• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IIIA SDK Demangan Baru 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar PKn melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD kelas IIIA SDK Demangan Baru 1."

Copied!
393
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IIIA SDK Demangan Baru 1

ABSTRAK Dhesy Novitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara. PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib untuk dipelajari pada semua jenjang pendidikan. Hasil wawancara dan observasi menunjukan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas IIIA di SDK Demangan Baru 1. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (3) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SDK Demangan Baru 1, dengan jumlah subjek penelitian 27 siswa. Materi yang diambil adalah pada Kompetensi Dasar (2.1) Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar dan (2.2) Menyebutkan contoh aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Data dikumpulkan dengan menggunakan Wawancara, Observasi, Tes dan Dokumentasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui enam tahapan dalam STAD. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang masuk dalam kriteria cukup aktif pada indikator (1) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran (2) Keberanian mengungkapkan pendapat (3) Tanggung jawab terhadap tugas. Pada kondisi awal mendapatkan 14,81%, sementara pada siklus I mendapatkan 55,55%, dan pada siklus II mendapatkan 70,37%. Pada prestasi belajar siswa menunjukan bahwa presentase lulus KKM kondisi awal 64,27% siswa yang lulus KKM, sementara pada siklus I mendapatkan 70,07% yang lulus KKM dari 27 siswa dan pada siklus II mendapatkan 96,29%. Prestasi belajar siswa juga menunjukan bahwa rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 77,64, sementara pada siklus I meningkat menjadi 81,81 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 88,89.

(2)

Increasing Activeness and Learning Achievement of Civic Education through Cooperative Learning STAD Type Class IIIA Demangan Baru 1 Elementary

School ABSTRACT Dhesy Novitasari Sanata Dharma University

2015

Education is one of things that influences in developing country. Civics is one of subjects which must be learned in all educationstages. Interview and observation result shows that activeness and civics studies achievement at SDK Demangan Baru 1 class IIIA are still low. The aims of this research are (1) to know the use of cooperative learning with STAD model to improve the activeness and studies achievement of students IIIA with civics subject at SDK Demangan Baru 1, (2) to increase and know the activeness improvement in studying process of students class IIIA at SDK Demangan Baru 1 by using cooperative learning STAD model, (3) to improve and find out improvement of civics studies achievement of students class IIIA SDK Demangan Baru 1 with using cooperative learning STAD model.

The type of this research is class action research. This research was done at SDK Demangan Baru 1, the participants of this research were 27 primary schol students. The materials were taken from basis competency (2.1) Recognize the rulesnthat are done in social environment, and (2.2) Cite examples of rules that apply in the community. Data were collected using interview, observation, test and documentary.

Cooperative learning STAD model is used to increase the activeness and student’s studies who are in active enough criteria in indicator (1) students participation in kearning activity (2) Braveess to express opinions (3) Responsibility for te task. In the beginning, we got 14,81%, whilw in the first cycle got 55,55%, and in the cycle II got 70,37%. In studies achievement of students show that graduating percentage of minimal graduation criteria was 64,27% in the beginning, mean while in cycle I got 70,07% students from 27 students. Who passed the minimal graduation criteria and 96,29% in cycle II. Studies achievement of students also shows that class average increased in the first condition about 77,64, while in cycle I increased be 81,81 and in cycle II also increased be 88,89.

(3)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD KELAS IIIA SDK DEMANGAN BARU 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dhesy Novitasari

NIM : 111134067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR

PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD KELAS IIIA SDK DEMANGAN BARU 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Dhesy Novitasari

NIM : 111134067

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERRSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

♥ Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Hidayah, serta AnugerahNya

dalam kehidupanku

♥ Hidupku sebagai pendidik yang berkualitas

♥ Kedua orang tuaku Bapak Damiri dan Ibu Rini Widiyastuti yang

senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada anaknya baik

dukungan moral maupun materiil serta do’a yang tidak pernah putus demi

kesuksesan hidupku

♥ Kedua adikku Ninda Fabriandari dan Benita Alma Maheswari yang selalu

membantuku dan sekaligus sebagai penyemangat dalam menjalani

hidupku

♥ Simbah putriku Harjo Rubiyem yang tiada henti-hentinya memberikan

do’a dan semangat supaya kelak saya menjadi pendidik yang berkualitas

♥ Dosen-dosenku di Program Studi PGSD Universitas Sanata Dharma yang

senantiasa memberikan bimbingan dan mendidikku supaya menjadi

pendidik yang berkualias

♥ Teman-temanku yang selalu memberikan semangat, dukungan kepada ku

dan sebagai tempat curahan hati dikala menghadapi rintangan

♥ Almamaterku Universitas Sanata Dharma yang telah menuntun ku untuk

(8)

v

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu

kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri (Q.S.

Ar-Ra’d:11)

(9)
(10)
(11)

viii

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Pkn Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Kelas IIIA SDK Demangan Baru 1

ABSTRAK Dhesy Novitasari Universitas Sanata Dharma

2015

Pendidikan merupakan salah satu bagian yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara. PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib untuk dipelajari pada semua jenjang pendidikan. Hasil wawancara dan observasi menunjukan rendahnya keaktifan dan prestasi belajar PKn pada siswa kelas IIIA di SDK Demangan Baru 1. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 (2) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (3) untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas IIIA mata pelajaran PKn SDK Demangan Baru 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di SDK Demangan Baru 1, dengan jumlah subjek penelitian 27 siswa. Materi yang diambil adalah pada Kompetensi Dasar (2.1) Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar dan (2.2) Menyebutkan contoh aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat. Data dikumpulkan dengan menggunakan Wawancara, Observasi, Tes dan Dokumentasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui enam tahapan dalam STAD. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa yang masuk dalam kriteria cukup aktif pada indikator (1) Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran (2) Keberanian mengungkapkan pendapat (3) Tanggung jawab terhadap tugas. Pada kondisi awal mendapatkan 14,81%, sementara pada siklus I mendapatkan 55,55%, dan pada siklus II mendapatkan 70,37%. Pada prestasi belajar siswa menunjukan bahwa presentase lulus KKM kondisi awal 64,27% siswa yang lulus KKM, sementara pada siklus I mendapatkan 70,07% yang lulus KKM dari 27 siswa dan pada siklus II mendapatkan 96,29%. Prestasi belajar siswa juga menunjukan bahwa rata-rata kelas mengalami peningkatan yaitu pada kondisi awal 77,64, sementara pada siklus I meningkat menjadi 81,81 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 88,89.

(12)

ix

Increasing Activeness and Learning Achievement of Civic Education through Cooperative Learning STAD Type Class IIIA Demangan Baru 1 Elementary

School ABSTRACT Dhesy Novitasari Sanata Dharma University

2015

Education is one of things that influences in developing country. Civics is one of subjects which must be learned in all educationstages. Interview and observation result shows that activeness and civics studies achievement at SDK Demangan Baru 1 class IIIA are still low. The aims of this research are (1) to know the use of cooperative learning with STAD model to improve the activeness and studies achievement of students IIIA with civics subject at SDK Demangan Baru 1, (2) to increase and know the activeness improvement in studying process of students class IIIA at SDK Demangan Baru 1 by using cooperative learning STAD model, (3) to improve and find out improvement of civics studies achievement of students class IIIA SDK Demangan Baru 1 with using cooperative learning STAD model.

