aktif maka akan tercipta pula peningkatan aktivitas belajar yang
menghasilkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.
Secara mendasar kelompok kerja kecil memiliki sejumlah
keuntungan dibandingkan dengan belajar secara individu. Salah satu
kelebihan/keuntungannya adalah membantu mengembangkan aspek
kerjasama. Bekerjasama dengan siswa lain dimungkinkan dapat
membantu dalam mengembangkan kemampuan empati siswa, dengan
cara melihat sudut pandang atau pendapat dari siswa yang lain dan
membuat mereka sadar atas kelemahan dan kelebihan mereka. Dengan
berada di dalam grup, pengetahuan siswa pun akan terakumulasi
menjadi lebih banyak dan dapat membuat mereka mampu untuk
memecahkan masalah yang lebih sulit dibandingkan dengan apa yang
dapat diterima oleh mereka secara individu (Daniel Muijs, 2005:
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
Rotating Trio Exchange (Pertukaran Trio Memutar) menurut Silberman
(2006: 85) sebagai berikut.
1. Pembelajaran dengan model Rotating Trio Exchange, kelas diawali
dengan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa dan
memberi nomor 0, 1, dan 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga
setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya dikiri dan kananya.
2. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang sama
pada setiap trio untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran.
3. Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah
searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok
lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan
bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang
memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi
kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.
4. Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk
menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta
peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses
pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk
membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang
5. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta
didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi pembelajaran (Isjoni,
2011: 25).
Pendapat dari Isjoni (2013: 59) mengatakan bahwa pada
metode ini, kelas dibagai ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari
3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok
lain di kiri dan kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan
yang sama untuk didiskusikan, contohnya 0, 1 dan 2, kemudian
perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2
sebaliknya berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap berada di
tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru, berikan setiap trio
baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan,
tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai
setiap pertanyaan yang telah disiapkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio
Exchange) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dimana
murid dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang untuk
memecahkan pertanyaan yang diberikan oleh guru dimana murid
diberikan simbol 0, 1 dan 2 kemudian nomor 1 berpindah searah jarum
jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam, sedangkan nomor
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Meiristy Tia Naga yang berjudul
“Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange
untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Merupakan mahasiswa jurusan pendidikan sekolah
dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung,
Bandar Lampung. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu metode yang
dipakai dan variabel yang ingin ditingkatkan. Sedangkan perbedaannya
dengan penelitian ini yaitu pada kelas dan tempat penelitian yang
diteliti.
2. Hary Ismawanto yang berjudul “Penerapan Model Rotating Trio
Exchange (Pertukaran Trio Memutar) untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar IPS Materi Sejarah Siswa Kelas IX B SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2013”. Merupakan skripsi mahasiswa
pendidikan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri
Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat metode
ceramah, kelebihannya terdapat hasil yang signifikan pada prestasi
siswa dalam pembelajaran sejarah, siswa menjadi bersemangat dalam
belajar dan lebih bisa menerima pendapat orang lain melalui diskusi.
Persamaan dari penelitian relevan ini ialah sama-sama meneliti tentang
metode Rotating Trio Exchange terhadap prestasi siswa. Perbedaan dari
penelitian ini, dimana penelitian relevan terdapat satu variabel bebas
mengenai prestasi sedangkan peneliti mengunakan dua variabel bebas
mengenai keaktifan dan prestasi. Perbedaan lainya yaitu terletak pada
kelas dan tempat penelitian yang diteliti.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Kusumaningrum yang berjudul
“Implementasi Model Pembelajaran Course Review Horay untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS
Materi Sejarah Siswa Kelas VIII B SMP 14 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Merupakan skripsi mahasiswa Pendidikan Sejarah,
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukan
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan
Metode Course Review Horay dibanding metode konvensional.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Rizky
Kusumaningrum terletak pada jenis penelitian dan pengukuran
keaktifan serta prestasi belajar. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada metode pembelajaran yang
digunakan. Penelitian ini menggunakan metode Course Review Horay
C. Kerangka Pikir
Banyak masalah yang menyebabkan mutu dan kualitas
pendidikan Indonesia tertinggal diantaranya masih dominannya
penggunaan metode pembelajaran konvensional (ceramah) yang tentu pada
pembelajaran ini masih berpusat pada guru. Guru terkesan hanya sebatas
memindahkan materi pengetahuan dari guru ke siswa, tanpa
memperhatikan bagaimana suasana belajar yang menyenangkan bagi
siswa. Masalah ini bisa jadi disebabkan juga dari rendahnya kreatifitas
guru dalam mengembangkan metode dan media yang menarik bagi siswa.
Seperti halnya yang ditemui peneliti di SMA Negeri 7
Yogyakarta, dimana pembelajaran sejarahnya masih kurang dapat
melibatkan siswa. Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran
sejarah menyebabkan pembelajaran tidak menarik. Karena dianggap
kurang menarik dan ditambah materi pembelajaran sejarah sebagian besar
bersifat hafalan semakin menyebabkan siswa malas untuk belajar sejarah.
Suasana malas ini menyebabkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah
siswa menurun.
Sehingga perlu mencari alternatif pembelajaran yang dapat lebih
menarik dan mengaktifkan siswa. Selain itu, variasi pembelajaran yang
sekaligus dapat memudahkan siswa untuk lebih mudah memahami dan
mengingat materi-materi yang diajarkan guru di kelas, sehingga
dalam pengajaran merupakan salah satu variasi dalam pembelajaran
sejarah.
Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rotating Trio Exchange. Metode ini mengembangkan sebuah lingkungan
belajar yang aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk
saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan adanya lingkungan belajar yang aktif maka akan tercipta pula
peningkatan aktivitas belajar yang menghasilkan prestasi belajar siswa
menjadi lebih baik
Kerangka pikir penelitian ini jika digambarkan dalam bagan
kerangka berfikir sebagai berikut.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Metode Pembelajaran
Konvesional
Permasalahan 1 Keaktifan Kurang Optimal
Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange
Keaktifan dan Prestasi Siswa Meningkat
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah disampaikan, dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut. “Dengan
penerapan metode Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran sejarah
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta”.
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan Hipotesis diatas, maka pada penelitian ini
mengangkat permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange
untuk meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA
Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?
2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange
untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA
Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?
3. Apa manfaat penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange
pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran
34
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Yogyakarta yang
berlokasi di jalan MT. Haryono No. 47, Kota Yogyakarta. Dipilihnya
SMA Negeri 7 Yogyakarta sebagai tempat penelitian, karena sekolah
tersebut masih menggunakan metode konvesional dalam beberapa
pembelajaran salah satunya mata pelajaran sejarah. Hal ini membuat siswa
tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.
B. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu bulan
Januari sampai Maret 2016, adapun rincian kegiatan adalah.
Proposal : Desember-Januari 2015
Perijinan : Januari 2016
Pengumpulan Data : Januari-Maret 2016
Analisis Data : Maret 2016
Penulisan Laporan : Maret-April 2016
C. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah kelas X-5 yang berjumlah 32 siswa
terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, alasan mendasar
prestasi yang masih rendah dari pada kelas X yang lain. Selain itu juga atas
arahan dan saran dari guru pembimbing dalam pemilihan kelas.
D. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Reasearch). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus
memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan
memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai
dengan dampak dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas atau
PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil,
yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2015: 1-2).
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan
untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan (Daryanto, 2011: 4). Menurut Suharsimi
Arikunto (2015: 2). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom
Action Research (CAR) terdiri dari tiga kata, yang masing-masing
menunjukan makna yang terkandung didalamnya yaitu.
1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati objek dengan
data atau informasi yang bermanfaat dalam peningkatan mutu suatu hal
yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk
tujuan tertentu.
3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu sama menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula.
Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, yaitu guru dan
peneliti. Guru berperan sebagai pelaksana tindakan serta peneliti sebagai
pengamat pelaksanaan tindakan. Peneliti tindakan kelas terdiri dari empat
tindakan utama yang dilakukan dalam siklus yang berulang. Empat
tindakan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan (plan),
tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Suharsimi
Arikunto, 2006: 16). Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini
mengadopsi metode penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart,
dapat dilihat pada gambar berikut.
Model Spiral oleh Kemmis dan Mc Taggart (Rochiati Wiriaatmaja,
2006: 66)
Keterangan.
0. Refleksi awal.
1. Rencana Siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan Observasi.
3. Rencana Revisi pada Siklus II.
E. Desain Penelitian
Penelitian ini dibuat untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar sejarah dalam pembelajaran sejarah.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
1) Observasi ke sekolah tujuan penelitian
Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
kondisi kelas dan untuk mengetahui apakah sekolah tersebut
bersedia menjadi tempat penelitian.
2) Penyusunan RPP
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap
pertemuan.
3) Menyiapkan pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan dengan
4) Membuat catatan kejadian yang ada selama kegiatan belajar
mengajar.
b. Tahap Pelaksanan Tindakan
1) Pendahuluan
a) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan
memimpin doa.
b) Guru mengecek kesiapan siswa dan melihat buku kehadiran
siswa.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai peradaban
Indonesia dan dunia.
d) Guru memotivasi siswa dengan menyakan hal-hal yang
berkaitan dengan materi.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa menyimak pengantar dari guru yang menyampaikan
materi mengenai kehidupan awal masyarakat Indonesia.
b) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah
metode pembelajaran Rotating Trio Exchange.
c) Guru memilih persoalan yang sangat menarik untuk
didiskusikan
d) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing
e) Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang
sama pada setiap trio atau kelompok untuk didiskusikan sesuai
dengan materi pelajaran.
f) Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1
berpindah searah jarum jam dan bertugas untuk mencari
informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah
berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi.
Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung
jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada
kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.
g) Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk
menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru
meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.
h) Beberapa kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan
hasil diskusinya.
i) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika
ada hal yang masih perlu diluruskan.
3) Penutup
a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
b) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika
ada hal yang masih perlu diluruskan.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk mengamati semua
tindakan yang dilakukan siswa saat pembelajaran. Pengamatan
berfungsi untuk melihat seberapa besar keaktifan dan prestasi siswa
dalam proses pembelajaran sejarah.
d. Refleksi
Tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis data untuk
mengetahui ketercapaian maupun kekurangan keaktifan dan prestasi
sejarah. Kekurangan dari siklus I sebagai pertimbangan perencanaan
pada siklus selanjutnya.
F. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan berbagai macam sumber data, adapun
sumber yang baik adalah sumber yang diambil dengan tepat dan akurat
(Suharsismi Arikunto, 2008: 129). Sumber data yang dipakai pada
penelitian meliputi berbagai hal berikut ini.
1. Narasumber terdiri dari berbagai macam pihak, baik perorangan atau
intansi yang terkait dalam penelitian.
a. Guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Yogyakarta.
b. Siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.
2. Lembar observasi dan wawancara yang didapat dari SMA Negeri 7
3. Lembar mengenai data keaktifan dan prestasi dari SMA Negeri 7
Yogyakarta.
G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan teknik observasi,
wawancara, angket, tes dan dokumen yang digunakan oleh peneliti
yaitu sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan
keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (Anas
Sudijono, 2015: 76).
Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan
pengamatan dengan melihat kondisi sekolah, siswa dan guru selama
proses pembelajaran. Observasi atau pengamatan digunakan untuk
mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa selama belajar sejarah
dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Perputaran
Tiga Memutar).
b. Wawancara
Wawancara merupakan pengumpulan informasi dengan
mengajukan tanya-jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan diajukan sejumlah
pertanyaan verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Anas
Sudijono, 2015: 82). Proses wawancara yang bisa dilakukan secara
bertatap muka atau secara langsung dengan narasumber.
Wawancara bertujuan untuk mengetahui tanggapan
mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa, kekurangan,
kelebihan serta solusi yang diambil untuk mengetahui permasalahan
dalam pembelajaran sejarah dengan mengguanakan metode Rotating
Trio Exchange (Perputaran Tiga Memutar).
c. Angket
Angket (questionaire) juga dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan
wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung
(face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka
dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan
penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan
tenaga (Anas Sudijono, 2015: 84).
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus
dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket digunakan untuk
mengumpulkan data tentang siswa, baik pada mata pelajaran, proses
oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
keaktifan belajar sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.
d. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain
yang digunakan untuk mengumpulkan ketrampilan, pengetahuan,
intelegen kemampuan, bakat yang dimiliki untuk individu atau
kelompok (Suharsimi Arikunto, 1991: 123). Tes untuk mengukur
keberhasilan siswa ditinjau dari keguanaannya dibedakan menjadi
tiga macam tes, yaitu: tes diagnosis, tes awal (pre-test) dan tes akhir
(post-test). Ditinjau dari segi bentuknya, tes hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Suharsimi
Arikunto, 1993: 61). Data mengenai hasil belajar siswa ditetapkan
melalui skor atau angka.
1) Tes Awal (Pre Test)
Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari
siswa sebelum pembelajaran dan dilakukan tindakan.
2) Tes Akhir (Post Test)
Tes akhir dilakukan setelah proses pembelajaran selesai, tes akhir
ini bertujuan untuk mengetahui tingkat belajar siswa dan tingkat
keberhasilan setelah dilakukan tindakan.
e. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.