• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KERINCI ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KERINCI ARTIKEL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DAN

PAJAK REKLAME BERDASARKAN PERATURAN

DAERAH NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KERINCI

ARTIKEL

NOBEL PEBRIAN SONNY

NPM. 1310018412001

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

EFFECTIVENESS OF TAX COLLECTION RESTAURANTS AND ADVERTISEMENT TAX BASED ON REGIONAL

REGULATIONS ACT NUMBER 21 OF 2011 ON REGIONAL TAX IN KERINCI DISTRICT

Nobel Pebrian Sonny1, Sanidjar Pebrihariati R1, Nurbeti1

1

Law Departement of Postgraduate Program Bung Hatta University E-mail : pebrian.nobel@yahoo.co.id

ABSTRACT

Regional Tax is a source of revenue that have contributed in financing government and regional development and to encourage economic growth. in district Kerinci taxpayer compliance in paying taxes area is still lacking The problems discussed are: Firstly, how the implementation the collection of tax restaurant and advertisement tax based on Regional Regulation act Number 21 of 2011 on regional tax in Kerinci district?. Second, how degree of compliance taxpayer Restaurants and advertisement tax on restaurant tax payment and advertisement tax based on Regional Regulation act Number 21 of 2011 on regional tax in Kerinci district ?. Third, how the application of sanctions on taxpayer Restaurants and advertisement tax that do not pay tax restaurant and advertisement tax based on Regional Regulation act Number 21 of 2011 on regional tax in Kerinci district?. This research is a socio legal research. This study uses primary data and secondary data with qualitative analysis. The results showed: First, the Regional Tax Collection in Kerinci district implemented by the Department of Revenue, Finance and Asset Management, starting with the registration, collection, determination, payment and tax collection. Secondly, Compliance Taxpayers pay Local Taxes payable in Kerinci district is still lacking. Third, sanctions applied by the tax officers to the taxpayer who does not pay tax obligations in Kerinci district has not been effective.

(3)

EFEKTIVITAS PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN DAN PAJAK REKLAME BERDASARKAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KERINCI

Nobel Pebrian Sonny1, Sanidjar Pebrihariati R1, Nurbeti1

1

Program Studi Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta E-mail : pebrian.nobel@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pajak Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah serta mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Di Kabupaten Kerinci kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar Pajak Daerah masih kurang. Permasalahan yang dibahas adalah: Pertama, bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak restoran dan pajak reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci?. Kedua, bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame terhadap pembayaran Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci?. Ketiga, bagaimana penerapan sanksi terhadap Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame yang tidak membayar Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci?. Penelitian ini adalah penelitian yuridis sosiolois. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dengan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, Pemungutan Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset, dimulai dengan pendaftaran, pendataan, penetapan, pembayaran dan penagihan pajak. Kedua, Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayarkan Pajak Daerah terutang di Kabupaten Kerinci masih kurang. Ketiga, Sanksi yang diterapkan oleh petugas pajak terhadap Wajib Pajak yang tidak membayar kewajiban perpajakannya di Kabupaten Kerinci belum efektif.

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, meningkatkan harkat dan martabat rakyat untuk menjadi manusia seutuhnya. Demikian juga Negara Republik Indonesia sebagai Negara merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Pembangunan di segala bidang dilakukan untuk membentuk masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan bangsa Indonesia, sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia IV, yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan suatu Negara memerlukan dana yang tidak sedikit, kebutuhan untuk pembangunan sifatnya proporsional dan disesuaikan

dengan kebutuhan

pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh melalui berbagai cara yang kesemuanya diharapkan dapat memperkuat sektor keuangan negara dalam hal ini adalah sektor Pajak.

Pajak merupakan

sumber pendapatan Negara

dan sumber utama penerimaan Negara yang berperan sebagai sumber pendapatan (budgetary function) yang utama dan juga sebagai alat pengatur (regulatory function) yang sangat penting bagi penyelengaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional sehingga pemerintah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah satu pewujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana dalam pembiayaan Negara dalam pembangunan nasional guna tercapainya tujuan Negara. Penting dan strategisnya peran serta sektor

perpajakan dalam

penyelenggaraan pemerintah dapat dilihat pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) setiap tahun yang disampaikan pemerintah, yaitu terjadinya peningkatan persentase sumbangan Pajak dari tahun ke tahun.

(5)

Uang Pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari Pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan Pajak bagi suatu daerah menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Melihat dari fenomena tersebut dapat dilihat bahwa pentingnya Pajak bagi suatu daerah, terutama dalam menyokong pembangunan daerah itu sendiri merupakan pemasukan dana yang sangat potensial karena besarnya penerimaan Pajak akan meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk, perekonomian dan stabilitas politik. Dalam pembangunan suatu daerah, Pajak memegang peranan penting dalam suatu pembangunan.

Tanpa Pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Begitupun dengan daerah, seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk mengelola perpajakannya. Penggunaan uang Pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, kantor polisi

dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari Pajak.

Pajak daerah memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah karena Pajak daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan pendapataan asli daerah dan juga mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah. Kriteria Pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria Pajak

secara umum, yang

membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak umum yang memungut adalah pemerintah pusat, sedangkan

Pajak daerah yang

memungutnya adalah

pemerintah daerah.

