• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MASALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas

OLEH :

Nama : Siti Sulasmi A.Rahim NPM : 1211321040106

Kelas : B ( III )

PELANGGARAN ETIKA DALAM PELAYANAN

KEBIDANAN tentang ABORSI

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN

(2)

2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya serta hidayah-Nya yang telah memberikan kekuatan pada saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pelanggaran Etika dalam Pelayanan Kebidanan tentang Aborsi”. Makalah ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan.

Saya mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi ataupun penjelasan dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar kesempurnaan makalah ini dapat terwujud. Terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang telah membaca dan mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Ambon, 6 Januari 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus aborsi marak diberitakan di media masa yang menyangkut tenaga kesehatan di Indonesia. Kasus ini membawa dampak buruk bagi pasien dan juga tenaga kesehatan lainnya. Media masa yang memberitahukan tentang kasus gugatan atau tuntutan hukum (perdata atau pidana) kepada tenaga kesehatan baik bidan, dokter dan menajemen rumah sakit yang diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang menjadi korban dari tindakan malpraktek atau kelalaian medis.

Berbicara mengenai aborsi akan menimbulkan berbagai tanggapan dan penilaian yang berbeda-beda pada masing-masing individu karena adanya perbedaan pengetahuan dari diri mereka sehingga sikap yang ditimbulkan berbeda.

Hasil studi membuktikan bahwa angka kejadian aborsi pada wanita dewasa menikah lebih besar dari pada angka kejadian pada wanita yang belum menikah termasuk remaja. Fakta ini sangat memprihatinkan kita sebagai tenaga kesehatan mengalami dilemma etik dan tidak bisa memberikan pelayanan karena terbentur hukum maupun norma yang ada. Akibatnya banyak terjadi aborsi illegal sehingga dapat meningkatkan morbiditas maupun mortalitas yang tinggi pada wanita.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui etika dalam kesehatan

2. Untuk mengetahui sanksi-sanksi dari pelanggaran etika

(4)
(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kasus yang Dikaji

Aborsi

MEDAN – Lagi ngaborsi pasien di salah satu rumah yang diduga dijadikan sebagai tempat praktek peng di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco Sebtosa Lama Medan, digerebek anggota Reskrim Poltabes medan, Sabtu(12/12) lalu, seorang Dokter dan Bidan yang berpraktek aborsi itu langsung diboyong ke Poltabes Medan dan dijadikan tersangka.

Kasat Reskrim Kompol Gidion Arif Setyawan dan Kanit VC Poltabse Medan AKP Ronny Nicolas Sidabutar dijerat kepada Waspada Online, Selasa (15/12) mengatakan Dr Jamaludian dan Bidan Mariani dijerat pasal 80 UU RI tahun 2003 tentang kesehatan dan UU No 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara.

Sedangkan korban dugaan aborsi berinisial R telah dipersangka dengan pasal 384 KUHP dengan ancaman 4 tahun penjara. R tidak dilakukan penahanan karena ancaman dibawah 4 tahun.

B. Materi yang Mendukung

Aborsi adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu, maka istilahnya adalah kelahiran premature.

Aborsi terdiri dari 2 macam :

1. aborsi provokatus medisinalis karena alas an kesehatan ibu hamil tersebut tidak dapat melanjutkan kehamilannya. Misalnya sakit jantung, tuberculosis paru, DM, asma, gagal ginjal, hipertensi hati menahun (JNPK-KR, 1999) dalam hal ini keselamatan ibu yang diutamakan. Tentunya tindakan ini harys ada inform choice dan inform consent.

(6)

Jenis-jenis abortus menurut terjadinya ;

1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan

Abortus imminens : peristiwa tejadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks.

Abortus insipiens : peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.

Abortus inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uteru

Abortus kompletu : semua hasil konsepsi sudah sikeluarkan. 2. Abortus pronokatus (abortus yang dilakukan dengan sengaja)

 menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada umumnya dianggap bayi belum dapat diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur 28 minggu atau berat bayi belum 1000 gram, Walaupun terdapat bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Factor-faktor yang menyebabkan aborsi adalah ;

1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Terjadi sebelum kehamilan 8 minggu. Penyebab kelainan ini : kealianan kromosom/genetika, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat-zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat-obatan, tembakau, alcohol dan infeksi virus.

