• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Genetika Dalam Pemuliaan Ternak 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Genetika Dalam Pemuliaan Ternak 2"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

•Dasar pewarisan sifat pada ternak

•Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak

(2)

Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya

yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi

madura. Demikian juga anaknya yang kita harapkan

adalah mirip dengan kedua orang tuanya.

Dengan

demikian

ada

sifat-sifat

baka

yang

diturunkan oleh kedua orang tua kepada anaknya.

Sifat baka ini diwariskan dari generasi ke generasi.

Materi yang membawa sifat keturunan itu di sebut

(3)

Tubuh ternak terdiri dari berjuta-juta sel. Sel tidak

dapat dilihat dengan mata telanjang tapi harus

dilihat dengan bantuan mikroskop. Didalam sel

terdapat inti sel dan didalam inti sel terdapat

kromosom.

(4)

Kromosom

didalam

inti

selalu

berpasangan.

Pasangan kromosom tersebut disebut kromosom se

homolog.

Sel yang mempunyai inti dimana kromosom tersebut

berpasangan disebut diploid (2n),

sedangkan

apabila

dalam

sel

tersebut

hanya

terdapat setengah jumlah kromosom maka disebut

haploid (n).

(5)

Kromosom dapat dibedakan menjadi:

1. Kromosom tubuh (Autosom)

2. Kromosom kelamin (Sex)

(6)

Penentuan jenis kelamin pada ternak mamalia dan

unggas berbeda.

Pada ternak mamalia misalnya sapi, domba, dan

kambing, ternak betina terdapat kromosom XX,

sedangkan pada ternak jantan XY.

(7)

Untuk mempertahankan kehidupan, sel mengalami

pembelahan.

Ada dua macam pembelahan sel:

1. pembelahan mitosis

2. pembelahan miosis

(8)

Pembelahan miosis biasanya terjadi pada sel kelamin.

Jumlah kromoson yang dihasilkan adalah haploid

(n). Sel ini disebut sel kelamin atau sel gamet.

Pada ternak jantan sel gamet disebut sperma dan

pada ternak betina disebut sel telur.

Ternak jantan dan betina menghasilkan sel kelamin

yang jumlah kromosomnya haploid (n).

(9)
(10)

Suatu sifat pada ternak mungkin dipengaruhi oleh

banyak gen. Pengaruh keseluruhan dari gen-gen

pada suatu individu disebut

genotip

.

Genotip bisa disebut juga sebagai komposisi genetik

dari suatu individu yang berhubungan dengan

seluruh alel atau gen-gen yang dimilikinya.

(11)
(12)

Contoh: Bila ada sepasang allel A1 dan A2. Allel

pada suatu individu selalu berpasangan. Jika pada

suatu individu muncul allel A1 dan A1 atau A2 dan

A2

maka

individu

tersebut

disebut

individu

homozigot

.

(13)

Allel-allel dalam kromoson selalu berinteraksi dalam

mengekspresikan sifat sifatnya.

Interaksi allel-allel ini dapat kita bedakan menjadi:

1. Interaksi allel-allel pada kromosom yang sehomolog

2. Interaksi allel dengan allel lain pada kromosom

yang tidak sehomolog [epistasis]

3. Aksi gen-gen aditif

Untuk kelompok 1 dan 2 disebut

ekspresi GEN NON

ADITIF

(14)
(15)
(16)

Contoh: Alel C pada sapi bisa menyebabkan warna

bulu merah. Alel pasangannya menyebabkan warna

kulit

bulu

putih.

Alel

pada

individu

selalu

berpasangan. Dengan demikian ada 3 kemungkinan

alel tersebut berpasangan :

(1) CC

(2) Cc

(17)

Pasangan-pasangan alel tersebut disebut genotip,

sedangkan warna bulu yang bisa dilihat dari luar

disebut fenotip.

Sapi ber genotip CC berwarna merah.

Sapi bergenotip cc berwarna putih.

(18)

Jika fenotip Cc berwarna merah, C disebut dominan

lengkap.