Sebagai implementasi dari otonomi daerah maka daerah dapat memungut Pajak daerah yang diatur dengan Undang-Undang. Dalam tatanan peraturan perundang-undangan di tingkat daerah maka yang memiliki prosedur pembuatan yang sama dengan Undang-Undang adalah Peraturan Daerah. Pasal 95 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

menentukan : “Pajak ditetapkan

dengan Peraturan Daerah”

(6)

ketentuan Pajak dan retribusi daerah dengan jelas agar mau memenuhi kewajibannya dengan penuh tanggung jawab.

Sebagai tindak lanjut dari amanat ketentuan Pasal 95 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2009

tentang Pajak daerah dan retribusi daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten Kerinci telah menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci

Nomor 21 Tahun 2011

Tentang Pajak Pajak Daerah sebagai dasar pemungutan Pajak daerah di Kabupaten Kerinci.

B. R

umusan Permasalahan

1. B

agaimana pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci ?

2. B

agaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame terhadap pembayaran Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci ?

3. B

agaimana penerapan sanksi terhadap Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame yang tidak membayar Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011

tentang Pajak Daerah di Kabupaten Kerinci ?

C.

etode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis empiris/sosiologis (socio legal research), yaitu penelitian berupa studi-studi empiris mengenai proses terjadinya dan bekerjanya hukum di dalam masyarakat (penelitian non doktrinal) dengan menggunakan bahan hukum primer dan hukum sekunder.

Pendekatan yuridis empiris/sosologis hukum adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat. Pendekatan sosiologi hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu suatu metode penelitian yang menjabarkan fakta-fakta, yang diperoleh sebagaimana adanya dan dianalisis dengan teori-teori yang relevan. Deskriptif analitis berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam konteks teori-teori mengenai mekanisme pemungutan Pajak daerah dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang-undangan perpajakan terutama Pajak daerah.

(7)

A. P elaksanaan Pemungutan Pajak

Restoran dan Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci.

Dasar hukum yang digunakan oleh Bidang Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Kerinci untuk melakukan pemungutan Pajak Reklame dan Pajak Restoran di Kabupaten Kerinci dari tahun 2010 sampai sekarang berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah dan Peraturan Bupati Kerinci Nomor 20 Tahun 2012 Tentang Dasar Perhitungan Nilai Sewa Reklame.

Kegiatan pemungutan Pajak Restoran dan Pajak Reklame yang dilakukan oleh Bidang Pajak Dan Retribusi Daerah DPPKA Kabupaten Kerinci dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. P

endaftaran dan Pendataan Untuk mengetahui jumlah potensi penerimaan Pajak yang ada di Kabupaten Kerinci, Bidang Pajak dan Retribusi Daerah Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)

Kabupaten Kerinci

melakukan pendaftaran dan pendataan terhadap semua objek Pajak daerah yang ada di Kabupaten Kerinci. Setiap Subjek Pajak yang memiliki objek Pajak yaitu usaha

Restoran dan

penyelenggaraan Reklame yang ada di wilayah Kabupaten Kerinci wajib mendaftarkan usahanya kepada DPPKA Kabupaten Kerinci, untuk kemudian ditetapkannya Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) bagi setiap Objek Pajak oleh petugas pajak. Pendaftaran dan Pendataan objek Pajak adalah suatu kegiatan mendaftarkan dan mendata Objek Pajak baru maupun Objek Pajak yang lama dan juga sebagai kegiatan pembaharuan data apabila data yang disampaikan dahulu tidak sesuai lagi dengan keadaan sekarang. Kegiatan ini bertujuan untuk megetahui apakah objek pajak tersebut sudah termasuk kategori wajib pajak atau hanya sebagai objek pajak saja.

Setelah dilakukan pendaftaran dan pendataan, jika objek pajak tersebut sudah memenuhi syarat sebagai wajib pajak, maka petugas pajak memberikan NPWPD kepada objek pajak tersebut. NPWPD tersebut berfungsi sebagai tanda pengenal objek pajak dalam menyetorkan pajak terutang.

(8)

perundang-undangan Pajak daerah untuk menjadi wajib Pajak daerah atau belum. Untuk Wajib Pajak Restoran, subjek pajak yang akan ditetapkan tersebut harus memiliki objek pajak yang nilai penjualannya melebihi Rp.5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) setiap bulan. Jadi kalau suatu usaha Restoran yang penjualannya perbulan tidak melebihi angka tersebut, Restoran tersebut bukan sebagai wajib Pajak melainkan hanya sebagai subjek dan objek Pajak.

Khusus untuk Pajak Reklame yang dipasang dalam wilayah Kabupaten Kerinci, selain menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak Daerah, para wajib Pajak juga harus mengajukan

permohonan izin

penyelenggaraan Reklame secara tertulis kepada Kepala

Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten

Kerinci. Setiap

penyelenggaraan Reklame tersebut wajib mempunya izin dari Instansi yang berwenang dalam hal ini Kepala DPPKA.

Setiap pemohon izin penyelenggaraan Reklame wajib mengisi formulir yang telah disediakan oleh DPPKA dengan dilampiri persyaratan, masing-masing rangkap 2 (dua), yaitu sebagai berikut:

1) F

oto kopy Kartu Tanda Penduduk

pemohon/identitas diri yang sah;

2)

ntuk pemasangan Reklame di lokasi tanah persil wajib melampirkan surat persetujuan dari pemilik tanah dan dketahui oleh tetangga yang berbatasan langsung;

3)

oto lokasi pemasangan Reklame;

4)

ambar situasi/denah lokasi yang jelas posisi titiknya dilengkapi keterangan: a)

ama toko/kantor/tanah kosong/lain-lain

dibelakangnya; dan b)

arak dengan

jembatan/simpang jalan.

