• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOLUSI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SOLUSI PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan pemberlakuan bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan pemaknaan yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di sekolah, 2) Mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Artikel ini disusun dengan mengunakan metode kepustakaan dan wawancara. Solusi Pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013: 1) Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi BK; 2) Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang bagaimana penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013; 3) Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan dalam materi terkait mata pelajaran tertentu; 4) Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu melakukan pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni.

Kata Kunci: solusi, bimbingan dan konseling, implementasi kurikulum 2013.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses membentuk manusia sehingga mampu mengembangkan

dirinya dan meningkatkan harkat dan martabat manusia agar setiap perubahan yang terjadi

menuju arah yang lebih baik. Melalui proses yang terjadi dalam pendidikan, tiap individu dapat

meningkatkan pengetahuan, potensi diri dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan, tidak hanya

mengembangkan intelektual peserta didik saja namun juga perlu diimbangi dengan

(2)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

sebagai motor penggerak pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses

pendidikan. Peran guru pengasuh mata pelajaran (guru mapel) tentu tidaklah cukup untuk

mengembangkan kecerdasan emosi peserta didik ke arah yang tepat, karena itu diperlukan guru

khusus untuk mengoptimalkan pembimbingan. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dalam

sistem pendidikan terdapat kewajiban untuk membimbing dan mendidik perkembangan emosi

peserta didik dengan bantuan seorang konselor sekolah yang dikenal dengan istilah guru

bimbingan konseling.

Bimbingan dan Konseling dalam Implementasi kurikulum memiliki peran untuk

membimbing perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Memfasilitasi

peserta didik memahami potensi diri dan pengembangan kesiapan belajar, merancang ragam

program pembelajaran, dan melayani kekhususan kebutuhan peserta didik. Bimbingan dan

Konseling di Sekolah dimaksudkan untuk memantau perkembangan peserta didik dalam proses

internalisasi nilai untuk menjadi individu yang bertanggungjawab. Selain itu, menguatkan

pembelajaran yang mendidik mendorong terjadinya internalisasi nilai sebagai proses individuasi

siswa. Memahami kesiapan belajar siswa dan penerapan prinsip bimbingan dan konseling dalam

pembelajaran, melakukan asesmen potensi siswa, melakukan Diagnostik Kesulitan

Perkembangan dan belajar siswa, menyelenggarakan fungsi Outreach, dan membangun

hubungan kerja sama dengan institusi terkait lainnya untuk membantu perkembangan peserta

didik secara optimal, kolaborasi dengan orangtua/keluarga, kolaborasi dengan dunia kerja dan

lembaga pendidikan lainnya.

Kurikulum 2013, bimbingan konseling tidak terlihat secara langsung sehingga tidak

nampak penyediaan waktu bagi bimbingan konseling, padahal materi bimbingan konseling

cukup padat. Kondisi ini menjadi kendala dalam implementasi bimbingan konseling di sekolah.

Namun di lain sisi bimbingan dan konseling diakui menjadi solusi bagi internalisasi nilai dan

solusi bagi masalah kesiapan belajar dan mental peserta didik sehingga harus dikembangkan

disetiap sekolah agar peserta didik dapat dengan mudah menjalani aktivitas belajarnya dan

memperoleh hasil yang baik untuk masa depannya (Yudrik Yahya , 2011:3). Jika dipelajarai

dengan baik banyak materi bimbingan konseling yang terintegrasi dalam materi mata pelajaran

lain. Ulasan diatas menjadi jelas bahwa bimbingan konseling tidak dapat dianggap sebagai

komponen tempelan saja namun harus dipandang sebagai komponen inti dalam proses

internalisasi nilai pada peserta didik. Kegiatan bimbingan konseling tidak hanya menjadi

(3)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

kepala sekolah dan seluruh guru. Bagaimanakah solusi untuk mengimplementasikan materi

Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013? Tujuan pendidikan nasional pada akhirnya

adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa

mencapai kematangan emosional dan sosial selain mengembangkan kemampuan inteleknya.

Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat

mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh. Bimbingan dan konseling

sering dianggap hanya menangani masalah di luar bidang garapan pengajaran, namun ternyata

memiliki keterkaitan dengan hampir semua bidang pengajaran dan secara tidak langsung

menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Berdasarkan latar belakang diatas maka kajian yang penulis lakukan dalamm makalah

ini antara lain: 1) Perlukah sekolah memberlakukan Bimbingan Konseling bagi peserta di

sekolah didik? 2) Apakah terdapat kendalam implementasi bimbingan konseling di sekolah? 3)

Bagaimana solusi pelaksanana bimbingan konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum

2013? Tujuan dan manfaat. Tujuan: 1) Untuk memahami lebih jauh perlunya pemberlakuan

bimbingan konseling di sekolah, 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam

implementasi bimbingan konseling di sekolah, 3) Mencari solusi pelaksanaan bimbingan

konseling di sekolah dalam implementasi kurikulum 2013. Manfaat: 1) Memberikan pemaknaan

yang sebenarnya kepada sekolah tentang pentingnya penyelenggaraan bimbingan konseling di

sekolah, 2) Mengatasi kendala yang muncul dalam implementasi bimbingan konseling dalam

pelaksanaan kurikulum 2013.

METODE

Artikel ini disusun dengan mengunakan metode kepustakaan dan wawancara.

Kepustakaan digunakan dengan cara penelusuran terhadap berbagai bahan pustaka baik cetak

maupun elektronik untuk memperoleh teori, pendapat para ahli maupun opini tentang

bimbingan konseling dan implementasinya. Wawancara dilakukan terhadap guru bimbingan

konseling pada 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang telah melaksanakan kurikulum 2013

(4)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

HASIL DAN PEMBAHASAN Pentingnya Bimbingan Konseling

Tujuan pendidikan sering kali dibiaskan dalam pandangan umum. Biasnya tujuan

pendidikan terjadi karena secara umum sering muncul pandangan bahwa yang menjadi

parameter mutu atau keberhasilan pendidikan yaitu hal-hal akademis seperti persentase

lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri.

Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan

peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik

memasuki dunia kerja bagi siswa SMA/SMK. Adanya anggapan seperti diatas dengan serta

merta mengarahkan penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi

akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk

perguruan tinggi. Akibatnya proses pendidikan akan kehilangan bobot dalam proses

pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan

nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan

lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan

konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi,

ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil,

memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan

kata lain, bimbingan konseling yang merupakan salah satu komponen kelembagaan penting

disekolah diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.

Istilah bimbingan (guidance) dan konseling (counseling) memiliki hubungan yang sangat erat dan merupakan kegiatan yang integral. Dalam praktik sehari-hari istilah bimbingan selalu

digandengkan dengan istilah konseling yakni bimbingan dan konseling (guidance and counseling). I. Djumhur dan Moh. Surya (1975) memberikan pandangannya tentang bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sitematis kepada individu

untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli

dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya

di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya

seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan

(5)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan

kerja.Ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antar

bimbingan dengan konseling atau keduannya memiliki makna yang identik. Namun ada yang

berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupaka dua pengertian yang berbeda, baik dasar

maupun cara kerjanya.

Konseling atau counseling dianggap identik dengan psychoterapy, yaitu usaha menolong orang-orang yang mengalami gangguan psikis yang serius, sedangkan bimbingan dianggap

identik dengan pendidikan. Sementara pihak ada lagi yang berpendapat bahwa konseling

merupakan salah satu teknik pemberian layanan dalam bimbingan dan merupakan inti dari

keseluruhan pelayanan bimbingan. Pandangan inilah yang nampaknya sekarang banyak dianut.