Jika Cc berwarna merah tua, C disebut over

dominan.

Jika Cc berwarna rose, C disebut dominan tidak

lengkap/ intermediate.

Contoh 2 yaitu:

Sifat pertandukan

TT dan Tt

memunculan sifat tidak bertanduk

tt

muncul bertanduk.

(19)

Warna kulit sapi FH (dominan lengkap)

(20)

Disamping berinteraksi dengan alel pada kromosom

yang sehomolog, alel dapat juga berinteraksi dengan

alel lain pada kromosom yang tidak sehomolog.

Interaksi ini disebut Epistatis.

(21)
(22)

 Soal:

 Pada penyilangan gandum berkulit biji hitam (HHkk) dengan

gandum berkulit biji kuning (hhKK), ternyata 100% pada F1 berkulit biji hitam. Tentukan rasio fenotif F2-nya?

 Penyelesaian:

 P1 : HHkk (biji hitam) >< hhKK (biji kuning)

 Gamet : Hk hK

 F1 : HhKk (biji hitam) [artinya: H epistasis terhadap

K / k

(23)

HK Hk hK hk

HK HHKK (biji hitam)

HHKk (biji hitam)

HhKK (biji

hitam) HhKk (biji hitam)

Hk HHKk (biji

hitam) HHkk (biji hitam) HhKk (biji hitam) Hhkk (biji hitam)

hK HhKK (biji

hitam) HhKk (biji hitam)

hhKK (biji kuning)

hhKk (biji kuning)

hk HhKk (biji hitam) Hhkk (biji hitam) hhKk (biji

kuning) hhkk (putih)

(24)

EPISTASIS

merupakan interaksi antar gen yang bukan

pasangannya (gen yg berada pada lokus yang

berbeda). Nisbah fenotip pd epistasis biasanya tidak

sesuai dengan hasil yg diperoleh oleh Mendel.

Interaksi beberapa gen, dimana gen yang bersifat

menutup disebut (epistasis) dan gen yang bersifat

tertutupi (hipostasis).

Epistasis

hipostasis pertama kali ditemukan oleh

Nelson dan Ehle.

Interaksi gen bisa berupa gen-gen dominan (epistasis

dominan),

dan

jika

interaksi

terjadi

(25)

 EPISTASIS DOMINAN

 ~ hasil temuan: Hasil persilangan warna kulit gandum hitam dengan warna kuning

(26)

K : kuning, k : hijau

P :Epistasis, p : tidak mengalahkan

EPISTASIS RESESIF

(27)

Berdasarkan persilangan di atas, gen yang bersifat

menutup disebut epistasis, sedangkan gen yang

bersifat tertutupi disebut hipostasis,

sehingga perbandingan fenotip untuk epistasis

dominan = kulit hitam : kulit kuning : kulit putih = 12

: 3 : 1.

(28)

Dua alel mungkin mempunyai kekuatan yang sama

sehingga fenotip yang terbentuk dalam keadaan

heterozigot adalah diantara kedua induknya yang

homozigot. Aksi ini disebut aksi gen aditif.

(29)

Ekspresi gen aditif tidak menampakan perbedaan

fenotip yang mencolok sebagaimana ekspresi gen

non aditif

Dicontohkan beberapa pasang gen mempengaruhi

suatu sifat yang dapat diukur, mis bobot badan

Setiap gen besar memberikan kontribusi sebesar 10

unit bobot bdn, sedangkan gen kecil 5 unit.

(30)

Genotif yang lain

AABBCcDd

akan

mengekspresikan

bobot

bdn

sebesar 60 + 10 = 70.

(31)

Sejak abad ke 19, seorang ilmuwan Austria Groger

Johan Mandel melakukan berbagai percobaan pada

kacang ercis guna menyelidiki penurunan sifat.

(32)

Ada dua hal penting dari hasil percobaan Mandel :

1. Hukum segregasi ( pemisahan ) dari alel.

(33)

Hukum 1: Pemisahan Alel.