5)

ambar desain Reklame yang akan dipasang (objek Reklame);

6)

urat pernyataan tanggung jawab sepenuhnya terhadap segala resiko yang diakibatkan oleh penyelenggaraan Reklame; dan

7)

urat pernyataan bersedia memindahkan Reklame sebelum berakhirnya masa izin, apabila pada lokasi tersebut akan digunakan untuk pembangunan oleh pemerintah/pemerintah daerah.

(9)

tahun, dikarenakan objek pajak tersebut selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun, kadang mengalami peningkatan jumlah objek Pajak namun juga terkadang mengalami penurunan jumlah objek Pajak. Hal itu menyebabkan perlu dilakukannya pendataan objek Pajak setiap tahunnya oleh petugas dari Pajak dari DPPKA Kabupaten Kerinci dalam hal ini dilakukan oleh Bidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dari hasil pendaftaran dan pendataan pada tahun 2014 oleh petugas pajak, diperoleh data objek pajak restoran sebanyak 57 (lima puluh tujuh) objek pajak dan 217 (dua ratus tujuh belas) objek pajak reklame di Kabupaten Kerinci.

b. P

enetapan

Untuk Pajak Restoran di Kabupaten Kerinci dibayar dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) setelah wajib pajak melengkapi persyaratan yang telah ditentukan oleh Instansi

Pemungutan Pajak.

Penetapan Pajak Restoran tidak diserahkan sepenuhnya kepada wajib Pajak, tetapi juga dibantu oleh petugas pajak. Wajib Pajak hanya perlu membawa Kwitansi atau bon penjualan (bill), tetapi tanpa perhitungan Pajak. Untuk penetapan jumlah pajak yang harus dibayarkan atau terutang ditetapkan oleh petugas pajak DPPKA Kabupaten Kerinci

dalam hal ini adalah Bidang Pajak dan Retribusi Daerah. Berdasarkan kwitansi atau bon penjualan (bill) yang disampaikan oleh wajib Pajak, Bidang Pajak dan Retribusi Daerah DPPKA

Kabupaten Kerinci

menetapkan Pajak Restoran yang terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Dengan kata lain pemungutan pajak restoran di Kabupaten Kerinci menggunakan sistem

Official assessment system.

Sedangkan untuk Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci juga dipungut dengan menggunakan sistem Official assessment system, yaitu suatu sistem pemungutan Pajak yang memberi wewenang kepada pemungut Pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya Pajak yang harus dibayar (Pajak yang terutang) oleh seseorang. Wajib pajak reklame hanya mendaftarkan objek pajak reklamenya kepada petugas pajak dengan syarat dan ketentuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kemudian dihitung jumlah pajak yang terutang oleh petugas pajak dengan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) untuk dibayarkan oleh wajib pajak reklame tersebut.

(10)

digunakan sebagai alat penetapan besaran Pajak terutang yang harus dibayarkan oleh setiap wajib Pajak kepada kas daerah adalah Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) yang ditandatangani oleh Kepala DPPKA atau pejabat yang ditunjuk.

c. Pembayaran

Pembayaran Pajak harus dilakukan sekaligus dan lunas. Pembayaran dapat dilakukan di Bank yang telah ditunjuk oleh pemerintah daerah (Bank Jambi) atau Wajib Pajak yang langsung melakukan pembayaran Pajak kepada bendahara penerima DPPKA untuk diberikan tanda bukti pembayaran Pajak dan dicatat dalam buku penerimaan daerah. Hal ini dilakukan oleh bendahara penerima DPPKA sebagai petugas yang ditunjuk untuk mencatat dan mengeluarkan bukti pembayaran Pajak daerah yang sudah dibayarkan oleh setiap wajib Pajak. Dengan demikian, jumlah pembayaran dan penerimaan Pajak daerah akan dengan mudah terpantau oleh Dinas Pengelola Pendapatan Daerah.

Khusus untuk Satuan kinerja Perangkat Daerah

(SKPD) Pemerintah

Kabupaten Kerinci yang melakukan kegiatan rapat dinas atau sebagainya yang di dalam kegiatan tersebut memesan makanan dan minuman dari suatu Restoran juga dikenakan Pajak Restoran sebesar 10%

(Sepuluh Persen). Pajak tersebut bisa langsung dibayarkan di Restoran tempat pembelian dengan meminta bukti penyetoran Pajak Restoran berupa Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) ataupun dengan dibayarkan langung di Dinas pemungut Pajak Restoran yaitu DPPKA Kabupaten Kerinci. Dalam menetapkan besarnya jumlah Pajak Restoran terutang yang harus dibayarkan oleh setiap kegiatan di lingkup SKPD dalam Kabupaten Kerinci, wajib melampirkan bon penjualan (bill) berupa kwitansi pembelian makanan dan minuman sebagai syarat untuk diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang kemudian digunakan untuk pedoman besarnya jumlah Pajak Restoran terutang yang harus dibayarkan ke kas daerah dan kemudian mendapatkan bukti pembayaran Pajak berupa Surat Setoran Pajak Daerah.

(11)

Rekening Pajak Reklame adalah 4.1.1.04.

