• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE KOOPERATIF TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI SISWA KELAS X-5 SMA NEGERI 7 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016."

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

v

do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu,

dengan rasa bangga dan bahagia saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih

saya kepada:

1. Allah SWT, atas segala rakhmat dan hidayahNya yang telah memberikan

kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk saya dalam mengerjakan skripsi ini

sehingga dapat dibuat dan selesai pada waktunya.

2. Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan kasih sayangnya dan dukungan

baik moril maupun materi serta doa’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya.

Tentunya ucapan terimakasih saja tidaklah pernah cukup untuk membalas

semua kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti, cinta dan

sayang ku kepada kalian bapak ibu ku.

3. Kakak-kakak ku dan Salma yang telah sabar menghadapi sifatku dan

mengingatkan ku untuk selalu serius dalam menimba ilmu.

4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji, dan pengajar, yang selama ini

telah tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan

saya, memberikan bimbingan dan ilmu yang tak ternilai harganya.

5. Keluarga Besar HNR 2012 dan Mb. Arawinda, terimakasih atas kekeluargaan

yang kuperoleh dari kalian. Terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan

perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih atas kenangan manis

(6)

vi

7. Teman-teman KOS Surya 3C, yang penuh canda tawa dan kebersamaan. Motto kalian “Jangan cepet-cepet wisuda kalo belum bisa renang, memanah, dan

berkuda”. Tetap saling terhubung ya teman-teman walaupun nantinya saling

berpisah untuk menggapai cita-cita masing-masing.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua tanpa kalian saya

bukanlah siapa-siapa, akhir kata saya persembahkan karya ini untuk kalian semua,

orang-orang yang saya sayangi dan cintai. Semoga karya ini dapat bermanfaat dan

(7)

vii

terulang kembali.

(8)

viii Oleh:

D. Odhi Rochman Triwicaksono 12406244009

ABSTRAK

Siswa SMA Negeri 7 Yogyakarta di kelas X-5 mempunyai keaktifan dan prestasi pembelajaran sejarah yang rendah. Penyebabnya adalah siswa tidak memiliki buku paket sejarah dan tidak memperhatikan jalannya pembelajaran. Metode pembelajaran guru sejarah masih dominan menggunakan metode ceramah.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model yang digunakan adalah model Kemmis, S. & Taggart, R. Penelitian dilakukan selama dua siklus yang terdiri dari dua kali pertemuan. Tahapan setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan pre test, post test, angket, observasi, dan wawancara. Keabsahan data menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Penggunaan metode Rotating Trio Exchange di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta menunjukan peningkatan keaktifan dan prestasi siswa. Keaktifan siswa pada siklus I yaitu 79,13,% dan pada siklus II meningkat menjadi 81,33%. Keaktifan siswa ditunjukan dalam berdiskusi dan bertukar pendapat selama presentasi. Hasil prestasi siswa dengan indikator rata-rata nilai ulangan pada siklus I yaitu 77,58 dan pada siklus II mencapai 84,67, daya serap siswa pada mata pelajaran sejarah di siklus I yaitu 89,65% termasuk kategori sangat tinggi dan siklus II meningkat menjadi 100% termasuk kategori sangat tinggi. Nilai siswa sesuai kriteria ketuntasan minimal pada siklus I yaitu 72,41% meningkat menjadi 90% di Siklus II. Peningkatan prestasi pada siklus kedua, siswa mampu menjawab soal selama diskusi, serta berani memberikan tanggapan terhadap pertanyaan maupun pendapat dari siswa lainnya. Hasil-hasil tersebut menunjukan bahwa metode Rotating Trio Exchange berhasil meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.

(9)

ix

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.

Sholawat serta salam selalu kami panjatkan kehadirat Rasulullah SAW,

semoga kita semua kelak mendapatkan syafa’atnya. Penulis telah

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif

Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016” guna memenuhi syarat

memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas

Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi yang telah terselesaikan tidaklah lepas

dari peran dan dorongan dari beberapa pihak, oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd, M.A, Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Yogyakarta.

3. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah.

4. Orang tua saya, Bapak Darsono dan Ibu Sulastri yang selalu saya harapkan

(10)
(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vii

ABSTRAK ...viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Masalah ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

(12)

xii

b. Jenis-jenis Aktivitas ... 18

3. Prestasi ... 22

a. Prestasi Belajar ... 22

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 23

4. Metode Rotating Trio Exchange ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Pikir ... 31

D. Hipotesis Tindakan ... 33

E. Pertanyaan penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34

B. Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek Penelitian ... 34

D. Jenis Penelitian ... 35

E. Desain Penelitian ... 37

F. Sumber Data ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 41

H. Validitas Data ... 52

I. Teknik Analisis Data ... 52

(13)

xiii

2. Visi dan Misi ... 57

3. Struktur Organisasi SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 58

4. Kondisi Sarana dan Prasarana... 59

B. Hasil Penelitian ... 67

1. Kegiatan Pra Tindakan ... 67

2. Penyusunan Rencana Tindakan ... 72

3. Pelaksanaan Tindakaan ... 73

C. Pembahasan ...119

D. Pokok Temuan Penelitian ...122

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...125

B. Saran ...127

DAFTAR PUSTAKA ...130

(14)

xiv

Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran Sejarah SMA Kelas X Semester II ... 15

Tabel 2. Indikator SK dan KD ... 16

Tabel 3. Kisi-Kisi Observasi pembelajaran dengan Metode Rotating Trio Exchange ... 45

Tabel 4. Kisi-Kisi Wawancara Guru ... 47

Tabel 5. Kisi-Kisi Wawancara Siswa... 48

Tabel 6. Kisi-Kisi Angket Keaktifan Siswa ... 49

Tabel 7. Kisi-Kisi Tes Metode Rotating Trio Exchange ... 50

Tabel 8. Kategori Pencapaian ... 55

Tabel 9. Daftar Nama Guru Mata Pelajaran... 62

Tabel 10. Prestasi Belajar Siklus I ... 86

Tabel 11. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus I ... 87

Tabel 12. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus I... 88

Tabel 13. Daya Serap Pre Test Siklus I ... 88

Tabel 14. Daya Serap Post Test Siklus II ... 89

Tabel 15. Prestasi Belajar Siklus II ... 107

Tabel 16. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Pre Test Siklus II... 108

Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Prestasi Belajar Post Test Siklus II ... 108