Winkel (2005) berpendapat bahwa konseling merupakan serangkaian kegiatan paling pokok dari

bimbingan dalam usaha membantu konseli secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat

mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus Prayitno,

dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk

peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara

optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier,

melalui berbagai jenis layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Menyimak defenisi bimbingan konseling dan peran lembaga ini disekolah dapat disimpulkan

bahwa bimbingan dan konseling sangat penting disekolah dan harus diposisikan sesuai fungsinya

untuk menunjang pencapaian prestasi akademik peserta didik. Bimbingan konseling menjadi

tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa ragu tentang privacy-nya. Bimbingan konseling menjadi tempat pengaduan setiap persoalan yang dibantu untuk

diselesaikan bahkan tempat dimana rasa perca diri diteguhkan. Bahkan setiap orang tua peserta

didik dapat mengambil manfaat pelayanan bimbingan konseling untuk lebih memahami anak

mereka.

Kendala-Kendala Pelaksanaan BK dalam Implementasi Kurikulum 2013

Kedudukan BK dalam struktur kurikulum 2013. Kendala utama pelaksanaan BK dalam

implementasi kurikulum 2013 sangat terasa oleh guru BK karena kedudukan bimbingan

konseling tidak tersurat dalam struktur kurikulum sehingga tidak tersedia waktu, atau dapat

dikatakan memiliki posisi yang belum jelas. Posisi demikian berujung pada tidak

(6)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

terjadinya kesimpangsiuran dalam pelaksanaan Bk di sekolah. Di lain sisi guru BK dihadapkan

dengan tugas yang cukup berat dan harus lebih intensif karena pembimbingan harus lebih kusus

mengarah ke peminatan dan pengembangan bakat peserta didik. Peran guru BK dipertegas oleh

guru besar bimbingan dan konseling Prof Mungin Eddy Wibowo, ketika menjadi pembicara pada seminar nasional bimbingan dan konseling di hotel Grasia Semarang, Sabtu (4/5), “Peran guru BK dalam implemetasi kurikulum 2013 akan semakin penting, pasalnya di tingkat SMA

sederajat penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok peminatan,”. Menurut beliau, dengan diberlakukannya kelompok peminatan, maka guru BK memiliki tugas untuk memberikan

pendampingan secara intensif kepada siswa. Diharapkan, siswa dapat memilih sesuai dengan

kemampuan, bakat, serta minatnya. Hal senada juga ditegaskan oleh ketua umum Pengurus

Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Abkin) Prof Mungin. Beliau menegaskan

peran dan tanggungjawab guru BK terhadap siswa SMP harus lebih nyata. Guru BK harus mulai mengamati dan mendampingi anak sejak kelas satu. “Harus dilihat dan dampingi, anak tersebut senang dan minat pada mapel apa. Untuk mengarahkan studi lanjutannya, ke SMA atau SMK.”

Minimnya pemahaman sekolah tentang peran Bimbingan Konseling. Kendala kedua yang

dirasakan adalah sekolah kurang memahami fungsi dan peran BK disekolah sehingga terkadang guru BK diposisikan sebagai “polisi sekolah”. Kondisi ini sangat terasa jika kita mendatangi sekolah dan kedapatan siswa membuat pelanggaran pasti guru yang memberi ganjaran adalah

guru BK. Posisi guru BK di sekolah sedemikian menyebabkan BK menjadi momok bagi siswa

sehingga tidak terjadi kedekatan seperti yang diharapkan sesuai peran dan fungsi BK yang

sebenarnya. Angapan seperti ini harus segera diluruskan karena seharusnya guru Bimbingan

Konseling (BK) di sekolah adalah konselor yang mendidik, bukan dianggap sebagai “polisi

sekolah” atau momok yang ditakuti oleh siswa. Selain sebagai polisi sekolah, minimnya

pemahaman sekolah terhadap peran dan fungsi Bk mengakibatkan dibanyak sekolah guru BK

diserahi tugas tambahan padahal sekolah-sekolah tersebut memiliki jumlah guru BK tidak

sebanding dengan jumlah siswa. Guru BK diserahi tugas sebagai pembina pramuka, bendahra

sekolah, pengelola kantin, dengan alasan guru BK tidak memiliki kerja secara administrasi

maupun fungsional.