Pembayaran Pajak

dilakukan dengan

menggunakan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). Kepada setiap wajib Pajak yang telah melunasi Pajak terutang diberikan tanda bukti pembayaran Pajak yaitu Surat Tanda Bukti Pembayaran (STBP) dengan nomor seri yang berbeda dan ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang. Sedangkan untuk bukti penyetoran ke kas daerah adalah Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).

d. Penagihan

Apabila Pajak Restoran dan Pajak Reklame yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, Kepala DPPKA akan melakukan tindakan penagihan pajak. Penagihan Pajak dilakukan terhadap Pajak terutang dalam bentuk

STPD dan SKPDKB.

Penagihan Pajak Restoran dan Pajak Reklame terlebih dahulu dilakukan dengan memberikan surat teguran atau surat peringatan sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan Pajak. Surat teguran atau surat peringatan dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran Pajak dan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Kepala DPPKA. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis diterima, Wajib

Pajak harus melunasi Pajak yang terutang.

Dari sekian banyak Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci yang dilakukan penagihan oleh petugas pajak (fiskus) hanya sebagian saja Wajib Pajak yang mentaati atau mematuhi peraturan tentang keharusan atau kewajiban membayar Pajak, selebihnya selalu melanggar ketentuan peraturan dengan alasan yang bermacam-macam. Hal tersebut justru dapat menimbulkan masalah sosial sesama Wajib Pajak seperti iri dan ikut-ikutan tidak mau membayar Pajak. Dimana Wajib Pajak yang taat membayar Pajak akan mengikuti apa yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang tidak taat membayar Pajak. Dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Restoran dan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 21 Tahun 2011 di Kabupaten Kerinci belum efektif dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

(12)

menumpuk piutang Pajak yang harus dibayarkan tanpa pemberian sanksi kepada wajib pajak sebagai upaya hukum yang membuat efek jera terhadap Wajib Pajak yang tidak membayar Pajak Restoran dan Reklame terutang seperti Penyitaan, Pelelangan, Pencabutan Izin Usaha dan Sebagainya. Sedangkan denda dan bunga hanya dikenakan pada saat wajib pajak membayar pajaknya saja dan itupun hanya dikenakan sebanyak 2% (dua persen) saja tanpa melihat jangka waktu tunggakan pajak.

Dalam melakukan penagihan pajak restoran dan pajak reklame di Kabupaten Kerinci sesuai dengan peraturan yang berlaku, petugas pajak mengalami hambatan terhadap penagihan pajak antara lain kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, pengetahuan masyarakat tentang peraturan hukum pajak masih kurang, berusaha untuk meringankan beban pajak yang sebenarnya, dan ikut-ikutan melihat wajib pajak lain tidak membayar pajak dan sebagainya.

B. T

ingkat Kepatuhan Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame Terhadap Pembayaran Pajak Restoran dan Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci

Kepatuhan wajib pajak merupakan pemenuhan kewajiban perpajakan yang

dilakukan oleh pembayar pajak dalam ragka memberikan kontribusi bagi pembangunan di daerah yang diharapkan dalam pemenuhannya diberikan secara sukarela. Dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang berarti juga adanya pertumbuhan pendapatan, maka seharusnya menambah kewajiban Subjek Pajak untuk menjadi Wajib Pajak, karena kewajiban perpajakan pada hakekatnya merupakan kewajiban kenegaraan bagi masyarakat dalam kerangka pemikiran tentang keikut sertaan atau peran serta rakyat dalam pembiayaan negara maupun pembangunan nasional.

Dari kriteria yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan tentang kategori wajib pajak yang dikatakan patuh, hanya sebagian saja Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci yang memenuhi kriteria tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame yang ada di Kabupaten Kerinci masih rendah atau belum patuh (belum efektif). Adapun indikator yang digunakan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset untuk mengetahui wajib pajak yang dikatakan patuh di Kabupaten Kerinci hampir sama dengan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, yaitu:

1.

(13)

terutang oleh wajib pajak di Kabupaten Kerinci dilakukan setelah diterimanya Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) oleh wajib pajak. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari pembayaran pajak harus segera dilakukan agar tidak terkena sanksi administratif berupa bunga dan denda perpajakan.

2. T

idak Adanya Tunggakan atau Pajak Terutang;

Pembayaran harus dilakukan secara lunas dan tepat waktu sehingga tidak menimbulkan tunggakan pajak di kemudian hari. Wajib pajak restoran (pengusaha restoran) di Kabupaten Kerinci selalu menumpuk pajaknya dan dibayarkan setiap tiga bulan sekali dengan rata-rata

pembayaran antara

Rp50.000,- sampai dengan Rp.100.000,- per bulan.

3. T

idak pernah terkena sanksi administrasi perpajakan;

Wajib pajak restoran (pengusaha restoran) di Kabupaten Kerinci selalu menunggak pembayaran pajak sehingga menimbulkan piutang pajak dan sanksi administrasi kepada wajib pajak tersebut. Sedangkan untuk wajib pajak reklame di Kabupaten Kerinci selalu dibayarkan lewat jatuh tempo pembayaran bulanan maupun tahunan sehingga reklame tersebut tidak mempunyai izin (ilegal) karena izin perpanjangan reklamenya tidak dibayarkan.

4.

embayar pajak sesuai dengan jumlah yang sebenarnya; dan

Wajib pajak restoran (pengusaha restoran) di Kabupaten Kerinci tidak pernah membayarkan pajak terutangnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Para wajib pajak tersebut merasa keberaan dengan besarnya tarif yang dikenakan kepada meraka, sehingga

mereka hanya mau

membayarkan pajak

terutangnya tidak lebih dari Rp100.000,- (seratus ribu) per bulan.