2. kelainan pada plasenta. Berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.

3. factor ibu berupa penyakit kronis seperti, radang paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.

(7)

C. Analisa Masalaah

Dari kasus diatas dapat kita lihat bahwa bidan telah melakukan pelanggaran terhadap klien / pasiennya. Tindakan yang dilakukan oleh bidan merupakan pelanggaran etika, hukum dan agama, karena telah membantu kliennya dalam melakukan aborsi.

Seorang bidan seharusnya tidak melakukan hal tesebut, jika ada seorang klien yang datang untuk melakukan aborsi sebaiknya kita sebagai seorang bidan memberikan konseling mengenai bahaya yang dimbulkan oleh aborsi tersebut, selain itu juga menjelaskan bahwa perbuatan aborsi tersebut melanggar etika, moral, hukum dan sangat bertentangan dengan agama.

Dipandang dari segi agama perbuatan aborsi tersebut sangat dilarang dan ditentang. Perbutan tersebut merupakan dosa besar karena dengan sengaja membuang anak yang merupakan darah dagingnya sendiri yang telah dititipkan kepadanya oleh ALLAH, hal tersebut sama saja tidak mensyukuri dan perbuatan yang sangat dibenci oleh ALLAH.

(8)

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setiap tenaga kesehatan mempunyai kode etik dalam pelaksaan tugasnya. Dalam ilmu kebidanan, etika kebidanan merupakan seperangkat perilaku anggota profesi bidan dalam hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta merupakan bagian dari keseluruhan proses pengambil keputusan dan tindakan medik ditinjau dari segi norma-norma / nilai-nilai. Setiap pelanggaran etik yang dilakukan dapat dikenakan sanksi berupa tuntutan.

Dan dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan baik perawat, bidan maupun dokter harus mencari tahu terlebih dahulu permasalahan yang terjadi sehingga kita sebagai tenaga kesehatan tidak gegabah dalam melakukan tindakan yang akan di lakukan sehingga tidak membuat kesalahan dan melanggar kode etik sebagai bidan.

B. SARAN

Sebaiknya setiap klien yang dating kepada kita hendaknya kita menggali lebih banyak lgi data-data yang diperlukan sehingga tindakan yang kita lakukan tidak menyalahi aturan dan tidak melanggar kode etik mita sebagai bidan tentunya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.opensubscriber.com/message/dokter@itb.ac.id/4645648.html Diakses pada tanggal 31 Juni 2010 pukul 20.19 WIB

http://bidankita.com/?p=210 Diakses pada tanggal 29 Mei 2010 pukul 15.30 WIB Dahlan, S. 2002. Hukum Kesehatan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Guwandi, J. 1993. Malpraktek Medik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam dan uji pembeclaan Duncan diperoleh bahwa perbedaan proporsi molase dan air kelapa sebagai media fermentasi memberikan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang distribusi frekuensi usia konsumen yang disajikan dalam Tabel 1.. Distribusi Frekuensi usia Konsumen Kopi di

Faktor budaya (X1) Faktor sosial (X2) Faktor pribadi (X3) Faktor psikologis (X4) Faktor harga (X5) Faktor Kualitas produk (X6) Faktor yang mempengaruhi pemain bulutangkis

mepengaruhi rendahnya kandungan lipid yang diperoleh pada penelitian ini bila dibandingkan dengan literatur adalah kandungan bahan lain selain mikroalga yang

Shine dan Slip (1990) melakukan penelitian pada spesies lain namun dari kelas yang sama yaitu Chondropython viridis dengan hasil yang menunjukkan bahwa pada kelas

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan penggunaan metode Group Investigation (GI) dan metode Jigsaw terhadap hasil belajar Sosiologi siswa (2)

Salah satu cara untuk meminimalisir terinfeksinya anak anak dari Covid-19 adalah dengan menerapkan pola asuh yang mengedukasi perilaku hidup bersih dan sehat terhadap

Rivers (2001), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa metode resusitasi yang berorientasi pada perbaikan oksigenasi jaringan sebagai tujuan akhir (end point) di unit gawat