Minimnya kesadaran profesional Guru BK. Kondisi yang kontradiktif berikutnya dengan

peran guru BK yankni minimnya kesadaran profesional sebagai guru bimbingan konseling.

Berdasatkan data hasil wawancara ternyata untuk aspek memiliki program terbaca; 57%

(7)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

bimbingan pribadi, 57% melakukan bimbingan kelompok, 57 % melakukan kunjungan rumah.

Aspek memiliki tugas tambahan 57% memili tugas tambahan sebagai bendahara dan pembina

pramuka, 43% tidak memiliki tugas tambahan. Aspek kordinasi dengan guru mata pelajaran

untuk integrasi materi BK 100% tidak melakukan. Sajian data hasil wawancara menunjukan

belum semua guru BK memiliki program, dan dilaksanakan sepenuhnya. Tidak semua guru BK

melakukan bimbingan kelompok dan kunjungsn rumah, namun semua melakukan bimbingan

secara pribadi. Banyak guru Bk yang diberi tugas tambahan oleh kepala sekolah. Umumnya guru

BK tidak berkordinasi dengan guru mata pelajaran untuk mengetahui adanya kecocokan materi

BK dengan guru mapel dalam upaya integrasi nilai bimbingan konseling.

Solusi Pelaksanaan BK dalam implementasi kurikulum 2013

Mencermati tiga kendala utama yang ditemukan terkini dalam pelaksanaan bimbingan

konseling maka penulis menggagas beberapa solusi antara lain:

1. Perlu dilakukannya pencerahan tentang fungsi dan peran BK kepada pihak sekolah dalam

kepala sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi disekolah agar tidak terjadi disfungsi

BK. Pencerahan dirasakan perlu untuk memberikan pemahan tentang kedudukan BK

disekolah dengan alasan bahwa pendidikan di sekolah tidak hanya dilakukan melalui

proses pembelajaraan oleh guru mata pelajaran dan pelatihan oleh guru praktek, tetapi juga

kegiatan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh guru BK atau Konselor untuk

membantu peserta didik mencapai perkembangan yang optimal, termasuk mencari dan

menetapkan pilihan serta pengambilan keputusan yang mencakup kehidupan pribadi,

sosial, belajar, dan perencanaan karir;

2. Perlu adanya pelatihan yang kontinu kepada semua guru BK tentang bagaimana

penyelenggaraan BK dalam implementasi kurikulum 2013. Pelatihan menjadi salah satu

solusi karena dirasakan dapat membekali guru BK dalam pelaksanaan tugas membimbing

dan konseling. Dalam proses bimbingan dan konseling diperlukan berbagai metode dan

teknis psikologis yang digunakan untuk memahami dan mempengaruhi perkembangan

perilaku peserta didik, dengan tetap berstandar dan terarah kepada pengembangan manusia

seutuhnya. Dengan dilakukannya pelatihan diharapkan akan meningat kesadaran

profesional guru BK sehingga fungsi dan perannya dalam mengemban tanggung jawab

untuk membantu individu mampu menyesuaikan diri terhadap dinamika dan kehidupan

(8)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

3. Perlu adanya kajian hubungan tema dan sub tema materi BK dengan mata pelajaran terkait

sehingga walaupun tidak tersedia waktu bimbingan materi BK namun dapat diintegrasikan

dalam materi terkait mata pelajaran tertentu.

4. Program Study Bimbingan dan Konseling sebagai lembaga penghasil guru BK perlu

melakukan pengkajian terus-menerus terhadap kinerja guru BK sebagai alumni prody

dengan tujuan : a) mendapat masukan demi perbaikan layanan prody terhadap calon guru

BK; b) membangkitkan kesadaran sekolah tentang pentingnya bimbingan dan konseling

sebagai proses menunjang pelaksanaan pendidikan di sekolah, karena program-program

bimbingan dan konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya

menyangkut kawasan kematangan pendidikan dan karir, kematangan personal dan

emosional, serta kematangan sosial

PENUTUP

Bimbingan dan konseling merupakan komponen inti dalam proses internalisasi nilai

pada peserta didik, yang diartikan sebagai pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara

perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan

pribadi, bimbingan sosial,bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis

layanan dan kegiatanpendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kendala umumnya

yang dihdapi pada pelaksanaan BK di sekolah berasal dari sekolah, dan diri guru BK. karena

rendahnya pemahaman peran BK di sekolah dan minimnya kesadaran profesi guru. Solusi

terhadap kendala penyelenggaraan BK dalam implementasi K13 dapat dilakukan melalui

pelatihan kepada guru BK, pencerahan kepada pihak sekolah untuk memahami peran BK

disekolah, kerjasama lintas mata pelajaran untuk integrasi nilai BK, dan pengkajian terhadap

kinerja guru BK demi memperoleh masukan bagi berbagai perbaikan layanan calon guru BK.

Sekolah sebagai pengguna jasa bimbingan dan konseling perlu memahami peran dan

fungsi BK disekolah sehingga tidak terjadi disfungsi BK. Guru BK sebagai pelaksana BK harus

memahami secara baik tugas profesinya sehingga tidak terjadi ketidak pedulian terhadap tugas

dan fungsi bimbingan konseling di sekolah. Prodi BK sebagai lembaga penghasil guru BK

hendaknya secara kontinu melakukan pengkajian terhadap kinerja guru BK demi perbaikan

layanan bagi calon guru BK.

(9)

Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Vol. 1 No. 1, Januari 2017. Halaman 46 - 54

DAFTAR RUJUKAN

Aqib Z., 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Surabaya, Insan Cendekia Suparno P, dkk, 2002, Reformasi Pendidikan, Sebuah Rekomendasi, Yogyakarta, Kaninus

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/02/05/peran-bimbingan-dan-konseling-dalam-kurikulum-2013/.di akses tanggal 18 oktober 2016 pukul 08.00

http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/10/pengertian-bimbingan-dan-konseling.html, diakses pada

tanggal 1 November 2016 pukul 01.00

https://unnes.ac.id, diakses pada tanggal 1 November 2016, pukul 10.00

https://tinaesti.wordpress.com, diakses pd tanggal 1 November 2016 pukul 14.00

https://tinaesti.wordpress.com/2007/06/24/pentingnya-bimbingan-konseling-oleh-st-kartono/

diakses pada tanggal 2 November 2016 pukul 12.00

http://fakhrizal78.blogspot.co.id/2014/10/hubungan-konseling-dengann-pendidikan, diakses pada

Referensi

Dokumen terkait

Pun sebaliknya, tokoh Mansoer sebagai seorang pedagang, namun bisa dikatakan sangat vokal dan tajam mengkritik pemerintah kolonial memperlihatkan strategi teks

aplikasi berbasis Mobile untuk pengelolaan stok barang dan

Dalam proses produksi juga membutuhkan bahan tambahan dimana pengertian bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan pada proses pengolahan untuk melengkapi dan memperbaiki mutu

akses pada tanah pertanian, dan (4) Mengetahui peran tanah bagi petani

Pusaka merupakan aturan yang boleh dikatakan wajib ada dalam setiap upacara adat, bahkan dalam panitahan manjapuik marapulai saja sudah terdapat tiga kali musyawarah yang

Keuangan Mandor Karyawan Produksi Staff Pemasaran Staff Keuangan Staff Quality Control Karyawan Maintenance Hubungan Fungsional Hubungan Lini Bagian Personalia

Untuk mengetahui tingkat kebugaran ada beberapa tes yang dapat dilakuakan, tes tersebut yaitu Tes Naik Turun Bangku ( Harvard Step Test) , Multistage Fitnes Test (MFT), Tes lari

(b) Pendapatan jasa telekomunikasi yang timbul dari interkoneksi untuk hubungan internasional termasuk hubungan transit diakui sebesar bagian pendapatan masing- masing