5.

enyampaikan data Objek Pajak yang benar.

Wajib pajak restoran dan wajib pajak reklame di Kabupaten Kerinci ada yang tidak menyampaikan data objek pajak yang dimilikinya dengan benar kepada petugas pajak berdasarkan keadaan yang sebenaarnya. Wajib paja restoran dan wajib pajak reklame di Kabupaten Kerinci dalam menyampaikan data objek pajak yang dimiliki lebih kecil atau lebih sedikit untuk mengurangi besarnya pembayaran pajak yang akan dilakukan. Dengan dasar itulah petugas pajak melakukan pendataan kembali terhadap wajib pajak

yang dianggap

menyampaikan data tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

(14)

indikator tingkat kepatuhan wajib pajak tersebut. Jika wajib pajak hanya memenuhi salah satu indikator saja, maka wajib pajak tersebut dapat dikategorikan wajib pajak kurang patuh. Sedangkan apabila wajib pajak tidak memenuhi satupun indikator tingkat kepatuhan tersebut, maka wajib pajak tersebut dikategorikan wajib pajak tidak patuh.

Kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak di Kabupaten Kerinci mempunyai peranan yang sangat penting di dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah. Setiap wajib pajak mempunyai kepatuhan pembayaran pajak yang berbeda-beda, ada yang patuh dan ada pula yang tidak patuh. Dari hasil Penagihan Pajak yang dilakukan oleh Petugas Pajak DPPKA, kepatuhan wajib pajak yang patuh terhadap pembayaran pajak di Kabupaten Kerinci dibayarkan oleh wajib pajak karena takut terkena sanksi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh H.C. Kelman yang menyatakan bahwa suatu

kepatuhan yang

bersifatcompliance, yaitu jika seseorang mematuhi suatu aturan, hanya karena takut terkena sanksi.

Untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan wajib pajak tentang keharusan membayar pajak restoran dan pajak reklame di Kabupaten Kerinci, maka Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)

Kabupaten Kerinci

melaksanakan sosialisasi tentang

peraturan perpajakan yang berlaku di wilayah Kabupaten Kerinci yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah yang dilaksanakan di Kantor Camat Gunung Kerinci pada tanggal 16 April 2015. Dari hasil kegiatan tanya jawab antara Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame dengan

narasumber tentang

permasalahan perpajakan daerah, maka dapat diketahui kepatuhan wajib pajak Restoran dan wajib pajak Reklame yang ada di Kabupaten Kerinci dalam membayar kewajiban pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1.

aktor Peraturan Pajak

(15)

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robert Seidman tentang Bekerjanya Hukum di dalam masyarakat dipengaruhi oleh Peraturan Perundang-Undangan yang menjelaskan bahwa setiap peraturan memberitahu bagaimana seorang pemegang peranan

(role occupant) itu

diharapkan bertindak. Bagaimana seorang itu akan bertindak sebagai respons terhadap peraturan merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek sosial, politik dan lain-lainnya mengenai dirinya.

Jadi menurut teori yang dikemukakan oleh Robert Seidman hukum dapat berlaku secara efektif di dalam masyarakat apabila peraturan yang telah ditetapkan tersebut diketahui dan ditaati oleh masyarakat secara keseluruhan. Peraturan perundang-undangaan sangat berpengaruh terhadap penegakkan hukum, oleh karena itu sejak dibuat oleh pembentuknya perundang-undangan harus menyerap nilai, aspirasi yang ada dimasyarakat. Selama ini

pembuat peraturan

perundang-undangan tidak memberi perhatian yang cukup apakah aturan yang nantinya bisa dijalankan atau tidak. Pembuat peraturan perundang-undangan sadar ataupun tidak telah

mengambil asumsi aturan yang dibuat akan dengan sendirnya berjalan.

Pengetahuan

masyarakat yang terbatas terhadap peraturan perpajakan, ditambah dengan seringnya diadakan perubahan terhadap peraturan pajak, sehingga menimbulkan kesalahpahaman bagi wajib pajak. Dengan adanya sosialisasi tersebut dimaksudkan sebagai kompleksitas dari peraturan perpajakan guna lebih memberikan kejelasan dan kepastian hukum pada setiap masalah perpajakan.

2.

aktor Petugas Pajak (Penegak Hukum)

Petugas pajak adalah pihak yang seharusnya

menegakkan aturan

perpajakan. Petugas pajak diharapkan simpatik, bersifat

membantu, mudah

(16)

menghindarkan diri dari perbuatan tercela melawan hukum.

Robert Seidman mengemukakan agar hukum dapat bekerja di dalam masyarakat, lembaga-lembaga pelaksana atau aparat penegak hukum harus bertindak sebagai respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya,

keseluruhan kompleks kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenali diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan. Aparat penegak hukum harus bertindak sesuai fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik, ideologis dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan serta birokrasi.

Jadi menurut teori Seidman, petugas pajak (penegak hukum) di Kabupaten Kerinci dalam memungut pajak dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak harus bertindak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Selain bertindak sesuai dengan peraturan, petugas pajak juga harus bertindak secara jujur, bertanggung jawab, penuh pengertian, objektif, sopan dan tidak arogan. Indikator

yang mempengaruhi

kepatuhan wajib pajak dalam

membayar kewajiban

perpajakan, adalah sikap

petugas pajak,

profesionalisme dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak (penegak hukum). Pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan yang memerlukan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan. Adapun pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Kerinci adalah: a.

eningkatkan mutu dan produtivitas pelaksanaan tugas dan instansi pemerintah dibidang perpajakan;

b.

endorong upaya

mengefektifkan sistem dan tata laksana pelayanan sehingga pelayanan perpajakan dapat diselenggarakan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan efektif); dan

c.