The type of this research is class action research. This research was done at SDK Demangan Baru 1, the participants of this research were 27 primary schol students. The materials were taken from basis competency (2.1) Recognize the rulesnthat are done in social environment, and (2.2) Cite examples of rules that apply in the community. Data were collected using interview, observation, test and documentary.

Cooperative learning STAD model is used to increase the activeness and student’s studies who are in active enough criteria in indicator (1) students participation in kearning activity (2) Braveess to express opinions (3) Responsibility for te task. In the beginning, we got 14,81%, whilw in the first cycle got 55,55%, and in the cycle II got 70,37%. In studies achievement of students show that graduating percentage of minimal graduation criteria was 64,27% in the beginning, mean while in cycle I got 70,07% students from 27 students. Who passed the minimal graduation criteria and 96,29% in cycle II. Studies achievement of students also shows that class average increased in the first condition about 77,64, while in cycle I increased be 81,81 and in cycle II also increased be 88,89.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat

Tuhan Yang maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.

Penelitian ini ditulis sebagai relisasi untuk memenuhi tugas akhir skripsi. Selain

itu penelitian ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Pendidikan

Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dapat terselesaikan

dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Rohandi Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S. BST., M.A. selaku ketua Program Studi

PGSD Universitas Sanata Dharma.

3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku wakil ketua program Studi PGSD

Universitas Sanata Dharma

4. Drs. P. Wahana, M.Hum. dan Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. selaku dosen

pembimbing I dan II yang telah memberikan waktu, saran, masukan,

dukungan, dan motivasi sejak awal hingga terselesaikanya penyusunan skripsi

ini.

5. Seluruh dosen dan karyawan PGSD yang telah membekali peneliti dengan

berbagai ilmu pengetahuan dan selalu terbuka untuk menyelesaikan kesuitan

(14)

xi

6. Y. Hariyanta S.Pd. selaku kepala SDK Demangan Baru 1 yang telah bersedia

memberi ijin untuk mengadakan penelitian tindakan kelas di kelas IIIA.

7. Ratna Puspitasari S.Pd. selaku guru kelas IIIA SDK Demangan Baru 1 yang

telah bersedia memberikan waktu, tenaga, dan pikiran selama menjadi

pengejar dan membantu dalam pelaksanaan penelitian di kelas.

8. Bapak, Ibu guru dan siswa kelas IIIA SDK Demangan Baru 1 yang telah

memberikan motivasi dan dukungan sehingga penelitian ini terselesaikan.

9. Orang tua tercinta Bapak Damiri dan Ibu Rini Widyastuti, kedua adikku

Nindha Fabriandari dan Benita Alma Maheswari, serta simbahku Harjo

Rubiyem yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan kepada

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini sampai akhir.

10.Sahabat-sahabatku Agustina Ruri H., Idha Hadayani, Aminah Satiti Hadayani,

Oktaviani Chandra D., dan Gangsar Sukaryanta, yang telah memberikan

semangat, tenaga, dan bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.

11.Teman-teman satu payung saya ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan

kerjasamanya.

12.Teman-teman angkatan 2011 yang lain, semoga sukses untuk kita semua.

13.Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

(15)
(16)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN ... vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Pembatasan Masalah ... 11

1.3Perumusan Masalah ... 11

1.4Tujuan Penelitian ... 12

1.5Manfaat Penelitian ... 13

1.6Definisi Operasional ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 16

(17)

xiv

Halaman

2.1.2 Belajar ... 19

2.1.3 Prestasi Belajar ... 20

2.1.4 Pembelajaran Kooperaif ... 22

2.1.5 Model Pembelajaran STAD ... 27

2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan ... 32

2.1.7 Penggunaan Pembelajaran Model STAD ... 35

2.2 Penelitian yang Relevan ... 36

2.3 Kerangka Berpikir ... 39

2.4 Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 46

3.3 Rencana Tindakan ... 47

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.5 Instrumen Penelitian ... 56

3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 60

3.6.1 Validitas ... 60

3.6.2 Reliabilitas ... 82

3.7 Teknik Analisis Data ... 84

3.7.1 Indikator Keberhasilan ... 84

3.7.2 Analisis Data ... 85

3.8 Jadwal Penelitian ... 88

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ... 89

4.2 Hasil Penelitian... 108

4.2.1 Keaktifan ... 108

4.2.2 Prestasi ... 122

(18)

xv

Halaman

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 137

5.2 Keterbatasan ... 139

5.3 Saran ... 140

DAFTAR PUSTAKA ... 141

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis ... 31

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Tim ... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa... 57

Tabel 3.2 Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru ... 58

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sebelum Validasi ... 59

Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sebelum Validasi ... 59

Tabel 3.5 Hasil Validasi Lembar Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa...62

Tabel 3.6 Hasil Validasi Silabus Siklus I ... 64

Tabel 3.7 Hasil Validasi Silabus Siklus II ... 65

Tabel 3.8 Hasil Penghitungan penilaian RPP Siklus I ... 67

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan penilaian RPP Siklus II ... 69

Tabel 3.10 Hasil Penghitungan Penilaian Soal Latihan Siklus I ... 70

Tabel 3.11 Hasil Penghitungan Penilaian Soal Latihan Siklus I ... 72

Tabel 3.12 Hasil Uji Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 75

Tabel 3.13 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I Sesudah Validasi ... 76

Tabel 3.14 Hasil uji validitas soal evaluasi siklus 2... 77

Tabel 3.15 Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II Sesudah Validasi ... 78

Tabel 3.16 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 80

Tabel 3.17 Hasil perhitungan Indeks Kesukaran dan Hasil Penggolongan Item Soal Siklus I ... 80

Tabel 3.18 Hasil perhitungan Indeks Kesukaran dan Hasil Penggolongan Item Soal Siklus II ... 81

Tabel 3.19 Kriteria reliabilitas soal objektif ... 83

Tabel 3.20 Hasil reliabilitas soal objektif siklus I ... 83

Tabel 3.21 Hasil reliabilitas soal objektif siklus II ... 84

Tabel 3.22 Indikator Keberhasilan Keaktifan ... 85

(20)

xvii

Tabel 3.24 Jadwal Penelitian... 88

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 109

Tabel 4.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 111

Tabel 4.3 Rangkuman Penghitungan Turus Keaktifan Siswa Siklus I ... 113

Tabel 4.4 Kriteria Kategori Keaktifan Siklus I ... 114

Tabel 4.5 Hasil Penghitungan Keaktifan Siklus I pada Indikator 1,2,3 ... 114

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 116

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 118

Tabel 4.8 Rangkuman Penghitungan Turus Keaktifan Siswa Siklus II ... 119

Tabel 4.9 Kriteria Kategori Keaktifan Siklus II ... 120

Tabel 4.10 Hasil Penghitungan Keaktifan Siklus II [ada Indikator 1,2,3 .... 120

Tabel 4.11 Hasil Evaluasi Siklus I ... 123

Tabel 4.12 Hasil Evaluasi Siklus II ... 125

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 DiagramPenelitian Lain yang Relevan ... 38

Gambar 3.1 Siklus Model Kemmis & Mc Taggart ... 43

Gambar 4.1 Grafik Hasil Keaktifan Siswa siklus I ... 115

Gambar 4.2 Grafik Hasil Keaktifan Siswa siklus II ... 121

Gambar 4.3 Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa Siklus I & II ... 122

Gambar 4.4 Grafik Presentase Peningkatan Siswa Lulusan KKM ... 126

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas ... 126

Gambar 4.6 Siswa dibagi dalam kelompok secara heterogen ... 129

Gambar 4.7 Guru menjelaskan Lembar Kerja Siswa ... 130

Gambar 4.8 Siswa sedang bekerja dalam tim ... 130

Gambar 4.9 Siswa sedang menempelkan gambar macam-macam norma yang berlaku di masyarakat .... 132

Gambar 4.10 Siswa presentasi hasil dari diskusi kelompok ... 132

Gambar 4.11 Siswa menjadi model ketika guru menjelaskan menggunakan power point ... 133

Gambar 4.12 Siswa sedang mendiskripsikan gambar dari contoh aturan di lingkungan masyarakat ... 134

Gambar 4.13 Guru melakukan tanya jawab kepada salah satu siswa ... 135

Gambar 4.14 Siswa mempresentasikan hasil diskusinya bersama dengan kelompok ... 136

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat keterangan Penelitian

1.1Surat Ijin penelitian dari kampus Universitas Sanata Dharma ... 146

1.2Surat bukti penelitian dari SDK Demangan Baru 1 ... 147

Lampiran 2 Data siswa

2.1 Daftar Nama Siswa Kelas IIIA SDK Demangan Baru 1 ... 149

2.2 Nilai-nilai 3 Tahun Terakhir ... 150

Lampiran 3 Perangkat pembelajaran Keaktifan Sebelum Divalidasi

3.1 Lembar observasi keaktifan sebelum divalidasi ... 155

3.2 Hasil Validasi dari expert judgement ... 156 Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran Silabus, RPP, Soal Latihan Sebelum di

Validasi

4.1Siklus I pertemuan 1

4.1.1 SILABUS ... 159

4.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 161

4.1.3 Lembar Kerja Siswa ... 165

4.1.4 Soal latihan akhir pertemuan... 169

4.1.5 Penilaian ... 170

4.2Siklus I pertemuan 2

4.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 171

4.2.2 Lembar Kerja Siswa ... 175

4.2.3 Soal latihan akhir pertemuan... 183

4.2.4 Penilaian ... 184

4.2.5 Soal evaluasi siklus I ... 185

4.2.6 Kunci jawaban ... 187

4.3Hasil Validasi expert judgement

4.3.1 Validator I ... 183

(23)

xx

4.3.3 Validator III ... 195

4.4Siklus II pertemuan 1

4.4.1 SILABUS ... 198

4.4.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 200

4.4.3 Lembar Kerja Siswa ... 204

4.4.4 Soal latihan akhir pertemuan... 206

4.4.5 Penilaian ... 207

4.5Siklus II pertemuan 2

4.5.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 208

4.5.2 Lembar Kerja Siswa ... 212

4.5.3 Soal latihan akhir pertemuan dan Penilaian ... 213

4.5.4 Soal evaluasi siklus II ... 214

4.5.5 Kunci jawaban ... 216

4.6Hasil Validasi expert judgement

4.6.1 Validator I ... 217

4.6.2 Validator II ... 220

4.6.3 Validator III ... 223

Lampiran 5 Perangkat Pembelajaran Keaktifan Setelah Divalidasi ... 227

Lampiran 6 Perangkat Pembelajaran Silabus, RPP, Soal Latihan Setelah

divalidasi/yang digunakan

6.1Siklus I pertemuan 1

6.1.1 SILABUS ... 230

6.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 232

6.1.3 Lembar Kerja Siswa ... 236

6.1.4 Soal latihan akhir pertemuan... 239

6.1.5 Penilaian ... 240

6.2Siklus I pertemuan 2

6.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 242

6.2.2 Lembar Kerja Siswa ... 246

(24)

xxi

6.2.4 Penilaian ... 255

6.2.5 Soal evaluasi siklus I ... 257

6.2.6 Kunci jawaban ... 259

6.3Siklus II pertemuan 1

6.3.1 SILABUS ... 260

6.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 262

6.3.3 Lembar Kerja Siswa ... 266

6.3.4 Soal latihan akhir pertemuan... 268

6.3.5 Penilaian ... 269

6.4Siklus II pertemuan 2

6.4.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 271

6.4.2 Lembar Kerja Siswa ... 275

6.4.3 Soal latihan akhir pertemuan... 276

6.4.4 Penilaian ... 276

6.4.5 Soal evaluasi siklus II ... 278

6.4.6 Kunci jawaban ... 280

Lampiran 7 Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran

7.1Soal evaluasi siklus I sebelum divalidasi ... 282

7.2Soal evaluasi siklus II sebelum divalidasi ... 286

7.3Hasil pekerjaan siswa soal evaluasi siklus I ... 290

7.4Hasil pekerjaan siswa soal evaluasi siklus II ... 293

7.5Tabulasi uji soal siklus I ... 308

7.6Tabulasi uji soal siklus II ... 309

7.7Hitungan SPSS 16.0 output

7.7.1 Validitas soal siklus I ... 310

7.7.2 Validitas soal siklus II ... 311

7.7.3 Reliabilitas soal siklus I ... 312

7.7.4 Reliabilitas soal siklus II ... 313

7.7.5 r Tabel ... 314

(25)

xxii

7.9Soal evaluasi siklus II setelah divalidasi ... 318

Lampiran 8 Hasil Penelitian

8.1Kualitas proses (keaktifan)

8.1.1 Lembar hasil observasi keaktifan kondisi awal ... 322

8.1.2 Lembar hasil observasi siklus I pertemuan 1 ... 324

8.1.3 Lembar hasil observasi siklus I pertemuan 2 ... 326

8.1.4 Lembar hasil observasi siklus II pertemuan 1 ... 328

8.1.5 Lembar hasil observasi siklus II pertemuan 2 ... 330

8.2Kualitas hasil (Prestasi)

8.2.1 Sampel LKS siklus I pertemuan 1 ... 332

8.2.2 Sampel soal latihan siklus I pertemuan 1 ... 336

8.2.3 Sampel LKS siklus I pertemuan 2 ... 338

8.2.4 Sampel soal latihan siklus I pertemuan 2 ... 344

8.2.5 Sampel evaluasi siklus I ... 346

8.2.6 Sampel LKS siklus II pertemuan 1 ... 350

8.2.7 Sampel soal latihan siklus II pertemuan 1 ... 356

8.2.8 Sampel LKS siklus II pertemuan 2 ... 358

8.2.9 Sampel soal latihan siklus II pertemuan 2 ... 360

8.2.10 Sampel evaluasi siklus II ... 362

(26)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi

operasional.

1.1 Latar Belakang Masalah

Undang Undang no 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 (Kusuma, 2010:10)

menyatakan bahwa ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan

merupakan salah satu bagian yang berpengaruh terhadap perkembangan suatu

negara. Penyelenggaraan pendidikan nasional diharapkan dapat menghasilkan

sumber daya manusia yang berkualitas baik secara pengetahuan, sikap, maupun

ketrampilan. Sekolah sebagai tempat yang disediakan pemerintah dalam

menangani masalah pendidikan di Indonesia bertujuan mengembangkan

keterampilan siswa.

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara siswa

dengan guru serta berbagai sumber pendidikan. Pendidikan adalah pimpinan yang

diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan

(27)

dimaksudkan supaya dapat membimbing dan berkomunikasi dengan siswa sesuai

dengan lingkungan. Komunikasi yang diberikan yaitu pendidikan, pengajaran,

latihan serta bimbingan. Komunikasi antara siswa dan guru yang dikembangkan

dari segi afektif yaitu nilai-nilai, sikap, minat, motivasi, disiplin diri, kebiasaan,

dll, (Sukmadinata, 2007:24). Berlangsungnya pendidikan didukung oleh

keberadaan siswa dan tenaga pengajar (guru). Guru memegang kendali dalam

melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Proses pembelajaran di kelas

dilaksanakan oleh guru. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai

fasilitator, nantinya dapat dihasilkan siswa (output) yang berkualitas.

Suasana belajar dan proses pembelajaran dalam kelas dijelaskan oleh

(Hamzah, 2012:75), yaitu suasana yang semestinya tercipta dalam proses

pembelajaran adalah siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam

pembelajaran. Pendapat Hamzah diperjelas dengan pendapatnya (Suyono dan

Hariyanto, 2011:11), yang berpendapat bahwa praktik pembelajaran di sekolah

harus menciptakan suasana yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan

(PAKEM). Suasana ini harus tetap terjaga untuk mendapatkan hasil yang

maksimal. Siswa sebagai peserta didik dituntut harus bisa bekerja dengan aktif

dan menghasilkan prestasi yang baik. Sejalan dengan yang dikatakan oleh (Utami,

2010:23), bahwa PAKEM adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang efektif

karena dapat membentuk otonomi diri siswa. Proses belajar mengajar adalah suatu

kegiatan interaksi antara pendidik yang melaksanakan tugas mengajar dan anak

didik yang melaksanakan kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan

(28)

penyampaian pesan berupa materi pelajaran melainkan penamaan sikap dan nilai

pada diri siswa yang belajar.

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib untuk dipelajari pada semua jenjang pendidikan. Tujuan dari

pembelajaran PKn adalah untuk membentuk sikap, watak, dan kepribadian

seseorang. (Darmadi, 2010:34), menyatakan bahwa “Pendidikan

Kewarganegaraan berupaya untuk membentuk anak didik menjadi warga negara

yang baik dan bertanggung jawab dan mau serta mampu mengenalkan pancasila

dan UUD 45”. PKn banyak mengandung nilai-nilai pendidikan yang apabila

diajarkan menurut cara yang tepat akan lebih bermakna bagi siswa dan akan

diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, tapi apabila diajarkan

dengan cara yang salah maka hanya akan menjadi hafalan semata oleh siswa.

Proses pembelajaran PKn juga bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab; berpikir secara kritis, rasioal,

dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat dan bernegara, (Winataputra dan Budimansyah,

2012:75).

Menurut (Kusuma, 2010:47) bahwa untuk dapat mewujudkan tujuan PKn

tersebut, maka diperlukan suatu proses pembelajaran secara langsung dalam kelas,

seharusnya menciptakan suasana pembelajaran yang benar-benar mengaktifkan

siswa. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa yang dijelaskan oleh (Zaini,

2008:114) yaitu bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk

(29)

dalam proses pembelajaran atau menerima materi dari pengajar, ada

kecenderungan siswa mudah sekali melupakan materi yang diterimanya dari

pengajar, sedangkan dalam pembelajaran aktif siswa diajak untuk turut serta

dalam proses pembelajaran baik mental juga fisik. Cara ini biasanya siswa akan

merasakan suasana yang lebih menyenangkan, sehingga hasil belajar juga dapat

dimaksimalkan.

Menurut (Uno, 2012:220) bahwa “di sekolah saat ini ada indikasi bahwa pola

pembelajaran bersifat teacher centered. Kecenderungan pembelajaran ini

mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran

sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak optimal. Sejalan dengan (Winataputra

dan Budimansyah, 2012:132) bahwa implementasi PKn dalam kelas belum

maksimal. Implementasi pembelajaran PKn yang belum maksimal terlihat dari

pengelolaan kelas yang belum mampu menciptakan suasana yang kondusif dan

produktif. Suasana yang kondusif dan produktif ini, sangat diperlukan untuk

memberikan pengalaman belajar siswa, melalui keterlibatanya secara pro aktif dan

interaktif. Keterlibatan secara pro aktif dan interaktif yang diharapkan adalah

proses baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Keterlibatan

yang tidak pro aktif, akan berakibat pada miskinnya pengalaman belajar untuk

pengembangan kehidupan dan perilaku siswa.

Implementasi pembelajaran PKn yang belum maksimal sesuai dengan yang

diungkapkan oleh (Winataputra dan Budimansyah, 2012:132), terjadi pada proses

pembelajaran PKn di SDK Demangan Baru 1. Berdasarkan observasi yang

(30)

Oktober 2014. Kelas IIIA terdapat 27 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13

perempuan. Peneliti melakukan observasi langsung ke dalam kelas IIIA SDK

Demangan Baru 1 untuk mengamati proses pembelajaran PKn. Observasi

langsung dilakukan peneliti untuk mengamati subjek atau hal yang akan diteliti.

Peneliti mengamati berbagai aktivitas kegiatan siswa yang menunjukan

indikator-indikator keaktifan menggunakan lembar observasi keaktifan. Indikator keaktifan

pada lembar observasi keaktifan ditentukan peneliti yang berdasarkan pendapat

dari beberapa ahli, yaitu (Sudjana, 2007:61) dan Mc Keachie dalam (Yamin,

2007:77). Indikator-indikator keaktifan yang diamati seperti (1) siswa

berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, meliputi : interaksi antar siswa satu

dengan siswa yang lain, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru,

membaca sumber belajar serta mencatat informasi penting, (2) siswa berani dalam

mengungkapkan pendapat dan siswa berani dalam mengungkapkan pertanyan, (3)

siswa bertanggungjawab terhadap tugas, meliputi : turut serta dalam mengerjakan

tugas kelompok dan saling mengingatkan dalam mengerjakan tugas kelompok

yang diberikan guru saat proses pembelajaran PKn. Selain melakukan observasi

terhadap aktivitas-aktivitas siswa, peneliti juga mengobservasi bagaimana cara

guru menyampaiakan materi pembelajaran PKn untuk mengetahui cara guru

mengajar.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SDK Demangan Baru1,

pada proses pembelajaran PKn yang terjadi sudah menggunakan metode yang

cukup baik, yaitu anak mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru,

(31)

guru meminta siswa agar mencatat informasi penting tentang materi, tetapi hanya

5 siswa saja yang mencatat. Waktu proses pembelajaran guru juga sudah berusaha

membuat siswanya menjadi aktif dengan bertanya jawab tentang materi dan

mengkaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Guru memancing keaktifan siswa

dengan memberikan pertanyaan kepada perseorangan misalnya “ Magnis,

sebutkan aturan aturan yang ada di sekolah” pada saat itu siswa menjawab

pertanyaan akan tetapi siswa yang lain sibuk atau asik dengan kegiatan yang lain.

Magnis pun setelah menjawab, dia kemudian sibuk dengan urusannya sendiri. Di

kelas belum terjadi kerjasama yang baik antar siswanya, kerjasama dalam hal

memahami materi dan kerja dalam kelompok.

Siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, keberanian siswa

dalam mengungkapkan pendapat dan tanggung jawab siswa terhadap tugas, siswa

berani dalam mengungkapkan pendapat dan siswa berani mengungkapkan

pertanyaan dalam proses pembelajaran, siswa yang betanggung jawab terhadap

tugas maka didapatkan hasil dari observasi peneliti tentang keaktifan siswa ada 4

siswa yang aktif dalam ketiga indikator keaktifan dari jumlah 27 siswa dengan

presentase 14,81%.

Selain observasi, peneliti juga melakukan tanya jawab kepada guru kelas IIIA

SDK Demangan Baru 1 (komunikasi pribadi, 3 Oktober 2014). Hasil wawancara

kepada guru kelas IIIA memberikan informasi tentang kesulitan belajar siswa

mata pelajaran PKn adalah siswa tidak mempunyai pandangan yang jelas tentang

materi pada mata pelajaran PKn. Menurut guru tersebut, “ mata pelajaran PKn

(32)

siswa kurang mengerti atau siswa kurang sadar kalau materi PKn itu sudah

mereka lakukan setiap harinya dan ada di lingkungan sekitar mereka. Peran

orang tua juga sebenarnya sangat penting, akan tetapi karena orang tua sibuk

dengan pekerjaanya, maka tidak ada kesadaran orang tua untuk memberikan

pendidikan tambahan ke pada anaknya. Anak menjadi kurang paham lebih dalam

tentang materi-materi PKn, padahal materi itu ada di sekitar mereka.”

Saat jam istirahat peneliti juga berkesempatan bertanya jawab kepada siswa

kelas IIIA mengenai proses pembelajaran PKn di kelas IIIA (komunikasi pribadi,

3 Oktober 2014). Peneliti bertanya “dek kamu suka pelajaran PKn?”, jawab siswa

aku ngak suka mbak, soalnya banyak menghafal.” Selain bertanya kepada siswa,

peneliti juga bertanya kepada guru untuk memperkuat keterangan yang diberikan

siswa, (komunikasi pribadi, 3 Oktober 2014) guru mengatakan bagaimana proses

pembelajaran PKn “siswa kurang antusias terhadap mata pelajaran PKn,

sehingga mereka kadang asik sendiri dengan urusan masing-masing. Kadang

saya juga merasa sedih karena kurang antusias siswa yang saya ajar. Kadang

setelah dijelaskan siswa mengerti, akan tetapi hari berikutnya atau minggu

berikutnya siswa sudah lupa dengan materi yang dipelajari (kurang bermakna).

Penjelasan tentang proses pembelajaran PKn dan hasil tanya jawab di atas

mengindikasi bahwa proses pembelajaran PKn belum mencapai tujuan yang

ditentukan. Siswa masih kesulitan memahami materi dan kurang peka terhadap

pembelajaran. Siswa juga kurang aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan

(33)

nilai-nilai prestasi belajar siswa dan jumlah siswa yang lulus Kriteria Kelulusan

Minimal (KKM) pada mata pelajaran PKn masih kurang.

Data-data yang peneliti peroleh, menunjukkan prestasi belajar siswa pada

mata pelajaran PKn selama tiga tahun terakhir atau dari tahun ajaran 2012/2013

sampai tahun ajaran 2014/2015 masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah

KKM. KKM di SDK Demangan Baru 1 setiap tahunnya mengalami kenaikan

sampai tahun 2014 yaitu dari 72 sampai 75. Dokumen nilai Tes Kendali Mutu

(TKM) semester I tahun 2012/2013 dengan KKM 72 menunjukan bahwa dari

jumlah 33 siswa masih ada 13 siswa atau sebesar 39,39% siswa yang mendapat

nilai di bawah KKM. Rata-rata kelasnya pada TKM semester I tahun 2012/2013

adalah 74,24. Sementara nilai UTS semester I tahun 2013/2014 dengan KKM 73

menunjukan bahwa dari 26 siswa masih ada 8 siswa atau sebesar 30,76% siswa

yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas pada UTS semester I tahun

2013/2014 adalah 79,65. Selanjutnya, nilai UTS semester I tahun 2014/2015

dengan KKM 75 menunjukan bahwa dari 27 siswa masih ada 10 siswa atau

sebesar 37,03% siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Rata-rata kelas pada

UTS semester I tahun 2014/2015 adalah 79,03. Maka rata-rata untuk keseluruhan

nilai siswa yang sudah mencapai KKM atau melebihi KKM selama 3 tahun

terakhir sebesar 64,27% dan nilai rata-rata kelas pada mata pelajaran PKn selama

3 tahun terakhir sebesar 77,64.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 3

Oktober 2014, menunjukan bahwa proses pembelajaran PKn belum mencapai

(34)

Budimansyah, 2012:75). Siswa hanya sebatas mengetahui materi pelajaran,

kemudian lupa dan tidak memanfaatkan materi PKn tersebut dalam kehidupan

sehari-hari di masyarakat. Siswa juga kurang terlibat aktif saat proses

pembelajaran di kelas. Kondisi kurang aktifnya siswa terlihat saat berpartisipasi

dalam kegiatan pembelajaran, saat siswa berani dalam mengungkapkan pendapat

dan pertanyaan, siswa bertanggung jawab terhadap tugas. Oleh karena itu,

keaktifan dalam proses pembelajaran PKn di kelas IIIA masih rendah. Seperti

yang jelaskan oleh (Suyono dan Hariyanto, 2011:11 ) keaktifan belajar siswa yang

rendah terlihat dari data keaktifan kondisi awal, mengakibatkan prestasi belajar

siswa rendah juga. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh (Zaini, 2008:114) ketika

siswa pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat

melupakan apa yang telah diberikan.

Menurut (Hamzah, 2012:311), untuk mendapatkan hasil proses pendidikan

yang maksimal, tentunya diperlukan pemikiran yang kreatif dan inovatif. Inovasi

dalam pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan prestasi ke arah yang

maksimal dan meghasilkan siswa-siswa yang kreatif dan inovatif. Inovasi ini

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan, strategi

pembelajaran, dan metode pembelajaran. Pendekatan yang inovatif diantaranya

adalah contextual teaching dan learning (CTL) dan cooperative learning. Sejalan

dengan penjelasan di atas, (Triono, 2009:8) menyatakan bahwa apabila kita ingin

meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan

(35)

yang berbasis KTSP sangat diperlukan pembelajaran-pembelajaran yang

bervariatif.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme

yang lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky. Penelitian Piaget yang pertama

dikemukakan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran anak, (Ratna dalam

Rusman, 2013: 201). Pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) merupakan

bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai

enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut (Rusman, 2013:213), Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan

kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab

kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Seperti yang diungkapkan oleh

(Suyatno, 2009:52) ciri-ciri pembelajaran tipe STAD, yaitu kelas terbagi dalam

kelompok kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota yang

heterogen, dan belajar dengan metode pembelajaran kooperatif dan prosedur kuis.