Tabel 18. Daya Serap Pre Test Siklus II ... 109

Tabel 19. Daya Serap Post Test Siklus II ... 109

Tabel 20. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II ... 113

Tabel 21. Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 115

Tabel 22. Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115

(15)

xv Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Menurut

Model Kemmis, S. & Taggart, R. ... 36 Gambar 3. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaksi ... 54 Gambar 4. Grafik Perbandingan Keaktifasn Siswa Kelas X-5

Siklus I dan Siklus II ... 113 Gambar 5. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Prestasi Belajar Siswa

Kelas X-5 Siklus I dan Siklus II ... 115 Gambar 6. Grafik Perbandingan Daya Serap Siswa Kelas X-5

Siklus I dan Siklus II ... 116 Gambar 7. Grafik Perbandingan Peningkatan Nilai Ketuntasan Siswa

(16)

xvi

SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 134

Lampiran 2. Data Rekap Nilai UTS Semester I Kelas X SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 135

Lampiran 3. Observasi Kondisi Sekolah ... 136

Lampiran 4. Tabel Data Profesi Orang Tua Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 139

Lampiran 5. Data Kehadiran Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta ... 140

Lampiran 6. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus I ... 141

Lampiran 7. Data Pembagian Kelompok Siswa Siklus II ... 142

Lampiran 8. Lembar Observasi Metode Rotating Trio Exchange ... 143

Lampiran 9. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus I ... 145

Lampiran 10. Hasil Observasi Metode Rotating Trio Exchange Siklus II ... 147

Lampiran 11. Lembar Angket Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan ... 149

Lampiran 12. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus I ... 151

Lampiran 13. Tabel Hasil Angket Keaktifan Sebelum Tindakan Siklus II ... 153

Lampiran 14. Lembar Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan ... 155

Lampiran 15. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 157

Lampiran 16. Tabel Hasil Angket Keaktifan Siswa Setelah Tindakan Siklus I ... 159

Lampiran 17. Soal Pre Test Siklus I ... 161

Lampiran 30. Lembar Wawancara Guru ... 182

Lampiran 31. Hasil Wawancara Guru Siklus I ... 184

Lampiran 32. Hasil Wawancara Guru Siklus II ... 186

Lampiran 33. Lembara Wawancara Siswa ... 188

Lampiran 34. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 189

Lampiran 35. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 190

Lampiran 36. Hasil Wawancara Siswa Siklus I ... 191

(17)

xvii

(18)

1

Perkembangan bangsa-bangsa di dunia dewasa ini semakin maju,

salah satunya dapat terlihat dari munculnya berbagai teknologi yang

diciptakan oleh manusia. Manusia yang unggul tentunya didukung atas

pendidikan yang baik. Pendidikan yang baik memegang peranan yang

penting bagi kemajuan bangsa, pendidikan merupakan sarana bagi

masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa

tersebut. Menurut pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa...” (Dwi Siswoyo, 2008: 25).

Negara Indonesia dalam perkembangannya masih dihadapkan

pada berbagai masalah pendidikan yang berat, terutama berkaitan dengan

kualitas dan efisiensi pendidikan. Selain itu permasalahan pendidikan yang

dialami oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada

setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan

menengah. Pemerintah telah melakukan berbagai usaha sadar untuk

meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya melalui berbagai pelatihan

dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat pelajaran,

(19)

manajemen sekolah tetapi usaha tersebut belum menunjukkan peningkatan

yang berarti (Enco Mulyasa, 2003: 179).

Tingkat kompetensi guru menjadi salah satu penunjang berhasil

atau tidaknya suatu proses pendidikan yang berkualitas tersebut.

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebut guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah (Dwi Siswoyo, 2008: 128).

Guru atau dapat disebut juga dengan pendidik, merupakan sosok

yang sangat penting bagi pengembangan segenap potensi peserta didik. Ia

menjadi orang yang paling menentukan dalam perancangan dan penyiapan

proses pendidikan dan pembelajaran di kelas, serta dalam pengaturan kelas

dan pengendalian siswa. Pendidik merupakan sosok yang amat

menentukan dalam proses keberlangsungan dan keberhasilan pendidikan

dan pembelajaran (Dwi Siswoyo, 2008: 132). Dapat disimpulkan bahwa

guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat

penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat

penting. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak

mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio,

komputer dan lain sebagainya. Siswa adalah organisme yang sedang

(20)

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model atau

teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola

pembelajaran (manager of learning) (Wina Sanjaya, 2006: 52).

Pembelajaran yang baik seharusnya melibatkan peserta didik,

tidak hanya guru saja yang berperan aktif didalam kegiatan belajar

mengajar. Keterlibatan peserta didik ini tentunya didasari atas metode

yang dipakai oleh guru. Metode ceramah atau metode konvesional yang

biasanya guru-guru gunakan lebih memunculkan siswa yang pasif,

dikarenakan selain guru sebagai pusat belajar, siswa seperti hanya

dirancang untuk mendengarkan, menyimak, dan mencatat. Metode

ceramah khususnya pada mata pelajaran sejarah akan membuat siswa

bosan. Sehingga perlu adanya sebuah metode baru yang dipakai oleh guru

dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam belajar khususnya

mata pelajaran sejarah.

Sudah menjadi rahasia umum, banyak yang mengatakan bahwa

mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang membosankan.

Padahal sebenarnya mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran

yang sangat penting. Mata pelajaran sejarah dapat memberikan

pengetahuan kepada siswa akan kesadaran waktu dan ruang. Serta dapat

menjadi acuan hidup dimasa yang akan datang. Sangat disayangkan

apabila mata pelajaran sejarah semakin tertinggal dibandingan mata

(21)

Beberapa sekolah masih banyak ditemukan berupa fenomena

tersebut. Seperti kegiatan pembelajaran sejarah di SMA Negeri 7

Yogyakarta, yang masih cenderung bertumpu pada dominasi guru, metode

pembelajaran masih konvensional dengan cara ceramah, tanya jawab,

meskipun ada diskusi kelompok tetapi tidak semua siswa dapat berperan

aktif. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode ceramah

membuat siswa menjadi cepat bosan. Tentu hal ini sangat disayangkan,

apabila terus dibiarkan pembelajaran semacam itu dijalankan

Berdasarkan hasil diskusi dengan guru sejarah dan observasi serta

pengalamaan peneliti saat pelaksanaan PPL di SMA Negeri 7 Yogyakarta.