Mendorong tumbuhnya kreatifitas, prakarsa dan peran serta masyarakat dalam pembayaran pajak.

(17)

pelayanan yang memuaskan, dapat memberikan pelayanan

dengan tanggapan,

kemampuan, kesopanan, dan sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh petugas pajak. Selain itu, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan wajib pajak, birokrasi perpajakan yang mudah dan pegawai pajak yang cakap dalam tugasnya juga turut mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

3. F

aktor Kesadaran Masyarakat Di Kabupaten Kerinci, kepatuhan wajib pajak restoran dan wajib pajak reklame untuk membayar kewajiban pajak masih rendah, hal ini dikarenakan para wajib pajak tersebut banyak yang tidak mengetahui tentang peraturan perpajakan daerah yang berlaku di Kabupaten Kerinci. Wajib pajak tersebut juga banyak yang tidak mengetahui kapan berlakunya peraturan perpajakan daerah, objek pajak apa saja yang dikenakan pajak, tarif yang dikenakan, cara pembayaran, dan sanksi yang diterima apabila tidak melaksanakan kewajiban pembayaran pajak daerah tersebut.

Hasil wawancara dengan pemilik Rumah Makan Angah Kecamatan Gunung Tujuh, mengatakan bahwa yang bersangkutan membayar pajak karena sudah mengatuhi peraturan yang berlaku menjadi suatu

kewajiban bagi setiap warna negara yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak. Peraturan di Kabupaten Kerinci yang mengharuskan membayar pajak kepada daerah. Peraturan tersebut pernah disosialisasikan di kantor Kecamatan tetapi tidak dihadiri oleh seluruh wajib pajak di Kabupaten Kerinci.

Hasil wawancara dengan pemilik Rumah Makan Kito Desa Letter W Kecamatan Gunung Tujuh, mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak mengetahui adanya peraturan di Kabupaten Kerinci yang mengharuskan membayar pajak kepada daerah. Peraturan tersebut tidak pernah disosialisasikan dengan yang bersangkutan. Selama ini yang bersangkutan membuka usaha rumah makan tidak ada perintah untuk membayar pajak apalagi ada petugas yang datang untuk memugut pajak. Usaha restoran yang dibukanya tersebut hanya untuk menambah pemasukan keuangan keluarga demi meningkatkan kesejahteraan hidup. Oleh sebab itu yang bersangkutan merasa keberatan membayar pajak restoran kepada petugas pemungutan pajak.

(18)

tersebut tidak pernah disosialisasikan dengan yang bersangkutan. Selama ini yang bersangkutan memasang reklame dan tidak ada peringatan dilarang memasang reklame sebelum membayar pajak, apalagi ada petugas yang datang untuk membongkar reklame tersebut.

Kepatuhan Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame Di Kabupaten Kerinci terhadap kewajiban

pembayaran pajak

dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar pajak masih rendah. Hal ini sesuai dengan teori Robert Seidman bahwa bekerjanya hukum di dalam masyarakat agar dapat berlangsung secara efektif dipengaruhi oleh Kesadaran Masyarakat dalam memahami hukum itu sendiri. Kesadaran masyarakat membayar pajak di Kabupaten Kerinci tidak sama dengan sikap patuh tanpa sikap kritis. Semakin masyarakat maju dan pemerintahannya juga maju, maka rakyat akan semakin tinggi kesadaran pajaknya namun dipihak lain rakyat yang semakin kritis terhadap materi kebijakan di bidang perpajakan seperti tarif dan perluasan subjek dan objeknya.

Di Kabupaten Kerinci tidak semua Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame memiliki kesadaran akan kewajiban membayar pajaknya, kesadaran wajib pajak akan pentingnya

peranan pajak sebagai sumber penerimaan daerah dalam menjalankan otonomi daerah hanya dipahami oleh sebagian wajb pajak saja. Wajib pajak di Kabupaten Kerinci selalu mempertimbangkan untung rugi dalam membayar pajak, padahal membayar pajak adalah kewajiban bagi setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak. Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dipengaruhi oleh:

a.

ingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat yang semakin tinggi akan menyebabkan masyarakat lebih mudah memahami ketentuan dan peraturan perudang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Tingkat pendidikan yang masih rendah juga akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak karena kurangnya pemahaman tentang peranan pajak sebagai penerimaan daerah dan pemahaman tentang sistem perpajakan yang diterapkan.

b.

ingkat Penghasilan

(19)

penghasilan juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayarkan pajak terutangnya tepat waktu. Kemampuan wajib pajak dalam membayar pajak sangat berkaitan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh. Semakin tinggi jumlah penghasilan maka semakin besar pula jumlah pajak yang harus dibayarkan sesuai dengan tarif yang telah ditetapkan oleh peraturan perpajakan daerah. Hal tersebut justru membuat wajib pajak restoran yang ada di Kabupaten Kerinci yang jumlah penghasilan besar merasa keberatan membayar pajaknya, dikarenakan tarif yang ditetapkan terlalu besar dan juga dihitung dari pendapatan kotor usaha restoran tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik rumah makan serumpun, mengatakan bahwa ketidakpatuhan dalam membayar pajak sangat tergantung dari penghasilan yang didapatkan dari penjualan

yang dilakukan.