Pengadaan kuis diakumulatif menjadi nilai kelompok namun anggota lain dalam

kelompok tidak diperbolehkan membantu temannya dalam proses pengerjaan

kuis. Terakhir memberikan penghargaan tim. Dengan adanya penghargaan tim

tersebut, mendorong kualitas masing-masing siswa supaya lebih maju dan

mendapatkan nilai yang lebih baik supaya kelompoknya juga mengalami

(36)

Student Teams Achievement Division (STAD) diharapkan dapat meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengadakan penelitian

tindakan kelas PTK dengan judul “PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD KELAS IIIA SDK DEMANGAN BARU 1”. Penggunaan model pembelajaran koorperatif tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar PKn siswa

kelas III SD Kanisius Demangan Baru 1.

1.2 Pembatasan Masalah

Peneliti berfokus pada meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa PKn

siswa SD, dengan melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) siswa kelas IIIA SDK Demangan Baru 1 pada

Standar Kompetensi 2 Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat dan

menggunakan Kompetensi Dasar 2.1 Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitar dan Kompetensi Dasar 2.2 Menyebutkan contoh aturan yang berlaku di lingkungan masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada di atas peneliti merumuskan

masalah sebagai berikut :

1.3.1 Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student

(37)

keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran PKn siswa kelas IIIA

SDK Demangan Baru 1, tahun 2014/2015?

1.3.2 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan belajar mata pelajaran PKn siswa kelas IIIA SDK Demangan Baru 1, tahun 2014/2015?

1.3.3 Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PKn siswa kelas IIIA SDK Demangan Baru 1, tahun 2014/2015?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam

upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar mata pelajaran

PKn siswa kelas IIIA m PKn SDK Demangan Baru 1, tahun

2014/2015.

1.4.2 Untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan keaktifan belajar

mata pelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas

(38)

1.4.3 Untuk meningkatkan dan mengetahui peningkatan prestasi belajar

mata pelajaran PKn melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas

IIIA SDK Demangan Baru 1, tahun 2014/2015.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, siswa, sekolah,

dan dunia pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran.

1.5.1 Bagi sekolah

Memberikan informasi tentang keberhasilan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

dalam menyampaikan mata pelajaran PKn.

1.5.2 Bagi guru

Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif

yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

1.5.3 Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam

mempelajarai mata pelajaran PKn menggunakan model pembelajaran

(39)

1.6 Definisi Operasional

Batasan pengertian untuk menghindari kesalahpahaman terhadap makna judul

penelitian. Beberapa istilah yang perlu diberi batasan pengertian, diantaranya :

1.6.1 PKn (Pendidikan Kewarganegaraan)

PKn adalah salah satu mata pelajaran wajib untuk siswa sekolah dasar

yang memfokuskan pada pembentukan nilai dalam berhubungan dengan

sesama dan pengenalan nusantara.

1.6.2 Keaktifan belajar

Keaktifan belajar berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk.

Keaktifan disini diartikan sebagai kegiatan aktif dalam pembelajaran yang

meliputi aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif mencatat hal hal penting,

dan aktif mencari sumber sumber belajar untuk menggunakan pendapat.

1.6.3 Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah suatu hasil yang dicapai oleh individu atas

kemampuanya pada bidang tertentu yang dinyatakan dalam bentuk nilai

dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

1.6.4 Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah siswa-siswa yang bekerja

dalam kelompok untuk mengerjakan suatu tugas yang diberikan oleh guru

atau mencari penyelesaian terhadap suatu masalah atau pun untuk

(40)

1.6.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement

Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif untuk

pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan

tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu angota.

(41)

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II memuat tentang landasan teori, penelitian yang relevan, kerangka

berpikir, dan hipotesis tindakan.

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Keaktifan Belajar

2.1.1.1Pengertian Keaktifan Belajar

Menurut (Yamin, 2007:82), belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk

membangun pengetahuan dalam dirinya. Proses pembelajaran terjadi perubahan

dan peningkatan mutu kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan siswa, baik

dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Sejalan dengan (Sanjaya,

2009:101) aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga

ditentukan aktivitas oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual, dan

emosional.

Menurut (Yamin, 2007: 2) bahwa, belajar aktif merupakan perkembangan

dari teori Dewey Learning by Doing. Dewey menyatakan bahwa siswa perlu

terlibat dan berpartisipasi secara spontan. Keinginan siswa akan hal-hal yang

belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam suatu proses

pembelajaran. Guru hendaknya menjadi fasilitator dalam proses pembelajaran,

yang membantu memudahkan siswa dalam pembelajaran dan sebagai narasumber

serta pengelola yang mampu merancang pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Siswa menjadi terlibat dalam proses belajar bersama guru, karena siswa

(42)

menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan. Siswa juga dibimbing untuk memiliki

keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang pernah

diterimanya pada hal-hal atau masalah baru yang diterimanya.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dapat disimpulkan

dalam proses belajar siswa sudah dapat dikatakan akif, ketika siswa mau belajar

dengan penuh semangat dan berusaha, akan tetapi juga didukung dengan peran

seorang guru untuk menciptakan keaktifan siswa. Seorang guru hendaknya

menciptakan keaktifan siswa agar pembelajaran menjadi bermakna. Pembelajaran

akan menjadi bermaka jika dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki oleh

siswa. Guru memfasilitasi siswa agar dapat aktif berproses dalam membangun

pengetahuanya sendiri. Jadi keaktifan merupakan segala kegiatan siswa proses

pembelajaran dan dipertanggung jawabkan sendiri.

2.1.1.2Indikator Keaktifan Belajar

Menurut (Sudjana, 2010:61) bahwa pembelajaran yang aktif dalam proses

pembelajaran adalah turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat

dalam memecahkan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila

tidak memahami persoalan yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melatih diri dalam

pemecahan masalah, dan menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang

diperolehnya. (Mc Keachie dalam Yamin, 2007:77) juga mengemukakan 7 aspek

terjadinya keaktivan siswa yaitu, 1. partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan

(43)

siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar

siswa, 4. penerimaan (acceptance) guru terhadap perbuatan atau kontribusi siswa

yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah, 5. kekompakan kelas sebagai

kelompok belajar, 6. kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan

kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses

pembelajaran, 7. pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa,

baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, peneliti

merumuskan indikator keaktifan sebagai berikut : 1. Partisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran dibagi ke dalam a. interaksi antar siswa satu dengan siswa

yang lain, b. mendengarkan penjelasan dari guru, c. memperhatikan penjelasan

dari guru, d. membaca sumber belajar, e. mencatat informasi penting. 2.

Keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat dan pertanyaan dibagi ke

dalam a. mengungkapkan pendapat berdasarkan keinginan dari dalam diri b.

mengungkapkan pertanyaan berdasarkan keinginan dari dalam diri 3.

Tanggungjawab siswa terhadap tugas, a. Turut serta dalam mengerjakan tugas

kelompok, b. saling mengingatkan dalam mengerjakan tugas kelompok.

2.1.1.3Pengaruh Keaktifan Belajar Terhadap Proses Belajar Siswa

Menurut (Yamin, 2007:77) mengatakan bahwa keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang

dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan

(44)

hakekatnya adalah proses dimana seseorang melakukan kegiatan secara sadar

untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap

pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan

belajar berpengaruh terhadap proses belajar siswa.

Proses pembelajaran yang ada di lingkungan sekolah, adalah merupakan

serangkaian proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru sebagai

fasilitator dapat membuat siswa aktif, merespon pembelajaran, berfikir kritis, dan

memecahkan masalah yang diberikan pada saat pembelajaran. Adanya

keterlibatan siswa terhadap pembelajaran maka tujuan akhir yang sudah

dirancang oleh guru akan tercapai. Kerjasama antara guru dan siswa akan terlihat

dengan keaktifan yang terjadi dalam diri siswa menyikapi proses pembelajaran.

2.1.2 Belajar

Menurut (Slameto, 2010:2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. (Morgan dalam Suprijono, 2009:2) juga berpendapat bahwa

belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari

pengalaman. Hal ini juga sejalan dengan pendapat yang diungkapkan oleh

(Winkel dalam Syah, 2002:90), menyatakan bahwa belajar adalah perolehan

perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan

pengalaman, misalnya seorang siswa dapat menulis tegak bersambung dengan

(45)

pendapat (Suyono dan Herianto, 2011:59) belajar adalah terjadinya interaksi

antara stimulus dan respon, sehingga terjadi perubahan tingkah laku hal ini hasil

dari pengalaman. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dengan cara berinteraksi

dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan tingkah laku seseorang sebagai

hasil dari pengalamannya.

2.1.3 Prestasi Belajar

2.1.3.1Pengertian Prestasi Belajar

Menurut (KBBI, 2008:1001) prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari

yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). Prestasi belajar merupakan penguasaan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran,

lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. (Winkel

dalam Imron, 1996:89) mengungkapkan bahwa prestasi belajar adalah bukti

keberhasilan usaha yang dicapai seseorang setelah memperoleh pengalaman

belajar atau mengalami sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,

prestasi belajar adalah keberhasilan yang dicapai atau diperoleh dari seseorang

yang telah melakukan usaha setelah melakukan sesuatu yang hasilnya dapat

dilihat dalam bentuk nilai atau catatan keberhasilan yang telah dicapai. Catatan

(46)

2.1.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut (Dimyati Mahmud, 1989:84) faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

meliputi motivasi dan keyakinan sedangkan, faktor eksternal meliputi

kemampuan. Selain itu faktor internal terdapat tambahan yaitu takut gagal dan

takut sukses. Takut gagal yang berupa perasaan cemas seperti menempuh ujian,

memperlajari sesuatu yang baru dapat mengganggu keberhasilan dalam

berprestasi. Murid-murid yang merasa sangat sanggup selama menepuh ujian akan

memperoleh hasil yang lebih buruk dari pada mereka yang tenang dan santai.

Takut sukses merupakan perasaan-perasaan negatif terhadap terhadap prestasi.

Disamping motif-motif tersebut, ada faktor-faktor yang juga memainkan peranan

dalam berprestasi. Faktor yang dimaksud adalah persepsi seseorang terhadap

prestasinya. Hal ini berkait dengan kombinasi empat faktor yaitu: kemampuan,

usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan atau nasib baik.

Selain faktor internal, faktor eksternal juga terdapat tambahan yaitu faktor

situasional. Banyak perbedaan dalam prestasi akademik (prestasi bukan dalam

pekerjaan) bukan disebabkan oleh perbedaanya lingkungan tempat kemampuan

dan motif itu ditunjukan. Lingkungan sekolah misalnya: gedung, perpustakaan,

suasana kelas, kualitas dan penghasilan guru-guru, selain itu, bukan lingkungan

sekolah saja tetapi juga lingkungan yang lain, seperti kualitas lingngan keluarga,

ada tidaknya televisi, kamus, ensiklopedi dan sebagainya, sangat berkait dengan

tingkat prestasi akademik siswa. Prestasi belajar adalah pengetahuan atau

(47)

dalam kehidupan sehari-hari dan penilainnya berupa angket atau kuesioner dan

hasilnya berupa skor.

2.1.3.3Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Manusia selalu mengejar suatu prestasi atau hasil usaha menurut aktivitas

yang dilakukan dan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing yang akan

memberikan kepuasan tertentu pada diri manusia khususnya yang berada di

lingkungan sekolah. Adapun fungsi dari prestasi belajar menurut (Ariffin, 1990:3)

yaitu :

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan

yang telah dikuasai oleh siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang hasrat ingin tahu.

3) Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan.

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif

2.1.4.1Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Rusman, 2013:204) cooperative learning merupakan teknik

pengelompokan yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang di

dalamnya terdapat tujuan yang sama. Hal senada juga di ungkapkan oleh

(Sugiyanto, 2010:37) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran

yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Sejalan dengan

(48)

pembelajaran dengan cara bekerja kelompok untuk bekerjasama saling membantu,

mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan kelompok kecil mampu

memaksimalkan siswa dalam bekerjasama dan mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model kegiatan pembelajaran yang dibuat untuk mendidik siswa

dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran dengan cara bekerja di dalam

kelompok kecil, dalam setiap kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

2.1.4.2Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif walaupun prinsip dasar

pembelajaran kooperatif ini tidak berubah, jenis-jenis model pembelajaran

tersebut, (Rusman, 2013:213) adalah sebagai berikut;

1) Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah model

pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur

yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk

pembelajaran individu anggota.

2) Tipe Jigsaw

Tipe Jigsaw adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya

dengan isilah puzzle yaitu sebuah teka teki menyusun potongan

gambar. Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengabil pola cara

(49)

3) Group Investigation (investigasi kelompok)

Tipe Group Investigation (investigasi kelompok) merupakan

pembelajaan kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa

bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, perencanaan, proyek dan

diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka

kepada kelas.

4) Tipe Make a Match (membuat pasangan)

Tipe Make a Match (membuat pasangan) penerapan metodel ini

dimulai dengan teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang

merupakan jawaban / soal sebelum batas waktunya, siswa mencocokan

diberi poin.

5) Tipe Teams Gaes Tournamens (TGT)

Tipe Teams Games Tournamens (TGT) siswa memainkan permainan

dengan anggota anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim

mereka masing masing.

Model struktural menurut (Spencer dan Miguel Kagan dalam Rusman,

2013:225) bahwa terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran

kooperatif tipe pendekatan struktural, keenam komponen itu adalah sebagai

berikut struktural dan konstruk yang berkaitan, pinsip-prinsip dasar, pembentukan

kelompok, dan pembentukan kelas, kelompok, tata kelola, dan keterampilan

(50)

2.1.4.3 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Johson dan Johnson, 1994 dan Sutton, 1990 dalam Trianto,

2010:60), terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Saling ketergantungan

Belajar kelompok siswa merasa mereka sedang bekerjasama untuk

mencapai satu tujuan. Seorang siswa tidak akan mencapai

keberhasilan, jika semua anggota kelompok tidak mencapai

kesuksesan. Siswa akan merasa bahwa dirinya adalah bagian dari

kelompok dan mempunyai tugas terhadap keberhasilan kelompok.

2) Interaksi siswa yang saling mengikat

Siswa saling memberikan bantuan untuk memahami materi. Hal ini

berlangsung secara alami karena siswa berusaha kelompok mereka

menjadi kelompok yang terbaik dari kelompok lain. Proses belajar

seperti ini dapat menimbulkan belajar kooperatif yang sangat baik

bagi siswa karena siswa mampu saling bertukar pendapat mengenai

masalah yang sedang dipelajari.

3) Tanggung jawab individual

Tanggung jawab siswa dalam belajar kelompok adalah membantu

teman yang mengalami kesulitan dan siswa tidak hanya sekedar

(51)

4) Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil

Proses belajar mengajar, siswa dituntut untuk menyampaikan

gagasan, meyampaikan materi, dan berinteraksi dengan anggota

kelompok.

5) Proses kelompok

Proses kelompok dapat berjalan jika anggota kelompok saling

mendiskusikan pelajaran dengan baik, proses yang baik adalah

mengarahkan siswa untuk meperoleh tujuan yang diharapkan.

2.1.4.4Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Trianto, 2010:57) tujuan pokok pembelajaran kooperatif adalah

untuk meningkatkan prestasi akademik siswa, baik individu maupun kelompok.

Keterampilan kerjasama antara siswa dapat dibentuk atau diajarkan dalam

pembelajaran kooperatif, (Rusman, 2013:210). Berdasarkan dua pengertian diatas

dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah memaksimalkan

belajar siswa secara berkelompok dimana siswa saling bekerjasama,

berkolaborasi, dan menerima keragaman pendapat untuk mendapatkan

pemahaman, baik yang berguna meningkatkan prestasi belajar siswa baik secara

individu maupun kelompok secara optimal.

2.1.4.5Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Zamroni dalam Trianto, 2010:57) mengemukakan manfaat

penerapan pembelajaran kooperatif adalah berguna untuk mengurangi

(52)

untuk mencapai kepentingan bersama, sehigga solidaritas antar siswa dapat

terbangun. (Sejaan dengan Trianto dalam Rusman, 2013:202) dengan belajar

berkelompok siswa mendapatkan kesempatan untuk aktif mengemukakan

pendapatnya dan teman lain mampu menilai pandangan mereka sendiri. Manfaat

pembelajaran kooperatif, dapat disimpulkan adalah meningkatkan nilai kognitif,

afektif, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengemukakan

pendapat dan solidritas dengan anggota kelompok.

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)

2.1.5.1Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

Menurut (Rusman, 2013:213) bahwa Model pembelajaran Kooperatif

Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan suatu metode

generik tentang pengaturan kelas dan bukan pengajaran komprehensif untuk

subyek tertentu, guru menggunakan pelajaran dan materi mereka sendiri. Variasi

pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Menurut (Suyatno, 2009: 2)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) adalah model pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan

kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab

kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan menurut tingkat

(53)

Berdasarkan beberapa pengertian tentang Model Pembelajaran

Kooperatife Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) peneliti dapat

menyimpulkan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) adalah model pembelajaran kooperatif, yang siswa

dibuat secara berkelompok dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Proses

pembelajaran guru memberikan materi kepada setiap kelompok dan

masing siswa harus bertanggung jawab terhadap pemahaman materi, dari

masing-masing siswa yang paham dengan maetri, maka tanggung jawab atas keberhasilan

kelompok pasti akan baik.

2.1.5.2Langkah langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)

Menurut (Rusman, 2013:215) langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) adalah sebagai

berikut:

1) Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan dan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2) Pembagian kelompok

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dimana setiap

kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas

(keberagaman kelas dalam prestasi akademik, gender/jenis kelamin,

(54)

3) Prestasi dari guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu

menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan

tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru

memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di

dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi,

pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang

diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan

serta cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru

menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kelompok, sehingga

semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi.

Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan

bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini

merupakan ciri terpenting dari STAD

5) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang

materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi

hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara

individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk

(55)

sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor

batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya

sesuai dengan tingkat kesulitan siswa

6) Penghargaan prestasi tim

Setelah pelaksanaan kuis guru memeriksa hasil kerja siswa dan

diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian

penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru

dengan melakukan: menghitung skor individu, menghitung skor

kelompok, pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.

2.1.5.3Penghargaan Prestasi Tim

Setelah melakukan kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim,

kemudian berikan penghargaan berbentuk sertifikat atau penghargaan lainnya

untuk tim yang mendapat skor tertinggi (Slavin dalam Rusman, 2013: 159)

1) Poin kemajuan

Sebelum memulai menghitung skor kemajuan, guru melakukan

penilaian pertama kepada siswa. Hal ini, bertujuan untuk memperoleh

skor awal. Setelah mendapatkan skor awal, guru melakukan kuis dan

memberikan poin berdasarkan keberhasilan kuis yang didapatkan siswa.

Berikut cara penilaian berdasarkan tingkat kuis dapat dilihat pada tabel

(56)

Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis 5 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

2) Skor tim

Menurut (Rusman, 2013: 216) skor kelompok dihitung dengan

membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok dengan cara

menjumlahkan semua skor perkemangan individu anggota kelompok

dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan

perkembngan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam

tabel 2.2.

Tabel 2.2: Perhitungan Perkembangan Skor Tim

No Rata-rata Skor Kualifikasi

1 0 ≤ N ≤ 5

-2 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team) 3 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang sangat baik (Great Team) 4 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

Kriteria ini bukanlah kriteria yang bersifat tetap, namun kita

diperbolehkan untuk mengubah kriteria di tabel 2.2

3) Penghargaan kelompok

“Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru

memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya” (Rusman, 2011:216). Salah satu bentuk

Gambar

Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis Skor Kuis
Tabel 3.2: Kisi-kisi Panduan Wawancara Guru Indikator Deskripsi
Tabel 3.6: Hasil Validasi Silabus Siklus I Skor
Tabel 3.7: Hasil Validasi Silabus Siklus II Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kromatogram Gambar 15 memperlihatkan bahwa secara kuantitatif produk isomerisasi eugenol dengan radiasi gelombang mikro tanpa pelarut lebih besar daripada menggunakan

Sedangkan dari sisi mediasi, dalam konteks UMKM hasil penelitian ini juga mendukung penelitian hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Newbert et al., (2008) bahwa

Metode evaluasi yang digunakan berdasarkan Kualitas dan Biaya, dimana untuk Evaluasi Kualitas dilakukan terhadap Penawaran File I meliputi administrasi dengan

Hubungan Jenis Kelamin, Pendidikan, Kursus Perpajakan dengan Pemahaman .... Pemahaman Kewajiban Perpajakan Wajib Pajak Orang

Hal ini disebabkan karena mesin yang digunakan adalah mesin CNC prototyping dengan resolusi software 0,01 mm/step, sedangkan resolusi software untuk mesin CNC

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

Hasil analisa menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menunjukkan bahwa zeolit alam Karangnunggal yang diaktivasi dengan H 2 SO 4 dapat digunakan untuk menyerap Fe 3+

10 Melakukan proses transformasi obyek tiga dimensi pada scene TumozMatrix yang merupakan hasil gabungan transformasi pada seluruh scene. Menampilkan transformasi dan