Ditemukan hasil bahwa pada saat proses pembelajaran sejarah di kelas X-5

SMA Negeri 7 Yogyakarta terdapat beberapa sikap yang ditunjukan siswa

dalam pembelajaran sejarah, diantaranya sedikit sekali siswa yang

membawa buku paket sejarah, beberapa siswa tidak memperhatikan

jalannya pembelajaran, terdapat siswa yang mengobrol sewaktu

pembelajaran. Hal ini tentunya tidak menunjukan keaktifan mereka dalam

pembelajaran sejarah serta menyebabkan prestasi mereka rendah. Yang

terlihat dari hasil UTS yang mereka peroleh masih ada siswa yang tidak

tuntas. Sesuai standar minimal nilai yang berlaku di SMA Negeri 7

Yogyakarta yaitu 78. Sedangkan untuk rata-rata nilai UTS yang diperoleh

siswa kelas X-5, yaitu sebesar 76,12 dengan jumlah siswa yang tuntas

berjumlah 18 siswa dan tidak tuntas berjumlah 15 siswa (Lihat lampiran 1

(22)

Selain melihat dari data nilai UTS semester satu kelas X-5 SMA

Negeri 7 Yogyakarta, juga dilihat melalui RPP guru semester I kelas X.

Pada materi memahami prinsip dasar ilmu sejarah, guru menggunakan

metode kombinasi metode pembelajaran Word Square, Head Number

Together, Picture and P icture, tebak kata dan P roblem Solving. Namun,

pada materi-materi yang lainnya seperti materi mendeskripsikan sejarah

sebagai peristiwa, kisah, ilmu, dan seni; Materi mendeskripsikan dan

menjelaskan mengenai Generalisasi, Periodesasi dan Kronologi; Materi

mendeskripsikan pengertian kronik dan historiografi. Ketiga materi

tersebut menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Tentunya dengan

penggunaan metode ceramah yang secara terus menerus atau sering

dilakukan, membuat siswa akan cepat bosan dan akan berdampak pada

tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di

kelas.

Melihat permasalahan tersebut, maka dalam pembelajaran sejarah

diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses

belajar mengajar. Penggunaan metode pembelajaran yang melibatkan

siswa tentunya akan berdampak pada keaktifan dan prestasi siswa dalam

mata pelajaran sejarah. Selain itu, diharapkan dapat menciptakan susana

pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Salah satu

metode yang tepat untuk dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar siswa dalam pembelajaran sejarah adalah menerapkan metode

(23)

Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio

Exchange) tepat digunakan sebagai alternatif untuk metode pembelajaran

kooperatif yang bisa meningkatkan prestasi belajar siswa. Pertukaran Tiga

Memutar (Rotating Trio Exchange) merupakan sebuah cara mendalam

bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa

(namun biasanya tidak semua) teman kelasnya.Pertukaran ini dapat

dengan mudah dilengkapi dengan pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85).

Model pembelajaran seperti ini dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dapat memberi pengaruh

terhadap peningkatan prestasi belajar siswa tersebut.

Mengapa peneliti memilih metode Rotating Trio Exhange, karena

metode ini beberapa kali digunakan oleh peneliti yang lain dan

mendapatkan hasil yang positive. Salah satunya yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Meiristy Tia Naga dari Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung, Bandar Lampung tahun 2013 yang

melakukan penelitian mengenai “Penerapan Model Cooperative Learning

Tipe Rotating Trio Exchange untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa

Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Hasil penelitian tersebut

menunjukan peningkatan aktivitas dan hasil belajar.

Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas pada siklus I

(51,48), pada siklus II (66,81) peningkatan dari siklus I dan siklus II

(24)

III sebesar (84,67), peningkatan dari siklus II dan siklus III sebesar

(17,86). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (61,42), pada

siklus II (70,23), peningkatan rata-rata hasil belajar siswa dari siklus

I dan II sebesar (8,81), sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa

pada siklus III sebesar (80,71) dan peningkatan dari siklus II dan III

sebesar (10,48). Sementara itu persentase ketuntasan hasil belajar

siswa siklus I (33,33%), pada siklus II (61,90%), dan pada siklus III

sebesar (90,47%). (Jurnal Skripsi, Meiristy Tia Naga).

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating

Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Prestasi Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam

penelitian dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta

tahun ajaran 2015/2016 masih rendah.

2. Pembelajaran sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun

ajaran 2015/2016 masih dominan mengandalkan metode ceramah dan

(25)

3. Pelaksanaan pembelajaran di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta

tahun ajaran 2015/2016 masih kurang melibatkan peran serta siswa

yang cenderung menjadi pendengar saja sehingga siswa kurang aktif

dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Suatu penelitian agar tidak hanyut dalam persoalan yang terlalu

luas, maka perlu diadakan suatu pembatasan masalah. Pembatasan masalah

disini dimaksudkan agar mengarah pada tujuan penelitian. Sesuai

penelitian yang diajukan maka pembatasan masalah dalam penelitian ini

adalah Implementasi Metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange

dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi

Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa menggunakan metode

Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah

Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan metode

Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam Pembelajaran Sejarah

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa

menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam

Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2015/2016?

2. Mengetahui bagaimana meningkatkan prestasi belajar siswa

menggunakan metode Kooperatif Tipe Rotating Trio Exchange dalam

Pembelajaran Sejarah Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2015/2016?

F. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian dikatakan berhasil apabila dapat memberikan

manfaat pada dunia pendidikan. Melalui penelitian ini, penulis

mengharapkan adanya manfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan

umumnya bagi yang berkepentingan di dalam bidang pendidikan. Adapun

manfaat dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperkaya keilmuan dan

pengetahuan mengenai metode pembelajaran Rotating Trio

(27)

b. Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kreatifitas dan

inovasi pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada siswa tentang

belajar sejarah yang lebih menarik dan tidak membosankan,

menggunakan metode Rotating Trio Exchange bukan metode

ceramah. Serta meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa dalam

pembelajaran sejarah.

b. Bagi Guru

Menambah pengetahuan guru mengenai metode pembelajaran untuk

diterapkan kepada siswa, dan mampu melakukan inovasi

pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan salah satu acuan atau pedoman bagi

sekolah guna menerapkan metode-metode pembelajaran yang

menarik, sehingga siswa dapat berpartisispasi aktif dalam kegiatan

belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah.

d. Bagi Peneliti

Menerapkan disiplin ilmu yang yang telah dipelajari selama

perkuliahan dan menambah wawasan mengenai metode

pembelajaran yang mampu mempengaruhi keaktifan dan prestasi

(28)

11

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Sejarah

Belajar merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang

karena dengan belajar, seseorang memahami dan menguasai sesuatu

sehingga orang tersebut dapat meningkatkan kemampuannya. Belajar

merupakan perkembangan hidup manusia yang dimulai sejak lahir dan

berlangsung seumur hidup (Leo Agung S, 2013: 96). Seperti yang

diungkapkan oleh Sardiman (2009: 20-21), belajar pada dasarnya

merupakan aktivitas manusia yang dilakukan sepanjang hayatnya,

dalam arti luas belajar adalah kegiatan psiko-fisik menuju ke

perkembangan pribadi seutuhnya, sedangkan dalam arti sempit belajar

merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian

seutuhnya.

Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan

lingkungan. Sejalan dengan Oemar Hamalik, menurut Slameto (2013:

2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi

(29)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

belajar merupakan usaha atau proses seseorang untuk dapat

mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, menambah wawasan

dan kemampuan, serta tambahan ilmu bagi dirinya yang diperoleh baik

melalui bangku pendidikan maupun pengalaman hidupnya.

Mata pelajaran Sejarah adalah cabang ilmu yang mengkaji

secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan

dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupan yang

terjadi di masa lampau. Sejarah merupakan peristiwa masa lampau yang

direkontruksi yakni apa yang sudah di pikirkan, dikatakan, dikerjakan,

dirasakan, dan dialami oleh orang (Sardiman, 2004: 9). Menurut

Kuntowijoyo (1995: 18-19) diharapkan dengan pembelajaran sejarah

siswa mampu berkaca dari peristiwa di masa lampau untuk menentukan

sikap dimasa mendatang dan mampu meningkatkan keaktifan dan

prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antara

guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang

ada, baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri

seperti minat, bakat, dan kemampuan dasar yang dimiliki, termasuk

gaya belajar, maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti

lingkungan, sarana, dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai

tujuan belajar tertentu (Leo Agung S, 2013: 3). Senada dengan Leo

(30)

adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya

sehingga terjadi perubahan perilaku yang lebih baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) pembelajaran

merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru dan membelajarkan

siswa dalam rangka belajar, bagaimana belajar dan memperoleh

pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pembelajaran merupakan suatu

upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasikan dan menciptakan

sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat

melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil

optimal menurut Sugihartono (2012: 81).

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran diatas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi

antara guru dengan siswa dalam rangka mengembangkan potensi yang

ada pada diri siswa (fisik maupun non fisik) dengan cara guru

mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sehingga dapat

mengembangkan potensi siswa kearah yang jauh lebih baik.

Pembelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang

menanamkan pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai mengenai proses

perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari

masa lampau hingga kini (Leo Agung S, 2013: 55). Pembelajaran

sejarah adalah suatu proses interaksi yang mengikut sertakan guru dan

(31)

pembelajaran sejarah adalah memperkokoh rasa nasionalisme dan

mengajarkan prinsip-prinsip moral (Kochar, 2008: 33-36).

Pembelajaran sejarah merupakan bidang studi yang terkait

dengan fakta-fakta dalam ilmu sejarah namun tetap memperhatikan

tujuan pendidikan pada umumnya (I Gede Widja, 1989: 23). Dalam

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006 dinyatakan bahwa

pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan

peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia

Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (KTSP,

2006: 523).

Pembelajaran sejarah yang ideal tidaklah cukup apabila guru

sejarah hanya berceramah saja, melainkan dituntut pula mengaktifkan

siswa melalui kerja kelompok, diskusi, dan lain sebagainya. Pengajaran

sejarah memang tidak sekedar menyentuh ranah kognitif rendah

(menghafal), tetapi juga kognitif tinggi (“menjelaskan...”, “mengkaji...”), bahkan juga afeksi (“menghayati...”, “ menghargai...”).

agar sampai pada taraf menghargai/menghayati, maka harus ada

refleksi, menemukan makna atau hikmahnya suatu peristiwa, serta

menemukan nilai-nilai apa yang ada di balik peristiwa tersebut

(Suparno, 2001: 138-140)

Menurut Kuntowijoyo (2013: 14-28) ada dua manfaat dalam

mempelajari sejarah. Yang pertama ialah manfaat secara intrinsik dan

(32)

sejarah sebagai ilmu, sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau,

sejarah sebagai pernyataan pendapat, dan sejarah sebagai potensi.

Manfaat secara ekstrinsik adalah sejarah sebagai pendidikan

moral, sejarah sebagai pendidikan penalaran, sejarah sebagai

pendidikan politik, sejarah sebagai pendidikan, kebijakan, sejarah

sebagai pendidikan perubahan, sejarah sebagai pendidikan masa datang,

sejarah sebagai pendidikan keindahan, sejarah sebagai ilmu bantu,

sejarah sebagai latar belakang, sejarah sebagai rujukan, dan yang

terakhir sejarah sebagai bukti.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran

sejarah merupakan interaksi antara guru dan siswa yang dilakukan

untuk memberikan pemahaman materi-materi sejarah yang dipelajari

baik dari buku maupun cerita nenek moyang, dengan tujuan untuk

membentuk watak siswa agar nantinya tercipta generasi yang

bermartabat serta cinta tanah air.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada

mata pelajaran sejarah SMA kelas X-5 semester II adalah sebagai

berikut.

Tabel 1. SK dan KD mata pelajaran sejarah SMA Kelas X Semester II

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) 2. Menganalisis peradaban

Indonesia dan dunia.

2,1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia.

(33)

Tabel 2. Indikator dari SK dan KD diatas adalah sebagai berikut.

Kompetensi Dasar (KD) Indikator

2.1 Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia

2.1.1 Menyusun Bagan Pembagian Jaman Menurut Geologi.

2.1.2 Mengidentifikasi jenis-jenis manusia purba di Indonesia. 2.1.3 Mengedentifikasi peta Lokasi

penemuan fosil manusia purba di Indonesia

2.1.4 Menyusun bagan Pembagian

Jaman berdasarkan kepercayaan masyarakat pada masa berburu (food gathering)

masyarakat awal di kepulauan Indonesia

2.1.3. Mendeskripsikan peradaban lembah sungai Indus, lembah sungai Gangga, lembah sungai Hoang.

2. Keaktifan a. Aktif Belajar

Anton M. Mulyono (2001: 26) keaktifan adalah kegiatan

(34)

kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Menurut Sanjaya

(2007: 101-106) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik

semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental,

intelektual dan emosional. Keaktifan yang dimaksudkan di sini

penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.

Menurut Rochman Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005:

31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang

menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan

emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan

antara edukatif dan psikomotor. Kegiatan belajar ini, menurut

Rousseau yang dikutip Sardiman (1996: 96) menjelaskan bahwa

segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri,

pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri,

dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun

teknis.

Sehingga dapat kita lihat bahwa pengajaran yang efektif

adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri

atau melakukan aktivitas sendiri (Oemar Hamalik, 2001: 171).

Berdasarkan beberapa pandangan dari berbagai ahli tersebut di atas,

jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik/siswa harus aktif

(35)

adanya aktivitas, tanpa aktivitas, belajar itu tidak mungkin

berlangsung dengan baik.

b. Jenis-jenis Aktivitas

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di

sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan

mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional.

Paul D Diedrich dalam Sardiman (1996: 100-101) membuat suatu

daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat

digolongkan sebagai berikut.

1. Visual Activities yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang

lain.

2. Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, interupsi.

3. Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian,

percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,

laporan, angket, menyalin.

5. Drawing Activities, misalnya: menggambar, membuat grafik,

(36)

6. Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, berternak.

7. Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggap,

mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan,

mengambil keputusan.

8. Emotional Activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa

bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Paul D. Dierich (2001: 20) keaktifan belajar dapat

diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut.

1. Kegiatan-kegiatan visual (Memebaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

orang lain bekerja atau bermain).

2. Kegiatan Lisan (oral) (Mengemukaan suatu fakta atau prinsip,

menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi

saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan

interupsi).

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (Mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,

mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio).

4. Kegiatan-kegiatan menulis (Menulis cerita, laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan

(37)

5. Kegiatan-kegiatan menggambar (Menggambar, membuat grafik,

chart, diagram peta, dan pola).

6. Kegiatan-kegiatan metrik (Melakukan percobaan, memilih

alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

permainan, menari, dan berkebun).

7. Kegiatan-kegiatan mental (Merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, faktor-faktor, melihat,

hubungan-hubungan, dan membuat keputusan).

8. Kegiatan-kegiatan emosional (Minat, membedakan, berani,

tenang, dan lain-lain).

Kegiatan pembelajaran ini sangat dituntut keaktifan siswa

dimana siswa adalah subjek yang banyak melakukan kegiatan,

sedangkan guru lebih banyak membimbing dan mengarahkan.

Menurut Martini Yamin (2007: 80-81) menjelaskan bahwa keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala: 1)

pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, 2) guru

berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman dalam

belajar, 3) tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan

minimal siswa (kompetensi dasar), 4) pengelolaan kegiatan

pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,

meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang

(38)

pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap

dan keterampilan

Terdapat enam aspek keaktifan siswa menurut Martinis

Yamin (2007: 78) sebagai berikut.

1. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan

pembelajaran.

2. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.

3. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang

berbentuk interaksi antar siswa.

4. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar.

5. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa dan kesempatan

untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses

pembelajaran.

6. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa aktivitas pembelajaran yang diharapkan peneliti

yaitu sebagai berikut. 1) Visual Activities (Kegiatan berupa membaca

buku atau sumber), 2) Oral Activities (Mengemukaan suatu fakta

atau prinsip, menghubungan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat), 3) Listening Activities

(Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau

diskusi kelompok), 4) Writing Activities (Menulis laporan dan

(39)

menganalisa, mengambil keputusan), 6) Emotional Activities

(Kegiatan berupa gembira, bersemangat, berani, tenang).

3. Prestasi

a. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua suku kata ialah prestasi dan

belajar. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen

Pendidikan Nasional, 2008: 1101), prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan

melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi menurut J. Stanley

Ahmann (1981: 420) adalah status siswa yang menunjukan apa yang

mereka ketahui dan apa yang mereka bisa lakukan.

Menurut Nana Syaodih S (2002: 154), prestasi adalah

realisasi dan kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang

dimiliki seseorang dimana penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari

perilakunya dalam penguasaan pengetahuan, dan keterampilan

berfikir maupun motorik. Oemar Hamalik (2011: 155)

mendefinisikan hasil belajar sebagai terjadinya perubahan tingkah

laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk

perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pencapaian prestasi

belajar siswa dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif

(40)

Ranah kognitif bertujuan untuk mengukur pengembangan

penalaran siswa. Dalam penelitian ini untuk mengukur prestasi

belajar hanya menggunakan ranah kognitif saja, yang dapat dilihat

dari rata-rata nilai ulangan harian. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar merupakan suatu hasil yang dicapai oleh

siswa, berupa angka nilai yang diperoleh melalui test yang diberikan

guru. Sebagai hasil akhir yang dicapai setelah proses pembelajaran

berlangsung. Sehingga angka nilai tersebut dapat dijadikan sebagai

tolak ukur keberhasilan akan penguasaan materi yang diperoleh

siswa.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,

tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor

intern dan faktor ekstern. Faktor intern ialah faktor yang ada pada

individu yang sedang belajar dan faktor ekstern ialah faktor yang ada

di luar individu tersebut. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar menurut Slameto ( 2013, 54-59).

1. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang terdapat dari dalam diri

seseorang. Yang dapat di golongan pada faktor intern adalah

intelegensi, perhatian, minat, bakat, yang meliputi tiga faktor. a)

Faktor Jasmaniah, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. b)

(41)

kematangan, kesiapan. c) Faktor kelelahan, yaitu kelelahan secara

jasmani maupun rohani.

2. Faktor ekstern, yang meliputi tiga faktor: a) Faktor keluarga,

ialah: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,

suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

latar belakang kebudayaan. b) Faktor sekolah, meliputi: metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,

standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,

tugas rumah. c) Faktor masyarakat, ialah: kegiatan siswa dalam

masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada

dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari luar

dan faktor yang dari dalam siswa. Faktor dari luar siswa berupa

faktor sosial yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan

faktor dari dalam diri siswa terdiri dari jasmaniah, psikologis, dan

kelelahan.

4. Metode Rotating Trio Exchange

Metode Rotating Trio Exchange merupakan salah satu metode

pembelajaran dari Cooperative Learning. Model cooperative learning

(42)

struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Siswa dalam situasi

cooperative learning didorong dan/atau dituntut untuk mengerjakan

tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus

mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu. Di samping

itu, dalam cooperative learning, dua individu atau lebih saling

bergantung (interindependen) untuk mendapatkan reward yang akan

mereka bagi, bila mereka sukses sebagai kelompok. Pelajaran dengan

cooperative learning menurut Ricard I, Arens (2007: 344-345) dapat

ditandai oleh fitur-fitur berikut ini.

1. Siswa belajar dalam tim untuk mencapai tujuan bersama.

2. Tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang berprestasi rendah, sedang,

dan tinggi.

3. Bilamana mungkin, tim-tim itu terdiri atas campuran ras, budaya,

dan gender.

4. Sistem reward-nya berorientasi kelompok maupun individu.

Model pembelajaran pertukaran trio memutar (Rotating Trio

Exchange) adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk

berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa (namun biasanya

tidak semua) teman kelasnya. Pertukaran ini dapat dengan mudah

dilengkapi dengan materi pelajaran (Mel Silberman, 2006: 85). Diskusi

kelas merupakan suatu desain kegiatan untuk menghasilkan

pemufakatan kelompok melalui pembicaraan dan perenungan yang

(43)

mengembangkan atau mengubah perilaku (Kenneth H. Hoover, 1979:

III-7).

Metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio

Exchange) ini memungkinkan siswa saling berkelompok dengan teman

sekelasnya untuk saling bertukar pendapat dalam memecahkan suatu

permasalahan. Metode Rotating Trio Exchange juga mengembangkan

sebuah lingkungan belajar yang aktif dengan menciptakan siswa

bergerak secara fisik untuk saling berbagi pikiran secara terbuka untuk

memperoleh pengetahuan. Dengan adanya lingkungan belajar yang

aktif maka akan tercipta pula peningkatan aktivitas belajar yang

menghasilkan prestasi belajar siswa menjadi lebih baik.

Secara mendasar kelompok kerja kecil memiliki sejumlah

keuntungan dibandingkan dengan belajar secara individu. Salah satu

kelebihan/keuntungannya adalah membantu mengembangkan aspek

kerjasama. Bekerjasama dengan siswa lain dimungkinkan dapat

membantu dalam mengembangkan kemampuan empati siswa, dengan

cara melihat sudut pandang atau pendapat dari siswa yang lain dan

membuat mereka sadar atas kelemahan dan kelebihan mereka. Dengan

berada di dalam grup, pengetahuan siswa pun akan terakumulasi

menjadi lebih banyak dan dapat membuat mereka mampu untuk

memecahkan masalah yang lebih sulit dibandingkan dengan apa yang

dapat diterima oleh mereka secara individu (Daniel Muijs, 2005:

(44)

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model

Rotating Trio Exchange (Pertukaran Trio Memutar) menurut Silberman

(2006: 85) sebagai berikut.

1. Pembelajaran dengan model Rotating Trio Exchange, kelas diawali

dengan pembagian kelompok yang terdiri dari 3 orang siswa dan

memberi nomor 0, 1, dan 2 pada setiap trio. Kelas ditata sehingga

setiap kelompok dapat melihat kelompok lainya dikiri dan kananya.

2. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang sama

pada setiap trio untuk didiskusikan sesuai dengan materi pelajaran.

3. Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1 berpindah

searah jarum jam dan bertugas untuk mencari informasi ke kelompok

lain dan nomor 2 berpindah berlawanan searah jarum jam dan

bertugas mencari informasi. Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang

memiliki tanggung jawab untuk menerima dan memberi informasi

kepada kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.

4. Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk

menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru meminta

peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya. Dalam proses

pembelajaran, siswa diajak untuk berdiskusi secara klasikal untuk

membahas permasalahan yang belum jelas atau yang kurang

(45)

5. Untuk mengakhiri pembelajaran guru bersama-sama dengan peserta

didik mengevaluasi dan menyimpulkan materi pembelajaran (Isjoni,

2011: 25).

Pendapat dari Isjoni (2013: 59) mengatakan bahwa pada

metode ini, kelas dibagai ke dalam beberapa kelompok yang terdiri dari

3 orang, kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat melihat kelompok

lain di kiri dan kanannya. Berikan pada setiap trio tersebut pertanyaan

yang sama untuk didiskusikan, contohnya 0, 1 dan 2, kemudian

perintahkan nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2

sebaliknya berlawanan jarum jam sedangkan nomor 0 tetap berada di

tempat. Ini akan mengakibatkan timbulnya trio baru, berikan setiap trio

baru tersebut pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan,

tambahkanlah sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa sesuai

setiap pertanyaan yang telah disiapkan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode pembelajaran Pertukaran Tiga Memutar (Rotating Trio

Exchange) adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif dimana

murid dibagi dalam kelompok yang beranggotakan 3 orang untuk

memecahkan pertanyaan yang diberikan oleh guru dimana murid

diberikan simbol 0, 1 dan 2 kemudian nomor 1 berpindah searah jarum

jam dan nomor 2 sebaliknya, berlawanan jarum jam, sedangkan nomor

(46)

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara

lain sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan oleh Meiristy Tia Naga yang berjudul

“Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange

untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata

Pelajaran IPS Kelas V-A SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012/2013”. Merupakan mahasiswa jurusan pendidikan sekolah

dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung,

Bandar Lampung. Kesamaan dalam penelitian ini yaitu metode yang

dipakai dan variabel yang ingin ditingkatkan. Sedangkan perbedaannya

dengan penelitian ini yaitu pada kelas dan tempat penelitian yang

diteliti.

2. Hary Ismawanto yang berjudul “Penerapan Model Rotating Trio

Exchange (Pertukaran Trio Memutar) untuk Meningkatkan Prestasi

Belajar IPS Materi Sejarah Siswa Kelas IX B SMP Negeri 15 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2013”. Merupakan skripsi mahasiswa

pendidikan sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat metode

ceramah, kelebihannya terdapat hasil yang signifikan pada prestasi

siswa dalam pembelajaran sejarah, siswa menjadi bersemangat dalam

belajar dan lebih bisa menerima pendapat orang lain melalui diskusi.