Bagaimana mau

membayar pajak jika penghasilan sehari-hari saja tidak memenuhi harapan, dan juga pelanggan yang datang ke restoran untuk membeli makan dan minum setiap hari sedikit. Penghasilan yang diperoleh perbulan

tidak sampai memenuhi syarat untuk membayar pajak.

c.

ersepsi Wajib Pajak terhadap Sanksi yang diterapkan

Sanksi perpajakan yang diberikan kepada wajib pajak agar wajib

pajak mempunyai

kepatuhan akan kewajiban membayar pajak. Wajib Pajak di Kabupaten Kerinci menganggap sanksi yang diterapkan oleh petugas pajak apabila tidak membayar pajak masih sangat rendah dan tidak sepenuhnya dilaksanakan sehingga kepatuhan wajib pajak semakin berkurang atau rendah dalam membayar kewajiban perpajakan. Hal ini sesuai dengan teori kesadaran hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa indikator kesadaran hukum dipengaruhi oleh pengetahuan tentang

hukum, Pemahaman

tentang hukum, Sikap terhadap hukum dan Perilaku hukum.

(20)

1. M enerbitkan dan mengirimkan

surat teguran, imbauan dan surat tagihan pajak kepada wajib pajak di Kabupaten Kerinci;

2. M

emberikan sosialisasi perpajakan yang menyangkut pelaksanaan hak dan kewajiban wajib pajak dalam bidang perpajakan;

3. M

eningkatkan kualitas pelayanan perpajakan daerah;

4. M

emberikan kemudahan bagi wajib pajak dalam menyetorkan pajak terutang;

5. M

elakukan pemeriksaan untuk menentukan pajak terutang; dan

6. M

enyampaikan ucapan terima kasih kepada wajib pajak yang mengirimkan SPOPD tepat waktu.

Menjadikan masyarakat Kabupaten Kerinci sadar pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan daerah dari sektor pajak.

C. P

enerapan Sanksi Terhadap Wajib Pajak Restoran dan Wajib Pajak Reklame yang tidak membayar Pajak Restoran Dan Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci

Sanksi yang seharusnya diterapkan dan dikenakan kepada wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan daerah berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah adalah sebagai berikut:

1. Sanksi Administratif berupa bunga, denda dan kenaikan pajak.

2. Sanksi pidana berupa denda pidana, pidana kurungan dan pidana penjara.

(21)

tanpa melihat jangka waktu tunggakan pajak sehingga dapat dikatakan penerapan sanksi di bidang perpajakan daerah di Kabupaten Kerinci Belum Efektif dilaksanakan.

Hasil wawancara dengan pengusaha reklame, mengatakan bahwa yang bersangkutan pernah melanggar ketentuan perpajakan yang berlaku di daerah Kabupaten Kerinci, yaitu tidak membayar pajak melewati batas waktu terakhir pembayaran yang seharusnya dilakukan selama satu tahun. Sanksi yang dikenakan oleh petugas pemungutan pajak adalah denda sebanyak dua persen tanpa ada sanksi tegas lainnya.

Hasil wawancara dengan pemilik restoran, mengatakan bahwa tidak pernah terkena sanksi apabila tidak membayar pajak restoran. Pengusaha tersebut tahu akan kewajibanya membayar pajak restoran, tetapi dikarenakan akses menuju ke pusat pemerintahan jauh dan tidak adanya petugas yang datang menagih pajak, maka yang bersangkutan tidak membayarnya.

Faktor menghambat penerapan sanksi terhadap wajib pajak yang melanggar ketentuan perpajakan sehingga sanksi yang efektif tidak dapat ditegakkan dipengaruhi oleh kurangnya kerja sama dan koordinasi antara Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menegakkan peraturan daerah seperti kurang peranan Dinas Pembuat Izin Usaha Restoran, Reklame dan Dinas penegakkan hukum peraturan daerah dalam hal ini Satpol PP, dan juga rasa toleransi yang

tinggi petugas pemungut pajak terhadap usaha yang dijalankan oleh wajib pajak yang dijadikan penambah pemasukan keluarga. Dengan adanya sanksi tegas yang dikenakan kepada seluruh wajib pajak Restoran dan Reklame di Kabupaten Kerinci diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak tersebut dalam membayar pajak terutang untuk menambah pendapatan asli daerah Kabupaten Kerinci kedepannya demi terwujudnya Kerinci Lebih Baik (KLB).

PENUTUP

1.

elaksanaan pemungutan Pajak Restoran dan Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Bidang Pajak dan Retribusi Daerah tetapi belum efektif terhadap pembayaran pajak oleh wajib pajak restoran dan wajib pajak reklame di Kabupaten Kerinci.

2.

(22)

untuk tingkat kepatuhan wajib pajak reklame.

3. P

enerapan sanksi terhadap wajib Pajak Restoran dan wajib Pajak Reklame yang tidak membayar Pajak Restoran dan Pajak Reklame di Kabupaten Kerinci belum sepenuhnya atau belum efektif dilaksanakan sesuai dengan peraturan oleh petugas pemungutan pajak Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Kerinci.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan

Teori Peradilan

(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legisprudence), Kencana, Jakarta.

Adrian Sutedi, 2013, Hukum Pajak,

Cetakan Ke-2, Sinar Grafika, Jakarta.