Hukum ini menyatakan bahwa

(34)

Hukum 2:

Setelah

alel-alel

berpisah,

alel-alel

tersebut

mempunyai

kebebasan

memilih

pasangan

jika

terjadi perkawinan.

(35)

Anak akan menerima satu alel dari sel kelamin

bapaknya (sperma) dan satu alel dari sel kelamin

induknya (sel telur).

Dengan demikian sianak akan memperoleh ½ sifat

dari bapaknya dan ½ dari induknya.

(36)

Dominan lengkap

Misalkan warna bulu pada sapi Fries Holand

-

ada yang belang putih hitam dan

-

ada yang belang putih merah.

Setiap warna dipengaruhi oleh satu alel. Belang putih

hitam adalah dominan terhadap belang putih merah.

Alel untuk belang putih hitam diberi simbol H,

belang putih merah diberi simbol h.

(37)

Ada 3 kemungkinan kombinasi genotip pasangan

alel itu pada kromosom yang sehomolog.

Tiga kemungkinan kombinasi pasangan kromosom

sehomolog untuk alel H dan h.

- Genotip HH disebut homozygot dominan

- Genotip hh disebut homozygot resesif

(38)

Fenotip ternak tergantung pada tingkat dominasi.

Disini H dominan terhadap h.

Jadi ternak yang bergenotip HH dan Hh akan

berwarna belang putih hitam, dan

(39)

Kalau ternak yang bergenotip HH kawin dengan hh

maka anak yang akan lahir sebagai berikut :

Ternak yang bergenotip HH akan membentuk satu

macam gamet yaitu H saja.

Demikian juga ternak yang bergenotip hh akan

membentuk satu macam gamet h saja.

„Anak

yang akan genotip Hh atau seluruh turunan

pertamanya (F1 atau Filial1) akan berwarna belang

putih hitam. Genotip anak pada F2 nya adalah: 1

(40)

Intermediate.

Intermediate terjadi jika alel yang dominan tidak

menutup penuh alel resesifnya, sehingga banyaknya

fenotip akan sebanding dengan genotipnya.

Contoh : Pada sapi Shorthorn ditemukan warna merah

dan putih. Hasil perkawinan dari kedua warna sapi

tersebut menghasilkan anak [F1]berwarna roan

( merah kelabu ).

(41)

 Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari

(42)

untuk mempelajari pola pewarisan sifat

tertentu pada manusia jelas tidak mungkin

dilakukan percobaan persilangan. Pola

pewarisan sifat pada organisme-organisme

semacam itu harus dianalisis menggunakan

(43)

Mempelajari

mekanisme

pewarisan

sifat

pada

kelompok ternak yang besar yaitu populasi

Populasi ternak : suatu sekelompok ternak dari

bangsa/species yg sama pada suatu tempat/daerah

tertentu, dimana antar anggota kelompok tsb saling

kawin

Perbedaan individu dengan populasi:

1.

Tempat dan lingkungan

2.

Umur dan waktu

(44)

Diasumsikan ternak mempunyai:

Gen yang diploid (2 N)

Bereproduksi seara biseksual (jantan dan betina)

Setiap individu ternak mempunyai 2 lokus untuk setiap pasang gen.

(45)

Sebagai contoh, di dalam populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe, yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase 3 genotipe tsb akan menggambarkan susunan genetik populasi tempat mereka berada.

Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, dapat didefinisikan bahwa frekuensi genotipe adalah proporsi atau % individu di dalam suatu

populasi yang tergolong ke dalam genotipe

(46)

Frekuensi suatu gen ditandai dengan huruf p, dan

aleL nya dengan huruf q

Frekuensi gen R =p =Jumlah gen R/jumlah seluruh

gen R dan r

(47)

Frekuensi genotipe= Jumlah ternak bergenotipe

tertentu/jumlah seluruh ternak

(48)

Dalam suatu populasi ternak 150 ekor sapi

Shorthorn terdiri:

90 ekor warna merah (dikendalikan sepasang gen

homozigot dominan)

50 ekor warna roan (heterozigot)

10 ekor warna putih (homozigot resesif)

(49)

Jumlah frekuensi alel di dalam populasi akan tetap

seperti frekuensi awal dengan syarat: populasi

besar,kawin acak, tidak ada mutasi, tidak ada

migrasi dan tidak ada seleksi alam ( semua genotipe

mempunyai kesempatan yang sama dalam

keberhasilan reproduksi

Proporsi gentipe pada generasi yang akan datang

akan bernilai sama seperti generasi

terdahulu/sebelumnya

(50)

ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan

seorang ahli Fisika Jerman W. Weinberg

secara terpisah mengembangkan model

matematika yang dapat menerangkan proses

pewarisan tanpa mengubah struktur

genetika di dalam populasi.

menyatakan bahwa jumlah frekuensi alel di

(51)

Frekuensi alel (gen) dan genotipe dalam populasi

Jika dalam populasi terdapat 2 alel pada lokus

tunggal, alel dominan D dan alel resesif d, jika

frekuensi alel dominan dilambangkan dengan p,

maka frekuensi alel resesif dilambangkan dengan q

Maka p + q = 1

Pada reproduksi seksual, frekuensi setiap macam

gamet sama dengan frekuensi alel dalam populasi.

Jika gamet berpasangan secara acak, maka peluang

frekuensi homozigot DD= p², peluang frekuensi

(52)

Contoh paling sederhana dapat terlihat pada

suatu lokus tunggal beralel ganda: alel yang

dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a.

Kedua frekuensi alel tersebut ditandai p dan q

secara berurutan;

freq(A) = p; freq(a) = q; p + q = 1

Apabila populasi berada dalam kesetimbangan,

maka freq(AA) = p2 untuk homozigot AA dalam

populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan

freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot.

Jadi, freq genotip diharapkan pd generasi

(53)
(54)

 Untuk mempelajari pola pewarisan sifat pada tingkat

populasi terlebih dahulu perlu difahami pengertian populasi dalam arti genetika atau lazim disebut juga populasi Mendelian. Populasi mendelian ialah

sekelompok individu suatu spesies yang bereproduksi secara seksual, hidup di tempat tertentu pada saat yang sama, dan di antara mereka terjadi perkawinan

(interbreeding) sehingga masing-masing akan

(55)

Deskripsi susunan genetik suatu populasi mendelian

dapat diperoleh apabila kita mengetahui macam

genotipe yang ada dan juga banyaknya

masing-masing genotipe tersebut. Sebagai contoh, di dalam

populasi tertentu terdapat tiga macam genotipe,

yaitu AA, Aa, dan aa. Maka, proporsi atau persentase

genotipe AA, Aa, dan aa akan menggambarkan

(56)

 Adapun nilai proporsi atau persentase genotipe tersebut

dikenal dengan istilah frekuensi genotipe. Jadi, frekuensi genotipe dapat dikatakan sebagai proporsi atau

persentase genotipe tertentu di dalam suatu populasi. Dengan perkataan lain, dapat juga didefinisikan bahwa frekuensi genotipe adalah proporsi atau persentase

individu di dalam suatu populasi yang tergolong ke dalam genotipe tertentu. Pada contoh di atas jika

(57)

Susunan genetik suatu populasi ditinjau dari

gen-gen yang ada dinyatakan sebagai frekuensi gen-gen,

atau disebut juga frekuensi alel, yaitu proporsi atau

persentase alel tertentu pada suatu lokus. Jika kita

gunakan contoh perhitungan frekuensi genotipe

tersebut di atas, maka frekuensi alelnya dapat

dihitung sebagai berikut.

(58)

Karena di dalam tiap individu AA terdapat dua buah

alel A, maka di dalam populasi yang mempunyai 30

individu AA terdapat 60 alel A. Demikian juga,

karena tiap individu Aa membawa sebuah alel A,

maka populasi yang mempunyai 50 individu Aa akan

membawa 50 alel A. Sementara itu, pada individu aa

dengan sendirinya tidak terdapat alel A, sehingga

(59)
(60)

Hubungan matematika antara frekuensi genotipe

dan frekuensi alel

Seandainya di dalam suatu populasi terdapat

genotipe AA, Aa, dan aa, masing-masing dengan

frekuensi sebesar P, H, dan Q, sementara diketahui

bahwa frekuensi alel A dan a masing-masing adalah

p dan q, maka antara frekuensi genotipe dan

frekuensi alel terdapat hubungan matematika

sebagai berikut.

p = P + ½ H dan q = Q + ½ H

(61)

 Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai

hubungan tersebut, kita perhatikan contoh perhitungan berikut ini.

 Data frekuensi golongan darah sistem MN pada orang Eskimo

di Greenland menurut Mourant (1954) menunjukkan bahwa frekuensi golongan darah M, MN, dan N masing-masing

sebesar 83,5 %, 15,6%, dan 0,9% dari 569 sampel individu. Kita telah mengetahui pada Bab II bagian alel ganda bahwa genotipe golongan darah M, MN, dan N masing-masing

adalah IMIM, IMIN, dan ININ. Maka, dari data frekuensi

(62)

 Hasil perhitungan frekuensi alel dapat digunakan untuk

menentukan sifat lokus tempat alel tersebut berada. Suatu lokus dikatakan bersifat polimorfik jika frekuensi alelnya yang terbesar sama atau kurang dari 0,95.

Sebaliknya, suatu lokus dikatakan bersifat monomorfik jika frekuensi alelnya yang terbesar melebihi 0,95. Jadi, pada contoh golongan darah sistem MN tersebut lokus yang ditempati oleh alel IM dan IN adalah lokus

(63)

 Hukum Keseimbangan Hardy-Weinberg

Populasi mendelian yang berukuran besar sangat memungkinkan terjadinya kawin acak (panmiksia) di

antara individu-individu anggotanya. Artinya, tiap individu memiliki peluang yang sama untuk bertemu dengan

(64)

Di samping kawin acak, ada persyaratan lain yang

harus dipenuhi bagi berlakunya hukum

(65)

Oleh karena frekuensi genotipe zigot telah

didapatkan, maka frekuensi alel pada populasi zigot

atau populasi generasi keturunan dapat dihitung.

Fekuensi alel A = p2 + ½ (2pq) = p2 + pq = p (p + q)

= p. Frekuensi alel a = q2 + ½ (2pq) = q2 + pq = q (p

+ q) = q. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa

(66)

Referensi

Dokumen terkait

Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kegiatan dan aktifitas siswa dalam pembelajaran dan mengamati kegiatan guru

Medan Tembung juga menunjukkan bahwa kader masih melakukan kesalahan dalam. menginterpretasikan hasil penimbangan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk anorganik, kotoran sapi serta kombinasi kotoran sapi dan pupuk hijau dengan komposisi yang berbeda-beda tidak

Perawatan sapi induk dan anak sapi harus dilakukan secara rutin, yaitu dengan cara: (1) Memandikan sapi sebanyak dua kali dalam satu minggu; (2) Membersihkan

 Fluida panas bumi muncul ke permukaan dengan cepat. (&gt;

Panggabean, HimpunanPutusan Mahkamah Agung Mencapai Perjanjian Kredit Perbankan(Berikut Tanggapan), Jilid 1, (Bandung : Penerbit PT. Sebagai perbandingan, Pasal

Berdasarkan indeks keragaman (H’) yang dihubungkan dengan kualitas perairan, kualitas air pada danau sekitar Muara Sungai Jembatan Dua, muara Sungai Koyabo

Setelah perencanaan matang baik dari segi kebutuha Q ´WHQDJD VSHVLDOLVµPDXSXQ GDUL VHJL SHQGDQDDQ PDND WDKDSDQ VHODQMXWQ\D DGDODK proses perekrutan tenaga yaitu dengan