(47)

Persamaan dari penelitian relevan ini ialah sama-sama meneliti tentang

metode Rotating Trio Exchange terhadap prestasi siswa. Perbedaan dari

penelitian ini, dimana penelitian relevan terdapat satu variabel bebas

mengenai prestasi sedangkan peneliti mengunakan dua variabel bebas

mengenai keaktifan dan prestasi. Perbedaan lainya yaitu terletak pada

kelas dan tempat penelitian yang diteliti.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Kusumaningrum yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran Course Review Horay untuk

Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran IPS

Materi Sejarah Siswa Kelas VIII B SMP 14 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012”. Merupakan skripsi mahasiswa Pendidikan Sejarah,

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, menunjukan

peningkatan keaktifan dan prestasi belajar dengan menggunakan

Metode Course Review Horay dibanding metode konvensional.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Rizky

Kusumaningrum terletak pada jenis penelitian dan pengukuran

keaktifan serta prestasi belajar. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada metode pembelajaran yang

digunakan. Penelitian ini menggunakan metode Course Review Horay

(48)

C. Kerangka Pikir

Banyak masalah yang menyebabkan mutu dan kualitas

pendidikan Indonesia tertinggal diantaranya masih dominannya

penggunaan metode pembelajaran konvensional (ceramah) yang tentu pada

pembelajaran ini masih berpusat pada guru. Guru terkesan hanya sebatas

memindahkan materi pengetahuan dari guru ke siswa, tanpa

memperhatikan bagaimana suasana belajar yang menyenangkan bagi

siswa. Masalah ini bisa jadi disebabkan juga dari rendahnya kreatifitas

guru dalam mengembangkan metode dan media yang menarik bagi siswa.

Seperti halnya yang ditemui peneliti di SMA Negeri 7

Yogyakarta, dimana pembelajaran sejarahnya masih kurang dapat

melibatkan siswa. Kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran

sejarah menyebabkan pembelajaran tidak menarik. Karena dianggap

kurang menarik dan ditambah materi pembelajaran sejarah sebagian besar

bersifat hafalan semakin menyebabkan siswa malas untuk belajar sejarah.

Suasana malas ini menyebabkan keaktifan dan prestasi belajar sejarah

siswa menurun.

Sehingga perlu mencari alternatif pembelajaran yang dapat lebih

menarik dan mengaktifkan siswa. Selain itu, variasi pembelajaran yang

sekaligus dapat memudahkan siswa untuk lebih mudah memahami dan

mengingat materi-materi yang diajarkan guru di kelas, sehingga

(49)

dalam pengajaran merupakan salah satu variasi dalam pembelajaran

sejarah.

Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rotating Trio Exchange. Metode ini mengembangkan sebuah lingkungan

belajar yang aktif dengan menciptakan siswa bergerak secara fisik untuk

saling berbagi pikiran secara terbuka untuk memperoleh pengetahuan.

Dengan adanya lingkungan belajar yang aktif maka akan tercipta pula

peningkatan aktivitas belajar yang menghasilkan prestasi belajar siswa

menjadi lebih baik

Kerangka pikir penelitian ini jika digambarkan dalam bagan

kerangka berfikir sebagai berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Metode Pembelajaran

Konvesional

Permasalahan 1 Keaktifan Kurang Optimal

Metode Pembelajaran Rotating Trio Exchange

Keaktifan dan Prestasi Siswa Meningkat

(50)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah disampaikan, dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut. “Dengan

penerapan metode Rotating Trio Exchange dalam pembelajaran sejarah

dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta”.

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan Hipotesis diatas, maka pada penelitian ini

mengangkat permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange

untuk meningkatkan keaktifan belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA

Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

2. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange

untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X-5 SMA

Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

3. Apa manfaat penerapan metode pembelajaran Rotating Trio Exchange

pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta tahun ajaran

(51)

34

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Yogyakarta yang

berlokasi di jalan MT. Haryono No. 47, Kota Yogyakarta. Dipilihnya

SMA Negeri 7 Yogyakarta sebagai tempat penelitian, karena sekolah

tersebut masih menggunakan metode konvesional dalam beberapa

pembelajaran salah satunya mata pelajaran sejarah. Hal ini membuat siswa

tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu bulan

Januari sampai Maret 2016, adapun rincian kegiatan adalah.

Proposal : Desember-Januari 2015

Perijinan : Januari 2016

Pengumpulan Data : Januari-Maret 2016

Analisis Data : Maret 2016

Penulisan Laporan : Maret-April 2016

C. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah kelas X-5 yang berjumlah 32 siswa

terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, alasan mendasar

(52)

prestasi yang masih rendah dari pada kelas X yang lain. Selain itu juga atas

arahan dan saran dari guru pembimbing dalam pemilihan kelas.

D. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Reasearch). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus

memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan

memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai

dengan dampak dari perlakuan tersebut. Penelitian tindakan kelas atau

PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil,

yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2015: 1-2).

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan

oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan

untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga hasil

belajar siswa dapat ditingkatkan (Daryanto, 2011: 4). Menurut Suharsimi

Arikunto (2015: 2). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom

Action Research (CAR) terdiri dari tiga kata, yang masing-masing

menunjukan makna yang terkandung didalamnya yaitu.

1. Penelitian, menunjuk pada kegiatan mencermati objek dengan

(53)

data atau informasi yang bermanfaat dalam peningkatan mutu suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada gerak kegiatan yang sengaja dilakukan untuk

tujuan tertentu.

3. Kelas, sekelompok siswa yang dalam waktu sama menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula.

Penelitian tindakan kelas ini bersifat kolaboratif, yaitu guru dan

peneliti. Guru berperan sebagai pelaksana tindakan serta peneliti sebagai

pengamat pelaksanaan tindakan. Peneliti tindakan kelas terdiri dari empat

tindakan utama yang dilakukan dalam siklus yang berulang. Empat

tindakan utama yang ada pada setiap siklus yaitu perencanaan (plan),

tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Suharsimi

Arikunto, 2006: 16). Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini

mengadopsi metode penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart,

dapat dilihat pada gambar berikut.

(54)

Model Spiral oleh Kemmis dan Mc Taggart (Rochiati Wiriaatmaja,

2006: 66)

Keterangan.

0. Refleksi awal.

1. Rencana Siklus I.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I dan Observasi.

3. Rencana Revisi pada Siklus II.

E. Desain Penelitian

Penelitian ini dibuat untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi

belajar sejarah dalam pembelajaran sejarah.

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

1) Observasi ke sekolah tujuan penelitian

Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang

kondisi kelas dan untuk mengetahui apakah sekolah tersebut

bersedia menjadi tempat penelitian.

2) Penyusunan RPP

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap

pertemuan.

3) Menyiapkan pembelajaran untuk pelaksanaan tindakan dengan

(55)

4) Membuat catatan kejadian yang ada selama kegiatan belajar

mengajar.

b. Tahap Pelaksanan Tindakan

1) Pendahuluan

a) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam dan

memimpin doa.

b) Guru mengecek kesiapan siswa dan melihat buku kehadiran

siswa.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai peradaban

Indonesia dan dunia.

d) Guru memotivasi siswa dengan menyakan hal-hal yang

berkaitan dengan materi.

2) Kegiatan Inti

a) Siswa menyimak pengantar dari guru yang menyampaikan

materi mengenai kehidupan awal masyarakat Indonesia.

b) Siswa menyimak penjelasan guru mengenai langkah-langkah

metode pembelajaran Rotating Trio Exchange.

c) Guru memilih persoalan yang sangat menarik untuk

didiskusikan

d) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing

(56)

e) Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan yang

sama pada setiap trio atau kelompok untuk didiskusikan sesuai

dengan materi pelajaran.

f) Setelah diskusi kemudian guru memerintahkan nomor 1

berpindah searah jarum jam dan bertugas untuk mencari

informasi ke kelompok lain dan nomor 2 berpindah

berlawanan searah jarum jam dan bertugas mencari informasi.

Sedangkan nomor 0 tetap ditempat yang memiliki tanggung

jawab untuk menerima dan memberi informasi kepada

kelompok lain yang berkunjung ke tempatnya.

g) Kemudian siswa kembali ke kelompok masing-masing untuk

menyampaikan atau mendiskusikan hasil kerjanya. Guru

meminta peserta untuk mendiskusikan hasil sharingnya.

h) Beberapa kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan

hasil diskusinya.

i) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika

ada hal yang masih perlu diluruskan.

3) Penutup

a) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah

dipelajari.

b) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan masukan jika

ada hal yang masih perlu diluruskan.

(57)

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk mengamati semua

tindakan yang dilakukan siswa saat pembelajaran. Pengamatan

berfungsi untuk melihat seberapa besar keaktifan dan prestasi siswa

dalam proses pembelajaran sejarah.

d. Refleksi

Tahap ini dilakukan pengumpulan dan analisis data untuk

mengetahui ketercapaian maupun kekurangan keaktifan dan prestasi

sejarah. Kekurangan dari siklus I sebagai pertimbangan perencanaan

pada siklus selanjutnya.

F. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan berbagai macam sumber data, adapun

sumber yang baik adalah sumber yang diambil dengan tepat dan akurat

(Suharsismi Arikunto, 2008: 129). Sumber data yang dipakai pada

penelitian meliputi berbagai hal berikut ini.

1. Narasumber terdiri dari berbagai macam pihak, baik perorangan atau

intansi yang terkait dalam penelitian.

a. Guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 7 Yogyakarta.

b. Siswa kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.

2. Lembar observasi dan wawancara yang didapat dari SMA Negeri 7

(58)

3. Lembar mengenai data keaktifan dan prestasi dari SMA Negeri 7

Yogyakarta.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di lakukan dengan teknik observasi,

wawancara, angket, tes dan dokumen yang digunakan oleh peneliti

yaitu sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan

keterangan atau data yang dilakukan dengan mengadakan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan (Anas

Sudijono, 2015: 76).

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan

pengamatan dengan melihat kondisi sekolah, siswa dan guru selama

proses pembelajaran. Observasi atau pengamatan digunakan untuk

mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa selama belajar sejarah

dengan menggunakan metode Rotating Trio Exchange (Perputaran

Tiga Memutar).

b. Wawancara

Wawancara merupakan pengumpulan informasi dengan

(59)

mengajukan tanya-jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan

dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan diajukan sejumlah

pertanyaan verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat

memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Anas

Sudijono, 2015: 82). Proses wawancara yang bisa dilakukan secara

bertatap muka atau secara langsung dengan narasumber.

Wawancara bertujuan untuk mengetahui tanggapan

mengenai keaktifan dan prestasi belajar siswa, kekurangan,

kelebihan serta solusi yang diambil untuk mengetahui permasalahan

dalam pembelajaran sejarah dengan mengguanakan metode Rotating

Trio Exchange (Perputaran Tiga Memutar).

c. Angket

Angket (questionaire) juga dapat digunakan sebagai alat

bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan

wawancara dimana penilai (evaluator) berhadapan secara langsung

(face to face) dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka

dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan

penilaian hasil belajar jauh lebih praktis, menghemat waktu dan

tenaga (Anas Sudijono, 2015: 84).

Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang harus

dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket digunakan untuk

mengumpulkan data tentang siswa, baik pada mata pelajaran, proses

(60)

oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

keaktifan belajar sejarah di kelas X-5 SMA Negeri 7 Yogyakarta.

d. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain

yang digunakan untuk mengumpulkan ketrampilan, pengetahuan,

intelegen kemampuan, bakat yang dimiliki untuk individu atau

kelompok (Suharsimi Arikunto, 1991: 123). Tes untuk mengukur

keberhasilan siswa ditinjau dari keguanaannya dibedakan menjadi

tiga macam tes, yaitu: tes diagnosis, tes awal (pre-test) dan tes akhir

(post-test). Ditinjau dari segi bentuknya, tes hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes subjektif (Suharsimi

Arikunto, 1993: 61). Data mengenai hasil belajar siswa ditetapkan

melalui skor atau angka.

1) Tes Awal (Pre Test)

Tes awal dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal dari

siswa sebelum pembelajaran dan dilakukan tindakan.

2) Tes Akhir (Post Test)

Tes akhir dilakukan setelah proses pembelajaran selesai, tes akhir

ini bertujuan untuk mengetahui tingkat belajar siswa dan tingkat

keberhasilan setelah dilakukan tindakan.

e. Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu.

Gambar

Tabel 1. SK dan KD mata pelajaran sejarah SMA Kelas X Semester II
Tabel 2. Indikator dari SK dan KD diatas adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan,  menurut Kemmis dan Taggart
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah melalui kombinasi model kooperatif tipe Teams Games

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Tujuan penelitian ini adalah 1 untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA

Hasil penelitian menunjukkan 1 upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keaktifan belajar dan prestasi belajar pada mata kuliah

Skripsi dengan judul “ Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui metode kooperatif tipe BIDAK pada siswa kelas VII SMPN 2 Ngadirojo Pacitan” merupakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1 kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe RTE berada pada kla- sifikasi baik dan 2 model