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2014,

Pengantar Metode Penelitian

Hukum, Cetakan Ke-8,

RajaGrafindo Persada, Jakarta. Bagir Manan, 1999, Lembaga

Kepresidenan, Kerja Sama Pusat Studi Hukum FH UII-Gama Media, Yogyakarta. Beni Ahmad Saebani, 2007,

Sosiologi Hukum,Cetakan Ke-1, Pustaka Setia, Bandung. Bohari, 2014, Pengantar Hukum

Pajak, Cetakan Ke-10,

RajaGrafindo Persada, Jakarta. Burhan Ashshofa, 2010, Metode

Penelitian Hukum, Rineka Cipta.

C. S. T Kansil dan Christine S. T. Kansil, 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia,

Cetakan Pertama (Edisi Revisi 2), Rineka Cipta, Jakarta. ---.2011, Pengantar Ilmu

Hukum Indonesia, Cetakan Pertama, Rineka Cipta, Jakarta. Erly Suandy, 2014, Hukum Pajak,

Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.

Hans Kelsen, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan Negara,

Nusa Media, Jakarta.

Haula Rosdiana dan Edi Slamet Irianto, 2012, Pengantar Ilmu

Pajak; Kebijakan dan

Implementasi di Indonesia,

Cetakan Ke-2, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Ida Zuraida, 2012, Teknik

Penyusunan Peraturan

Daerah; tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah, Cetakan Pertama, Sinar Grafika, Jakarta.

Indra Ismawan, 2001, Memahami Reformasi Perpajakan 2000, Elex Media Komputindo, Jakarta.

J.P. Saragih, 2003, Desentralisasi Fiskal Dan Keuangan Daerah

Dalam Otonomi, Ghalia

Indonesia.

Mardiasmo, 2011, Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta. Marihot Pahala Siahaan, 2013,Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah; Edisi Revisi, Cetakan Ke-3, RajaGrafindo Persada, Jakarta. Masri Singarimbun, 1999, Metode

Penelitian Survey, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Miriam Budiardjo, 2013, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan Ke-9, Gramedia Pustaka Utama, Kompas Gramedia, Jakarta. Mohd. Mahfud MD, 2001,

Demokrasi dan Konstitusi di

(23)

Interaksi Politik Dan Kehidupan Ketatanegaraan, Rineka Cipta, Jakarta.

Muhammad Thahir Azhary, 1992,

Negara Hukum, Bulan

Bintang, Jakarta.

Ni’matul Huda, 2013, Ilmu Negara,

Cetakan Ke-3, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Philipus M. Hadjon, 2007,

Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia; Sebuah

Studi Tentang

Prinsip-Prinsipnya, Penerapannya,

oleh Pengadilan Dalam

Lingkungan Peradilan Umum dan Pembentukan Peradilan Administrasi Negara, Bina Ilmu, Surabaya.

Ridwan HR, 2013, Hukum Administrasi Negara; Edisi

Revisi, Cetakan Ke-8,

RajaGrafindo Persada, Jakarta. Rochmat Soemitro, 1991, Asas dan

Dasar Perpajakan, Eresco, Bandung.

Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, Cetakan Pertama, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Soerjono Soekanto, 1982,Kesadaran

Hukum Dan Kepatuhan

Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta.

---.1985, Efektivikasi Hukum dan Peranan Sanksi, Remaja Karya, Bandung.

---.1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. ---.2004,Sosiologi Penegakkan

Hukum, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta.

---.2013, Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Penegakan

Hukum, Cetakan Ke-12,

RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu, 2006, Perpajakan: Konsep, Teori, dan Isu, Prenada Media Group, Jakarta. Sudargo Gautama, 1983, Pengertian

Tentang Negara Hukum,

Alumni, Bandung.

Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,Alfabeta, Bandung. Sunarto, 2005, Pajak Dan Retribusi

Daerah, Citra Pustaka,

Yogyakarta.

Suratman dan Philips Dillah, 2013,

Metode Penelitian Hukum,

Alfabeta, Bandung.

Sutarto, 1997, Efektivitas Kerja,

Remaja Karya, Bandung. Tjip Ismail, 2007,Pengaturan Pajak

Daerah Indonesia, Yellow Printing, Jakarta.

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, 2008, Hukum Pajak, Edisi Ke-4, Salemba Empat, Jakarta.

---.2013, Hukum Pajak; Teori,

Analisis, dan

Perkembangannya, Edisi Ke-6, Salemba Empat, Jakarta. Zainuddin Ali, 2014, Metode

Penelitian Hukum, Sinar

Referensi

Dokumen terkait

siswa sehingga tujuan penjas dapat tercapai. Tambahan waktu tersebut bisa dilakukan di luar jam sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan

Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pati untuk meningkatkan pengembangan budidaya bawang merah dengan menggunakan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan aplikasi sistem informasi geografis manajemen aset wakaf di Kota Semarang yang dapat digunakan untuk menyimpan,

Sistem keamanan Intrusion Prevention System (IPS) menggunakan snort, ip tables, dan honeypot, dapat membantu pengguna dalam mengamankan sistem jaringan (lokal / internet)

Menurut internet yang diunduh disitus eprints.undip.ac.id/7410/ tanggal 29 Oktober 2012 yang berisi tentang hasil penelitian dari Litbang yang dibuat dalam

Rasio ini perlu mendapatkan perhatian perusahaan, karena merupakan pertumbuhan pelanggan baru untuk mengetahui berapakah jumlah konsumen baru pada periode 2012 dan

Kegiatan Pendanaan Startup adalah program yang diberikan kepada startup melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula/startup

Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa tercurah kehadiran Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul